bab iv hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · data individu yang digunakan ... usaha...

24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sistem Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan Gapoktan PUAP atau disingkat SIPK-GP 1.13 adalah sistem informasi manajemen untuk pengelolaan kinerja gapoktan penerima dana PUAP dan penunjang keputusan gapoktan dalam memilih fokus usaha dari kelompok tani anggotanya. Sistem ini dapat dioperasikan pada komputer dengan prosesor minimal Pentium 4, 1 GB RAM, serta memiliki software php, mysql, dan apache. Ketiga software tersebut dapat diunduh secara gratis dan telah terdapat dalam bentuk paket seperti xampp. Sistem ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan utama dalam pelaporan gapoktan yaitu tidak tersedianya data yang memadai dari gapoktan. Data tersebut berupa data yang terkait dengan kinerja gapoktan yaitu jumlah penyaluran dana pada masing-masing anggota kelompok tani, data perkembangan usaha yang dilakukan anggota, tingkat pengembalian oleh anggota atas dana yang disalurkan, dan nilai penambahan modal/aset gapoktan. Meskipun tujuan utama dari pembuatan sistem ini untuk operasional gapoktan dengan user awal penyelia mitra tani atau penyuluh lapangan, tetapi sistem ini pun dapat dimanfaatkan oleh user lainya sesuai dengan keluaran yang dihasilkan. Model Seleksi Gapoktan yang menghasilkan keluaran berupa skor gapoktan berdasarkan data umum gapoktan yang dimasukkan akan digunakan oleh petugas seleksi gapoktan. Dengan demikian, dalam pelaksanaan seleksi gapoktan, selain melakukan seleksi administratif, petugas seleksi pun akan menggunakan model ini sebagai dasar penetapan lolos-tidaknya gapoktan untuk menerima dana BLM-PUAP. Data umum gapoktan sampel disajikan pada Lampiran 9 sampai 11. Model Wilayah Usaha yang menghasilkan keluaran berupa nilai NPV, IRR, dan B/C digunakan oleh pengurus gapoktan, penyuluh pendamping, dan/atau penyelia mitra tani sebagai dasar pertimbangan penentuan fokus usaha gapoktan. Adapun Model Kinerja Gapoktan menggunakan skala ordinal untuk penilaian. Masing-masing unsur kinerja yang menghasilkan keluaran berupa skor kinerja gapoktan, digunakan oleh petugas pada operation room di kantor pusat Kementerian Pertanian. Sedangkan Model Pengembangan yang menghasilkan keluaran berupa kesimpulan fokus usaha yang paling menguntungkan bagi gapoktan digunakan oleh penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, dan/atau petugas pada BPTP setempat sebagai dasar penetapan fokus usaha gapoktan. 1. Rancangan Sistem Manajemen Dialog Manajemen dialog atau user interface merupakan bagian utama dari SIPK-GP 1.13 yang berfungsi sebagai media komunikasi antara pengguna (user) dengan model. SIPK-GP 1.13 merupakan paket sistem informasi dan pengambilan keputusan berbasis windows dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Hal ini membuat pengoperasian SIPK- GP 1.13 menjadi mudah. Media interaksi dengan sistem dilakukan dengan menggunakan keyboard dan mouse.

Upload: nguyenquynh

Post on 21-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Sistem

Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan Gapoktan PUAP atau

disingkat SIPK-GP 1.13 adalah sistem informasi manajemen untuk pengelolaan

kinerja gapoktan penerima dana PUAP dan penunjang keputusan gapoktan dalam

memilih fokus usaha dari kelompok tani anggotanya. Sistem ini dapat

dioperasikan pada komputer dengan prosesor minimal Pentium 4, 1 GB RAM,

serta memiliki software php, mysql, dan apache. Ketiga software tersebut dapat

diunduh secara gratis dan telah terdapat dalam bentuk paket seperti xampp.

Sistem ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan utama dalam

pelaporan gapoktan yaitu tidak tersedianya data yang memadai dari gapoktan.

Data tersebut berupa data yang terkait dengan kinerja gapoktan yaitu jumlah

penyaluran dana pada masing-masing anggota kelompok tani, data perkembangan

usaha yang dilakukan anggota, tingkat pengembalian oleh anggota atas dana yang

disalurkan, dan nilai penambahan modal/aset gapoktan.

Meskipun tujuan utama dari pembuatan sistem ini untuk operasional

gapoktan dengan user awal penyelia mitra tani atau penyuluh lapangan, tetapi

sistem ini pun dapat dimanfaatkan oleh user lainya sesuai dengan keluaran yang

dihasilkan. Model Seleksi Gapoktan yang menghasilkan keluaran berupa skor

gapoktan berdasarkan data umum gapoktan yang dimasukkan akan digunakan

oleh petugas seleksi gapoktan. Dengan demikian, dalam pelaksanaan seleksi

gapoktan, selain melakukan seleksi administratif, petugas seleksi pun akan

menggunakan model ini sebagai dasar penetapan lolos-tidaknya gapoktan untuk

menerima dana BLM-PUAP. Data umum gapoktan sampel disajikan pada

Lampiran 9 sampai 11.

