bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran...

39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Sekolah Dasar Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Di lihat geografisnya SD ini terletak daerah kota kabupaten Jepara, Jarak tempuh ke SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara dari pusat kota kurang lebih 5 km. SD Negeri 05 Mulyoharjo terletak masih di dearah Kabupaten Jepara. Suasana SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara bising karena desa penduduk desa paving mayoritas sebagai pengrajin sentral ukir, di sekeliling SD Negeri 05 Mulyoharjo terdapat rumah warga kampung yang banyak menggunakan mesin pemotong kayu, di sebelah utara dan timur terdapat persawahan dan perkebunan milik warga di sekitar, sedangkan dibagian depan sekolah terdapat Taman Kanak-Kanak (TK). 4.2 Kondisi Peserta Didik Jumlah murid SD Negeri 05 Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara mulai dari kelas I sampai kelas VI adalah sebanyak 170 siswa. Dengan keadaan bakat ,kemampuan, katrampilan, yang berbeda-beda, mayoritas siswa dari SD Negeri 05 Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara beragama Islam sedangkan jumlah tenaga pendidik di SD ini terdiri dari 1 Kepala sekolah, 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti, 1 guru agama Islam, 1 bahasa Inggris, 3 kariyawan dan 1 penjaga sekolah. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan subyek penelitian siswa kelas V sebanyak 26 siswa. 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Agar supaya program pendidikan dapat mencapai tujuan yang diharapkan harus didukung oleh sarana-sarana yang memadai. Sarana yang ikut mendukung di dalam kegiatan proses belajar mengajar di SD negeri 05 Mulyoharjo Jepara diantaranya sebagai berikut: 57

Upload: phamnhan

Post on 10-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

Sekolah Dasar Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten

Jepara. Di lihat geografisnya SD ini terletak daerah kota kabupaten Jepara, Jarak

tempuh ke SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara dari pusat kota kurang lebih 5 km.

SD Negeri 05 Mulyoharjo terletak masih di dearah Kabupaten Jepara. Suasana SD

Negeri 05 Mulyoharjo Jepara bising karena desa penduduk desa paving

mayoritas sebagai pengrajin sentral ukir, di sekeliling SD Negeri 05 Mulyoharjo

terdapat rumah warga kampung yang banyak menggunakan mesin pemotong

kayu, di sebelah utara dan timur terdapat persawahan dan perkebunan milik warga

di sekitar, sedangkan dibagian depan sekolah terdapat Taman Kanak-Kanak (TK).

4.2 Kondisi Peserta Didik

Jumlah murid SD Negeri 05 Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten

Jepara mulai dari kelas I sampai kelas VI adalah sebanyak 170 siswa. Dengan

keadaan bakat ,kemampuan, katrampilan, yang berbeda-beda, mayoritas siswa

dari SD Negeri 05 Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara beragama

Islam sedangkan jumlah tenaga pendidik di SD ini terdiri dari 1 Kepala sekolah,

6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti, 1 guru agama Islam, 1 bahasa

Inggris, 3 kariyawan dan 1 penjaga sekolah. Penelitian ini dilakukan di Sekolah

Dasar Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan

subyek penelitian siswa kelas V sebanyak 26 siswa.

4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Agar supaya program pendidikan dapat mencapai tujuan yang diharapkan

harus didukung oleh sarana-sarana yang memadai. Sarana yang ikut mendukung

di dalam kegiatan proses belajar mengajar di SD negeri 05 Mulyoharjo Jepara

diantaranya sebagai berikut:

57

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

58

Tabel 4.1

Sarana SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

No Nama Barang Jumlah Kondisi Asal Barang

1 Alat-alat tulis 345 Baik Subsidi

2 Buku Panduan Pelajrn 1879 Baik Subsidi

3 Kursi ± 150 Baik Subsidi

4 Meja ± 150 Baik Subsidi

5 Papan Tulis 8 Baik Subsidi

6 Peralatan Olahraga 20 Baik Subsidi

7 Komputer 2 Baik Swadaya dan subsidi

8 Alat Peraga ± 30 Baik Subsidi

Adapun prasarana yang ada di SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara antara

lain sebagai berikut:

Tabel 4.2

Prasarana SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

No Nama Barang Jumlah Kondisi

1 Kepala Sekolah dan Guru 1 Baik

2 Ruang kelas 7 Baik

3 Ruang UKS 1 Baik

4 Ruang Perpustakaan 1 Baik

5 WC 4 Baik

7 Lapangan 1 Baik

8 Ruang Tamu 1 Baik

4.4 Keadaan Tenaga Pendidik

SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara mempunyai guru dan staf pengajar

sebanyak 13 orang, terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 orang guru PNS dan 4 orang

guru wiyata Bhakti, 3 kariawan.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

59

4.5 Hasil Penelitian

4.5.1 Deskripsi Pembelajaran Make A Match

Deskripsi pembelajaran Make A Match dapat dilihat dari hasil observasi.

Observasi ini dilakukan pada saat guru menerapkan pembelajaran di dalam kelas

dengan menggunakan metode Make A Match. Lembar observasi yang digunakan

tersebut didasarkan oleh lembar observasi yang telah dibuat dan disesuaikan

dengan tujuan yang ingin dicapai.

Keterangan:

Dari hasil observasi pembelajaran Make A Match yang dilakukan oleh

observer, didapatkan hasil bahwa pembalajaran dengan menggunakan metode

Make A Match belum dilakukan oleh guru kelas VI SD Negeri 05 Mulyoharjo

Jepara, karena pada kondisi awal guru memang belum pernah menggunakan

metode Make A Match. Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan adanya

penlingkatan keaktifan dan hasil belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara.

4.5.2 Deskripsi Kondisi Awal Keaktifan

Kondisi awal keatifan merupakan keadaan siswa sebelum penelitian

tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di

kelas V SD Negeri Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara tahun

pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 26 siswa pada pembelajaran Matematika,

terlihat bahwa keaktifan siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari hasil

observasi peneliti pada saat guru sedang mengajar, siswa tidak mendengarkan

guru yang sedang mengajar tetapi mereka mengobrol sendiri dengan teman, tidak

menjawab pertanyaan dari guru, siswa tidak pernah bertanya, dll.

Untuk menentukan kategori keaktifan siswa peneliti menggunakan metode

observasi. Pengamatan dilakukan guru lain. Pengamatan dilakukan saat proses

belajar mengajar berlangsung dengan mengisi lembar observasi pengamatan

keaktifan. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

60

Tabel 4.3

Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Kondisi Awal

No. Indikator Keaktifan Jumlah Siswa

Aktif

Persentase

Keaktifan

1. Semangar mengikuti

pembelajaran 14 53,84 %

2. Aktif bertanya 14 53,84 %

3. Aktif menjawab 18 69,23 %

4. Kerjasama antar siswa 16 61,53 %

5. Aktif dalam melakukan

permainan 14 53,84 %

6. Mengemukakan ide 15 57,69 %

7. Menyimpulkan hasil kegiatan 10 38,46 %

Rata-Rata Keaktifan 55,49 %

Dari data tabel 4.3 dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Make A

Match diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 55,49 % pada kondisi

awal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi awal secara klasikal

ternyata siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran, berdasarkan standar

minimal keaktifan belajar siswa yang telah ditentukan yaitu sebesar 70 %. Hal ini

membuktikan bahwa siswa kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara masih

banyak yang belum aktif.

Persentase terendah adalah pada indikator menyimpulkan hasil kegiatan

dengan persentase 38,46 % dari jumlah siswa 26 yang melakukan hanya 10 siswa

saja. Sedangkan persentase tertinggi adalah indikator aktif menjawab dengan

indikator 69,23 % dari 26 siswa yang melakukan 18 siswa.

