bab iv hasil dan pembahasan -...

25
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Pasar Ikan Higienis (PIH) Ever Fresh Fish MarketPejompongan Jakarta Pusat merupakan pasar modern dalam penyediaan berbagai jenis ikan konsumsi berupa ikan segar dan ikan beku. PIH Pejompongan didirikan atas perwujudan nota kesepahaman (MoU) yang dibuat antara Departemen Kelautan dan Perikanan dengan pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pelaksanaannya dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran dengan PD.Pembangunan Sarana Jaya. PIH Pejompongan Jakarta Pusat didirikan pada tanggal 4 April 2004 oleh Presiden Republik Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri. PIH sebagai salah satu perwujudan pemerintah untuk meningkatkan tingkat konsumsi nasional dengan Program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN). 4.1.1 Letak dan Luas Wilayah PIH Pejompongan terletak di Jalan Penjernihan I, Pejompongan Bendungan Hilir Jakarta Pusat. PIH Pejompongan berada di Gedung Graha Metro yang memiliki lahan seluas ± 2.750 m 2 . PIH Pejompongan berada di lantai pertama Gedung Graha Metro, lantai pertama digunakan sebagai tempat kegiatan pemasaran ikan konsumsi yaitu ikan beku dan ikan segar. PIH Pejompongan selain menyediakan ikan segar dan ikan beku juga terdapat restauran dengan berbagai menu ikan laut dan ikan darat. Fasilitas ruangan yang digunakan PIH Pejompongan antara lain ruang persediaan, dapur, tempat penjualan ikan segar yang terdiri dari 33 akuarium, tempat penjualan ikan beku, kantor pemasaran, toilet, dan restauran. PIH Pejompongan sebagai upaya dalam meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat dengan memberikan pelayanan penjualan ikan konsumsi secara professional dengan konsep belanja ikan yang nyaman dan higienis sesuai dengan standar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) yang bermutu tinggi dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat.

Upload: dongoc

Post on 19-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian

Pasar Ikan Higienis (PIH) “Ever Fresh Fish Market” Pejompongan Jakarta

Pusat merupakan pasar modern dalam penyediaan berbagai jenis ikan konsumsi

berupa ikan segar dan ikan beku. PIH Pejompongan didirikan atas perwujudan

nota kesepahaman (MoU) yang dibuat antara Departemen Kelautan dan Perikanan

dengan pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pelaksanaannya dilaksanakan oleh

Direktorat Jendral Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran dengan

PD.Pembangunan Sarana Jaya. PIH Pejompongan Jakarta Pusat didirikan pada

tanggal 4 April 2004 oleh Presiden Republik Indonesia ke-5 Megawati

Soekarnoputri. PIH sebagai salah satu perwujudan pemerintah untuk

meningkatkan tingkat konsumsi nasional dengan Program Gerakan

Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN).

4.1.1 Letak dan Luas Wilayah

PIH Pejompongan terletak di Jalan Penjernihan I, Pejompongan

Bendungan Hilir Jakarta Pusat. PIH Pejompongan berada di Gedung Graha Metro

yang memiliki lahan seluas ± 2.750 m2. PIH Pejompongan berada di lantai

pertama Gedung Graha Metro, lantai pertama digunakan sebagai tempat kegiatan

pemasaran ikan konsumsi yaitu ikan beku dan ikan segar. PIH Pejompongan

selain menyediakan ikan segar dan ikan beku juga terdapat restauran dengan

berbagai menu ikan laut dan ikan darat. Fasilitas ruangan yang digunakan PIH

Pejompongan antara lain ruang persediaan, dapur, tempat penjualan ikan segar

yang terdiri dari 33 akuarium, tempat penjualan ikan beku, kantor pemasaran,

toilet, dan restauran. PIH Pejompongan sebagai upaya dalam meningkatkan

tingkat konsumsi masyarakat dengan memberikan pelayanan penjualan ikan

konsumsi secara professional dengan konsep belanja ikan yang nyaman dan

higienis sesuai dengan standar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

yang bermutu tinggi dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

32

4.1.2 Struktur Organisasi dan Karakteristik Karyawan PIH Pejompongan

Struktur organisasi di PIH Pejompongan Jakarta Pusat yaitu terdiri dari

chief operating manajer, store manajer, dan asisten yang terdiri dari beberapa

devisi antara lain devisi keuangan, HRD (Human Resouces Development), ADM,

dan chief cooke.

Gambar 5. Struktur Organisasi PIH Pejompongan Jakarta Pusat

(Sumber: PIH Pejompongan)

Responden merupakan pegawai atau karyawan yang bekerja di PIH

Pejompongan. Karyawan di PIH Pejompongan secara keseluruhan yaitu 60 orang.

Karyawan yang bekerja di PIH Pejompongan adalah usia produktif yaitu usia

kerja yang memiliki kemampuan yang baik secara fisik dan pengetahuan. Usia

produktif menurut Badan Pusat Statistik adalah usia kerja antara 15 hingga 65

tahun. Total responden di PIH Pejomongan yaitu 17 orang, dimana 7 orang

perempuan dan 10 orang laki-laki.

Tabel 1. Responden berdasarkan Kriteria Kelompok Umur dan Gender

No Umur

Pegawai

Jumlah

Pegawai

Gender

Perempuan % Laki-Laki %

1 16-20 3 1 5,88 2 11,8

2 21-25 4 3 17,65 1 5,9

3 26-30 6 1 5,88 5 29,4

4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

5 36-40 1 1 5,88 0 0,0

6 41-45 1 0 0,00 1 5,9

Jumlah 7 10

Total Karyawan 17

(Sumber: Data Primer Diolah, 2013)

Chief Operating Manager

Store Manager

Asst. Div.Keuangan Asst. Div. HRD Asst. Div. ADM Chief Cooke

Karyawan

Karyawan

Karyawan

Karyawan

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

33

Responden berdasarkan kriteria tingkatan umur secara keseluruhan

berkisar antara 16 hingga 45 tahun. Jumlah karyawan tertinggi berada di tingkatan

umur 26 hingga 30 tahun yaitu sebanyak 6 orang. Kriteria tingkatan umur

berdasarkan gender, jumlah karyawan perempuan terbanyak berkisar 21 hingga

25 tahun atau 17,65% dari jumlah total karyawan secara keseluruhan, sedangkan

jumlah karyawan laki-laki terbanyak berkisar 26 hingga 30 tahun atau 29,4%.

Tabel 2. Responden berdasarkan Kriteria Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

Pedagang % (Presentase)

1 SMP 0 0,0

2 SMA 10 58,8

3 SMK 4 23,5

4 STM 1 5,9

5 Perguruan Tinggi 2 11,8

Jumlah 17

(Sumber: Data Primer Diolah, 2013)

Responden berdasarkan kriteria tingkatan pendidikan yaitu SMA (58,8%),

SMK (23,5%), STM (5,9%), dan perguruan tinggi (11,8%). Jumlah responden

tertinggi yaitu memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 10 orang. Tingkat

pendidikan SMP 0%, sehingga dapat dilihat bedasarkan Tabel 2 bahwa secara

keseluruhan karyawan yang bekerja memiliki tingkat pendidikan yang relatif

tinggi sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja atau tingkat

pelayanan yang berkualitas.