Model Wilayah Usaha yang menghasilkan keluaran berupa nilai NPV, IRR,

dan B/C digunakan oleh pengurus gapoktan, penyuluh pendamping, dan/atau

penyelia mitra tani sebagai dasar pertimbangan penentuan fokus usaha gapoktan.

Adapun Model Kinerja Gapoktan menggunakan skala ordinal untuk penilaian.

Masing-masing unsur kinerja yang menghasilkan keluaran berupa skor kinerja

gapoktan, digunakan oleh petugas pada operation room di kantor pusat

Kementerian Pertanian. Sedangkan Model Pengembangan yang menghasilkan

keluaran berupa kesimpulan fokus usaha yang paling menguntungkan bagi

gapoktan digunakan oleh penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, dan/atau

petugas pada BPTP setempat sebagai dasar penetapan fokus usaha gapoktan.

1. Rancangan Sistem Manajemen Dialog

Manajemen dialog atau user interface merupakan bagian utama dari

SIPK-GP 1.13 yang berfungsi sebagai media komunikasi antara pengguna

(user) dengan model. SIPK-GP 1.13 merupakan paket sistem informasi dan

pengambilan keputusan berbasis windows dengan menggunakan bahasa

Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Hal ini membuat pengoperasian SIPK-

GP 1.13 menjadi mudah. Media interaksi dengan sistem dilakukan dengan

menggunakan keyboard dan mouse.

27

Menu utama berisi informasi mengenai Program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP). Menu ini dimaksudkan untuk

memperkenalkan Program PUAP kepada pengguna yang baru pertama kali

menggunakan atau ingin memperoleh informasi tentang PUAP. Rancangan

menu utama dibuat sederhana dan simple, sehingga pengguna merasa nyaman

dalam menggunakan sistem ini. Menu utama SIPK-GP seperti terlihat pada

Gambar 12.

Gambar 12. Menu utama SIPK-GP 1.13

2. Rancangan Sistem Manajemen Basis Data

a. Data Umum Gapoktan

Data umum gapoktan dimuat dalam sub-menu Data Gapoktan pada

menu Profil Gapoktan. Sub-menu Data Gapoktan terdiri dari data

identitas gapoktan dan data keuangan gapoktan. Pada menu Profil

Gapoktan pun memuat sub menu Data Poktan, Data Anggota Poktan,

Penyaluran, Pinjaman Anggota, Pengembalian Dana Poktan,

Pengembalian Dana Anggota, Potensi Wilayah, dan Potensi Pemasaran.

Data individu anggota kelompok tani digunakan sebagai dasar

perhitungan pada model seleksi gapoktan. Data individu yang digunakan

tersebut terdiri dari data kepemilikan lahan, pengalaman usahatani,

modal awal yang dimiliki, dan usia anggota kelompok tani. Menu Profil

Gapoktan sebagaimana tertuang pada Gambar 13.

28

Gambar 13. Menu profil gapoktan pada SIPK-GP 1.13

b. Data Perkembangan Usaha

Perkembangan usaha gapoktan ditunjukkan oleh data penyaluran

dana gapoktan, data pengembalian dana gapoktan, dan data penambahan

asset/modal gapoktan. Data-data tersebut terdapat pada sub-menu

Penyaluran Dana Gapoktan, Penyaluran Dana Poktan, Perkembangan

Usaha Gapoktan, Perkembangan Usaha Poktan, dan Laporan Tahunan

Gapoktan pada menu Laporan . Data perkembangan usaha ini digunakan

sebagai dasar untuk menilai kinerja gapoktan pada menu Kinerja

Gapoktan. Sub-menu Penyaluran Dana Gapoktan tertuang pada Gambar

14.

c. Data Potensi Wilayah

Data potensi wilayah merupakan sub-menu pada menu Profil

Gapoktan. Data ini digunakan sebagai dasar atau referensi dalam

penyusunan atau pengisian AHP pada menu Fokus Usaha.

d. Data Potensi Pasar

Data potensi pasar merupakan sub-menu pada menu Profil

Gapoktan. Sebagaimana data potensi wilayah, data ini pun digunakan

sebagai dasar atau referensi dalam penyusunan atau pengisian AHP pada

menu Fokus Usaha.

29

Gambar 14. Sub-menu penyaluran dana gapoktan pada SIPK-GP 1.13

3. Diagram Aliran Data

Diagram aliran data atau data flow diagram (DFD) memperlihatkan

hubungan fungsional dari nilai yang dihitung oleh sistem termasuk nilai

masukan, nilai keluaran, serta tempat penyimpanan internal. Diagram aliran

data adalah gambaran grafis yang memperlihatkan aliran data dari sumbernya

dalam objek kemudian melewati suatu proses yang mentransformasinya ke

tujuan lain (Nugroho dalam Ratih, 2011).

