bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran...

37
44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sekolah Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Blotongan 02 Salatiga pada semester II tahun ajaran 2018/2019. SD Negeri Blotongan 02 berada di Kecamatan Sidorejo atau lebih tepatnya berada di Jl. Fatmawati Blotongan RT 07 RW 03. Jarak tempuh ke SD Negeri Blotongan 02 Salatiga dari pusat Kecamatan ± 1 km. Lokasi SD Negeri Blotongan 02 Salatiga cukup strategis yaitu berada di dekat jalan raya Salatiga-Semarang. Suasana di sekitar SD Negeri Blotongan 02 Salatiga merupakan suasana pedesaan yang sangat asri sehingga memungkinkan bagi siswa untuk dapat belajar dengan kondusif. SD Negeri Blotongan 02 Salatiga terdiri atas 200 siswa mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, dengan tiga belas guru dan satu penjaga sekolah. Memiliki enam ruang kelas, satu ruang guru dan kepala sekolah, satu rung perpustakaan, satu ruang komputer, satu ruang pembeajaran agama, satu ruang UKSW, dan dua toilet untuk siswa serta dua toilet untuk guru. SD Negeri Blotongan 02 juga memiliki halaman yang cukup luas untuk melaksanakan kegiatan upacara bendera serta kegiatan olaharaga. Secara umum SD Negeri Blotongan 02 Salatiga memiliki ruang kelas dan lingkungan yang bersih serta nyaman untuk mendukung siswa dalam belajar. 4.2 Kondisi Awal Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga semester II tahun 2018/2019 yang berjumlah 34 siswa, terdiri atas 15 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Sebelum dilaksanakannya penelitian tindakan kelas dalam kegiatan pembelajaran guru lebih sering menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas kepada siswa terutama dalam pembelajaran tematik. Padahal seharusnya dalam pembelajaran tematik siswa dituntut untuk lebih berperan aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Upload: dokhanh

Post on 19-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Blotongan 02 Salatiga pada semester

II tahun ajaran 2018/2019. SD Negeri Blotongan 02 berada di Kecamatan

Sidorejo atau lebih tepatnya berada di Jl. Fatmawati Blotongan RT 07 RW 03.

Jarak tempuh ke SD Negeri Blotongan 02 Salatiga dari pusat Kecamatan ± 1 km.

Lokasi SD Negeri Blotongan 02 Salatiga cukup strategis yaitu berada di dekat

jalan raya Salatiga-Semarang. Suasana di sekitar SD Negeri Blotongan 02

Salatiga merupakan suasana pedesaan yang sangat asri sehingga memungkinkan

bagi siswa untuk dapat belajar dengan kondusif.

SD Negeri Blotongan 02 Salatiga terdiri atas 200 siswa mulai dari kelas 1

sampai kelas 6, dengan tiga belas guru dan satu penjaga sekolah. Memiliki enam

ruang kelas, satu ruang guru dan kepala sekolah, satu rung perpustakaan, satu

ruang komputer, satu ruang pembeajaran agama, satu ruang UKSW, dan dua toilet

untuk siswa serta dua toilet untuk guru. SD Negeri Blotongan 02 juga memiliki

halaman yang cukup luas untuk melaksanakan kegiatan upacara bendera serta

kegiatan olaharaga. Secara umum SD Negeri Blotongan 02 Salatiga memiliki

ruang kelas dan lingkungan yang bersih serta nyaman untuk mendukung siswa

dalam belajar.

4.2 Kondisi Awal

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02

Salatiga semester II tahun 2018/2019 yang berjumlah 34 siswa, terdiri atas 15

siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Sebelum dilaksanakannya penelitian

tindakan kelas dalam kegiatan pembelajaran guru lebih sering menggunakan

metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas kepada siswa terutama dalam

pembelajaran tematik. Padahal seharusnya dalam pembelajaran tematik siswa

dituntut untuk lebih berperan aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

45

Kebiasaan guru ini berakibat pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas

menjadi didominasi pembeicaraan oleh guru, yang berakibat kegiatan

pembelajaran hanya berjalan satu arah. Siswa jarang diberikan kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya baik itu secara individu maupun berkelompok.

Sehingga kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa masih terbatas.

Salah satu pengembangan ketrampilan tinggi adalah kemampuan berpikir

kritis. Kemampuan berpikir kritis akan menuntut siswa dalam memfokuskan suatu

pertanyaan, menganalisis argumen, mengobservasi dan mempertimbangkan

laporan hasil observasi serta siswa dituntut mampu dalam menuliskan kesimpulan.

Ketika guru menjelaskan materi dari 34 siswa hanya sekitar 4 (12%) siswa yang

berani bertanya tentang materi yang disampaikan, sedangkan siswa yang lain

hanya diam memperhatikan guru. Dengan kondisi yang seperti ini guru harus

mampu menemukan solusi yang tepat, salah satunya adalah dengan menggunakan

model pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa. Seharusnya dalam kegiatan pembelajaran guru hanya berperan sebagai

fasilitator untuk membimbing siswa dalam menemukan sendiri konsep

pengetahuannya berdasarkan pengalaman atau berdasarkan kegiatan percobaan.

Dilihat dari nilai hasil ulangan tengah semester pembelajaran tematik kelas

4, semester I tahun ajaran 2016/2017, dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM)

yaitu ≥75. Dari 34 siswa terdapat 13 (38%) siswa yang sudah mencapai KKM,

sedangkan 21 (62%) siswa belum mencapai KKM, dengan nilai tertinggi 93,3 dan

nilai terendah 26,7. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, salah satu penyebab

hasil belajar yang belum maksimal ini dikarenakan siswa masih kurang dalam

kemampuan berpikir kritisnya. Berikut disajikan Tabel yang menunjukkan kondisi

ketuntasan hasil belajar tematik siswa pada pra siklus.

46

Tabel 4.1

Ketuntasan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02

Salatiga Pada Pra Siklus

Kriteria

Angka Ketuntasan Belajar Frekuensi Presentase

≥75 Tuntas 13 38%

<75 Tidak Tuntas 21 62%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 71,11

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 26,7

Berdasarkan pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 34 siswa, siswa

yang memenuhi KKM atau dinyatakan tuntas adalah 38% dari jumlah keseluruhan

sedangkan yang dinyatakan tidak tuntas adalah 62%. Kemudian dari Tabel 4.1

dapat dilihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada Pra siklus yaitu

72.08 dengan nilai tertinggi 93,3 dan nilai terendah 26,7.

Berdasarkan data yang diperoleh perlu adanya upaya untuk memperbaiki

kondisi dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Perlu diterapkan model

pembelajaran yang mampu untuk membuat siswa terlibat secara aktif dalam

kegiatan pembelajaran serta mampu mengembangkan siswa untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritisnya sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat

secara maksimal. Peneliti akan menerapkan model pembelajaran Discovery

Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa agar hasil belajar

siswa juga meningkat. Peneliti tidak hanya mengukur hasil belajar kognitif

melainkan juga akan mengukur hasil belajar afektif dan psikomotor.

4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

4.3.1 Perencanaan Tindakan Siklus 1

Sebelum dilakukan tindakan perlu disusun perencanaan yang dijadikan

sebagai pedoman dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan pada siklus I

pertemuan 1 dan 2. Perencanaan disusun dengan tujuan untuk mengoptimalkan

kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tecapai.

Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus, dengan

47

masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Satu pertemuan membutuhkan

alokasi waktu 2x35 menit pada KD Bahasa Indonesia 3.7. Menggali pengetahuan

baru yang terdapat pada teks, dan 4.7. Menyampaikan pengetahuan baru dari teks

non fiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri. Serta KD IPA 3.3.

Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya

magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan, dan 4.3. Mendemonstrasikan manfaat

gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet,

gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Adapun persiapan sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai akan dijabarkan sebagai berikut:

1) Menyusun RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

RPP disusun sesuai dengan KD yang sudah dipilih selain itu kegiatan dalam

RPP juga sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih, yaitu model

Discovery Learning.

2) Menyusun lembar observasi untuk mengobservasi aktivitas guru dan siswa

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi guru dan siswa

disusun sesuai dengan sintak dari model pembelajaran yang dilakukan. Dalam

penelitian ini peneliti menerapkan model pembelajaran Discovery Learning.