4.2 Keragaan Usaha di PIH Pejompongan

Keragaan usaha di PIH Pejompongan yaitu melakukan proses penjualan

atau pemasaran produk ikan konsumsi baik berupa ikan segar dan ikan beku. PIH

Pejompongan dalam mengadakan persediaan untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi ikan di masyarakat khususnya wilayah Jakarta dan sekitarnya

melakukan pemesanan dari pemasok besar yang sebelumnya pemasok tersebut

mengumpulkan ikan dari hasil budidaya dan hasil penangkapan. Beberapa

komoditas ikan yang dipasarkan di PIH Pejompongan dari hasil budidaya yaitu

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

34

udang dan bandeng yang berada di Lampung, jenis komoditas kepiting dan ikan

kerapu dari hasil penangkapan di Kalimantan, sedangkan jenis komoditas lainnya

rata-rata didapat dari Muara Baru Jakarta. Secara singkat alur pemesanan yang

dilakukan dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 6. Alur Pemesanan PIH Pejompongan

(Sumber: Wawancara di PIH Pejompongan)

Pemesanan yang dilakukan oleh pemasok pusat dilakukan setiap hari, akan

tetapi jumlah kuantitas ikan per pesanan dan jenis komoditasnya berbeda. Jumlah

kuantitas disesuaikan dengan persediaan stok yang telah ada sebelumnya,

sedangkan jenis komoditas disesuaikan dengan tingkat permintaan masyarakat.

Jenis komoditas udang dan cumi hampir dilakukan pemesanan setiap hari

dikarenakan tingkat permintaan masyarakat di Jakarta dan sekitarnya yang sangat

tinggi. Pemesanan dilakukan setiap hari agar mendapatkan ikan yang memiliki

kualitas cukup baik serta meminimalisir terjadinya stock out atau kehabisan stok

ikan di ruang pemajangan, sehingga selain dapat mempengaruhi tingkat pelayanan

juga dapat mempengaruhi operasional pemasaran akibat penundaan penjualan

dalam jangka waktu tertentu. Ikan yang telah dipesan akan disimpan dalam ruang

penyimpanan berupa ruang pendingin dan frizer box. Ikan yang terdahulu masuk

akan dipasarkan di ruang pemajangan, ikan yang tidak sempat terjual akan

disimpan di ruang persediaan hingga batas waktu tertentu.

4.3 Proses Produksi

Proses produksi dalam kegiatan pemasaran ikan konsumsi baik berupa

ikan beku dan ikan segar dilakukan untuk memenuhi permintaan manyarakat serta

upaya peningkatan tingkat konsumsi masyarakat khususnya di wilayah DKI

Distributor PIH Pejompongan

Konsumen

Pengumpul (Lampung)

Pengumpul (Kalimantan)

Pengumpul (Muara Baru, Jakarta)

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

35

Jakarta dan sekitarnya. Usaha pemasaran ikan konsumsi di PIH Pejomongan juga

dilakukan sebagai upaya peningkatan gizi masyarakat serta menjamin

tersediannya ikan sesuai dengan standar kualitas yaitu tingkat kesegaran, mutu,

kandungan gizi, dan tingkat higienitas. Proses produksi selain menyediakan

penjualan ikan secara langsung terdapat restauran yang menyediakan berbagai

jenis menu yang disediakan baik ikan laut maupun ikan darat. Pemesanan yang

dilakukan dari pemasok pusat yang sebelumnya ikan didapat dari pengumpul hasil

budidaya dan hasil tangkapan. Pemesanan dilakukan dari Lampung, Kalimantan,

Jawa Barat, Muara Baru Jakarta, dll. Berbagai fasilitas dalam menunjang proses

produksi di PIH Pejompongan antara lain timbangan digital, keranjang, meja

pemajangan ikan beku, ruang persediaan berupa ruang pendingin dan frozen box.

Ikan yang disimpan dalam ruang penyimpanan apabila tidak terjual dalam jangka

waktu tertentu, maka ikan tersebut akan dijual dengan harga yang lebih rendah.

4.4 Analisis Finansial

Analisis finansial dalam proses produksi pemasaran dapat memperoleh

hasil nilai tingkat keuntungan atau profit margin yang diperoleh selama proses

kegiatan pemasaran. Nilai tolak ukur yang dilakukan dalam mendirikan usaha

produksi pemasaran dapat dijadikan parameter acuan atau kebijaksanaan dalam

melakukan kegiatan produksi pemasaran yang akan datang.

4.4.1 Biaya Produksi dan Keuntungan Usaha

Biaya produksi yang dilakukan dalam usaha produksi pemasaran ikan

konsumsi di PIH Pejompongan terdiri dari beberapa komponen antara lain biaya

investasi, biaya tetap (fixed cost), dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya

investasi merupakan biaya awal yang dikeluarkan dalam proses awal usaha

produksi pemasaran. Biaya investasi antara lain timbangan digital, akuarium,

keranjang, dan meja pemajangan penjualan produk ikan beku. Biaya tetap

merupakan biaya yang dikeluarkan dimana besaran nilai tersebut dapat ditetapkan

atau diprediksi dalam menunjang operasional pada periode waktu tertentu. Biaya

tetap (fixed cost) antara lain biaya kebersihan, dan biaya-biaya penyusutan seperti

biaya penyusutan timbangan, akuarium, keranjang, dan meja pemajangan ikan

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

36

beku. Biaya tidak tetap (variable cost) merupakan biaya yang dikeluarkan dalam

usaha produksi pemasaran yang besaran nilainya tidak dapat diprediksi dalam

periode waktu tertentu, hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan disesuaikan

dengan tingkat kebutuhan usaha produksi pemasaran. Biaya tidak tetap (variable

cost) antara lain biaya pembelian ikan segar, biaya sewa gedung, biaya listrik,

biaya telepon, upah karyawan, biaya es, biaya plastik, biaya transportasi. Biaya

operasional yang dikeluarkan di PIH Pejompongan yaitu:

Tabel 3. Biaya Investasi PIH Pejompongan

No. Komponen Biaya Investasi Kuantitas Harga (Rp) Total Harga

1 Timbangan Digital 2 20.000.000 40.000.000

2 Akuarium 33 2.500.000 82.500.000

3 Keranjang Roda 12 85.000 1.884.000

4 Keranjang Kotak 24 36.000

5 Meja Penjualan Ikan Beku 6 5.500.000 33.000.000

Total Biaya Investasi 157.384.000

(Sumber: Data Primer Diolah, 2013)

Berdasarkan perolehan data yang didapat dari Tabel 3, total biaya investasi

yang dikeluarkan yaitu Rp.157.384.000 dengan biaya tertinggi yaitu biaya

akuarium ikan segar sebesar Rp.82.500.000 dan biaya terendah yang dikeluarkan

yaitu biaya keranjang (keranjang roda dan keranjang kotak) sebesar Rp.1.884.000.

