bab iv hasil penelitian dan...

58
72 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga merupakan Universitas yang terletak di kota Salatiga, Jawa Tengah. UKSW dimulai sebagai Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPGKI), yang diresmikan menjadi Universitas Kristen Satya Wacana (“Setia pada Firman Tuhan”) pada 1956. UKSW merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Salatiga dengan jumlah mahasiswa sebanyak 11.200 orang (data dari bagian administrasi kemahasiswaan, 2012) yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yaitu dari bagian barat Indonesia, pulau Sumatera sampai bagian timur Indonesia, Papua. Dengan demikian, UKSW dikenal sebagai Indonesia Mini. Penelitian yang dilakukan di UKSW ini berawal dari keinginan peneliti untuk mengetahui tentang gambaran perilaku mahasiswi UKSW terhadap pemeriksaan payudara, karena kasus kanker payudara sudah semakin meningkat dan banyak dialami oleh wanita usia dibawah 30 tahun sehingga pemeriksaan payudara merupakan sesuatu yang sangat penting bagi mahasiswi sebagai bentuk deteksi dini kanker

Upload: others

Post on 27-Oct-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

72

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga

merupakan Universitas yang terletak di kota Salatiga, Jawa

Tengah. UKSW dimulai sebagai Perguruan Tinggi Pendidikan

Guru Kristen Indonesia (PTPGKI), yang diresmikan menjadi

Universitas Kristen Satya Wacana (“Setia pada Firman

Tuhan”) pada 1956. UKSW merupakan satu-satunya

perguruan tinggi di Salatiga dengan jumlah mahasiswa

sebanyak 11.200 orang (data dari bagian administrasi

kemahasiswaan, 2012) yang berasal dari berbagai daerah di

Indonesia, yaitu dari bagian barat Indonesia, pulau Sumatera

sampai bagian timur Indonesia, Papua. Dengan demikian,

UKSW dikenal sebagai Indonesia Mini.

Penelitian yang dilakukan di UKSW ini berawal dari

keinginan peneliti untuk mengetahui tentang gambaran

perilaku mahasiswi UKSW terhadap pemeriksaan payudara,

karena kasus kanker payudara sudah semakin meningkat dan

banyak dialami oleh wanita usia dibawah 30 tahun sehingga

pemeriksaan payudara merupakan sesuatu yang sangat

penting bagi mahasiswi sebagai bentuk deteksi dini kanker

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

73

payudara. Penelitian ini dimulai dengan mengurus surat Izin

penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan dan setelah itu

mengurus izin penelitian di Kampus UKSW. Setelah

mendapatkan izin penelitian pada tanggal 21 Maret, peneliti

menghubungi partisipan yang akan diwawancarai dan mulai

melakukan penelitian pada tanggal 28 Maret 2012. Dalam

melakukan penelitian banyak hambatan yang dialami oleh

peneliti antara lain dari partisipan sendiri yang tidak punya

waktu luang untuk diwawancarai sehingga peneliti harus

menunggu sampai partisipan sudah punya waktu dan

bersedia untuk diwawancarai, selain itu juga selama proses

penelitian berlangsung yaitu pada bulan April ada beberapa

partisipan yang libur sehingga harus menunggu hingga masa

liburan berakhir dan dilanjutkan pada tanggal 19 April dan 8

Mei 2012. Proses wawancara dilakukan berdasarkan guide

line atau panduan pertanyaan wawancara yang sudah

dipersiapkan oleh peneliti. Namun pertanyaan yang

ditanyakan tidak berurutan sama seperti yang telah

dipersiapkan tetapi peneliti mengembangkannya sehingga

wawancara lebih santai dan bisa mendapatkan informasi yang

lebih detail. Selama wawancara berlangsung peneliti

merekam hasil wawancara dengan menggunakan alat

perekam berupa tape recorder dan buku catatan untuk

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

74

mencatat hal-hal yang dianggap penting dan mendukung hasil

wawancara.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 5 orang

mahasiswi UKSW ditemukan beberapa perilaku pemeriksaan

payudara yang berbeda antara partisipan satu dengan yang

lain. Secara umum, identitas dari kelima partisipan tersebut

dapat ditunjukan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1. Identitas Partisipan

P1 P2 P3 P4 P5 Nama Nn. E Nn. C Nn. Sh Nn. N Nn. L Umur 18 18 18 18 18 Asal Bali Papua Ambon Timor Halmahera Agama Kristen

Protestan Kristen

Protestan Kristen

Protestan Kristen

Protestan Kristen Katolik

Fakultas FIK Teologi FTI FEB FSM Lama di Salatiga

± 10 bulan ± 10 bulan ± 10 bulan ±10 bulan ± 10 bulan

4.2.1 Gambaran umum Partisipan

a. Partisipan 1

Partisipan 1 merupakan mahasiswi Fakultas Ilmu

Kesehatan (FIK) angkatan 2011 yang berasal dari

Bali, dan sudah ± 10 bulan tinggal di Salatiga. Saat

peneliti meminta partisipan (P1) untuk menjadi

partisipan penelitian, P1 bersedia dan wawancara

dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2012 pukul

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

75

10.00 pagi. Wawancara dimulai dengan peneliti

memberikan informed consent dan penjelasan

penelitian. Setelah P1 membaca, P1

menandatangani informed consent dan wawancara

dimulai dan berlangsung sekitar 45 menit dan

menggunakan bahasa sehari-hari (informal).

Partisipan merupakan anak ke-3 dari 3

bersaudara dan merupakan satu-satunya anak

perempuan di keluarganya. P1 jarang sakit yang

parah sehingga jarang berobat juga ke rumah sakit

dan penyakit yang sering dialaminya adalah

gastritis (mag). Saat mengalami sakit P1

mengambil tindakan melakukan pengobatan sendiri

jika mengetahui jenis obat yang akan digunakan

karena sejak kecil keluarga P1 sudah membiasakan

mereka untuk mengenal jenis obat untuk penyakit-

penyakit ringan seperti sakit perut, sakit kepala dan

lain sebagainya. Keluarga P1 banyak yang

berprofesi di bidang kesehatan sehingga saat

mengalami sakit biasanya akan menghubungi

keluarganya (tante) yang berprofesi sebagai dokter.

P1 termasuk pribadi yang tidak suka berolah

raga namun berusaha menjaga kesehatannya dan

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

76

jika sakit P1 tidak langsung mengkonsumsi obat

dari dokter atau yang telah disediakan di rumah tapi

menggunakan tanaman tradisional sebagai

pengobatan alternatif, sehingga saat penyakitnya

masih bisa diatasi dengan tanaman obat tersebut

maka P1 lebih memilih menggunakan obat

tradisional tersebut. P1 memiliki sepupu yang

menderita kanker payudara sehingga P1 cukup

tahu tentang kanker payudara namun P1 meyakini

bahwa dirinya tidak akan terkena kanker payudara

sehingga jarang melakukan pemeriksaan payudara

ke dokter namun, Ibu P1 terus mengingatkannya

untuk melakukan pemeriksaan sendiri. Jadi

pemeriksaan payudara dilakukan jika diingatkan

oleh ibunya.

b. Partisipan 2

Partisipan 2 (P2) berasal dari Papua dan

berkuliah di Fakultas Teologi UKSW. P2 sudah

lama tinggal di Salatiga selama ±10 bulan. Awalnya

peneliti tidak mengenal P2 namun karena

dikenalkan oleh teman peneliti maka pertemuan

pertama peneliti menyampaikan maksud untuk

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

77

meminta P2 menjadi partisipan penelitian. Setelah

peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian maka

P2 bersedia menjadi partisipan. Selanjutnya peneliti

membina hubungan saling percaya dan wawancara

dilakukan pada tanggal 2 April 2012 di tempat

kosnya P2. P2 cukup komunikatif sehingga

wawancara berjalan dengan baik dan berlangsung

sekitar 30 menit. Sebelum wawancara dilakukan

peneliti memberikan informed consent dan

penjelasan penelitian kepada P2 untuk dibaca dan

setelah itu ditandatangani oleh P2.

P2 merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara

dan termasuk pribadi yang tidak suka merepotkan

orang tua sehingga saat sakit, P2 hanya

mendiamkannya saja atau menggunakan obat

yang sudah ada di rumah untuk diminum. Jika

merasa penyakitnya parah, P2 baru akan

memberitahu orang tuanya untuk berobat ke dokter

atau ke rumah sakit, namun selama ini, P2 jarang

mengalami penyakit yang parah. Sewaktu berumur

5 tahun P2 pernah mengalami penyakit paru-paru

dan pengobatannya menggunakan pengobatan

tradisional. P2 jarang menggunakan fasilitas

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

78

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan

puskesmas karena P2 tidak suka dan malas

meminum obat dari dokter. Perilaku P2 ketika

mengalami sakit juga dipengaruhi oleh perilaku

masyarakat di sekitarnya yang juga lebih memilih

untuk mendiamkan penyakit yang dialami dan tidak

melakukan pengobatan ke rumah sakit, bahkan

ada beberapa masyarakat yang sama sekali tidak

tahu jika mereka sakit. Biaya kesehatan di

daerahnya (Papua) sudah tergolong murah dan

bisa diakses oleh semua masyarakat namun

karena kurangnya pengetahuan maka mereka

tidak melakukan pengobatan jika sakit.

