bab iv hasil penelitian dan pembahasan...4.1.1.2 tingkat hasil belajar pkn siswa kelas tinggi pada...
TRANSCRIPT
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Telah dibahas pada BAB III mengenai rancangan penelitian yang dilakukan
pada kelas atas SD Negeri Gendongan 01 yang terletak di wilayah Kecamatan
Tingkir Salatiga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas atas SD
Negeri Gendongan 01 yang terdiri dari kelas 4, 5 dan 6. Sementara itu, sampel yang
digunakan pada penelitian ini yaitu siswa kelas 4 SDN Gendongan 01. Variabel
dalam penelitian terdiri dari variabel bebas, terikat dan variabel kovariat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran konvensional dan VCT,
variabel terikat yaitu hasil belajar PKn pada ranah afektif aspek sikap, dan variabel
kovariat yaitu pengukuran awal.
Selanjutnya, pada BAB IV ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan
pembahasan yang meliputi hasil penelitian pada implementasi pembelajaran PKn
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol,
hasil penelitian pada implementasi pembelajaran PKn dengan menggunakan model
pembelajaran VCT pada kelompok eksperimen, deskripsi komparasi hasil
pengukuran, hasil uji beda penelitian, hasil uji hipotesis, hasil pembahasan dan
keterbatasan penelitian.
4.1.Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Implementasi Pembelajaran PKn menggunakan Model
Pembelajaran Konvensional sebagai Kelompok Kontrol
Pada sub bab ini akan dipaparkan hasil implementasi pembelajaran
dan tingkat ketercapaian hasil belajar PKn dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Kelompok kontrol
terdiri atas 18 siswa kelas 4 SD Negeri Gendongan 01. Mata pelajaran yang
diteliti adalah PKn dengan mengambil topik globalisasi yang didasarkan
pada Standar Kompetensi 4 yaitu menunjukkan sikap terhadap globalisasi di
lingkungannya dan kompetensi dasar 4.3 menentukan sikap terhadap
pengaruh globalisai yang terjadi di lingkungannya. Indikator yang disusun
adalah sebagai berikut: a) menjelaskan pengertian globalisasi, b)
52
menyebutkan pengaruh globalisasi pada makanan, permainan, dan
kebudayaan, c) menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi.
Upaya-upaya yang dilakukan peneliti untuk mengontrol variabel di
luar treatment meliputi 4 hal yaitu a) history, yaitu pengaruh guru dalam
penerapan treatment. Artinya perlakuan dalam menerapkan model
pembelajaran konvensional dan VCT dilakukan oleh orang yang mempunyai
kesetaraan kemampuan; dalam penelitian ini pemberian perlakuan dilakukan
oleh orang yang mempunyai kemampuan setara sudah terpenuhi. b)
Maturation (kematangan), menunjukkan psikologi anak dengan cara dilacak
tanggal lahirnya. Dari segi kematangan, rata-rata kematangan siswa relatif
homogen/ sama. c) Testing (pengujian), seorang siswa dapat menjawab soal
dengan baik dikarenakan soal pretest dan posttest yang dibuat itu sama,
untuk menghindari hal tersebut telah dilakukan penyusunan soal pretest dan
posttest yang berbeda struktur pengkalimatan dan penomoran. d) Possible
regression and interaction between selection, yaitu dalam pemilihan
kelompok-kelompok eksperimen sudah diseimbangkan dengan cara masing-
masing kelompok, apabila skor pretest ada yang menonjol paling tinggi dan
paling rendah, maka penyeimbangan dilakukan dengan cara mengeluarkan
siswa tersebut dari kelompok. Dalam penelitian ini seorang siswa yang
memperoleh skor pretest maksimal (100) dikeluarkan dari kelompok.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
konvensional pada kelompok kontrol dilaksanakan pada hari Kamis, 10
November 2016. Proses pembelajaran dilakukan di ruang kelas 1 SDN
Gendongan 01 dengan diikuti oleh seluruh siswa kelas 4 kelompok kontrol
yang terdiri dari 18 siswa. Proses pembelajaran dilakukan selama 2x
pertemuan (2 x 2 x 35 menit). Pemberian perlakuan dilakukan oleh bantuan
rekan peneliti yaitu Serafina Desy dengan diamati oleh Agus Ari Wibisono
(rekan peneliti).
53
4.1.1.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran pada Mata Pelajaran PKn
a. Pertemuan 1
Pertemuan pertama proses pembelajaran PKn dengan model
pembelajaran konvensional dilaksanakan pada hari Kamis, 10 November 2016
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pembelajaran diikuti oleh 18 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang
mencakup salam, presensi, apersepsi dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan
inti, siswa diberikan pengukuran awal. Soal pengukuran awal yang diberikan
berbentuk skala sikap sebanyak 20 butir. Setelah diberikan intrumen
pengukuran awal, guru memberi ulasan materi mengenai globalisasi. Pada
kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan materi. Guru
menutup pembelajaran dengan salam.
Berdasarkan hasil observasi, tingkat keterlaksanaan aktivitas guru pada
pertemuan pertama mencapai 83,3% dari 6 poin kegiatan. Demikian pula
dengan tingkat keterlaksanaan aktivitas siswa mencapai 83,3% dari 6 poin
kegiatan. Hal ini berarti bahwa aspek aktivitas guru dan siswa pada pertemuan
pertama telah dilaksanakan dan tingkat keterlaksanaan pembelajaran
dikategorikan baik.
b. Pertemuan 2
Pertemuan kedua proses pembelajaran PKn dengan model pembelajaran
konvensional dilaksanakan pada hari Kamis, 17 November 2016 dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit. Pembelajaran diikuti oleh 18 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang
mencakup salam, presensi, apersepsi dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan
inti, guru meminta siswa mengerjakan soal pada buku. Setelah itu, guru bersama
dengan siswa membahas soal yang dikerjakan siswa. Pada kegiatan penutup,
guru bersama siswa membuat kesimpulan materi. Guru menutup pembelajaran
dengan salam.