4.5.3 Deskripsi Kondisi Awal Hasil Belajar

Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas

V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara tahun

pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa berjumlah 26 pada pembelajaran

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

61

Matematika, terlihat bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Data hasil belajar

kondisi awal yang didapat dari ulangan harian yang dilakukan guru kelas. Hal ini

bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran

Matematika yang telah dilakukan dimana sebagian besar siswa memperoleh nilai

di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Dari data. Hasil belajar

yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan memang banyak siswa yang masih

belum tuntas atau dibawah Kriteria ketuntasa Minimal (KKM).

Dengan demikian dari data yang diperoleh hasil belajar siswa sebelum

dilakukan tindakan penelitian, yaitu dari nilai sekunder siswa dapat dilihat pada

table 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal

No. Nilai Kondisi Awal

Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

1. < 50 6 23,1 Belum tuntas

2. ≥ 50-54 4 15,4 Belum tuntas

3. 55-59 3 11,5 Belum Tuntas

4. 60-64 2 7,7 Belum Tuntas

5. 65-69 4 15,4 Tuntas

6. 70-74 5 19,2 Tuntas

7. 75-79 1 3,8 Tuntas

8. 80-84 - 0 Tuntas

9. 85-89 - 0 Tuntas

10. 90-94 1 3,8 Tuntas

11. 95-100 - 0 Tuntas

Jumlah 26 100

Rata-rata 57,5

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 37

Standar Deviasi 12.69

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

62

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat jelas perbandingannya siswa yang mencapai

ketuntasan belajar (KKM=65) adalah sebanyak 11 siswa atau 42,3%, sedangkan

siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 15 siswa atau 57,7, yang

dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai <50 sebanyak 6 siswa atau

23,1%, ≥50-54 sebanyak 4 siswa atau 15,4%, untuk nilai 55-59 ada 3 siswa atau

15,4%, 60-64 sebanyak 2 siswa atau 7,7%, nilai 65-69 sebanyak 4 siswa atau

15,4%, nilai 70-74 sebanyak 5 siswa atau 19,2%, 75-79 hanya 1 siswa saja atau

3,8%, kemudian nilai 80-84 dan 85-89 tidak ada, nilai 90-94 hanya 1 siswa saja

atau 3,8%, dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 95-100. Dengan nilai rata-

rata 57,5 sedangkan nilai tertinggi adalah 90 sedangkan nilai terendah adalah 37,

sedangkan standar deviasinya adalah 12.69.

Untuk lebih jelasnya data ketuntasan hasil belajar pada tabel 4.5 dapat

dibuat diagram seperti pada gambar 4.1 di bawah ini:

Gambar 4.1

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

63

Tabel 4.5

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal

Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui

bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM=65) sebanyak 15 siswa atau 57,7%, sedangkan yang sudah mencapai

ketuntasan minimal sebanyak 11 siswa dengan persentase 42,2%.

Berdasarkan pengamatan sebelum diadakanya penelitian, rendahnya hasil

belajar siswa dipengaruhi oleh sifat mudah bosen siswa selama mengikuti

kegiatan pembelajar di kelas dan cara mengajar guru yang masih terpaku di dalam

kelas terus dan monoton, dimana metode ceramah masih mendominasi proses

kegiatan pembelajaran dan juga model pembelajaran yang kurang cocok untuk

mata pelajaran, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang

berakibat hasil belajar siswa menjadi rendah dan keaktifan siswa pun kurang

dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga terjadi hambatan dalam ilmu

pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif.

Diperoleh data hasil belajar siswa yang masih rendah dari siswa, penulis

melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan

penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Dalam penelitian ini

menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik Make- A Match guna

No. Nilai Kondisi Awal

Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

1. < 65 15 57,7 % Belum Tuntas

2. ≥ 65 11 42,3 % Tuntas

Jumlah 26 100 %

Rata-rata 57,5

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 37

STDEV 12.69

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

64

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yang akan dilakukan dalam dua

siklus. Dengan menggunakan metode kooperatif teknik Make- A Match.

4.5.4 Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

Sebelum benar-benar melaksanakan tindakan perbaikan

guruyabg akan mengajar, peneliti dan observer melakukan persiapan

terakhir. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Guru, peneliti dan observer bersama-sama memeriksa kembali RPP

yang telah disusun. Sambil dibaca ulang, guru, peneliti dan

observer mencermati kembali setiap butir yang akan direncanakan.

b) Menyiapakan semua alat peraga dan sarana lain yang akan

digunakan apakah sudah benar-benar tersedia.

c) Memeriksa kembali urutan yang sudah rencanakan, dengan kata

lain guru memeriksa skenario pembelajaran yang akan

diimplementasikan mulai dari kegiatan awal sampai dengan

kegiatan akhir.

d) Guru memikirkan hal-hal yang mungkin mengganggu

pembelajaran, seperti keributan ketika peragaan berlangsung,

pembagian kartu yang tidak sesuian dengan keinginan anak,

pertanyaan yang tidak dijawab oleh siswa, atau ada siswa yang

tidak tertarik pada pembelajaran yang berlangsusng. Kemudian

guru mencoba merancang antisipasi apa yang akan dilakukan jika

hal tersebut benar-benar terjadi.

e) Memeriksa kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data,

seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan teman

sejawat yang akan membantu, dan guru yang akan mengajar.

f) Meyakinkan bahwa teman sejawat yang akan menbantu dan guru

yang akan mengajar sudah siap di kelas ketika pembelajaran akan

dumulai.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

65

g) Membuat kesepakatan dengan teman sejawat untuk menentukan

fokus observasi dan kriteria yang akan digunakan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran,

guru, peneliti dan observer sepakat untuk melaksanakan kegiatan

perbaikan pembelajaran yang terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran.

PERTEMUAN KE_1

a) Kegitan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa

kegiatan yaitu pembukaan pembelajaran dengan salam, berdoa,

mengabsen, mengatur tempat duduk siswa, mengecek persiapan

siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan

menulis, apersepsi dan motivasi. Kegiatan apersepsi yang

dilakukan adalah mengingat kembali tentang pengurangan pecahan

serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b) Kegiatan Inti

Pada kegitan inti, guru menunjukkan katu-karu yang

dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa “kalian tahu kartu

apa yang sekarang ibu bawa?”, kemudian siswa menjawab. Setelah

guru lakukan tanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawan guru,

kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan

diajarkan yaitu pengurangan pecahan dari bilangan asli dan

bilangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Guru

melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran.

Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang pengurangan

pecahan dari bilangan asli dan bilangan pecahan berpenyebut

sama dan tidak sama dan memberikan contoh di papan tulis.

Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa siswa untuk

maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru di depan

papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai berikut:

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

66

Beberapa hasil pengarangan Salah satu siswa maju ke

depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian guru bertanya

lagi, berapa hasil pengurangan dari Siswa maju ke depan

menyelesaikan soal itu, dan ternyata siswa tersebut belum dapat

menyelesaikannya, kemudian guru membantu siswa dalam

menyelasaikan soal dengan bertanya jawab dengan siswa yang

lain. Untuk mengukur keaktifan siswa dan kemampuan siswa

terhadap materi ini guru kemudian menjelaskan permainan yang

akan dilakukan pada pertemuan hari ini yaitu permainan Make A

Match. Karena permainan Make A Match belum pernah dilakukan

sebelumnya di kelas ini maka guru harus menjelaskan secara rinci

tentang prosedur permaianan Make A Match. Guru kemudian

membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa. Setiap

siswa mendapat satu kartu (bisa kartu jawaban, bisa kartu soal).