Tabel 4. Biaya Tetap di PIH Pejompongan

No

Komponen

Biaya Tetap Biaya/Bulan Biaya/Tahun

Biaya

Total/Tahun

1 Kebersihan

75.000

900.000

2 Penyusutan Timbangan

571.000 571.000

3 Penyusutan Akuarium

357.000 357.000

4 Penyusutan Keranjang

100.000 100.000

5 Penyusutan Meja

Penjualan Ikan Beku

2.140.000 2.140.000

Total Biaya Tetap 4.068.000

(Sumber: Data Primer Diolah, 2013)

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

37

Berdasarkan Tabel 4, total biaya tetap yang dikeluarkan dalam periode

satu tahun yaitu Rp.4.068.000. Pengeluaran biaya tertinggi yaitu biaya penyusutan

meja penjualan ikan beku sebesar Rp.2.140.000. Pengeluaran biaya terendah yang

dikeluarkan per tahun yaitu biaya penyusustan keranjang yaitu Rp.100.000.

Tabel 5. Biaya Tidak Tetap di PIH Pejompongan

No

Komponen

Biaya Tidak Tetap Biaya/Bulan Biaya/Tahun Biaya Total/Tahun

1 Pembelian Ikan Segar

4.596.670.800

2 Sewa Gedung

150.000.000 150.000.000

3 Biaya Listrik

2.500.000

30.000.000

4 Biaya Telp

1.200.000

14.400.000

5 Upah Karyawan

150.000.000 150.000.000

6 Biaya Es

1.250.000

15.000.000

7 Biaya Plastik

186.000

2.232.000

8 Transportasi 298.000 3.576.000

Total Biaya Tidak Tetap 4.961.878.800

(Sumber: Data Primer Diolah, 2013)

Berdasarkan Tabel 5, total biaya tidak tetap yang dikeluarkan per tahun

adalah Rp.4.961.878.800, dengan tingkat pengeluaran biaya tidak tetap tertinggi

yaitu pembelian rata-rata ikan konsumsi per tahun sebesar Rp.4.596.670.800 dan

biaya terendah yaitu biaya plastik sebesar Rp.2.232.000.

Berdasarkan dari ketiga tabel tersebut yaitu Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5

adalah biaya yang dikeluarkan dalam usaha produksi pemasaran ikan konsumsi

antara lain biaya investasi, biaya tetap, dan biaya tidak tetap. Ketiga biaya tersebut

menghasilkan biaya total yang dikeluarkan oleh pihak usaha produksi pemasaran

per tahun dari penjumlahan ketiga biaya tersebut yaitu sebesar Rp.5.123.330.800.

Secara keseluruhan komponen biaya tertinggi yang dikeluarkan dalam usaha

produksi pemasaran ikan konsumsi per tahun yaitu biaya tidak tetap sebesar

Rp.4.961.878.800. Komponen biaya terendah yang dikeluarkan adalah biaya tetap

sebesar Rp.4.068.000. Biaya pengeluaran tertinggi yaitu biaya pembelian ikan

konsumsi yang merupakan pusat produksi pemasaran sebesar Rp.4.596.670.800.

Hal ini dikarenakan biaya pembelian ikan konsumsi merupakan biaya pusat

artinya biaya tersebut merupakan biaya yang paling berpengaruh dalam proses

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

38

produksi pemasaran, sedangkan biaya pengeluaran terendah secara keseluruhan

yaitu biaya penyusutan keranjang sebesar Rp.100.000 per tahun. Besaran

pengeluaran biaya gedung berhubungan dengan perolehan nilai keuntungan.

Hasil perolehan rata-rata penjualan ikan konsumsi baik penjualan ikan

beku dan ikan segar tiap bulan dalam periode satu tahun (Lampiran 9) yaitu

sebesar Rp.453.211.461. Perolehan keuntungan dalam periode satu tahun dapat

dihitung dari pengurangan nilai penerimaan yang didapat dari perolehan penjualan

yaitu Rp.5.438.537.537, dikurangi dengan nilai total biaya yang dikeluarkan

secara keseluruhan yaitu Rp.5.123.330.800. Maka diperoleh keuntungan sebesar

Rp.315.206.737.

Tabel 6. Parameter Kelayakan Usaha Pemasaran di PIH Pejompongan

No. Komponen Satuan Nilai

1 Penerimaan Rp 5.438.537.537

2 Biaya Rp 5.123.330.800

3 Keuntungan Rp 315.206.737

4 RCR - 1,0615

5 Profitabili Indeks - 2,00

(Sumber: Data Primer Diolah, 2013)

4.4.2 RCR

Revenue cost ratio (RCR) merupakan salah satu parameter analisis usaha.

Perolehan nilai RCR didapat untuk mengetahui tingkat profit margin atau

keuntungan yang diperoleh dengan melakukan perbandingan antara total

pendapatan bersih per tahun dengan total biaya per tahun yang dikeluarkan oleh

usaha pemasaran ikan konsumsi. Biaya total rata-rata per tahun merupakan

penjumlahan nilai rata-rata biaya investasi, biaya tetap, dan biaya tidak tetap di

PIH Pejompongan.

Nilai RCR yang didapat di PIH Pejompongan yaitu 1,061 artinya bahwa

usaha tersebut mengalami keuntungan atau dikatakan usaha tersebut layak. Nilai

RCR sebesar 1,061 artinya bahwa setiap biaya yang dikeluarkan dalam usaha

produksi pemasaran sebesar Rp.1 mendapat tingkat keuntungan sebesar Rp.0,061

atau penerimaan yang diperoleh adalah Rp.1,061 (Tabel 6).

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

39

Nilai RCR apabila kurang dari 1 maka usaha produksi pemasaran

dikatakan tidak layak atau mengalami kerugian. Nilai RCR lebih dari 1

disimpulkan bahwa usaha produksi pemasaran dikatakan layak atau mengalami

keuntungan. Apabila nilai RCR sama dengan 1 disimpulkan bahwa usaha

pemasaran mengalami cash outflow sama dengan cash inflow artinya bahwa

usaha produksi pemasaran tidak mendapatkan keuntungan atau kerugian karena

biaya total rata-rata yang dikeluarkan sama dengan pendapatan rata-rata yang

diperoleh. Nilai RCR di PIH Pejompongan lebih dari 1 sehingga dapat

disimpulkan bahwa usaha pemasaran ikan konsumsi yang dioperasikan di PIH

Pejompongan dapat dikatakan cukup layak.

4.4.3 Profitability Index

Profitability index (PI) merupakan analisis perhitungan yang dilakukan

untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu usaha. Nilai PI merupakan

perbandingan dari nilai present value dari tingkat keuntungan dengan present

value dari investasi. Nilai perolehan PI jika lebih dari 1 maka usaha tersebut dapat

dikatakan layak artinya nilai present value dari keuntungan lebih besar dari nilai

present value dari investasi. Nilai PI kurang dari 1 maka usaha tersebut dikatakan

tidak layak atau present value dari investasi lebih besar dari present value dari

keuntungan yang diperoleh. Nilai perolehan PI sama dengan 1 usaha tersebut

mengalami titik impas atau break event point (Harjito dan Martono 2012).