Diagram aliran data terdiri atas empat unsur, yaitu proses, aliran data,

entitas, dan data store. Proses adalah sesuatu yang melakukan transformasi

terhadap data. Setiap proses harus memiliki sedikitnya satu masukan dan satu

keluaran aliran data. Aliran data berguna untuk menghubungkan keluaran dari

suatu objek atau proses yang terjadi pada suatu masukan. Entitas adalah objek

aktif yang mengendalikan aliran data dengan memproduksi atau

mengkonsumsi data. Data store adalah objek pasif dalam diagram aliran data

yang menyimpan data untuk penggunaan lebih lanjut (Nugroho dalam Ratih,

2011).

Diagram konteks atau diagram aliran data level 0 menggambarkan

keseluruhan sistem dengan satu proses berikut sumber dan tujuan data secara

jelas. Masukan data sistem berasal dari gapoktan, kelompok tani, dan pakar.

Entitas gapoktan memberikan input kepada sistem berupa data penyaluran

dana ke kelompok tani, dan data pengembalian dana dari kelompok tani.

Data usahatani utama anggota kelompok, data detail anggota kelompok tani,

data penyaluran dana ke anggota kelompok tani, dan data pengembalian dari

anggota kelompok tani diperoleh dari entitas kelompok tani. Entitas pakar

memberikan input data berupa hasil penilaian sesuai dengan kuesioner AHP.

Diagram aliran data level 0 untuk SIPK-GP 1.13 tersaji pada Gambar 15.

Diagram aliran data level berikutnya disajikan pada bagian Verifikasi Model.

30

Gambar 15. Diagram aliran data level 0 pada SIPK-GP 1.13

4. Use Case Diagram

Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari

suatu sistem. Use case diagram digunakan untuk menggambarkan interaksi

antara pengguna sistem (aktor) dengan kasus (use case) yang disesuaikan

dengan langkah-langkah (scenario) yang telah ditentukan (Purwandari, 2010).

Pada SIPK-GP 1.13 terdapat beberapa use case, salah satunya disajikan pada

Gambar 16.

Gambar 16. Use case diagram perkembangan usaha gapoktan

Gambar 16 menggambarkan use case pada perkembangan usaha

gapoktan, yaitu user gapoktan melakukan login dan sistem melakukan

BPTP

Poktan Gapoktan Pakar

SIPK-GP 1.13

Gapoktan/ PMT/PPL

Pusat/ Auditor

Penyaluran ke poktan dan pengembalian dari

poktan

Usahatani , detail anggota, penyaluran ke anggota, dan pengembalian dari anggota Hasil Penilaian AHP

Analisa usahatani, data penyaluran dan pengembalian, serta laporan perkembangan

usaha

Analisa usahatani, kinerja gapoktan, dan fokus

usaha

Kelayakan gapoktan, analisa usahatani, data penyaluran dan

pengembalian, laporan perkembangan usaha, kinerja gapoktan, serta fokus usaha

login

Verifikasi login

<<include>>

Input data penyaluran

Input data pengembalian

<<extend>>

Pengolahan data

Gapoktan

Gapoktan

Auditor

BPTP

31

verifikasi login; gapoktan melakukan input data penyaluran dan data

pengembalian (bila telah terjadi penyaluran dana); sistem melakukan

pengolahan atas data yang diinput; user lain memanfaatkan keluaran dari

sistem tersebut sesuai dengan kebutuhannya. BPTP dan auditor akan

memanfaatkan hasil pengolahan data berupa penilaian kinerja gapoktan,

sedangkan gapoktan akan memanfaatkan keluaran berupa laporan

perkembangan usaha gapoktan.

B. Verifikasi Model

1. Model Seleksi Gapoktan

Model seleksi gapoktan terdiri dari jaminan ketersediaan lahan

usahatani/sarana, pengalaman usahatani anggota kelompok tani, modal

sendiri yang dimiliki oleh anggota kelompok tani, dan usia anggota kelompok

tani. Keempat variabel tersebut merupakan variabel yang mempengaruhi

tingkat pendapatan penerima bantuan. Skala ordinal dari variabel

ketersediaan lahan usahatani/sarana diubah untuk mengetatkan persyaratan.

Perubahan tersebut yaitu dengan hanya mempertimbangkan persentase

kepemilikan lahan, sedangkan untuk sewa lahan dianggap tidak memiliki

lahan. Secara manual, hasil penilaian variabel untuk seleksi gapoktan pada

Gapoktan Madu Makmur, Bimo Makmur, dan Gapoktan Sumber Makmur

disajikan pada Lampiran 12 sampai Lampiran 14, sedangkan skoring seleksi

gapoktan pada Gapoktan Madu Makmur, Bimo Makmur, dan Gapoktan

Sumber Makmur disajikan pada Tabel 8 sampai Tabel 10. Perhitungan

seleksi gapoktan baik secara manual maupun dalam sistem tidak dapat

dilakukan secara akurat karena data pribadi anggota kelompok yang berhasil

diperoleh dari gapoktan sampel hanya berasal dari beberapa anggota

kelompok tani, tidak berasal dari seluruh anggota kelompok tani.

