bab iv hasil dan pembahasan - diponegoro universityeprints.undip.ac.id/45482/5/bab_iv.pdf · hasil...

23
IV-1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Analisis Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Pembuatan peta ancaman bencana tanah longsor Kota Semarang dilakukan pada tahun 2014. Dengan menggunakan data-data tahun 2010-2014 maka dihasilkan peta ancaman bencana tanah longsor tahun 2014. Hal ini digunakan sebagai acuan pembuatan pembuatan peta risiko bencana tanah longsor. Sesuai dengan PERKA BNPB No. 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umun Pengkajian Risiko Bencana, bahwa peta risiko bencana berkisar 5 tahun kedepan. IV.1.1 Hasil dan Analisis Penilaian Parameter Jenis Tanah Hatasil yang diperoleh dari analisis spasial jenis tanah bahwa sebagian besar wilayah Kota Semarang terbentuk dari jenis erodibilitas (tingkat kepekaan tanah terhadap erosi) yang rendah yaitu aluvial, asosiasi aluvial kelabu, grumosol, latosol cokelat, latosol coklat kemerahan sebesar 79,432%, sedangkan jenis tanah beredobilitas sedang yaitu mediteranian coklat tua sebesar 19,533%, dan sisanya regosol dan amdosol termasuk erodibilitas tinggi sebesar 1,036%. Jenis tanah aluvial termasuk klasifikasi rendah kerena tanah aluvial merupakan tanah endapan lumut dan pasir halus yang terbawa oleh air. Tanah grumosol juga termasuk klasifikasi rendah terhadap longsor dikarenakan tanah ini merupakan tanah kapur dan batuan gunung api yang memiliki curah hujan tinggi cocok untuk tanaman jagung kedelai dan tebu. Tanah Latosol hampir sama seperti tanah grumosol. Jenis tanah mediteranian adalah tanah putih dari gamping atau batu endapan yang mengalami pelapukan. Sehingga memiliki tingkat erodibilitas sedang dalam kepekaan terhadap longsor. Sedangkan regosol umumnya merupakan tanah yang bersifat lepat-lepas dan dapat menyimpan air. Akibat kekuatan gesernya relatif lemah, apalagi bila air yang dikandungnya semakin jenuh dan menekan. Peningkatan kejenuhan air dapat terjadi apabila tanah-tanah tersebut menumpang diatas lapisan tanah atau batuan yang lebih kedap air. Jadi air yang meresap ke dalam tanah sulit menembus lapisan batuan di

Upload: lecong

Post on 02-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IV-1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil dan Analisis Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor

Pembuatan peta ancaman bencana tanah longsor Kota Semarang dilakukan pada

tahun 2014. Dengan menggunakan data-data tahun 2010-2014 maka dihasilkan peta

ancaman bencana tanah longsor tahun 2014. Hal ini digunakan sebagai acuan

pembuatan pembuatan peta risiko bencana tanah longsor. Sesuai dengan PERKA BNPB

No. 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umun Pengkajian Risiko Bencana, bahwa peta

risiko bencana berkisar 5 tahun kedepan.

IV.1.1 Hasil dan Analisis Penilaian Parameter Jenis Tanah

Hatasil yang diperoleh dari analisis spasial jenis tanah bahwa sebagian besar

wilayah Kota Semarang terbentuk dari jenis erodibilitas (tingkat kepekaan tanah

terhadap erosi) yang rendah yaitu aluvial, asosiasi aluvial kelabu, grumosol, latosol

cokelat, latosol coklat kemerahan sebesar 79,432%, sedangkan jenis tanah beredobilitas

sedang yaitu mediteranian coklat tua sebesar 19,533%, dan sisanya regosol dan amdosol

termasuk erodibilitas tinggi sebesar 1,036%.

Jenis tanah aluvial termasuk klasifikasi rendah kerena tanah aluvial merupakan

tanah endapan lumut dan pasir halus yang terbawa oleh air. Tanah grumosol juga

termasuk klasifikasi rendah terhadap longsor dikarenakan tanah ini merupakan tanah

kapur dan batuan gunung api yang memiliki curah hujan tinggi cocok untuk tanaman

jagung kedelai dan tebu. Tanah Latosol hampir sama seperti tanah grumosol.

