bab iv hasil dan pembahasan - ipb...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari perancangan teknologi proses produksi probiotik penghasil omega-6 dan
penurun kolesterol dikembangkan dengan melakukan modifikasi perancangan proses Seider
et al., (1999) dan skema perancangan proses oleh Douglas (1988) dengan hasil seperti yang
disajikan dalam Gambar 6 di bawah ini.
AN
AL
ISIS
PE
LU
AN
G D
AN
PE
RM
ASA
LA
HA
N
Analisis Peluang (Aspek Kebijakan Pemerintah dan Potensi
Pasar)
Analisis Permasalahan Pemanfaatan isolat lokal. Karakterisasi dan identifikasi
isolat potensial. Aspek penggunaan bahan baku
standar dan bahan baku subsitusi. Pemilihan jalur proses produksi.
RA
NC
AN
GA
N P
RO
SES
KREASI PROSES Penyiapan Bahan Baku
GlukosaStarter
(Perbanyakan Sel)
Fermentasi Batch pada Substrat Glukosa Skala Laboratorium
20 g/l 40 g/l 30 g/lKonsentrasi Glukosa
Konsentrasi Substrat Glukosa Terpilih ( 20 g/l)
Apakah ada keuntungan kasar? Tidak
Tolak
Ya
Lanjutan
39
Tidak
PEN
GE
MB
AN
GA
N P
RO
SES
Pembuatan Diagram Alir
(Fermentasi & Formulasi Produk)
Integrasi Proses (Process Engineering Flow Diagram)
Pengujian Fermentasi Batch Skala Pilot Plant
Substrat Glukosa 20 g/l Substrat Komplek
Karakterisasi Produk (Uji In Vivo)
Kreasi Formulasi Produk
Konsentrasi Sel Konsentrasi Sel + Kaldu
Apakah Proses Menjanjikan
Tidak
Tolak
Lanjutan
Ya
KE
LA
YA
KA
N
PER
AN
CA
NG
AN
PR
OSE
S Perhitungan Neraca Massa Disain Peralatan
Terpenuhi
Penentuan Kapasitas Produksi
Perhitungan : • Biaya investasi • Biaya modal kerja • IRR, NPV, Net B/C, PBP • Cash flow
Kelayakan Finansial Proses
Ya Rancangan Lanjutan
Gambar 6. Perancangan proses produksi probiotik penghasil omega-6 (ω-6) dan penurun kolesterol.
4.1. Analisis Peluang
Kebijakan pemerintah dalam rangka pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat
disusun dengan mengacu pada Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025. Program pemerintah yang
tertuang dalam dokumen perencanaan BAPPENAS menegaskan bahwa “Pembangunan dan
perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi,
hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin
keamanannya”. Ketahananan pangan merupakan salah satu prioritas dalam Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010-2014 yang ditetapkan melalui
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2010. Instruksi Presiden No. 3 Tahun
2010 menginstruksikan perlunya disusun rencana aksi pangan dan gizi nasional dan rencana
aksi pangan dan gizi di tingkat provinsi yang dalam proses penyusunannya melibatkan
kabupaten dan kota (Anonim, 2011). Rencana aksi pangan dan gizi disusun dalam program
berorientasi aksi yang terstruktur dan terintegratif dalam lima pilar rencana aksi yaitu
perbaikan gizi masyarakat, peningkatan aksesibilitas pangan, peningkatan pengawasan mutu
dan keamanan pangan, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta penguatan
kelembagaan pangan dan gizi. Kebijakan pemerintah yang memprioritaskan program
peningkatan gizi masyarakat telah memberikan peluang pengembangan industri probiotik
penghasil omega-6 dan penurun kolesterol karena produk yang dikembangan memiliki
kandungan nutrisi yang cukup dan makanan yang mampu memberikan efek kesehatan. Hal
ini selaras dengan program pemerintah tentang formulasi peningkatan kandungan nutrisi
pada produk pangan (scaling-up nutrition-SUN). SUN Movement merupakan upaya global
dari berbagai negara dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan
perbaikan gizi masyarakat. Efek kesehatan dari probiotik penghasil omega-6 dan penurun
kolesterol dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan penyebab kematian akibat
penyakit tidak menular seperti hipertensi yang mencapai 31,9 % dan prevalensi akibat
jantung koroner 7,2 %. Kedua penyakit tersebut dapat dipicu dari pola konsumsi pangan
yang banyak mengandung kolesterol (Anonim, 2007).
Pergeseran pola hidup sehat masyarakat dan meningkatnya kesadaran gizi
masyarakat juga dapat mendorong laju konsumsi hasil pengolahan susu per tahun sebesar
6,1%. Laju konsumsi ternyata jauh lebih besar dari laju produksinya yang baru mencapai
3,1%. Untuk meningkatkan produksi pengolahan susu nasional, saat ini telah banyak
beredar merek (susu dan yoghurt) yang sudah mulai berbasis kedelai, walaupun
40
penjualannya masih belum signifikan. Belum ada indikasi jelas apakah pasar akan merespon
positif atau tidak. Namun melihat berkembangnya gaya hidup sehat, produk ini bisa
memperoleh pangsa pasar untuk kelas menengah ke atas. Biodrinking yoghurt relatif masih
kalah populer dengan minuman kesehatan yang lebih dulu muncul, karena dianggap belum
perlu untuk kesehatan dan terlalu mahal serta menyusahkan karena harus disimpan di dalam
kulkas. Rencana pengembangan teknologi probiotik penghasil omega-6 dan penurun
kolesterol berbahan baku dari ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu diharapkan mampu
memberikan kontribusi pada pemenuhan pangan yang memiliki kandungan nutrisi cukup.
Peluang pasar industri probiotik sangat besar. Data konsumsi probiotik nasional
tidak dapat ditemukan secara pasti berapa besar nilai perdagangan dan volume pasar
probiotik nasional. Namun jika didasarkan pada beberapa industri yang saat ini telah
berjalan konsumsi pangan probiotik cukup besar. Data yang dirilis oleh PT. Yakult
Indonesia untuk pabrik di Sukabumi mampu memproduksi 1,8 juta botol Yakult bervolume
65 ml atau setara 117 ton probiotik/ hari. Produksi tersebut belum memasukkan produksi
pabrik di lokasi lain dan rencana pengembangannya. Demikian juga untuk pesaing dari
Vitacharm untuk volume packing yang sama kapasitas produksinya sekitar 2 juta botol/hari.
Kapasitas tersebut baru untuk botol berukuran kecil, karena Vitacharm juga memproduksi
minuman yang dikemas ukuran curah. Sedangkan untuk industri yoghurt seperti Yummi
Indonesia juga memiliki kapasitas produksi yang cukup besar. Dari contoh industri yang
sudah berjalan tersebut dapat memberikan gambaran begitu besarnya peluang industri
probiotik nasional.
Isolat Lactobacillus sp. yang berasal dari tuak mengkudu memiliki potensi untuk
dijadikan agensia probiotik karena kondisi mikrobiologis badeg pace dengan derajat
keasaman yang tinggi memungkinkan bakteri hasil isolasi tersebut bersifat probiotik. Tuak
mengkudu yaitu sejenis minuman tradisional sari buah mengkudu (Morinda citrifolia) yang
difermentasi secara spontan dan memiliki khasiat kesehatan. Tuak mengkudu yang dikenal
badeg pace oleh masyarakat Ponorogo secara tradisional telah menjadi minuman secara
turun temurun yang diyakini dapat memberikan efek kesehatan. Keberhasilan dalam
mengembangkan isolat lokal yang berasal dari Ponorogo memiliki peluang yang cukup
besar dalam mendorong kemandirian pemenuhan kebutuhan pangan yang berbasis pada
potensi wilayah, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pemenuhan dari wilayah lain.
41
4.2. Analisa Permasalahan
Permasalahan dalam perancangan teknologi produksi berhubungan erat dengan
kegiatan sintesis yang merupakan kegiatan yang berurutan dan terpadu. Dalam sintesis
dilakukan pemilihan proses dengan mengikuti kaidah umum seperti mempertimbangkan
biaya rendah, aman, memenuhi persyaratan lingkungan dan mudah mengoperasikannya. Inti
dari perancangan proses yang ditulis Mangunwidjaja dan Suryani (1994) adalah
menemukan pilihan-pilihan proses yang layak dikembangkan sehingga pemilihan proses
merupakan titik awal yang cukup menentukan. Perancangan proses dilakukan karena
adanya peluang untuk menghasilkan produk yang menguntungkan dan memuaskan serta
adanya permasalahan langsung dari masyarakat (Seider et al. 1999). Permasalahan
dirumuskan secara spesifik berdasarkan informasi dari kajian pustaka. Informasi yang
dimaksud berkaitan dengan ketersedian bahan baku, skala proses produksi, permintaaan
pasar, harga jual produk dan lain-lain. Invensi dalam perancangan proses dimulai dengan
membuat pernyataan masalah sederhana kemudian dilanjutkan pembentukan tim perancang,
pengumpulan informasi, inovasi proses untuk menyelesaikan masalah spesifik.
Untuk menentukan teknologi proses produksi probiotik penghasil omega-6 dan
penurun kolesterol yang terbaik dilakukan penelitian dari skala laboratorium 250 ml dengan
peubah konsentrasi glukosa awal fermentasi 20 g/l dan 30 g/l serta 40 g/l. Isolat yang
digunakan berasal dari hasil isolasi badeg pace dan buah mengkudu matang. Untuk melihat
peluang dan potensi isolat yang dapat digunakan sebagai agensia probiotik maka terlebih
dahulu dilakukan pengujian isolat secara in vitro yang meliputi uji daya antagonistik
terhadap bakteri patogen dan uji ketahanan terhadap bile sile serta uji kemampuan tumbuh
pada pH rendah yang dilanjutkan dengan mengidentifikasi secara molekuler.
Hasil yang terbaik dan diperkirakan dapat memberikan keuntungan kasar penelitian
dilanjutkan pada percobaan skala pilot plant 75 liter dengan menggunakan bahan baku yang
sama. Pada tahap pengembangan teknologi proses produksi skala pilot plant 75 liter juga
dilakukan dengan mensubsitusi bahan baku standar dengan bahan baku yang berasal dari
produk pertanian dengan harapan subsitusi tersebut dapat mengurangi harga bahan baku,
sehingga dengan produktivitas yang sama akan meningkatkan keuntungan.
42
4.2.1. Pemanfatan Isolat Lokal
Potensi sumber daya alam Indonesia yang cukup besar memberikan peluang untuk
dilakukan eksplorasi secara maksimal. Dalam upaya pemanfatan sumberdaya hayati lokal
maka telah dilakukan isolasi galur Lactobacillus sp. yang bersumber dari badeg pace dan
buah mengkudu matang yang diambil dari daerah Ponorogo. Dari hasil isolasi diperoleh
enam isolat bakteri. Berdasarkan Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, kelompok
bakteri asam laktat yang berbentuk batang yang mempunyai katalase negatif dan hasil
pewarnaan gramnya positif merupakan bakteri asam laktat genus Lactobacillus sp. Dari
keenam isolat yang merupakan bakteri gram positif, katalase negatif dan berbentuk batang
sebanyak lima isolat. Hasil isolasi menunjukkan bahwa Lactobacillus sp. terdapat pada buah
mengkudu matang dan tuak mengkudu. Pada Tabel 7 ditunjukkan bahwa dari buah
mengkudu matang didapatkan dua isolat Lactobacillus sp. JR17 dan Lactobacillus sp. JR10,
dari tuak mengkudu didapatkan tiga buah isolat Lactobacillus sp. JR19, Lactobacillus sp.
JR64 dan Lactobacillus sp. JR92 dan satu isolat JR03 bukan Lactobacillus sp. Kelima isolat
tersebut kemudian diuji kemampuan antibakterinya dan kemampuan tumbuh pada kondisi
pencernaan (pH rendah dan adanya garam empedu). Tabel 7. Data hasil isolasi dan uji bakteri asam laktat.