Tabel 8. Hasil skoring seleksi untuk gapotan Madu Makmur

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa skor Gapoktan Madu Makmur

sebesar 84 atau lebih besar dari ambang batas 80 dan dinyatakan lulus. Skor

Gapoktan Bimo Makmur sesuai Tabel 9 sebesar 92 atau lebih besar dari

ambang batas sebesar 80 dan dinyatakan lulus. Adapun skor untuk Gapoktan

Sumber Makmur sesuai Tabel 10 sebesar 84 atau berada di atas ambang batas

sebesar 80.

No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan

1 Jaminan ketersediaan lahan usahatani/sarana 40 4 160

2 Pengalaman usahatani 30 5 150

3 Modal Sendiri 10 1 10

4 Usia Petani 20 5 100

84 LULUS

SKORING HASIL VERIFIKASI PERSYARATAN GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP

32

Tabel 9. Hasil skoring seleksi untuk gapoktan Bimo Makmur

Tabel 10. Hasil Skoring Seleksi untuk gapoktan Sumber Makmur

Hasil seleksi gapoktan melalui sistem untuk Gapoktan Sumber

Makmur sebagai contoh, disajikan dalam Gambar 17. Berdasarkan Gambar

17 diketahui bahwa hasil perhitungan melalui sistem memberikan kesimpulan

yang sama dengan hasil perhitungan secara manual. Hal ini menunjukkan

bahwa sistem telah sesuai dan dapat digunakan. Diagram aliran data level 1

pada model seleksi gapoktan disajikan pada Gambar 18.

Gambar 17. Model seleksi gapoktan

No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan

1 Jaminan ketersediaan lahan usahatani/sarana 40 5 200

2 Pengalaman usahatani 30 5 150

3 Modal Sendiri 10 1 10

4 Usia Petani 20 5 100

92 LULUS

SKORING HASIL VERIFIKASI PERSYARATAN GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP

No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan

1 Jaminan ketersediaan lahan usahatani/sarana 40 4 160

2 Pengalaman usahatani 30 5 150

3 Modal Sendiri 10 1 10

4 Usia Petani 20 5 100

84 LULUS

SKORING HASIL VERIFIKASI PERSYARATAN GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP

33

Gambar 18. Diagram aliran data level 1 pada model seleksi gapoktan

2. Model Wilayah Usaha

Model wilayah usaha digunakan untuk menilai kelayakan usaha dari

usahatani yang dilakukan oleh petani anggota. Berdasarkan hasil wawancara

pada tiga gapoktan, diperoleh hasil bahwa usahatani pokok yang dilakukan

anggota petani di tiga gapoktan tersebut dan gapoktan lain pada umumnya

terdiri dari usahatani padi, cabai, dan jagung. Komponen analisa usahatani

yang terdiri dari biaya investasi, biaya tetap, biaya variabel, dan penghasilan

usahatani untuk usahatani padi, cabai, dan jagung disajikan pada Lampiran 15

sampai 17. Hasil perhitungan manual untuk kelayakan usaha dari ketiga

usahatani tersebut disajikan pada Tabel 11 sampai dengan 13.

Pada Tabel 11 diketahui bahwa untuk usahatani padi berturut-turut nilai

NPV, net B/C, dan IRR masing-masing 482.238,82, 1,13, dan 16,81%.

Dengan demikian, berdasarkan ketiga cara analisa tersebut, usahatani padi

layak dilakukan.

Pengelompokkan data

Pusat/ Auditor

Poktan

Detail data usahatani dan detail anggota (usia, status kepemilikan

lahan, pengalaman usahatani, modal awal, dan luas lahan kepemilikan)

Pengolahan data

Kelayakan gapoktan untuk menerima dana BLM-PUAP

Data usia, kepemilikan lahan, pengalaman, modal, dan luas lahan usahatani

34

Tabel. 11. Analisa kelayakan usahatani padi

Tabel 12. Analisa kelayakan usahatani cabai

Pada Tabel 12 diketahui bahwa untuk usahatani cabai berturut-turut nilai

NPV, net B/C, dan IRR masing-masing 2.005.178,63, 1,79, dan 31,29%. Dengan

demikian, berdasarkan ketiga cara analisa tersebut, ushatani cabai layak

dilaksanakan.

Hasil perhitungan manual untuk kelayakan usahatani jagung ditunjukkan

pada Tabel 13. Pada tabel tersebut nilai untuk NPV, net B/C, dan IRR masing-

masing 772.443,85, 1,49, dan 23,73%. Berdasarkan nilai-nilai tersebut, maka

usahatani jagung layak dilakukan.

Break event point (BEP) atau titik impas untuk masing-masing jenis

usahatani berdasarkan perhitungan manual berturut-turut, yaitu padi sebesar 1.263

kg, cabai 259 kg, dan jagung sebesar 661 kg. Nilai BEP tersebut didasarkan pada

asumsi harga pasar normal sesuai yang digunakan pada analisa usahatani. Nilai

BEP tersebut akan digunakan pada model pengembangan untuk perhitungan

dengan menggunakan metode comparative performance index (CPI).

