bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 hasil...
TRANSCRIPT
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
Lahirnya Yayasan Sosial Kristen Salib Putih bermula pada kedatangan
pasangan suami istri yang berbeda kebangsaan ke Indonesia pada tahun 1882
sebagai ambtenaar atau pengawai sipil pemerintah Hindia-Belanda. Pasangan
suami istri tersebut adalah Abraham Theodorus Johanes van Emmerick (1858)
dari Belanda dan Alice Cleverly (1871) dari Inggris.
Peran mereka bermula dari tahun 1901 saat meletusnya gunung Kelut di
Jawa Timur. Banyak warga disekitar gunung Kelud mengungsi. Ada sekitar 300
jiwa yang mengungsi sampai ke Salatiga. Awalnya mereka datang untuk singgah
meminta makan dan minum, namun keterbatasan bekal dan tenaga membuat
mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan. Keadaan tersebut, para pengungsi
sangat membutuhkan tempat penampungan untuk berteduh dan beristirahat.
Melihat keadaan para pengungsi, rasa kemanusiaan pasangan suami istri ini
terketuk untuk memberikan bantuan. Akhirnya mereka tinggal sementara di
rumah keluarga van Emmerick di Salatiga.
Keterbatasan rumah keluarga van Emmerick, membuatnya meminta tanah
kepada Pemerintah Hindia-Belanda. Hasilnya Pemerintah Hindia-Belanda
memberikan tanah seluas 42 Ha di Jalan Raya Salatiga Kopeng Km. 4 serta bekal
uang tunai fI 300. Keluarga van Emmerick yang dibantu oleh para pengungsi
37
mendirikan barak-barak penampungan dan mulai menempatinya pada tanggal 14
Mei 1902. Inilah yang menjadi awal pelayanan Salib Putih.
Perkembangan Yayasan ini melalui perluasan tanah untuk menampung para
pengungsi. Semakin luasnya tanah karena adanya hibah dari seorang wedana dan
juga pembelian tanah dari masyarakat sekitar oleh keluarga van Emmerick. Tanah
ini dikelola dan dibangun berbagai saran prasarana untuk pelayanan banyak orang
yang membutuhkan,
Nama Salib Putih diberikan pada perkumpulan ini berdasarkan penemuan
marmer putih berbentuk salib. Marmer ini ditemukan ketika membuka lahan
untuk perkumpulan yaitu disebelah timur jalan raya (±30m). Oleh karena itu,
perkumpulan ini oleh keluarga van Emmerick diberi nama Witte Kruis Kolonie
(WKK).
Van Emmerick meninggal pada tanggal 9 Juli 1924. Pelayanan WKK
kemudian dilanjutkan oleh istrinya. Ketika Jepang masuk Indonesia, Cleverly
ditangkap dan dipenjarakan, sehingga tugas pelayanan diserahkan pada orang-
orang pribumi kepercayaan keluarga van Emmerick.
Ketika Indonesia merdeka, pimpinan WKK dipengang oleh pemerintah,
yang kemudian pada tahun 1948-1952 dipimpin oleh anak Emmerick yaitu
Santosa Adolt van Emmerick. Tepatnya pada tanggal 16 Januari 1952
perkumpulan ini diserahkan kepada Yayasan Amal Kristen yang berada dibawah
naungan Sinode Gereja Kristen Jawa yang diketuai oleh Ds. Basuki Probowinoto
dan namanya berubah menjadi Perkumpulan Rumah Perawatan Salib Putih.
38
Tahun 1959 diadakan transmigrasi besar-besaran ke Kalianda Lampung
karena penghuni semakin banyak dan adanya rencana pemerintah untuk
menempatkan Romusa Indonesia dari Thailand ke Salib Putih. Pada tahun 1960
sebagian rawatan diberikan tanah diarea Salib Putih yang sekarang menjadi desa
Bendosari Salatiga.
Adapun pelayanan panti-panti yang terdapat di Salib Putih adalah pelayanan
sebagai berikut:
1. Panti Asuhan (1956),
2. Panti Wredha dan Panti Karya (1960),
3. Panti Karya Taruna (PKT) (1970),
4. Balai Pengobatan atau Rumah Sakit Bantu.
Keberadaan Panti Asuhan, Panti Wredra dan Panti Karya mendapat
pengesahan dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada tanggal 19 Juli 1977
dengan surat anda pendaftaran no 376/Y/PSSM/1977. Kemudian pada 25 Febuari
1986 di daftarkan ulang dalam hal ini Menteri Sosial Republik Indonesia nomor:
066-12/KPTS/BB/II/86. Salib Putih dikukuhkan tanggal 5 April 1995 melalui
Kanwil Depsos Provinsi Jawa Tenggah No. 007/ORSOS/85/95. Yayasan Sosial
Kristen Salib Putih dalam melakukan kegiatan pelayanannya melalui dasar hukum
sebagai berikut:
1. Akta Notaris No. 39 tanggal 14 Desember 1995 tentang Anggaran Dasar
Yayasan sosial Kristen Salib Putih yang diperbarui dengan Akta Notaris No.
52 tanggal 26 September 2008 sesuai Undang-Undang nomor 16 tahun 2001
39
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang no 28 tahun 2004 tentang
Yayasan.