Pengobatan dilakukan ketika penyakit yang dialami

sudah parah dan memerlukan biaya yang mahal

untuk itu.

Kanker payudara bukanlah suatu hal yang

tabu bagi P2 tetapi untuk pemeriksaan payudara,

P2 merasa baru mendengarnya dan tidak tahu

bagaimana cara melakukan pemeriksaan

payudara. Hal ini disebabkan kurangnya informasi

yang diperoleh.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

79

c. Partisipan 3

Proses pencarian partisipan ketiga dilakukan

peneliti dan dibantu oleh teman peneliti yang

berasal dari Ambon. Setelah dikenalkan oleh teman

peneliti, peneliti bertemu dengan partisipan dan

menjelaskan tentang tujuan penelitian dan

menyampaikan maksud untuk meminta P3 menjadi

partisipan dalam penelitian. P3 bersedia dan

setelah berbincang-bincang selama 15 menit,

peneliti bersama P3 mengatur jadwal untuk

pertemuan berikutnya, kemudian pada tanggal 8

April 2012 peneliti bertemu lagi dengan P3 dan

melakukan wawancara di kampus UKSW. Peneliti

menjelaskan kembali tentang maksud penelitian

dan mengklarifikasi kesediaan P3 untuk

diwawancarai. Setelah itu peneliti memberikan

informed consent beserta penjelasan penelitian.

Proses wawancara dimulai ketika P3 menyatakan

bersedia dengan menandatangani informed

consent. Wawancara berlangsung selama 50 menit

dan lancar karena P3 sangat komunikatif.

P3 adalah anak pertama dari 3 bersaudara dan

merupakan satu-satunya anak perempuan dalam

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

80

keluarganya. P3 adalah mahasiswi Fakultas

Teknologi Informasi 2011, dan telah tinggal di

Salatiga ±10 bulan. P3 sangat antusias untuk

berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi

khususnya tentang kesehatan payudara, karena

keluarga P3 memiliki riwayat kanker payudara dan

P3 juga sangat peduli tentang segala sesuatu

menyangkut kesehatan pribadinya. Meskipun belum

pernah melakukan pemeriksaan payudara ke dokter

namun P3 selalu melakukannya secara rutin 2 kali

dalam sebulan, karena P3 memiliki prinsip lebih

baik mencegah dari pada mengobati sehingga P3

akan berusaha menjaga kesehatannya dengan

mengontrol pola makannya karena sejak kecil

sudah dididik agar sebisa mungkin menghindari

penyakit atau mencegah terjadinya sakit supaya

tidak merepotkan orang lain.

Akses fasilitas pelayanan kesehatan di

lingkungan tempat tinggalnya di Ambon sangat

mudah karena sekitar 2 meter dari rumahnya, ada

puskesmas dan ada 4 buah apotik. Biasanya

fasilitas pelayanan kesehatan ini akan

dimanfaatkan saat mengalami sakit.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

81

d. Partisipan 4

Partisipan 4 berasal dari daerah Timor dan

merupakan mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

2011. Saat peneliti menyampaikan maksud untuk

meminta P4 menjadi partisipan penelitian dan

menjelaskan tentang gambaran penelitian maka, P4

bersedia menjadi partisipan dan wawancara

dilakukan pada tanggal 19 April 2012 di kos P4

pukul 11.10 WIB. Sebelum wawancara dimulai

peneliti memberikan informed consent dan

penjelasan penelitian sambil peneliti menjelaskan

lagi tentang tujuan dari penelitian tersebut. Setelah

P4 membaca dan menandatangani informed

consent maka wawancara dimulai. Proses

wawancara berlangsung sekitar 40 menit.

P4 merupakan anak kedua dari dua

bersaudara dan merupakan satu-satunya anak

perempuan dalam keluarganya. P4 mengatakan

bahwa dirinya merupakan tipe orang yang acuh

atau kurang peduli dengan kesehatannya, dalam

pengertian bahwa jika mengalami sakit yang masih

ringan dan masih bisa beraktivitas maka P4 tidak

akan memberitahu orang tuanya atau melakukan

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

82

pengobatan. P4 akan melakukan pengobatan jika

merasa sakitnya itu sudah parah. Meskipun tidak

begitu menyukai meminum obat dan pergi ke dokter

ketika sakit, namun P4 lebih memilih pengobatan

dari medis dari pada pengobatan tradisional karena

dokter memiliki pengetahuan yang lebih tentang

penyakit dan memiliki peralatan yang lebih lengkap.

Berbeda dengan lingkungan asal tempat tinggal P4

yang lebih memilih menggunakan pengobatan

tradisional “obat kampung”. Hal ini disebabkan

karena kurangnya informasi tentang pentingnya

kesehatan dan biaya pengobatan yang mahal di

daerah tempat tinggalnya. Hal tersebut jugalah

yang menyebabkan masyarakat di lingkungannya

masih menganggap tabu kanker payudara karena

merupakan suatu hal yang sensitif bagi seorang

perempuan sehingga jarang dikomunikasikan/

dibicarakan kepada orang lain

Dalam keluarganya ada yang berprofesi

sebagai dokter sehingga saat mengalami sakit

biasanya akan menghubungi keluarganya itu untuk

berobat karena lebih nyaman dan mudah untuk

berkonsultasi mengenai penyakit yang dialaminya.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

83

Mengenai kanker payudara, P4 tidak memiliki

riwayat kanker payudara dalam keluarganya dan

kanker payudara bukanlah sesuatu yang tabu bagi

P4. Namun dalam kenyataannya P4 tidak pernah

melakukan pemeriksaan payudara sendiri karena

bukanlah suatu hal yang harus diprioritaskan.

e. Partisipan 5

Proses pencarian partisipan 5 dibantu oleh

teman peneliti yang berasal dari Halmahera.

Setelah dikenalkan oleh teman peneliti, peneliti pun

menjelaskan maksud peneliti untuk meminta

kesediaan menjadi partisipan dalam penelitian dan

juga menjelaskan tentang tujuan penelitian. Setelah

P5 bersedia menjadi partisipan maka peneliti

bersama P5 menentukan jadwal untuk melakukan

wawancara. Wawancara dilakukan pada tanggal 8

Mei 2012. Sebelum wawancara dimulai peneliti

memberikan informed consent dan penjelasan

tentang penelitian.

Partisipan 5 berasal dari Halmahera dan

merupakan mahasiswi Fakultas Sains dan

Matematika (FSM) 2011. Ketika mengalami sakit,

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

84

P5 mendiamkan atau hanya beristirahat saja. Jika

sakit yang dirasakannya sudah parah barulah P5

akan memberitahu orangtuanya untuk berobat ke

rumah sakit. Kebiasaan keluarga P5 jika sakit

hanya melakukan pengobatan di rumah sakit atau

dokter. Mengenai kanker payudara, bukanlah

sesuatu yang tabu bagi partisipan. P5 pernah

merasa kuatir atau cemas akan terkena kanker

payudara karena rasa nyeri yang dialaminya di

payudara kiri, namun tidak pernah melakukan

pemeriksaan payudara, karena bagi P5

pemeriksaan dilakukan jika memang sudah

menderita sakit.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

85

Table 2. Hasil penelitian

Partisipan

KEBUDAYAAN

Pandangan dunia

Keyakinan

Nilai

Perilaku

P1

Kanker payudara dan pemeriksaan payudara merupakan suatu hal yang nyata.

- Pemeriksaan payudara penting untuk dilakukan

- Tidak akan terkena kanker payudara

Hidup sehat maka akan terhindar dari penyakit.

Melakukan pencegahan: - Periksa payudara ke

dokter 1 kali selama hidupnya.

- Periksa sendiri karena dukungan ibu

- Tidak memakai bra saat tidur

- Mencari informasi tentang kesehatan.

P2

- Kanker payudara merupakan suatu hal yang nyata.

- Pemeriksaan payudara nyata namun masih merupakan hal yang baru di dengar.

Hal yang benar jika melakukan pemeriksaan payudara

Jika ingin sehat harus mencegah dari awal.

Tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara:

- Tidak tahu - Kurangnya informasi

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

86

P3

Kanker payudara dan pemeriksaan payudara merupakan hal yang nyata.

Pemeriksaan payudara sangat penting dan wajar untuk dilakukan dan menjadi prioritas.

Mencegah lebih baik dari pada mengobati

Belum pernah melakukan pemeriksaan ke dokter namun rutin 2 kali dalam sebulan melakukan pemeriksaan payudara sendiri.

P4

Kanker dan pemeriksaan payudara merupakan hal yang sungguh nyata dan terjadi.