No Sumber Jumlah isolat
Kode isolat
Bentuk isolat
Katalase Gram
1 Buah mengkudu matang 2
JR17
JR10
batang
batang
negatif
negatif
positif
positif
2 Tuak mengkudu
4
JR64
JR19
JR92
JR03
batang
batang
batang
bulat
negatif
negatif
negatif
positif
positif
positif
positif
negatif 4.2.2. Karakterisasi Potensi Isolat Lokal Uji Aktivitas Antagonistik Bakteri Asam Laktat terhadap Bakteri Patogen
Salah satu kriteria yang diharapkan dari bakteri asam laktat yang digunakan untuk
probiotik adalah kemampuannya untuk menghambat bakteri patogen sehingga mampu
berkompetisi untuk menjaga keseimbangan mikroflora normal dalam saluran pencernaan
(Fuller 1986). Dalam penelitian ini digunakan dua bakteri patogen yaitu Escherichia coli
ATCC 25922 yang merupakan bakteri gram negatif, sedangkan Staphylococcus aureus
43
ATCC 25923 bakteri gram positif yang tidak membentuk spora. Hasil pengujian aktivitas
antagonistik bakteri asam laktat terhadap bakteri patogen ternyata isolat yang berasal dari
badeg pace memiliki daya hambat yang tinggi dibandingkan dengan isolate dari buah
mengkudu matang. Dalam penelitian ini tidak dilakukan identifikasi jenis senyawa
antimikroba yang dihasilkan, akan tetapi dari beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
bakteri asam laktat dapat menghasilkan beberapa senyawa yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba, misalnya, asam laktat, asam asetat, asam-asam organik, hidrogen
peroksida, dan senyawa komplek protein spesifik yang disebut bakterosin adalah senyawa-
senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat.
Kelima isolat yang terpilih diseleksi kemampuannya menghambat bakteri patogen.
Kemampuan penghambatan isolat Lactobacillus sp. JR64 dapat dilihat dari terbentuknya
areal bening (zone penghambatan) di sekitar sumuran yang berisi isolat Lactobacillus sp.
seperti pada Gambar 7.
Gambar 7. Hasil Pengujian Anti Mikroba Lactobacillus sp.
Pada Gambar 8. dapat dilihat bahwa Lactobacillus sp. JR17 dan Lactobacillus sp.
JR10 memiliki aktifitas antibakteri yang sangat kecil yaitu 1,0 mm. Lactobacillus sp. JR64
memiliki aktivitas antibakteri yang paling besar 3,9 mm terhadap Escherichia coli ATCC
25922 dan 4,0 mm Staphylococcus aureus ATCC 25923, hampir sama dengan bakteri
pembanding (kontrol) 4,0 mm terhadap Escherichia coli ATCC 25922 dan 4,2 mm terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923. Sedangkan kedua isolat yang lainnya Lactobacillus
sp. JR19 dan Lactobacillus sp. JR92 memiliki aktifitas penghambatan 2,1 mm dan 3,0 mm
terhadap Escherichia coli ATCC 25922, terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923
seluas 2,9 mm dan 4,1 mm.
Diameter hambat terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923
Diameter hambat terhadap Escherichia coli ATCC 25922
44
Uji Kemampuan Tumbuh Pada Media Garam Empedu
Untuk dapat bertahan dan tumbuh pada saluran pencernaan, bakteri asam laktat
sebagai kultur probiotik harus mampu melewati berbagai kondisi lingkungan yang
menekan. Salah satunya adalah pada saat bakteri dikonsumsi memasuki bagian atas saluran
usus dimana empedu disekresikan ke dalam usus. Cairan empedu merupakan campuran dari
asam empedu, kolesterol, asam lemak, fosfolipid, pigmen empedu dan sejumlah xenobiotik
terdetoksifikasi. Sekresi pankreas juga mengandung serangkaian enzim pencernaan, dimana
enzim yang bersifat lipolitik diaktifkan oleh karakteristik aktif permukaan empedu.
Kombinasi tersebut bersifat bakterisidal bagi mikroorganisme komersial dalam tubuh
manusia kecuali bagi beberapa genus penghuni usus yang tahan terhadap empedu.
Garam empedu berpengaruh terhadap permeabilitas sel bakteri. Pada sel bakteri
asam laktat yang diinkubasi pada larutan penyangga yang mengandung garam empedu
masih mengalami pertumbuhan dan tidak mengalami lisis, tetapi mengalami peningkatan
kebocoran materi intraseluler yang terabsorbsi pada panjang gelombang 260 nm, yang
berarti terjadi perubahan sifat permeabilitas pada membran sel bakteri. Pada bakteri yang
tidak tahan terhadap garam empedu diduga bahwa perubahan permeabilitas seluler dan
kebocoran materi intraseluler yang dialami lebih besar sehingga menyebabkan lisisnya sel,
Gambar 8. Hasil pengujian anti mikroba Lactobacillus sp.
Simbol : E. Coli 25922 : S. aureus 25923
45
mengakibatkan kematian. Empedu bersifat sebagai senyawa aktif permukaan sehingga
dapat menembus dan bereaksi dengan sisi membran sitoplasma yang bersifat lipofilik,
menyebabkan perubahan dan kerusakan struktur membran. Sifat aktif permukaan empedu
juga mengakibatkan aktifnya enzim lipolitik yang disekresikan oleh pankreas. Enzim
tersebut juga mungkin bereaksi dengan asam lemak pada membran sitoplasma bakteri yang
dapat mengakibatkan perubahan struktur membran dan sifat permeabilitasnya. Dari hasil
seleksi didapatkan bahwa dua isolat yang berasal dari buah mengkudu matang Lactobacillus
sp. JR17 dan Lactobacillus sp. JR10 tidak mampu tumbuh pada media yang mengandung
garam empedu dengan konsentrasi 10 % seperti Gambar 9.
Data pertumbuhan isolat pada berbagai konsentrasi garam empedu seperti pada
Lampiran 10. Sedangkan tiga isolat Lactobacillus sp. JR64 dan Lactobacillus sp. JR19 serta
Lactobacillus sp. JR92 yang berasal dari badag pace mampu tumbuh pada media yang
mengandung garam empedu sampai konsentrasi 1 % dan pertumbuhannya terhambat setelah
konsentrasi garam empedu ditingkatkan 5 % dan 10 %, kemampuan ini lebih kecil
dibandingkan bakteri pembanding (kontrol) yang mampu tumbuh sampai kadar garam
empedu 10 %. Meningkatnya konsentrasi garam empedu menyebabkan pertumbuhan isolat
terhambat tidak mampu tumbuh hingga mencapai 85,5 % untuk isolat yang bersumber
Gambar 9. Kemampuan tumbuh isolat Lactobacillus sp. pada media garam empedu 10 %.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Juml
ah Se
l (Log
Cfu
/ml)
Sumber Isolat
Stater 10%Simbol : : Jumlah Sel Stater : Garam Empedu 10%
46
mengkudu matang Lactobacillus sp. JR17. Sedangkan untuk isolat Lactobacillus sp. JR64
jumlah isolat yang tidak dapat bertahan relatif lebih kecil sebesar 65,4 % dan mikroba
kontrol sebesar 57,4%.
Kemampuan tumbuh pada pH rendah
Kemampuan tumbuh pada pH rendah semakin menurun dengan semakin
menurunnya pH media. Pada pH 3,5 semua isolat yang diperoleh masih mampu tumbuh 4 –
7 log cycle, kemudian pada pH 3 terjadi penurunan menjadi 3 - 6 log cycle, pada pH 2,5
turun lagi menjadi 2 – 5 log cycle dan pada pH 2 hanya Lactobacillus sp. JR64 dan kontrol
yang masih mampu tumbuh sampai 3 log cycle, sedangkan yang lainnya hanya mampu
tumbuh 1 log cycle. Pada Gambar 10 ditunjukkan bahwa pertumbuhan isolat yang berasal
dari tuak mengkudu Lactobacillus sp. JR64 masih dapat tumbuh mencapai 1,1 x 105 Cfu/ml,
sedangkan kontrol Lactobacillus bulgaricus FNCC41 pertumbuhannya mencapai 8 x 105
Cfu/ml. Jumlah mikroba yang tidak dapat bertahan pada pH 2,5 paling besar isolat yang
bersumber dari BPB yang mengalami penurunan hingga 81,8 % dari total stater yang
diinokulasikan. Sedangkan untuk isolat yang bersumber dari badeg pace Lactobacillus sp.
JR64 menurun 63,4 % dan kontrol menurun 55,5 %. Data pertumbuhan isolat pada berbagai
pH dapat dilihat pada Lampiran 11.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
JR17 JR10 JR64 JR19 JR92 FNCC41
Juml
ahSe
l (Lo
g Cfu
/ml)
Sumber isolat & pertumbuhan pH 2,5
Starter pH 2,0
Simbol : : Jumlah Sel Stater : pH : 2,5
Gambar 10. Kemampuan tumbuh isolat Lactobacillus sp. pada media pH rendah.
47
Kebanyakan bakteri asam laktat tidak hanya mengalami pertumbuhan pada kondisi
pH rendah, tetapi mungkin juga mengalami kerusakan asam dan hilangnya viabilitas sel.
Pengaturan pH rendah dengan menggunakan HCl dalam media pertumbuhan, untuk
mendekati kondisi lambung yang juga mengandung HCl. HCl adalah asam kuat yang
mudah terdisosiasi menghasilkan proton menyebabkan penurunan pH medium di luar sel
atau pH ekstraseluler. Paparan pada kondisi yang sangat asam dapat mengakibatkan
kerusakan membran dan lepasnya komponen intraseluler yang dapat menyebabkan
kematian. Bakteri asam laktat pada umumnya memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap
kerusakan membran akibat terjadinya penurunan pH ekstraseluler dibandingkan dengan
bakteri yang tidak tahan terhadap asam. Perbedaan kerentanan terhadap kerusakan membran
akibat turunnya pH telah diteliti oleh Bender et al., (1986), dimana kerusakan membran
diukur berdasarkan pada keluarnya ion Mg dari sel. Pada galur yang kurang tahan terhadap
asam, ion Mg akan keluar dari dalam sel ketika pH mencapai 4, sedangkan pada
Lactobacillus casei mulai terjadi kerusakan membran pada pH eksternal kurang dari 3. Ada
beberapa kemungkinan mekanisme bagaimana bakteri mengatur pH internalnya tetapi
mekanisme yang paling penting adalah translokasi protron oleh enzim ATP-ase (Hutkins
dan Nannen 1993). Enzim yang terikat pada membran tersebut melakukan reaksi reversible
bertindak sebagai pompa yang memindahkan ion. Enzim tersebut mengkatalisa gerakan
proton melewati membran sel sebagai akibat dari hidrolisis atau sintesa ATP. Pada bakteri
yang tahan asam, pH optimal enzim tersebut lebih rendah dibandingkan dengan yang
kurang tahan terhadap asam. Parameter lain yang terlibat dalam pengaturan pH internal
adalah permeabilitas membran plasma terhadap proton.
4.2.3. Identifikasi Lactobacillus sp. dengan Molekuler
Identifikasi molekuler Lactobacillus sp. dipilih dari hasil karakterisasi potensi isolat
lokal terbaik yaitu Lactobacillus sp. JR64 dari badeg pace. Bakteri Lactobacillus sp. JR64
dilakukan identifikasi dengan menggunakan PCR yang diperkirakan akan berada pada
daerah 16S rRNA.
Isolasi Genom DNA
Proses ekstrasi genom DNA dari isolat bakteri genus Lactobacillus sp. JR64
dilakukan secara enzimatis dengan menggunakan Instagene matrix, yaitu suatu kit yang
dapat digunakan untuk ekstraksi genom DNA. Kit ini mengandung komponen yang
48
dibutuhkan dalam proses ekstraksi genom seperti lisozim, RNAse, dan EDTA. RNAse
berfungsi untuk menguraikan RNA, karena keberadaan RNA dapat mengkontaminasi isolat
DNA. Keberadaan protein dalam isolat DNA juga dapat mengganggu proses amplifikasi
PCR, terutama jika protein tersebut adalah suatu DNAse yang dapat menguraikan DNA.
Dari proses isolasi ini diperoleh DNA sebesar 1.360 ng dengan kemurnian (260/280) 2,5.
Hasil isolasi ini mencukupi sebagai DNA templat, karena untuk proses amplifikasi PCR
hanya diperlukan DNA sebesar 50-200 ng/µl.
Amplifikasi PCR pada daerah 16S rRNA
Amplifikasi gen 16S rRNA menggunakan primer 8F dan 1492R. Visualisasi hasil
amplifikasi dilakukan dengan elektroforesis gel agarosa dengan konsentrasi 1%.
Gambar 11. Hasil amplifikasi Gen 16S rRNA
Hasil visualisasi seperti pada Gambar 11 menunjukkan panjang fragmen amplikon yang
diperoleh dari hasil PCR 16S rRNA diperkirakan sekitar 1.500 pb berdasarkan ukuran pita
pada GeneRuler™ 1Kb DNA Ladder. Hasil ini menunjukkan bahwa panjang amplikon gen
l6S rRNA mendekati dengan prediksi : 1484 pb jika menggunakan primer 8F dan 1492R.