2. Surat Ijin Operasional (SIOP) dari Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi
Jawa Tenggah No. 007/ORSOS/2007/2010 (Yang berlaku 3 tahun dan
dilakukan perpanjangan kembali).
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai tugas pokok dan fungsi,
yaitu:
1. Mendirikan, menyelenggarakan serta memelihara panti-panti seperti Panti
Asuhan, Panti Karya dan Panti Wredha.
2. Menyelenggarakan perawatan kesehatan bagi warga rawatan dan
masyarakat umum yang diwujudkan dengan pendirian Balai Pengobatan
Salib Putih.
3. Memberikan pelayanan papan, jasmani, pendidikan dan pembinaan baik
dalam hal intelektualitas, etika moralitas, mental spiritualitas dan sosialitas
bagi warga rawatan dan masyarakat umum.
4. Mengembangkan kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang terlantar
dan atau tertinggal yang dilakukan secara cuma-Cuma.
Berkaitan dengan tujuan pokoknya, maka Yayasan Sosial Kristen Salib
Putih menyediakan sarana dan prasarana sebagai berikut:
1. Papan dan fasilitas pendukung
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih menyediankan tempat tinggal bagi
kalayan dalam bentuk asrama untuk panti, yang terdiri dari Asrama Panti
Asuhan, Asrama Panti Wredha dan Rumah Tinggal bagi kalayan Panti
40
Karya. Tempat tinggal tersebut diberikan berbagi fasilitas seperti kebutuhan
air, listrik, komunikasi, dll.
2. Pangan dan sandang
Pangan dan sandang ini, meliputi dapur panti, bahan makanan, peralatan
makan, pakaian, dll.
3. Kesehatan
Sarana kesehatan ditunjang dengan adanya Balai Pengobatan dan peralatan
kesehatan yang tersedia.
4. Pendidikan
Sarana dan prasaranan pendidikan ini meliputi peralatan olahraga, hiburan,
halaman dan gedung, tempat ibadah, fasilitas kerohanian, dll.
5. Usaha kemandirian
Usaha mandiri meliputi kandang sapi, lahan perkebunan, bangunan untuk
produksi makanan kecil, dll.
6. Managerial
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dilengkapi dengan unit pelayanan seperti
kantor, peralatan kantor, gedung, dll.
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih secara historis dimiliki Gereja Kristen
Jawa (GKJ) Sinode, untuk itu struktur organisasi Yayasan Sosial Kristen Salib
Putih tidak lepas dari GKJ Sinode. Struktur organisasi ini terdiri dari Bapelsin
GKJ, Pembina, Pengawas dan Pengurus, serta Staf Pelaksana yang melaksanakan
kegiatan operasional. Pelaksanaannya Yayasan ini mempunyai 4 (empat) unit
pelayanan yaitu Panti Asuhan, Panti Karya, Panti Wredha dan Balai Pengobatan.
41
Struktur organisasi Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dapat dilihat pada gambar
4.1 dibawah ini:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
4.1.2 Sistem Pengendalian Intern Pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
Pengelolaan Yayasan Sosial Kristen Salib Putih harus sehat, hal ini
ditujukan agar harta yang dimiliki dapat aman. Pentingnya keamanan harta,
menunjukan bahwa Yayasan ini memerlukan sistem pengendalian intern yang
baik.
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai dua (2) sumber pendanaan
yaitu pendanaan yang berasal dari sumbangan dan pendanaan yang berasal dari
hasil usaha dalam panti atau yang biasa disebut dengan Unit Ekonomi Produktif.
Pengelolaan kedua sumber dana ini berbeda-beda baik administrasinya maupun
yang menanganinya.
BAPELSIN GKJ
PEMBINA
PENGAWAS
PENGURUS
PANTI ASUHAN PANTI KARYA PANTI WREDHA BALAI PENGOBATAN
ADM & PERSONALIA
BENDAHARA
PEMBUKUAN
RUMAH TANGGA
42
Sumber pendanaan Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dari sumbangan,
berasal dari dua (2) pihak yaitu sumbangan rutin dan sumbangan tidak rutin.
Berdasarkan jenisnya, sumbangan juga dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Sumbangan yang berupa uang tunai
Jumlah sumbangan ini tidak ditentukan nominalnya. Sumbangan dalam
bentuk uang tunai diberikan melalui Bendahara Pelaksana. Bendahara
Pelaksana bertugas sebagai Kasir yaitu untuk menerima dan mengeluarkan
kas. Dalam hal pembukuan, bukti transaksi yang ada akan di bukukan dan di
simpan oleh bagian Pembuku.
2. Sumbangan dalam bentuk barang atau natura.
Sumbangan dalam bentuk natura dapat diberikan melalui Bagian Rumah
Tangga maupun diberikan langsung ke Panti. Sumbangan dalam bentuk
natura ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Makanan
Natura dalam bentuk makanan yaitu sumbangan berupa bahan makanan
dan minuman. Adapun yang masuk dalam kategori natura dalam bentuk
makanan ini adalah makanan dus, beras, gula pasir, minyak goreng, mie,
kecap, saus, teh, sirup, roti, susu, kopi, minuman serbuk, krupuk, telur,
sarden, kornet, permen, energen dan air mineral.
b. Alat kebersihan
Natura dalam bentuk alat kebersihan yaitu sumbangan yang berupa alat
kebersihan untuk mandi, mencuci dan berbagai kebutuhan wanita.