Hal yang benar dan penting untuk melakukan pemeriksaan payudara.

Kesehatan harus menjadi prioritas utama namun semua tergantung situasi dan kondisi yang dialami.

Tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara:

- Tidak tahu dan malas - Merasa diri sehat

P5

Kanker payudara dan pemeriksaan payudara merupakan hal yang nyata.

Tidak perlu melakukan pemeriksaan payudara.

Sudah mengalami sakit barulah melakukan pemeriksaan.

Tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara:

- Malas - Acuh atau kurang

peduli.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

87

4.2.2 Analisis masing-masing aspek

Manusia itu merupakan makhluk yang unik.

Antara pribadi manusia yang satu dengan yang lain

akan berbeda baik dalam perilaku maupun tindakan.

Tindakan seunik apapun manusia itu tidak terlepas

dari pengaruh lingkungan sosial dan budayanya.

Pengaruh itu bisa datang dari mana saja, mulai dari

keluarga sampai dengan masyarakat, sejak lahir

hingga dewasa dan hidup di tengah masyarakat

sehingga manusia bisa belajar dan berkembang dalam

suatu lingkungan tertentu dan menganut serta

terbentuk sesuai dengan budaya setempat.

Kebudayaan merupakan nilai dan sikap yang

digunakan serta diyakini oleh suatu masyarakat.

Makna istilah “kebudayaan” telah semakin meluas.

Perhatian semakin banyak dicurahkan kepada

kebudayaan popular yakni sikap-sikap, dan nilai-nilai

masyarakat awam. Dalam kebudayaan juga terdapat

beberapa lapisan yaitu pandangan dunia (world view),

keyakinan (beliefs) nilai (values), dan perilaku

(behavior). Berikut penjelasan mengenai perilaku

pemeriksaan payudara mahasiswi UKSW ditinjau dari

perspektif kebudayaan.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

88

a. Pandangan dunia (world view)

Pandangan dunia (world view) merupakan

lapisan paling dalam dari kebudayaan dan yang

melandasi keyakinan seseorang. Pandangan dunia

(World view) dalam hal ini mengenai suatu

pandangan seseorang yang nyata tentang konsep

sehat dan sakit. Masing-masing partisipan mampu

menyatakan pandangan mereka dengan baik

berdasarkan apa yang mereka pahami dan alami

terkait dengan sehat dan sakit, serta pandangan

mereka tentang kanker payudara dan pemeriksaan

payudara.

Partisipan 1 menggambarkan sehat sebagai

suatu kondisi dimana tubuh tidak terganggu

sehingga masih bisa beraktivitas. Sebaliknya sakit

dipahami sebagai kondisi tubuh yang lemah

sehingga tubuh tidak bisa beraktivitas dengan baik.

P1 merasa sehat ketika mampu melakukan

aktivitasnya dengan maksimal dan ketika aktivitas

terganggu karena tubuh yang tidak fit, disitulah P1

merasa kondisi tubuhnya menurun dan merasa

sakit. P1 memandang kanker payudara dan

pemeriksaan payudara merupakan suatu hal yang

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

89

nyata dan sungguh ada karena sudah banyak

kasus mengenai kanker payudara terutama ada

keluarganya yang mengalami penyakit tersebut

sehingga P1 juga tahu tentang pemeriksaan

payudara.

P1:“ kan sekarang sudah banyak kasus yang masalah kanker payudara. Trus apalagi itu saudaranya E itu juga kanker payudara (P1 175).”

(sekarang sudah banyak kasus mengenai masalah kanker payudara dan ada juga saudara E yang kanker payudara)

P2 mempunyai pemahaman tentang sehat

yaitu kondisi tubuh yang menyenangkan karena

bisa melakukan hal-hal yang ingin dilakukan seperti

berkumpul dengan teman-teman. Sedangkan sakit

merupakan kondisi tubuh yang lemah sehingga

mengganggu aktivitas atau tidak bisa melakukan

hal-hal yang ingin dilakukan. P2 merasa sakit ketika

tidak bisa berkumpul dengan teman-temannya

karena kondisi tubuh yang terganggu dan sakit

kepala yang kadang dihiraukan oleh orang lain,

termasuk dalam golongan sakit karena menurut P2

sangat mengganggunya ketika akan melakukan

aktivitasnya. P2 mempunyai pandangan bahwa

kanker payudara merupakan suatu hal nyata

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

90

sedangkan pemeriksaan payudara merupakan

suatu hal yang baru didengar oleh P2.

P2: “Tidak tabu kaka tapi amh, tidak terbiasa dengar tentang pemeriksaan payudara. Kalo yang tentang kanker sa dengar kan banyak orang yang sakit begitu (P2 135)”

(tidak tabu kaka, tetapi tidak terbiasa dengar tentang pemeriksaan payudara. Mengenai kanker saya dengar karena banyak orang mengalami penyakit tersebut).

Bagi P3, sehat merupakan kondisi tubuh yang

sehat baik secara jasmani dan rohani dengan pola

hidup yang sehat seperti menjaga pola makan dan

istirahat yang cukup sehingga P3 merasa sehat jika

tubuhnya fit dan semangat serta bisa

mengkonsumsi makanan yang sehat dengan

istirahat yang cukup. Sedangkan sakit dipahami

sebagai kondisi tubuh yang lemah dan menurunnya

energi tubuh sehingga tidak bisa beraktivitas dan

terganggunya fungsi organ dalam tubuh manusia.

P3 merasa sakit ketika kondisi tubuhnya sudah letih

sehingga membutuhkan istirahat yang cukup. P3

memandang kanker payudara dan pemeriksaan

payudara merupakan suatu hal yang nyata dan

terjadi dalam kehidupan manusia. Pemahaman

tersebut dipengaruhi oleh kondisi dalam

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

91

keluarganya yang mempunyai riwayat kanker

payudara sehingga kanker payudara dan

pemeriksaan payudara bukan suatu hal baru bagi

P3.

P4 mempunyai pendapat yang berbeda bahwa,

sehat merupakan kondisi tubuh yang tidak sakit

dalam artian bisa mengatur pola makannya dengan

baik sehingga dapat memberikan energi bagi tubuh

untuk bisa beraktivitas. Sedangkan sakit

merupakan menurunnya daya tahan tubuh

sehingga ada virus yang masuk ke dalam tubuh.

Jadi, sakit dialami oleh P4 saat tubuhnya sangat

letih. Bagi P4, pemeriksaan payudara merupakan

suatu hal yang sungguh nyata dan terjadi di

masyarakat. Pandangan tersebut bukan tanpa

alasan karena sewaktu SMA pernah adanya

penyuluhan tentang kanker payudara dan

pencegahan payudara sehingga P4 cukup tahu

tentang penyakit kanker payudara.

Pandangan P5 mengenai sehat adalah kondisi

tubuh yang fit dan mampu melakukan aktivitas

dengan baik, sedangkan sakit merupakan kondisi

tubuh yang lemah dan terbatas dalam melakukan

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

92

aktivitas. Bagi P5 kanker payudara suatu hal yang

nyata dan banyak kasus yang terjadi di masyarakat.

Demikian juga dengan pemeriksaan payudara.

P5 :”Kanker payudara pernah lihat waktu masih di desa (P5 100).”

Sehat dan sakit itu merupakan suatu kondisi

yang relatif dan didefinisikan dengan istilah yang

bersifat individual karena terlihat dari hasil

penelitian bahwa masing-masing partisipan

mempunyai world view (pandangan dunia) yang

berbeda tentang konsep sehat dan sakit. Hal

tersebut dipahami berdasarkan pengalaman dan

kenyataan yang dialami. Kondisi sehat dan sakit

juga berkaitan erat dengan lingkungan tempat

tinggal dan lingkungan dimana partisipan

bersosialisasi. Dalam konteks ini semua partisipan

merupakan mahasiswi yang tentu saja aktif dalam

berbagai kegiatan akademik maupun nonakademik

sehingga saat tubuh lemah maka bisa mengganggu

aktivitas partisipan, sehingga hal tersebut

dinyatakan sebagai kondisi sakit. Pandangan dunia

(world view) partisipan mengenai pemeriksaan

payudara merupakan suatu hal yang nyata dan

terjadi di dalam masyarakat.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

93

b. Keyakinan (beliefs)

Keyakinan (beliefs) merupakan lapisan kedua

dari kebudayaan dan dilandasi oleh pandangan

dunia. Dari keyakinan akan terbentuk suatu nilai.

Keyakinan dalam hal ini tidak ada hubungannya

dengan hal-hal gaib, tetapi hanyalah keyakinan

bahwa sesuatu itu benar atau salah mengenai

sehat dan sakit. Apa yang diyakininya itu

merupakan sesuatu yang dianggap benar dan

menjadi pedoman dalam mengambil tindakan untuk

mempertahankan kesehatannya.