Jenis tanah mediteranian adalah tanah putih dari gamping atau batu endapan

yang mengalami pelapukan. Sehingga memiliki tingkat erodibilitas sedang dalam

kepekaan terhadap longsor.

Sedangkan regosol umumnya merupakan tanah yang bersifat lepat-lepas dan

dapat menyimpan air. Akibat kekuatan gesernya relatif lemah, apalagi bila air yang

dikandungnya semakin jenuh dan menekan. Peningkatan kejenuhan air dapat terjadi

apabila tanah-tanah tersebut menumpang diatas lapisan tanah atau batuan yang lebih

kedap air. Jadi air yang meresap ke dalam tanah sulit menembus lapisan batuan di

IV-2

bawahnya, dan hanya terakumulasi dalam tanah yang relatif gembur. Kontak antara

lapisan batuan dan tanah yang lebih kedap air dengan massa tanah diatasanya sering

menjadi bidang gelincir gerakan tanah. Hal ini yang menyebabkan tingkat erodibilitas

tinggi.

Dan jenis tanah amdosol memiliki kandungan organik yang tinggi sehingga

secara alamiah rentan terhadap terjadinya bencana tanah longsor. Tabel 4.1 menjelaskan

luas dan persentase jenis tanah tiap kecamatan.

Gambar 4.1 Peta Jenis (erodibilitas) Tanah Kota Semarang

Tabel 4.1 Luas dan Persentase Jenis Tanah Kota Semarang setiap Kecamatan

No Kecamatan Luas Kelas Jenis Tanah (Ha) Luas Total

Rendah Sedang Tinggi (Ha)

1 Banyumanik 2739,687 352,912 0 3092,6

2 Candisari 313,592 347,736 0 661,327

3 Gajah Mungkur 214,058 727,329 0 941,386

4 Gayamsari 643,487 0 0 643,487

5 Genuk 2729,734 0 0 2729,734

6 Gunungpati 4685,771 1463,416 0 6149,188

IV-3

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No Kecamatan Luas Kelas Jenis Tanah (Ha) Luas Total

Rendah Sedang Tinggi (Ha)

7 Mijen 5320,713 63,3 0 5384,013

8 Ngaliyan 2192,521 2298,994 0 4491,516

9 Pedurungan 2162,612 0 36,021 2198,633

10 Semarang Barat 2033,822 180,365 0 2214,187

11 Semarang Selatan 614,568 0 0 614,568

12 Semarang Tengah 535,356 0 0 535,356

13 Semarang Timur 561,735 0 0 561,735

14 Semarang Utara 1140,372 0 0 1140,372

15 Tembalang 1698,447 2084,21 362,575 4145,232

16 Tugu 2987,229 0 0 2987,229

Total Luas 30573,704 7518,263 398,595 38453,812

Preaentase Luas (%) 79,508 19,551 1,037 100,000

IV.1.2 Hasil dan Analisis Penilaian Parameter Penggunaan Lahan

Banyak faktor yang berhubungan dengan manusia dalam bidang penggunaan

lahan. Dalam penggunaan lahan manusia cenderung memnfaatkan lahan secara

berlebihan yang dapat menyebabkan timbul gejala-gejala fisik yang tidak diinginkan.

Gejala tersebut berakibat buruk bagi manusia, seperti terjadinya kemunduran

produktifitas lahan pertanian akibat erosi yang dipercepat, bencana longsor, banjir dan

lain-lain. Dengan kata lain gejala fisik yang buruk tersebut pada akhirnya akan

menyebabkan timbulnya gejala sosial ekonomi yang buruk juga.

Sering dijumpai pada daerah yang bencana longsor penggunan lahannya adalah

daerah pemukiman, sawah, ladang, tegalan, perkebunan. Hal ini disebabkan karena

daerah pemukiman sekarang ini banyak yang alih fungsi dari tanah pertanian. Sawah,

ladang, tegalan, perkebunan menggunakan tanah dapat meresapkan air kedalam tanah.