Adapun yang masuk dalam kategori ini adalah sampo, karbol, pembalut,
43
pempers, kapur barus, hand body, bedak facial foam, molto, aneka
sabun, pasta gigi dan sikat gigi.
Natura dalam bentuk makanan dan alat kebersihan, akan dilaporkan
berdasarkan jumlahnya dan perkiraan harga yang ditentukan oleh Bagian Rumah
Tangga. Pada akhir bulan, sumbangan dalam bentuk natura ini akan dilaporkan
jumlah nominalnya kepada Bendahara Pelaksana.
Sumber pendanaan yang berasal dari Unit Ekonomi Produktif dikelola oleh
Panti Karya. Ada 2 macam Unit Ekonomi Produktif yaitu:
1. Perternakan
Peternakan yang dikelola adalah perternakan sapi yang usahanya dimulai
sekitar tahun 2008/2009. Jenis sapi yang dikelola merupakan sapi perah.
Yayasan ini mempunyai sapi perah sebanyak 15 ekor yang terdiri dari 10
ekor sapi betina dewasa untuk sapi perahnya, 1 ekor sapi betina dara, 1 ekor
sapi jantan dewasa dan 3 ekor sapi jantan pedet. Sapi perah akan diperah
dua kali sehari yaitu pada pukul 05.00 WIB dan pukul 02.00 WIB. Susu
hasil perahan ini disetorkan ke Kantor Unit Desa (KUD) Getasan.
2. Perkebunan
Perkebunan yang ada Yayasan Sosial Kriten Salib Puih adalah perkebunan
kopi dan cengkeh yang luas tanahnya sebesar 4 hektar. Perkebunan kopi ini
ada sejak tahun 2007 sedangkan perkebunan cengkeh telah ada sejak tahun
1990-an. Pemilihan tanaman ini untuk perkebunan, karena keduannya
merupakan jenis tanaman keras yang dapat hidup lebih dari 20 tahun dengan
pemeliharaan yang mudah dan pemerolehan hasil panen setiap tahunnya.
44
Pengelolaan perkebunan akan dipupuk mengunakan pupuk Urea dan pupuk
kandang. Pemberian pupuk Urea dilakukan setiap bulan Oktober sedangkan
pupuk kandang diberikan setiap 4 bulan sekali dimulai dari bulan Januari.
Pada tahun 2014 ini, diperkirakan perkebunan kopi akan panen pada bulan
Agustus dan perkebunan cengkeh akan panen sekitar bulan Oktober.
Unit Ekonomi Produktif setiap bulannya akan dilaporkan oleh Pengasuh
Panti Karya yang mengelola keuangan harian kepada Bendahara Pelaksana.
Pelaporannya adalah laporan global atau keseluruhan dari pembiayaan dan
hasilnya selama satu bulan, jadi tidak ada rincian biaya apa saja yang telah
dikeluarkan dalam pengelolaan Unit Ekonomi Produktif.
Sumber dana yang ada di Yayasan Sosial Salib Putih tidak lepas dari
transaksi keuangan. Pada dasarnya Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
mempunyai 4 (empat) transaksi keuangan yaitu penerimaan kas, pengeluaran kas,
penerimaan barang dan pengeluaran barang. Adapun prosedur dalam
melaksanakan transaksi-transaksi ini adalah sbb:
1. Penerimaan Kas
a. Penerimaan kas dari donatur atau sumber penerimaan lain, diotorisasi
oleh Bendahara Pelaksana sebagai Kasir.
b. Dengan adanya penerimaan kas, Bendahara Pelaksana akan membuat
bukti kuitansi akan ditanda tanganinya. Bukti kuitansi ditunjukan oleh
gambar dibawah ini:
45
Gambar 4.2 Kuitansi
c. Bukti kuitansi tersebut akan diberikan kepada Pembuku untuk
dilampirkan dalam surat perintah penerimaan.
d. Surat perintah penerimaan dibuat oleh Pembuku. Surat perintah
penerimaan merupakan salah satu bentuk pengendalian keuangan dengan
adanya 3 (tiga) orang yang menandatanganinya, yaitu Kepala Unit Panti
yang bersangkutan, Bendahara Pelaksana (Mengetahui) dan Bendahara
Pengurus (Menyetujui). Bentuk dari surat perintah penerimaan
ditunjukan oleh gambar sebagai berikut:
46
Gambar 4.3 Surat Perintah Penerimaan
2. Pengeluaran Kas
a. Uang kas dikeluarkan oleh Bendahara Pelaksana sebagai Kasir yang
akan membawa uang.
b. Pengeluaran kas oleh Bendahara Pelaksana akan disertai dengan
pembuatan kuitansi seperti pada saat penerimaan kas.
c. Bukti kuitansi dari Bendahara Pelaksana akan diberikan kepada
Pembuku untuk dilampirkan dalam surat perintah pembayaran.
d. Pembuku akan melengkapi surat perintah pembayaran ini dengan
mendapatkan tanda tangan dari yang mengotorisasinya yaitu Kepala
Unit Panti yang bersangkutan, Bendahara Pelaksana (Mengetahui) dan
Bendahara Pengurus (Menyetujui). Bentuk dari surat perintah
penerimaan ditunjukan oleh gambar berikut:
47
Gambar 4.4 Surat Perintah Pembayaran
3. Penerimaan barang
a. Penerimaan barang dalam hal ini adalah penerimaan sumbangan
barang atau natura diotorisasi oleh Bagian Rumah Tangga.