Nilai PI yang diperoleh dari PIH Pejompongan adalah 2,00 (Tabel 6).

Nilai perolehan PI tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan di PIH

Pejompongan dapat dikatakan layak karena perolehan nilai PI lebih besar dari 1.

4.5 Persediaan Produk Ikan Konsumsi PIH Pejompongan

Persediaan produk ikan konsumsi berhubungan dengan penawaran dan

permintaan (supply and demand). Total penyediaan ikan nasional terus meningkat

sepanjang tahun dari 4.901.000 ton pada tahun 2004 menjadi 11.589.000 ton pada

tahun 2012 (Data statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan). Tingkat rata-rata

penyediaan (supply) ikan konsumsi di PIH Pejompongan pada tahun 2012 adalah

1.426 kg. Tingkat rata-rata permintaan (demand) masyarakat yaitu 1.129 kg.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

40

Tingkat persedian dimaksudkan untuk menjaga agar proses produksi pemasaran

yang dilakukan dapat berjalan lancar. Beberapa jenis komoditas di PIH

Pejompongan yang memiliki tingkat permintaan dan penawaran yang tinggi

sepanjang tahun adalah udang, ayam-ayam, baronang, pari, ekor kuning, kue

bulat, kue gepeng, cumi, bandeng, bawal, tongkol, belanak, kakap, kembung,

kerapu, pancet, selar, mujair, kuro, kurisi, sotong, sebelah, sembilan, dan gabus.

Ketersediaan 25 jenis komoditas ikan tersebut untuk memenuhi tingkat

permintaan kebutuhan masyaraat perlu dianalisis untuk menentukan kebijakan

standar kuantitas. Kebijakan atau disebut dengan standar kuantitas (quantity

standard) adalah tingkat persediaan minimum (minimum point/stock), pesanan

standar (standard order), titik pemesanan kembali (reorder point) dan tingkat

persediaan maksimum (Assauri 2008).

4.6 Komponen Biaya Persediaan Produk Ikan Konsumsi

Komponen biaya persediaan yang dilakukan di PIH Pejompongan antara

lain biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan dilakukan per

pesanan, sedangkan biaya penyimpanan merupakan biaya per tahun yang

dikeluarkan akibat penyimpanan ikan konsumsi dalam ruang persediaan. Biaya

total dalam persediaan adalah penjumlahan antara biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan.

4.6.1 Biaya Pemesanan Produk Ikan Konsumsi

Biaya pemesanan merupakan biaya yang dikeluarkan mulai dari waktu

awal dilakukan pemesanan hingga produk yang dipesan tiba di ruang persediaan.

Biaya pemesanan komoditas per tahun dihitung dari perkalian frekuensi

pemesanan dalam periode waktu satu tahun dan biaya yang dikeluarkan per

pesanan. Biaya pemesanan dihitung berdasarkan biaya penggunaan telepon yang

dilakukan dalam pemesanan produk ikan konsumsi. Biaya pemesanan tertinggi

adalah kembung banjar dengan nilai Rp.74.336. Biaya pemesanan terendah adalah

sotong dengan nilai Rp.21.239. Rata-rata biaya pemesanan yang dilakukan PIH

Pejomongan adalah Rp.48.000 (Lampiran 7). Berdasarkan hasil perhitungan,

apabila rata-rata frekuensi pemesanan dilakukan cukup sering, maka pengeluaran

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

41

biaya total pemesanan per tahun akan lebih tinggi (Lampiran 12). Sotong

memiliki biaya pemesanan per tahun terendah karena frekuensi pemesanan yang

dilakukan cukup rendah yaitu 96 kali per tahun (Lampiran 12). Hal tersebut sesuai

dengan penyataan Harjito dan Martono 2012 bahwa biaya pesan memiliki sifat

positif-linear dengan frekuensi pemesanan.

4.6.2 Biaya Penyimpanan Produk Ikan Konsumsi

Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan akibat penyimpanan

stok ikan dan udang dalam periode satu tahun. Biaya penyimpanan berhubungan

dengan tingkat ketersediaan stok yang disimpan. Biaya penyimpanan yang

dihitung berdasarkan biaya penggunaan es. Biaya penyimpanan tertinggi yaitu

udang sebesar Rp.1.728.000. Biaya penyimpanan terendah yaitu sotong sebesar

Rp.96.000. Biaya penyimpanan berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan

yang selalu terdapat di gudang (Assauri 2008). Berdasarkan hasil perhitungan,

komoditas udang memiliki tingkat persediaan stok cukup tinggi maka penggunaan

es akan lebih banyak sehingga biaya penyimpanan akan lebih tinggi (Lampiran 8).

Sesuai dengan penyataan Harjito dan Martono 2012 bahwa biaya simpan memiliki

sifat negatif tidak linear dengan frekuensi pemesanan.

4.7 Pengelolaan Persediaan Ikan Konsumsi Optimal

Persediaan produk ikan konsumsi dalam memenuhi kebutuhan permintaan

masyarakat sangat diperhitungkan. Persediaan produk ikan konsumsi sebagai

salah satu kegiatan operasional pemasaran diperlukan suatu manajemen

persediaan produk. Tujuan utama dari manajemen persediaan produk adalah

mendapatkan kuantitas persediaan optimum dimana persediaan tersebut dapat

meminimalisir biaya yang dikeluarkan baik berupa biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan terendah, akan tetapi persediaan dapat menunjang proses usaha

secara berkelanjutan.

Perolehan kuantitas paling optimum dengan menurunkan total biaya

persediaan yaitu penjumlahan dari biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.

Kuantitas persediaan lebih tinggi dan frekuensi pemesanan yang dilakukan lebih

rendah maka biaya pemesanan akan lebih kecil daripada biaya penyimpanan.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

42

Kuantitas persediaan lebih rendah dan frekuensi yang dilakukan lebih tinggi

maka biaya pemesanan lebih besar daripada biaya penyimpanan. Pengelolaan

persediaan menghasilkan kuantitas persediaan optimum dengan pengeluaran biaya

penyimpanan sama dengan biaya pemesanan (Assauri 2008).

Berdasarkan perhitungan analisis pengelolaan persediaan produk ikan

konsumsi yang dilakukan di PIH Pejompongan, biaya total persediaan produk

ikan konsumsi tertinggi yaitu udang dan cumi (Gambar 7). Total biaya persediaan

tertinggi per tahun adalah cumi yaitu sebesar Rp.45.858.698. Total biaya

persediaan terendah per tahun adalah sotong yaitu sebesar Rp.2.158.938. Rata-rata

biaya total persedian per tahun adalah Rp.14.649.372 (Lampiran 12).