Sehingga tingkat kejenuhan tanah dan tekanan hidrostatis meningkat. Tegalan sering

berkaitan dengan dengan kejadian tanah, karena pada tegalan umumnya berakar serabut

berperan menggemburkan tanah sehingga air permukaan tanah dapat mudah meresap

kedalam tanah dan meningkatkan tekanan air dalam tanah.

IV-4

Lain halnya hutan yang memiliki tanaman berjenis akar tunggang, air cepat

meresap namun kemampuan akar dalam menyerap air juga tinggi sehingga keadaan

tanah untuk jenuh membutuhkan waktu yang relatif lama. Berikut hasil luas penggunaan

lahan tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Kota Semarang

Tabel 4.2 Luas dan Persentase Penggunaan Lahan Kota Semarang setiap Kecamatan

No Kecamatan

Luas Kelas Penggunaan Lahan (Ha) Luas

Total

(Ha) Pemukiman,

bangunan Semak

belukar

sawah,

ladang

tegalan,

perkebunan

Hutan rawa /

tambak

1 Banyumanik 829,279 218,237 2045,083 0 0 3092,599

2 Candisari 661,327 0 0 0 0 661,327

3 Gajah Mungkur 919,109 0,072 22,205 0 0 941,386

4 Gayamsari 436,171 23,488 183,471 0 0,357 643,487

5 Genuk 830,976 96,735 1317,559 0 484,456 2729,725

6 Gunungpati 207,484 30,342 5905,581 0 5,782 6149,188

7 Mijen 154,451 211,02 4974,709 0,89 42,925 5383,995

IV-5

Tabel 4.2 (Lanjutan)

8 Ngaliyan 616,458 151,935 3687,949 10,499 24,637 4491,478

9 Pedurungan 1425,306 29,189 738,414 3,511 2,212 2198,633

10 Semarang Barat 1361,803 4,659 256,224 1,018 590,482 2214,187

11 Semarang Selatan 570,376 44,192 0 0 0 614,568

12 Semarang Tengah 492,43 0 42,926 0 0 535,356

13 Semarang Timur 540,9 20,835 0 0 0 561,735

14 Semarang Utara 896,43 26,996 11,236 0 205,654 1140,315

15 Tembalang 1482,08 78,51 2521,482 0 63,156 4145,227

16 Tugu 195,927 87,839 1004,593 0,416 1698,503 2987,277

Total Luas 11620,51 1024,05 22711,43 16,334 3118,163 38453,81

Preaentase Luas (%) 30,219 2,663 59,062 0,042 8,109 100

IV.1.3 Hasil dan Analisis Penilaian Parameter Curah Hujan

Hujan merupakan salah satu pemicu bencana tanah longsor. Hujan mempunyai

curah hujan tertentu dan berlangsung pada periode tertentu, sehingga air yang

dicurahkan dapat meresap kedalam tanah dan mendorong massa tanah untuk longsor.

Ada beberapa stasiun curah hujan yang digunakan yaitu bandara Ahmad Yani,

Tanjung Mas, Tlogosari, Semarang Barat (BMKG), Beringin, Ngaliyan, Candi,

Klipang, Gunung Pati dan Boja Mijen. Penentuan cakupan wilayah dari 10 stasiun curah

hujan tersebut menggunakan metode poligon Thiesse. Sehingga wilayahnya tampak

pada Peta Curah Hujan Kota Semarang.

IV-6

Gambar 4.3 Peta Curah Hujan Kota Semarang

Tabel 4.3 Luas dan Persentase Curah Hujan Kota Semarang setiap Kecamatan

No Kecamatan Luas Kelas Curah Hujan (Ha)