b. Barang yang diterima dari donatur akan disertai dengan bukti tanda
terima yang ditunjukan pada gambar dibawah ini:
48
Gambar 4.5 Tanda Terima
c. Bukti tanda terima ini rangkap 3 (tiga) yaitu yang pertama asli untuk
donatur, yang kedua untuk Bagian Rumah Tangga dan yang terakhir
untuk Kepala Administrasi dan Personalia. Kepala Administrasi dan
Personalia akan membuatkan surat ucapan terimakasih kepada donator
atas sumbangan yang telah diberikan.
49
4. Pengeluaran barang
a. Pengeluaran barang diotorisasi oleh Bagian Administrasi dan yang
mengajukannya, dalam hal ini adalah Kepala Unit Panti. Bukti
transaksi untuk pengeluaran barang adalah sebagai berikut:
Gambar 4.6 Bukti Pengeluaran Barang
b. Bukti ini akan diajukan kepada Bagian Rumah Tangga untuk ditinjak
lanjuti.
c. Apabila barang tersedia maka Bagian Rumah Tangga akan
memberikannya, namun bila tidak ada maka Kepala Unit Panti harus
mengajukannya kepada Bendahara Pelaksana.
Keempat transaksi dengan 5 (lima) bukti transaksi yang ada masih belum
diberikan nomor urut yang terprogram. Namun bukti transaksi kuitansi, surat
perintah pembayaran dan surat perintah penerimaan sudah diberikan nomor bukti
yang masih manual oleh bagian Pembuku.
50
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih melaksanakan pemeriksaan keuangan
untuk menjaga keamanan harta. Pemeriksaan keuangan secara rutin dilaksanakan
oleh 2 bagian yaitu Bendahara Pengurus dan Pengawas. Bendahara Pelaksana
memeriksa keuangan setiap 10 hari dan setiap bulan. Pemeriksaan 10 hari
ditujukan untuk memeriksa anggaran dalam membuat kegiatan 10 hari yang
kemudian dalam setiap bulan akan dilaksanakan pemeriksaan lagi. Pengawas
melaksanakan pemeriksaan keuanga setiap semester atau 6 (enam) bulan sekali.
Pengawas juga bertugas untuk verifikasi data dengan catatan, kesesuaian laporan
dengan data dan saldo. Pengawas berencana untuk melakukan pengawasan yang
lebih luas dari pengawasan keuangan saja, yaitu untuk mengawasi kegiatan
Yayasan. Setiap tahun laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Pengawas akan
dipertanggungjawabkan oleh Pembina paling lambat 3 bulan setelah tutup buku
yang biasanya jatuh di bulan Maret.
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih secara periodik mencocokkan saldo kas.
Pencocokkan ini dilakukan karena saldo kas bukan hanya ditangan atau dibawa
oleh Bendahara Pelaksana, namun juga disimpan dibank yaitu di Giro BRI,
Britama BRI, Simpedes BRI, BPD Jateng dan BCA.. Persediaan kas kecil yang
dibawa oleh Bendahara maksimal Rp 250.00,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah).
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih pada dasarnya dibagi dalam 4 organ
yang berbeda, yaitu: Pembina, Pengawas, Pengurus dan Staff Pelaksana.
Pembina, Pengawas dan Pengurus ditentukan oleh Sidang GKJ Sinode dengan
masa jabatan 4 tahun. Setelah masa jabatannya habis, Pembina, Pengawas dan
51
Pengurus dapat menjabat kembali dalam satu periode berikutnya dengan jabatan
yang sama. Apabila Pembina, Pengawas dan Pengurus ingin tetap menjabat lagi,
maka harus pada jabatan yang berbeda. Berbeda dengan Pembina, Pengawas dan
Pengurus, untuk Staff Pelaksana terdapat perputaran jabatan yang situasional
dalam hal ini apabila ada yang resign dan pensiun. Posisi kosong tersebut harus di
isi, tergantung prestasi dan kemampuan pegawai yang ada.
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih memberikan waktu cuti kepada Staff
Pelaksana selama 12 hari per tahun. Cuti dapat diambil satu kali yaitu 12 hari
langsung atau 2 kali 6 hari. Bagi Staff pelaksana yang tidak mengambil waktu
cutinya, maka tidak akan mendapatkan kompensasi. Walaupun demikian masih
ada Staff Pelaksana yang tidak mengambil waktu cutinya.
Karyawan merupakan bagian dalam ketercapaian tujuan Yayasan.
Karyawan dengan kualitas baik tentu diharapkan oleh Yayasan Sosial Kristen
Salib Putih, maka dalam proses seleksi karyawan dilakukan secara bersama-sama.
