bab iv hasil dan pembahasan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3437/5/eko setiawan - bab...

25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat penting dalam mengungkapkan suatu fenomena, gejala, atau masalah dalam kajian geografis. Lokasi penelitian ini terletak di Sub-DAS Logawa dapat diketahui sebagai berikut: a. Letak Atronomis Secara asrtonomis Sub-DAS Logawa terletak antara 109° 07’ 58,11’’ sampai 109° 13’ 23,52’’ BT dan 7° 27’ 08,53’’ sampai 7° 27’ 08,53’’ LS. Luas keseluruhan Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa adalah 11.628,82 Ha. b. Letak Geografis Wilayah Sub-DAS Logawa terletak di Kabupaten Banyumas,. Wilayahnya mencakup tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Cilongok, dan Kecamatan Karanglewas. Sub-Das Logawa mengalir dari puncak Gunungapi Slamet hingga bermuara di Sungai Serayu dengan panjang aliran mencapai kurang lebih 25 km. Sub-Das Logawa memiliki perbatasan hidrologi sebagai berikut: APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Upload: vuongnhan

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah

Letak dan Batas

Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat

di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat penting

dalam mengungkapkan suatu fenomena, gejala, atau masalah dalam kajian

geografis. Lokasi penelitian ini terletak di Sub-DAS Logawa dapat diketahui

sebagai berikut:

a. Letak Atronomis

Secara asrtonomis Sub-DAS Logawa terletak antara 109° 07’ 58,11’’

sampai 109° 13’ 23,52’’ BT dan 7° 27’ 08,53’’ sampai 7° 27’ 08,53’’ LS. Luas

keseluruhan Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa adalah 11.628,82 Ha.

b. Letak Geografis

Wilayah Sub-DAS Logawa terletak di Kabupaten Banyumas,. Wilayahnya

mencakup tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan

Cilongok, dan Kecamatan Karanglewas. Sub-Das Logawa mengalir dari puncak

Gunungapi Slamet hingga bermuara di Sungai Serayu dengan panjang aliran

mencapai kurang lebih 25 km. Sub-Das Logawa memiliki perbatasan hidrologi

sebagai berikut:

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

- Sebelah utara : Igir Puncak Gunung Slamet

- Sebelah selatan : Hilir Sungai Logawa

- Sebelah timur : DAS Banjaran

- Sebelah Barat : DAS Tajum

B. Iklim

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca di suatu wilayah dalam satu periode

tertentu. Klasifikasi iklim di Sub-DAS Logawa ditentukan dari data curah. Data

curah hujan ini dapat digunakan dalam menentukan iklim di Sub-DAS Logawa.

Curah hujan bulanan diambil dari stasiun pengukuran curah hujan Kecamatan

Baturraden sepuluh tahun terakhir yaitu dari tahun 2004-2013 yang diperoleh dari

Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Kabupaten Banymas.

Schmidt-Ferguson membagi iklim menjadi 8 tipe iklim. Klasifikasi iklim

yang digunakan oleh Schmidt-Ferguson didasarkan pada banyaknya bulan basah

dan bulan kering selama rerata waktu tertentu, yaitu sebagai berikut.

a. Bulan Basah bila curah hujan lebih dari 100 mm

b. Bulan Lembab bila curah hujan 60 – 100 mm

c. Bulan Kering bila curah hujan kurang dari 60 mm

Kondisi iklim yang terdapat di Sub-DAS Logawa ditentukan berdasarkan

data curah hujan. Tabel 4.1 menyajikan data curah hujan bulanan tahun 2004-

2013 Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Tabel 4.1 Tabel curah hujan bulanan tahun 2004-2013 Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas.

Sumber : Laboratorium Pengendalian Hama Dan Penyakit Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas.

Berdasarkan Tabel 4.1 data curah hujan bulanan tahun 2004-2013 di

Kecamatan Baturraden curah hujan terbanyak adalah pada tahun 2010 sedangkan

curah hujan paling sedikit adalah pada tahun 2013. Klasifikasi iklim menurut

Schmidt-Ferguson mendasarkan pada banyaknya bulan basah apabila curah hujan

>100 mm dan bulan kering apabila curah hujan <60 mm. Tabel 4.2 menyajikan

data klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson.