Berdasarkan hasil observasi, tingkat keterlaksanaan aktivitas guru pada
pertemuan pertama mencapai 100% dari 6 poin kegiatan. Demikian pula dengan
tingkat keterlaksanaan aktivitas siswa mencapai 100% dari 5 poin kegiatan. Hal
54
ini berarti bahwa semua aspek aktivitas guru dan siswa pada pertemuan pertama
telah dilaksanakan dan tingkat keterlaksanaan pembelajaran dikategorikan
sangat baik.
4.1.1.2 Tingkat Hasil Belajar PKn Siswa Kelas Tinggi pada kelompok Kontrol
Tingkat hasil belajar siswa pada kelompok kontrol dipaparkan
melalui statistik deskriptif dari hasil pengukuran awal dan pengukuran akhir
pada tiap komponen sikap (kognisi, afeksi, dan konasi) yang terdiri dari
rata-rata (mean), skor tertinggi (max), skor terendah (min), standar deviasi,
distribusi frekuansi dan penyajian data berbentuk grafik. Statistik deskriptif
skor pengukuran awal dan pengukuran akhir komponen kognisi pada
kelompok kontrol disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir
Kelompok Kontrol pada Komponen Kognisi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pengukuran_awal 18 9 14 11.72 1.320
pengukuran_akhir 18 8 13 11.17 1.618
Valid N (listwise) 18
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
mengikuti pengukuran awal dan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor
rata-rata komponen kognisi pada kelas kontrol sebesar 11,72 dengan
standar deviasi 1,320. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model
konvensional, skor rata-rata komponen kognisi kelas kontrol menjadi 11,17
dengan standar deviasi 1,618. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum
diberikan perlakuan adalah 14 dan skor terendah adalah 9. Setelah diberikan
perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 13 dan skor terendahnya
adalah 8.
Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir
komponen afeksi pada kelompok kontrol disajikan dalam tabel berikut.
55
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir
Kelompok Kontrol pada Komponen Afeksi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pengukuran_awal 18 28 37 32.22 2.881
pengukuran_akhir 18 31 43 37.83 3.823
Valid N (listwise) 18
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
mengikuti pengukuran awal dan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor
rata-rata komponen afeksi kelas kontrol sebesar 32,22 dengan standar
deviasi 2,881. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model konvensional,
skor rata-rata kelas kontrol meningkat menjadi 37,83 dengan standar deviasi
3,823. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan
adalah 37 dan skor terendah adalah 28. Setelah diberikan perlakuan, skor
tertinggi yang dicapai siswa adalah 43 dan skor terendahnya adalah 31.
Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir
komponen konasi pada kelompok kontrol disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir
Kelompok Kontrol pada Komponen Konasi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pengukuran_awal 18 28 36 32.00 2.544
pengukuran_akhir 18 21 38 30.33 4.379
Valid N (listwise) 18
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
mengikuti pengukuran awal dan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor
rata-rata komponen konasi kelas kontrol sebesar 32,00 dengan standar
deviasi 2,5544. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model
konvensional, skor rata-rata kelas kontrol menjadi 30,33 dengan standar
56
deviasi 4,379. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan
perlakuan adalah 36 dan skor terendah adalah 28. Setelah diberikan
perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 38 dan skor terendahnya
adalah 21.
Untuk memperjelas rerata skor pengukuran awal dan pengukuran
akhir pada tiap komponen di atas, maka disajikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut.
Gambar 4.1 Grafik Skor Rerata Pengukuran Awal dan Akhir tiap Komponen
pada Kelompok Kontrol
Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir
kelompok eksperimen disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir
Kelompok Kontrol
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pengukuran_Awal 18 68 83 75.94 4.036
Pengukuran_Akhir 18 67 91 79.33 8.203
Valid N (listwise) 18
11.72
32.22
32
11.17
37.83
30.33
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Rerata Kognisi Rerata Afeksi rerata Konasi
Rer
ata
Rerata Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Komponen Kognisi, Afeksi dan Konasi pada
Kelompok Kontrol
Pengukuran Awal Pengukuran Akhir
57
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
mengikuti pengukuran awal dan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor
rata-rata kelas kontrol sebesar 75,94 dengan standar deviasi 4.036. Setelah
dilakukan pembelajaran dengan model konvensional, skor rata-rata kelas
kontrol meningkat menjadi 79,33 dengan standar deviasi 8,203. Skor
tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 83 dan
skor terendah adalah 68. Setelah diberikan perlakuan, skor tertinggi yang
dicapai siswa adalah 91 dan skor terendahnya adalah 67.
Data yang disajikan akan lebih efisien dan mudah dipahami jika
disusun melalui tabel distribusi frekuensi. Pedoman yang digunakan untuk
menentukan kelas interval yang terdapat pada tabel distribusi frekuensi
adalah rumus Sturges (Sugiyono, 2013:35) yaitu K = 1 + 3,3 log n: dimana
K adalah jumlah kelas interval dan n adalah jumlah data/siswa. Dari rumus
Sturges tersebut diperoleh K = 1 + 3,3 log 18 = 1 + 3,3. 1,255 = 5,141
dibulatkan menjadi 5. Interval kelas diperoleh dari hasil rentang data (skor
maksimum – skor minimum) dibagi jumlah kelas, sehingga diperoleh hasil �����
�= 4,8 dibulatkan menjadi 4. Hasil distribusi frekuensi skor
pengukuran awal dan pengukuran akhir kelompok kontrol dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Skor Hasil Pengukuran Awal dan Akhir Kelompok Kontrol
No. Kelas
Kelas Interval
Nilai Pengukuran awal
Nilai Pengukuran akhir
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 67 - 71 2 11% 3 17% 2 72 – 76 7 39% 5 28% 3 77 – 81 7 39% 3 17% 4 82 – 86 2 11% 1 6% 5 87 - 91 0 0% 6 33%
Jumlah 18 100% 18 100%
58
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui distrubusi skor
pengukuran awal dan pengukuran akhir yang dikelompokkan ke dalam 5
kelas dengan panjang interval 4. Berikut akan dipaparkan skor hasil
pengukuran awal kelompok kontrol. Dari jumlah keseluruhan siswa pada
kelompok kontrol, terdapat 2 siswa yang mendapatkan skor antara 67-71
dengan persentase 11%; 7 siswa mendapatkan skor antara 72-76 dengan
persentase 39%; 7 siswa mendapatkan skor antara 77-81 dengan persentase
39%; 2 siswa mendapatkan skor antara 82-86 dengan persentase 11%; tidak
ada siswa yang mencapai skor antara 87-91.