Luas Total

(Ha) Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

1 Banyumanik 2455,062 637,539 0 0 3092,601

2 Candisari 661,327 0 0 0 661,327

3 Gajah Mungkur 941,386 0 0 0 941,386

4 Gayamsari 643,487 0 0 0 643,487

5 Genuk 2729,454 0 0 0 2729,454

6 Gunungpati 1064,283 5084,909 0 0 6149,192

7 Mijen 0 4120,41 0 1263,614 5384,024

8 Ngaliyan 49,548 4441,971 0 0 4491,519

9 Pedurungan 2198,633 0 0 0 2198,633

10 Semarang Barat 277,778 1936,411 0 0 2214,189

11 Semarang Selatan 561,338 53,23 0 0 614,568

12 Semarang Tengah 517,721 17,635 0 0 535,356

13 Semarang Timur 561,735 0 0 0 561,735

14 Semarang Utara 1134,581 5,772 0 0 1140,353

15 Tembalang 4145,233 0 0 0 4145,233

16 Tugu 0 2987,235 0 0 2987,235

Total Luas 17941,57 19285,11 0 1263,614 38453,81

Preaentase Luas (%) 46,657 50,151 0 3,286 100

IV-7

Tabel 4.4 Curah Hujan Tahunan Kota Semarang tahun 2013

Pos Hujan Rata- Rata CH/

tahun (mm) Bandara ahmad

Yani 2.616

Tanjung Mas 2.411

Tlogosari 2.046

Semarang Barat 2.520

Beringin 2.702

Ngalian 2.992

Candi 2.171

Klipang 2.458

Gunung Pati 2.964

Boja Mijen 4.646

Sumber: BMKG Kota Semarang

Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian besar wilayah Kota Semarang

memiliki curah hujan tahunan yang masuk dalam kelas sedang yaitu sebesar 50,104%,

sisanya sebesar 46,613% masuk kedalam kelas rendah dan 3,283% termasuk kelas

sangat tinggi.

Stasiun/pos curah hujan tersebut tersebar merata di Kota Semarang. Pada tabel

4.3 menunjukkan bahwa hanya Kecamatan Mijen saja yang mempunyai curah hujan

sangat tinggi, yang dideteksi oleh curah hujan yang berlokasi di Boja dengan curah

hujan tahun 2013 sebesar 4.646 mm/tahun. Hal ini perlu diwaspadai terjadi tanah

longsor jika didukung oleh parameter pendukung lainnya.

IV.1.4 Hasil dan dan Analisis Penilaian Parameter Kelerengan

Hasil yang diperoleh dari analisis spasial kelerengan Kota Semarang dapat

dilihat dalam tabel 4.5 dan gambar 4.3.

IV-8

Gambar 4.3 Peta Kelerengan Kota Semarang

Tabel 4.5 Luas dan Persentase Kelerengan Kota Semarang setiap Kecamatan

No Kecamatan Luas Kelas Kelerengan (Ha) Luas Total

(Ha) 0-2% 2-15% 15-25% 25-40% >40%

1 Banyumanik 971,728 823,851 865,758 267,945 165,161 3094,443

2 Candisari 2,014 455,935 105,321 85,571 12,486 661,327

3 Gajah Mungkur 202,011 409,327 230,204 20,295 79,549 941,386

4 Gayamsari 643,487 0 0 0 0 643,487

5 Genuk 2729,734 0 0 0 0 2729,734

6 Gunungpati 342,051 3726,998 1553,258 220,128 306,753 6149,188

7 Mijen 453,399 4283,408 530,916 27,885 88,4 5384,008

8 Ngaliyan 485,382 2220,95 1497,295 287,888 0 4491,516

9 Pedurungan 2198,633 0 0 0 0 2198,633

10 Semarang Barat 1687,099 297,469 193,493 36,126 0 2214,187

11 Semarang Selatan 505,675 82,976 25,917 0 0 614,568

12 Semarang Tengah 535,356 0 0 0 0 535,356

13 Semarang Timur 561,735 0 0 0 0 561,735

14 Semarang Utara 1140,372 0 0 0 0 1140,372

IV-9

Tabel 4.5 (Lanjutan)