No Bulan Tahun Rata-rata

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Januari 510 503 538 147 280 840 901 415 640 446 522,4 2 Pebruari 575 474 538 0 341 572 672 518 440 279 440,9 3 Maret 0 606 455 513 644 0 528 524 196 0 346,6 4 April 465 643 466 548 365 532 558 354 532 259 472,2 5 Mei 304 220 0 277 139 344 554 0 0 284 212,2 6 Juni 54 0 94 225 67 341 338 111 65 0 129,5 7 Juli 239 168 29 107 0 29 454 76 3 0 110,5 8 Agustus 0 87 0 23 61 0 369 0 0 0 54,0 9 September 185 513 0 17 0 45 904 0 0 0 166,4 10 Oktober 187 920 17 206 846 637 723 129 547 0 421,2 11 November 1357 670 230 458 565 948 554 938 782 0 650,2 12 Desember 1364 589 650 599 436 475 595 407 0 0 511,5 JUMLAH 5240 5393 3017 3120 3744 4763 7150 3472 3205 1268 4037,6 Bulan Basah 9 10 6 9 8 8 12 8 6 4 8,0 Bulan Lembab 0 1 1 0 2 0 0 1 1 0 0,6 Bulan Kering 3 1 5 3 2 4 0 3 5 8 3,4

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Tabel 4.2 Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson Tipe Iklim Nilai Q Keterangan

A O < Q < 0,143 Sangat Basah B 0,143 < Q < 0,333 Basah C 0,333 < Q < 0,600 Agak Basah D 0,600 < Q < 1,000 Sedang E 1,000 < Q < 1,670 Agak Kering F 1,670 < Q < 3,000 Kering G 3,000 < Q < 7,000 Sangat Kering H 7,000 < Q Luar Biasa Kering

Sumber: Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2008.

.

Berdasarkan tabel 4.2 klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson tipe

iklim Kecamatan Baturraden adalah tipe iklim C atau Agak Basah, karena

memiliki nilai Q = 0,43. dalam klasifikasi yaitu 0,333 < Q < 0,666. Gambar 4.1

menyajikan peta curah hujan Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Gambar 4.1 Peta Curah Hujan Sub-DAS Logawa (Suwarno dan Sutomo, 2014)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

C. Kemiringan Lereng

Lereng adalah kenampakan permukaan alam pada suatu beda tinggi,

apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus

mendatar, akan diperoleh besarnya kelerengan (slope). Kemiringan lereng adalah

faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Lereng

adalah faktor yang sangat penting untuk terjadinya erosi karena menentukan

besarnya kecepatan dan volume air larian. Kecepatan air larian yang besar

umumnya ditentukan oleh kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang

serta terkonsentrasi pada saluran-saluran sempit yang mempunyai potensi besar

untuk terjadinya erosi alur dan erosi parit (Asdak, 2010).

Wilayah Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas memiliki 5 kelas

kemiringan lereng. Wilayah terluas adalah kelas kemiringan lereng >45% kategori

sangat curam dengan luas 3.855,72 Ha, kemudian kelas kemiringan lereng 8-15%

kategori landai dengan luas 3.443,46 Ha, dilanjutkan dengan kelas kemiringan

lereng 15-25% kategori agak curam dengan luas 2.032,85 Ha, selanjutnya kelas

kemiringan lereng 25-45% kategori curam dengan luas 1.179,54 Ha, serta dengan

wilayah tersempit adalah kelas kemiringan lereng 0-8% kategori datar dengan luas

1.117,26 Ha. Tabel. 4.3 menyajikan data Klasifikasi kemiringan lereng di Sub-

DAS Logawa dan Gambar 4.2. menyajikan peta kelas kemiringan lereng Sub-

DAS Logawa.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Tabel 4.3 Klasifikasi Lereng No. Kelas

Lereng Kemiriringan

lereng (%) Kategori Luas

Ha % 1. I 0-8 Datar 1.117,26 9,61 2. II 8-15 Landai 3.443,46 29,61 3. III 15-25 Agak curam 2.032,85 17,48 4. IV 25-45 Curam 1.179,54 10,14 5. V >45 Sangat curam 3.855,72 33,16

Jumlah 11.629,24 100,00 Sumber : Gambar 4.2 Peta Kelas Kemiringan lereng Sub-DAS Logawa

(Suwarno dan Sutomo, 2014)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Gambar 4.2 Peta Kelas Kemiringan Lereng Sub-DAS Logawa (Suwarno dan Sutomo, 2014)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

D. Jenis Tanah

Jenis tanah merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi.

Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada jenis tanah. Sub-DAS Logawa

Kabupaten Banyumas memiliki jenis tanah yang peka terhadap erosi. Jenis tanah

Latosol Coklat merupakan jenis tanah terluas yang terdapat pada Sub-DAS

Logawa dengan luas 9.077.22 Ha dengan kategori agak peka terhadap erosi,

kemudian jenis tanah Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat dengan luas

1.923.09 Ha kategori peka terhadap erosi, dilanjutkan dengan jenis tanah Asosiasi

Glei Humus Rendah dan Aluvial Kelabu dengan luas 509.40 Ha kategori tidak

peka terhadap erosi, serta jenis tanah dengan luas paling sempit adalah jenis tanah

Asosiasi Andosol dengan luas 119.54 Ha kategori peka terhadap erosi. Tabel 4.4

menyajikan data jenis tanah yang terdapat di Sub-DAS Logawa dan Gambar 4.3

menyajikan peta jenis tanah Sub-DAS Logawa.

Tabel 4.4 Jenis Tanah No.

Jenis Tanah Luas

Ha % 1. Asosiasi Glei Humus Rendah dan

Aluvial Kelabu 509.40 4,38

2. Latosol Colat 9.077.22 78,06

3. Asosiasi Andosol 119.54 1,03

4. Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat

1.923.09 16,54

Jumlah 11.629,24 100 Sumber : Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Sub-DAS Logawa

(Tri Hendra, 2015)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Sub-DAS Logawa (Tri Hendra, 2015)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

E. Penggunaan Lahan

Luasan penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Logawa Kabupaten

Banyumas diambil dari data luas penggunaan lahan yang bersumber dari

penelitian Tri Hendra, 2015 yang secara umum di kelompokkan menjadi 8 , yaitu:

a. Hutan

Pengguanaan lahan hutan penyebarannya terdapat di bagian hulu Sub-DAS

Logawa atau terletak di bagian utara Sub-DAS Logawa. Luas pengguanaan lahan

Hutan di wilayah ini adalah 2.690,42 Ha, atau 23,13% dari luas wilayah Sub-DAS

Logawa.

b. Kebun

Penggunaan lahan kebun terdapat di sebagian besar wilayah Sub-DAS

Logawa. Kebun umumnya menempati daerah berkemiringan lereng landai sampai

agak terjal. Penggunaan lahan kebun di wilayah Sub-DAS Logawa adalah seluas

3.309,33 Ha, atau 28,45% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.

c. Permukiman

Penggunaan lahan permukiman penyebarannya di setiap tempat, menempati

daerah – daerah perbukitan berelief halus hingga sedang, umumnya terkonsentrasi

di sepanjang jalur jalan. Luas wilayah permukiman di wilayah ini adalah 1.884,66

Ha, atau 16,21% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.

d. Rumput

Pengguanaan lahan rumput di wilayah Sub-DAS Logawa adalah 17,96 Ha,

atau 0,15% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

e. Sawah Irigasi

Penggunaan lahan sawah irigas pada umumnya menempati daerah dataran

dan pada kaki perbukitan. Luas wilayah sawah irigasi adalah 173,66 Ha, atau

1,49% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.

f. Sawah Tadah Hujan

Penggunaan lahan sawah tadah pada umumnya menempati daerah pada kaki

perbukitan dan lereng perbukitan. Luas penggunaan lahan sawah tadah hujan

adalah 2.527,06Ha, atau 21,73% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.

g. Semak/Belukar

Penggunaan lahan semak belukar terdapat di wilayah Sub-DAS Logawa

Kabupaten Banyumas adalah seluas 941,06 Ha, atau 8,09% dari dari luas wilayah

Sub-DAS Logawa.

h. Tegalan

Penggunaan lahan tegalan di Sub-DAS Logawa adalah 51,57 Ha, atau

0,44% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.