Gambar 7. Biaya Total Persediaan/Tahun Ikan Konsumsi PIH Pejompongan

4.7.1 Kuantitas Pemesanan Optimal

Kuantitas pemesanan yang dilakukan PIH Pejompongan lebih tinggi dari

kuantitas pemesanan optimal berdasarkan EOQ adalah udang, bawal hitam dan

sotong. Penurunan kuantitas pemesanan tertinggi jika berdasarkan EOQ yaitu

udang dengan selisih 7,58 kg. Kuantitas pemesanan yang dilakukan PIH

Pejompongan lebih rendah dari kuantitas pemesanan optimal berdasarkan

perhitungan EOQ adalah ayam-ayam, baronang, pari, ekor kuning, kue bulat, kue

gepeng, cumi, bandeng, tongkol, bawal putih, belanak, kakap, kembung, kerapu,

0

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

Ud

ang

Aya

m-A

yam

Bar

on

ang

Par

i

Eko

r K

un

ing

Ku

e B

ula

t

Ku

e G

epen

g

Cu

mi

Ban

den

g Su

per

Baw

al H

itam

Ton

gko

l

Baw

al P

uti

h S

up

er

Bel

anak

Bes

ar

Kak

ap P

uti

h B

esar

Kem

bu

ng

Ban

jar

Ker

apu

Bes

ar

Pan

cet

Sela

r

Mu

jair

Ku

ro

Ku

risi

Soto

ng

Seb

elah

Sem

bila

n

Gab

us

Bia

ya P

ers

ed

iaan

(R

p)

Jenis Komoditas

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

43

pancet, selar, mujair, kuro, kurisi, sebelah, sembilan, dan gabus. Rata-rata

kuantitas pemesanan di PIH Pejompongan yaitu 6,55 kg (Lampiran 12). Rata-rata

kuantitas pemesanan optimal berdasarkan EOQ yaitu 13,04 kg (Lampiran 13).

Sehingga, dalam pengelolaan persediaan yang optimum maka rata-rata kuantitas

pemesanan di PIH Pejompongan sebaiknya ditingkatkan (Gambar 8).

Gambar 8. Perbandingan Kuantitas Pemesanan PIH Pejompongan dan EOQ

Frekuensi pembelian produk ikan konsumsi per tahun yang dilakukan PIH

Pejompongan lebih rendah daripada frekuensi pembelian optimal berdasarkan

EOQ yaitu udang, cumi, bawal hitam. Frekuensi pembelian produk ikan konsumsi

di PIH Pejompongan lebih tinggi daripada frekuensi pembelian optimal

berdasarkan EOQ yaitu ayam-ayam, baronang, pari, ekor kuning, kue bulat, kue

gepeng, cumi, bandeng, tongkol, bawal putih, belanak, kakap, kembung, kerapu,

pancet, selar, mujair, kuro, kurisi, sebelah, sembilan, dan gabus (Gambar 9).

Peningkatan frekuensi pembelian tertinggi yang dilakukan dari selisih frekuensi

PIH Pejompongan dengan EOQ yaitu udang dengan frekuensi 111 kali pemesanan

per tahun. Rata-rata frekuensi pembelian pertahun PIH Pejompongan yaitu 217

kali per tahun (Lampiran 12). Rata-rata frekuensi pembelian pertahun optimal

berdasarkan EOQ yaitu 71 kali per tahun (Lampiran 13). Sehingga, dalam

pengelolaan persediaan yang optimum maka rata-rata frekuensi pembelian per

tahun di PIH Pejompongan sebaiknya diturunkan (Gambar 9).

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Ku

anti

tas

(Kg)

Jenis Komoditas

PIHEOQ

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

44

Gambar 9. Perbandingan Frekuensi Pembelian PIH Pejompongan dan EOQ

Berdasarkan Gambar 8 dan Gambar 9 bahwa kuantitas dan frekuensi

pemesanan memiliki sifat yang berbeda, sesuai dengan pernyataan Assauri 2008

bahwa sifat biaya bertentangan yaitu jika jumlah pemesanan sangat kecil sehingga

carrying cost menjadi kecil, sebaliknya ordering cost menjadi lebih besar selama

satu tahun, sehingga jumlah ordering cost sama dengan jumlah carrying cost,

sehingga diperoleh efesiensi biaya.

Perhitungan efisiensi biaya berdasarkan selisih antara perhitungan biaya

persediaan produk ikan konsumsi di PIH Pejompongan dengan biaya persediaan

optimum berdasarkan metode EOQ. Biaya pengelolaan dengan metode EOQ

berdasarkan nilai minimum biaya persediaan (Gambar 10).

Gambar 10. Perbandingan Perhitungan Biaya Pengelolaan Persediaan Ikan

Konsumsi PIH Pejompongan dan EOQ

050

100150200250300350400

Fre

kue

nsi

(ka

li p

er

tah

un

)

Jenis KomoditasPIHEOQ

0.0010,000,000.0020,000,000.0030,000,000.0040,000,000.0050,000,000.00

Ud

ang

Ayam

-Ayam

Bar

on

ang

Par

i

Ek

or

Ku

nin

g

Ku

e B

ula

t

Ku

e G

epen

g

Cu

mi

Ban

den

g S

up

er

Baw

al H

itam

Ton

gk

ol

Baw

al P

uti

h S

up

er

Bel

anak

Bes

ar

Kak

ap P

uti

h B

esar

Kem

bu

ng B

anja

r

Ker

apu

Bes

ar

Pan

cet

Sel

ar

Mu

jair

Ku

ro

Ku

risi

Soto

ng

Seb

elah

Sem

bil

an

Gab

us

Bia

ya P

ers

ed

iaan

(R

p)

Komoditas IkanPIHEOQ

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

45

Efisinesi biaya pengelolaan persediaan yang dapat diperoleh jika

berdasarkan EOQ yaitu sebesar Rp.774.812 hingga Rp.20.828.799 (Lampiran 15).

Gambar 11 menunjukan bahwa perolehan efisinesi biaya pengelolaan persedian

tertinggi yaitu tongkol yaitu Rp.20.828.799. Perolehan efisiensi biaya pengelolaan

persediaan terendah yaitu bawal hitam yaitu Rp.774.812. Rata-rata efisiensi biaya

pengelolaan persediaan adalah Rp.7.616.477 (Lampiran 15).

Gambar 11. Penghematan Biaya Pengelolaan Persediaan Ikan Konsumsi

berdasarkan Metode EOQ

4.7.2 Tingkat Persediaan Pengaman Optimal

Tingkat persediaan pengaman optimal berhubungan dengan lead time

yaitu waktu tunggu antara pemesanan pertama kali dilakukan hingga bahan atau

produk yang dipesan tiba dalam ruang persediaan, faktor standar deviasi waktu

pelindung yang berhubungan dengan lead time dan tingkat penjualan rata-rata per

hari. Tingkat persediaan pengaman optimal dilakukan sebagai persediaan

tambahan jika terjadi keterlambatan barang yang dipesan sampai pada ruang

persediaan akibat kebutuhan permintaan konsumen yang tidak dapat diprediksi

sebelumnya.