DF DF DF

Investasi Pemeliharaan/pengolahan Produksi Total 12% 16% 18%

1 750,000 2,985,300 - 3,735,300 - (3,735,300) 0.892857 (3,335,089.29) 0.862069 (3,220,086.21) 0.847458 (3,165,508.47)

2 485,300 - 485,300 - (485,300) 0.797194 (386,878.19) 0.7431629 (360,656.96) 0.718184 (348,534.90)

3 80,000 - 80,000 - (80,000) 0.71178 (56,942.42) 0.6406577 (51,252.61) 0.608631 (48,690.47)

4 120,000 120,000 6,825,000 6,705,000 0.635518 4,261,148.72 0.5522911 3,703,111.81 0.515789 3,458,364.41

NPV 482,238.82 71,116.03 (104,369.44)

Net B/C 1.13

IRR 16.81%

PV PV

Analisa Kelayakan Usahatani Padi

Penghasilan/B

(Rp)B-C PV

Bulan

ke-

Biaya/C (Rp)

DF DF DF

Investasi Pemeliharaan/pengolahan Produksi Total 12% 30% 32%

1 150,000 2,005,800 - 2,155,800 - (2,155,800) 0.892857 (1,924,821.43) 0.7692308 (1,658,307.69) 0.7575758 (1,633,181.82)

2 377,400 - 377,400 - (377,400) 0.797194 (300,860.97) 0.591716 (223,313.61) 0.573921 (216,597.80)

3 436,000 - 436,000 - (436,000) 0.71178 (310,336.19) 0.4551661 (198,452.44) 0.4347887 (189,567.85)

4 500,000 135,000 635,000 1,843,200 1,208,200 0.635518 767,832.94 0.3501278 423,024.40 0.3293853 397,963.38

5 310,000 135,000 445,000 5,529,600 5,084,600 0.567427 2,885,138.59 0.2693291 1,369,430.61 0.2495344 1,268,782.37

6 90,000 90,000 1,843,200 1,753,200 0.506631 888,225.68 0.2071762 363,221.33 0.1890412 331,426.99

NPV 2,005,178.63 75,602.61 (41,174.73)

Net B/C 1.79

IRR 31.29%

Analisa Kelayakan Usaha Cabai

Bulan

ke-

Biaya/C (Rp) Penghasilan/B

(Rp)B-C PV PV PV

35

Tabel 13. Analisa kelayakan usahatani jagung

Perhitungan kelayakan usaha melalui model wilayah usaha untuk

perhitungan NPV padi, cabai, dan jagung diperoleh hasil berturut-turut

sebesar 482.240, 2.005.180, dan sebesar 772.444 dengan kesimpulan

seluruhnya layak dilakukan. Dengan demikian model yang dibuat untuk

perhitungan NPV dalam sistem, telah sesuai dengan perhitungan secara

manual. Hasil perhitungan NPV padi melalui sistem disajikan pada Gambar

19.

Perhitungan net B/C dalam model wilayah usaha diketahui bahwa nilai

net B/C untuk padi, cabai, dan jagung masing-masing sebesar 1,128; 1,791;

dan 1,490. Dengan demikian model yang dibuat dalam sistem telah sesuai

dengan hasil perhitungan secara manual. Gambar 20 menunjukkan hasil

perhitungan net B/C cabai pada SIPK-GP 1.13.

Gambar 19. Perhitungan NPV padi pada SIPK-GP 1.13

DF DF DF

Investasi Pemeliharaan/pengolahan Produksi Total 12% 38% 39%

1 312,500 1,239,375 - 1,551,875 - (1,551,875) 0.892857 (1,385,602.68) 0.7246377 (1,124,547.10) 0.719424 (1,116,456.83)

2 239,375 - 239,375 - (239,375) 0.797194 (190,828.28) 0.5250998 (125,695.76) 0.517572 (123,893.69)

3 60,000 60,000 3,360,000 3,300,000 0.71178 2,348,874.82 0.3805071 1,255,673.36 0.372354 1,228,767.00

NPV 772,443.85 5,430.50 (11,583.53)

Net B/C 1.49

IRR 38.32%

PV PV

Analisa Kulayakan Usaha Jagung

Penghasilan/B

(Rp)B-C PV

Bulan

ke-

Biaya/C (Rp)

36

Gambar 20. Perhitungan Net B/C cabai pada model usaha di SIPK-GP 1.13

Perhitungan IRR dalam model wilayah usaha untuk padi, cabai, dan

jagung masing-masing sebesar 16,811%, 31,295% dan 38,319%. Dengan

demikian model yang dibuat dalam sistem telah sesuai dengan perhitungan

secara manual. Gambar 21 menunjukkan hasil perhitungan IRR cabai pada

model usaha di SIPK-GP 1.13, sedangkan diagram aliran data level 1 pada

model usaha disajikan pada Gambar 22.