No Kecamatan Luas Kelas Kelerengan (Ha) Luas Total

(Ha) 0-2% 2-15% 15-25% 25-40% >40%

15 Tembalang 1274,642 1693,966 897,241 167,311 114,386 4147,545

16 Tugu 2834,163 109,957 43,109 0 0 2987,229

Total Luas 16567,48 14104,84 5942,514 1113,147 766,734 38453,812

Preaentase Luas (%) 43,08411 36,67994 15,45364 2,894764 1,993909 100

Tabel 4.6 Persentase Luas Kelerengan Kota Semarang setiap Kecamatan

No Kecamatan Persentase Luas (%) Luas

Total

(%) 0-2% 2-15% 15-25% 25-40% >40%

1 Banyumanik 31,402 26,624 27,978 8,659 5,337 100

2 Candisari 0,305 68,942 15,926 12,939 1,888 100

3 Gajah Mungkur 21,459 43,481 24,454 2,156 8,450 100

4 Gayamsari 100,000 0,000 0,000 0,000 0,000 100

5 Genuk 100,000 0,000 0,000 0,000 0,000 100

6 Gunungpati 5,563 60,610 25,260 3,580 4,989 100

7 Mijen 8,421 79,558 9,861 0,518 1,642 100

8 Ngaliyan 10,807 49,448 33,336 6,410 0,000 100

9 Pedurungan 100,000 0,000 0,000 0,000 0,000 100

10 Semarang Barat 76,195 13,435 8,739 1,632 0,000 100

11 Semarang

Selatan 82,281 13,502 4,217 0,000 0,000 100

12 Semarang

Tengah 100,000 0,000 0,000 0,000 0,000 100

13 Semarang Timur 100,000 0,000 0,000 0,000 0,000 100

14 Semarang Utara 100,000 0,000 0,000 0,000 0,000 100

15 Tembalang 30,732 40,843 21,633 4,034 2,758 100

16 Tugu 94,876 3,681 1,443 0,000 0,000 100

Dari tabel 4.5 dan 4.6 di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar wilayah

Kota Semarang tampak bahwa memiliki kelerengan yang beragam baik rendah, datar

maupun tinggi. Akan tetapi lebih banyak daerah datar dengan persentase hampir 50%

yaitu 43,038% dengan kelas kelerengan 0-2%. Sisanya sebesar 36,641% merupakan

kelas 2-15%, 15,437% merupakan kelas 15-25 %. Sedangkan yang termasuk dalam

kelas 25-40% dan >40% hanya sebesar 2,892% dan 1,992% dari total luas wilayah

IV-10

Kota Semarang. Jika dilihat semakin besar kelerengannya maka semakin luas

wilayahnya.

Tetapi jika dilihat dari tabel 4.6 menunjukan ada beberapa kecamatan yang

mempunyai wilayah cukup luas dengan kelerengan 25-40% dan >40% yang dapat

mempengaruhi terjadinya gerakan massa tanah. Adapun kecematan-kecamatannya

sebagai berikut

Kelas kelerengan 25-40% Kelas kelerengan >40%

Candisari : 12,939% (85,571 Ha) Gajah Mungkur : 8,450% (79,549 Ha)

Banyumanik : 8,659 (267,945 Ha) Banyumanik : 5,337% (79,549 Ha)

Ngaliyan : 6,410 (287,888 Ha) Gunungpati : 4,989% (306,753Ha)

Tembalang : 4,034 (167,311 Ha) Tembalang : 2,758% (114,384Ha)

Gunung Pati : 3,580 (220,128 Ha) Candisari : 1,888% (12,486 Ha)

Namun beberapa kecamatan yang termasuk kedalam 0-2% merupakan wilayah pusat

Kota Semarang.

Dari hasil menggabungkan dan pembobotan parameter kelerengan, jenis tanah,

curah hujan dan penggunaan lahan menggunakan metode tumpang susun atau yang

disebut overlay dari setiap parameter sehingga dapat dihasilkan peta seperti gambar 4.5.