Pada saat ada bagian yang membutuhkan, secara bersama-sama dibuatlah kriteria-
kriteria yang harus dimiliki oleh calon karyawan misalnya seperti lulusan
minimal, IPK, tes kesehatan dan yang paling utama adalah warga GKJ karena
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dibawah naungan dari GKJ Sinode. Perekrutan
ini, yang melakukan seleksi adalah Pengurus. Proses seleksinya yaitu dengan
seleksi administrasi, tes tertulis dan wawancara. Pelaksanaan perekrutan
Pengawas dan Pengurus berbeda dengan perekrutan Staff Pelaksana. Perekrutan
ini dilaksanakan oleh Pembina. Pembina akan menekankan pada kemampuan,
kapabilitas serta waktu dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai calon
52
Pengawas dan Pengurus untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
sebagai karyawan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih.
Karyawan diwajibkan beragama Kristen karena dalam pratik kegiatan
Yayasan dilaksanakan berdasarkan Iman Kristen, sebab program kegiatan yang
dilaksanakan di Yayasan diturunkan dari tujuan dan maksut yaitu dibidang sosial
dan keagamaan. Yayasan ini menjunjung mempunyai filosofi dasar yaitu
melayani dengan Kasih, sehingga dalam perawatan dan pengasuhan kalayan
berdasarkan Iman Kristen dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang
menunjang seperti diadaannya renungan dan perayaan hari besar keagamaan.
Renungan rutin diadakan satu minggu sekali yaitu pada hari Kamis, namun
demikian pada saat diadakan pertemuan lain seperti rapat, terlebih dahulu
diadakan renungan. Adanya renungan ini, merupakan upaya Yayasan unuk
menguatkan dan memberikan semangat kerja yang penuh tanggungjawab. Selain
itu dalam mengelola keuangan, tidak lepas dengan adanya kepercayaan dan
kejujuran yang ditanamkan oleh para karyawan melalui pemaknaan Iman Kristen.
Perayaan hari besar keagamaan yang wajib dilaksanakan setiap tahun adalah
Paskah dan Natal.
Peningkatkan kualitas karyawan, Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada. Pelatihan pada pegawai berkaitkan
dengan pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait,
misalnya sesama panti dan dari Pemerintah. Sifat pelatihan ini ditekankan pada
pembinaan Panti untuk peningkatkan keterampilan dan pengetahuan pengelola
Panti. Pelatihan ini hanya ditujukan untuk pengelola Panti saja, untuk itu
53
karyawan yang lain belum mendapatkan pelatihan karena keterbatasan dana.
Selain itu keterbatasan dana menyebabkan tidak diadakannya pendidikan lanjut
untuk karyawan, karena itu Yayasan merekrut karyawan dengan pendidikan yang
sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan. Keterbatasan dana ini juga
menjadi faktor dalam kurangnya profesionalitas karyawan dalam melaksankan
tugas dan kewajibannya, karena pada dasarnya orang yang bekerja menginginkan
umpan balik berupa gaji yang sesuai dengan kualisi pekerjaannya, namun
karyawan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih lebih menekankan pada
pelayanan.
4.2 Pembahasan
Sistem pengendalian intern di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
merupakan salah satu upaya untuk melindungi dan menjaga harta dari dalam
(intern) Yayasan. Pengendalian ini memerlukan unsur-unsur yang menyusunnya.
Yayasan mempunyai struktur organisasi yang membagian tugas dan wewenang
unit-unit yang ada dalam Yayasan untuk melaksanakan kegiatan pokoknya.
Sistem pengendalian intern ini lebih menekankan pada struktur organisasi yang
memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas terutama dalam memisahkan
fungsi operasi dan penyimpanan darifungsi akuntansi.
Sistem pengendalian intern melaksanakan setiap transaksi dengan otorisasi
dari pejabat yang mempunyai wewenang dalam bentuk penandatangan bukti
transaksi. Adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab
fungsional secara tegas dan otorisasi dapat menunjang praktik yang sehat.
54
Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara
tegas, sistem otorisasi dan praktik yang sehat, belum cukup untuk membuat
sistem pengendalian intern baik. Unsur yang paling penting dalam sistem
pengendalian intern adalah karyawan. Jika perusahaan memiliki karyawan yang
kompeten dan jujur, unsur pengendalian lain dapat dikurangi sampai batas
minimum, oleh karena itu karyawan menjadi kunci dalam sistem pengendalian
intern. Karyawan saja tidak dapat menjamin sistem pengendalian intern akan baik
karena karyawan mempunyai kelemahan manusiawi seperti merasa jenuh dengan
pekerjaan, terlibat dalam masalah pribadi, terkadang malas dan terkadang tergiur
dalam urusan keuangan, untuk itu diperlukanlah ketiga unsur sistem pengendalian
intern yang lain untuk menghindarkan karyawan dari penyimpangan
pekerjaannya.
Unsur-unsur yang ada dalam sistem pengendalian intern di Yayasan Sosial
Kristen Salib Putih akan dibahas sebagai berikut:
4.2.1 Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggungjawab Fungsional
secara Tegas
Pemisahan fungsional secara tegas digunakan untuk menghindari
penyimpangan keuangan, karena dilaksanakan oleh lebih dari saru orang.
Pembagian tanggung jawab ini didasarkan pada prinsip bahwa fungsi-fungsi
operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi harus dipisahkan dan fungsi ini
tidak boleh mempunyai tanggungjawab penuh.
55
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai 2 sumber dana yang
pengelolaanya berbeda-beda, sehingga dalam pemisahan fungsionalnya berbeda.