1500bp
1 2
Gen16S rRNA
Keterangan : 1. GeneRuler™ 1Kb DNA Ladder 2. Amplikon gen 16S rRNA Isolat
Lactobacillus sp. JR64
1.500 pb
Skala GeneRuler™ 1Kb DNA Ladder
49
Penentuan Urutan Basa DNA (Sekuensing) daerah 16S rRNA
Penentuan urutan basa (sekuensing) hasil PCR dilakukan dengan menggunakan
primer 765R dan 1141R. Hasil pembacaan urutan basa fragmen DNA sampel Lactobacillus
sp. JR64 menggunakan ABI 3130 Genetic Analyzer diperoleh sebanyak 945 bp, dapat
dilihat pada Lampiran 12. Data hasil amplikon selanjutnya dibandingkan tingkat
homologinya dengan data hasil sekuensing gen bakteri yang terdapat pada data Genebank,
menggunakan program BLAST-N. Hasil BLAST urutan nukleotida tersebut terhadap data
base 16S rDNA yang terdapat dalam situs www.ncbi.com dapat dilihat pada Lampiran 13.
Berdasarkan analisis penjajaran dengan program Clustal X, maka diperoleh pohon
kekerabatan filogenetik seperti Gambar 12. Analisis menunjukkan bahwa isolat
Lactobacillus sp. JR64 mempunyai kemiripan yang paling tinggi dengan Lactobacillus
plantarum strain UK-3 dengan nilai kesamaan pasangan basa (max score) 854, nilai total
pasangan basa (total score) 854, presentase analisis keseluruhan (query coverage) 100%,
persentase kesalahan dalam proses (E value) 0,0 dan presentase keakuratan identifikasi
(max identify) 99 %. Dari hasil pembacaan pohon filogenetik diperoleh hasil bahwa isolat
yang berasal dari badeg pace merupakan jenis bakteri Lactobacillus plantarum JR64.
Gambar 12. Pohon filogenetik isolat Lactobacillus sp. JR64
50
Berdasarkan data pohon filogenetik isolat Lactobacillus sp. JR64 memiliki
kesamaan dengan isolat Lactobacillus plantarum UK-3 yang ditemukan oleh Oh,K.H. and
Um,S.J., 2011, Lactobacillus plantarum strain UK-3 16S ribosomal RNA gene,
www.ncbi..nlm.nih.gov/nucleotide. Data secara detail Lactobacillus plantarum UK-3
ditunjukkan pada Lampiran 14.
4.2.4. Pemilihan bahan baku
Bahan baku yang digunakan untuk produksi probiotik penghasil omega-6 dan
penurun kolesterol digunakan bahan baku ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu. Harga
bahan baku untuk media fermentasi dari ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu merupakan
produk pertanian yang memiliki harga lebih murah dibandingkan dengan harga bahan baku
substrat yang berasal dari medium glukosa sehingga bahan baku dari produk pertanian
direkomendasikan untuk digunakan sebagai bahan baku fermentasi produksi probiotik
penghasil omega-6 dan penurun kolesterol. Selisih harga bahan baku tersebut dapat
memberikan keuntungan yang lebih besar.
Komposisi medium fermentasi yang digunakan dapat berupa medium sederhana atau
medium komplek karena keduanya dapat diperoleh secara sintetis. Medium sintetis sangat
menguntungkan dimana untuk setiap komponen dapat dikurangi dihilangkan atau
ditambahkan dan pada umumnya tidak membentuk busa karena tidak mengandung protein
dan peptida. Pada fermentasi skala industri sumber-sumber nutrien harus mampu
membentuk produk atau biomassa dengan hasil maksimum untuk setiap gram substrat yang
digunakan. Manipulasi metabolik juga diharapkan dapat memacu pembentukan produk
fermentasi dengan laju yang maksimum dan dapat menghambat pembentukan produk yang
tidak diinginkan. Aspek lain adalah medium fermentasi harus memiliki mutu yang
konsisten, murah dan cukup tersedia sepanjang tahun serta tidak menimbulkan masalah
aerasi, agitasi dan pemurnian hasilnya (Rachman, 1992).
Manipulasi metabolik merupakan salah satu cara dalam teknik fermentasi untuk
memperoleh hasil yang optimum. Manipulasi metabolik dapat dilakukan dengan pemberian
substrat media yang bervariasi baik jenis maupun konsentrasi. Pada lintasan primer
metabolik dapat ditemui beberapa senyawa antara yang membentuk lintasan samping.
Dalam hal ini modifikasi metabolisme mikroorganisme dengan menggunakan peubah
variasi konsentrasi substrat diharapkan terjadi pembelokan lintasan metabolisme tersebut
kearah pembentukan senyawa asam linoleat (omega-6).
51
4.2.5. Pemilihan jalur proses
Masalah yang dihadapi dalam produksi probiotik dengan isolat lokal Lactobacillus
plantarum JR64 adalah besarnya efisiensi dari setiap tahapan proses karena akan berkorelasi
dengan biaya produksi. Oleh sebab itu pemilihan jalur proses perlu dikaji secara detail
sehingga hasil perancangan dapat memberikan keuntungan secara maksimal. Dalam
perancangan proses perlu dipertimbangkan efisiensi dan kesesuaian peralatan proses
sehingga pabrik memiliki umur yang panjang.
Proses yang efisien sangat dipengaruhi oleh besarnya konversi bahan baku menjadi
produk yang diharapkan dengan konsumsi energi. Jika proses yang dipilih sangat efisien
maka akan mampu memberikan keuntungan yang besar sehingga pengembalian modal
investasi bisa dilakukan lebih cepat. Sedangkan proses yang efektif sangat terkait dengan
pemilihan peralatan yang tepat sehingga waktu proses lebih cepat, kondisi proses yang
aman dan mudah dalam pengoperasiannya. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam
perancangan proses yaitu pemilihan jalur proses dengan tahapan yang singkat
dimungkinkan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar karena semakin panjang
tahapan proses akan menambah biaya pembelian peralatan dan membutuhkan tenaga
pengoperasi yang lebih banyak.
Produksi probiotik penghasil omega-6 (ω-6) dan penurun kolesterol dapat dilakukan
dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku glukosa maupun bahan baku subsitusi
dari ekstrak jagung dan ekstrak buah mengkudu. Sistem fermentasi dipilih fermentasi batch
karena memiliki kelebihan seperti harga instrumentasi relatif lebih murah dan
penggunaannya fleksibel artinya dapat dihentikan secara mudah dan cepat setiap saat serta
dapat digunakan secara multifungsi. Pemilihan sistem batch telah mempertimbangkan
selama proses fermentasi diharapkan Lactobacillus plantarum JR64 tidak menghasilkan zat
toksin karena tidak dapat dikeluarkan yang dapat mengganggu metabolisme sehingga
produktivitas akan menurun. Fermentasi batch setelah dilakukan inokulasi tidak dilakukan
lagi penambahan media ke dalam fermentor, sehingga semakin lama waktu fermentasi, laju
pertumbuhan spesifik (μ) mikroba semakin menurun sampai akhirnya berhenti. Penurunan
dan berhentinya pertumbuhan disebabkan nutrien berkurang dan terjadi akumulasi metabolit
yang mempengaruhi laju pertumbuhannya, sehingga pada fermentasi curah jumlah sel pada
fase stasioner merupakan jumlah sel maksimum dan faktor pembatas utama dari luar
terhadap pertumbuhan mikroba adalah konsentrasi nutrien dan konsentrasi metabolit-
metabolit dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
52
4.3. Kreasi Teknologi Proses Produksi
Perancangan proses merupakan proses kreatif dan berdisiplin untuk memecahkan
masalah yang mencakup pendefinisian dan penyelesaian masalah dengan menggunakan
prinsip metode ilmiah dan seni, informasi teknis dan imajinasi menentukan struktur, mesin,
proses atau sistem baru yang memenuhi fungsi yang diinginkan dengan nilai ekonomis dan
efisiensi tinggi. Kreasi proses dilaksanakan melalui pengumpulan data percobaan
laboratorium dan diakhiri dengan analisis keuntungan secara garis besar. Hasil analisa
sangat menentukan proses dinilai layak atau tidak. Proses dianggap layak ketika harga
produk lebih tinggi dari nilai harga bahan baku dan proses ditolak ketika tidak dapat
memberikan keuntungan.
Kreasi proses produksi probiotik dari isolat lokal Lactobacillus plantarum JR64
penghasil omega-6 dan penurun kolesterol dilakukan dengan percobaan fermentasi skala
laboratorium 250 ml dengan menggunakan substrat standar glukosa pada konsentrasi
substrat glukosa awal 20 g/l dan 30 g/l serta 40 g/l. Hasil percobaan dari ketiga konsentrasi
tersebut selanjutnya dipilih yang terbaik ditentukan berdasarkan nilai efisiensi fermentasi
yaitu Y p/s dan Y x/s.
4.3.1. Profil Fermentasi Batch Skala Laboratorium.
Hasil fermentasi produksi probiotik dengan menggunakan isolat lokal Lactobacillus
plantarum JR64 skala laboratorium dengan konsentrasi glukosa awal fermentasi 20 g/l
yang diberi notasi (GL-20) dapat dilihat pada Gambar 13. Untuk mengetahui pola interaksi
antara penggunaan substrat dengan pertumbuhan Lactobacillus plantarum JR64 dan
pembentukan produk maka dilakukan analisa glukosa (RS) dan penimbangan bobot sel (X)
serta kadar omega-6 (P). Untuk menentukan bobot sel dapat dihitung dengan menggunakan
kurva hubungan berat sel kering dengan jumlah sel (log cfu/ml) pada fermentasi skala
laboratorium seperti pada Lampiran 15.
Pada Gambar 13, ditunjukkan bahwa waktu lag terjadi selama 6 jam kemudian
mengalami perubahan secara eksponensial hingga jam ke 21 dan sekaligus menjadi
permulaan dari fase stasioner. Pertumbuhan tetap ini mulai berakhir saat fermentasi berjalan
selama 42 jam dan terus menurun hingga akhir fermentasi. Hasil dari penelitian Hwang et
al. (2011) yang menggunakan glukosa sebagai substrat fermentasi isolat Lactobacillus
plantarum LP02 ternyata terjadi peningkatan produksi sel ketika konsentrasi glukosa
meningkat hingga 30 g/l. Pada konsentrasi substrat glukosa 10 g/l dihasilkan sel sebanyak
53
1,18 g/l dan untuk konsentrasi substrat glukosa 30 g/l terbentuk sel sebanyak 1,17 g/l.
Fermentasi mulai tidak efektif pada substrat glukosa 50 g/l karena hanya menghasilkan
berat sel kering sebanyak 1 g/l. Pada fermentasi batch rata-rata glukosa terkonsumsi secara
cepat hingga jam ke 12. Konsumsi glukosa pada fermentasi produksi probiotik dari isolat
Latobacillus plantarum JR64 penghasil omega-6 atau asam linoleat juga terjadi secara cepat
hingga jam ke 12. Adapun pada fermentasi dengan substrat glukosa 30 g/l konsumsi
glukosa terjadi secara cepat hingga jam ke 15, sedangkan pada konsentrasi glukosa 40 g/l
terjadi hingga jam 12. Hal ini diperkirakan jumlah starter memberikan pengaruh terhadap
kecepatan di dalam mengkonsumsi subtrat glukosa yang digunakan sebagai pertumbuhan
sel. Jumlah sel yang diinokulasikan pada fermentasi substrat glukosa 20 g/l dan 40 g/l lebih
banyak dibandingkan pada substrat 30 g/l.
Dari Gambar 13 hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi glukosa (S),
jumlah sel (X) dan konsentrasi asam linoleat (P) terlihat bahwa pertumbuhan Latobacillus
plantarum JR64 pada fermentasi batch, dapat dikelompokkan menjadi empat zona
pertumbuhan yaitu fase awal (lag phase) yang diikuti dengan fase eksponensial atau fase
logaritmik, fase stasioner dan fase menurun (fase kematian). Fase awal merupakan
Gambar 13. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi glukosa, pembentukan sel, asam laktat dan asam linoleat pada substrat glukosa GL-20.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
3
6
9
12
15
18
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48
Nitr
ogen
(g/L
)
Glu
kosa
(g/l)
Jum
lah
Sel (
Log c
fu/m
l)A
sam
lino
leat
(mg/
l)A
sam
lakt
at (g
/l)
Waktu (Jam)
Simbol : + : Glukosa, ■ : Jumlah Sel, ▲: Asam Laktat, X : Asam Linoleat, ● : Nitrogen
54
periode adaptasi mikroorganisme terhadap lingkungannya. Pada fase ini terjadi sintesis
enzim oleh mikroorganisme yang diperlukan dalam proses metabolisme dan selama periode
ini tidak terjadi perbanyakan sel. Oleh karena itu pada fase lag, jumlah biomassa X= Xo
bernilai konstan dan laju pertumbuhan sel pada fase ini (dx/dt) = 0, demikian pula dengan
laju pertumbuhan spasifik μ = 0.