Saat berhadapan dengan suatu penyakit yang

dialami, masing-masing partisipan mempunyai

respon dan keyakinan yang berbeda dalam

menangani hal tersebut. P1 saat mengalami sakit

diusahakan untuk ditangani di rumah, jika tidak bisa

ditangani barulah di bawa ke rumah Sakit. Dulunya

P1 sering mengkonsumsi obat dari rumah sakit

namun setelah mengetahui efek samping obat dari

rumah Sakit yang banyak mengandung zat kimia

yang akan berpengaruh negatif pada tubuh

manusia maka P1 berusaha ketika mengalami sakit

diobati dengan tanaman-tanaman tradisional yang

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

94

bisa dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit

tertentu. Mengenai kanker payudara bukanlah

sesuatu yang tabu bagi P1 karena dalam

keluarganya ada yang mengalami penyakit tersebut

sehingga P1 cukup tahu tentang kanker payudara

dan pemeriksaan payudara. Bagi P1 pemeriksaan

payudara penting untuk dilakukan namun, P1

jarang melakukannya karena ada keyakinan bahwa

tidak akan mengalami penyakit tersebut serta tidak

ada niat sehingga malas untuk melakukan

pemeriksaan payudara ke dokter. Berikut

pernyataan partisipan:

P1:” Kalo E, pemeriksaan payudara itu penting sih namun E belum pernah punya niat untuk memeriksakan payudara ke dokter).”

(Bagi E, pemeriksaan payudara penting untuk dilakukan namun E belum pernah punya keinginan untuk memeriksakan payudara ke dokter).”

Hal yang sama juga dilakukan oleh P2 ketika

mengalami sakit maka akan ditangani di rumah

dengan obat-obat medis yang tersedia di rumah.

Dari ke-5 partisipan, P2 yang belum pernah atau

belum terbiasa mendengar tentang pemeriksaan

payudara. Hal ini disebabkan karena kurangnya

informasi mengenai pemeriksaan payudara.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

95

Meskipun, pemeriksaan payudara merupakan hal

baru bagi P2 namun, P2 mempunyai keyakinan

bahwa pemeriksaan payudara sangat benar

dilakukan agar bisa mengetahui kondisi tubuh

khususnya payudara.

P2: “(Kalo menurut C, sangat benar dilakukan hanya karena C juga baru tahu yang begitu-begitu jadi tra pernah periksa ke dokter atau periksa sendiri (P2 195).”

(menurut C, sangat benar dilakukan hanya karena C baru mengetahui hal tersebut jadi tidak pernah melakukan pemeriksaan ke dokter maupun periksa sendiri).”

Pendapat yang berbeda dari P3 yaitu lebih

memilih untuk melakukan pengobatan di rumah

sakit atau puskesmas karena lebih pasti. Namun

ada beberapa penyakit tertentu seperti flu, pilek

atau sakit perut biasanya ditangani di rumah.

Meskipun lebih memilih pengobatan di rumah sakit,

namun tidak menutup kemungkinan bagi P3 untuk

melakukan pengobatan dengan menggunakan

tanaman tradisional yang ada. Bagi P3 kanker

payudara dan pemeriksaan payudara bukan suatu

hal yang tabu untuk dibicarakan karena dalam

keluarga P3 sendiri ada riwayat kanker payudara

sehingga P3 tahu mengenai kanker payudara dan

pemeriksaan payudara. P3 mempunyai keyakinan

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

96

bahwa pemeriksaan payudara sangat penting dan

baik untuk dilakukan sehingga P3 memberikan

prioritas untuk melakukan pemeriksaan payudara

karena payudara merupakan bagian tubuh yang

vital.

P3:” Merasa itu sesuatu yang penting kak. Harus dilakukan supaya bisa tahu kondisi payudara. Jadi itu sesuatu yang wajar. Bukan hal yang tabu (P3 160).”

“(Merasa itu merupakan sesuatu yang penting. Harus dilakukan agar bisa mengetahui kondisi payudara. Jadi sesuatu yang wajar, bukan hal yang tabu).”

P4 dan P5 lebih memilih menggunakan fasilitas

pelayanan medis seperti rumah sakit atau

puskesmas karena langsung ditangani oleh dokter

yang sudah berpengalaman dan itu juga

merupakan kebiasaan dari keluarga mereka

sehingga tidak pernah menggunakan pengobatan

tradisional.

Bagi P4, kanker payudara bukanlah suatu hal

yang tabu untuk dibicarakan dan menurut P4

pemeriksaan payudara perlu dan sangat benar

untuk dilakukan agar bisa mengetahui tentang

kondisi atau kesehatan payudara karena kanker

payudara tumbuh dan berkembang di dalam tubuh

tanpa disadari.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

97

P4:” Sonde pernah pake yang tradisional begitu. Biasa pi dokter sa (P4 265).

Sonde tabu. Haruslah karena kanker tu tumbuh sebenarnya katong sonde sadar sih, tiba-tiba dia su tumbuh sah, su besar baru tahu (P4160).”

“(Tidak pernah menggunakan yang pengobatan tradisional. Biasanya pergi ke dokter saja.

Tidak tabu, harus, karena kanker timbul sebenarnya kita tidak sadar, tiba-tiba sudah tumbuh dan sudah besar kankernya baru disadari).”

P5 juga mengakui bahwa kanker payudara dan

pemeriksaan payudara bukanlah suatu hal yang

tabu untuk dibicarakan. Namun P5 menyakini

bahwa pemeriksaan payudara tidak perlu untuk

dilakukan. Hal ini disebabkan karena P5 malas dan

jika merasa benar-benar sakit barulah melakukan

pemeriksaan.

P5:” Dari kita, kalau pribadi. Tidak perlu. Kalau benar-benar payudara sakit baru pergi periksa. Tapi kalau tidak, malas pergi (P5 155).”

(Menurut pribadi saya, tidak perlu. Jika benar-benar payudara sakit baru melakukan pemeriksaan. Tetapi jika tidak, malas melakukan pemeriksaan).

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat kita

cermati bahwa keyakinan tentang sehat dan sakit

berbeda-beda seorang dengan yang lain. Hal ini

bisa dipengaruhi oleh orang tua, atau keluarga dan

lingkungan tempat tinggal. Kepercayaan tersebut

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

98

kadang diyakini tanpa ada pembuktian terlebih

dahulu karena hal tersebut sudah menjadi

kebiasaan yang sudah sering dilakukan oleh

keluarga atau masyarakat di lingkungan sekitar.

Kepercayaan atau keyakinan juga dibentuk oleh

pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan.

Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman

yang diperoleh bisa mengubah keyakinan

seseorang mengenai konsep sehat dan sakit. Hal

ini berarti bahwa orang percaya atau meyakini

sesuatu dapat disebabkan karena ia mempunyai

pengetahuan tentang itu. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa partisipan memiliki

pengetahuan tentang adanya fasilitas pelayanan

kesehatan namun tidak selalu dimanfaatkan untuk

melakukan pengobatan. Terkait dengan masalah

pemeriksaan payudara, partisipan yang mempunyai

pengetahuan dan pengalaman tentang kanker

payudara memiliki keyakinan bahwa pemeriksaan

payudara merupakan suatu hal yang benar dan

baik untuk dilakukan.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

99

c. Nilai (values)

Nilai merupakan lapisan ke-3 dari kebudayaan

dan dilandasi oleh keyakinan. Dari nilai yang dimiliki

inilah yang akan dapat diamati melalui perilaku

seseorang. Konsep nilai tidak dapat didefinisikan

dengan sederhana. Nilai bisa dipahami sebagai

keyakinan suatu individu terhadap suatu pemikiran,

tingkah laku maupun kebiasaan yang berpengaruh

terhadap perilaku yang ditampilkan. Nilai juga

merupakan suatu hal yang dianggap baik atau

buruk mengenai sehat dan sakit terutama

mengenai pemeriksaan payudara. Masing-masing

partisipan memiliki nilai yang berbeda-beda

mengenai pemeriksaan payudara.

P1 menyatakan bahwa kanker payudara bisa

disebabkan oleh faktor keturunan yaitu adanya

riwayat kanker payudara dalam keluarga maka

sangat besar kemungkinan untuk terkena kanker

payudara. Namun, bagi P1 dengan menerapkan

pola hidup sehat maka akan terhindar dari penyakit

tersebut.

P1:“ Gak cemas karena E yakin selagi E bisa hidup sehat pasti kan gak mungkin terkena. Pokoknya tergantung pola hidup kitanya aja yang gimana ( P1 185).”

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

100

(Tidak cemas karena E yakin bahwa saat E masih bisa hidup sehat pasti tidak mungkin terkena. Semua tergantung bagaimana pola hidup kita).

Lain halnya dengan P2, yang belum pernah

mendengar tentang pemeriksaan payudara namun

merasa bahwa hal tersebut sangat baik untuk

dilakukan agar bisa mengetahui kondisi kesehatan

payudara. P2 mengatakan bahwa jika ingin hidup

sehat harus melakukan pemeriksaan dari awal

sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit.

P2: “Kalo menurut C, baik sih kan tong bisa tahu kesehatan tubuh (P2 185).