3) Menyusun lembar observasi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis

siswa. lembar observasi disusun sesuai dengan indikator kemampuan berpikir

kritis.

4) Menyusun lembar observasi untuk mengukur sikap dan psikomotor siswa.

5) Menyusun instrumen penilaian yang akan dijadikan sebagai alat untuk

mengukur hasil belajar siswa. Instrumen tersebut berupa soal pilihan ganda

yang berjumlah 20.

6) Merencanakan hari dan tanggal pelaksanaan tindakan dengan berdiskusi

bersama guru kolaborator yang nantinya juga akan bertindak sebagai

observer.

48

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan

yang telah dibuat. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, dalam setiap

pertemuan waktu yang diperlukan adalah 2 x 35 menit. Secara rinci pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis 15 Maret 2018 yang

dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 08.10 WIB, dilaksanakan pada kelas 4

SD Negeri Blotongan 02 Salatiga. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan

menerapkan model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran tematik

dengan materi pokok Bahasa Indonesia tentang pokok pikiran yang ada dalam

teks bacaan, dan IPA yaitu tentang pengertian gaya dan jenis-jenis gaya. Kegiatan

yang dilakukan antara lain: 1) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan

mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis siswa dengan cara meminta siswa

agar merapikan seragam dan tempat duduk masing-masing. Dilajutkan dengan

meminta salah satu perwakilan untuk memimpin doa pembuka, setelah itu peneliti

yang berperan sebagai guru melakukan absensi, dan 34 siswa semuanya hadir.

Setelah selesai melakukan absensi guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru menyampaikan

apersepsi; 2) Kegiatan selanjutnya merupakan kegiatan inti, yang pertama

dilakukan guru dalam kegiatan ini adalah meminta siswa untuk membaca teks

bacaan yang ada dalam buku tematik milik masing-masing siswa. Setelah

membaca siswa diminta untuk mencari pokok pikiran setiap paragraf dari teks

bacaan. Pokok pikiran yang sudah ditulis oleh masing-masing siswa akan

dibacakan di depan kelas, namun tidak semua siswa membaca di depan kelas

hanya beberapa siswa saja yang akan membacanya. Guru memberikan pengantar

sebelum masuk ke materi selanjutnya, pengantar yang diberikan berupa cerita

tentang alat transportasi tradisional yang ada di Indonesia misalnya Bendi dan

Pedati. Guru menampilkan gambar pedati yang disajikan dalam PPT, siswa

diminta untuk mengamati gambar tersebut, tujuannya adalah memberikan

stimulasi kepada siswa berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Kemudian

49

guru bersama dengan siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan gambar

yang sudah ditampilkan sebelumnya. Guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok untuk melakukan diskusi. Satu kelas dibagi menjadi 7 kelompok

dengan masing-masing kelompok beranggota lima sampai enam siswa. Setelah

semua siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing guru memberikan

instruksi berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam kelompok.

Guru memberikan penejelasan kepada siswa dalam kelompok bahwa mereka

harus menyelesaikan lembar kerja kelompok yang telah disiapkan guru berkaitan

dengan pengertian gaya serta sifat dari gaya melalui kegiatan praktik. Pada saat

kelompok berdiskusi guru berkeliling ke setiap kelompok dan mempersilahkan

jika anggota kelompok ada yang ingin bertanya. Guru meminta seluruh anggota

kelompok untuk maju ke depan kelas membacakan hasil diskusinya di depan

kelas. Guru meminta siswa menyimpulkan materi dari apa yang sudah

didiskusikan bersama kelompok. Pada saat siswa melakukan kegiatan diskusi

kelompok serta melakukan presentasi hasil dari diskusi kelompok guru melakukan

pengamatan kepada masing-masing siswa untuk menilai kemampuan berpikir

kritis, sikap serta psikomotor siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang

dilakukan. Instrumen yang digunakan untuk menilai berupa lembar observasi,

sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun sebelumnya. Guru memberikan

penguatan materi kepada siswa agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh

siswa secara menyeluruh; 3) Kegiatan akhir diawali dengan memberikan refleksi

terhadap kegiatan yang sudah dilakukan, dilanjutkan dengan menarik kesimpulan

dari seluruh materi yang sudah dipelajari, guru juga memberikan gambaran

kegiatan pada pertemuan selanjutnya yaitu siswa akan kembali dibentuk

kelompok untuk melakukan diskusi berkaitan dengan sifat-sifat gaya selain sifat

yang sudah dipelejari pada pertemuan pertama. Kegiatan pembelajaran diakhiri

dengan doa yang dipimpin oleh salah satu siswa.

50

b. Pertemuan ke-Dua

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan ke dua ini merupakan perbaikan dan

tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama. Pelaksanaan

pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat 16 Maret 2018 dimulai pada pukul

07.00 sampai dengan pukul 08.10 WIB. Kegiatan yang dilakukan antara lain: 1)

Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyiapkan siswa secara fisik dan psikis,

dilanjutkan dengan berdoa, melakukan absensi, dilanjutkan dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam kegiatan

pembelajaran yang dilakukan, dan menyampaikan apersepsi; 2) Kegiatan inti

dimulai dengan guru menunjukkan contoh gambar kegiatan yang membutuhkan

gaya. Siswa mengamati gambar yang disajikan kemudian guru bersama dengan

siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan gambar tersebut. Guru membagi

siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan kegiatan diskusi, dalam satu

kelas ada 7 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok lima sampai

enam siswa. Anggota kelompok membacakan hasil diskusinya di depan kelas.

Kelompok menyimpulkan materi dari kegiatan diskusi yang sudah dilakukan.

Guru memberikan penguatan materi kepada siswa; 3) Kegiatan akhir diawali

dengan guru memberikan soal evaluasi kepada siswa, soal evaluasi berupa soal

pilihan ganda dan isian singkat yang berjumlah 20 soal. Sesuai dengan

perencanaan awal bahwa soal evaluasi ini akan digunakan sebagai bahan untuk

mengukur hasil belajar siswa. Guru berkeliling untuk mengawasi sekaligus

memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Setelah soal

evaluasi selesai dikerjakan guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap

kegiatan yang sudah dilakukan, dilanjutkan dengan menarik kesimpulan dari

seluruh materi yang sudah dipelajari, berdoa.

Observasi

Kegiatan observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan tindakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Observasi terhadap tindakan siklus I dilakukan oleh observer yaitu guru kelas 4

SD Negeri Blotongan 02 Salatiga. Observer bertugas untuk mengamati proses

51

pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning.

Observer menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil dari observasi aktivitas guru dan siswa

pada siklus I pertemuan 1 dan 2 tersaji dalam Tabel rekapitulasi berikut ini.

Tabel 4.2

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga

dalam Pembelajaran Tematik dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

Siklus I

No Aspek yang Diamati Pertemuan

1 2

Tahap Persiapan

1 Mempersiapkan ruang kelas yang akan digunakan untuk proses

pembelajaran. 4 4

2 Mempersiapkan alat dan media pembelajaran yaitu alat tulis, media

pembelajaran dan LKS 4 4

Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Pendahuluan)

3. Mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis 3 4

4 Mengajak siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-

masing. 4 4

5 Memeriksa kehadiran siswa 4 4

6. Memberikan apersepsi 3 3

7 Mengemukakan tujuan pembelajaran 4 3

Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Inti)

8 Memberikan stimulasi sebelum masuk ke materi pembelajaran dengan

meminta siswa mengamati gambar atau membaca buku 4 3

9 Memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan

kegiatan yang sebelumnya sudah dilakukan 3 4

10 Mendorong siswa menjawab sejumlah pertanyaan yang diberikan guru 3 3

11 Membagi siswa kedalam kelompok 4 4

12 Memberikan instruksi yang jelas mengenai tugas dari masing-masing

kelompok 3 3

13 Membimbing siswa melakukan praktik dan diskusi kelompok 3 4

14 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

berkaitan dengan tugas kelompok 4 3

15 Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusi 4 3

16 Memberikan penjelasan dari hasil temuan siswa dalam kegiatan praktik

dan diskusi kelompok 3 3

17 Membimbing siswa menyimpulkan temuan dari kegiatan praktik dan

diskusi kelompok 3 3

Tahap Pelaksanaan (Penutup)