Profil fermentasi dengan menggunakan substrat glukosa dengan konsentrasi awal
30 g/l seperti ditunjukkan pada Gambar 14. Profil pembentukan produk asam linoleat
(omega-6) dan asam laktat berasosiasi dengan konsumsi substrat. Di dalam penelitian
Hwang et al., (2011) dinyatakan bahwa asam laktat terbentuk secara maksimal ketika
fermentasi berjalan selama 8 jam dan produksi asam laktat berjalan secara konstan hingga
fermentasi jam ke 16. Fermentasi dihentikan pada jam ke 28 karena konsentrasi asam laktat
yang terbentuk semakin menurun yang kemungkinan terkonsumsi oleh isolat Lactobacillus
plantarum LP02. Pada fermentasi dengan isolat Lactobacillus plantarum JR64
pembentukan produk terbaik antara jam ke 21 hingga jam ke 24. Pada konsentrasi glukosa
20 g/l pembentukan asam linoleat dianggap lebih efisien pada fermentasi jam ke 21.
Gambar 14. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi glukosa, pembentukan sel, asam laktat dan asam linoleat pada substrat glukosa GL-30.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48
Nitro
gen (
g/l)
Gluk
osa
(g/l)
Ju
mlah
Sel (
Log c
fu/m
l)As
am lin
olea
t (m
g/l)
Asam
lakt
at (g
/l)
Waktu (Jam)
Simbol : + : Glukosa, ■ : Jumlah Sel, ▲: Asam Laktat, X : Asam Linoleat, ● : Nitrogen
55
Pada Gambar 15 ditunjukkan profil fermentasi pada konsentrasi substrat 40 g/l.
Konsumsi glukosa terjadi sangat cepat hingga jam ke 12, Lactobacillus plantarum JR64
telah mengkonsumsi 27,5 g/l. Besarnya glukosa yang terkonsumsi diperkirakan
berhubungan erat dengan jumlah sel yang diinokulasikan untuk fermentasi. Namun dengan
kenaikan konsentrasi glukosa terjadi penurunan pembentukan produk asam linoleat dan
asam laktat sehingga fermentasi dinilai kurang efisien jika digunakan konsentrasi glukosa
yang lebih tinggi. Kenaikan konsentrasi glukosa akan meningkatkan viskositas media
fermentasi, sehingga menurunkan kelarutan oksigen. Oksigen dalam sel berfungsi sebagai
acceptor elektron dari NADH (nicotinamide adenine dinucleotide) dalam proses respirasi
atau elektron transport chain yang menghasilkan ATPs dan NAD. ATPs merupakan
senyawa penyimpan energi yang diperlukan untuk proses biosintesis sedangkan NAD
diperlukan untuk siklus Krebs (Shuler dan Kargi, 1992).
Gambar 15. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi glukosa, pembentukan sel, asam laktat dan asam linoleat pada substrat glukosa GL-40
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
33
36
39
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48
Nitr
ogen
(g/l)
Glu
kosa
(g/l)
Ju
mlah
Sel
(Log
cfu/
ml)
Asa
m lin
olea
t (m
g/l)
Asa
m la
kat (
g/l)
Waktu (Jam)Simbol : + : Glukosa, ■ : Jumlah Sel, ▲: Asam Laktat,
X : Asam Linoleat, ● : Nitrogen
56
4.3.2. Laju pertumbuhan Spesifik maksimum (µ) Skala Laboratorium
Penentuan nilai nominal laju pertumbuhan spesifik (μ) dapat dihitung dengan cara
membuat kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 -Xavg). Dalam hal
ini Xavg adalah nilai dari jumlah biomassa pada waktu t dibagi dengan berat biomassa
maksimum. Dari data hasil penelitian pertumbuhan sel Lactobacillus plantarum JR64 pada
konsentrasi glukosa 20 g/l mempunyai Xmax = 2,32 g/l dan untuk konsentrasi glukosa 30
g/l diperoleh Xmax : 2,78 g/l, sedangkan untuk konsentrasi glukosa 40 g/l mempunyai
Xmax : 2,37 g/l.
Pada Gambar 16 ditunjukkan kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln
Xavg / (1 -Xavg) pada substrat glukosa 20 g/l yang diperoleh persamaan regresi Y = 0,301
x – 2,56 sehingga dari persamaan tersebut dapat dihitung nilai laju pertumbuhan spesifik
maksimum (μ max) sebesar : 0,301 Jam-1 yang merupakan slope dari persamaan garis lurus.
Dengan cara yang sama maka nilai laju pertumbuhan spesifik pada substrat glukosa
30 g/l dan 40 g/l dapat dibuat persamaan garis regresinya. Hasil penyusunan garis regresi
diperoleh persamaan Y = 0,296 x – 2,41 untuk substrat glukosa 30 g/l seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 17 dengan nilai laju pertumbuhan spesifik maksimum (µ max)
Gambar 16. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 -Xavg) pada media glukosa 20 (GL-20)
Y = 0,301x - 2,560R² = 0,947
-4,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
Ln (X
t/Xm
ax)/
(1-X
t/Xm
ax)
Waktu (jam)
57
0,296 Jam-1. Sedangkan pada Gambar 18 merupakan garis regresi untuk substrat glukosa 40
g/l dengan nilai laju pertumbuhan spesifik maksimum (µ max) 0,310 Jam-1.
Gambar 17. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 -Xavg) pada media glukosa 30 (GL-30)
Y = 0,296x - 2,410R² = 0,938
-4,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
Ln (X
t/Xma
x)/(1-
Xt/X
max)
Waktu (jam)
Y = 0,310x - 2,428R² = 0,887
-4,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
Ln (X
t/Xm
ax)/
(1-X
t/Xm
ax)
Waktu (jam)
Gambar 18. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 -Xavg) pada media glukosa 40 (GL-40)
58
4.3.3. Efisensi Fermentasi (Yp/s dan Yx/s) Skala Laboratorium
Pertumbuhan sel dan pembentukan produk oleh mikroorganisme merupakan proses
biokonversi dengan unsur makro dan mikro sebagai sumber nutrien yang digunakan selama
kultivasi sehingga akan terjadi biokonversi menjadi biomassa dan metabolit. Setiap tahap
biokonversi tersebut dapat dikuantitatifkan dengan suatu koefisien hasil (yield) yang
dinyatakan sebagai biomassa yang terbentuk per unit substrat dan produk yang terbentuk
per unit substrat yang dinotasikan sebagai Yx/s dan Yp/s. Cara yang biasa digunakan dalam
menghitung hasil adalah dengan mengukur biomassa atau produk yang dihasilkan dan
substrat yang dikonsumsi selama periode waktu tertentu.
Penentuan nilai Yp/s dapat dihitung dengan metoda linierisasi persamaan dengan
cara membuat garis regresi antara jumlah penggunaan substrat (So-S) dengan jumlah
produk yang dihasilkan (P-Po) pada tiap satuan waktu. Menurut Wang et al., (1979) nilai
rendemen konsumsi substrat untuk pembentukan produk dihitung dengan rumus empiris
(Pt–Po)=Yp/s (So–St). Kemiringan garis regresi dari persamaan garis (P–Po)=Yp/s (So–S)
merupakan nilai Yp/s.
Pada Gambar 19 ditunjukkan kurva hubungan penggunaan substrat (So-St) dan
pembentukan produk (Pt-Po) dengan persamaan regresi Y = 0,688 x + 0,207. Nilai
kemiringan garis regresi (slope) dari persamaan tersebut sebesar 0,688 g produk/ g substrat
sebagai nilai perbandingan antara produk yang dihasilkan dari tiap satuan substrat atau
dikenal harga product yield Yp/s : 0,688 g produk/ g substrat. Hal ini berarti bahwa setiap
gram glukosa akan terkonversi menjadi 0,688 g asam linoleat (omega-6). Jadi efisiensi
pembentukan produk pada substrat glukosa sebesar 68,8 %.
Hasil penelitian Berry et al., (1999) menggunakan isolat Lactobacillus rhamnosus
dengan konsentrasi glukosa 80 g/l diperoleh data pembentukan asam lakat (+) sebesar Yp/s
: 0,84 hingga fermentasi jam ke 14. Pada fermentasi dengan substrat glukosa 20 g/l
diperoleh yield fermentasi 68,8 % yang dihitung terhadap produksi asam linoleat dan
diperkirakan hasil Yp/s yang diperoleh tidak jauh berbeda jika Yp/s dihitung terhadap
jumlah asam laktat yang terbentuk.
59
Dengan cara yang sama maka diperoleh persamaan garis untuk konsentrasi awal
glukosa 30 g/l dengan persamaan Y = 0,51 x + 1,567 dan substrat glukosa 40 g/l dengan
persamaan regresi Y = 0,345 x + 1,977. Dari masing-masing persamaan tersebut maka
diperoleh konversi substrat menjadi asam linoleat sebesar 51 % dan 34, 5 %. Kedua nilai
tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan konversi substrat pada media glukosa 20 g/l.
Berdasarkan hasil perhitungan ternyata nilai Yp/s secara keseluruhan bahwa
meningkatnya kadar gula yang tinggi tidak selalu memberikan nilai Yp/s yang tinggi
pula. Hal ini disebabkan penggunaan substrat dengan konsentrasi yang tinggi dapat
menyulitkan mikroorganisme untuk mengkonsumsi secara baik sehingga pertumbuhan
dapat terhambat. Faktor lain adalah karena mikroorganisme mengalami perubahan
permeabilitas sel terhadap substrat dan produk yang mengakibatkan hanya pada konsentrasi
tertentu yang dapat dimanfaatkan dengan baik selama fermentasi.
Gambar 19. Kurva hubungan antara jumlah penggunaan substrat (So-S) dan jumlah asam linoleat yang terbentuk (Pt-Po) pada media GL-20 tiap satuan waktu.
y = 0,688x + 0,207R² = 0,955
0
2
4
6
8
10
12
14
0 5 10 15 20
Pt -
Po
So - S
60
Rendemen penggunaan substrat untuk penggandaan biomassa Yx/s merupakan rasio
antara perbedaan jumlah biomassa pada saat t dengan jumlah biomassa pada saat t=0
dengan selisih antara jumlah substrat pada awal fermentasi dengan sisa substrat pada waktu
t. Nilai Yx/s dapat ditentukan dengan cara menghubungkan antara selisih penggunaan
substrat (So-S) dan jumlah biomassa yang terbentuk (X-Xo). Kemiringan garis regresi
(slope) persamaan garis (X–Xo) = Yx/s (So–S) merupakan nilai Yx/s. Pada Gambar 20
ditunjukkan kurva hubungan antara jumlah penggunaan substrat (So-S) dan jumlah sel yang
terbentuk (Xt-Xo) pada substrat GL-20 tiap satuan waktu yaitu Y = 0,142 x – 0,088.
Dengan cara yang sama maka diperoleh persamaan regresi pada konsentrasi glukosa
30 g/ l dan 40 g/l yaitu masing-masing Y = 0,123 x – 0,163 dan Y = 0,07 x + 0,019. Data
kemiringan regresi dari ketiga persamaan tersebut diperoleh nilai masing-masing 14,2 %
untuk substrat 20 g/l dan 12,3% untuk substrat 30 g/l serta substrat 40 g/l sebesar 7 %. Jika
dibandingkan dari masing-masing nilai maka produktivitas sel paling tinggi terjadi pada
fermentasi dengan menggunakan glukosa 20 g/l.
Gambar 20. Kurva hubungan antara jumlah penggunaan substrat (So-S) dan jumlah sel yang terbentuk (Xt-Xo) pada media GL-20 tiap satuan waktu.
y = 0,142x - 0,088R² = 0,896
-1
0
1
2
3
4
5
0 5 10 15 20
Xt -
Xo
So - S
61
4.4. Pengembangan proses produksi probiotik skala pilot plant Alternatif 1. Jalur proses diagram alir dan integrasi proses dengan bahan baku glukosa
Input Tahapan Kondisi Output
Pasteurisasi 80 0C, 5 Menit
Inkubasi 37 0C, 18 -24 Jam
Mendapatkan Jumlah Sel Yang
Banyak
Glukosa : 20%
Media Unsur Mikro
Inkubasi 37 0C, 24 Jam
Starter
(Vegetatif 2,5 l)
50 ml Susu Segar + 1,5 g Laktosa monohidrat
Bioreaktor 75 liter
(Volume Kerja 50 liter Probiotik)
Sterilisasi 121 0C, 15 Menit
Inkubasi 37 0C, 48 Jam
Formulasi 50 g Butter + 20 g Gula Halus + 15 g Probiotik.