Kan itu menyangkut diri sendiri jadi kalo mau sehat harus memeriksakan diri sendiri (P2 200).”

(Menurut C, baik dilakukan (pemeriksaan payudara) agar kita bisa mengetahui kesehatan tubuh.

Jadi hal tersebut berkaitan dengan diri sendiri jadi jika ingin sehat harus memeriksakan diri).

P3 memberikan prioritas untuk melakukan

pemeriksaan payudara karena P3 memiliki prinsip

bahwa mencegah lebih baik dari pada mengobati

sehingga saat P3 mendapatkan informasi-informasi

penting mengenai kesehatan maka P3 akan

berusaha untuk menerapkannya karena dengan

tubuh yang sehat maka setiap kegiatan akan

dilakukan dengan optimal. Prinsip yang dimiliki P3

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

101

dipengaruhi oleh didikan keluarga agar tetap

menjaga kesehatan tubuh supaya tidak sakit dan

merepotkan orang lain. Menurut P3 kanker

payudara itu berawal dari benjolan kecil yang

tumbuh di payudara dan jika sudah parah maka

payudara bisa berwarna merah, bernanah dan

kemudian mengeluarkan bau busuk. P3 memiliki

pengetahuan tentang kanker payudara dan

pemeriksaan payudara karena memiliki riwayat

kanker payudara dalam keluarganya sehingga

saling bertukar informasi dengan ibunya. Selain itu

pengetahuan juga diperoleh dengan membaca

informasi-informasi penting tentang kesehatan

payudara.

P3: “iy, prioritas kak karena bagian payudara itu kan vital toh kak (P3 165).

karena SH punya prinsip, kesehatan itu penting lebih baik mencegah dari pada mengobati. Jadi kesehatan itu wajiblah kak. Hidup tu musti sehat (P3 235)”

(iy, prioritas kaka, karena bagian payudara itu vital.

Karena SH mempunyai prinsip, kesehatan itu penting. Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Jadi kesehatn itu wajiblah kak. Hidup itu harus sehat).

Pendapat yang lain dari P4 bahwa,

pemeriksaan payudara merupakan suatu hal yang

penting untuk dilakukan namun P4 tidak

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

102

memberikan prioritas utama untuk melakukan

pemeriksaan payudara karena bagi P4 ada banyak

hal yang lebih penting yang harus diutamakan

dalam kehidupan. P4 juga tidak punya keinginan

untuk mengetahui tentang pemeriksaan payudara

sehingga jarang bertanya atau berdiskusi dengan

orang lain mengenai hal tersebut. Menurut P4

kanker payudara itu disebabkan karena kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang instan.

P4: “kanker sih, penyebabnya, kebiasaan makan makanan instan (P4 145).

Menurut beta, jadi prioritas atau tidak tergantung kondisi yang ada soalnya sakit kan bukan Cuma kanker toh, banyak hal. Kadang-kadang yang betul-betul penting yang harus diprioritaskan itu ada hal lain (P4 205).”

(kanker, penyebabnya, kebiasaan makan yang instan.

Menurut saya, jadi prioritas atau tidak tergantung kondisi yang ada soalnya sakit bukan hanya kanker, tapi banyak hal. Kadang-kadang yang betul-betul penting yang harus diprioritaskan itu ada hal lain).

Pemahaman P5 mengenai kanker payudara

adalah adanya pembengkakan seperti batu di

sekitar payudara. Pendapat yang sangat berbeda

dari P5 yaitu bahwa pemeriksaan payudara

memang penting untuk dilakukan namun P5

memiliki nilai pribadi bahwa jika sudah benar-benar

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

103

mengalami penyakit kanker payudara barulah akan

memeriksakan diri. Nilai pribadi yang dimiliki P5

terbentuk dari perilakunya ketika mengalami sakit,

maka hanya mendiamkannya saja tanpa

melakukan pengobatan dan jika penyakit yang

dialaminya sudah parah barulah akan berusaha

mencari pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat kita

cermati bahwa nilai yang dianut berbeda satu

dengan yang lain. Perbedaan tentang nilai-nilai

pribadi dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki. Partisipan yang

beranggapan bahwa pemeriksaan payudara

penting untuk dilakukan maka akan diterapkan

dalam kehidupannya, tetapi ada juga partisipan

yang beranggapan bahwa pemeriksaan payudara

penting untuk dilakukan namun tidak memberikan

prioritas untuk hal itu. Ada juga yang sama sekali

tidak peduli dengan kesehatan payudara sehingga

tidak memberikan prioritas untuk hal tersebut. Nilai

terbentuk bukan hanya dari keyakinan pribadi

tentang kesehatan melainkan juga berasal dari

didikan keluarga.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

104

d. Perilaku (behavior)

Perilaku merupakan lapisan paling luar dari

kebudayaan dan sebagai hasil akhir dari

pandangan dunia (world view), keyakinan (beliefs)

dan nilai (values) yang dimiliki seseorang yang

dapat diamati. Dengan kata lain, perilaku

merupakan keseluruhan pemahaman dan aktivitas

seseorang yang merupakan hasil bersama antara

faktor internal dan eksternal. Menurut Bloom (1908)

dalam Notoatmodjo (2010) perilaku dibedakan

dalam tiga bagian yaitu pengetahuan (knowledge),

sikap (attitude), tindakan/praktik (practice). Berikut

penjelasan mengenai perilaku pemeriksaan

payudara masing-masing partisipan.

Tabel 3. Perilaku Pemeriksaan Payudara Partisipan

Partisipan Perilaku Pengetahuan Sikap Praktik

P1 Tahu tentang pemeriksaan payudara.

Pemeriksaan payudara merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan.

Melakukan pemeriksaan payudara sendiri, 1 kali periksa ke dokter.

P2 Tidak tahu tentang pemeriksaan payudara

Pemeriksaan payudara adalah baik dan penting untuk dilakukan.

Tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara.

P3 Tahu tentang pemeriksaan payudara.

Mau melakukan dan memberikan prioritas untuk pemeriksaan payudara.

2 kali dalam sebulan melakukan pemeriksaan payudara sendiri.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

105

P4 Tidak tahu tentang pemeriksaan payudara.

Bukanlah suatu hal yang harus diprioritaskan.

Tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara.

P5 Tahu tentang pemeriksaan payudara.

Tidak mau melakukan pemeriksaan payudara.

Tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara.

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan

bahwa P1 melakukan pemeriksaan payudara

meskipun jarang karena merasa yakin tidak akan

mengalami penyakit kanker payudara serta tidak

ada niat, namun P1 pernah sekali melakukan

pemeriksaan payudara ke dokter saat melakukan

pemeriksaan kesehatan untuk tes masuk SMA.

Setelah itu tidak pernah lagi melakukan

pemeriksaan ke dokter. Pemeriksaan payudara

sendiri dilakukan oleh P1 jika diingatkan oleh

ibunya, karena dalam keluarga P1 memiliki riwayat

kanker payudara. Pemeriksaan payudara sendiri

dilakukan saat mandi, dengan mencari adanya

benjolan atau tidak di payudara. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi P1 jarang melakukan

pemeriksaan payudara yaitu merasa tidak nyaman

(geli), malas atau tidak ada niat, merasa yakin tidak

akan terkena atau mengalami penyakit kanker. Hal

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

106

ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pribadi yang

dimiliki oleh individu sangat berpengaruh terhadap

tindakan yang akan dilakukannya.

Lain halnya dengan P2 yang belum pernah

sama sekali melakukan pemeriksaan payudara ke

dokter maupun pemeriksaan sendiri. Saat

wawancara peneliti menjelaskan sedikit tentang

pemeriksaan payudara dan setelah tahu mengenai

hal tersebut P2 mempunyai keinginan untuk

melakukan pemeriksaan sendiri dan merasa bahwa

pemeriksaan payudara merupakan suatu hal baik

yang perlu dilakukan. Beberapa hal yang

menyebabkan P2 tidak melakukan pemeriksaan

payudara adalah kurangnya informasi mengenai

pemeriksaan payudara karena di lingkungan tempat

tinggal P2 , di Papua belum pernah ada penyuluhan

mengenai kanker payudara maupun pemeriksaan

payudara, sehingga merupakan suatu hal baru

bagi P2 dan timbul perasaan malu jika harus

memeriksakan diri ke dokter. Selain karena

kurangnya informasi, perilaku P2 juga dipengaruhi

oleh kebiasaan masyarakat setempat yang kurang

peduli dengan kesehatan sehingga saat penyakit

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

107

yang dialami sudah parah barulah memeriksakan

diri ke dokter atau rumah sakit.

Perilaku yang berbeda juga ditunjukkan oleh

P3 yang memiliki prinsip mencegah lebih baik dari

pada mengobati sehingga P3 selalu berusaha

untuk menjaga kesehatannya, terutama mengenai

kesehatan payudara. Hal ini dibuktikan dengan

selalu melakukan pemeriksaan payudara sendiri 2

kali dalam sebulan. Pemeriksaan payudara

dilakukan karena kesadaran sendiri dan kadang-

kadang juga diingatkan oleh ibunya, sedangkan

pemeriksaan ke dokter belum pernah dilakukannya.