Terdapat peningkatan pada skor pengukuran akhir dengan uraian
sebagai berikut. Terdapat 3 siswa yang mendapatkan skor antara 67-71
dengan persentase 17%; 5 siswa mendapatkan skor antara 72-76 dengan
persentase 28%; 3 siswa mendapatkan skor antara 77-81 dengan persentase
17%; 1 siswa mendapatkan skor antara 82-86 dengan persentase 6%; 6
siswa mendapatkan skor antara 87-91 dengan persentase 33%. Untuk
memperjelas distribusi frekuensi skor pengukuran awal dan pengukuran
akhir di atas, maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Skor Pengukuran Awal dan Akhir
Kelompok Kontrol
2
7 7
2
0
3
5
3
1
6
0
1
2
3
4
5
6
7
8
67 - 71 72 – 76 77 – 81 82 – 86 87 - 91
Fre
ku
en
si
Interval Nilai
Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol
Nilai Pengukuran awal Nilai Pengukuran akhir
59
4.1.2 Hasil Implementasi Pembelajaran PKn menggunakan Model
Pembelajaran VCT sebagai kelompok Eksperimen
Pada sub bab ini akan dipaparkan hasil implementasi pembelajaran
dan tingkat ketercapaian hasil belajar PKn dengan menggunakan model
pembelajaran VCT pada kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen
terdiri atas 18 siswa kelas 4 kelompok B SD Negeri Gendongan 01. Mata
pelajaran yang diteliti adalah PKn dengan mengambil topik globalisasi yang
didasarkan pada Standar Kompetensi 4 yaitu menunjukkan sikap terhadap
globalisasi di lingkungannya dan kompetensi dasar 4.3 menentukan sikap
terhadap pengaruh globalisai yang terjadi di lingkungannya. Indikator yang
disusun adalah sebagai berikut: a) menjelaskan pengertian globalisasi, b)
menyebutkan pengaruh globalisasi pada makanan, permainan, dan
kebudayaan, c) menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi.
Tidak berbeda dengan perlakuan yang diberikan pada kelompok
eksperimen, upaya-upaya yang dilakukan peneliti untuk mengontrol variabel
di luar treatment meliputi 4 hal yaitu a) history, yaitu pengaruh guru dalam
penerapan treatment. Artinya perlakuan dalam menerapkan model
pembelajaran konvensional dan VCT dilakukan oleh orang yang mempunyai
kesetaraan kemampuan; dalam penelitian ini pemberian perlakuan dilakukan
oleh orang yang mempunyai kemampuan setara sudah terpenuhi. b)
Maturation (kematangan), menunjukkan psikologi anak dengan cara dilacak
tanggal lahirnya. Dari segi kematangan, rata-rata kematangan siswa relatif
homogen/ sama. c) Testing (pengujian), seorang siswa dapat menjawab soal
dengan baik dikarenakan soal pretest dan posttest yang dibuat itu sama,
untuk menghindari hal tersebut telah dilakukan penyusunan soal pretest dan
posttest yang berbeda struktur pengkalimatan dan penomoran. d) Possible
regression and interaction between selection, yaitu dalam pemilihan
kelompok-kelompok eksperimen sudah diseimbangkan dengan cara masing-
masing kelompok, apabila skor pretest ada yang menonjol paling tinggi dan
paling rendah, maka penyeimbangan dilakukan dengan cara mengeluarkan
60
siswa tersebut dari kelompok. Dalam penelitian ini seorang siswa yang
memperoleh skor pretest maksimal (100) dikeluarkan dari kelompok.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran VCT
pada kelompok eksperimen dilaksanakan pada hari Kamis, 10 November
2016 dan 17 November 2016. Proses pembelajaran dilakukan di ruang kelas
4 SDN Gendongan 01 dengan diikuti oleh seluruh siswa kelas 4 kelompok
eksperimen yang terdiri dari 18 siswa. Proses pembelajaran dilakukan
selama 2x pertemuan (2 x 2 x 35 menit). Pemberian perlakuan dilakukan
oleh peneliti sendiri yaitu Sara Puspitaning Tyas dengan diamati oleh Niken
Indriani (rekan peneliti).
4.1.2.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Mata Pelajaran PKn
a. Pertemuan 1
Pertemuan pertama proses pembelajaran PKn dengan VCT
dilaksanakan pada hari Kamis, 10 November 2016 dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit. Pembelajaran diikuti oleh 18 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan
yang mencakup salam, presensi, apersepsi dan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, siswa diberikan pengukuran awal. Soal pengukuran
awal yang diberikan berupa soal berbentuk skala sikap sebanyak 20
butir. Setelah diberikan soal pengukuran awal, guru menggali
pengetahuan siswa tentang globalisasi. Kemudian guru memberi ulasan
singkat tentang materi globalisasi. Guru menjelaskan tata cara
pembelajaran VCT. Selanjutnya, guru menampilkan masalah dilematik
nilai melalui LCD. Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa
membuat kesimpulan materi. Guru menutup pembelajaran dengan
salam.
Berdasarkan hasil observasi, tingkat keterlaksanaan aktivitas
guru pada pertemuan pertama mencapai 100% dari 6 poin kegiatan.