18 Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran 3 4

19 Menyimpulkan materi pembelajaran 3 3

20 Menutup kegiatan pembelajaran 4 4

Jumlah 70 70

Rata-rata (Skor/20) 3,5 3,5

52

Tabel 4.3

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga

dalam Pembelajaran Tematik dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

Siklus I

No Aspek yang Diamati Pertemuan

1 2

Tahap Persiapan

1 Siswa duduk siap mengikuti pembelajaran 3 3

2 Siswa mempersiapkan sumber belajar seperti buku tematik 4 3

Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Pendahuluan)

3 Siswa siap secara fisik dan psikis untuk mengikuti pembelajaran 3 4

4 Berdoa sesuai agama dan keyakinan masing-masing 4 4

5 Mendengarkan absensi yang dilaukan guru 3 3

6 Mengikuti apersepsi dengan baik 3 3

7 Mendengarkan penyampaian tujuan pembelajaran 3 3

Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Inti)

8 Mengamati gambar yang diberikan guru 3 4

9 Aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru 3 3

10 Membentuk kelompok sesuai arahan guru 4 4

11 Memperhatikan instruksi yang diberikan guru mengenai kegiatan

dalam kelompok 3 3

12 Melakukan praktik dan diskusi kelompok 3 3

13 Menyelesaikan lembar kerja kelompok yang diberikan guru 4 4

14 Menyampaikan hasil diskusi kelompok 3 4

15. Mendengarkan penjelasan dari guru mengenai hasil temuan dalam

kegiatan praktik dan diskusi kelompok 3 3

16 Bersama guru menyimpulkan temuan dari kegiatan praktik dan

diskusi kelompok 4 3

Tahap Pelaksanaan (Penutup)

17 Bersama guru melakukan evaluasi terhadap pembelajaran 3 3

18 Bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran 3 3

19 Menutup kegiatan pembelajaran 4 3

Jumlah 63 63

Rata-rata (Skor/19) 3,3 3,3

4.3.3 Refleksi Siklus I

Kegiatan pembelajaran tematik dalam siklus I membahas mengenai

Bahasa Indonesia yaitu tentang pokok pikiran dalam teks bacaan dan IPA tentang

pengertian serta sifat-sifat dari gaya. Tindakan dilaksanakan sebagai upaya agar

kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat sehingga akan berpengaruh

terhadap hasil belajar yang diperolehnya. Dalam pelaksanaan siklus I ini

kemampuan berpikir kritis siswa sudah mulai mengalami kenaikan tetapi perlu

untuk diperbaiki, terutama pada siswa yang memperoleh nilai hasil belajar rendah.

53

Setelah dilaksanakannya kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran Discovery Learning pada kelas 4 SD Negeri Blotongan 02

Salatiga aktifitas guru dan siswa terhadap kegiatan pembelajaran juga cukup baik,

guru menyampaikan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa, sehingga

siswa terlihat aktif dan mulai berani dalam menyampaikan argumennya baik

kepada guru ataupun kepada siswa lainnya.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan apa yang sudah

direncanakan sebelumnya,namun masih ada beberapa hal yang perlu untuk

diperbaiki, diantaranya adalah: 1) guru harus memberikan instruksi yang jelas

kepada siswa, terutama dalam kegiatan diskusi kelompok; 2) guru harus

membimbing siswa dalam menyimpulkan materi agar tidak terjadi

kesalahpahaman materi; 3) guru harus memberikan motivasi kepada siswa, agar

lebih berani dalam menyampaikan pendapatnya saat kegiatan pembelajaran

berlangsung; 4) masih ada beberapa siswa yang pada saat kegiatan diskusi

kelompok justru hanya memperhatikan temannya bekerja, siswa yang

bersangkutan tidak ikut berdiskusi; 5) siswa masih kurang berani untuk

berpendapat, dan malu-malu jika diminta untuk maju ke depan kelas membacakan

hasil dari pekerjaannya. Melalui hambatan-hambatan tersebut peneliti dapat

menentukan cara untuk mengatasi hambatan yang timbul pada siklus I untuk

diperbaiki pada siklus II.

4.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

4.4.1 Perencanaan Tindakan

Kegiatan siklus II ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan perbaikan

dari siklus I yang sebelumnya sudah dilakukan. Kegiatan siklus II dilakukan

karena pada siklus I hasil yang diharapkan belum maksimal.

Tahap perencanaan pada siklus II ini sebenarnya sama dengan tahap

perencanaan pada siklus I. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian siklus II

ini terdiri dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan membutuhkan alokasi

waktu 2x35 menit. Kegiatan pembelajaran dalam siklus II KD nya sama dengan

kegiatan pembelajaran pada siklus I, yaitu pada KD Bahasa Indonesia 3.7.

54

Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks, dan 4.7. Menyampaikan

pengetahuan baru dari teks non fiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri. Serta

KD IPA 3.3. Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain: gaya otot, gaya

listrik, gaya magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan, dan 4.3.

Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya

otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Adapun

persiapan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai akan dijabarkan sebagai

berikut:

1) Menyusun RPP yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran. RPP disusun sesuai dengan model pembelajaran yang

diterapkan yaitu model pembelajaran Discovery Learning, sehingga langkah

kegiatan dalam RPP sesuai dengan sintak dari model Discovery Learning.

2) Menyiapkan lembar observasi untuk mengobservasi aktivitas guru dan siswa

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti tidak lagi menyusun

dikarenakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang digunakan sudah

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing pada perencanaan siklus I.

Sehingga lembar observasi aktivitas guru dan siswa sama dengan lembar

observasi yang digunakan dalam siklus I.

3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis

siswa. Seperti halnya pada lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar

observasi kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam siklus II ini sama

dengan lembar kemampuan berpiir kritis yang digunakan dalam siklus I, dan

sebelumnya telah dikonsutasikan kepada dosen pembimbing.

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengukur sikap dan psikomotor siswa.

Lembar observasi yang digunakan sama dengan lembar observasi pada siklus

I, dan sebelumnya telah dikonsultasikan oleh dosen pembimbing pada

perencanaan siklus I.

5) Menyusun instrumen penilaian yang akan dijadikan sebagai alat untuk

mengukur hasil belajar siswa. Instrumen tersebut berupa soal pilihan ganda

dan isian singkat yang berjumlah 20 soal.

55

6) Merencanakan hari dan tanggal pelaksanaan tindakan dengan berdiskusi

bersama guru kolaborator yang nantinya juga akan bertindak sebagai

observer.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, dengan satu kali

pertemuan alokasi waktu yang dibutuhkan adalah 2x35 menit. Secara rinci

pelaksanaan siklu II dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dalam pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari

Senin, 19 Maret 2018 pada pukul 09.00 sampai 10.10 WIB, pada kelas 4 SD

Negeri Blotongan 02 Salatiga. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan

menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Kegiatan yang dilakukan

antara lain: 1) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mempersiapkan siswa

secara fisik dan psikis siswa dengan cara meminta siswa agar merapikan seragam

dan tempat duduk masing-masing. Dilajutkan dengan meminta salah satu

perwakilan untuk memimpin doa pembuka, setelah itu peneliti yang berperan

sebagai guru melakukan absensi, dan 34 siswa semuanya hadir. Setelah selesai

melakukan absensi guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru menyampaikan apersepsi.