Penggunaan lahan di Sub-DAS Logawa sebagian besar digunakan untuk

Kebun dengan luas 3.309,33 Ha, terluas kedua adalah penggunaan lahan untuk

Hutan dengan luas 2.690,42 Ha, dilanjutkan dengan penggunaan lahan Sawah

Tadah Hujan dengan luas 2.527,06 Ha. Tabel 4.5 menyajikan luasan

pengguanaan lahan di Sub-DAS Logawa dan Gambar 4.4. menyajikan peta

penggunaan lahan Sub-DAS Logawa.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Tabel 4.5 Luasan Penggunaan Lahan Sub-DAS Logawa

No Bentuk Penggunaan Lahan Luas

Hektar %

1 Hutan 2.690,42 23,13

2 Kebun 3.309,33 28,45

3 Permukiman 1.884,66 16,21

4 Rumput 17,96 0,15

5 Sawah Irigasi 173,66 1,49

6 Sawah Tadah Hujan 2.527,06 21,73

7 Semak/Belukar 941,06 8,09

8 Tegalan 51,57 0,44

Jumlah 11.629,24 100,00

Sumber : Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Sub-DAS Logawa (Tri Hendra, 2015)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Sub-DAS Logawa (Tri Hendra, 2015)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

F. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Model Bahaya Erosi

Model bahaya erosi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah model

ikonik dalam bentuk dua dimensi yaitu peta. Model Ikonik adalah suatu model

yang mempresentasikan satu aspek dunia nyata dengan menggunakan satu simbol

atau ikon. Simbol atau ikon yang terdapat di dalam model bahaya erosi Sub-

Daaerah Aliran Sungai Logawa adalah simbol area. Area-area yang dimaksud

adalah area kategori bahaya erosi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat

tinggi. Peta model bahaya erosi digunakan untuk memprediksi terjadinya erosi

pada daerah-daerah di Sub-DaerahAliran Sungai Logawa Kabupaten Banyumas.

Gambar 4.5 menyajikan Peta Model Bahaya Erosi di Sub-DAS Logawa

Kabupaten Banyumas.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Gambar 4.5 Peta Model Bahaya Erosi Sub-DAS Logawa (Penelitian, 2016)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Berdasarkan Gambar 4.5 hasil overlay antara Peta Curah hujan, Peta Jenis

Tanah, Peta Kemiringan Lereng dan Peta Penggunaan Lahan menggunakan

aplikasi Sistem Informasi Geografis (ArcView GIS 3.3) menghasilkan 5 kategori

bahaya erosi. Luas masing-masing wilayah dengan kategori bahaya erosi secara

berturut-turut adalah dimulai dari kategori erosi Tinggi dengan luas 3.640,56 Ha

atau 31,31% dari total luas wilayah, kategori erosi Rendah dengan luas 3.071,79

Ha atau 26,41% dari total luas wilayah, kategori erosi Sedang dengan luas

2.986,86 Ha atau 25,68% dari total luas wilayah, kategori erosi Sangat Rendah

dengan luas 1.866,24 Ha atau 16,05% dari total luas wilayah, dan kategori erosi

Sangat Tinggi dengan luas 63,70 Ha atau 0,55% dari total luas wilayah. Tabel 4.6

menyajikan luasan kategori bahaya erosi di Sub-DAS Logawa Kabupaten

Banyumas.

Tabel 4.6 Luasan Kategori Bahaya Erosi

Skor Kategori Luas (Ha) % < 116 Sangat Rendah 1.866,24 16,05

116 – 157 Rendah 3.071,79 26,41 158 – 198 Sedang 2.986,86 25,68 199 – 239 Tinggi 3.640,56 31,31

> 239 Sangat Tinggi 63,70 0,55 Jumlah 11.629,24 100

Sumber: Gambar 4.5 Peta Model Bahaya Erosi (Penelitian, 2016)

2. Pembahasan

Berdasarkan data hasil pemodelan bahaya erosi menunjukkan bahwa

wilayah Sub-DAS Logawa memiliki wilayah yang sebagian besar rawan erosi.

Faktor yang mempengaruhi erosi di Sub-DAS Logawa adalah faktor penggunaan

lahan, factor kelas kemiringan lereng, faktor jenis tanah dan faktor curah hujan.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Wilayah dengan kategori bahaya erosi Sangat Tinggi adalah wilayah pada

penggunaan lahan belukar/semak yang terletak pada kelas kemiringan lereng IV

(25-45%), memiliki jenis tanah Latosol Coklat dengan kategori agak peka pada

erosi, dan terletak pada wilayah dengan curah hujan tinggi yaitu >4000 mm/thn.