Demikian pula dengan tingkat keterlaksanaan aktivitas siswa mencapai
100% dari 6 poin kegiatan. Hal ini berarti bahwa semua aspek aktivitas
61
guru dan siswa pada pertemuan pertama telah dilaksanakan dan tingkat
keterlaksanaan pembelajaran dikategorikan sangat baik.
b. Pertemuan 2
Pertemuan kedua proses pembelajaran PKn dengan model
pembelajaran VCT dilaksanakan pada hari Kamis, 17 November 2016
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pembelajaran diikuti oleh 18 siswa.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan
yang mencakup salam, presensi, apersepsi dan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, guru membagi siswa kedalam kelompok, kemudian
guru meminta siswa untuk mengidentifikasi masalah yang disajikan.
Guru meminta siswa menanggapi secara tertulis permasalahan yang
disajikan, kemudian meminta siswa untuk berargumentasi secara lisan.
Selama argumentasi berlangung, guru memantau dan meluruskan sesuai
target nilai. Guru bersama siswa menyimpulkan apa yang telah
dipelajari dan diarahkan pada target nilai.
Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat
kesimpulan. Setelah itu, guru memberikan soal pengukuran akhir pada
siswa. Guru mengawasi pelaksanaan pengukuran akhir. Setelah selesai,
guru bersama siswa mengkoreksi hasil pekerjaan siswa. Guru
meluruskan kesalahpahaman siswa. Guru menutup pembelajaran
dengan salam.
Berdasarkan hasil observasi, tingkat keterlaksanaan aktivitas
guru pada pertemuan kedua mencapai 80% dari 10 Poin kegiatan.
Demikian pula dengan tingkat keterlaksanaan aktivitas siswa mencapai
80% dari 10 poin kegiatan. Hal ini berarti bahwa semua aspek aktivitas
guru dan siswa pada pertemuan pertama telah dilaksanakan dan tingkat
keterlaksanaan pembelajaran dikategorikan baik.
4.1.2.2 Tingkat Hasil Belajar PKn Siswa Kelas TInggi pada Kelompok
Eksperimen
Tingkat hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dipaparkan
melalui statistik deskriptif dari hasil pengukuran awal dan pengukuran akhir
62
tiap komponen sikap (kognisi, afeksi, dan konasi) yang terdiri dari rata-rata
(mean), skor tertinggi (max), skor terendah (min), standar deviasi, distribusi
frekuansi dan penyajian data berbentuk grafik. Statistik deskriptif skor
pengukuran awal dan pengukuran akhir komponen kognisi kelompok
eksperimen disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir
Kelompok Eksperimen pada Komponen Kognisi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pengukuran_awal 18 9 14 10.83 1.505
pengukuran_akhir 18 10 15 13.17 1.249
Valid N (listwise) 18
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
mengikuti pengukuran awal dan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor
rata-rata komponen kognisi pada kelas eksperimen sebesar 10,83 dengan
standar deviasi 4,189. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model VCT,
skor rata-rata komponen kognisi pada kelas eksperimen meningkat menjadi
13,17 dengan standar deviasi 1,249. Skor tertinggi yang dicapai siswa
sebelum diberikan perlakuan adalah 14 dan skor terendah adalah 9. Setelah
diberikan perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 15 dan skor
terendahnya adalah 10.
. Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir
komponen afeksi kelompok eksperimen disajikan dalam tabel berikut.
63
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir
Kelompok Eksperimen pada Komponen Afeksi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pengukuran_awal 18 25 36 31.06 3.369
pengukuran_akhir 18 34 42 38.50 2.121
Valid N (listwise) 18
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
mengikuti pengukuran awal dan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor
rata-rata kelas eksperimen sebesar 31,06 dengan standar deviasi 3,369.
Setelah dilakukan pembelajaran dengan model VCT, skor rata-rata kelas
eksperimen meningkat menjadi 38,50 dengan standar deviasi 2,121. Skor
tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 36 dan
skor terendah adalah 25. Setelah diberikan perlakuan, skor tertinggi yang
dicapai siswa adalah 42 dan skor terendahnya adalah 34.
. Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir
komponen konasi kelompok eksperimen disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir
Kelompok Eksperimen pada Komponen Konasi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pengukuran_awal 18 25 35 29.50 3.294
pengukuran_akhir 18 29 38 34.61 2.453
Valid N (listwise) 18
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
mengikuti pengukuran awal dan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor
rata-rata komponen konasi pada kelas eksperimen sebesar 29,50 dengan
standar deviasi 3,294. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model VCT,
64
skor rata-rata kelas eksperimen meningkat menjadi 34,61 dengan standar
deviasi 2,453. Skor tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan
perlakuan adalah 35 dan skor terendah adalah 25. Setelah diberikan
perlakuan, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 38 dan skor terendahnya
adalah 29.
Untuk memperjelas rerata skor pengukuran awal dan pengukuran
akhir pada tiap komponen di atas, maka disajikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut
Gambar 4.3 Grafik Skor Rerata Pengukuran Awal dan Akhir tiap Komponen
pada Kelompok Eksperimen
.
10.83
31.06 29.513.17
38.534.61
0
10
20
30
40
50
Rerata Kognisi Rerata Afeksi Rerata Konasi
Rer
ata
Rerata Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Komponen Kognisi, Afeksi dan Konasi pada
Kelompok Kontrol
Pengukuran Awal Pengukuran Akhir
65
Statistik deskriptif skor pengukuran awal dan pengukuran akhir
kelompok eksperimen disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir
Kelompok Eksperimen
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pengukuran_Awal 18 60 78 71.39 4.189
Pengukuran_Akhir 18 81 92 86.28 3.545
Valid N (listwise) 18
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
mengikuti pengukuran awal dan pengukuran akhir sebanyak 18 siswa. Skor
rata-rata kelas eksperimen sebesar 71,39 dengan standar deviasi 4,189.
Setelah dilakukan pembelajaran dengan model VCT, skor rata-rata kelas
eksperimen meningkat menjadi 86,28 dengan standar deviasi 3.545. Skor
tertinggi yang dicapai siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 78 dan
skor terendah adalah 60. Setelah diberikan perlakuan, skor tertinggi yang
dicapai siswa adalah 92 dan skor terendahnya adalah 81.