Kegiatan awal pembelajaran berjalan dengan cukup lamcar; 2) kegiatan

selanjutnya merupakan kegiatan inti, yang pertama kali dilakukan dalam kegiatan

inti adalah meminta siswa untuk membacar teks tentang “Keragaman Suku

Bangsa di Daerah Setempat”, teks bacaan ditampilkan di PPT untuk kemudia

dibaca secara bersama-sama oleh siswa. Kemudian siswa diminta untuk mencari

dan menuliskan pokok pikiran dari teks bacaan yang sudah dibaca sebelumnya,

perwakilan dari siswa diminta untuk membacakan pokok pikiran dari teks bacaan

yang sudah ditulisnya. Guru memberikan pengantar sebelelum masuk ke materi

selanjutnya. Guru meminta siswa untuk memperhatikan gambar beberapa contoh

kegiatan yang membutuhkan gaya yang ditampilkan melalui PPT. Dari gambar

yang ditampilkan guru dan siswa melakukan kegiatan bertanya jawab. Guru

56

melakukan demonstrasi mengenai janis-jenis gaya, kegiatan demonstrasi

dilakukan dengan dibantu oleh siswa. Setelah kegiatan demonstrasi dilakukan

guru mempersilahkan siswa untuk bertanya jika masih merasa kesulitan, dari

kegiatan ini ada beberapa siswa yang mngajukan pertanyaan kepada guru. Guru

memberikan lembar kerja untuk kemudian dikerjakan siswa dengan berdiskusi

bersama dengan teman sebangkunya. Setelah kegiatan selesai guru memberikan

penguatan materi kepada siswa agar apa yang ingin disampaikan dapat diterima

siswa secara utuh. Guru meminta siswa menyimpulkan apa yang sudah

dipelajarinya, kegiatan ini dilakukan dengan bimbingan dari guru; 3) Kegiatan

akhir diawali dengan memberikan refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilakukan, dilanjutkan dengan memberikan gambaran kegiatan pada pertemuan

selanjutnya yaitu siswa akan kembali melakukan diskusi kelompok mengenai

kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang membutuhkan gaya otot. Kegiatan

pembelajaran diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh salah satu siswa.

b. Pertemuan ke-Dua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Maret 2018 pada

pukul 07.00 sampai dengan 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan

kedua ini melanjutkan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama.

Kegiatan yang dilakukan siswa anatara lain: 1) kegiatan pembelajaran diawali

dengan menyiapkan siswa secara fisik dan psikis sebelum kegiatan pembelajaran

dimulai, dilanjutkan dengan berdoa, melakukan absensi, dilanjutkan dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan menyampaikan

apersepsi; 2) kegiatan inti dimulai dengan mengulas sedikit materi dari pertemuan

pertama, dan guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya.

Dilanjutknan dengan guru menunjukkan contoh gambar kegiatan siswa yang

sedang membawa buku, gambar tersebut ditamilkan melalui PPT. Gambar yang

ditampilkan berkaitan dengan materi yang akan dipelajari yaitu mengenai gaya

otot. Guru bersama dengan siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan

gambar yang ditampilkan. Guru membagi siswa ke dalam kelompok untuk

melakukan diskusi tentang kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan

57

dengan gaya otot. Pada saat siswa melakukan kegiatan diskusi guru berkeliling ke

setiap kelompok untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan berpikir kritis,

sikap serta psikomotor siswa selain itu guru juga memberikan bimbingan kepada

kelompok yang mengalami kesulitan. Hasil dari diskusi kelompok dibacakan ke

depan kelas oleh semua anggota kelompok. Guru memberikan penguatan materi.

Siswa dibantu dengan guru menarik kesimpulan dari materi yang dipalajari serta

menyampaikan kesimpulan tersebut, hanya ada beberapa siswa yang mau

menyampaikan kesimpulan yang sudah dibuatnya; 3) Kegiatan akhir diawali

dengan guru memberikan soal evaluasi kepada siswa, soal evaluasi berupa soal

pilihan ganda dan isian singkat yang berjumlah dua puluh soal. Guru berkeliling

untuk mengawasi sekaligus memberikan bimbingan kepada siswa yang

mengalami kesulitan. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan

yang sudah. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh salah

satu siswa.

Kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 dan 2 berjalan dengan

cukup lancar, sebagian besar siswa sudah terlibat aktif dalam kegiatan

pembelajaran yang dilakukan. Adanya kegiatan diskusi sangat membantu siswa

dalam menyampaikan pendapat/argumen yang dimilikinya. Guru banyak

memberikan motivasi agar seluruh siswa terlibat secara aktif selama kegiatan

pembelajaran berlangsung, guru juga selalu menuntun siswa untuk mengajukan

serta menjawab pertanyaan baik itu pertanyaan dari guru maupun pertanyaan dari

siswa lain. Belajar dari pengalaman sebelumnya dalam tindakan siklus II ini

peneliti lebih memperjelas pemberian instruksi kepada siswa dalam melakukan

diskusi kelompok, serta selalu membimbing siswa dalam menyimpulkan materi

agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Observasi

Kegiatan observasi yang dilakukan dalam siklus II ini sama dengan

kegiatan observasi yang dilakukan dalam siklus I. Observasi dilakukan pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung. Observer bertugas untuk mengamati seluruh

aktivitas dari guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

58

model pembelajaran Discovery Learning. Dalam melakukan observasi observer

menggunakan lembar observasi guru dan siswa yang telah disusun sebelumnya.

Hasil dari observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus II pertemuan 1 dan 2

tersaji dalam Tabel rekapitulasi berikut ini.

Tabel 4.4

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga

dalam Pembelajaran Tematik dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

Siklus II

No Aspek yang Diamati Pertemuan

1 2

Tahap Persiapan

1 Mempersiapkan ruang kelas yang akan digunakan untuk proses

pembelajaran. 4 4

2 Mempersiapkan alat dan media pembelajaran yaitu alat tulis, media

pembelajaran dan LKS 4 4

Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Pendahuluan)

3 Mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis 4 4

4 Mengajak siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-

masing. 4 4

5 Memeriksa kehadiran siswa 4 4

6 Memberikan apersepsi 4 3

7 Mengemukakan tujuan pembelajaran 3 4

Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Inti)

8 Memberikan stimulasi sebelum masuk ke materi pembelajaran dengan

meminta siswa mengamati gambar atau membaca buku 4 4

9 Memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan kegiatan

yang sebelumnya sudah dilakukan 4 4

10 Mendorong siswa menjawab sejumlah pertanyaan yang diberikan guru 4 4

11 Membagi siswa kedalam kelompok 4 4

12 Memberikan instruksi yang jelas mengenai tugas dari masing-masing

kelompok 4 4

13 Membimbing siswa melakukan praktik dan diskusi kelompok 4 4

14 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

berkaitan dengan tugas kelompok 3 4

15 Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusi 4 3

16 Memberikan penjelasan dari hasil temuan siswa dalam kegiatan praktik

dan diskusi kelompok 4 3

17 Membimbing siswa menyimpulkan temuan dari kegiatan praktik dan

diskusi kelompok 3 4

Tahap Pelaksanaan (Penutup)

18 Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran 4 4

19 Menyimpulkan materi pembelajaran 3 4

20 Menutup kegiatan pembelajaran 4 4

Jumlah 76 77

Rata-rata (Skor/20) 3,8 3,85

59

Tabel 4.5

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga

dalam Pembelajaran Tematik dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

Siklus II

No Aspek yang Diamati Pertemuan

1 2

Tahap Persiapan

1. Siswa duduk siap mengikuti pembelajaran 4 4

2. Siswa mempersiapkan sumber belajar seperti buku tematik 4 4

Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Pendahuluan)

3. Siswa siap secara fisik dan psikis untuk mengikuti pembelajaran 4 4

4. Berdoa sesuai agama dan keyakinan masing-masing 4 4

5. Mendengarkan absensi yang dilaukan guru 4 4

6. Mengikuti apersepsi dengan baik 4 4

7. Mendengarkan penyampaian tujuan pembelajaran 4 4

Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Inti)

8. Mengamati gambar yang diberikan guru 3 4

9. Aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru 3 3

10. Membentuk kelompok sesuai arahan guru 4 4

11. Memperhatikan instruksi yang diberikan guru mengenai kegiatan

dalam kelompok 4 4

12. Melakukan praktik dan diskusi kelompok 3 3

13. Menyelesaikan lembar kerja kelompok yang diberikan guru 4 3

14. Menyampaikan hasil diskusi kelompok 3 4

15. Mendengarkan penjelasan dari guru mengenai hasil temuan

dalam kegiatan praktik dan diskusi kelompok 4 3

16. Bersama guru menyimpulkan temuan dari kegiatan praktik dan

diskusi kelompok 3 3

Tahap Pelaksanaan (Penutup)

17. Bersama guru melakukan evaluasi terhadap pembelajaran 4 4

18. Bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran 3 4

19. Menutup kegiatan pembelajaran 4 4

Jumlah 70 71

Rata-rata 3,7 3,7

4.4.3 Refleksi Siklus II

Hasil dari tindakan yang dilakukan dalam siklus II secara keseluruhan

sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Meskipun masih ada beberapa yang

masih kurang. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam siklus II lebih

difokuskan kepada kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran siklus I.