Setelah semua siswa mendapat kartu soal atau kartu jawaban guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban

atau soal dari kartu yang dipegang oleh masing-masing siswa.

Kemudian siswa mencari pasangan kartu yang cocok dari soal atau

jawaban yang ia peroleh. Saat proses pembelajaran berlangsung,

guru memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan. Siswa yang

dapat mencocokkan kartu jawaban atau soal sebelum batas waktu

yang ditentukan (10 menit) mendapat point atau penghargaan dari

guru. Kegiatan ini dapat diulang kembali, dengan mengocok kartu

jawaban atau kartu soal dengan maksud agar siswa dapat kartu soal

atau kartu jawaban yang berbeda. Guru mengoreksi kembali

apakah pasangan yang siswa dapat sudah benar atau belum dengan

menggunakan metode tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba

mencari pasangan atau soal suasana kelas menjadi ramai tak

terkendali. Baru setelah guru mengarahkan siswa untuk tenang

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

67

suasana menjadi tenang. Aktifitas siswa dapat diamati oleh peneliti

dan observer melalui lembar observasi.

Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru

kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang

materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu

siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini.

Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa

yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya

kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih

paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian

mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat

mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di

papan tulis.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan

yang sudah dibuat. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran dan pemantapan dengan mendorong siswa untuk

lebih giat belajar. Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut

yaitu meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan

dipelajari selanjutnya. Kemudian guru memberikan PR untuk

siswa.

PERTEMUAN KE_2

a. Kegitan Awal

Kegiatan awal pada pelaksanaan pertemuan ke 2 pa das

iklus I, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,

berdoa, mengabsensi siswa, mengatur tempat duduk siswa, dan

mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan menulis,

apersepsi dan motivasi. Kemudian, guru bertanya kepada siswa

“Ada PR tidak? Siapa yang tidak mengerjakan PR?”. Kemudian

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

68

guru bersama siswa mengoreksi PR. Kemudian kegiatan apersebsi

mengingat kembali tentang pengurangan pecahan pada pertemuan

sebelumnya serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai

b. Kegiatan Inti

Pada kegitan inti pertemuan kedua ini, guru menunjukkan

katu-karu yang dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa

“kalian sudah tahu kartu yang ibu bawa kartu apa bukan?”,

kemudian siswa menjawab. Setelah guru lakukan tanya jawab

seputar kartu-kartu yang dibawan guru, kemudian guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan pada

pertemuan pada hari ini. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam

setiap pembelajaran.

Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang

pengurangan tiga pecahan berturut-turut dan memberikan contoh di

papan tulis. Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa

siswa untuk maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru

di depan papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai

berikut: Beberapa hasil pengarangan Salah satu

siswa maju ke depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian

guru bertanya lagi, berapa hasil pengurangan dari

Siswa maju ke depan menyelesaikan soal itu,

dan ternyata siswa tersebut belum dapat menyelesaikannya,

kemudian guru membantu siswa dalam menyelasaikan soal dengan

bertanya jawab dengan siswa yang lain. Untuk mengukur keaktifan

siswa dan kemampuan siswa terhadap materi ini guru kemudian

guru menjelaskan permainan yang akan dilakukan pada pertemuan

hari ini yaitu permainan Make A Match. Karena permainan Make A

Match belum pernah dilakukan sebelumnya dikelas ini maka guru

harus menjelaskan secara rinci tentang prosedur permaianan Make

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

69

A Match. Guru kemudian membagikan kartu soal dan kartu

jawaban kepada siswa. Setiap siswa mendapat satu kartu (bisa

kartu jawaban, bisa kartu soal). Setelah semua siswa mendapat

kartu soal atau kartu jawaban guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang

dipegang oleh masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari

pasangan kartu yang cocok dari soal atau jawaban yang ia peroleh.

Saat proses pembelajaran berlangsung, guru memfasilitasi siswa

dalam melakukan kegiatan. Siswa yang dapat mencocokkan kartu

jawaban atau soal sebelum batas waktu yang ditentukan (10 menit)

mendapat point atau penghargaan dari guru. Kegiatan ini dapat

diulang kembali, dengan mengocok kartu jawaban atau kartu soal

dengan maksud agar siswa dapat kartu soal atau kartu jawaban

yang berbeda. Guru mengoreksi kembali apakah pasangan yang

siswa dapat sudah benar atau belum dengan menggunakan metode

tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba mencari pasangan atau

soal suasana kelas menjadi ramai tak terkendali. Baru setelah guru

mengarahkan siswa untuk tenang suasana menjadi tenang. Aktifitas

siswa dapat diamati oleh peneliti dan observer melalui lembar

observasi.

Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru

kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang

materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu

siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini.

Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa

yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya

kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih

paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian

mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat

mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di

papan tulis.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

70

c. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan

pemantapan dengan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut yaitu meminta siswa

untuk mempelajari materi yang akan dipelajari selanjutnya.

Karena pada pertemuan kedua ini adalah pertemuan

terakhir pada siklus I maka guru menyebarkan try out atau tes

sejauh mana siswa menyerap pembelajaran dengan metode Make A

Match. Hasil dari try out ini lah yang akan di olah datanya untuk

kenaikan hasil belajar siswa.

c. Tahap Observasi (Observasion)

Observer melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang

sedang melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi

akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan

perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan. Setelah

kegiatan ini selesai kami melakukan diskusi balikan untuk mambahas

kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung

yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses perbaikan untuk

pembelajaran berikutnya.

Paparan Pembelajaran Make A Match Keaktifan dan Hasil Belajar

Hasil observasi atau pengamatan pembelajaran Make A Match guru telkah

menggunakan metode Make A Match dan meningkatkan keaktifan pada

pembelajaan siklus I yang diperoleh selama proses pembelajaran metematika

sebagai berikut:

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

71

Tabel 4.6

Pelaksanaan Pembelajaran Make A Match

No

. Aspek Yang Diamati 1 2

1 Persiapan mengajar, memberi salam, melaksanakan presensi √ √

2 Mengecek persiapan siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan menulis √ √

3 Memotivasi siswa dengan menyanyikan sebuah lagu √ √

4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √ √

5 Menunjukkan kartu-kartu yang dibawanya √ √

6 Bertanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawanya √ √

7 Melalui tanya jawab guru menjelaskan tentang materi √ √

8 Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran make a match √ √

9 Menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan √ √

10 Dengan tanya jawab disertai contoh, guru menjelaskan materi yang disampaikan √ √

11 Menjelaskan cara permainan make a match (mencari pasangan) √ √

12 Membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak kepada siswa, tiap peserata didik

mendapatkan satu kartu √ √

13 Siswa memikirkan jawaban dari kartu jawaban kemudian mencari pasangan kartu yang

telah mereka dapatkan √ √

14 Guru memfasilitasi siwa dalam melakukan permainan make a match (mencari pasangan) √ √

15 Guru memberikan poin kepada siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas

waktu - -

16 Guru mengocok kartu-kartu yang berbeda untuk permainan Make A Match untuk babak

ke dua √ √

17 Melalui tanya jawab guru bersama siswa mengoreksi jawaban dari masing-masing kartu

soal yang telah didapat oleh masing-masing siswa √ √

18 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa √ √

19 Melalui tanya jawab guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari √ √

20 Guru memberikan siswa soal evaluasi √ √

21 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan

penguatan dan mengulangi kesimpulan yang sudah dibuat √ √

22 Guru memberikan PR kepada siswa √ √

Terlihat dari tabel 4.6 guru sudah menggunakan metode Make A Match

pada siklus I, tetapi guru belum melaksanakan aspek nomor 15 yaitu guru

memberikan poin kepada siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

72

waktu. Guru belum melakukan aspek tersebut karena guru belum bisa

mengendalikan kelas yang ramai sehingga guru lupa melakukan aspek tersebut.