Data yang disajikan akan lebih efisien dan mudah dipahami jika
disusun melalui tabel distribusi frekuensi. Pedoman yang digunakan untuk
menentukan kelas interval yang terdapat pada tabel distribusi frekuensi
adalah rumus Sturges (Sugiyono, 2013:35) yaitu K = 1 + 3,3 log n: dimana
K adalah jumlah kelas interval dan n adalah jumlah data/siswa. Dari rumus
Sturges tersebut diperoleh K = 1 + 3,3 log 18 = 1 + 3,3. 1,255 = 5,141
dibulatkan menjadi 5. Interval kelas diperoleh dari hasil rentang data (skor
maksimum – skor minimum) dibagi jumlah kelas, sehingga diperoleh hasil �����
�= 6,2 dibulatkan menjadi 6. Hasil distribusi frekuensi skor
pengukuran awal dan pengukuran akhir kelompok eksperimen 1 dapat
dilihat pada tabel berikut.
66
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Skor Pengukuran Awal Dan Pengukuran Akhir Kelompok Eksperimen
No. Kelas
Kelas Interval
Nilai Pengukuran awal Nilai Postest Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 60 - 66 2 11% 0 0%
2 67 - 73 11 61% 0 0%
3 74 -80 5 28% 0 0%
4 81 -87 0 0% 10 56%
5 88 - 91 0 0% 8 44%
Jumlah 18 100% 18 100%
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui distrubusi skor
pengukuran awal dan pengukuran akhir yang dikelompokkan ke dalam 5
kelas dengan panjang interval 6. Berikut akan dipaparkan skor hasil
pengukuran awal kelompok eksperimen. Dari jumlah keseluruhan siswa
pada kelompok eksperimen, terdapat 2 siswa yang mendapatkan skor antara
60-66 dengan persentase 11%; 11 siswa mendapatkan skor antara 67-73
dengan persentase 61%; 5 siswa mendapatkan skor antara 74-80 dengan
persentase 28%; dan tidak ada siswa yang mencapai skor antara 81-91.
Terdapat peningkatan pada skor pengukuran akhir dengan uraian
sebagai berikut. Tidak ada siswa yang mndapat skor antara 60-80; terdapat
10 siswa yang mendapatkan skor antara 81-87 dengan persentase 56%; 8
siswa mendapatkan skor antara 88-91 dengan persentase 44%. Untuk
memperjelas distribusi frekuensi skor pengukuran awal dan pengukuran
akhir di atas, maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
67
Gambar 4.4 Grafik Distribusi Frekuensi Skor Pengukuran Awal dan Akhir
Kelompok Eksperimen 4.1.3 Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran
Berikut akan dipaparkan perbandingan hasil pengukuran kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen berdasarkan nilai pengukuran awal dan
pengukuran akhir dalam bentuk deskripsi komparasi. Deskripsi berikut akan
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Tabel 4.11 Tabel Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
Tahap Pengukuran
Rerata Skor (mean) Kelompok Ket.
Selisih Kontrol Eksperimen
Kognisi Afeksi Konasi Jml Kognisi Afeksi Konasi Jml Pengukuran
awal 11.72 32.22 32 75,94 10.83 31.06 29.5 71,39 4,55
Pengukuran akhir
11.17 37.83 30.33 79,33 13.17 38.5 34.61 86,28 6,95
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui adanya perbedaan skor
rata-rata tahap pengukuran awal dan pengukuran akhir kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Perbedaan tersebut dapat diketahui dari selisih
skor rata-rata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada
tahap pengukuran pengukuran awal, selisih skor antara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen adalah 4,55, dimana rata-rata skor kelompok
kontrol lebih unggul dari rata-rata kelompok eksperimen. Sedangkan pada
2
11
5
0 00 0 0
10
8
0
2
4
6
8
10
12
60 - 66 67 - 73 74 -80 81 -87 88 - 91
Fre
ku
en
si
Interval Nilai
Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Eksperimen
Nilai Pengukuran awal Nilai Pengukuran Akhir
68
tahap pengukuran pengukuran akhir, perbedaan skor rata-rata kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen sebesar 6,95, dimana skor rata-rata
kelompok eksperimen lebih unggul dari kelompok kontrol.
Gambar 4.5 Grafik Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Awal dan
Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
4.1.4 Hasil Uji ANCOVA Rerata Hasil Belajar
Pada sub bab ini akan dilakukan uji ANCOVA. Sebelum dilakukan
uji ANCOVA, harus dilakukan uji prasyarat dan dilanjutkan dengan uji
hipotesis. Uji prasyarat yang harus dilakukan yaitu uji normalitas data dan
uji homogenitas variansi data serta uji homogenitas koefisien regresi linier.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi kenormalan data,
sementara uji homogenitas digunakan untuk mengetahui tingkat kesetaraan
data. Selanjutnya uji homogenitas koefisien regresi linier digunakan untuk
memastikan tingkat kesetaraan regresi linier antara variabel kovariat
pengukuran awal (X2) dengan variabel terikat hasil belajar (Y). Pengujian
normalitas, homogenitas data dan uji homogenitas koefisien regresi linier
dilakukan dengan bantuan SPSS 16.00 for Windows.
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data berasal dari
distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dilakukan dengan
75.94
71.3979.33
86.28
0
20
40
60
80
100
K O N T R O L E K S P E R I M E N
SK
OR
RA
TA
-RA
TA
KOMPARASI SKOR PENGUKURAN AWAL DAN PENGUKURAN AKHIR
Pengukuran awal Pengukuran akhir
69
bantuan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan dasar pengambilan keputusan;
jika nilai signifikansi/probabilitas < 0,05, maka data berdistribusi tidak
normal. Apabila nilai signifikansi/probabilitas>0,05, maka data
berdistribusi normal.