Packing
Produk
Inokulasi 5 v/v dari Volume Kerja
Produktivitas Sel dan Omega-6
Tinggi
Produk Probiotik & Omega-6
Inokulasi 3 v/v dari Volume Kerja
MRS Agar
• 2,61 g MRSA + 50 g Air.
• Media 6 ml/ Slant
Sterilisasi 121 0C, 15 Menit
Inkubasi / Kulkas 37 0C, 48 Jam
Koloni Terbaik & Tunggal
MRS Broth
(Pre Vegetatif lt)
Sterilisasi 121 0C, 15 Menit
• 2,61 g MRS Broth + 50 g Air.
• Media 6 ml/ Slant
Mendapatkan Isolat Segar
Mendapatkan Isolat Koloni
Terbaik & Tunggal
Gambar 21. Alternatif perancangan teknologi proses produksi dengan bahan baku glukosa
62
Alternatif 2. Jalur proses perancangan teknologi proses produksi dengan bahan baku
ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu
Input Tahapan Kondisi Output
Pasteurisasi 80 0C, 5 Menit
Inkubasi 37 0C, 18 -24 Jam
Mendapatkan Jumlah Sel Yang
Banyak
• Yield Susu Jagung : 35%
• Yield Ekstrak Mengkudu : 55 %
640 ml Susu Jagung + 160 ml Ekstrak Mengkudu + 200 ml Susu Segar
Inkubasi 37 0C, 24 Jam
Starter
(Vegetatif 2,5 l)
50 ml Susu Segar + 1,5 g Laktosa monohidrat
Bioreaktor 75 liter
(Volume Kerja 50 liter Probiotik)
Sterilisasi 121 0C, 15 Menit
Inkubasi 37 0C, 48 Jam
Formulasi 50 g Butter + 20 g Gula Halus + 15 g Probiotik.
Packing
Produk
Inokulasi 5 v/v dari Volume Kerja
Produktivitas Sel dan Omega-6
Tinggi
Produk Probiotik & Omega-6
Inokulasi 3 v/v dari Volume Kerja
MRS Agar
• 2,61 g MRSA + 50 g Air.
• Media 6 ml/ Slant
Sterilisasi 121 0C, 15 Menit
Inkubasi / Kulkas 37 0C, 48 Jam
Koloni Terbaik & Tunggal
MRS Broth
(Pre Vegetatif lt)
Sterilisasi 121 0C, 15 Menit
• 2,61 g MRS Broth + 50 g Air.
• Media 6 ml/ Slant
Mendapatkan Isolat Segar
Mendapatkan Isolat Koloni
Terbaik & Tunggal
Gambar 22. Alternatif perancangan teknologi proses produksi dengan bahan baku ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu
63
Pemilihan jalur proses ini bertujuan untuk merancang proses produksi probiotik dari
isolat lokal Lactobacillus plantarum JR64 dengan menggunakan bahan baku fermentasi dari
glukosa atau bahan baku alternatif dari campuran pati atau ekstrak jagung dengan ekstrak
mengkudu. Hasil terbaik dari kreasi percobaan skala laboratorium dengan membandingkan
nilai Yp/s dan Yx/s, maka diperoleh hasil terbaik pada fermentasi substrat glukosa 20 g/l.
Data terbaik skala laboratorium selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk pengujian
skala pilot plant. Hasil pengujian skala pilot plant dengan substrat glukosa dan campuran
ekstrak jagung dan ekstrak mengkudu kemudian dipilih sebagai dasar perancangan dan
perhitungan finansial untuk mengevaluasi kelayakan secara ekonomi ditinjau dari aspek
biaya bahan baku, biaya peralatan, biaya pabrik secara umum serta biaya variable lainnya.
4.4.1. Pengujian Sistem Fermentasi Bacth Pada Skala Pilot Plant.
Profil teknologi proses produksi probiotik dengan menggunakan media glukosa
Hasil pengujian tahapan proses alternatif 1 seperti Gambar 21 pada skala pilot plant
dengan menggunakan substrat glukosa 20 g/l diperoleh profil fermentasi seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 23. Pada Gambar 23 ditunjukkan bahwa fase eksponensial
berlangsung selama 21 jam. Meningkatnya produksi metabolit primer diikuti oleh
penurunan glukosa yang signifikan. Setelah fermentasi berjalan selama 20 jam sisa glukosa
tinggal 4 g/l atau terjadi penurunan kurang lebih 16 g/l. Hal ini tidak memungkinkan untuk
terjadinya proses metabolisme sehingga jumlah sel dan pembentukan produk berjalan secara
stationer.
Glukosa dalam kondisi aerob akan terkatabolisme mengikuti EMP (Embden-
Meyerhof-Parnas) pathway, menjadi pyruvate dan energi dalam bentuk ATP. Pyruvate
dalam kondisi aerob akan terkonversi menjadi CO2 dan NADH melalui siklus Krebs/
trycarboxylic acid (TCA). Pyruvate dalam kondisi anaerob dapat terkonversi menjadi asam
laktat, etanol, aseton, butanol atau asam asetat. Jumlah oksigen yang terbatas akan
menghambat pembentukan ATPs sehingga akan menurunkan proses biosintesis. Penurunan
konsentrasi oksigen dalam sel memacu pembentukan asam laktat, sehingga glukosa yang
terbentuk tidak digunakan untuk pembentukan biomassa tetapi untuk pembentukan asam
laktat. Pada konsentrasi substrat karbon , viskositas media fermentasi sangat tinggi sehingga
membatasi ketersediaan oksigen dalam media fermentasi dan dapat menghambat proses
metabolisme secara menyeluruh.
64
Teknologi proses produksi probiotik dengan menggunakan media komplek
Hasil pengujian tahapan proses alternatif 2 seperti Gambar 22 pada skala pilot plant
dengan menggunakan media dari ekstrak jagung diperoleh profil fermentasi seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 24. Penggunaan media dari ekstrak jagung diharapkan dapat
menggantikan substrat glukosa dan menghasilkan konsentrasi produk omega-6 yang lebih
tinggi. Kandungan omega-6 pada kaldu fermentasi diharapkan mampu meningkatkan
efektivitas sebagai penurun kolesterol. Omega 6 merupakan salah satu makanan yang telah
terbukti dapat menurunkan kadar kolestrol dalam darah. Pada Gambar 24 ditunjukkan kurva
hubungan waktu fermentasi dengan konsumsi substrat sumber karbon dan nitrogen,
pembentukan sel dan pembentukan produk. Produktivitas Lactobacillus plantarum JR64
dalam menghasilkan omega-6 selama fermentasi relatif rendah dan cenderung konstan.
Hasil tertinggi omega-6 terjadi pada jam ke-18 dengan konsentrasi 1,03 g/l. Kandungan
asam lemak di dalam ekstrak jagung sebesar 4 % ternyata tidak dapat berfungsi sebagai
substrat induser yang dapat meningkatkan pembentukan omega-6.
Gambar 23. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi glukosa, jumlah sel, asam laktat dan asam linoleat pada media glukosa 20 g/l pada skala 75 L.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
3
6
9
12
15
18
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48
Nitro
gen (
g/L)
Gluk
osa
(g/l)
Asam
Lak
at (g
/l)
Bera
t Sel
(g/l)
,As
am L
inol
eat (
mg/l
)
Waktu (Jam)
Simbol : + : Glukosa, ■ : Jumlah Sel, ▲: Asam Laktat, X : Asam Linoleat, ● : Nitrogen
65
Kadar nitrogen pada media ekstrak jagung ternyata mengalami perubahan secara
fluktuatif. Perubahan peningkatan terjadi dari jam ke-0 sampai jam ke-9 tetapi setelah itu
mengalami penurunan sampai jam ke-15 dan meningkat kembali hingga jam ke-33. Hal ini
disebabkan pada awal pertumbuhan, bakteri masih memanfaatkan kandungan nutrisi lain
yang ada pada media ekstrak jagung, kemudian setelah kandungan nutrisi itu habis, bakteri
mulai menggunakan protein untuk pembentukan komponen-komponen selnya sehingga
kadar berkurang dan sejalan dengan peningkatan jumlah sel, kadar protein kembali
mengalami peningkatan. Buckle et al., (1987) bahwa berdasarkan berat keringnya mikroba
mengandung protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 49-80% dan menurut Botazzi (1983)
bahwa mikroba menyumbangkan 7% dari total protein dalam fermentasi susu.
Gambar 24. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan konsumsi ekstrak jagung, jumlah sel, asam laktat dan asam linoleat pada media komplek skala 75 L.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
3
6
9
12
15
18
21
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48
Nitr
ogen
(g/L
)
Eks
trak
Jag
ung
(g/l)
Jum
lah
Sel (
Log
cfu
/ml)
Asa
m la
ktat
(g/l)
Asa
m li
nole
at (g
/l)
Waktu (Jam)
Simbol : + : Glukosa, ■ : Jumlah Sel, ▲: Asam Laktat, X : Asam Linoleat, ● : Nitrogen
66
4.4.2. Laju Pertumbuhan Spesifik Maksimum (µ max) Percobaan Skala Pilot Plant
Pertumbuhan sel selalu berhubungan dengan konsumsi substrat. Pertumbuhan sel
sangat erat kaitannya dengan waktu yang diperlukan untuk perbanyakan sel dalam jumlah
maupun masanya. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroorganisme dan aktifitas-
ahifitas fisiologis lainnya merupakan kemampuan sel dalam memberikan respon terhadap
lingkungannya. Untuk menentukan bobot sel dapat dihitung dengan menggunakan kurva
hubungan berat sel kering dengan jumlah sel (log cfu/ml) pada fermentasi skala
laboratorium seperti pada Lampiran 15.
Pada Gambar 25 ditunjukkan hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1
-Xavg) pada media glukosa-20 skala pilot plant dengan nilai persamaan regresi sebesar
0,148 Jam-1 yang merupakan nilai dari laju pertumbuhan spesifik maksimum (µ max).
Sedangkan pada Gambar 26 ditunjukkan persamaan regresi Y = 0,143 x – 2,62 yang
diperoleh dari kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 -Xavg) pada
media komplek campuran ekstrak jagung dengan ekstrak mengkudu.
Y = 0,148x - 1,588
R² = 0,688
-4,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
Ln (X
t/Xm
ax)/
(1-X
t/Xm
ax)
Waktu (jam)
Gambar 25. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 -Xavg) pada media glukosa-20 skala pilot plant
67
4.4.3. Efisensi Fermentasi (Yp/s dan Yx/s) Skala Pilot Plant
Penentuan nilai Yp/s dapat dihitung dengan metoda linierisasi persamaan dengan
cara membuat garis regresi antara jumlah penggunaan substrat (So-S) dengan jumlah
produk yang dihasilkan (P-Po) pada tiap satuan waktu. Kemiringan garis regresi dari
persamaan garis (P–Po)=Yp/s (So–S) merupakan nilai Yp/s. Demikian juga untuk
menghitung Yx/s dapat dilakukan dengan cara membuat persamaan regresi hubungan antara
selisih penggunaan substrat (So-S) dan jumlah biomassa yang terbentuk (X-Xo).
Kemiringan garis regresi (slope) persamaan garis (X–Xo) = Yx/s (So–S) merupakan nilai
Yx/s.
Hasil perhitungan efisiensi fermentasi skala pilot plant seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 8. Fermentasi dengan menggunakan konsentrasi glukosa awal 20 g/l diperoleh
Yp/s : 51,6%, sedangkan pada fermentasi dengan medium komplek diperoleh Yp/s : 22,2 %.
Pada fermentasi dengan medium standar diperoleh Yx/s : 40,1 % dan dengan menggunakan
medium komplek diperoleh Yx/s : 62,1%.