Sumber dana sumbangan yang menurut bentuknya dibagi menjadi uang tunai dan
barang atau natura yang pengelolaan fungsionalnya berbeda pula.
Sumbangan dalam bentuk uang tunai pemisahan fungsi operasi dan
penyimpanan dari fungsi akuntansi telah dipisahkan. Pemisahan fungsi ini dapat
dilihat dari pemisahan fungsi akuntansi antara yang membawa uang, mencatat
transaksi, membukukan transaksi dan menyimpan bukti dari transaksi yang ada.
Selain itu antara fungsi operasi dan fungsi penyimpanan juga tidak memiliki
tangungjawab yang penuh terhadap transaksi keuangan. Adanya pemisahan ini,
akan mengurangi resiko penyimpangan keuangan karena secara tidak langsung
pemisahan fungsi ini merupakan sebuah pengecekan internal diantara unit
organisasi Yayasan.
Sumbangan dalam bentuk natura di kelola oleh Bagian Rumah Tangga.
Fungsi operasi dan fungsi penyimpanan dalam akuntansi semua dilaksanakan oleh
Bagian Rumah Tangga. Untuk hasil dari Unit Ekonomi Produktif, dikelola oleh
Panti Karya. Fungsi operasi dan fungsi penyimpanan dalam akuntansi semua
dilaksanakan oleh Pengasuh Panti Karya. Bagian Rumah Tangga dan Pengasuh
Panti Karya adalah orang yang sama, untuk itu belum ada pemisahan fungsi
operasi dan penyimpanan dalam pengelolaan sumbangan dalam bentuk natura dan
hasil Unit Ekonomi Produktif. Selain itu pelaksanaan fungsi operasi dan fungsi
penyimpanan dilaksanakan penuh oleh satu bagian. Tidak adanya pemisahan dari
fungsi akuntansi dapat menambah resiko penyimpangan keuangan, karena
56
pemisahan fungsi akuntansi merupakan pengecekan intern. Pengecekan intern
tidak dapat dilaksanakan bila hanya ada satu bagian saja yang bertidak penuh,
sebab pengecekan ini mencerminkan catatan akuntansi yang diselenggarakan
sebenarnya oleh fungsi operasi dan penyimpanan.
4.2.2 Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan
Perlindungan Cukup terhadap Kekayaan, Utang, Pendapatan dan
Biaya
Sistem wewenang digunakan untuk memberikan persetujuan atas transaksi
keuangan oleh pejabat yang berwenang. Adanya sistem wewenang
mengakibatkan tidak semua karyawan dapat menyetujui transaksi keuangan yang
ada, sehingga hanya pejabat yang berwenanglah yang dapat mengesahkan bukti
transaksi tersebut. Sistem wewenang tidak lepas dari prosedur pencatatan, karena
sistem wewenang ini lebih menekankan pada pemberian persetujuan atau
mengesahkan bukti transaksi melalui pemberian tanda tangan.
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih yang mempunyai 4 transaksi keuangan
memiliki sistem wewenang terhadap bukti transaksi yang ada. Transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas, dimulai dari bukti transaksi yang berupa
kuitansi. Kuitansi ini yang membuat dan menandatangani adalah Bendahara
Pelaksana. Setelah itu kuitansi diberikan kepada Pembuku dan kemudian oleh
Pembuku akan dibuatkan surat perintah penerimaan untuk penerimaan kas dan
surat perintah pengeluaran untuk pengeluaran kas. Kedua bukti ini yang
berwenang untuk menandatanganinya adalah Kepala Unit Panti yang
57
bersangkutan, Bendahara Pelaksana (Mengetahui) dan Bendahara Pengurus
(Menyetujui).
Penerimaan barang mengunakan bukti tanda terima yang diwewenangi oleh
Bagian Rumah tangga. Bukti ini rangkap 3 dengan pembagian pertama asli untuk
donatur, yang kedua untuk Bagian Rumah Tangga dan yang terakhir untuk Kepala
Administrasi dan Personalia. Pengeluaran barang diwewenangi oleh Kepala Unit
Panti yang mengajukan dan Bagian Administrasi.
Hal diatas menunjukan bahwa sistem wewenang dari penerimaan kas dan
pengeluaran kas adalah Kepala Unit Panti yang bersangkutan, Bendahara
Pelaksana dan Bendahara Pengurus. Penerimaan barang diotorisasi oleh Bagian
Rumah Tangga dan Pengeluaran barang diotorisasi oleh Kepala Unit Panti yang
mengajukan dan Bagian Administrasi.
Sistem wewenang yang ada di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
menunjukan bahwa transasksi yang terjadi telah diotorisasi oleh bagian yang
mempunyai wewenang untuk menyetujuinya. Pembagian wewenang ini terekam
dalam persetujuan untuk melaksanakan suatu transaksi atau melalui
penandatanganan bukti. Sistem wewenang yang baik akan menunjang adanya
keabsahan bukti transaksi. Keabsahan bukti transaksi sangat diperlukan karena
bukti transaksi merupakan dasar dari pencatatan keuangan untuk menghasilkan
informasi keuangan bagi para pemakainya.
58
4.2.3 Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit
Organisasi
Pratik yang sehat dalam menjalankan kegiatan di Yayasan Sosial Kristen
Salib Putih dapat membantu menjaga keamanan harta dan menghindari
penyimpangan atau kecurangan keuangan. Praktik yang sehat menunjang tugas
dan fungsi dari setiap unit organisasi. Berikut penjabaran praktik yang sehat di
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih.
1. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih belum menggunakan penomoran
formulir yang tercetak komputerisasi, karena masih direncanakan. Bukti
transaksi kemungkinnan dapat disalah gunakan karena penomoran formulir
merupakkan upaya untuk mempertanggungjawabkan bukti oleh pihak yang
berwenang. Selain itu formulir merupakan sebuah alat untuk melakukan
otorisasi terhadap transaksi keuangan. Adanya penomoran yang tercetak
dapat menetapkan pertanggungjawaban terlaksannya transaksi keuangan.
2. Pemeriksaan mendadak (surprised audit) merupakan pemeriksaan keuangan
yang dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dalam tenggang
waktu yang tidak ditetapkan. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih belum
melaksanakan. Tujuan dari pemeriksaan mendadak ini adalah untuk
mengecek kebenaran dari data keuangan dengan jangka waktu yang tidak
ditetapkan, sehingga keamanan harta dapat terjaga dan menunjang adanya
praktik yang sehat. Pemeriksaan mendadak perlu dilaksanakan untuk
mendorong karyawan untuk melaksanakan tugasnya dengan aturan yang
telah ditetapkan.
59
3. Transaksi pengeluaran kas dan penerimaan kas yang ada di Yayasan Sosial
Kristen Salib Putih dilaksanakan oleh Bendahara Pelaksana, Kepala Unit
Panti, Bendahara Pengurus dan Pembukuan sehingga lebih dari satu unit
organisasi dalam yayasan yang terlibat dalam transaksi ini. Transaksi
penerimaan barang dilaksanakan oleh Bagian Rumah Tangga dan Kepala
Administrasi dan Personalia sedangkan transaksi pengeluaran barang atas
dasar pengajuan dari Kepala Unit Panti dengan diketahui Bagian
Administrasi untuk direalisasikan oleh bagian rumah tangga. Pemisahan
atau pembagian tugas dilaksanakan untuk pengecekan intern. Pengecekan
intern ini melibatkan beberapa unit organisasi yang terdapat di Yayasan,
sehingga menunjang adanya praktik yang sehat karena tidak satu karyawan
saja yang menyetujui transaksi.
4. Perputaran jabatan (job rotation) di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
dilaksanakan pada setiap unit organ yang ada yaitu Pembinna, Pengawas,
Pengurus dan Staff Pelaksana. Perputaran jabatan dilaksanakan agar
karyawan tidak jenuh dengan pekerjaan yang laksanakannya. Selain itu
perputaran jabatan akan menghindari persekolan antar unit organisasi
sehingga akan menunjang adanya pratik yang sehat di Yayasan.
5. Waktu cuti hanya diberikan oleh Yayasan Sosial Kristen Salib Putih kepada
Staff Pelaksana. Waktu cuti yang diberikan ini, tidak semua karyawan
mengambilnya. Walaupun demikian tidak ada kompensasi atas waktu cuti
yang tidak diambil dan waktu cuti tidak dapat diakumulasikan ke tahun
berikutnya. Pemberian waktu cuti merupakan upaya yang dilakukan oleh
60
Yayasan memberikan kesempatan untuk tidak melaksanakan tugasnya
dalam jangka waktu tertentu. Seharusnya waktu cuti ini dapat dimanfaatkan
oleh karyawan untuk beristirahat atau sekedar berkumpul dengan keluarga
karena cuti merupakan hak dari Staff Pelaksana.
6. Pencocokan fisik yang dilakukan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
hanya pada saldo kas saja, yaitu mencocokan saldo kas yang ada ditangan
dan dibank dengan yang ada dicatatan. Perhitungan fisik seperti peralatan,
gedung dan tanah tidak dilaksanakan, sehingga nilai sesungguhnya dari
peralatan, gedung dan tanah belum diketahui. Pencocokan fisik pada
kekayaan Yayasan sebenarnya harus dilakukan untuk menjaga kekayaan
Yayasan dan mengecek ketelitian dan data akuntansinya terutama dalam
saldo-saldo yang ada didalamnya.
7. Organ Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai Pengawas berperan
untuk verifikasi data dengan catatan, kesesuaian laporan dengan data dan
saldo. Selama ini hanya meliputi aktivitas keuangan dan direncanakan untuk
mengawasi aktivitas kegiatan Yayasan. Adanya unit Pengawas ini dapat
menjamin efektivitas unsur-unsur pengendalian intern lainnya, sehingga
kekayaan Yayasan dapat terjamin keamanannya dan data akuntansi dapat
diandalkan. Penambahan tugas yang sedang direncanakan baik untuk segera
dilaksanakan.
61
4.2.4 Karyawan Yang Sesuai Dengan Mutu Dan Tanggungjawabnya
Karyawan merupakan unsur yang paling penting dalam Yayasan, karena
bila kualitas karyawan baik maka akan menunjang pengendalian yang baik pula.
Unsur yang terpenting dalam sistem pengendalian intern adalah bagaimana
karyawan dapat menjalankan fungsinya dalam organisasi atau lebih tetapnya
mengarah pada karyawan yang bermutu. Karyawan yang bermutu dapat
diperoleh melalui seleksi karyawan pada saat perekrutan karyawan.