Gambar 21. Perhitungan IRR cabai pada model usaha di SIPK-GP 1.13

37

Gambar 22. Diagram aliran data level 1 pada model wilayah usaha

Analisis sensitivitas ketiga jenis usahatani utama gapoktan dilakukan

dengan skenario sebagai berikut (a) harga benih, pupuk, dan pestisida naik

20% sedang harga jual tetap; (b) biaya produksi tetap sedang harga jual turun

20%; dan (c) biaya produksi dan harga jual tetap sedang jumlah produksi

turun 20%. Hasil perhitungan atas ketiga skenario tersebut pada masing-

masing metode perhitungan kelayakan usaha disajikan pada Tabel 14-16.

Tabel 14. Analisis sensitivitas pada perhitungan NPV

No Jenis

Usahatani Kondisi Awal

Skenario a

Skenario b

Skenario c

1 Padi 482.240 133.314 -385.242 -385.242

2 Cabai 2.005.178,63 1.775.167 956.609 956.609

3 Jagung 772.443,85 695,07 294.127 294.127

Tabel 15. Analisis sensitivitas pada perhitungan IRR

No Jenis

Usahatani Kondisi Awal

Skenario a

Skenario b

Skenario c

1 Padi 16,81 13,27 7,88 7,88

2 Cabai 31,29 28,80 22,16 22,16

3 Jagung 38,32 34,99 22,67 22,67

Pengolahan data

Poktan

Detail data usahatani (biaya investasi, biaya tetap, biaya variabel, dan penghasilan

usahatani)

NPV, IRR, Net B/C, dan BEP serta kesimpulan kelayakan

Gapoktan/ PMT/PPL/ BPTP

Pengelompokkan data

Biaya dan penghasilan bulanan

38

Tabel 16. Analisis sensitivitas pada perhitungan Net B/C

No Jenis

Usahatani Kondisi Awal

Skenario a

Skenario b

Skenario c

1 Padi 1,13 1,03 0,90 0,90

2 Cabai 1,79 1,66 1,38 1,38

3 Jagung 1,49 1,42 1,19 1,19

Berdasarkan Tabel 14-16 diketahui bahwa pada skenario (a) usahatani

cabai dan jagung masih layak dilakukan sedangkan padi dinyatakan tidak

layak menurut analisa IRR karena lebih rendah dari suku bunga bank yang

berlaku, yaitu 14%. Pada skenario (b) dan (c) usahatani padi sudah tidak

layak dilakukan, sedangkan kedua jenis usahatani lainnya masih layak

dilakukan. Dengan demikian padi memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap

perubahan harga produksi, harga jual, dan penurunan produksi dibandingkan

dengan dua jenis usahatani lainnya.

Analisis sensitivitas terhadap ketiga jenis usahatani utama tersebut,

diketahui bahwa padi mempunyai sensitivitas tertinggi terhadap kenaikan

harga produksi, penurunan harga jual, dan penurunan jumlah produksi sebesar

20%. Hal ini memberi petunjuk kepada kelompok tani/petani anggota yang

melakukan usahatani padi maupun PMT dan PPL agar senantiasa menerapkan

pola pemupukan berimbang, pengendalian hama terpadu, dan penggunaan

benih unggul untuk meningkatkan produksi sehingga dapat mengurangi

dampak dari perubahan harga produksi atau harga jual yang berada diluar

kendali kelompok tani dan/atau petani.

3. Model Kinerja Gapoktan

Model kinerja gapoktan merupakan penilaian terhadap kinerja gapoktan

yang ditandai dengan akumulasi penyaluran dana, jumlah pengembalian

pokok, jumlah pembayaran bunga, dan jumlah penambahan asset/modal

gapoktan. Kinerja ini menunjukkan seberapa besar aktivitas gapoktan

sekaligus menunjukkan efektifitas dari penyaluran dana yang telah diberikan

kepada gapoktan.

Hasil penilaian manual untuk kinerja Gapoktan Madu Makmur, Bimo

Makmur, dan Gapoktan Sumber Makmur disajikan pada Lampiran 18 sampai

20. Sedangkan perhitungan atau skoring manual untuk ketiga gapoktan

tersebut dapat dilihat pada Tabel 17 sampai Tabel 19.

Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa skor kinerja untuk gapoktan Madu

Makmur sebesar 88 atau dalam kategori baik. Gapoktan Bimo Makmur

sesuai dengan Tabel 18 memperoleh skor kinerja sebesar 92 atau dalam

kategori sangat baik. Sedangkan untuk Gapoktan Sumber Makmur, sesuai

dengan Tabel 19, skor yang diperoleh 84 atau sama dengan kedua gapoktan

sebelumnya berada dalam kategori baik.