Y = 0,143x - 2,620R² = 0,984
-4,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
Ln (X
t/Xm
ax)/
(1-X
t/Xm
ax)
Waktu (jam)
Gambar 26. Kurva hubungan antara waktu fermentasi dengan Ln Xavg / (1 -Xavg) pada media komplek skala pilot plant
68
Tabel 8. Data efisiensi fermentasi media glukosa dan media komplek skala pilot plant
Pada Tabel 8 ditunjukkan bahwa medium kombinasi ekstrak jagung dan ekstrak
mengkudu setiap gram substrat akan menghasilkan 0,621 gram sel Lactobacillus palntarum
JR64, sedangkan efisiensi pembentukan produk relatif rendah dimana setiap gram substrat
akan menghasilkan 0,22 gram asam linoleat (omega-6).
Hasil penelitian Berry et al., (1999) yang menggunakan Lactobcaillus rhamnosus
untuk menghasilkan asam laktat diperoleh Y p/s : 0,84 pada medium glukosa, sedangkan
pada fermentasi dengan medium komplek diperoleh Yp/s : 0,8. Hal ini berarti bahwa nilai
produktivitas pada medium komplek lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan
medium standar. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan percobaan yang
menggunakan isolat Lactobacillus plantarum JR64 untuk menghasilkan omega-6.
Produktivitas Lactobacillus plantarum JR64 dalam memproduksi asam laktat tertinggi pada
jam ke 24 dengan konsentrasi 14,1 g/l.
Penggunaan media fermentasi diharapkan selama fermentasi tidak terbentuk produk
yang tidak diinginkan. Disamping itu harga bahan baku bisa lebih murah dan memiliki
kualitas yang berkesinambungan serta tersedia sepanjang tahun. Pertimbangan penggunaan
bahan baku jagung juga mudah dalam penanganan selama proses, terutama untuk
pengadukan, aerasi, purifikasi dan penanganan limbah.
No Parameter Satuan Substrat Glukosa 20 g/l Komplek 1 µ max Jam-1 0,149 0,148 2 Xm g/l 0,059 8,88 3 Xo g/l 0,601 0,602 4 Yp/s Efisiensi penggunaan substrat
terhadap pembentukan produk (%)51,6 22,2
5 Yx/s Efisiensi penggunaan substrat terhadap pertumbuhan sel (%)
40,1 62,1
69
4.5. Desain dan Formulasi Produk Krem Probiotik
Desain produk yang menjadi target dari formulasi ini dibuat dalam bentuk krem
untuk mendapatkan viabilitas sel yang cukup panjang dan dapat diaplikasikan pada berbagai
bentuk makanan. Pada Gambar 27 ditunjukkan hasil formulasi dalam bentuk krem.
Gambar 27. Hasil formulasi krem probiotik
Pengujian viabilitas sel dilakukan selama 28 hari pada penyimpanan suhu refrigeran.
Jumlah bakteri rata-rata dari kelima formulasi hingga hari ke 14 mengalami peningkatan,
namun mulai terjadi penurunan pada hari ke 21 dan cenderung terus menurun pada hari ke
28. Menurut Tamime et al., (1992), daya simpan produk pada suhu refrigeran lebih panjang
dari pada daya simpan produk dalam suhu kamar, sebagai akibat rendahnya aktivitas BAL
dalam penyimpanan suhu rendah. Pada Gambar 28 ditunjukkan bahwa jumlah sel
Lactobacillus plantarum JR64 dari kelima formulasi, ternyata untuk formula ke 5 memiliki
viabilitas sel yang cukup baik dibandingkan keempat formula lainnya. Formula ke lima (E)
yang berisi 50 gram butter dan 20 gram icing sugar serta 15 gram probiotik memiliki
kesesuaian sebagai media probiotik untuk tetap bertahan hidup.
70
Jumlah Lactobacillus plantarum JR64 rata-rata awal formulasi berkisar 107 Cfu/ml
dan setelah disimpan selama 28 hari jumlah Lactobacillus plantarum JR64 yang masih
memenuhi persyaratan probiotik yaitu formula ke 3, 4 dan 5. Namun yang memiliki jumlah
sel tertinggi yaitu formula ke-5 sebanyak log 8,95 Cfu/ml atau setara 8,92 x 108 Cfu/ml.
Hasil formulasi ini juga menunjukkan bahwa desain produk dalam bentuk krem juga
lebih baik dan tahan lama dibandingkan dengan formulasi bentuk cair. Bahkan aplikasinya
memiliki spektrum yang cukup luas. Helferich dan Westhoof, (1980) telah melakukan
penelitian tentang lama penyimpanan terhadap toleransi pH rendah dan akan semakin
bertahan dalam penyimpanan kondisi dingin. Pada penyimpanan suhu kamar probiotik tetap
memperlihatkan aktivitasnya sehingga terus membutuhkan sumber karbon dan sumber
energi untuk berkembang, namun sebaliknya aktivitas itu menurun jika disimpan pada suhu
10-15 ºC. Pada Gambar 29 ditunjukkan perubahan pH selama penyimpanan terlihat cukup
stabil untuk semua formulasi, tidak ada perbedaan yang signifikan antara hari ke-0 dengan
setelah disimpan selama 28 hari.
Gambar 28. Jumlah L. plantarum JR64 formula krem selama penyimpanan.
0
2
4
6
8
10
12
Kontrol A B C D E
8,48
8,00
10,28 10,30 10,42 10,39
6,67 7,23 7,76
8,76 8,77 8,95 Ju
mlah
Sel L
og (C
fu / m
l)
Formulasi Hari Ke 21 & 28
Simbol : : Hari ke 0, : Hari ke 35
71
Pada Tabel 9 ditunjukkan memiliki kandungan asam laktat selama penyimpanan
selama 28 hari sebesar 0,897 %. Kandungan asam laktat tersebut memenuhi persyaratan
sebagai probiotik yaitu minimal kandungan asam laktat 0,85 %.
Tabel 9. Hasil analisa asam laktat, asam linoleat, gula reduksi dan protein.
Waktu Asam Laktat Asam Linoleat Gula Reduksi Protein
(hari) (%) (mg/L) (g/L) (%) 0 0,719 18,54 8,61 1,061 7 0,753 19,75 7,31 1,193 14 0,797 20,97 5,38 1,111 21 0,842 22,19 4,53 1,092 28 0,897 20,22 3,67 1,104
Terjadi penurunan kadar gula reduksi namun tidak terlalu besar, sesuai dengan
jumlah pertumbuhan bakteri yang melambat karena proses penyimpanan pada suhu
refrigerator sehingga jumlah gula reduksi yang digunakan bakteri untuk proses
pertumbuhannya sedikit. Kadar gula reduksi awal dari formulasi hampir sama dengan kadar
gula reduksi pada jam ke-33. Gula reduksi lalu digunakan oleh bakteri untuk
pertumbuhannya sehingga setelah 28 hari kadar gula reduksi sangat kecil.
0
2
4
6
Kontrol A B C D E
4,28 4,55 4,39 4,34 4,30 4,25 4,25
4,464,32 4,27 4,25 4,26
pH Fo
rmula
Kre
m
Formulasi Hari Ke 0 & 28
Simbol : : Hari ke 0, : Hari ke 35
Gambar 29. Perubahan pH formula krem hari ke 0 dan 28 hari.
72
Kadar protein pada formulasi ke-5 mengalami perubahan secara fluktuatif karena
perubahan suhu penyimpanan mempengaruhi fase pertumbuhan sehingga mempengaruhi
kemampuan bakteri untuk memecah protein menjadi komponen-komponen yang lebih
sederhana, sedangkan kadar asam linoleat mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena
kemungkinan butter juga mempunyai kandungan asam linoleat sehingga mempengaruhi
jumlah kadar asam linoleat pada sediaan krem.
Produk formulasi dalam bentuk krem dapat diaplikasikan untuk penurunan
kolesterol karena selain dari kemampuan Lactobacillus plantarum JR64 yang diduga untuk
menurunkan kolesterol, jumlah kadar asam linoleat dari produk krem relatif lebih besar.
4.6. Karakterisasi Produk Dengan Uji In Vivo
4.6.1. Aktivitas Asimilasi Kolesterol
Hasil pengujian asimilasi kolesterol Lactobacillus plantarum JR64 memiliki
kemampuan mengasimilasi kolesterol 34,6 μg/ml. Besarnya aktivitas asimilasi kolesterol
dihitung berdasarkan selisih antara kolesterol yang terdeteksi pada kontrol dengan jumlah
kolesterol yang terdeteksi pada media uji dengan kaldu Lactobacillus plantarum JR64.
Pada asimilasi kolesterol oleh Lactobacillus plantarum JR64, diduga bahwa
koleterol yang diambil oleh sel bakteri bergabung dengan membran seluler bakteri tersebut,
sebab sel bakteri yang ditumbuhkan dengan adanya misel kolesterol lebih tahan terhadap
lisis karena sonikasi.
4.6.2. Uji In- Vivo Media Tikus 4.6.2.1. Perkembangan Hewan Coba dan Konsumsi Pakan
Penelitian ini menggunakan tikus putih galur Wistar jantan dengan bobot badan
berkisar 200 gr sampai dengan 250 gr. Sebelum perlakukan tikus putih dipelihara dengan
pemberian pakan standar dan minum secara ad libitum selama 7 hari dengan maksud untuk
beradaptasi dengan lingkungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30.
73
Pada Gambar 31. ditunjukkan bahwa perkembangan bobot badan tikus selama
perlakuan ternyata terjadi penurunan. Berdasarkan data perhitungan rata-rata penurunan
bobot badan tikus paling tinggi terjadi pada kelompok D yaitu 0,53 gr / hari atau sebesar
52,96 % diikuti kelompok C yang mencapai 0,462 gr / hari setara 46,16 %, sedangkan untuk
kontrol positif dan negatif masing-masing mengalami penurunan bobot badan sebesar 0,4 gr
/ hari atau 39,96 % dan 0,215 gr/ hari (21,48%). Data bobot badan tikus secara lengkap
dapat di lihat pada Lampiran 17.
Menurut Murray et al., (2003) pemberian propil tiourasil dapat mempengaruhi
korteks adrenal yang dapat mengubah kolesterol menjadi kortisol yang memicu terjadinya
penurunan bobot badan. Bobot badan hewan yang normal akan mengalami peningkatan
sejalan dengan pertambahan umur, sedangkan diet dengan kadar lemak dan kolesterol tinggi
menyebabkan peningkatan bobot badan lebih cepat dibandingkan diet dengan kadar lemak
rendah. Namun, dalam penelitian ini ditemukan bahwa bobot badan tikus cenderung
menurun yang disebabkan oleh faktor stres yang dipengaruhi oleh hormon kortisol dan
adrenalin. Hormon kortisol dapat meningkatkan suplai glukosa untuk pembakaran dan
pembentukan energi, sedangkan hormon adrenalin dapat menyebabkan terjadinya
pembakaran lemak.
Gambar 30. Berat pakan dan tempat pakan tikus serta cara minum ad libitum
Berat Pakan : 20 g/hari 1 Ekor tikus/ Kandang Minum Ad libitum
74
Penurunan bobot badan tikus juga dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi.
Pada Gambar 32 ditunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif mengkonsumsi pakan rata-
rata 91,08 % dari total pakan yang diberikan 20 gr/hari, sedangkan kelompok kontrol positif
lebih rendah dalam mengkonsumsi pakan yang hanya 52,76 %. Pada kelompok C dan D
selama perlakukan 35 hari masing-masing mengkonsumsi pakan jauh lebih rendah hanya
49,48 % dan 61,70 % dari total pakan yang di berikan sebanyak 700 gr. Kelompok B, C, D,
E dan F memperoleh pakan dengan kandungan lemak berkalori tinggi yang dapat
menyebabkan interval waktu makan menjadi lebih lama sehingga jumlah pakan yang
dikonsumsi menjadi lebih sedikit. Rendahnya jumlah pakan yang dikonsumsi kelompok B
dan C ternyata dapat menimbulkan penurunan bobot badan tikus paling besar. Data
konsumsi pakan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 18.
Gambar 31. Perubahan bobot badan tikus selama perlakuan.