IV-11

Gambar 4.5 Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Kota Semarang

Tabel 4.7 Rekapitulasi Luasan Ancaman

Bencana Tanah Longsor Kota Semarang setiap Kecamatan

No. Kecamatan Luas Ancaman (Ha) Luas

Total Rendah Sedang Tinggi

1 Banyumanik 993,731 1757,485 343,224 3094,440

2 Candisari 2,014 541,515 117,807 661,336

3 Gajah Mungkur 202,011 441,660 297,715 941,386

4 Gayamsari 643,487 0,000 0,000 643,487

5 Genuk 2729,437 0,000 0,000 2729,437

6 Gunungpati 363,570 5391,982 390,531 6146,083

7 Mijen 662,323 4427,423 291,282 5381,028

8 Ngaliyan 550,523 2996,251 943,913 4490,687

9 Pedurungan 2198,633 0,000 0,000 2198,633

10 Semarang Barat 1658,360 359,277 185,899 2203,535

11 Semarang Selatan 506,641 82,183 25,701 614,525

12 Semarang Tengah 535,296 0,000 0,000 535,296

13 Semarang Timur 561,732 0,000 0,000 561,732

14 Semarang Utara 1140,258 0,000 0,000 1140,258

15 Tembalang 1315,156 2294,792 537,593 4147,541

IV-12

Tabel 4.7 (Lanjutan)

No. Kecamatan Luas Ancaman (Ha) Luas

Total Rendah Sedang Tinggi

16 Tugu 2845,147 110,652 8,608 2964,407

Total Luas 16908,319 18403,221 3142,273 38453,812

Preaentase Luas (%) 43,970 47,858 8,172 100

IV.1.5 Validasi Data

Proses validasi dengan membandingkan pemodelan ancaman bencana tanah

longsor dengan riwayat bencana tanah longsor dari BPBD Kota Semarang. Dengan nilai

satu kelurahan mewakili keseluruhan wilayah kelurahan tersebut walaupun ada

beberapa daerah kelurahan tersebut yang terancam bencana tanah longsor. Dari sekitar

50 kejadian bencana tanah longsor Kota Semarang dua tahun terakhir terdapat 31

kelurahan yang sesuai pemodelan peta ancaman bencana tanah longsor Kota Semarang.

Hasil pemodelan yang ada dibuat dengan menggunakan data-data 2010 sedangkan

validasinya menggunakan data dua tahun terakhir ini.

Disini juga dilakukan perbandingan antara pemodelan ancaman bencana tanah

longsor dengan peta bencana tanah longsor Kota Semarang yang di dapat dari BPBD

Kota Semarang dapat dilihat pada gambar 4.6. dari 70 (tujuh puluh) titik dari peta

bencana tanah longsor Kota Semarang dari BPBD terdapat 8 titik termasuk dalam

tingkat ancaman rendah, 24 titik termasuk dalam tingkat ancaman sedang dan 38 titik

termasuk dalam tingkat ancaman tinggi.

IV-13

Gambar 4.6 Hasil Overlay Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Kota Semarang dengan

Peta Bencana Tanah Longsor dari BPBD Kota Semarang

IV.2 Hasil dan Analisis Peta Kerentanan Bencana Tanah Longsor

Pada pemetaan kerentanan bencana longsor kota semarang menghasilkan daerah

terkecil yaitu kelurahan yang termasuk kedalam ancaman bencana tanah longsor. Dari

hasil peta ancaman bencana tanah longsor terdapat 10 kecamatan dengan 83 kelurahan

akan tetapi hasil itu masih diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu Semarang bagian

bawah diwakili oleh Kecamatan Semarang Barat, Semarang bagian tengah diwakili oleh

Kecamatan Gajah Mungkur dan Candisari serta Kecamatan Banyumanik mewakili

Semarang bagian atas. Sehingga hasilnya menjadi 34 kelurahan dengan 4 kecamatan.

IV.2.1 Hasil dan Analisis Komponen Kerentanan Fisik

Hasil kerentanan fisik dengan lima variabel yaitu persentase jaringan listrik,

persentase jaringan jalan, persentase jaringan komunikasi, persentase kawasan

terbangun dan persentase jumlah bangunan didapat satu kelurahan dengan tingkat

kerentanan rendah, 52 kelurahan dengan tingkat kerentanan sedang serta 30 kelurahan

dengan tingkat kerentanan tinggi.