Kondisi awal keatifan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan

berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa keaktifan siswa

masih rendah. Setelah dilakun dilakukan tindakan siklus I keaktifan siswa

bertambah atau naik. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7

Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I

No. Indikator Keaktifan Jumlah Siswa

Aktif

Persentase

Keaktifan

1. Semangat mengikuti pembelajaran 19 73,07 %

2. Aktif bertanya 18 69,23 %

3. Aktif menjawab 19 73,07 %

4. Kerjasama antar siswa 20 76,92 %

5. Aktif dalam melakukan permainan 18 69,23 %

6. Mengemukakan ide 19 73,07 %

7. Menyimpulkan hasil kegiatan 20 76,92 %

Rata-Rata Keaktifan 73,07 %

Persentase terendah adalah pada indikator aktif bertanya yaitu 19 siswa

dengan persentase 69,23 % dari kondisi awal hanya 14 siswa (53,84 %),

indikator aktif bertanya meningkat menjadi 18 siswa dengan persentase 69,23 %

dari kondisi awal 14 siswa (53,84 %), indikator aktif menjawab naik menjadi 19

siswa dengan persentase 73,07 % pada kondisi awal 18 siswa (69,23 %), pada

indikator kerjasama antar siswa 20 siswa dengan persentase 76,92 % pada kondisi

awal 16 siswa (61,53 %), indikator aktif dalam melakukan permainan 18 siswa

dengan persentase 69,23 % pada kondisi awal 14 siswa (53,84 %), indikator

mengemekakan ide 19 siswa dengan persentase 73,07 % pada kondisi awal 15

siswa (57,69 %), dan indikator yang terakhir adalah menyimpulkan hasil kegiatan

20 siswa dengan persentase 76,92 % pada kondisi awal 10 siswa (38,46 %).

Sedangkan persentase tertinggi adalah indikator kerjasama antar siswa dan

menyimpulkan hasil kegiatan yaitu 20 siswa dengan indikator 76,92 %. Dari tabel

di tas bahwa dengan menerapkan metode Make A Match diperoleh rata-rata

keaktifan belajar siswa adalah 73,07 % pada timdakan setelah siklus I secara

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

73

klasikal, ini berarti telah terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa dari rata-rata

keaktifan kondisi awal 55,49 %. Hasil rekap pengamatan observasi keaktifan

kondisi awal dengan siklus I dapat dibandingkan sebagai tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Perbandingan Pengamatan Keaktifan Siswa Kondisi Awal dan Siklus I

No Indikator

Kondisi Awal Siklus I

Frekue

nsi Persentase

Frekue

nsi

Persenta

se

1. Semangar mengikuti

pembelajaran

14 53,84 % 19 73,07 %

2. Aktif bertanya 14 53,84 % 18 69,23 %

3. Aktif menjawab 18 69,23 % 19 73,07 %

4. Kerjasama antar siswa 16 61,53 % 20 76,92 %

5. Aktif dalam melakukan

permainan

14 53,84 % 18 69,23 %

6. Mengemukakan ide 15 57,69 % 19 73,07 %

7. Menyimpulkan hasil

kegiatan

10 38,46 % 20 76,92 %

Rata-Rata Keaktifan 55,49 % 73,07 %

Hasil observasi atau pengamatan hasil belajar pada siklus I yang diperoleh

selama proses pembelajaran metematika kelas V SD negeri 05 Mulyoharjo Jepara

Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Siklus I

No. Nilai Setelah Siklus I

Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

1. < 50 1 3,8 Belum tuntas

2. ≥ 50-54 2 7,7 Belum tuntas

3. 55-59 - 0 Belum Tuntas

4. 60-64 7 26,9 Belum Tuntas

5. 65-69 - 0 Tuntas

6. 70-74 10 38,5 Tuntas

7. 75-79 - 0 Tuntas

8. 80-84 4 15,4 Tuntas

9. 85-89 - 0 Tuntas

10. 90-94 2 7,7 Tuntas

11. 95-100 - 0 Tuntas

Jumlah 26 100

Rata-rata 66,2

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 53

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

74

Berdasarkan tabel 4.9 terlihat jelas perbandingan siswa setelah kondisi

awal dan setelah siklus I yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=65) adalah

sebanyak 16 siswa atau 61,5% dari kondisi awal hanya 11 siswa atau 42,3%,

sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 10 siswa atau

38,5% dari kondisi awal 15 siswa atau 57,7%, yang dapat diuraikan, hanya ada 1

siswa yang mendapat nilai <50, ≥50-54 sebanyak 2 siswa atau 7,7%, tidak ada

siswa yang mendapat nilai 55-59, siswa yang mendapat 60-64 sebanyak 7 siswa

atau 26,9%, siswa yang mendapat nilai 65-69 tidak ada, yang mendapat nilai 70-

74 sebanyak 10 siswa atau 38,5%, tidak ada siswa yang mendapat nilai 75-79,

kemudian nilai 80-84 ada 4 siswa atau 15,4%, dan tidak ada siswa yang mendapat

nilai 85-89, nilai 90-94 hanya 2 siswa saja atau 7,7%, dan tidak ada siswa yang

mendapatkan nilai 95-100. Dengan nilai rata-rata 66,2 sedangkan nilai tertinggi

adalah 90 dan nilai terendah adalah 50, sedangkan standar deviasinya adalah

10.53. Untuk lebih jelasnya data nilai rekapitulasi ketuntasan hasil belajar pada

tabel 4.10 dapat dilihat pada diagram seperti pada gambar 4.2 di bawah ini:

Gambar 4.2

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus I

Standar Deviasi 10.53

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

75

Tabel 4.10

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus I

Dari data tabel 4.10 di atas menunjukkan adanya peningktan hasil belajar

siswa. Pada studi awal siswa yang tuntas hasil belajar hanya 11 siswa (42,3%).

Yang belum tuntas belajar mencapai 15 siswa (57,7%) dari 26 siswa, dengan nilai

rata-rata 57,5. Sedangkan pada siklus I peningkatan hasil belajar meningkat

mencapai 16 siswa (61,5%) dari 26 siswa, nilai rata-rata dari studi awal 57,5 naik

menjadi 66,2. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa,

meskipun peningkatan hasil belajar siswa belum sesuai dengan kriteria yang

diinginkan yaitu 70% dari 26 siswa.

Persentase letuntasan hasil belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui

bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM=65) sebanyak 10 siswa atau 38,5% dari kondisi awal 15 siswa 57,7%,

sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa atau

61,5% dari kondisi awal 11 siswa atau 42,3%. Setelah tindakan siklus I nampak

terjadi sedikit kenaikan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengamatan setelah diadakanya penelitian tindakan suklus I,

terjadi kenaikan hasil belajar siswa, hal tersebut terjadi karena siswa merasa

senang dalam proses pembelajaran. Dan siswa tidak mudah bosen saat mengikuti

kegiatan pembelajar di kelas, karena medel pembelajaran yang digunakan oleh

guru menyenangkan, jadi siswa dapat bermain sambil belajar, sehingga

No. Nilai Setelah Siklus I

Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

1. < 65 10 38,5 % Belum Tuntas

2. ≥ 65 16 61,5 % Tuntas

Jumlah 26 100 %

Rata-rata 66,2

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 50

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

76

pembelajaran lebih menarik yang berakibat hasil belajar siswa mengalami

kenaikan dan keaktifan siswa pun nampak dalam mengikuti proses pembelajaran.