0
50
100
150
200
250
300
A B C D E F
Bera
t Bad
an , g
r
Kelompok Perlakuan, Hari Ke 0 & 35
Simbol : : Hari ke 0, : Hari ke 35
75
4.6.2.2. Pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar kolesterol total Kadar kolesterol total selama perlakuan ditunjukkan pada Gambar 33. Hasil uji
ANOVA menunjukkan perubahan kadar kolesterol total dipengaruhi oleh perlakuan pakan
yang digunakan (F hitung =16,20 > F tabel 0,01=3,51). Hasil uji lanjut menggunakan BNT
0,05 = 13,702 menunjukkan bahwa kadar kolesterol total dari tiap-tiap kelompok pada akhir
adaptasi (hari ke- 0) yaitu kelompok A 0,695 mg/ml dan kelompok B 0,768 mg/ml,
sedangkan kelompok C : 0,809 mg/ml dan kelompok D : 0,835 mg/ml. Adapun kondisi
awal kadar kolesterol total pada kelompok E sebesar 0,839 mg/ml dan kelompok F 0,746
mg/ml. Perubahan kadar kolesterol total pada hari ke 35 untuk kelompok D mengalami
penurunan sebesar 0,101 mg/ml dengan perlakuan penambahan kaldu probiotik, sedangkan
untuk kontrol negatif mengalami peningkatan 7,33 %. Peningkatan kolesterol total paling
tinggi terjadi pada kontrol positif sebesar 27,31 % diikuti kelompok F 23 %. Adapun untuk
kelompok C meningkat 4,27 % dan kelompok E 4,12 %. Data pengaruh kondidat probiotik
terhadap perubahan kadar kolesterol total secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 19.
Gambar 32. Rata-rata jumlah konsumsi pakan selama perlakuan.
0
5
10
15
20
STD A B C D E F
Kons
umsi
Pak
an, g
/har
i
Kelompok Perlakuan
76
4.6.2.3. Pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar Trigliserida Pada Gambar 34 ditunjukkan perubahan trigliserida selama perlakuan. Hasil uji
ANOVA menunjukkan perubahan kadar kolesterol total dipengaruhi oleh perlakuan pakan
yang digunakan (F hitung =18,47 > F tabel 0,01=3,51). Hasil uji lanjut menggunakan BNT
0,05 = 19,234 menunjukkan bahwa kadar trigliserida darah tikus hari ke-0 sebelum
perlakuan semua kelompok berkisar antara 0,499 – 0,862 mg/ml dan mengalami penurunan
rata-rata perhari 0,06 – 0,49 mg/ml. Perlakuan dengan pemberian pakan yang berbeda,
induksi propil tiourasil kemungkinan dapat memperlambat pelepasan asam lemak bebas dari
jaringan adiposa dan menurunkan kadar asam lemak bebas plasma dengan menurunkan laju
lipolisis pada simpanan trigliserida, (Murray et al., 1996). Data pengaruh kondidat probiotik
terhadap perubahan kadar trigliserida secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 20.
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
A B C D E F
0,690,77
0,81 0,830,84
0,750,74
0,97
0,790,73
0,870,92
Koles
terol
Total
, mg/m
l
Kelompok perlakuan, Hari ke 0 & 35
Simbol : : Hari ke 0, : Hari ke 35
Gambar 33. Perubahan kadar kolesterol total darah hari ke 0 dan 35 hari.
77
4.6.2.4. Pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar HDL kolesterol Pada Gambar 35 ditunjukkan perubahan kadar HDL kolesterol selama perlakuan.
Hasil uji ANOVA menunjukkan perubahan kadar HDL kolesterol dipengaruhi oleh
perlakuan pakan yang digunakan (F hitung =8,40 > F tabel 0,01=3,51). Hasil uji lanjut
menggunakan BNT 0,05 = 7,749 menunjukkan bawa kadar HDL Kolesterol hari ke-0
sebelum perlakuan berkisar antara 0,454 - 0,60 mg/ml. Pada kelompok kontrol negatif
terjadi peningkatan HDL sebesar 23,10 % dan kelompok E dengan perlakuan penambahan
suplemen kondidat sel probiotik Lactobacillus plantarum JR64 terjadi peningkatan kadar
HDL sebesar 35,78 %. Untuk perlakuan pemberian kaldu Lactobacillus plantarum
meningkat 9,9 %. Adapun untuk kelompok D yang mendapat perlakuan penambahan
suplemen kaldu Lactobacillus bulgaricus FNCC41 mengalami penurunan 1,36 % dan
kelompok F dengan perlakuan sel Lactobacillus bulgaricus meningkat 30,74 %. Pengaruh
probiotik Lactobacillus plantarum JR64 terhadap peningkatan kadar HDL kolesterol
berbeda secara nyata. Hal ini terjadi karena Lactobacillus plantarum JR 64 mampu
mencegah kolesterol endogen yang disintesis dalam tubuh selama 35 hari yang dibawa oleh
lipoprotein ke dalam darah dan menyerap langsung kolesterol eksogen dalam usus dan
mengekskresikannya melalui feses. High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol merupakan
78
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
0,90
1,00
A B C D E F
0,750,79
0,50
0,70
0,86
0,58
0,42
0,67
0,46
0,63
0,380,42
Trigl
iserid
a, m
g/ml
Kelompok Perlakuan, Hari ke 0 & 35
Simbol : : Hari ke 0, : Hari ke 35
Gambar 34. Perubahan kadar trigliserida darah hari ke 0 dan 35 hari.
carier (lipoprotein) yang berfungsi untuk mentransfer kelebihan kolesterol dan jaringan
periferal menuju ke hati dan sangat bermanfaat dalam menurunkan resiko aterosklerosis.
Data pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar HDL kolesterol secara rinci
dapat dilihat pada Lampiran 21.
4.6.2.5. Pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar LDL kolesterol
Pada Gambar 36 ditunjukkan perubahan kadar LDL kolesterol selama
perlakuan. Hasil uji ANOVA menunjukkan perubahan kadar LDL kolesterol dipengaruhi
oleh perlakuan pakan yang digunakan (F hitung =6,80 > F tabel 0,01=3,51). Hasil uji
lanjut menggunakan BNT 0,05 = 27,783. Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol
dalam darah tikus uji sebelum diberikan perlakukan berkisar antara 0,105 mg/ml – 0,159
mg/ml. Setelah perlakuan selama 35 hari terjadi penurunan LDL kolesterol sebesar 19,5 %
untuk kelompok C dengan penambahan kondidat probiotik kaldu Lactobacillus plantarum
JR64, sedangkan untuk kelompok pembanding dengan pemberian suplemen kaldu
Lactobacillus bulgaricus FNCC41 mampu mengendalikan peningkatan LDL kolesterol
karena hanya meningkat yang bertambah 11,12 %. Penurunan kolesterol selain dipengaruhi
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
A B C D E F
0,45
0,50
0,60
0,50 0,51 0,52
0,56
0,49
0,62
0,49
0,660,65
Kon
sent
rasi
HD
L, m
g/m
l
Kelompok Perlakuan, Hari Ke 0 & 35
Simbol : : Hari ke 0, : Hari ke 35
Gambar 35. Perubahan kadar HDL kolesterol darah hari ke 0 dan 35 hari.
79
oleh kandungan asam linoleat tetapi dipengaruhi juga oleh kemampuan bakteri untuk
mengasimilasi kolesterol dan mendekonjugasi garam empedu (Ngatirah, 2000). Data
pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan kadar LDL kolesterol secara rinci dapat
dilihat pada Lampiran 22.
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi merupakan pemicu utama terjadinya
jantung koroner dan stroke, hal tersebut terutama disebabkan oleh pola hidup yang kurang
sehat. Berbagai cara telah diusulkan untuk dapat menurunkan kolesterol dalam darah secara
nyata. Omega 6 merupakan salah satu makanan yang telah terbukti dapat menurunkan kadar
kolestrol. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penggantian diet asam lemak jenuh dengan
asam lemak tidak jenuh dapat menurunkan kolesterol, tetapi asam lemak tak jenuh tunggal
tidak berpengaruh secara aktif terhadap penurunan kadar kolesterol. Dari percobaan klinis
LDL naik 1,74 mg/dl setiap kenaikan 1% asam lemak jenuh pada diet, sedangkan omega 6
justru menurunkan sebesar 0,74 mg/dl setiap 1% energi yang diwakilinya. Makanan yang mengandung lipid mengalami proses sedemikian rupa sebelum
diserap oleh usus, Proses itu adalah ester kolesterol dalam makanan dihidrolisis menjadi
kolesterol yang bercampur dengan kolesterol yang teresterifikasi dan kolesterol empedu
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
A B C D E F
0,13
0,11
0,130,11
0,16 0,150,14
0,34
0,100,12
0,16
0,23
Kon
sent
rasi
LD
L, m
g/m
l
Kelompok Perlakuan, Hari Ke 0 & 35
Simbol : : Hari ke 0, : Hari
Gambar 36. Perubahan kadar LDL Kolesterol darah hari ke 0 dan 35 hari.
80
sebelum diabsorpsi, kemudian senyawa ini akan disatukan ke dalam kilomikron,
Kilomikron akan bereaksi dengan lipoprotein lipase membentuk sisa kilomikron, kemudian
sisa kilomikron bereaksi dengan reseptor LDL kolesterol dan dihidrolisis menjadi
kolesterol, Very Low Density Lipoprotein yang terbentuk di hati akan mengangkut
kolesterol ke dalam plasma dan dikonversi menjadi LDL kolesterol yang selanjutnya akan
diambil oleh reseptor LDL di hati dan jaringan ekstrahepatik, kurang lebih 75-80 % dari
LDL kolesterol akan dikonversi menjadi HDL kolesterol oleh enzim Lesitin Kolesteril Asil
Transferase untuk diangkut ke hati dan disirkulasikan kembali, (Murray et al., 2003),
Peningkatan kolesterol dengan propil tiourasil pada tikus adalah salah satu cara
mempercepat peningkatan kolesterol secara endogen dengan cara menekan
pembentukkan reseptor LDL di hati dan dapat meningkatkan aktivitas enzim 3-hidroksi-3-
metilglutaril koenzim A (HMG Ko A), Selain itu peningkatan kolesterol dapat juga terjadi
karena absorpsi lemak pada makanan (eksogen) dan terjadinya lipolisis dalam tubuh
(endogen), (Murray et al., 2003),
4.6.2.6. Hasil analisa proksimat penentuan kadar lemak Kadar lemak yang diabsorpsi dan diekskresikan ke dalam feses disajikan pada
Gambar di bawah ini.
Gambar 37. Kadar lemak pada pakan kontrol negatif (feed -) dan kontrol positif (feed +) serta kadar lemak feses hari ke 35.
81
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
9,0
10,0
Feed (-) Feed (+) A B C D E F
5,00
10,00
1,52
3,14
6,98
3,64
4,53
3,04Kada
r Lem
ak Fe
ses (%
)
Kelompok Perlakuan
Dari Gambar 37 ditunjukkan kelompok C kondidat probiotik Lactobacillus
plantarum JR64 memiliki kadar lemak lebih tinggi dibanding kelompok B (kontrol positif)
hal ini menunjukan bahwa kelompok C yang diberi probiotik Lactobacillus plantarum JR64
mampu mencegah absorpsi lemak ke dalam tubuh atau mengekskresikannya melalui feses
lebih banyak, sedangkan kelompok D memiliki kadar lemak total yang lebih tinggi dari
pada kelompok B. Gilliland and Speck, 1977 menyatakan bahwa pada kondisi anaerob,
bakteri probiotik mampu melakukan dekonjugasi asam taurokolat dan asam glikolat,
sedangkan menurut chikai et al., (1987), melakukan percobaan dengan menggunakan
kelinci ditemukan adanya peningkatan kandungan asam empedu pada feses ketika diberi
pakan yang mengandung probiotik. Hal ini diperkirakan bahwa probiotik mampu
mendekonjugasi asam empedu di dalam usus besar lebih mudah dikeluarkan dibandingkan
dengan dalam bentuk konjugat, Fletcher (1995) seperti di sitasi oleh Scheinbach (1998)
melaporkan adanya penurunan yang tajam pada kadar serum kolesterol pada babi setelah
diberi pakan probiotik yang menghasilkan enzim hidrilase (bile salts hydrolase) tinggi.
Probiotik di duga juga mampu melakukan asimilasi kolesterol secara langsung,
Gilliland and Speck (1977) menunjukan kemampuan asimilasi kolesterol secara in vitro
oleh Lactobacillus acidophillus yang diisolasi dari babi, sedangkan Gilliland and Walker
(1990) seperti disitasi oleh Scheinbach (1998) menunjukan kemampuan asimilasi kolesterol
yang lebih rendah dari Lactobacillus Acidophillus yang diisolasi dari feses manusia.
Berbagai penelitian lain tentang efek hipokolesterolemik probiotik sudah pernah dicoba
baik in vitro maupun in vivo. Hasil penelitian secara in vitro secara nyata menunjukkan
kemampuan asimilasi kolesterol, namun demikian, hasil uji asimilasi kolesterol secara in
vivo sejauh ini belum menunjukan efek penurunan kolesterol yang signifikan.