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Skor Pengukuran Awal-Pengukuran Akhir
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
P_Awal
_Kontrol
P_Akhir_
Kontrol
P_Awal_
Eksperimen
P_Akhir_
Eksperimen
N 18 18 18 18
Normal Parametersa Mean 75.94 79.33 71.39 86.28
Std. Deviation 4.036 8.203 4.189 3.545
Most Extreme
Differences
Absolute .103 .181 .185 .184
Positive .083 .169 .093 .184
Negative -.103 -.181 -.185 -.131
Kolmogorov-Smirnov Z .438 .767 .786 .781
Asymp. Sig. (2-tailed) .991 .599 .567 .575
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) uji Kolmogorov-Smirnov Z hasil pengukuran awal-pengukuran
akhir kelompok kontrol adalah 0,991 dan 0,599. Sedangkan hasil
pengukuran awal-pengukuran akhir kelompok eksperimen adalah 0,567 dan
0,575. Bila dirumuskan sebuah hipotesis H0 adalah sebuah sampel yang
berasal dari populasi berdistribusi normal dan Ha adalah sampel yang tidak
berasal dari populasi berdistribusi normal, maka dapat diputuskan jika
probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika sebaliknya maka H0 diterima.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai
signifikansi/probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) data-data tersebut berturut-
turut 0,991; 0,599; 0,567; 0,575 > 0,05 maka H0 diterima, artinya dapat
disimpulkan bahwa persebaran data hasil pengukuran awal-pengukuran
70
akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tersebut berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
Setelah uji normalitas terpenuhi, selanjutnya dilakukan uji
homogenitas untuk mengetahui varian kedua kelompok homogen atau
tidak. Apabila nilai signifikansi/probabilitas < 0,005, maka data dikatakan
tidak homogen. Apabila nilai signifikasi/probabilitas .> 0,005, maka data
dikatakan homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan
menggunakan bantuan SPSS 16.00 for windows. Berikut hasil dari uji
homogenitas data kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tabel 4.13
Hasil Uji Homogenitas Skor Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Berdasarkan tabel 4.13 di atas diketahui bahwa hasil Test of
Homogeneity of Variances signifikansi/probabilitas nilai pengukuran akhir
menunjukkan angka 0,000. Bila dirumuskan sebuah hipotesis H0 adalah
variansi data pada tiap kelompok sama (homogen) dan Ha adalah variansi
data pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen), maka dapat
diputuskan jika probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika sebaliknya maka
H0 diterima. Oleh karena nilai signifikansi/probabilitas data adalah sebesar
0,000, dimana 0,000 > 0,05 maka H0 diterima. Artinya dapat dikatakan
bahwa skor pengukuran akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
adalah homogen. Melihat skor signifikansi/probabilitas pengukuran akhir
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, dapat disimpulkan bahwa
data skor pengukuran akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
memiliki varian data yang homogen atau sama.
Setelah uji normalitas dan homogenitas terpenuhi dilanjutkan uji
homogenitas koefisien regresi linier untuk mengetahui kehomogenitasan
koefisien regresi X2 (variabel kovarian = pengukuran awal) dengan hasil
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
P_akhir 21.169 1 34 .000
71
belajar (Y). Paramenter yang digunakan untuk menentukan homogenitas
koefisien regresi adalah nilai koefisien beta (B) pada tabel output parameter
estimates dan nilai t serta probabilitasnya. Syarat yang lain adalah bahwa
nilai beta (B) haruslah lebih besar sama dengan 0,60 (Budiyono, 2009: 300).
Jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi linier kedua
sampel homogen. Tabel 4.14
Hasil Uji Homogenitas Koefisien Regresi Linier Skor Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen
Parameter Estimates
Dependent Variable:P_akhir
Parameter B
Std.
Error t Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Intercept 66.872 20.250 3.302 .002 25.673 108.070
P_awal .164 .266 .617 .541 -.377 .705
[Treatment=1] 7.692 2.447 3.144 .004 2.714 12.670
[Treatment=2] 0a . . . . .
a. This parameter is set to zero because it is
redundant.
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dapat dilihat bahwa nilai beta (B)
sebesar 0,164 lebih kecil dari 0,60, nilai t sebesar 0,617 berada pada
signifikansi/probabilitas 0,541, maka koefisien regresi linier kedua sampel
tidak linier dan model ANACOVA tidak dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependent (hasil belajar).
72
Uji analisis berikutnya adalah ANCOVA atau uji kombinasi analisis
regresi dan varians
Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Uji ANCOVA
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:P_akhir
Source
Type I Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 449.516a 2 224.758 5.526 .009
Intercept 246843.361 1 246843.361 6.069E3 .000
P_awal 47.542 1 47.542 1.169 .287
Treatment 401.974 1 401.974 9.884 .004
Error 1342.123 33 40.670
Total 248635.000 36
Corrected Total 1791.639 35
a. R Squared = .251 (Adjusted R Squared = .205)
Ringkasan uji ANCOVA pada tabel di atas memberikan informasi tentang
nilai F dan signifikansinya. Pada sumber varian Corrected Model, nampak bahwa
F hitung sebesar 5,526 dengan taraf signifikansi 0,009. Oleh karena 0,009 < α=
0,050, maka dampak variabel independen secara simultan terhadap variabel
dependen signifikan. Artinya bahwa model pembelajaran VCT dan pengukuran
awal secara simultan memiliki dampak yang berbeda secara signifikan terhadap
hasil belajar siswa, dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Pada varian intercecept nampak bahwa F hitung sebesar 6,069 dengan taraf
signifikansi hitung 0,000. Oleh karena 0,000 < α= 0,050, maka nilai intercept
signifikan. Nilai intercept merupakan besaran konstanta perubahan nilai variabel
dependen sebesar nilai tersebut meskipun tanpa dipengaruhi keberadaan kovariat
dan variabel independen. Pada kovarian pengukuran awal, diperoleh data F hitung
1,169, dengan taraf signifikansi 0,287. Oleh karena 0,253 > α= 0,05, maka nilai
dampak kovariat tidak signifikan. Artinya tidak ada perbedaan pengaruh
pengukuran awal terhadap hasil belajar siswa.