P3 cukup tahu dan mengerti tentang penyakit

kanker payudara dan pemeriksaan payudara

karena ada riwayat keluarga yang menderita kanker

payudara. Sehingga ada kesadaran untuk tetap

menjaga kesehatan dengan menerapkan pola

hidup sehat yaitu pola makan yang teratur,

mengkonsumsi makanan yang direbus, minum

susu, istirahat yang cukup dan lain-lain. Perilaku P3

bertolak belakang dengan perilaku sebagian

masyarakat di lingkungannya (Ambon) yang masih

beranggapan bahwa kesehatan payudara

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

108

merupakan suatu hal yang tabu sehingga kurang

memperhatikan atau melakukan tindakan

pencegahan dini. Penyebabnya adalah informasi

yang masih kurang. Hal ini menunjukkan bahwa

perilaku sehat individu lebih banyak dipengaruhi

oleh lingkungan keluarga yang merupakan

lingkungan yang paling dekat dengan individu.

P4 mempunyai perilaku yang berbeda juga

mengenai pemeriksaan payudara. P4 belum pernah

melakukan pemeriksaan payudara sendiri maupun

pemeriksaan ke dokter. Hal ini disebabkan karena

kurangnya informasi mengenai pemeriksaan

payudara, merasa diri sehat, tidak memiliki riwayat

penyakit kanker payudara dalam keluarganya

sehingga malas untuk melakukan pemeriksaan dan

sebenarnya P4 mempunyai keinginan untuk

memeriksakan payudara ke dokter namun tidak

tahu harus periksa kemana dan karena

pemeriksaan payudara itu merupakan sesuatu yang

sensitif bagi seorang wanita maka pemeriksaan

harus dilakukan oleh dokter wanita. P4 termasuk

orang yang kurang peduli atau cuek dengan

kesehatan pribadinya meskipun selalu ada

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

109

dukungan positif dari keluarga untuk tetap

mempertahankan kesehatan, sehingga P4 tidak

memberikan prioritas untuk melakukan

pemeriksaan payudara karena bagi P4, ada hal lain

yang lebih penting untuk diprioritaskan selain

pemeriksaan payudara. Hal diatas menjelaskan

bahwa perilaku seseorang terbentuk dari keyakinan

dan nilai pribadi yang dimiliki namun seringkali tidak

sesuai antara keyakinan dengan nilai pribadi yang

dimiliki.

Hal yang sama juga terjadi pada P5 yang

belum pernah melakukan pemeriksaan payudara

sendiri maupun pemeriksaan payudara ke dokter.

Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi dan

memang tidak punya keinginan untuk mengetahui

informasi tentang kesehatan payudara. Meskipun

belum pernah sama sekali melakukan pemeriksaan

payudara namun setelah tahu, dia akan berusaha

untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri .

Berikut pernyataan masing-masing partisipan:

P1: “ itu waktu mau masuk ke sekolah farmasi, SMA kan trus ikut tes kesehatan, sama dokternya itu diperiksa (P1 195).

ha’ a pernah. Kadang-kadang kalo ingat periksa sendiri itu karena kasusnya sepupu saya itu yang kanker. Karena sepupu saya

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

110

yang kanker itu justru mama saya yang lebih cemas, karena itu kan penyakit keturunan jadi mama saya bilang, coba itu periksa ntar kayak mba D takutnya udah parah kayak punya nya D (sepupu E yang kanker payudara (205).

yah, paling waktu mandi itu cuma di pegang aja ada benjolan atau gak. Gitu aja (P1 215).”

(saat itu mau masuk ke sekolah farmasi, SMA. Kemudian melakukan tes kesehatan. Oleh dokter, diperiksa.

Iya pernah. Kadang-kadang ingat untuk melakukan pemeriksaan sendiri karena kasus sepupu saya yang kanker. Karena sepupu saya yang kanker, ibu saya yang lebih cemas, karena itu merupakan penyakit keturunan jadi ibu saya mengatakan, coba diperiksa nanti seperti mbak D. takutnya jika sudah parah seperti mabak D.

Yah, biasanya saat mandi. Cuma dipegang ada benjolan atau tidak. Itu saja).

P2: “Belum pernah karena memang tidak tahu

kaka (P2 150) kalo periksa sendiri, tidak apa-apa. Kan

tong punya sendiri tapi macam kalo dokter yang periksa, aduh.., malu. Hehehehe (P2 160).”

(Belum pernah karena memang tidak tahu kaka.

jika periksa sendiri tidak mengapa, karena milik kita sendiri tetapi jika dokter yang periksa, malu).

P3: “Blum pernah periksa ke dokter kak. Cuma

palingan sering didepan kaca trus angkat tangan liat ada benjolan tidak kak. Itu sih (P3 185)

Itu sih biasa sebulan sekitar 2 kali (P3 190).”

(belum pernah periksa ke dokter. Biasanya sering di depan cermin, lalu mengangkat tangan dan melihat adanya benjolan atau tidak. Itu saja.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

111

Biasanya sebulan 2 kali). P4: “sonde tahu dan malas. Hehehe.. sangat-sangat penting. Sebenarnya

kepingin periksa tapi sonde tahu tempat periksanya dimana? Kadang ke dokter ju dokter yang bagaimana dulu karena kermana e.. itu termasuk penyakit yang sensitif ju (P4 170-175).”

(Tidak tahu dan malas. Sangat-sangat penting. Sebenarnya punya

keinginan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter tetapi tidak tahu tempat untuk melakukan pemeriksaan. Jika ke dokter pun, dokter yang seperti apa karena termasuk penyakit yang sensitif juga).

P5: “Tidak pernah, malas tahu juga yang begitu

(P5 150). dari kita, kalau pribadi. Tidak perlu. Karena

soalnya pasti sakit baru periksa, kalau benar-benar payudara sakit baru pergi periksa. Tapi kalu tidak, malas pergi (P5 155).”

(Tidak pernah, malas mengetahui hal-hal seperti itu.

Menurut pribadi saya, tidak perlu. Karena jika sakit barulah melakukan pemeriksaan, jika benar-benar payudara sakit baru pergi melakukan pemeriksaan. Tetapi jika tidak, malas pergi).

Berdasarkan hasil penelitian yang ada,

menunjukkan bahwa ada 2 faktor yang

mempengaruhi terbentuknya perilaku yaitu faktor

dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar

(eksternal). Perilaku terbentuk karena faktor internal

yaitu dipengaruhi oleh keyakinan dan nilai pribadi

yang dimiliki, pengetahuan dan pengalaman, serta

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

112

kemauan untuk mencari informasi penting

mengenai kesehatan. Sedangkan faktor

eksternalnya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga

dan lingkungan masyarakat berupa dukungan

positif dari keluarga dan kurangnya informasi

masyarakat tentang pemeriksaan payudara juga

turut berpengaruh terhadap perilaku individu.

Terdapat juga beberapa faktor yang

mempengaruhi partisipan dalam melakukan

pemeriksaan payudara yaitu:

a. Faktor yang mempengaruhi partisipan untuk

melakukan pemeriksaan payudara:

- Merasa bahwa payudara merupakan

bagian yang vital dari tubuh manusia

sehingga perlu untuk dijaga

kesehatannya.

- Dukungan positif dari orang-orang

terdekat (ibu).

- Mempunyai keluarga yang mengalami

kanker payudara (memiliki riwayat kanker

payudara).

b. Faktor yang mempengaruhi partisipan tidak

melakukan pemeriksaan payudara:

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

113

- Tidak adanya niat atau malas

- Malu

- Merasa yakin tidak akan terkena kanker

payudara karena tidak ada riwayat

kanker payudara dalam keluarga.

- Merasa tidak nyaman (geli)

- Kurangnya informasi atau bahkan tidak

tahu sama sekali tentang pemeriksaan

payudara.

- Kurang peduli mengenai kesehatan

payudara.

Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa

masih adanya budaya “malu” yang menjadi faktor

tidak dilakukannya pemeriksaan payudara.