IV-14

Gambar 4.7 Peta Kerentanan Fisik Bencana Tanah Longsor Kota Semarang

IV.2.2 Hasil dan Analisis Komponen Kerentanan Demografi, Sosial, Budaya

Hasil kerentanan demografi,sosial dan budaya dengan empat variabel yaitu

persentase penduduk miskin, persentase penduduk usia balita,persentase penduduk

lanjut usia serta kepadatan penduduk didapat sebelas kelurahan dengan tingkat

kerentanan sedang serta 72 kelurahan dengan tingkat kerentanan tinggi. Tidak terdapat

satu kelurahan pn yang mempunyai tingkat kerentanan rendah.

IV-15

Gambar 4.8 Peta Kerentanan Demografi, Sosial & Budaya

Bencana Tanah Longsor Kota Semarang

IV.2.3 Hasil dan Analisis Komponen Kerentanan Ekonomi

Hasil kerentanan ekonomi dengan empat variabel yaitu luas lahan produktif, luas

lahan ekonomi, jumlah penduduk bekerja serta jumlah sarana ekonomi adalah didapat

sepuluh kelurahan dengan tingkat kerentanan tinggi serta 73 kelurahan dengan tingkat

kerentanan sedang. Dalam komponen kerentanan ekonomi juga tidak terdapat tingkat

kerentanan rendah.

IV-16

Gambar 4.9 Peta Kerentanan Ekonomi Bencana Tanah Longsor Kota Semarang

IV.2.4 Hasil dan Analisis Komponen Kerentanan Lingkungan

Hasil kerentanan lingkungan dengan dua variabel yaitu luas lahan sawah serta

luas lahan rawa adalah 57 dengan tingkat kerentanan sedang serta 26 kelurahan dengan

tingkat kerentanan tinggi. Tidak terdapat satu kelurahan yang mempunyai tingkat

kerentanan rendah.

IV-17

Gambar 4.10 Peta Kerentanan Lingkungan Bencana Tanah Longsor Kota Semarang

Gambar 4.11 Peta Kerentanan Akhir Bencana Tanah Longsor Kota Semarang

IV-18

Dari hasil empat komponen kerentanan tersebut diperoleh peta kerentanan akhir

seperti gambar 4.11. Dan hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Kerentanan Bencana Tanah Longsor Kota Semarang

Jenis Kerentanan

Jumlah Kelurahan tiap

kelas Kerentanan

Rendah Sedang Tinggi

Kerentanan Fisik 1 52 30

Kerentanan Demografi, Sosial dan Budaya 0 11 72

Kerentanan Ekonomi 0 73 10

Kerentanan Lingkungan 0 57 26

Kerentanan Akhir 0 29 54

IV.3 Hasil dan Analisis Peta Kapasitas Bencana Tanah Longsor

Dasar dari penentuan komponen kapasitas bencana tanah longsor adalah PERKA

BNPB No. 2 Tahun 2012. Hasil dari penilaian dan klasifikasi parameter kapasitas

didapat 3 (tiga) kelurahan dengan tingkat kapsitas rendah, 26 kelurahan dengan tingkat

kapasitas sedang serta 4 (empat) kelurahan dengan tingkat kerentanan tinggi.

Gambar 4.12 Peta Kapasitas Bencana Tanah Longsor Kota Semarang

IV-19

IV.4 Hasil dan Analisis Peta Risiko Bencana Tanah Longsor

Hasil dari klasifikasi risiko bencana tanah longsor dari penilaian dan klasifikasi

ancaman, kerentanan serta kapasitas dengan menggunakan dua metode penilaian yaitu

klasifikasi dengan menggunakan perkalian matriks sesuai rumus VCA (Vulnerability

Capacity Analysis) serta perhitungan matematis dengan menggunakan rumusan di

PERKA BNPB No. 2 Tahun 2012 yang telah dimodifikasi. Didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.9 Jumlah Kelurahan yang Berisiko Bencana Tanah Longsor