Pada varian treatment, diperoleh nilai F hitung sebesar 9,884 dengan
signifikansi 0,004. Oleh karena nilai 0,004 lebih kecil dari α= 0,05, maka nilai F
73
signifikan. Artinya bahwa dampak pembelajaran VCT berbeda secara signifikan
dengan konvensional.
4.1.5 Hasil Uji Hipotesis.
Hasil uji hipotesis didasarkan pada hasil uji ANCOVA nilai
pengukuran awal-pengukuran akhir kelompok kontrol dan eksperimen.
Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah:
H0:µ1 ≤ µ2 = Hasil belajar berupa sikap terhadap Globalisasai pada
pembelajaran PKn menggunkan VCT tidak lebih tinggi
secara signifikan dibandingkan dengan hasil pembelajaran
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Ha:µ1 > µ2 = Hasil belajar berupa sikap terhadap Globalisasai pada
pembelajaran PKn menggunkan VCT lebih tinggi secara
signifikan dibandingkan dengan hasil pembelajaran
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uji ANCOVA yang telah dilakukan terhadap nilai
pengukuran akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh
hasil signifikansi/probabilitas 0,004 atau < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Artinya terdapat perbedaan hasil belajar PKn yang signifikan pada
siswa kelas atas SDN Gendongan 01 dalam pembelajaran menggunakan
model pembelajaran konvensional dan VCT.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar berupa
sikap terhadap Globalisasi pada pembelajaran PKn menggunakan VCT lebih
tinggi secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran konvensional pada kelas tinggi SD Negeri Gendongan 01.
Hasil uji hipotesis menggunakan teknik ANCOVA diperoleh probabilitas 0,004.
Oleh karena nilai probabilitas lebih kecil dari nilai Alpha (α= 0,05), maka H0
ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan nilai probabilitas tersebut, dapat diartikan
bahwa hasil belajar berupa sikap terhadap Globalisasi pada pembelajaran PKn
menggunakan VCT lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional.
74
Temuan bahwa hasil belajar berupa sikap terhadap Globalisasi pada
pembelajaran PKn menggunakan VCT lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
konvensional didukung oleh perbedaan rerata masing-masing komponen
(kognisi, afeksi, dan konasi) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Pada kelompok kontrol,rerata pada komponen kognisi mengalami penurunan
dari 11,72 menjadi 11,17. Komponen afeksi mengalami peningkatan dari 32,22
menjadi 37,83 dan pada komponen konasi mengalami penurunan dari 32, 00
menjadi 30,33. Ketidakkonsistenan rerata sebelum dan sesuadah diberi
perlakuan ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model
konvensional tidak memberikan dampak terhadap hasil belajar pada aspek
sikap. Hal ini dikarenakan tiap komponen pada aspek sikap yaitu kognisi, afeksi
dan konasi saling mempengaruhi satu sama lain. Berbeda dengan rerata pada
kelompok eksperimen yang menunjukkan kekonsistenan pada tiap komponen
kognisi, afeksi dan konasi setelah diberi perlakuan. Pada kelompok eksperimen,
rerata pada komponen kognisi mengalami peningkatan dari 10,83 menjadi
13,17. Begitu pula pada pada komponen afeksi mengalami peningkatan dari
31,06 menjadi 38,50 dan pada komponen konasi mengalami peningkatan dari
29,50 menjadi 34,61. Sehingga dapat dimaknai bahwa perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran VCT memberikan dampak terhadap hasil
belajar ranah sikap yang leih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan
pembelajaran mengggunakan model konvensional.
Berdasarkan rerata tiap komponen aspek tersebut dapat diketahui
perbedaan rerata dari kedua sampel dimana rerata skor pada penerapan model
pembelajaran VCT sebesar 86,28, sedangkan rerata skor pada penerapan model
konvensional sebesar 71,39. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran
VCT memberikan dampak berbeda dan lebih tinggi daripada model
pembelajaran konvensional.
Keefektifan model pembelajaran VCT memberikan kontribusi lebih
tinggi terhadap hasil belajar berupa sikap dibandingkan dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional. Hal ini sejalan dengan teori yang
75
dikemukakan oleh Djahriri dalam Taniredja, Faridli, dan Harmianto (2011: 91)
yang berpendapat bahwa pembelajaran dengan model VCT dianggap unggul
untuk pembelajaran afektif karena; pertama, mampu membina dan
menanamkan nilai dan moral pada internal side; kedua, mampu mengklarifikasi
dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan; ketiga mampu
mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral
dalam kehidupan nyata; keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina
dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya; kelima,
mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai kehidupan; keenam,
mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan menyubversi berbagai
nilai moral naif yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri
seseorang; ketujuh, menuntun dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral
tinggi.
Temuan keampuhan model pembelajaran VCT dimungkinkan karena
dilaksanakannya sintak/langkah-langkah VCT. Adapun isi sintak tersebut
adalah penyajian stimulus berdilema nilai, kemudian siswa menentukan pilihan
nilai, menguji alasan atas pemilihan tersebut, adu argumentasi yang kemudian
diarahkan pada target nilai dan penyimpulan, selanjutnya adalah tindak lanjut.
Berdasarkan sintaksnya, model pembelajaran VCT mempunyai
kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Djahiri dalam Taniredja, Faridli, dan
Harmianto (2011: 91), bahwa dengan model VCT ini nilai dan moral pada
internal side siswa dapat ditanamkan, siswa dapat mengklarifikasi dan
mengungkapkan isi pesan pada materi yang disampaikan, siswa mampu
mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral
dalam kehidupan nyata, siswa mampu mengundang, melibatkan, membina dan
mengembangkan potensi diri terutama potensi afektualnya. Lebih dari itu,
dihadapkan pada masalah berdilema nilai/moral dan meminta untuk
menentukan pilihan berdasarkan pertimbangan akibat yang akan ditimbulkan
dari pilihan tersebut, siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam
menanggapi masalah, kreatif dalam menyelesaikan masalah, pengendalian diri
dalam penyelesaian konflik dan sensitive dalam menanggapi masalah. Selain
76
itu, dalam VCT juga terdapat sesi diskusi sehingga akan mengembangkan
kemampuan kerja sama siswa.