Dengan adanya perbaikan dalam kegiatan pembelajaran yang diterapkan dengan

model pembelajaran Discovery Learning pada siklus II ini diharapkan terjadi

60

adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga hasil belajar dari

siswa dapat meningkat pula.

Berdasarkan data hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh observer

selama proses pembelajaran dalam siklus II menunjukkan bahwa guru dan siswa

telah melakukan aktifitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario yang

telah direncanakan dalam lembar observasi, hal ini merupakan bukti dari adanya

perbaikan pembelajaran pada siklus I.

Setelah pelaksanaan siklus II ini, peneliti memutuskan untuk mengakhiri

kegiatan penelitian. Karena dari data-data yang diperoleh menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran Discovery Learning mampu untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa yang dibuktikan dengan meningkatnya hasil

belajar siswa yang sudah mencapai nilai KKM yaitu 75.

4.5 Hasil Tindakan

4.5.1 Hasil Tindakan Siklus I

a. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I

Pembelajaran tematik pada siklus I dengan menerapkan model

pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa. Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan yaitu: 1)

memfokuskan pertanyaan; 2) menganalisis argumen; 3) mengobservasi dan

mempertimbangkan laporan hasil observasi; 4) menuliskan kesimpulan.

Deskripsi dari hasil kemampuan berpikir kritis siswa dapat dijabarkan dalam

Tabel 4.6.

61

Tabel 4.6

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Memfokuskan

Pertanyaan pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus I

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang skor Kualifikasi

91-100 Sangat tinggi 0 0%

80-90 Tinggi 4 12%

65-79 Sedang 7 21%

50-64 Rendah 10 29%

<50 Sangat Rendah 13 38%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 58,2

Skor Tertinggi 89

Skor Terendah 44

Tabel 4.6 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis siswa

dengan indikator memfokuskan pertanyaan. Dari Tabel dapat dilihat bahwa

kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga

terhadap indikator memfokuskan pertanyaan yang dilakukan dalam siklus I masih

tergolong rendah. Dari 34 siswa sebanyak 4 siswa (12%) berada pada kategori

berpikir kritis tinggi, 7 siswa (21%) berada pada kategori berpikir kritis sedang,

10 siswa (29%) berada pada kategori berpikir kritis rendah, dan sebanyak 13

siswa (38%) berada pada kategori berpikir kritis sangat rendah. Dengan skor rata-

rata kelas 58,2.

Tabel 4.7

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Menganalisis Argumen

pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus I

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang skor Kualifikasi

91-100 Sangat tinggi 0 0%

80-90 Tinggi 2 6%

65-79 Sedang 9 26%

50-64 Rendah 8 24%

<50 Sangat Rendah 15 44%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 56,6

Skor Tertinggi 89

Skor Terendah 44

62

Tabel 4.7 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis siswa

dengan indikator menganalisis argumen. Dari Tabel dapat dilihat bahwa

kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga

terhadap indikator menganalisis argumen yang dilakukan dalam siklus I belum

sesuai dengan harapan. Terlihat dari 34 siswa hanya ada 2 siswa (6%) yang

memiliki kategori kemampuan berpikir kritis tinggi, sedangkan 9 siswa (26%)

berada pada kategori berpikir kritis sedang, 8 siswa (24%) berada pada kategori

berpikir kritis rendah, dan sebanyak 15 siswa (44%) berada pada kategori berpikir

kritis sanngat rendah. Skor rata-rata kelas yang diperoleh adalah 56,6.

Tabel 4.8

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Mengobservasi dan

Mempertimbangkan Laporan Hasil Observasi pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan

02 Salatiga Siklus I

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang skor Kualifikasi

91-100 Sangat tinggi 0 0%

80-90 Tinggi 5 15%

65-79 Sedang 17 50%

50-64 Rendah 10 29%

<50 Sangat Rendah 2 6%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 67,6

Skor Tertinggi 89

Skor Terendah 44

Tabel 4.8 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis siswa

dengan indikator mengobservasi dan mempertimbangkan laporan hasil observasi.

Dari Tabel dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD

Negeri Blotongan 02 Salatiga terhadap indikator mengobservasi dan

mempertimbangkan laporan hasil observasi yang dilakukan dalam siklus I hasil

yang diperoleh hampir sama dengan indikator berpikir kritis lainnya. Hasil yang

diperoleh masih belum sesuai dengan harapan. Dari 34 siswa sebanyak 5 siswa

(15%) berada pada kategori berpikir kritis tinggi, 17 siswa (50%) berada pada

kategori berpikir kritis sedang, 10 siswa (29%) berada pada kategori berpikir kritis

63

rendah, dan sebanyak 2 siswa (6%) berada pada kategori berpikir kritis sangat

rendah, dengan rata-rata kelas memperoleh skor 67,6.

Tabel 4.9

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Menuliskan

Kesimpulan pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus I

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang skor Kualifikasi

91-100 Sangat tinggi 0 0%

80-90 Tinggi 3 9%

65-79 Sedang 22 65%

50-64 Rendah 7 20%

<50 Sangat Rendah 2 6%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 66,7

Skor Tertinggi 89

Skor Terendah 44

Tabel 4.9 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis siswa

dengan indikator menuliskan kesimpulan. Hasil dari observasi kemampuan

berpikir kritis dengan indikator menuliskan kesimpulan yang dilakukan pada

siklus I belummendapatkan hasil yang maksimal. Dari 34 siswa sebanyak 3 siswa

(9%) berada pada kategori berpikir kritis tinggi, 22 siswa (65%) berada pada

kategori berpikir kritis sedang, 7 siswa (22%) berada pada kategori berpikir kritis

rendah, dan 2 siswa (6%) berada pada kategori berpikir kritis sangat rendah. Skor

rata-rata kelas yang diperoleh adalah 66,7.

b. Hasil Belajar Siswa Siklus I

Pembelajaran tematik pada siklus I dengan menerapkan model

pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Deskripsi dari hasil belajar siswa dapat dijabarkan dalam Tabel 4.10.

64

Tabel 4.10

Ketuntasan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 4 SD Negeri

Blotongan 02 Salatiga Pada Siklus I

Kriteria Frekuensi Presentase

Angka Ketuntasan Belajar

≥75 Tuntas 23 68%

<75 Tidak Tuntas 11 32%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 74,26

Nilai Tertinggi 85

Nilai Terendah 50

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa dalam menyelesaikan soal

evaluasi siklus I, dari 34 siswa sejumlah 23 siswa dinyatakan tuntas dengan

presentase 68%, dan 11 siswa dinyatakan tidak tuntas dengan presentase 32%.

Nilai rata-rata kelas mencapai 74,26. Nilai rata-rata kelas pada siklus I mengalami

peningkatan dari nilai rata-rata pra siklus, nilai rata-rata kelas pada pra siklus

adalah 71,11. Rentang nilai tertinggi yang diperoleh pada siklus I adalah 85,

sedangkan nilai terendah adalah 50. Hasil Observasi Sikap Siswa Siklus I

c. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I

Peneliti melakukan penilaian afektif siswa terhadap kegiatan pembelajaran

yang dilakukan. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk menilai afektif

siswa. Adapun rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I dijabarkan dalam

tabel 4.11.