Tingkat persediaan pengaman di PIH Pejompongan berdasarkan tingkat

permintaan kebutuhan masyarakat. Jenis komoditas seperti udang dan cumi yang

memiliki tingkat permintaan yang cukup tinggi dilakukan pemesanan hampir

05,000,000

10,000,00015,000,00020,000,00025,000,000

Ud

ang

Ayam

-Ayam

Bar

on

ang

Par

i

Eko

r K

un

ing

Ku

e B

ula

t

Ku

e G

epen

g

Cu

mi

Ban

den

g S

up

er

Baw

al H

itam

To

ngko

l

Baw

al P

uti

h S

up

er

Bel

anak

Bes

ar

Kak

ap P

uti

h B

esar

Kem

bu

ng B

anja

r

Ker

apu

Bes

ar

Pan

cet

Sel

ar

Mu

jair

Ku

ro

Ku

risi

So

ton

g

Seb

elah

Sem

bil

an

Gab

us

Efis

ien

si B

iaya

(R

p)

Jenis Komoditas

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

46

setiap hari atau pemesanan dilakukan maksimal dua hari sekali. Persediaan

pengaman udang dan cumi cukup tinggi sehingga membutuhkan biaya

penyimpanan (carrying cost) persediaan pengaman yang lebih tinggi dari

komoditas lainnya (Gambar 12).

Biaya penyimpanan persediaan pengaman yang optimal berdasarkan

perhitungan dengan metode EOQ menghasilkan pengeluaran biaya yang paling

minimum atau efisien. Biaya penyimpanan persediaan optimal tertinggi adalah

cumi dengan nilai sebesar Rp.38.382.184 per tahun. Biaya penyimpanan

persediaan pengaman optimal terendah adalah sotong dengan nilai sebesar

Rp.40.357 (Gambar 12).

Gambar 12. Biaya Penyimpanan Persediaan Pengaman Metode EOQ

Beradasarkan selisih antara biaya penyimpanan persediaan pengaman di

PIH Pejompongan dengan biaya penyimpanan persediaan pengaman optimal

berdasarkan metode EOQ didapat nilai efisiensi biaya yang dapat diperoleh.

Efisiensi biaya tertinggi adalah cumi dengan nilai sebesar Rp.25.160.385.

Efisiensi biaya terendah adalah sebelah dengan nilai sebesar Rp.14.529 (Gambar

13). Rata-rata efisiensi biaya pengelolaan persediaan pengaman adalah

Rp.2.637.082. Efisiensi biaya penyimpanan persediaan pengaman dapat menekan

biaya pengeluaran operasional.

0.005,000,000.00

10,000,000.0015,000,000.0020,000,000.0025,000,000.0030,000,000.0035,000,000.0040,000,000.0045,000,000.00

Bia

ya S

afe

ty S

tock

(R

p)

Jenis KomoditasBiaya Penyimpanan Persediaan Pengaman dengan Metode EOQ (Rp)

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

47

Gambar 13. Efisiensi Biaya Persediaan Pengaman PIH Pejompongan dan EOQ

Kuantitas persediaan pengaman optimal berdasarkan metode EOQ lebih

rendah dibandingkan kuantitas persediaan pengaman yang dilakukan di PIH

Pejompongan, sehingga biaya persediaan pengaman optimal akan lebih rendah

daripada biaya persediaan pengaman yang dilakukan di PIH Pejompongan.

Semakin rendah kuantitas persediaan pengaman akan menimbulkan biaya

persediaan pengaman yang lebih rendah. Keuntungan atau nilai manfaat dapat

diperoleh jika membandingkan biaya persediaan pengaman di PIH Pejompongan

dengan biaya persediaan pengaman berdasarkan metode EOQ (Gambar 14).

Gambar 14. Perbandingan Biaya Persediaan Pengaman PIH Pejompongan dan

EOQ

0.005,000,000.00

10,000,000.0015,000,000.0020,000,000.0025,000,000.0030,000,000.00

Ud

ang

Ayam

-Ayam

Bar

on

ang

Par

i

Ek

or

Ku

nin

g

Ku

e B

ula

t

Ku

e G

epen

g

Cu

mi

Ban

den

g S

up

er

Baw

al H

itam

Ton

gk

ol

Baw

al P

uti

h S

up

er

Bel

anak

Bes

ar

Kak

ap P

uti

h B

esar

Kem

bu

ng B

anja

r

Ker

apu

Bes

ar

Pan

cet

Sel

ar

Mu

jair

Ku

ro

Ku

risi

Soto

ng

Seb

elah

Sem

bil

an

Gab

us

Efis

ien

si B

iaya

(R

p)

Jenis Komoditas

0.0010,000,000.0020,000,000.0030,000,000.0040,000,000.0050,000,000.0060,000,000.0070,000,000.00

Ud

ang

Aya

m-A

yam

Bar

on

ang

Par

i

Eko

r K

un

ing

Ku

e B

ula

t

Ku

e G

epen

g

Cu

mi

Ban

den

g Su

per

Baw

al H

itam

Ton

gko

l

Baw

al P

uti

h S

up

er

Bel

anak

Bes

ar

Kak

ap P

uti

h B

esar

Kem

bu

ng

Ban

jar

Ker

apu

Bes

ar

Pan

cet

Sela

r

Mu

jair

Ku

ro

Ku

risi

Soto

ng

Seb

elah

Sem

bila

n

Gab

us

Bia

ya S

afe

ty S

tock

(R

p)

Jenis Komoditas

Perhitungan PIH

Perhitungan EOQ

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

48

4.7.3 Titik Pemesanan Kembali Optimal

Titik pemesanan kembali merupakan titik dimana waktu diadakan

pemesanan kembali sehingga permintaan bahan yang dipesan tepat waktu dimana

safety stock sama dengan nol sehingga dapat diketahui jumlah kuantitas produk

yang harus dipenuhi (Harjito dan Martono 2012). Titik pemesanan kembali

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu lead time dan safety stock (Assauri 2008).

Kuantitas tertinggi pada saat pemesanan kembali dilakukan adalah cumi

dengan nilai sebesar 45,14 kg. Kuantitas terendah pada saat pemesanan kembali

dilakukan adalah sotong dengan nilai sebesar 0,47 kg (Gambar 15). Kuantitas

tersebut merupakan kuantitas yang tersedia akibat pengurangan kuantitas yang

telah terpakai sebelumnya. Apabila titik pemesanan kembali yang dilakukan di

PIH Pejompongan lebih rendah daripada titik pemesanan kembali (reorder point)

EOQ maka akan terjadi kekurangan stok (stock out) sehingga menimbulkan biaya

yang lebih dalam pemesanan selanjutnya. Apabila titik pemesanan kembali yang

dilakukan di PIH Pejompongan lebih tinggi daripada titik pemesanan kembali

EOQ maka akan terjadi penumpukan stok atau broken stock sehingga

menimbulkan biaya lebih dalam biaya penyimpanan.