Wilayah yang memiliki kategori bahaya erosi Tinggi adalah wilayah pada

penggunaan lahan hutan. Hutan adalah penutup lahan yang mencegah terjadinya

erosi. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya erosi adalah faktor

kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan. Penggunaan lahan hutan di Sub-

DAS Logawa terletak pada kelas kemiringan lereng V (>45%), kemudian terletak

pada jenis tanah Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat yakni merupakan

tanah yang sangat peka pada erosi, dan curah hujan di wilayah ini yaitu >4000

mm/thn. Wilayah dengan kategori bahaya erosi Sedang terletak pada penggunaan

lahan yang bervariasi, dengan kemiringan lereng >15% atau diatas lereng kelas

III, memiliki jenis tanah Latosol Coklat dengan kategori agak peka terhadap erosi,

serta curah hujan yang tinggi yaitu >3000 mm/thn. Wilayah dengan kategori erosi

Rendah adalah wilayah yang terletak pada kemiringan lereng >8%, dan jenis

tanah agak peka terhadap erosi yaitu tanah Latosol Coklat dan sebagian kecil jenis

tanah Asosiasi Andosol yang peka terhadap erosi, terletak pada curah hujan 3000-

4000 mm/thn, dan penggunaan lahan yang bervariasi. Wilayah yang masuk dalam

kategori erosi Sangat Rendah adalah wilayah yang terletak pada penggunaan

lahan yang bervariasi, terletak pada kelas kemiringan lereng <15%, memiliki jenis

tanah yang agak peka terhadap erosi yaitu jenis tanah Latosol Coklat, dan terletak

pada curah hujan tinggi yaitu 3000-4000 mm/thn.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Wilayah yang masuk dalam kategori bahaya erosi Sangat tinggi hingga

Sangat Rendah tidak hanya dipengaruhi oleh oleh satu faktor saja, melainkan

semua faktor yang menjadi parameter pendorong terjadinya erosi yakni dilihat

dari jumlah skor total yang didapat dari masing-masing faktor. Berdasarkan tabel

4.7 faktor penyebab yang paling dominan terhadap kategori bahaya erosi adalah

faktor penggunaan lahan dan faktor kemiringan lereng karena masing-masing

memiliki nilai factor yang sangat bervariasi. Table 4.7 menyajikan contoh hasil

penskoran kategori bahaya erosi.

Tabel 4.7 Contoh Hasil Penskoran

Penggunaan Lahan Jenis Tanah

Kelas Kemiringan

Lereng Curah Hujan Kategori

Sawah Irigasi (1)

Latosol Coklat (30)

0-8% (20)

3000-4000 mm/thn

(40)

Sangat Rendah (91)

Permukiman (41)

Latosol Coklat (30)

8-15% (40)

3000-4000 mm/thn

(40)

Rendah (111)

Belukar/Semak (30)

Latosol Coklat (30)

25-45% (80)

>4000 mm/thn (50)

Sedang (190)

Hutan (19)

Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol

Coklat (60)

>45% (100)

>4000 mm/thn (50)

Tinggi (229)

Tegalan (70)

Latosol Coklat (30)

>45% (100)

>4000 mm/thn (50)

Sangat Tinggi (250)

Sumber: Hasil Overlay Peta, Penelitian 2016

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

3. Validasi Model Bahaya Erosi

Tabel 4.8 Validasi Model Bahaya Erosi

NO GAMBAR KETERANGAN TEMPAT

1

Contoh kenampakan erosi pada kategori Sangat Rendah Desa Jipang

2

Contoh kenampakan erosi pada kategori Sangat Rendah

3

Contoh kenampakan erosi pada kategori Rendah

Desa Dawuhan Wetan

4

Contoh kenampakan pada kategori Rendah

Desa Keniten

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

NO GAMBAR KETERANGAN TEMPAT

5

Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sedang

Desa Kalikesur

6

Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sedang

Desa Rancamaya

7

Validasi Model pada kategori bahaya erosi Tinggi

Desa Sambirata

8

Validasi Model pada kategori bahaya erosi Tinggi

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

NO GAMBAR KETERANGAN

TEMPAT

9

Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sangat Tinggi

Desa Melung

10

Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sangat Tinggi

Sumber: Penelitian, 2016

G. Implementasi Dalam Pembelajaran

Penelitian tentang Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemodelan

Bahaya Erosi Di Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa Kabupaten Banyumas dapat

digunakan sebagai pengetahuan tambahan dalam kegiatan belajar mengajar pada

mata pelajaran Geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Penelitian

ini dapat digunakan sebagai materi tambahan dalam pembahasan Kompetensi

Dasar dalam Satuan Pendidikan SMA/MA. Kompetensi Dasar yang dimaksud

dalam mata pelajaran Geografi adalah pada kelas X tentang penerapan materi

Penelitian Geografi dan pada kelas XII tentang penerapan materi Pemetaan dan

Sistem Informasi Geografis. Tabel 4.9 menyajikan Kompetensi Inti dan

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Kompetensi Dasar kelas X dan Tabel 4.10 Menyajikan Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar kelas XII:

Tabel 4.9 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas X Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

4.2 Menyajikan contoh penerapan langkah – langkah penelitian geografi dalam bentuk laporan observasi lapangan.

4.7 Menyajikan contoh penerapan mitigasi dan cara beradaptasi terhadap bencana alam di lingkungan sekitar.

Sumber : Silabus SMA Kelas X

Tabel 4.10 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas XII Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi engetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

1.1 Menghayati keberadaan dirinya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa untuk mendalami kajian ilmu dan teknologi Penginderaan Jauh, peta, serta Sistem Informasi Geografis (SIG).

4.2 Menunjukkan perilaku jujur dan bertanggung jawab dalam menyajikan contoh hasil analisis penerapan informasi geografis melalui peta dasar dan peta tematik serta Sistem Informasi Geografis (SIG).

3.2 Menganalisis pemanfaatan peta dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk inventarisasi sumberdaya alam, perencanaan pembangunan, kesehatan lingkungan, dan mitigasi bencana.

4.2 Menyajikan contoh hasil analisis penerapan dasar-dasar pemetaan dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber : Silabus SMA Kelas X

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

Pentingnya seorang Guru harus dapat menguasai semua materi dan

memiliki pengetahuan yang luas. Seorang Guru dalam menyampaikan materi

khususnya pada mata pelajaran Geografi harus baik, tepat, meyakinkan dan

menarik untuk mempermudah para siswa dalam menangkap materi yang

disampaikan. Dalam Kurikulum 2013 peserta didik dituntut agar lebih aktif dalam

proses pembelajaran di dalam kelas. Semakin maju teknologi pada saat ini dan

saat yang akan datang seorang Guru wajib untuk dapat menguasai dan mengikuti

arus kemajuan teknologinya.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran peserta didik

khususnya dalam mata pelajaran Geografi. Penerapannya adalah saat peserta didik

mempelajari kompetensi dasar menyajikan contoh penerapan langkah – langkah

penelitian geografi dalam bentuk laporan observasi lapangan bagi kelas X

(sepuluh) dan menyajikan contoh hasil analisis SIG dalam bentuk peta meskipun

kebanyakan dalam SMA belum dikenalkan secara mendalam mengenai SIG.

Penerapan langkah – langkah penelitian geografi dalam bentuk laporan

observasi lapangan memudahkan peserta didik dalam membuat sebuah laporan

penelitian, dengan mengetahui sistematika laporan penelitian.Peserta didik

ditugasi untuk mengamati sejumlah laporan yang bersifat penelitian geografi atau

diminta untuk membaca artikel dari jurnal ilmu geografi.Peserta didik ditugasi

membaca buku teks tentang metode penelitian geografi untuk memahami sifat

studi, pendekatan, metode analisis, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis

data geografi, serta publikasi hasil penelitian geografi. Kemudian peserta didik

membuat pertanyaan mengenai sejumlah laporan penelitian geografi yang telah

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

diamati dan kemudian peserta didik wajib memberikan kesimpulan dari apa yang

telah diamati.

Dalam penerapannya Sistem Informasi Geografis (SIG) Peserta didik

secara individu diberikan tugas untuk membuat sebuah peta perjalanan dari rumah

menuju ke Sekolah dengan seperti itu peserta didik dtugasi untuk menganalisis

informasi apa saja yang didapatkan setelah melakukan perjalanan dari rumah ke

sekolah, ataupun secara berkelompok untuk berdiskusi menyajikan contoh hasil

analisis penerapan informasi geografis melalui peta dasar dan peta tematik

mencari informasi yang terdapat pada peta, dapat pula masing-masing peserta

didik diberikan tugas untuk menggambar peta secara manual sesuai dengan

ketentuan-ketentuan kartografi.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016