Perasaan malu atau tidak saling terbuka untuk

membicarakan tentang pemeriksaan payudara

kepada orang lain dipengaruhi oleh kebiasaan

masyarakat dilingkungan sekitarnya yang

cenderung tertutup dan menolak membicarakan

mengenai masalah kesehatan yang dialami,

terlebih yang berhubungan dengan payudara yang

dianggap sangat pribadi atau tabu untuk

dibicarakan. Malu membicarakan mengenai

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

114

pemeriksaan payudara bisa menjadi suatu

masalah yang lebih besar jika ternyata ditemukan

bahwa individu tersebut mengalami kanker

payudara. Ketidakterbukaan dalam membicarakan

masalah kesehatan juga dipengaruhi oleh

kurangnnya pengetahuan tentang kesehatan, tidak

ingin membebani atau merepotkan orang lain

dengan membicarakan masalah kesehatannya dan

persepsi mengenai sehat bahwa sehat atau

kesehatan merupakan suatu perubahan yang

dialami oleh orang sakit menjadi sembuh dan

kembali sehat. Pandangan yang seperti ini perlu

diubah karena masyarakat akan beranggapan

bahwa sehat merupakan kondisi dimana orang

sakit menjadi sembuh dan kembali sehat. Jadi

perlu untuk diberikan penjelasan bahwa kesehatan

adalah bagaimana cara mempertahankan atau

menjaga diri agar tetap sehat dan terhindar dari

penyakit serta memberikan jaminan kepada orang

sehat jika mengalami sakit. Hal ini sebagai bentuk

tindakan preventif terhadap suatu penyakit dalam

konteks ini adalah mengetahui lebih dini adanya

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

115

kanker payudara sehingga mempermudah dalam

penanganan atau pengobatannya.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pandangan dunia (World view)

Pandangan dunia merupakan suatu dasar atau

landasan untuk membimbing kehidupan rohani dan

jasmani. Pandangan dunia adalah juga filsafat hidup.

Jadi pandangan dunia dapat merupakan keseluruhan

garis dan kecenderungan jalan-jalan dan nilai-nilai

yang akan dicapai untuk landasan semua dimensi

kehidupan. Dari pandangan dunia ini terpancar

perbuatan, kata-kata dan tingkah laku dan cita-cita,

sikap, dorongan atau tujuan yang akan dicapai.

Pandangan dunia bukan timbul seketika atau dalam

waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses

waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil

pemikiran itu dapat teruji kebenarannya. Pandangan

dunia (World View) merupakan suatu pemahaman

seseorang mengenai suatu sesungguhnya yang nyata

atau tidak. Dalam hal ini mengenai pemahaman

partisipan tentang konsep sehat dan sakit serta

pandangan tentang pemeriksaan payudara.

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

116

Di dalam masyarakat terdapat beraneka ragam

konsep sehat dan sakit. Pernyataan sehat dan sakit

dari masing-masing partisipan merupakan

pemahaman berdasarkan apa yang mereka alami

tentang sehat dan sakit. Secara umum dapat

dinyatakan bahwa persepsi masing-masing partisipan

lebih menunjukkan kepada suatu kondisi tubuh yang

tidak terganggu sehingga masih bisa beraktivitas

dengan baik. Sebaliknya, saat aktivitas yang dilakukan

terganggu karena kondisi tubuh yang tidak sehat,

disitulah partisipan merasa tubuhnya dalam keadaan

sakit. Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa

kombinasi alternatif untuk menggambarkan persepsi

seseorang tentang sehat dan sakit. Dalam salah satu

kombinasi aternatif tersebut menggambarkan

seseorang mendapatkan serangan penyakit (secara

klinis), tetapi orang itu sendiri tidak merasa sakit atau

mungkin tidak dirasakan sebagai sakit. Oleh karena itu

mereka tetap menjalankan kegiatannya sehari-hari

sebagaimana orang sehat. Berdasarkan hal tersebut

maka keluar suatu konsep sehat masyarakat yaitu

bahwa sehat adalah orang yang dapat bekerja atau

menjalankan pekerjaannya sehari-hari, dan keluar juga

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

117

konsep sakit, dimana dirasakan oleh seseorang yang

sudah tidak dapat menjalankan pekerjaannya sehari-

hari. Kebanyakan sumber ilmiah sepakat bahwa

definisi kesehatan apapun harus mengandung paling

tidak komponen biomedis, personal, dan sosiokultural

(Smet, 1994 dalam Maulana. 2009).

Pandangan dan persepsi masing-masing individu

mengenai pemeriksaan payudara merupakan suatu

hal yang nyata dan terjadi di dalam masyarakat.

Pengetahuan dan pengalaman tentang kanker

payudara dan pemeriksaan payudara mempengaruhi

persepsi atau pandangan dunia individu. Hal ini

disesuaikan dengan pernyataan bahwa persepsi

individu tentang sehat dan merasa sakit sangat

bervariasi dan dibentuk oleh pengalaman,

pengetahuan, nilai dan harapan-harapan (Ewles dan

Simnet, 1994 dalam Maulana). Pengetahuan yang

terbentuk pada dasarnya merupakan warisan budaya,

yang diturunkan dari generasi ke generasi. Hal ini juga

akan mempengaruhi mereka selanjutnya serta jenis

perawatan yang dicari ketika mengalami sakit.

Pandangan atau persepsi masyarakat tentang

sehat dan sakit berbeda pada tiap kelompok

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

118

masyarakat. Jadi individu sosial-budaya yang sama

akan mengenal, menilai dan bereaksi terhadap kondisi

sakit dalam pola yang sama, sedangkan individu dari

sosial-budaya yang berbeda juga akan berbeda

(Notoatmodjo. 2010).

4.3.2 Keyakinan (Beliefs)

Keyakinan atau kepercayaan disini tidak ada

hubungannya dengan hal-hal yang gaib, tetapi

hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau

salah. Berdasarkan hasil penelitian dapat kita cermati

bahwa ada perbedaan keyakinan masing-masing

partisipan terhadap kesehatan pribadinya. P1 lebih

memilih melakukan pengobatan dengan

menggunakan tanaman tradisional. P2 lebih memilih

penanganan penyakitnya dilakukan di rumah. P3 juga

memiliki keyakinan untuk melakukan pengobatan ke

rumah sakit maupun puskesmas karena pengobatan

yang diperoleh lebih pasti. Namun ada beberapa

penyakit tertentu yang masih bisa diatasi di rumah

maka akan ditangani di rumah. Berbeda dengan P4

dan P5 yang lebih memilih menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

119

puskesmas ketika mereka mengalami sakit. Hal ini

merupakan kebiasaan dari keluarga mereka dan

pengobatan di rumah sakit lebih dapat dipercaya

karena sudah ada dokter yang lebih berpengalaman.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoadmodjo

(2010), kepercayaan atau keyakinan sering dapat

bersifat rasional atau irasional. Kepercayaan atau

keyakinan yang rasional apabila keyakinan orang

terhadap sesuatu tersebut masuk akal. Orang percaya

bahwa dokter pasti dapat menyembuhkan

penyakitnya. Hal ini adalah rasional karena memang

dokter tersebut telah bertahun-tahun belajar ilmu

kedokteran atau penyembuhan penyakit. Sebaliknya

seorang mempunyai kepercayaan irasional bila ia

mempercayakan air putih yang diberi mantera oleh

seorang dukun, bisa menyembuhkan penyakitnya.

Upaya untuk mencari pelayanan kesehatan juga

berbeda antara masing-masing partisipan. Pelayanan

kesehatan didirikan berdasarkan asumsi bahwa

masyarakat membutuhkannya. Namun kenyataannya

masyarakat baru mau mencari pengobatan (pelayanan

kesehatan) setelah benar-benar tidak dapat berbuat

apa-apa. Hal ini pun bukan berarti mereka harus

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

120

mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan

modern (puskesmas dan sebagainya), tetapi juga ke

fasilitas pengobatan tradisional (dukun dan

sebagainya) yang kadang-kadang menjadi pilihan

pertama masyarakat.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semua

partisipan tidak merasa tabu dengan kanker payudara

dan pemeriksaan payudara. Hanya partisipan 2 saja

yang belum terbiasa mendengar tentang pemeriksaan

payudara. Kanker payudara bukanlah sesuatu yang

tabu untuk dibicarakan karena sudah banyak kasus

mengenai kanker payudara sehingga masing-masing

partisipan sudah mengetahui dan terbiasa mendengar

tentang kanker payudara serta beberapa partisipan

yang memiliki riwayat kanker payudara, mereka cukup

tahu tentang kanker payudara. Sedangkan untuk

pemeriksaan payudara, beberapa partisipan sama

sekali tidak mengetahui tentang pemeriksaan

payudara karena kurang informasi, dan beberapa

partisipan yang mengetahui tentang kanker payudara

karena memiliki riwayat kanker payudara dalam

keluarganya. Keyakinan P1, P2, P3, P4 bahwa

pemeriksaan payudara merupakan hal yang benar dan

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

121

penting untuk dilakukan. Hal ini dipengaruhi oleh

pengetahuan dan pengalaman tentang kanker

payudara. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa Kepercayaan atau keyakinan

dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan

kepentingan. Hal ini dimaksudkan bahwa orang

percaya kepada sesuatu dapat disebabkan karena ia

mempunyai pengetahuan tentang itu. Kepercayaan

atau keyakinan yang tidak didasarkan pada

pengetahuan yang benar akan menyebabkan

kesalahan bertindak (Notoatmodjo, 2010)

Menurut Rosenstoch (1974) dalam Perry & Potter

(2005) menyatakan hubungan antara keyakinan

seseorang dengan perilaku yang ditampilkan. Model

keyakinan-kesehatan (Health Belief Model), memiliki

beberapa komponen yaitu, komponen pertama adalah

persepsi individu tentang kerentanan dirinya terhadap

suatu penyakit. Komponen yang kedua adalah

persepsi individu terhadap keseriusan penyakit

tersebut. persepsi ini dipengaruhi oleh faktor

demografi (umur, jenis kelamin, latar belakang

budaya), sosiopsikologis (kepribadian, kelas sosial,

tekanan sosial), faktor struktural (pengetahuan dan

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

122

pengalaman sebelumnya), perasaan terancam oleh

penyakit , dan tanda-tanda untuk bertindak.