Gambar 15. Titik Pemesanan Kembali (ROP)

Perhitungan pemesanan kembali merupakan selisih periode waktu antara

waktu pemesanan yang akan dilakukan saat ini dengan waktu pemesanan yang

0.005.00

10.0015.0020.0025.0030.0035.0040.0045.0050.00

Ku

anti

tas

(Kg)

Jenis KomoditasTitik Pemesanan Kembali …

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

49

dilakukan sebelumnya. Berdasarkan perhitungan, periode pemesanan dapat

dilakukan dalam jangka waktu 1 hingga 2 hari. Rata-rata waktu pemesanan

dilakukan dalam periode waktu 1 hari yaitu jenis komoditas kue bulat, bawal

hitam, kurisi, sotong, sebelah, dan sembilan. Periode pemesanan dilakukan dalam

jangka waktu 2 hari adalah udang, ayam-ayam, baronang, pari, ekor kuning, kue

gepeng, cumi, bandeng, tongkol, bawal putih, belanak, kakap, kembung, kerapu,

pancet, dan gabus (Gambar 16). Waktu pemesanan yang relatif panjang sebaiknya

disertai dengan handling product yang baik untuk meminimalisasi kemungkinan

terjadinya penurunan kualitas produk.

Gambar 16. Waktu Pemesanan Kembali

Hasil analisis perhitungan pengelolaan persediaan ikan konsumsi yang

diperoleh dibandingkan antara metode EOQ dengan sistem yang dilakukan di PIH

Pejompongan, sehingga dapat diketahui bahwa sistem yang dilakukan di PIH

Pejompongan belum optimal. Perhitungan dengan metode EOQ dapat

disimpulkan bahwa kuantitas pemesanan optimal dan frekuensi pemesanan

optimal yang dihitung berdasarkan metode EOQ memberikan efisiensi biaya atau

nilai manfaat terhadap biaya pengadaan persediaan produk ikan konsumsi.

Efisiensi biaya penyimpanan persediaan pengaman optimal yang didapat dari

selisih antara biaya penyimpanan persediaan pengaman yang dilakukan antara

PIH Pejompongan dengan metode EOQ. Titik pemesanan kembali optimal

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

Ud

ang

Aya

m-A

yam

Bar

on

ang

Par

i

Eko

r K

un

ing

Ku

e B

ula

t

Ku

e G

epen

g

Cu

mi

Ban

den

g Su

per

Baw

al H

itam

Ton

gko

l

Baw

al P

uti

h S

up

er

Bel

anak

Bes

ar

Kak

ap P

uti

h B

esar

Kem

bu

ng

Ban

jar

Ker

apu

Bes

ar

Pan

cet

Sela

r

Mu

jair

Ku

ro

Ku

risi

Soto

ng

Seb

elah

Sem

bila

n

Gab

us

Wak

tu (

Har

i)

Jenis KomoditasWaktu Pemesanan Kembali (Hari)

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

50

menjadi titik penentu PIH Pejompongan dalam periode waktu pemesanan yang

paling efisien untuk dilakukan pemesanan kembali, sehingga dapat dicapai

optimalisasi dalam manajemen pengelolaan persediaan produk ikan konsumsi di

PIH Pejompongan Jakarta Pusat.

4.8 Tingkat Kuantitas Penjualan Ikan Konsumsi

Tingkat kuantitas rata-rata penjualan ikan konsumsi meningkat dalam

periode 1 tahun. Rata-rata kuantitas terendah per 6 bulan terjadi pada Bulan Mei

dan November. Rata-rata kuantitas tertinggi per 6 bulan yaitu Bulan Juni dan

Desember. Kuantitas tertinggi periode 1 tahun yaitu Bulan Desember, sedangkan

kuantitas terendah periode 1 tahun yaitu Bulan Mei (Gambar 17). Bulan

Desember merupakan tingkat kuantitas tertinggi dikarenakan terdapat hari besar

seperti keagamaan dan tahun baru. Pengelolaan persediaan pada Bulan Desember

sebaiknya kuantitas persediaan ditingkatkan, hal tersebut untuk meminimalisasi

jika terjadi kekurangan bahan (stock out) khususnya untuk jenis komoditas yang

memiliki permintaan tinggi seperti udang. Pada Bulan Mei sebaiknya kuantitas

persediaan diturunkan sehingga tidak terjadi broken stock atau penimbunan biaya

berlebih dalam penyimpanan.

Gambar 17. Perbandingan Tingkat Rata-Rata Kuantitas per 6 Bulan

4.9 Tingkat Kepuasan Konsumen

Tingkat kepuasaan menjadi salah satu faktor penting dalam pemasaran.

Menurut Kotler (1997) kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa

86.00

88.00

90.00

92.00

94.00

96.00

98.00

1 2 3 4 5 6

Ku

anti

tas

Rat

a-R

ata

(Kg)

BulanRata Rata Kuantitas 6 Bulan Awal

Rata Rata Kuantitas 6 Bulan Akhir

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

51

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil)

suatu produk dengan harapannya. Konsumen yang memiliki rata-rata tingkat

kepuasan yang relatif tinggi memungkinkan pembelian produk yang lebih

kontinu, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan keuntungan. Tingkat

kepuasaan konsumen berdasarkan pada pendekatan bauran pemasaran 4p yaitu

place, price, promotion, dan product.

Place sebagai salah satu faktor penting dalam kepuasan konsumen karena

konsumen dengan mudah memperoleh produk yang ditawarkan. Tempat kegiatan

pemasaran dilihat dari faktor higienitas, strategis, pola akses, tingkat keamanan.

Berdasarkan gambar 18 yaitu perolehan data yang diambil dari 10 responden

disimpulkan bahwa tingkat kepuasaan konsumen terhadap tempat strategis PIH

Pejompongan dalam kegiatan pemasaran 10% sangat puas, 60% cukup puas, dan

30% biasa saja, sedangkan kurang puas dan tidak puas sebesar 0%.

Gambar 18. Kepuasan Konsumen berdasarkan Tempat

Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk berdasarkan beberapa faktor,

antara lain tingkat higienitas, dan tingkat kesegaran. Produk yang ditawarkan

terhadap pasar sesuai standar kualitas sebagai upaya peningkatan gizi masyarakat.

Tingkat kepuasan konsumen berdasarkan produk di PIH Pejompongan yaitu 40%

sangat puas, 40% cukup puas, dan 20% biasa (netral), sedangkan kurang puas dan

tidak puas sebesar 0% (Gambar 19).

0% 0%

30%

60%

10%

Tidak Puas Kurang Puas Biasa Cukup Puas Sangat Puas

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

52

Gambar 19. Kepuasan Konsumen berdasarkan Produk

Harga merupakan salah satu faktor dari konsep pemasaran yang dapat

mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen. Harga relatif lebih tinggi jika produk

yang ditawarkan memiliki nilai kualitas lebih tinggi. Artinya harga disesuaikan

dengan faktor kualitas yaitu tingkat higienitas dan tingkat kesegaran produk.

Berdasarkan perolehan data yang didapat dari reponden disimpulkan bahwa 40%

cukup puas 60% biasa (netral), sedangkan kurang puas dan tidak puas sebesar 0%

(Gambar 20).