Dari perbandingan antara kondisi awal dengan setelah dilakukan tindakan

siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.11

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal dan Setelah Siklus I

No. Nilai

Kondisi Awal Siklus I

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

1 Tuntas 11 42,3% 16 61,5 %

2 Belum Tuntas 15 57,7% 10 38,5 %

Jumlah 26 100% 26 100%

Dari tabel 4.11 terlihat peningkatan hasil belajar pada siklus I, meskipun

belum sesuai dengan yang diharapkan ketuntasan belajar 70 % tetapi dapat dilihat

perbandingan peningkatan hasil belajar dari kondisi awal dengan setelah

dilakukan siklus I pada gambar 4.3 di bawah ini:

Gambar 4.3

Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal

dengan Setelah Tindakan Siklus I

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

77

Tabel 4.12

Perbandingan Pesentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Kondisi Awal Dengan Siklus I

No. Pembelajaran Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas Standar

Deviasi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. Kondisi Awal 11 38,5 % 15 57,7 % 12.69

2. Siklus I 16 61,5 % 10 38,5 % 10.53

Berdasarkan tabel 4.12 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar

menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Dari studi awal ke

siklus I peningkatan yang terjadi mencapai 19,2%.

d. Tahap Refleksi (Rerflection)

Pembelajaran matematika kelas V dengan kompetensi dasar

menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan pada

siklus I ini belum berhasil sesuai kriteria yang ditentukan karena

ketuntasan belajar baru 61,5%, ini berarti baru 16 siswa dari 26 siswa

tuntas belajar atau mendapat nilai 65 ke atas. Sedangkan keaktifan

siswa pada kondisi awal rata-rata keaktifannya adalah 73,07 %.

Hasil diskusi guru dengan observer dapat mengungkapakan

faktor penyebab kekurang keberhasilan dalam pembelajaran yaitu:

a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat

siswa mencari pasangan jawaban atau soal masing-masing.

b) Guru belum memberi reward/penguatan pada siswa yang

menjawab benar.

c) Guru tidak memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban,

sehingga waktu yang dibutuhkan cukup lama.

Berdasarkan data yang terkumpul dan data hasil diskusi peneliti

melakukan penelaahan dan mencoba menyimpulkan hasil tindakan

yang telah dilakukan. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa penguasaan

siswa sudah meningkat, meskipun belum sesuai dengan kriteria

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

78

keberhasilan yang ditentukan karena ketuntasan belajar baru 61,5%, ini

berarti baru 16 siswa dari 26 siswa yang tuntas belajar atau mendapat

nilai 65 ke atas. Sedangkan siswa yang aktif terhadap pembelajaran

baru mencapai 15 siswa (57,7%) dan siswa yang kurang aktif ada 11

siswa (42,3%).

Berdasarkan hasil evaluasi observasi, peneliti memutuskan

untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai

berikut:

1) Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru memikirkan cara

mengatasi kegaduhan yang nanti akan timbul

2) Memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban sehingga waktu

tidak terbuang sia-sia.

3) Memberikan reword kepada siswa yang menjawab benar baik

secara individu maupun kelompok. Reword/penguatan kepada

siswa berupa poin-poin.

4.5.5 Siklus II

a. Tahap Pelaksaan (Planning)

Bersama-sama dengan supervisor dan observer guru merevisi

RPP dan menyiapkan kembali scenario tindakan yang akan

dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil

diskusi dengan observer dan refleksi siklus I maka guru melakukan

upaya perbaikan pembelajaran, memandu siswa dalam mencari

pasangan jawaban dan memberikan reword/penguatan kepada siswa

yang menjawab benar. Selain itu guru juga menyiapkan kembali

lembar kerja siswa, lembar evaluasi, dan menyiapakan alat peraga.

Tidak lupa observer bersama guru juga menyepakati fokus observer

dan kriteria yang akan digunakan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Setelah guru menyusun langkah-langkah kegiatan

pembelajaran, guru bersama observer sepakat untuk melaksanakan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

79

kegiatan perbaikan pembelajaran yang terdiri dari tiga kegiatan

pembelajaran yaitu:

PERTEMUAN KE_1

a) Kegiatan Awal

Kegiatan awal pada siklus II ini yang dilakukan oleh guru

meliputi beberapa kegiatan yaitu pembukaan pembelajaran dengan

salam, berdoa, mengabsen, mengatur tempat duduk siswa,

mengecek persiapan siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik

saat membaca dan menulis, apersepsi dan motivasi. Kegiatan

apersepsi yang dilakukan adalah mengingat kembali tentang

pengurangan pecahan serta menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai.

b) Kegiatan Inti

Pada kegitan inti, guru menunjukkan katu-karu yang

dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa “kalian pastu

sudah tau fungsi kartu-kartu yang ibu bawa sekarang. Pada 2

pertemuan sebelumnya kita sudak bermain Make A Match,pada

pertemuan kali ini kita akan mengulangu permainantersebet?”,

kemudian siswa menjawab. Setelah guru lakukan tanya jawab

seputar kartu-kartu yang dibawan guru, kemudian guru

menyampaikan materi pembelajaran yang akan diajarkan yaitu

pengurangan pecahan dari bilangan asli dan bilangan pecahan

berpenyebut sama dan tidak sama. Guru melibatkan siswa secara

aktif dalam setiap pembelajaran.

Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang mengalikan

dan membagi berbagai bentuk pecahan dan memberikan contoh di

papan tulis. Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa

siswa untuk maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru

di depan papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai

berikut: Beberapa hasil pengarangan Salah satu siswa maju

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

80

ke depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian guru

bertanya lagi, berapa hasil pengurangan dari Siswa maju ke

depan menyelesaikan soal itu, dan ternyata siswa tersebut dapat

menyelesaikannya. Untuk mengukur keaktifan siswa dan

kemampuan siswa terhadap materi ini guru kemudian menjelaskan

permainan yang akan dilakukan pada pertemuan hari ini yaitu

permainan Make A Match. Karena permainan Make A Match

belum pernah dilakukan sebelumnya di kelas ini maka guru harus

menjelaskan secara rinci tentang prosedur permaianan Make A

Match. Guru kemudian membagikan kartu soal dan kartu jawaban

kepada siswa. Setiap siswa mendapat satu kartu (bisa kartu

jawaban, bisa kartu soal). Setelah semua siswa mendapat kartu soal

atau kartu jawaban guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang oleh

masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari pasangan kartu

yang cocok dari soal atau jawaban yang ia peroleh. Saat proses

pembelajaran berlangsung, guru memfasilitasi siswa dalam

melakukan kegiatan. Siswa yang dapat mencocokkan kartu

jawaban atau soal sebelum batas waktu yang ditentukan (10 menit)

mendapat point atau penghargaan dari guru. Kegiatan ini dapat

diulang kembali, dengan mengocok kartu jawaban atau kartu soal

dengan maksud agar siswa dapat kartu soal atau kartu jawaban

yang berbeda. Guru mengoreksi kembali apakah pasangan yang

siswa dapat sudah benar atau belum dengan menggunakan metode

tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba mencari pasangan atau

soal suasana kelas menjadi ramai tak terkendali. Baru setelah guru

mengarahkan siswa untuk tenang suasana menjadi tenang. Aktifitas

siswa dapat diamati oleh peneliti dan observer melalui lembar

observasi.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

81

Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru

kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang

materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu

siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini.

Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa

yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya

kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih

paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian

mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat

mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di

papan tulis.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan

yang sudah dibuat. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran dan pemantapan dengan mendorong siswa untuk

lebih giat belajar. Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut

yaitu meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan

dipelajari selanjutnya. Kemudian guru memberikan PR untuk

siswa.

PERTEMUAN KE _2

a. Kegitan Awal

Kegiatan awal pada pelaksanaan pertemuan kedua pada

siklus II, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,

berdoa, mengabsensi siswa, mengatur tempat duduk siswa, dan

mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan menulis,

apersepsi dan motivasi. Kemudian, guru bertanya kepada siswa

“Ada PR tidak? Siapa yang tidak mengerjakan PR?”. Kemudian

guru bersama siswa mengoreksi PR. Kemudian kegiatan apersebsi

mengingat kembali tentang pengurangan pecahan pada pertemuan

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

82

sebelumnya serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai

b. Kegiatan Inti

Pada kegitan inti pertemuan kedua ini, guru menunjukkan

katu-karu yang dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa

“kalian sudah tahu kartu yang ibu bawa kartu apa bukan, pada

pertemuan sebelum-sebelunya kita sudah melakukan permainan

Make A Match, pada pertemuan kali ini kita juga akan melakukan

permainan yang sama?”, kemudian siswa menjawab. Setelah guru

lakukan tanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawan guru,

kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

diajarkan pada pertemuan pada hari ini. Guru melibatkan siswa

secara aktif dalam setiap pembelajaran.

Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang

pengurangan tiga pecahan berturut-turut dan memberikan contoh di

papan tulis. Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa

siswa untuk maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru

di depan papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai

berikut: Beberapa hasil pengarangan Salah satu

siswa maju ke depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian

guru bertanya lagi, berapa hasil pengurangan dari

Siswa maju ke depan menyelesaikan soal itu,

dan ternyata siswa tersebut belum dapat menyelesaikannya,

kemudian guru membantu siswa dalam menyelasaikan soal dengan

bertanya jawab dengan siswa yang lain. Untuk mengukur keaktifan

siswa dan kemampuan siswa terhadap materi ini guru kemudian

guru menjelaskan permainan yang akan dilakukan pada pertemuan

hari ini yaitu permainan Make A Match. Karena permainan Make A

Match sudah pernah dilakukan dipertemuan sebelum-sebelumnya d

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

83

ikelas ini maka guru hanya mengulang penjelasan secara singkat

tentang prosedur permaianan Make A Match. Guru kemudian

membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa. Setiap

siswa mendapat satu kartu (bisa kartu jawaban, bisa kartu soal).

Setelah semua siswa mendapat kartu soal atau kartu jawaban guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban

atau soal dari kartu yang dipegang oleh masing-masing siswa.

Kemudian siswa mencari pasangan kartu yang cocok dari soal atau

jawaban yang ia peroleh. Saat proses pembelajaran berlangsung,

guru memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan. Siswa yang

dapat mencocokkan kartu jawaban atau soal sebelum batas waktu

yang ditentukan (10 menit) mendapat point atau penghargaan dari

guru. Kegiatan ini dapat diulang kembali, dengan mengocok kartu

jawaban atau kartu soal dengan maksud agar siswa dapat kartu soal

atau kartu jawaban yang berbeda. Guru mengoreksi kembali

apakah pasangan yang siswa dapat sudah benar atau belum dengan

menggunakan metode tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba

mencari pasangan atau soal suasana kelas menjadi ramai tak

terkendali. Baru setelah guru mengarahkan siswa untuk tenang

suasana menjadi tenang. Aktifitas siswa dapat diamati oleh peneliti

dan observer melalui lembar observasi.

Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru

kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang

materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu

siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini.

Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa

yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya

kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih

paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian

mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

84

mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di

papan tulis.

c. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan

pemantapan dengan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut yaitu meminta siswa

untuk mempelajari materi yang akan dipelajari selanjutnya.

Karena pada pertemuan kedua ini adalah pertemuan

terakhir pada siklus II sekaligus pertemuan terakhir untuk

penelitian ini, maka guru menyebarkan try out atau te. Untuk

mengetahui sejauh mana siswa menyerap pembelajaran dengan

metode Make A Match. Hasil dari try out siklus II inilah yang akan

di olah datanya untuk kenaikan hasil belajar siswa pada siklus II.

Sekaligus penentu sukses atau tidaknya penelitian ini.

c. Tahap Observasi (Observasion)

Observer malakukan pengamatan tehadap guru dan siswa yang

sedang melaksanakan kegitan pembelajaran perbaikan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi

akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya

tindakan penelitian terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Penarapan Keaktifan dan Hasil Belajar

Paparan keaktifan dan hasil belajar siklus II

Hasil observasi atau pengamatan keaktifan pada siklus II yang diperoleh

selama proses pembelajaran metematika kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dipaparkan oleh penulis, data yang

didapatkan dapat dilihat sebagai berikut:

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

85

Tabel 4.13

Pelaksanaan metode Make A Match

No. Aspek Yang Diamati 1 2

1 Persiapan mengajar, memberi salam, melaksanakan presensi √ √

2 Mengecek persiapan siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik

saat membaca dan menulis √ √

3 Memotivasi siswa dengan menyanyikan sebuah lagu √ √

4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √ √

5 Menunjukkan kartu-kartu yang dibawanya √ √

6 Bertanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawanya √ √

7 Melalui tanya jawab guru menjelaskan tentang materi √ √

8 Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran

make a match √ √

9 Menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan √ √

10 Dengan tanya jawab disertai contoh, guru menjelaskan materi yang

disampaikan √ √

11 Menjelaskan cara permainan make a match (mencari pasangan) √ √

12 Membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak kepada siswa,

tiap peserata didik mendapatkan satu kartu √ √

13 Siswa memikirkan jawaban dari kartu jawaban kemudian mencari

pasangan kartu yang telah mereka dapatkan √ √

14 Guru memfasilitasi siwa dalam melakukan permainan make a match

(mencari pasangan) √ √

15 Guru memberikan poin kepada siswa yang dapat mencocokkan kartu

sebelum batas waktu √ √

16 Guru mengocok kartu-kartu yang berbeda untuk permainan Make A

Match untuk babak ke dua √ √

17 Melalui tanya jawab guru bersama siswa mengoreksi jawaban dari

masing-masing kartu soal yang telah didapat oleh masing-masing

siswa √ √

18 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang

belum dipahami siswa √ √

19 Melalui tanya jawab guru bersama siswa menyimpulkan materi yang

telah dipelajari √ √

20 Guru memberikan siswa soal evaluasi √ √

21 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan

yang sudah dibuat √ √

22 Guru memberikan PR kepada siswa √ √

Dari observasi di siklus II dapat dilihat bahwa guru sudah melaksanakan

metode Make A Match dengan baik karena semua aspek telak silaksanakan.