4.6.2.7. Pengaruh kondidat probiotik terhadap perubahan mikroflora usus
Flora normal pada usus manusia memiliki fungsi perlindungan yang penting. Bakteri
asam laktat menekan bakteri dan virus, menstimulir daya tahan lokal dan sistemik serta
merubah aktivitas metabolik mikroba dalam usus. Kemampuan mikroba probiotik bakteri
asam laktat untuk menekan pertumbuhan patogen disebabkan karena kemampuannya untuk
memproduksi senyawa antimikroba seperti asam laktat, peroksida, dan bakteriosin. Selain
itu bakteri probiotik juga menekan bakteri patogen karena terjadinya kompetisi sisi
penempelan, peningkatan produksi lendir/mucus usus dan kompetisi nutrisi (Salminen dan
82
Wright 1993). Pada Gambar 38 ditunjukkan hasil peningkatan jumlah sel mikroba total pada
feses maupun saluran pencernaan. Sedangkan pada Gambar 39 ditunjukkan adanya
perubahan jumlah bakteri asam laktat selama perlakuan. Di dalam penelitian ini
membuktikan bahwa bakteri Lactobacillus plantarum JR64 yang diberikan mampu bertahan
dan berkembang biak dalam saluran pencernaan dan itu berarti bahwa sel bakteri harus
mampu menghadapi berbagai kondisi yang menekan disepanjang saluran pencernaan.
Diantara karakteristik bakteri asam laktat yang mendukung kemampuan tersebut adalah
sifatnya yang tahan terhadap asam dan garam empedu serta mengkolonisasi saluran
pencernaan.
Gambar 38. Perubahan jumlah mikroba total hari ke 0 dan 35 hari.
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
9,0
10,0
Feed Kaldu
Feed Sel A B C D E F
9,36
5,20 5,32
7,48 7,67 7,53 7,48
8,51
4,894,60
8,74 8,58 8,978,62
Jum
lah S
el M
ikro
ba T
otal
(Log
Cfu
/ml)
Kelompok Perlakuan, Hari Ke 0 & 35
Simbol : : Hari ke 0, : Hari ke 35
83
4.7. Analisis Kelayakan Perancangan Proses
4.7.1. Simulasi Model Perancangan Proses
Sebelum dilakukan perhitungan finansial, maka diperlukan simulasi model perancangan
proses produksi probiotik dari isolat Lactobacillus plantarum JR64 penghasil omega-6 dan
penurun kolesterol yang banyak melibatkan unit operasi seperti halnya sebuah pabrik (Seider et
al., 1999). Perancangan proses disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak Hysys 3.2
yang dikembangkan oleh Hyprotech Ltd.
Langkah pertama dalam mengembangkan simulasi perancangan proses adalah menyusun
bagan alir proses, menghitung neraca masa, menghitung neraca energi, dan menentukan ukuran
dan biaya peralatan proses. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis finansiil untuk menilai
kelayakan rancangan proses secara ekonomi dengan memperkirakan besarnya biaya produksi yang
terdiri dari biaya peralatan, biaya pabrik secara keseluruhan, biaya variabel dan biaya lainnya.
Dengan demikian studi tentang perancangan proses ini bertujuan untuk : (1) merancang
proses produksi dan menilai kinerjanya dari sudut pandang pabrik secara keseluruhan dan (2)
melakukan kajian finansiil untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi ditinjau dari aspek biaya bahan
baku, biaya peralatan, biaya pabrik secara umum serta biaya lainnya.
Gambar 39. Perubahan jumlah bakteri asam laktat hari ke 0 dan 35 hari.
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
9,0
10,0
Feed Kaldu
Feed Sel A B C D E F
9,36
1,11
1,64
3,69
2,30
3,85 3,68
8,51
1,30 1,20
7,74
6,83
7,897,62
Jum
lah S
el BA
L (L
og C
fu/m
l)
Kelompok Perlakuan, Hari Ke 0 & 35
Simbol : : Hari ke 0, : Hari ke 35
84
Hasil percobaan skala pilot plant digunakan sebagai basis data perancangan proses
produksi yaitu menggunakan teknologi proses produksi dengan menggunakan bahan baku ekstrak
jagung dan ekstrak mengkudu. Hal ini di pilih karena efisiensi pembentukan sel (Yx/s) dan produk
(Yp/s) relatif lebih baik. Disamping itu dari perhitungan kasar harga bahan baku ekstrak jagung
dan ekstrak mengkudu juga relatif lebih murah di bandingkan dengan glukosa sehingga
perancangan proses produksi di pilih jalur dengan bahan baku komples..
Proses produksi di mulai dari persiapan bahan baku ekstraksi jagung dan buah mengkudu.
Penyiapan laboratorium diawali dari peremajaan sel Lactobacillus plantarum JR64 dilanjutkan
pre-vegetatif dan vegetatif (stater) untuk galur inokulasi fermentasi. Proses fermentasi dilakukan
selama 48 jam, namun dapat diperpendek sesuai dengan perkembangan sel dan pembentukan
produk. Pemanenan dilanjutkan pada formulasi produk dan pengemasan. Rancangan penggunaan
peralatan seperti pada Lampiran 23.
Simulasi proses produksi dengan bantuan perangkat lunak Hysys 3.2 dilakukan dengan
kapasitas 2.500 kg/batch. Hasil pembuatan flow sheet secara lengkap ditunjukkan seperti pada
Gambar 40. Sedangkan pada Tabel 10 ditunjukkan hasil perhitungan neraca bahan dan energi.
Hasil perhitungan neraca bahan dan energi tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai acuan
analisis finansial.
85
Gambar 40. Diagram alir produksi probiotik dari isolat lokal Lactobacillus plantarum JR64 penghasil Omega-6 dan penurun kolesterol
86
Tabel 10. Hasil perhitungan neraca bahan dan energi produksi probiotik.
87
4.7.2. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan perancangan proses produksi probiotik dari isolat Lactobacillus
plantarum JR64 penghasil omega-6 dan penurun kolesterol dengan bahan baku utama ekstrak
jagung dari aspek finansial didasarkan pada beberapa asumsi dasar sesuai dengan kondisi aktual
pada saat analisis dilakukan. Analisis didasarkan pada standar norma yang telah baku digunakan
pada industri.
Hasil analisis kelayakan finansial industri probiotik dari isolat lokal Lactobacillus
plantarum JR64 penghasil omega-6 dan penurun kolesterol berdasarkan asumsi-asumsi yang
digunakan disajikan pada Tabel 11, sedangkan keluaran sistem simulasi analisis kelayakan
investasi probiotik seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 24, Lampiran 25, Lampiran 26,
Lampiran 27.
Hasil perhitungan kelayakan dilakukan terhadap komposisi terbaik hasil uji coba produksi
pada skala pilot menggunakan asumsi-asumsi dasar perhitungan sebagai berikut :
Analisis fìnansial dilakukan berdasarkan umur ekonomis pabrik selama 10 tahun seperti yang
ditunjukkan pada Lampiran 28.
Harga-harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2011 dan diasumsikan konstan selama
periode analisis dapat dilihat pada Lampiran 29 dan Lampiran 30.
Modal kerja dikeluarkan pada tahun ke-1, dengan struktur pembiayaan modal sendiri seperti
yang ditunjukkan pada Lampiran 31.
Jangka waktu pembangunan industri selama satu tahun. Dalam satu tahun ditetapkan sebanyak
300 hari kerja dan setiap hari digunakan tiga shift dengan setiap 8 jam kerja pergantian.
Nilai penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus, dengan penyusutan tiap tahun,
serta tidak terdapat nilai sisa dan masing-masing barang modal sesuai dengan umur
ekonomisnya seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 34.
Struktur pembiayaan modal investasi dengan perbandingan modal pinjaman dan modal sendiri
sebesar 35 % berbanding 65 % seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 36.
Tingkat suku bunga pinjaman, baik untuk investasi maupun modal kerja ditetapkan masing-
masing sebesar 13,5 % dengan rincian rencana pembayaran seperti yang ditunjukkan pada
Lampiran 35.
Perhitungan kelayakan disusun dengan menggunakan variabel berubah yaitu dengan
memasukkan harga bahan baku, harga produk probiotik, volume kerja dan hari operasi.
88
Tabel 11 . Hasil analisis kelayakan finansiil produk probiotik.
No. Keterangan Nilai 1. Bahan Baku Utama
MRSA MRS Broth Lactosa monohidrat Jagung Mengkudu Susu segar Butter Gula
Rp. 1.300.000,00//kg.Rp. 1.350.000,00/kg.Rp. 2.200.000,00/kg.
Rp. 1.000,00/kg.Rp. 300,00/kg.
Rp. 4.000,00/kg.Rp. 15.0000,00/kg.
Rp. 6.000,00/kg.2. Produk Probiotik
Basis volume kerja Hari operasi Harga Probiotik
2.500 kg/batch300 hari/tahun
Rp. 14.000,00/kg.3. Parameter kelayakan Finansial
Investasi Harga Pokok Produksi NPV IRR Rasio B/C Pay Back Period (PBP) Jumlah Produksi
Rp. 7.640.244.620,00Rp. 11.769,00/kg.
Rp. 5.675.613.259,0032,83 persen
1,743,05 tahun
5.377,50 kg
Dari Tabel 11 terlihat bahwa dengan probiotik dapat diproduksi dengan harga minimal Rp.
13.000,00/kg pada basis volume kerja 2.500 kg/batch dan layak berdasarkan nilai NPV, IRR, rasio B/C,
PBP, dan harga pokok produksinya.
Probiotik yang mengandung omega 6 dan penurun kolesterol yang diproduksi mempunyai
harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan beberapa produk makanan kesehatan yang ada di
pasaran pada saat ini. Perbandingan harga antara probiotik yang mengandung omega 6 ini dengan 3
produk makanan kesehatan probiotik yang ada di pasaran disajikan pada Tabel 12.
Tabel. 12. Perbandingan harga produk probiotik yang dirancang dengan harga produk makanan
kesehatan probiotik yang ada di pasaran.
Produk Volume Harga Probiotik yag dirancang Merk MK Merk A Merk Y
1 kg 80 g 80 g
65 ml
Rp. 14,00/g Rp. 33,75/g Rp. 43,75/g
Rp. 21,54/ml.
89
Analisis sensitivitas dilakukan dengan asumsi terjadi (1) kenaikan harga bahan baku
yaitu jagung dan mengkudu masing-masing 100 %; (2) penurunan kapasitas proses produksi
akibat keterbatasan ketersediaan bahan baku berupa mengkudu, jagung, dan susu; dan (3)
penurunan harga produk probiotik yang dapat disebabkan semakin banyaknya produk
sejenis dengan harga yang lebih murah disajikan pada Tabel 13. Hasil analisis sensitivitas
untuk ketiga kondisi tersebut menunjukkan bahwa pada semua kondisi perubahan yang
dapat terjadi maka probiotik yang mengandung omega 6 ini layak untuk diproduksi.
Tabel. 13. Analisis sensitivitas kelayakan finansial produksi probiotik yang mengandung omega-6.
No. Keterangan Nilai 1. Harga jagung dan mengkudu naik 100 persen
Produk Probiotik Basis volume kerja Hari operasi Parameter kelayakan Finansial Investasi Harga Pokok Produksi NPV IRR Rasio B/C Pay Back Period (PBP) Jumlah Produksi
Rp. 14.000,00/kg.
2.500 kg/batch 300 hari/tahun
Rp. 7.640.244.620,00
Rp. 12.205,00/kg. Rp. 2.948.487.338,00
24,82 persen 1,39
3,84 tahun 5.377,50 kg
2. Penurunan kapasitas produksi basis volume kerja 30 persen Produk Probiotik Basis volume kerja Hari operasi Parameter kelayakan Finansial Investasi Harga Pokok Produksi NPV IRR Rasio B/C Pay Back Period (PBP) Jumlah Produksi
Rp. 14.000,00/kg.
2.000 kg/batch 300 hari/tahun
Rp. 7.640.244.620,00
Rp. 11.804,00/kg. Rp. 4.329.915.285,00
32,00 persen 1,18
4,59 tahun 4.302,00 kg
3. Penurunan harga jual menjadi Rp. 13.000,00/kg Produk Probiotik Basis volume kerja Hari operasi Parameter kelayakan Finansial Investasi Harga Pokok Produksi NPV IRR Rasio B/C Pay Back Period (PBP) Jumlah Produksi
Rp. 13.000,00/kg.
2.500 kg/batch 300 hari/tahun
Rp. 7.640.244.620,00
Rp. 11.420,00/kg. Rp. 1.666.053.869,00
20,74 persen 1,22
4,44 tahun 5.377,50 kg
90