39

Tabel 17. Hasil penilaian kinerja gapoktan Madu Makmur

Tabel 18. Hasil penilaian kinerja gapoktan Bimo Makmur

Tabel 19. Hasil penilaian kinerja gapoktan Sumber Makmur

Penilaian kinerja dengan menggunakan model kinerja pada sistem

untuk Gapoktan Sumber Makmur diperoleh hasil sebesar 84 atau pada

kategori baik, seperti ditunjukkan pada Gambar 23. Dengan demikian model

perhitungan kinerja telah sesuai dengan perhitungan manual. Diagram aliran

data level 1 pada model kinerja gapoktan disajikan pada Gambar 24.

4. Model Pengembangan

Model pengembangan bertujuan untuk menentukan fokus kegiatan

gapoktan yang paling menentukan. Model ini menggunakan proses hierarki

analisis atau AHP sebagai metode penetapan fokus, selain itu pada model

No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan

1 Jumlah penyaluran dana BLM-PUAP 40 5 200

2 Jumlah pengembalian pokok pinjaman 20 5 100

3 Jumlah pembayaran bunga pinjaman 20 5 100

4 Jumlah penambahan modal/aset 20 2 40

88 BAIK

SKORING HASIL PENILAIAN KINERJA GAPOKTAN MADU MAKMUR

No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan

1 Jumlah penyaluran dana BLM-PUAP 40 5 200

2 Jumlah pengembalian pokok pinjaman 20 5 100

3 Jumlah pembayaran bunga pinjaman 20 5 100

4 Jumlah penambahan modal/aset 20 3 60

92SANGAT

BAIK

SKORING HASIL PENILAIAN KINERJA GAPOKTAN BIMO MAKMUR

No Uraian Bobot Nilai BxN Jumlah Kesimpulan

1 Jumlah penyaluran dana BLM-PUAP 40 5 200

2 Jumlah pengembalian pokok pinjaman 20 4 80

3 Jumlah pembayaran bunga pinjaman 20 4 80

4 Jumlah penambahan modal/aset 20 3 60

84 BAIK

SKORING HASIL PENILAIAN KINERJA GAPOKTAN SUMBER MAKMUR

40

inipun digunakan metode CPI untuk menentukan jenis usahatani yang paling

menentukan.

Wawancara dilakukan terhadap tiga orang pakar yang terdiri dari

Direktur Pembiayaan Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Kementerian Pertanian, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Provinsi DI. Yogyakarta, dan Kepala Sub Direktorat Pembiayaan Agribisnis,

Direktorat Pembiayaan Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

Kementerian Pertanian. Ketiga orang tersebut dipilih karena pada saat ini

berperan langsung dalam pelaksanaan program PUAP Kementerian

Pertanian. Peran ketiga pakar tersebut berturut-turut sebagai penentu

kebijakan ditingkat pusat, penanggung jawab/koordinator kegiatan ditingkat

provinsi, dan penanggung jawab kegiatan ditingkat pusat.

Gambar 23. Penilaian kinerja Gapoktan Sumber Makmur pada Model

Kinerja di SIPK-GP 1.13

Gambar 24. Diagram aliran data level 1 pada model kinerja gapoktan

Pengolahan data

Gapoktan

Detail penyaluran dan pengembalian dana

Laporan perkembangan usaha

Gapoktan/ PMT/PPL

Pengelompokkan data

Skor kinerja dan kesimpulannya

BPTP/Pusat/ Auditor

Data penyaluran, pengembalian pokok, dan pembayaran bunga

41

Hasil pengolahan AHP dengan menggunakan expert choice diperoleh

hasil sebagaimana tertuang pada Gambar 25. Pengolahan dilakukan dengan

terlebih dahulu melakukan perbaikan terhadap input data dari masing-masing

narasumber yang menghasilkan indeks inkonsistensi lebih dari 0,1, serta

melakukan integrasi untuk skor aktor dan tujuan. Berdasarkan Gambar 25

diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap fokus usaha

gapoktan yaitu potensi pemasaran dengan skor 0,479. Terpilihnya potensi

pemasaran sebagai faktor yang paling berpengaruh menunjukkan bahwa

dalam melakukan usaha agribisnis, faktor tersebut sangat menentukan tingkat

keberhasilan usaha dibanding dengan faktor lainnya, yaitu kelayakan usaha

dan potensi wilayah.

Gambar 25. Hasil perhitungan AHP dengan menggunakan expert choice

Aktor yang paling berpengaruh yaitu pemangku kebijakan (Direktur

Pembiayaan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian

Pertanian) dengan skor 0,376 diikuti oleh ketua gapoktan dengan skor 0,200.

Hal ini menunjukkan bahwa pemangku kebijakan selaku pihak yang pertama

memutuskan gapoktan penerima dana BLM-PUAP mempunyai peranan

penting dalam keberhasilan gapoktan. Selanjutnya, ketua gapoktan selaku

pimpinan atau pengambil kebijakan ditingkat gapoktan mempunyai peranan

yang sangat penting dalam menentukan tingkat keberhasilan usahatani

42

anggota gapoktan dan keberhasilan kinerja gapoktan itu sendiri. Apabila kita

mengambil ketua gapoktan sebagai aktor utama, maka tujuan yang akan

menjadi prioritas yaitu peningkatan pendapatan dengan skor 0,417,

sedangkan alternative usahatani terbesar pada usaha simpan pijnam dengan

skor 0,282, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 26 dan 27.