Tabel 4.11

Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam

Pembelajaran Tematik dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery Learning Siklus

I

Penilaian Sikap

No Kriteria Skor Frekuensi Presentase

1. A (Sangat Baik) 19 – 24 0 0%

2. B (Baik) 13 – 18 15 44%

3. C (Cukup) 7 – 12 19 56%

4. D (Kurang Baik) < 6 0 0%

Skor Tertinggi 16

Skor Terendah 10

Skor Rata-Rata 12,35

Kategori Penilaian C (Cukup)

65

Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat bahwa penilaian hasil belajar afektif siswa

terhadap siswa lain maupuan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan

belum sesuai dengan harapan. Skor tertinggi dalam penilaian sikap ini adalah 24

dengan keiteria A (sangat baik), namun pada kenyataannya sikap siswa belum

memenuhi skor tersebut. Dari 34 siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga

sebanyak 29 siswa (56%) memperoleh rentang skor 7-12 dengan kategori sikap C

(cukup), dan sebanyak 15 siswa (44%) memperoleh rentang skor 13-18 dengan

kategori sikap B (baik). Skor tertinggi yang diperoleh adalah 16 dan skor terendah

10, rata-rata kelas memperoleh skor 12,35 dengan kategori C (cukup).

d. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I

Selain menilai afektif siswa peneliti juga melakukan penilaian terhadap

ketrampilan atau psikomotor siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Peneliti menggunakan lembar observasi untuk menilai ketrampilan atau

psikomotor siswa. Adapun rekapitulasi hasil belajar psikomotor siswa pada

pertemuan ke-1 siklus I tersaji dalam Tabel berikut ini:

Tabel 4.12

Penilaian Hasil Belajar Psikomotor Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam

Pembelajaran Tematik dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery

Learning Siklus I

No Kriteria Skor Frekuensi Presentase

1. A (Sangat Baik) 10 – 12 0 0%

2. B (Baik) 7 – 9 12 35%

3. C (Cukup) 4 - 6 22 65%

4. D (Kurang Baik) < 3 0 0%

Skor Tertinggi 7

Skor Terendah 4

Skor Rata-Rata 4,94

Kategori Penilaian C (Cukup)

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa hasil belajar psikomotor

siswa masih belum sesuai dengan harapan. Skor tertinggi dalam penilaian

psikomotor ini adalah 12 dengan kategori A (sangat baik), namun pada

kenyataannya belum ada siswa yang memperoleh skor dengan kategori A (sangat

66

baik). Dari 34 siswa SD Negeri Blotongan 02 Salatiga, sebanyak 22 (65%) siswa

memperoleh rentang skor 4-6 dengan kategori C (cukup) dan sebanyak 12 siswa

(35%) memperoleh rentang skor 7-9 dengan kategori B (baik). Nilai tertinggiyang

diperoleh adalah 7, sedangkan nilai terendah adalah 4 dengan skor rata-rata kelas

4,94 kategori C (cukup).

4.5.2 Hasil Tindakan Siklus II

Hasil dari tindakan selama kegiatan pembelajaran dalam siklus II

diperoleh melalui observasi aktivitas guru dan siswa, observasi kemampuan

berpikir kritis siswa, hasil belajar yang diperoleh melalui tes evaluasi, dan

obsevasi terhadap sikap serta psikomotor siswa.

a. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II

Pengukuran terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada siklua II ini sama

dengan yang dilakukan pada siklus II, pengukuran kemampuan berpikir kritis

dilakukan melalui kegiatan observasi terhadap empat indikator berpikir kritis.

Hasil dari pengukuran kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD Negeri

Blotongan 02 Salatiga dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.13

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Memfokuskan

Pertanyaan pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus II

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang skor Kualifikasi

91-100 Sangat tinggi 0 0%

80-90 Tinggi 7 21%

65-79 Sedang 21 62%

50-64 Rendah 6 18%

<50 Sangat Rendah 0 0%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 74,58

Skor Tertinggi 89

Skor Terendah 55

Tabel 4.13 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis

siswa dengan indikator memfokuskan pertanyaan. Dari Tabel dapat dilihat bahwa

kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga

67

terhadap indikator memfokuskan pertanyaan yang dilakukan dalam siklus II

sudah lebih baik dari siklus I . Dari 34 siswa sebanyak 7 siswa (21%) berada pada

kategori berpikir kritis tinggi, 21 siswa (62%) berada pada kategori berpikir kritis

sedang, 6 siswa (18%) berada pada kategori berpikir kritis rendah. Dengan skor

rata-rata kelas 74,58.

Tabel 4.14

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Menganalisis Argumen

pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus II

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang skor Kualifikasi

91-100 Sangat tinggi 1 3%

80-90 Tinggi 12 35%

65-79 Sedang 16 47%

50-64 Rendah 5 15%

<50 Sangat Rendah 0 0%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 77,20

Skor Tertinggi 100

Skor Terendah 55

Tabel 4.14 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis

siswa dengan indikator menganalisis argumen. Dari Tabel dapat dilihat bahwa

terjadi adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD Negeri

Blotongan 02 Salatiga terhadap indikator menganalisis argumen pada siklus II.

Terlihat dari 34 siswa ada 1 siswa (3%) yang memiliki kategori kemampuan

berpikir kritis sangat tinggi, 12 siswa (35%) berada pada kategori berpikir kritis

tinggi, 16 siswa (47%) berada pada kategori berpikir kritis sedang, dan sebanyak 5

siswa (15%) berada pada kategori berpikir kritis sanngat rendah. Skor rata-rata

kelas yang diperoleh adalah 77,20.

68

Tabel 4.15

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Mengobservasi dan

Mempertimbangkan Laporan Hasil Observasi pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan

02 Salatiga Siklus II

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang skor Kualifikasi

91-100 Sangat tinggi 2 6%

80-90 Tinggi 14 41%

65-79 Sedang 18 53%

50-64 Rendah 0 0%

<50 Sangat Rendah %

Jumlah 34 100%

Rata-rata 82,2

Skor Tertinggi 100

Skor Terendah 67

Tabel 4.15 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis

siswa dengan indikator mengobservasi dan mempertimbangkan laporan hasil

observasi. Dari Tabel dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4

SD Negeri Blotongan 02 Salatiga terhadap indikator mengobservasi dan

mempertimbangkan laporan hasil observasi yang dilakukan dalam siklus II hasil

yang diperoleh sudah mengalami peningkatan. Dari 34 siswa sebanyak 2 siswa

(6%) sudah berada pada kategori berpikir kritis sangat tinggi, 14 siswa (41%)

berada pada kategori berpikir kritis tinggi, 18 siswa (53%) berada pada kategori

berpikir kritis sedang, dengan rata-rata kelas memperoleh skor 82,22.

Tabel 4.16

Hasil Kemampuan Berpikir Kritis dengan Indikator Menuliskan

Kesimpulan pada Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga Siklus II

Kriteria Frekuensi Presentase

Rentang skor Kualifikasi

91-100 Sangat tinggi 2 6%

80-90 Tinggi 13 38%

65-79 Sedang 18 53%

50-64 Rendah 1 3%

<50 Sangat Rendah 0 0%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 81,2

Skor Tertinggi 100

Skor Terendah 55

69

Tabel 4.16 merupakan hasil dari observasi kemampuan berpikir kritis

siswa dengan indikator menuliskan kesimpulan. Hasil dari observasi kemampuan

berpikir kritis dengan indikator menuliskan kesimpulan yang dilakukan pada

siklus II sudah lebih baik dibandingkan dengan tindakan pada siklus I. Dari 34

siswa sebanyak 2 siswa (6%) berada pada kategori berpikir kritis sangat tinggi, 13

siswa (38%) berada pada kategori berpikir kritis tinggi, 18 siswa (53%) berada

pada kategori berpikir kritis sedang, dan 1 siswa (3%) berada pada kategori

berpikir kritis rendah. Skor rata-rata kelas yang diperoleh adalah 81,2.

Hasil dari tindakan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir

kritis pada siklus II ini sudah memperoleh hasil yang cukup memuaskan, sebagian

besar dari siswa sudah berada pada kategori berpikir kritis sedang, dan hanya ada

satu atau dua siswa saja yang kemampuan berpikir kritisnya masih berada dalam

kategori sangat rendah.

b. Hasil Belajar Siswa Siklus II

Hasil belajar siswa yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran siklus II

dapat dijabarkan dalam Tabel 4.17.