Komponen ketiga adalah dimana seseorang mungkin

akan mengambil tindakan preventif untuk tetap

mempertahankan kesehatannya.

4.3.3 Nilai

Perry & Potter (2005) menyatakan bahwa Nilai

adalah keyakinan yang mendasari seseorang

melakukan tindakan dan tindakan itu kemudian

menjadi suatu standar atas tindakan yang selanjutnya.

Nilai yang dimiliki oleh masing-masing pribadi

menentukan mana yang baik dan mana yang buruk

mengenai kesehatan pribadinya.

Mencermati dari hasil penelitian yang ada maka

dapat diketahui ada perbedaan nilai pribadi antar

masing-masing partisipan. P1 memiliki nilai bahwa

hidup sehat maka akan terhindar dari penyakit,

sehingga P1 berusaha melakukan pencegahan

dengan pemeriksaan payudara. Berbeda dengan P2

yang sama sekali tidak mengetahui tentang

pemeriksaan payudara namun merasa bahwa hal

tersebut baik untuk dilakukan karena P2 memiliki nilai

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

123

bahwa jika ingin hidup sehat maka harus melakukan

pencegahan sedini mungkin. Lain halnya dengan P3

yang memberikan prioritas terhadap pemeriksaan

payudara karena P3 memiliki nilai pribadi bahwa

mencegah lebih baik dari pada mengobati sehingga

P3 merasa pemeriksaan payudara sangat penting dan

hal tersebut dinyatakan dalam kehidupannya dengan

melakukan pemeriksaan payudara. Hal tersebut

merupakan bentuk nilai positif yang dimiliki untuk terus

mempertahankan kesehatan pribadinya. P4 yang

memiliki nilai bahwa kesehatan harus menjadi prioritas

utama selama hidup namun semua tergantung dari

situasi dan kondisi yang dilami. Menurut P4

pemeriksaan payudara sangat penting untuk dilakukan

namun P4 tidak memberikan prioritas terhadap hal

tersebut karena ada hal lain yang lebih penting yang

harus diprioritaskan. Berbeda dengan P5 yang

memiliki pendapat bahwa pemeriksaan payudara

sangat penting untuk dilakukan namun tidak perlu

untuk melakukan pemeriksaan payudara. hal ini

dipengaruhi oleh nilai pribadi P5 bahwa pemeriksaan

akan dilakukan jika sudah mengalami sakit.

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

124

Berdasarkan hasil penelitian dapat kita lihat

bahwa nilai yang dianut oleh masing-masing partisipan

berpengaruh dalam berbagai dimensi kehidupan

seperti dimensi budaya, psikologi dan fisiologi manusia

yang juga mempengaruhi kondisi kesehatan mereka.

Hal ini disesuaikan dengan pernyataan nilai yang

mempengaruhi tingkah laku dapat bersifat sadar

maupun tidak sadar. Seorang individu dapat

mengekspresikan nilai secara terbuka ataupun dengan

menunjukan tingkah laku verbal dan nonverbal.

Sebagian besar orang secara sadar menyadari bahwa

hanya beberapa nilai utama yang dapat dianggap

sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan

mereka (Perry & Potter, 2005).

Berdasarkan pernyataan partisipan tentang nilai

pribadi yang dimiliki maka disesuaikan dengan

pernyataan Uustal (dalam Perry & Potter, 2005) yang

merangkum elemen umum dalam definisi nilai yaitu

adanya komponen kognitif, selektif, afektif dan

tindakan, sehingga seseorang berpikir, memilih,

merasa dan bertindak berdasarkan kepentingan nilai

pribadi. Nilai individu merefleksikan kebutuhan

personal, budaya dan pengaruh sosial serta hubungan

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

125

dengan orang tertentu. Nilai terbentuk dalam

lingkungan sosial dimana latar belakang pendidikan,

sosial ekonomi, spiritual, dan budaya yang bervariasi.

4.3.4 Perilaku

Perilaku pemeriksaan payudara yang nyata dari

ke-5 partisipan berbeda-beda satu dengan yang lain.

P1 pernah melakukan pemeriksaaan payudara ke

dokter dan pernah juga melakukan pemeriksaan

payudara sendiri. Namun jarang dilakukan lagi. P2

sama sekali belum pernah melakukan pemeriksaan

payudara ke dokter maupun pemeriksaan payudara

sendiri. Berbeda dengan P3 yang selalu melakukan

pemeriksaan payudara sendiri secara rutin dua kali

dalam sebulan, meskipun belum pernah melakukan

pemeriksaan payudara ke dokter. P4 & P5 belum

pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri

maupun pemeriksaan payudara ke dokter.

Penjelasan diatas dapat disesuaikan dengan teori

terbentuknya perilaku oleh Sulzer, Mayer (1977) dalam

Notoatmodjo (2010) yaitu teori ABC yang

mengungkapkan bahwa perilaku adalah suatu proses

dan sekaligus hasil interaksi antara:

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

126

- Antecedent (suatu pemicu yang menyebabkan

seseorang berperilaku, yakni kejadian-kejadian di

lingkungan sekitar). Dalam hal ini adanya riwayat

kanker payudara sebagai pemicu untuk berperilaku

dengan berusaha menjaga kesehatan pribadinya.

- Behavior (reaksi atau tindakan terhadap adanya

antecedent tersebut).

- Concequences (kejadian selanjutnya yang mengikuti

perilaku tersebut atau konsekuensi). Bentuk

konsekuensinya ada yang positif (menerima, dalam

hal ini mengulang perilaku tersebut) dan negatif

(menolak) yang berarti tidak mengulang perilaku

tersebut atau berhenti.

Dari penjelasan diatas dapat kita sesuaikan

dengan pernyataan Notoatmodjo (2010) yang

mengatakan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang

bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,

sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap

kesehatan juga mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku. Perilaku merupakan suatu

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

127

bentuk tindakan nyata yang ditunjukkan oleh seorang

individu. Green Laurence menganalisis perilaku

manusia dari tingkat kesehatan, dibentuk oleh 3 faktor

antara lain :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan

sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang

terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-

alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang ada,

menunjukkan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi partisipan dalam melakukan

pemeriksaan payudara yaitu: merasa bahwa payudara

merupakan bagian yang vital dari tubuh manusia

sehingga perlu untuk dijaga kesehatannya,

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

128

pemeriksaan dilakukan karena memiliki riwayat kanker

payudara dan jika diingatkan oleh orang-orang

terdekat. Adapun hal-hal yang menyebabkan

partisipan tidak melakukan pemeriksaan payudara

diantaranya adalah tidak adanya niat atau malas,

malu, merasa yakin tidak akan terkena kanker

payudara karena tidak ada riwayat kanker payudara

dalam keluarga, merasa tidak nyaman (geli),

kurangnya informasi atau bahkan tidak tahu sama

sekali tentang pemeriksaan payudara, dan kurang

peduli mengenai kesehatan payudara

Faktor-faktor diatas dapat disesuaikan dengan

teori “Behavior Intention” yang dikembangkan oleh

Snehendu Kar (dalam Notoatmodjo, 2010) yang

menyatakan bahwa perilaku kesehatan seseorang

atau masyarakat ditentukan oleh niat orang terhadap

objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari

masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi

tentang kesehatan, kebebasan dari individu untuk

mengambil keputusan atau bertindak, dan situasi yang

memungkinkan ia berperilaku/ bertindak.

Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan teori-

teori maka dapat disimpulkan bahwa perilaku setiap

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2750/5/T1_462008022_BAB IV.pdf · berbincang-bincang mengenai kesehatan pribadi khususnya tentang kesehatan

129

individu berbeda satu dengan yang lainnya karena

masing-masing individu mempunyai persepsi,

keyakinan atau kepercayaan dan nilai yang berbeda

sehingga perilaku yang dimunculkan juga berbeda. Hal

ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sosial

budaya dan pendidikan seseorang. Perilaku ,

kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber

di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu

pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan.

Kebudayaan merupakan cara menjalani hidup dari

suatu masyarakat yang diturunkan pada anggota

masyarakatnya dari generasi ke generasi berikutnya.

Masyarakat diperkenalkan pada adanya baik-buruk,

benar-salah dan adanya harapan-harapan hidup.

Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama

sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat

bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat

ataupun cepat, sesuai dengan peradaban umat

manusia sehingga mempunyai pengaruh yang dalam

terhadap perilaku manusia.