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

86

Persentase terendah adalah pada indikator aktif bertanya yaitu 21 siswa

dengan persentase 80,77 % dari siklus I hanya 19 siswa (73,07 %), indikator aktif

bertanya meningkat menjadi 22 siswa dengan persentase 84,62 % dari suklus I 18

siswa dengan persentase 69,23 %, indikator aktif menjawab naik menjadi 23

siswa dari siklus I 19 siswa dengan persentase 73,07 % pada, pada indikator

kerjasama antar siswa naik menjadi 23 siswa dengan persentase 88,46 % pada

siklus I 20 siswa dengan persentase 69,23 %, indikator aktif dalam melakukan

permainan naik menjadi 23 siswa dari siklus I 18 siswa dengan persentase 69,23

%, indikator mengemekakan ide 22 siswa dengan persentase 84,62 % pada siklus I

19 siswa dengan persentase 73,07 %, dan indikator yang terakhir adalah

menyimpulkan hasil kegiatan ada 23 siswa dengan persentase 88,46 % pada siklus I

20 siswa dengan persentase 76,92 %. Berikut peneliti sajikan rekap pengamatan

keaktifan pada tabel 4.14 di bawh ini:

Tabel 4.14

Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II

No. Indikator Keaktifan Jumlah Siswa

Aktif

Persentase

Keaktifan

1. Semangar mengikuti pembelajaran 21 80,77%

2. Aktif bertanya 22 84,62%

3. Aktif menjawab 23 88,46%

4. Kerjasama antar siswa 23 88,46%

5. Aktif dalam melakukan permainan 23 88,46%

6. Mengemukakan ide 22 84,62%

7. Menyimpulkan hasil kegiatan 23 88,46%

Rata-Rata Keaktifan 86,26 %

Dari data tabel 4.14 dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Make A

Match diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 86,26 % pada timdakan

setelah siklus I secara klasikal, ini berarti telah terjadi peningkatan keaktifan

belajar siswa dari rata-rata keaktifan kondisi awal 55,49 % siklus I 73,07 %. Hal

ini membuktikan bahwa metode Make A Match dapat meningkatkan keaktifan

belajar siswa. Telah terjadi peningkatan di atas kriteria minimal yaitu 70%. Hasil

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

87

rekap pengamatan observasi keaktifan kondisi awal dengan siklus I dapat

dibandingkan sebagai berikut:

Tabel 4.15

Perbandingan Pemgamatan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II

No Indikator Siklus I Siklus II

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. Semangar mengikuti pembelajaran 19 73,07 % 21 80,77%

2. Aktif bertanya 18 69,23 % 22 84,62%

3. Aktif menjawab 19 73,07 % 23 88,46%

4. Kerjasama antar siswa 20 76,92 % 23 88,46%

5. Aktif dalam melakukan permainan 18 69,23 % 23 88,46%

6. Mengemukakan ide 19 73,07 % 22 84,62%

7. Menyimpulkan hasil kegiatan 20 76,92 % 23 88,46%

Rata-Rata Keaktifan 73,07 % 86,26 %

Hasil observasi atau pengamatan hasil belajar yang diperoleh selama proses

pembelajaran menggunakan metode Make A Match pada mata pelajaran

metematika adalah sebagai berikut:

Tabel 4.16

Rekapitulasi Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus II

No. Nilai Setelah Siklus II

Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

1. < 50 1 3,8 Belum tuntas

2. ≥ 50-54 - 0 Belum tuntas

3. 55-59 - 0 Belum Tuntas

4. 60-64 2 7,7 Belum Tuntas

5. 65-69 - 0 Tuntas

6. 70-74 6 23,1 Tuntas

7. 75-79 0 0 Tuntas

8. 80-84 7 26,9 Tuntas

9. 85-89 - 0 Tuntas

10. 90-94 6 23,1 Tuntas

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

88

Berdasarkan tabel 4.16 terlihat jelas perbandingan siswa setelah siklus II

yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=65) adalah sebanyak 23 siswa atau

88,5% dari kondisi siklus I hanya 16 siswa atau 61,5%, sedangkan siswa yang

belum mencapai ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 10 siswa atau 38,5%

meningkat menjadi 3siswa atau 11,5%, yang dapat diuraikan jumlah siswa yang

mendapat nilai <50 sebanyak 1 siswa atau 3,8%, ≥50-54 sebanyak tidak ada,

untuk nilai 55-59 ada tidak ada, 60-64 sebanyak 2 siswa atau 7,7%, nilai 65-69

tidak ada, nilai 70-74 sebanyak 6 siswa atau 23,1%, 75-79 tidak ada, kemudian

nilai 80-84 ada 7 siswa atau 26,9%, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 85-

89, sedangkan yang mendapat nilai 90-94 hanya 6 siswa saja atau 23,1%, dan 4

siswa yang mendapatkan nilai 95-100. Dengan nilai rata-rata 78,5 sedangkan nilai

tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 60. Sedangkan Standar deviasinya

adalah 12.14.

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.16 dapat dilihat diagram

seperti pada gambar 4.4 di bawah ini:

11. 95-100 4 15,4 Tuntas

Jumlah 26 100

Rata-rata 78,5

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 60

Standar Deviasi 12.14

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

89

Gambar 4.4

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus II

Tabel 4.17

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus II

Hasil Ketuntasan belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui

bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM=65) sebanyak 10 siswa atau 38,5% pada siklus I kemudian terjadi

kenaikan setelah dilakukan siklus II menjadi 3 siswa 11,5%, sedangkan yang

No. Nilai Setelah Siklus II

Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

1. < 65 3 11,5 % Belum Tuntas

2. ≥ 65 23 88,5 % Tuntas

Jumlah 26 100 %

Rata-rata 78,5

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 60

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

90

mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa atau 61,5% pada siklus I

kemudian meningkat menjadi 23 siswa atau 88,5% pada siklus II.

Setelah tindakan siklus II nampak selaki terjadi peningkatan hasil belajar

siswa. Ini membuktikan bahwa penelitian yang telah dilakukan telah berhasil

karena telah melebihi batas ketuntasan yaitu 70% sedangkan hasil yang didapat

adalah 88,5.

Berdasarkan pengamatan setelah diadakanya penelitian tindakan suklus II,

terjadi kenaikan hasil belajar siswa. Terjadinya kenaikan hasil belajar siswa

tersebut karena siswa merasa senang dalam proses pembelajaran. Dan siswa tidak

mudah bosen saat mengikuti kegiatan pembelajar di kelas, karena medel

pembelajaran yang digunakan oleh guru menyenangkan, jadi siswa dapat bermain

sambil belajar, sehingga pembelajaran lebih menarik yang berakibat hasil belajar

siswa mengalami kenaikan dan keaktifan siswa pun nampak dalam mengikuti

proses pembelajaran

Pada siklus I siswa yang tuntas hasil belajar sebanyak 16 siswa (61,5%),

dan siswa yang belum tuntas belajar mencapai 10 siswa (38,5%) dari 26 siswa

dengan nilai rata-rata 66,7. Sedangkan pada siklus II peningkatan hasil belajar

meningkat mencapai 23 siswa (88,5 %) dari 26 siswa, dengann nilai rata-rata 78,5.

Nilai rata-ratapun meningkat menjadi 78,5. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan,

bahkan telah melampaui batas kriteria yang telah ditentukan.

Tabel 4.18

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

No. Nilai

Siklus I Siklus II

Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa Persentase (%)

1 Tuntas 16 61,5 % 23 88,5 %

2 Belum Tuntas 10 38,5 % 3 11,5 %

Jumlah 26 100% 26 100%

Berdasarkan tabel 4.18 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar

menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan pada siklus I dan

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

91

mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan pada siklus II. Dari siklus I ke

siklus II peningkatan yang terjadi mencapai 27%.

Berdasarkan tabel 4.18 peneliti sajikan dalam bentuk gambar 4.5 yang

dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 4.5

Perbandingan Rekapitulasi

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Dari gambar 4.5 terlihat peningkatan hasil belajar pada siklus I ke siklus II

sudah mencapai yang diharapkan yaitu ketuntasan belajar 70 % bahkan melebihi

target ketuntasan hingga mencapai 88,5%.