Tabel 4.17

Ketuntasan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02

Salatiga Pada Siklus II

Kriteria Frekuensi Presentase

Angka Ketuntasan Belajar

≥75 Tuntas 29 85%

<75 Tidak Tuntas 5 15%

Jumlah 34 100%

Rata-rata 78

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 65

Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dalam

siklus II sudah sesuai dengan harapan peneliti, sudah lebih dari 80% siswa

memperoleh nilai sesuai atau melebihi dengan KKM yang ditentukan. Dari 34

siswa 29 siswa (85%) dinyatakan tuntas, sedangkan 5 siswa (15%) dinyatakan

70

tidak tuntas. Rentang nilai terendah adalah 65 dan nilai tertinggi 90. Nilai rata-rata

kelas adalah 78.

c. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II

Hasil belajar afektif siswa selama kegiatan pembelajaran dalam siklus II

dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18

Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam

Pembelajaran Tematik dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery

Learning Siklus II

No Kriteria Skor Frekuensi Presentase

1. A (Sangat Baik) 19 – 24 15 44%

2. B (Baik) 13 – 18 19 56%

3. C (Cukup) 7 – 12 0 0%

4. D (Kurang Baik) < 6 0 0%

Skor Tertinggi 22

Skor Terendah 15

Skor Rata-Rata 17,88

Kategori Penilaian B (Baik)

Berdasarkan Tabel 4.18 terlihat bahwa hasil belajar afektif siswa terhadap

siswa lain maupuan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam siklus

II sudah sesuai dengan harapan peneliti. Dari 34 siswa kelas 4 SD Negeri

Blotongan 02 Salatiga sebanyak 19 siswa (56%) memperoleh rentang skor 13-18

dengan kategori sikap B (baik), dan sebanyak 15 siswa (44%) memperoleh

rentang skor 19-24 dengan kategori sikap A (sangat baik). Skor tertinggi yang

diperoleh adalah 22 dan skor terendah 15, rata-rata kelas memperoleh skor 17,88

dengan kategori B (baik).

d. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus II

Hasil belajar psikomotor siswa selama mengikuti proses pembelajaran dalam

siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.19.

71

Tabel 4.19

Penilaian Hasil Belajar Psikomotor Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 02 Salatiga dalam

Pembelajaran Tematik dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery

Learning Siklus II

No Kriteria Skor Frekuensi Presentase

1. A (Sangat Baik) 10 – 12 25 74%

2. B (Baik) 7 – 9 9 26%

3. C (Cukup) 4 - 6 0 0%

4. D (Kurang Baik) < 3 0 0%

Skor Tertinggi 12

Skor Terendah 8

Skor Rata-Rata 9,73

Kategori Penilaian A(sangat baik)

Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa hasil belajar psikomotor

siswa dalam siklus II ini sudah sangat baik. Dari 34 siswa SD Negeri Blotongan

02 Salatiga, sebanyak 9 siswa (26%) memperoleh rentang skor 7-9 dengan

kategori B (baik) dan sebanyak 25 siswa (74%) memperoleh rentang skor 10-12

dengan kategori A (sangat baik). Skor tertinggi yang diperoleh adalah 12,

sedangkan skor terendah adalah 8 dengan skor rata-rata kelas 9,73 kategori A

(sangat baik).

4.6 Hasil Analisis Data

Data yang akan dianalisis yaitu data-data yang diperoleh mulai dari data

perencanaan awal atau pra siklus, kemudian data pada siklus I, dan yang terakhir

data yang diperoleh dari tindakan siklus II.

4.6.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh berdasarkan

observasi yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran pada siklus I

akan dibandingkan dengan hasil kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh

pada siklus II. Data peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari

menjumlahkan seluruh skor dalam indikator kemampuan berpikir kritis kelas 4 SD

Negeri Blotongan 02 Salatiga. Untuk lebih jelas disajikan dalam Tabel 4.20.

72

Tabel 4.20

Perbandingan Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas 4 SDN

Blotongan 02 Salatiga pada Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

Kategori Frekuensi presentase Frekuensi Presentase

Sangat tinggi 0 0% 6 18%

Tinggi 4 12% 12 35%

Sedang 6 18% 10 29%

Rendah 22 65% 6 18%

Sangat Rendah 2 6% 0 0%

Jumlah 34 100% 34 100%

Skor Tertinggi 89 94

Skor Terendah 44 61

Rata-rata 61,4 78,7

Berdasarkan data pada Tabel 4.20 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan

dari siklus I ke siklus II terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil data

diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor dalam indikator kemampuan

berpikir kritis kemudian diperoleh data seperti pada Tabel 4.20. Dapat diketahui

dengan menerapkan model Discovery Learning kemampuan berpikir kritis siswa

dapat meningkat dalam setiap sikusnya, hal ini dibuktikan dengan presentase

dalam setiap kategori kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan yang

cukup signifikan. Presentase ketuntasan kemampuan berpikir kritis siswa dalam

kategori sangat tinggi, tinggi dan sedang pada siklus I sebesar 30% kemudian

meningkat disiklus II menjadi 82%. Skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I

adalah 61,4 kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus II meningkat

menjadi 78,7.

4.6.2 Ketuntasan Hasil Belajar

Ketuntasan hasil belajar siswa diperoleh melalui tes evaluasi yang

diberikan di setiap akhir pembelajaran dalam siklus I dan II, sedangkan ketuntasan

hasil belajar pra siklus diperoleh melalui nilai dari tes tengah semester 1

siswakelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga. Data dari ketuntasan hasil belajar

siswa pada pembelajaran tematik siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga

disajikan dalam bentuk Tabel 4.21.

73

Tabel 4.21

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas 4 SDN

Blotongan 02 Salatiga pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

1. Tuntas 13 38% 23 68% 29 85%

2. Tidak Tuntas 21 62% 11 32% 5 15%

Jumlah 34 100% 34 100% 34 100%

Skor tertinggi 90 85 90

Skor terendah 26,7 50 65

Rata-rata 71,11 74,26 78

Berdasarkan data pada Tabel 4.21 dapat diketahui bahwa penerapan model

Discovery Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Sebelum dilakukan

adanya tindakan atau pra siklus rata-rata hasil belajar siswa adalah 71,11 dan

ketuntasan belajar 38% atau ada 13 siswa yang tuntas dari jumlah keseluruhan

siswa 34. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pra siklus hasil belajar

siswa masih jauh dari harapan peneliti, karena siswa yang memperoleh nilai

sesuai dengan KKM yaitu ≥75 belum mencapai 80% dari jumlah seluruh siswa.

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I hasil belajar siswa mengalami

peningkatan. Rata-rata hasil belajar siswa menjadi 74,26 dengan presentase

ketuntasan siswa 68%. Ketuntasan hasil belajar siswa kembali mengalami

peningkatan setelah dilakukan tindakan pada siklus II, rata-rata yang diperoleh

adalah 78 dengan presentase ketuntasan sebesar 85%. Setelah dilakukan tindakan

pada siklus II ini presentase ketuntasan hasil belajar siswa sudah sesuai dengan

harapan peneliti yaitu sudah lebih dari 80% dari jumlah keseluruhan siswa

memperoleh nilai diatas KKM.

4.6.3 Hasil Belajar Afektif

Peneliti juga melakukan penilaian terhadap hasil belajar afektif siswa,

penilaian dilakukan dengan mengamati atau mengobservasi siswa dengan

menggunakan lembar observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung baik

74

pada siklus I maupun pada Siklus II. Data dari hasil penilaian afektif siswa pada

siklus I dan II tersaji dalam Tabel 4.22.

Tabel 4.22

Perbandingan Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas 4 SDN Blotongan

02 Salatiga Terhadap Pembelajaran Tematik pada Siklus I dan Siklus II

Skor Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

< 6 0 0% 0 0%

7 – 12 19 56% 0 0%

13 – 18 15 44% 19 56%

19 – 24 0 0% 15 44%

Jumlah 34 100% 34 100%

Skor tertinggi 16 22

Skor terendah 10 15

Rata-rata 12,35 17,88

Berdasarkan data pada Tabel 4.22 dapat dilihat bahwa terdapat

peningkatan hasil belajar afektif siswa dari siklus I ke siklus II setelah

diterapkannya model Discovery Learning. Rata-rata skor yang diperoleh pada

siklus I adalah 12,35 yang berada dalam kriteria cukup, kemudian setelah

dilakukan tindakan pada siklus II rata-rata skor siswa menjadi 17,88 yang berada

pada kriteria baik. Dari hasil data yang diperoleh dapat dibuktikan bahwa dengan

diterapkannya model Discovery Learning sikap siswa juga dapat meningkat

menjadi lebih baik.