Gambar 20. Kepuasan Konsumen berdasarkan Harga

Promosi sebagai upaya dalam memperluas produk yang dipasarkan

sehingga dapat meningkatkan proses pemasaran hingga ke konsumen. Promosi

dapat dilakukan dengan berbagai media seperti iklan, poster, spanduk, dll.

Perluasan produk yang dapat dipasarkan ke sejumlah wilayah semakin luas maka

proses kegiatan pemasaran akan semakin lancar. Berdasarkan perolehan data yang

0% 0%

20%

40%

40%

Tidak Puas Kurang Puas Biasa Cukup Puas Sangat Puas

0% 0%

60%

40%

0%

Tidak Puas Kurang Puas Biasa Cukup Puas Sangat Puas

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

53

diperoleh bahwa konsumen 50% cukup puas, 40% biasa (netral), dan 10% kurang

puas, 0% tidak puas (Gambar 21).

Gambar 21. Kepuasan Konsumen berdasarkan Promosi

4.9.1 Hubungan Tingkat Kepuasan Konsumen dan Bauran Pemasaran

Tingkat kepuasan konsumen rata-rata yang didapat dari beberapa faktor

yaitu place, product, price, dan promotion dengan skala 3 hingga 5 yaitu

dikatagorikan biasa hingga sangat puas. Tingkat kepuasan konsumen didapat dari

perhitungan rata-rata dari penjumlahan place, product, price, dan promotion (4p).

Hubungan 4p dalam strategi pemasaran yaitu place, product, price dan promotion

untuk memenuhi target pasar secara luas.

Menurut Kotler (1997) Place dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

lokasi, transportasi, persediaan, dan logistik. Product dipengaruhi oleh ragam,

kualitas, design, kemasan, dan layanan. Promotion dipengaruhi faktor iklan,

promosi penjualan, dan hubungan masyarakat. Price berhubungan faktor daftar

harga, diskon, potongan harga.

Hubungan 4p dalam pemasaran berpengaruh terhadap tingkat kepuasan

konsumen, dapat disimpulkan bahwa variabel terkuat dalam pemasaran yang

dapat mempengaruhi peningkatan tingkat kepuasan konsumen secara significant

yaitu place dan product. Produk yang berkualitas tinggi akan mempengaruhi

kepuasan konsumen lebih tinggi daripada variabel lainnya. Variabel terendah

yaitu promosi sehingga untuk dapat meningkatkan kepuasan konsumen diperlukan

promosi atau perluasan pemasaran melalui beberapa media seperti media iklan,

poster, spanduk,dll (Gambar 23).

0% 10%

40%50%

0%

Tidak Puas Kurang Puas Biasa Cukup Puas Sangat Puas

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

54

Gambar 22. Hubungan place, product, price, dan promotion

Tabel 7. Hasil Analisis Rank Spearman dari Hubungan antara Beberapa

Variabel dengan Tingkat Kepuasan Konsumen Ikan Konsumsi di

Pasar Ikan Higienis Pejompongan

Variabel

Nilai

Korelasi

rs

Nilai

R2

Nilai

thitung

Nilai

ttabel

Keterangan

Hubungan Tingkat Kepuasan

Konsumen dengan Place

(Tempat)

0,703

0,6319

2,795

2,3066

Terdapat

Hubungan

Hubungan Tingkat Kepuasan

Konsumen dengan Product

(Produk)

0,654 2,5567 Terdapat

Hubungan

Hubungan Tingkat Kepuasan

Konsumen dengan Price

(Harga)

0,675 2,590 Terdapat

Hubungan

Hubungan Tingkat Kepuasan

Konsumen denganPromotion

(Promosi)

0,442 1,395

Tidak

Terdapat

Hubungan

Place atau tempat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat kepuasan konsumen. Nilai perhitungan korelasi antara place dengan

tingkat kepuasan konsumen adalah 0,703 sehingga didapat nilai thitung sebesar

2,795, sedangkan nilai ttabel adalah 2,3066. Sehingga nilai ttabel ≤ thitung dan dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima sedangkan H1 ditolak. Perolehan nilai ttabel didapat

melalui kurva dua arah dengan tingkat keyakinan 95% sehingga nilai α adalah

0,05. Tingkat kepuasan konsumen berdasarkan bauran pemasaran tempat (place)

berdasarkan kriteria lokasi strategis dan tempat yang higienis. Bauran pemasaran

tempat (place) memiliki tingkat korelasi yang lebih signifikan.

27%

25%25%

23% Place

Product

Price

Promotion

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090033_4_4679.pdf · 2 21-25 4 3 17,65 1 5,9 3 26-30 6 1 5,88 5 29,4 4 31-35 2 1 5,88 1 5,9

55

Product memiliki kualitas yang baik akan dapat mempengaruhi tingkat

kepuasan konsumen. Nilai korelasi rs antara produk dengan tingkat kepuasan

konsumen adalah 0,654 sehingga perolehan nilai thitung sebesar 2,5567, nilai yang

diperoleh thitung ≥ ttabel dengan nilai 2,3006, sehingga H1 ditolak dan H0 diterima,

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara produk dan tingkat

kepuasan konsumen. Tingkat kepuasan konsumen berdasarkan bauran pemasaran

produk (product) berdasarkan kriteria tingkat kesegaran dan higienitas produk.

Kualitas produk yang baik akan meningkatkan tingkat kepuasan konsumen.

Nilai korelasi rs antara harga dengan tingkat kepuasan konsumen adalah

0,675 sehingga nilai thitung sebesar 2,590. Nilai thitung ≥ ttabel, sehingga dapat

disimpulkan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima. Harga yang sangat berpengaruh

terhadap proses pembelian dikarenakan terdapat beberapa faktor seperti tingkat

pendapatan masyarakat. Jika tingkat pendapatan rata-rata tinggi maka tingkat

kepuasan konsumen akan tinggi. Tingkat kepuasan konsumen berdasarkan bauran

pemasaran harga (price) berdasarkan ketetapan harga di PIH Pejompongan.

Nilai korelasi rs antara promosi dengan tingkat kepuasan konsumen adalah

0,442, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan R sebesar 0,6319 sehingga

nilai thitung yaitu sebesar 1,395 lebih rendah dari ttabel sebesar 2,306, H0 ditolak

sedangkan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara promosi dengan tingkat kepuasan konsumen terbukti bahwa

persentase promosi lebih rendah dibandingkan harga, produk, dan distribusi

(Gambar 23). Pada umumnya letak PIH Pejompongan yang cukup strategis dari

wilayah perkantoran dan tingkat penduduk yang cukup tinggi, sehingga usaha

pemasaran ikan konsumsi di PIH Pejompongan sudah diketahui secara umum di

masyarakat, maka promosi yang paling efisien adalah word of mouth. Word of

Mouth Communication (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut merupakan

proses komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individu

maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan untuk

memberikan informasi secara personal (Kotler dan Keller 2007 dalam Ananditha

2013).