Tabel 4.19

Perbandingan Persentase

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II

No. Pembelajaran Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. Siklus I 16 61,5 % 10 38,5 %

2. Siklus II 23 88,5 % 3 11,5 %

Berdasarkan tabel 4.19 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar

menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan pada siklus I dan

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

92

mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan pada siklus II. Dari siklus I ke

siklus II peningkatan yang terjadi mencapai 27 %.

Dari kasil penelitian yang telah dilakukan terdapat kenaikan keaktifan dan

hasil belajar siswa dengan metode Make A Match dalam pelajaran matematika.

Berikut penulis sajikan perbandingan kenaikan keaktifan dan hasil belajar siswa

sebagai berikut:

Tabel 4.20

Perbandingan Rekap Pemgamatan Keaktifan Siswa

Kondisi Awal, Siklus II, dan Siklus II

No Indikator

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Fre-

kuensi

Presen-

tase

Fre-

kuensi

Persen-

tase

Fre-

kuensi

Persen-

tase

1. Semangar mengikuti

pembelajaran

14 53,84 % 19 73,07% 21 80,77%

2. Aktif bertanya 14 53,84 % 18 69,23% 22 84,62%

3. Aktif menjawab 18 69,23 % 19 73,07% 23 88,46%

4. Kerjasama antar siswa 16 61,53 % 20 76,92% 23 88,46%

5. Aktif dalam melakukan

permainan

14 53,84 % 18 69,23% 23 88,46%

6. Mengemukakan ide 15 57,69 % 19 73,07% 22 84,62%

7. Menyimpulkan hasil

kegiatan

10 38,46 % 20 76,92% 23 88,46%

Rata-Rata Keaktifan 55,49 % 73,07 % 86,26 %

Tabel 4.21

Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No. Nilai

Tuntas Belum Tuntas

Jumlah

Siswa Persentase

Jumlah

Siswa Persentase

1 Kondisi Awal 11 42,3% 15 57,7%

2 Siklus I 16 61,5 % 10 38,5 %

3 Siklus II 23 88,5 % 3 11,5 %

Berdasarkan tabel 4.21 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan belajar

siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar menjumlahkan

dan mengurangkan berbagai bentuk pada pecahan pada siklus I dan mengalikan

dan membagi berbagai bentuk pecahan pada siklus II. Dari kondisi awal ke siklus

I, dan ke siklus II peningkatan ketuntasan hasil belajar sudah melebihi target 70

%, sedangkan tingkat keberhasilan mencapai 88,5 % ini berarti penelitian yang

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

93

dilakukan dengan metode make-A Match telah berhasil. Berikut ini peneliti

sajikan gambar 4.6 peningkatan ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal, siklus

I dan siklus II sebagai berikut:

Gambar 4.6

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar dari Kondisi Awal,

Siklus Idan Siklus II

Dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. siswa yang tuntas 16 anak

(61,5%), pada siklis II siswa yang tuntas meningkat menjadi 23 anak (88,5%).

Peningkatan yang terjadi mencapai 7 siswa (26,9%).

d. Tahap Refleksi (Reflection)

Setelah dilakukan kegiatan perbaikan pembelajaran pada

kompetensi dasar menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk

pecahan pada siklus I dan pada siklus II kompetensi dasar Mengalikan

dan membagi berbagai bentuk pecahan, peneliti bersama observer

melakukan refleksi, Ternyata hasil perbaikan pembelajaran berhasil

sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Dari 26 siswa

yang telah berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari

kompetensi dasar ini mencapai 23 siswa atau sekitar 88,5%. Ini berarti

keberhasilan yang dicapai melampaui batas minimal kriteria

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

94

keberhasilan yang telah ditentukan sebesar 70%. Keaktifan siswa pun

juga mencapai 22 siswa (84,6%). Namun demikian masih menyisakan

masalah adanya 3 siswa yang belum tuntas belajar. Dari ke 3 siswa

yang belum tuntas belajar ini disebabkan karena 2 siswa mempunyai

tingkat Intelgensi rendah (factor intrinsic) dan 1 siswa tidak pernah

masuk saat penelitian dilaksanakan.

4.6 Pembahasan

Dari data yang sudah dipaparkan penelis, bahwa pembelajaran Make A

Match dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pembalajaran matematika. Dari

kondisi awal sebelum dilakukan penerapan Make A Match diperoleh rata-rata

keaktifan belajar siswa adalah 55,49 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada

kondisi awal secara klasikal ternyata siswa belum terlibat aktif damam

pembelajaran. Pada siklus I rata-rata keaktifan siswa meningkat menjadi 73,07 %.

Sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 86,26

%. Dari data yang telah diperoleh siswa yang belun aktif 1 diantaranya siswa

tersebut tidak pernah mengikuti pembelajaran saat penelitian dilakukuan oleh

guru kelas.

Sedangkan untuk hasil belajar pada studi awal siswa yang tuntas belajar

sebanyak 11 siswa dari 26 siswa berarti sekitar 42,3 % dengan nilai rata-rata 57,5.

Kemudian setelah dilakukan pembelajaran siklus I, jumlah siswa yang tuntas

belajar meningkat menjadi 16 siswa dari 26 siswa 61,5% dengan nilai rata-rata

66,2. Ini berarti ada kenaikkan ketuntasan belajar sebasar 19,2%.Walaupun belum

sesuai ketuntasan yang diinginkan yaitu diatas 70%, akan di lakukan perbaikan

pada siklus II. Sedangkan di siklus II siswa yang tuntas naik mencapai 23 siswa

88,5 %.

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Make- A

Match dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa karena sudah

melebihi kriteria yang ditentukan yaitu 70%. Dari bebrapa siswa yang belum aktif

terdapat 1 siswa yang tidak pernah mengikuti pembelajaran saat proses

pembelajaran belangsung.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2185/5/T1_292008092_BAB IV.pdf · 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti,

95

Dari hasil dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa gejala

yang paling umum terjadi saat pembelajaran adalah:

a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat siswa mencari

pasangan jawaban atau soal masing-masing

b) Guru belum memberi reward/penguatan pada siswa yang menjawab benar.

c) Guru tidak memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban, sehingga waktu

yang dibutuhkan cukup lama

d) Guru disarankan memberi perhatian khusus kepada siswa yang masih

kesulitan dalam menyerap materi

Untuk mengantisipasi keadaan ini upaya yang dilakukan pada siklus II

adalah guru memendu siswa dalam mencari pasangan jawaban sehingga waktu

tidak terbuang sia-sia, guru member reward/penguatan kepada siswa berupa poin-

poin.

Dalam penelitian yang telah dilakukan jelas bahwa terjadi adanya

peningkatan baik itu berupa keaktifan siswa, dan hasil belajar siswa. Peningkatan

keaktifan siswa ditunjukkan dengan siswa aktif bertanya, semangat mengikuti

pelajaran, kedisiplinan siswa mengikuti pembelajaran, aktif menjawab, kerjasama

siswa, aktif dalam melakukan permainan, mengemukakan ide, menyimpulkan

hasil kegiatan dan kreatifitas. Peningkatan hasil belajar siswa berupa nilai dari

soal instrumen. Hal ini dapat membuktikan bahwa penerapan metode

pembelajaran Make-A Match sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran,

terutama mata pelajaran matematika. Di dalam penerapan metode pembelajaran

Make-A Match pelaksanaannya dalam bentuk permainan, sehingga dapat

meningkatkan keaktifan siswa sekaligus berdampak pada meningkatnya hasil

belajar.