Seleksi karyawan yang tepat dapat memungkinkan Yayasan akan
mendapatkan karyawan yang berkualitas. Proses seleksi di Yayasan Sosial Kristen
Salib Putih untuk mendapatkan Staff Pelaksana melalui beberapa tahapan yaitu
seleksi administrasi, tes tertulis dan wawancara. Proses seleksi ini dilaksanakn
oleh Pengurus Yayasan, sedangkan perekrutan Pengawas dan Pengurus ditetukan
atau ditunjuk oleh Pembina sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan.
Seleksi karyawan dilaksanakana untuk menunjang kecakapan karyawan baru
dalam menjalankan tanggungjawabnya pekerjaannya di Yayasan. Kesuksesan
dalam seleksi karyawan dapat menjadi kunci dalam berjalannya sistem
pengendalian intern yang baik karena dengan adanya karyawan baru yang sesuai
dengan harapan, maka dia akan menjalankan fungsinya sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan sesuai tanggungjawabnya.
Pemerolehan karyawan yang bermutu tidak berhenti pada proses perekrutan
karyawan saja. Setelah memperoleh karyawan yang berkualitas pada saat
perekrutan, maka untuk meningkatkan kualitasnya diperlukan pelatihan-pelatihan.
Pelatihan yang dilaksanakan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih masih sebatas
62
pada Pengurus Panti karena keterbatan biaya. Karyawan selain Pengurus Panti
belum terfasilitasi untuk meningkatkan kualitasnya. Peningkatan kualitas
karyawan penting agar karyawan dapat bekerja lebih baik, karena peningkatan
kualitas karyawan dapat meingkatkan hasil pekerjaannya yang akan menunjang
ketercapaian tujuan dari Yayasan. Selain dengan pelatihan, untuk meningkatkan
kualitas karyawan dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan lanjut. Namun
pendidikan lanjut untuk karyawan belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan
dana. Yayasan dalam melaksanakan seleksi karyawan telah memilih karyawan
sesuai dengan pendidikan minimal yang harus dimiliki oleh karyawan. Pendidikan
minimal ini ditujukan agar karyawan yang bekerja di Yayasan Sosial Kristen
Salib Putih memiliki kualifikasi minimal yang telah diharapkan. Karyawan yang
bermutu menunjang adanya sistem pengendalian intern yang baik, untuk itu
adanya karyawan yang bermutu dapat menjadi prioritas dalam berjalannya
kegiatan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih.
4.2.5 Komponen Sistem Pengendalian Intern Lainnya
Selain 4 unsur yang melekat dalam sistem pengendalian intern di Yayasan
Sosial Kristen Salib Putih, masih ada satu unsur sistem pengendalian intern yang
melekat di Yayasan ini yaitu lingkungan pengendalian. Lingkungan pengendalian
ini berkenaan dengan penanaman nilai-nilai etika dan Iman, komitmen akan
kompetensi, dewan komisaris dan komite audit, falsafat manajemen dan gaya
operasinya, struktur organisasi, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab,
kebijakan prakting tentang SDM.
63
Penanaman nilai-nilai etika Iman Kristen berkenaan dengan peringatan hari
besar keagamaan dan renungan yang diadakan setiap Kamis dan pada pertemuan-
pertemuan merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan oleh Yayasan untuk
menjunjung tinggi Iman Kristen sebagai landasan dalam pelaksanaan kegiatan
Yayasan dalam memberikan semangat kerja yang penuh dengan tanggungjawab
serta menanamkan kepercayaan dan bekerja penuh dengan kejujuran. Lingkungan
keagamaan yang terbentuk di Yayasan ini, membantu berjalannya sistem
pengendalian intern yang telah ada, karena lingkungan keagamaan ini senantiasa
menanamkan nilai-nilai luhur kepada karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Komitmen akan kompetensi dijunjung dalam menjalankan pekerjaan oleh
Pembina, Pengawas, Pengurus dan Staff Pelaksana. Komitmen merupkan salah
satu hal yang harus dimiliki oleh setiap karyawan yaitu untuk melayani dengan
Kasih berdasarkan Iman Kristen. Pembina dalam melaksanakan tugasnya bertugas
sebagai dewan komisaris yang bekerja sebagai wakil dari Pemilik Yayasan.
Pelaksanaan audit yang dilaksanakan oleh Pengawas lebih menekankan pada
tugas Pengawas sebagai komite audit. Falsafat manajemen dan gaya operasinya
berkaitan dengan maksud dan tujuan Yayasan yaitu dibidang sosila dan
keagamaan dengan sloglan “Melayani dengan Kasih”. Semua pekerjaan dan
kegiatan yang ada di Yayasan tidak lepas atau berdasarkan pada maksud dan
tujuan tersebut.
8. Struktur organisasi yang ada di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih seperti
dijelaskan diatas terdiri dari Pembin, Pengawas, Pengurus dan Staff
64
Pelaksana. Pelaksanaan tugasnya, masing-masing jabatan akan
melaksanakan wewenang dan tanggungjawabnya bedasarkan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dalam praktiknya hampir sama
dengan unsur sistem pengendalian intern yang keempat yaitu karyawan
yang sesuai dengan mutu dan tanggungjawabnya.