VCA

modifikasi PERKA

BNPB

Rendah 8

Kelurahan -

Sedang 10

Kelurahan 1

Kelurahan

Tinggi 15

Kelurahan 32

Kelurahan

Tabel 4.10 Luas Pemetaan Risiko Bencana Tanah Longsor dengan Beberapa Metode

VCA

modifikasi

(Ha)

PERKA

BNPB (Ha)

Rendah 126,003 -

Sedang 323,141 19,330

Tinggi 475,127 944,235

IV-20

(a) (b)

Gambar 4.13 Perbandingan Peta Risiko Bencana Tanah Longsor Kota Semarang dengan

Metode (a) PERKA BNPB dan (b) VCA Modifikasi

Dari tabel 4.9 dan 4.10 dapat dilihat bahwa luasan dan jumlah kelurahan setiap

tingkat ancaman berbeda pada masing-masing metode penilaian risiko bencana tanah

longsor. Pada gambar 4.13 juga menunjukan perbedaan penilainan risikonya. Sebagai

contoh pada gambar 4.13 (a) penilaian risikonya menunjukan tingkat risiko sedang akan

tetapi pada gambar 4.13 (b) menunjukan tingkat risiko tinggi. Untuk itu perlu dilakukan

validasi untuk mengetahui persentase kebenaran dari dua metode penilaian risiko

bencana tanah longsor. Hasil validasi di lapangan didapat 17 (tujuh belas) kelurahan

yang terimbas bencana tanah longsor dengan rincian klasifikasi tujuh kelurahan dengan

risiko tinggi, sembilan kelurahan dengan risiko sendang serta satu kelurahan dengan

tingkat risiko rendah. Dari hasil validasi pemetaan risiko bencana tanah longsor Kota

Semarang terhadap dua metode penilaian risiko dapat disimpulkan seperti tabel 4.12.

tabel tersebut dapat dihasilkan bahwa penggunaan metode penilaian risiko

IV-21

menggunakan VCA modifikasi rumus PERKA sesuai terhadap kondisi sebenarnya di

lapangan dengan tingkat validasi 47,058%. Sehingga dalam penyusunan pemetaan

risiko bencana tanah longsor Kota Semarang dapat menggunakan VCA modifikasi

rumus PERKA dimana klasifikasi tingkat risiko rendah seluas 126,003 hektar di delapan

kelurahan, tingkat risiko sedang seluas 323,141 hektar di sepuluh kelurahan dan 15

kelurahan pada 475,127 hektar di tingkat risiko tinggi. Hasil peta sebarab risiko bencana

tanah longsor dapat2 dilihat pada gambar 4.14.

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Validasi

Pemetaan Risiko Bencana Tanah Longsor Kota Semarang

Metode

Klasifikasi

Risiko

Klasifikasi Risiko Validasi

(%) Tinggi Sedang Rendah

Luas (Ha) Jml Kel. Luas (Ha) Jml Kel. Luas (Ha) Jml Kel.

VCA 126,003 8 323,141 10 475,127 15 47,058

PERKA

BNPB - - 19,330 1 944,235 32 41,176

IV-22

Gambar 4.14 Peta Risiko Bencana Tanah Longsor Kota Semarang

Faktor utama dari pemetaan risiko bencana tanah longsor Kota Semarang adalah

tingkat ancaman longsor yang tinggi. Dari tingkat ancaman yang terjadi faktor

kelerengan tanah dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap ancaman tersebut. Untuk

itu diperlukan penanganan mencegah terjadinya ancaman bencana tanah longsor di Kota

Semarang dengan menggunakan lahan sesuai fungsinya.

Faktor lain yang berpengaruh adalah tingkat kerentanan yang cukup tinggi

dengan komponen fisik menjadi faktor yang sangat berperan. Penanganan yang harus

dilakukan adalah perencanaan pembangunan wilayah yang tepat pada daerah yang

IV-23

terancam bencana tanah longsor sehingga meminimalisir tingkat kerugian akibat

bencana tersebut. Pada gambar 4.14 merupakan lokasi bencana tanah longsor.

(a) Kelurahan Gedawang, Banyumanik

(b) Kelurahan Srondol Kulon, Banyumanik

Gambar 4.14 Dokumentasi Daerah Longsor