Keistimewaan model VCT, sesuai pendapat yang diungkapkan Sanjaya
(2006) bahwa VCT dapat membatu siswa dalam mencari dan menentukan suatu
nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses
menganalisis nilai yang sudah ada daan tertanam dalam diri siswa. Dengan
model pembelajaran VCT ini, siswa tidak serta merta menerima nilai yang
dianggap baik oleh pengajar, melainkan siswa dapat menyelaraskan nilai yang
dia miliki dengan nilai yang akan diterapkan melalui proses klarifikasi nilai
sehingga nilai tersebut akan lebih tertanam dalam diri siswa.
Keberhasilan penerapan model VCT sejalan dengan kerangka pikir yang
telah disusun pada BAB II. Melalui pembelajaran menggunakan model VCT
pada mata pelajaran PKn, siswa dapat menjelasakan pengertian globalisasi,
menyebutkan pengaruh globalisasi pada makanan, minuman dan kebudayaan,
siswa mampu menentukan sikap terhadap globalisasi. Proses pembelajaran
menggunakan model VCT ini terdiri dari 6 langkah.
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembelajaran menggunakan
model pembelajaran VCT ini adalah menentukan stimulus dilematik. Langkah
kedua adalah penyajian stimulus yang memuat dilema nilai/moral. Kegiatan
penyajian stimulus dilematik ini mampu memberikan dampak pengiring bagi
siswwa, yaitu siswa menjadi inovatif dalam menanggapi suatu masalah. Pada
tahap penentuan pilihan, siswa dituntut untuk dapat aktif dan bekerja sama
dengan kelompoknya untuk menentukan pilihan nilai. Selain itu, siswa dituntut
untuk kreatif dalam menganalisis masalah berdilema nilai/moral tersebut. Pada
tahap pengujian alasan, siswa dapat melatih pengendalian diri dalam
penyelesaian konflik. Hal ini dikarenakan pada tahap ini siswa diminta untuk
beradu argumentasi dengan siswa atau kemlompok lain, sehingga siswa
diharapkan dapat melatih pengendalian dirinya. Lebih dari itu, siswa dapat
melatih kemampuannya dalam mengutarakan pendapat dan menghargai
pendapat orang lain. Tahap selanjutnya adalah pengarahan dan penyimpulan.
Pada tahap ini guru memantau argumentasi siswa dan mengarahkannnya pada
77
target nilai dan penyimpulan, sehingga siswa dituntut untuk dapat terbuka
dengan hal baru. Langkah terakhir yaitu follow up atau tindak lanjut. Tindak
lanjut ini memungkinkan terbinanya kesinambungan nilai/moral yang diajarkan
dengan realita, sehingga nilai/moral yang didapatkan dalam pembelajaran
sesuai dengan relita kehidupan siswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh N. L.
P. Eka Agustini, Ndara Tanggu Renda, dan I Nyoman Murda (2015), bahwa
perbandingan hasil perhitungan rata-rata hasil belajar ranah afektif mata
pelajaran PKn siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model VCT lebih
tinggi dibandingkan dengan pembelajaran dengan model konvensional.
Mendukung penelitian N. L. P. Eka Agustini, Ndara Tanggu Renda, dan I
Nyoman Murda (2015), Kd. Dewi Anggarini, I Nym. Murda, I Wyn. Sudiana
(2013), telah membuktikan bahwa model pembelajaran VCT lebih baik
dibandingkan dengan model konvensional. Begitu pula hasil penelitian yang
dilakukan oleh Si Ayu Sri Wahyuni, Ni Nyn. Ganing, I Md. Suara (2013) yang
menunjukkan bahwa penggunaan model VCT memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar ranah afektif siswa.
Dukungan terhadap temuan hasil penelitian ini, tidak hanya N. L. P. Eka
Agustini, Ndara Tanggu Renda, dan I Nyoman Murda (2015); Kd. Dewi
Anggarini, I Nym. Murda, I Wyn. Sudiana (2013); dan Si Ayu Sri Wahyuni, Ni
Nyn. Ganing, I Md. Suara (2013); keampuhan model pembelajaran VCT juga
telah dibuktikan oleh Mursetyadi Yuli Sadono dan Muhsinatun Siasah Masruri
(2014), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran VCT
efektif dalam pembelajaran penanaman nilai. Sejalan dengan Mursetyadi Yuli
Sadono dan Muhsinatun Siasah Masruri (2014), Dewa Ayu, I Made Suara, I
Gede Meter (2014), membuktikan bahwa model pembelajaran VCT
berpengaruh dan signifikan terhadap hasil belajar PKn.
Ganes Gunansyah (2013), juga telah berhasil membuktikan bahwa
pembelajaran VCT berpengaruh secara signifikan terhadap nilai siswa. Begitu
pula dengan Dyah Kartika Ekasari (2013) yang telah membuktikan bahwa
penerapan model VCT berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Putra Wahyu
78
Perdana (2012) juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran VCT dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Begitu pula dengan Ni Ketut Angriyani
(2013), simpulan hasil penelitiannya adalah model pembelajaran VCT dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah pengambilan
sampel pada penelitian ini tidak dilakukan secara random, namun peneliti
menentukan kelas 4 SDN Gendongan 01 sebagai sampel penelitian karena
peneliti sebagai guru praktek di kelas itu. Jumlah sampel dalam penelitian ini
kurang besar. Daerah generalisasi sangat terbatas, yaitu pada siswa kelas tinggi
dalam lingkup satu SD. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
waktu pelaksanaan yang bersamaan dengan kegiatan magang yang
dilaksanakan peneliti. Selain itu, treatment yang dilakukan hanya dilaksanakan
satu putaran, idelnya perlakuan dilaksanakan beruang-ulang.