4.6.4 Hasil Belajar Psikomotor

Penilaian hasil belajar psikomotor siswa dilakukan dengan melakukan

observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk

mengukur psikomotor siswa. Data dari hasil penilaian psikomotor siswa pada

siklus I dan II tersaji dalam Tabel 4.23

75

Tabel 4.23

Perbandingan Penilaian Hasil Belajar Psikomotor Siswa Kelas 4 SDN

Blotongan 02 Salatiga Terhadap Pembelajaran Tematik pada Siklus I dan Siklus II

Skor Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

< 3 0 0% 0 0%

4 - 6 22 65% 0 0%

7 - 9 12 35% 9 26%

10 - 12 0 0% 25 74%

Jumlah 34 100% 34 100%

Skor tertinggi 7 12

Skor terendah 4 8

Rata-rata 4,94 9,73

Berdasarkan data pada tabel 4.23 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan

hasil belajar psikomotor siswa dari siklus I ke siklus II setelah diterapkannya

model Discovery Learning. Rata-rata skor yang diperoleh pada siklus I adalah

4,94 yang berada dalam kriteria cukup, kemudian setelah dilakukan tindakan pada

siklus II rata-rata skor siswa menjadi 9,73 yang berada pada kriteria sangat baik.

Dari hasil data yang diperoleh dapat dibuktikan bahwa dengan diterapkannya

model Discovery Learning psikomotor siswa juga dapat meningkat menjadi lebih

baik.

4.7 Pembahasan

Kegiatan penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian tindakan

kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta hasil

belajar siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga pada pembelajaran

tematik. Jumlah seluruh siswa dalam penelitian ini adalah 34 siswa. Penelitian ini

dilakukan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari dua kali

pertemuan. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran Discovery Learning.

Berdasarkan data hasil dari penelitian, dapat diketahui bahwa pelaksanaan

pembelajaran tematik dengan menerapkan model pembelajaran Discovery

Learning mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga

juga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Sintak dari model

76

pembelajaran Discovery Learning terbukti mampu untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa, sintak tersebut meliputi: 1) Stimulation; 2)

Problem Statement; 3) Data Collection; 4) Data Processing, 5) Verification; 6)

Generalization. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya perolehan data dari hasil

observasi dan tes pada siklus I ke Siklus II. Secara umum dapat dikatakan bahwa

keterlaksanaan kegiatan pembelajaran tematik dengan menerapkan model

pembelajaran Discovery Learning pada siklus I dan II ini sudah sesuai dengan

RPP serta pedoman observasi yang sebelumnya telah disusun oleh peneliti.

Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dibuktikan dengan

peningkatan presentase kemampuan berpikir kritis pada siklus I ke siklus II dalam

setiap kategorinya. Pada kategori kemampuan berpikir kritis sangat tinggi

meningkat sebanyak 18%, kategori tinggi meningkat sebanyak 23%, pada

kategori sedang meningkat sebanyak 11%, pada kategori rendah presentase

menurun sebanyak 47%, dan pada kategori sangat rendah menurun sebanyak 6%.

Terjadinya peningkatan kemampuan berpikir kritis ini juga berdampak pada

peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Ketuntasan hasil belajar

siswa sebelum adanya tindakan atau pra siklus ke siklus I meningkat sebanyak

30%, kemudian dari siklus I ke siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat

sebanyak 17%. Selain melakukan pengukuran pada peningkatan kemampuan

berpikir kritis dan hasil belajar, peneliti juga melakukan pengukuran terhadap

afektif serta psikomotor siswa. Afektif siswa dari siklus I ke siklus II mengalami

peningkatan dalam setiap kriterianya. Pada kriteria sangat baik (A) meningkat

sebanyak 44%, pada kriteria baik (B) meningkat sebanyak 12%, dan untuk kriteria

cukup (C) dari siklus II ke siklus I mengalami penurunan yaitu sebanyak 56%.

Sama halnya dengan afektif, psikomotor siswa juga mengalami peningkatan pada

siklus I ke siklus II dalam setiap kriterianya. Untuk kriteria sangat baik (A)

mengalami peningkatan sebanyak 74%, tetapi untuk kriteria baik (B) mengalami

penuruan yaitu sebanyak 26%, begitu pula untuk kriteria cukup (C) mengalami

penurunan sebanyak 65%. Terjadinya peningkatan hasil data penelitian dari siklus

I ke siklus II dikarenakan peneliti melakukan perbaikan-perbaikan terhadap

kekurangan yang ada pada siklus I.

77

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yupita dan

Tjipto S (2013, 1-9). Pada Penelitian ini lebih terfokus kepada peningkatan hasil

belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

Pada siklus pertama diperoleh hasil 63,89%, pada siklus kedua mengalami

peningkatan menjadi 77,77% dan pada siklus ke-tiga kembali mengalami

peningkatan menjadi 94.44%. dapat disimpulkan dari ke-tiga siklus yang

dilakukan selama penelitian bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery

Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Utami (2017, 483-490). Hasil dari

penelitian ini yaitu: 1) perlu diterapkannya model pembelajaran Discovery

Learning pada mata pelajaran IPA sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran; 2) Discovery Learning dapat meningkatkan ketrampilan berpikir

kritis serta pemahaman konsep siswa mata pelajaran IPA; 3) strategi Discovery

Learning mudah diterapkan dalam IPA karena sangat mirip dengan Saintifik

metode dalam Kurikulum 2013.

Penelitian yang dilakukan oleh Destriyani, Darsono, dan Ambarita (2016).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran

Discovery Learning mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta

hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Penelitian lain dilakukan oleh

Rosarina, Sudin dan Sujana (2016, 371-380), dengan jenis penelitian yang

dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas kelas yang

dilakukan terdiri dari 3 siklus dengan jumlah siswa keseluruhan 27 siswa.

Peningkatan hasil belajar dapat terlihat dari persentase ketuntasan dalam setiap

siklus. Dalam siklus I berdasarkan hasil tes siswa yang dinyatakan tuntas

berjumlah 7 siswa (26,92%), siklus II menjadi 17 siswa (65,38%), dan siklus III

siswa yang dinyatakan tuntas ada 23 siswa (88,46%).

Berdasarkan pada pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

diperoleh hasil bahwa penerapan model pembelajaran Discovery Learning dalam

pembelajaran tematik mengakibatkan peningkatan terhadap kemampuan berpikir

kritis serta hasil belajar siswa. Selain itu afektif serta psikomotor siswa juga

mngalami peningkatan. Berdasarkan dari hasil observasi aktivitas guru yang

78

dilakukan menunjukkan bahwa aktifitas guru selama kegiatan pembelajaran

dilakukan mengalami peningkatan sesuai dengan lembar observasi aktivitas guru

yang sudah dipersiapkan. Berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa

menunjukkan bahwa aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran mengalami

peningkatan. Siswa sudah lebih aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran,

siswa juga sudah berani dalam menyampaikan pertanyaan, jawaban atau

pendapatnya terhadap guru atau siswa lainnya.

Jawaban dari hipotesis tindakan setelah dilakukannya penelitian pada

panelitian tindakan kelas ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran

Discovery Learning mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya presentase

kemampuan berpikir kritis siswa dalam setiap kategorinya dari siklus I ke siklus

II, begitu pula yang terjadi pada hasil belajar siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa

mengalami peningkatan mulai dari pra siklus, siklus I, hingga siklus II. Dengan

hasil yang diperoleh terbukti bahwa langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang

ada pada model pembelajaran Discovery Learning mampu untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa sehingga berdampak pada hasil belajar yang

meningkat pula.

Berdasarkan pada uraian pembahasan yang telah dipaparkan dapat

dijelaskan implikasi teoretis dan implikasi praktis sebagai berikut:

1) Implikasi Teoretis

Kegiatan dalam pembelajaran tematik dengan menerapkan model

pembelajaran Discovery Learning dapat digunakan sebagai salah satu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil

belajar siswa.

2) Implikasi Praktis

a. Prinsip dari model pembelajaran Discovery Learning yaitu kegiatan untuk

menemukan dapat diterapkan untuk membelajarkan siswa dalam

pembelajaran tematik guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

hasil belajar siswa.

79

b. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Discovery

Learning berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa. Siswa yang semula mempunyai kemampuan berpikir kritis pada

kategori rendah secara bertahap mulai mengalami peningkatan ke kategori

yang lebih baik, sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa lebih meningkat

dari sebelumnya.

c. Dari hasil penelitian yang dilakukan model pembelajaran Discovery Learning

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil

belajar siswa.