Gambar 26. Prioritas tujuan apabila dipilih ketua gapoktan sebagai aktor

Gambar 27. Prioritas alternatif usahatani untuk actor ketua gapoktan dan

tujuan peningkatan pendapatan

Pada unsur tujuan, prioritas utama yaitu peningkatan lapangan kerja

dengan skor 0,426. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan lapangan kerja

merupakan tujuan utama dari pengembangan usaha agribisnis perdesaan.

Peningkatan lapangan kerja ini akan menimbulkan multiplier effect, sehingga

dapat meningkatkan pendapatan dan pengembangan kelompok.

Secara keseluruhan, prioritas alternatif usaha gapoktan secara berturut-

turut yaitu simpan pinjam (0,286), usahatani hortikultura (0,243), usahatani

tanaman pangan (0,204), usahatani ternak kecil (0,149), dan usahatani ternak

43

besar (0,118). Akan tetapi, apabila kota khususkan pada tujuan peningkatan

lapangan kerja, maka alternatif tertinggi berada pada usahatani hortikultura

dengan skor sebesar disusul dengan usaha simpan pinjam sebesar 0,238 dan

usahatani tanaman pangan sebesar 0,237.

Gambar 28. Alternatif usahatani pada tujuan peningkatan lapangan kerja

Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan AHP maupun CPI,

pada sektor on-farm, alternatif pertama fokus usaha gapoktan yaitu usahatani

hortikultura, dalam hal ini cabai. Sedangkan apabila digabung dengan sektor

off-farm, maka usaha simpan pinjam menjadi pilihan utama. Akan tetapi,

karena pada pelaksanaan usaha simpan pinjam jenis usaha yang dilakukan

anggota sangat variatif, maka pengelolaannnya sebaiknya dipisahkan dari

pengelolaan usaha on-farm.

Hasil analisis ini memberi petunjuk kepada ketua kelompok tani, ketua

gapoktan, PMT, dan/atau PPL untuk menganjurkan anggotanya melakukan

usahatani hortikultura khususnya cabai. Hasil ini pun dapat dijadikan sebagai

dasar untuk melakukan pengaturan jenis usahatani yang dilakukan anggota,

sehingga tidak serta merta seluruh anggota melakukan usahatani cabai. Hal

ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penurunan harga produk yang

besar pada saat panen raya.

Penetapan fokus usaha dengan metode AHP pada model pengembangan

memberikan fasilitas pemasukan data untuk tiga partisipan dan perhitungan

gabungan sebagaimana fasilitas dalam software expert choice. Sub-sub menu

pada sub menu AHP ini terdiri dari Sub-sub menu Tambah Data yang

memberikan fasilitas pemasukan data goal, faktor, aktor, tujuan, dan

alternatif, Sub-sub menu Perbandingan AHP yang memberikan fasilitas input

data AHP berdasarkan data partisipan, serta Sub-sub menu Daftar AHP yang

menampilkan hasil dari perhitungan AHP. Laman Sub-sub menu pada menu

AHP seperti disajikan pada Gambar 29 sampai Gambar 31. Diagram aliran

data untuk AHP disajikan pada Gambar 32.

44

Gambar 29. Sub-sub menu tambah data AHP pada SIPK-GP 1.13

Perhitungan data masing-masing partisipan telah sesuai dengan yang

dihasilkan oleh expert choice. Sedangkan untuk perhitungan data gabungan,

hasil yang diperoleh tidak sama dengan yang dihasilkan oleh expert choice,

akan tetapi hasil tersebut sama dengan hasil perhitungan secara manual

dengan menggunakan rumus perkalian matriks dalam excel. Selain itu, model

ini belum melakukan perhitungan integrasi untuk skor alternatif terhadap

goal. Seperti halnya expert choice, model ini pun belum melakukan

perhitungan integrasi skor untuk aktor dan tujuan.

Gambar 30. Input perbandingan AHP pada Sub-sub menu Perbandingan AHP

45

Gambar 31. Sub-sub menu daftar AHP pada sub menu AHP di SIPK-GP 1.13

Gambar 32. Diagram aliran data level 1 pada model pengembangan dengan

AHP

46

Hasil penetapan fokus usaha dengan menggunakan metode CPI pada

model pengembangan usaha diperoleh hasil seperti ditunjukan pada Gambar

33. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa cabai merupakan prioritas

utama fokus usaha gapoktan dengan skor sebesar 206,64. Skor hasil

perhitungan dengan menggunakan sistem sama dengan perhitungan secara

manual. Hal ini menunjukkan bahwa sistem telah sesuai dan dapat

dipergunakan. Diagram aliran data level 1 untuk model pengemabgan dengan

CPI disajikan pada Gambar 34.

Gambar 33. Perhitungan CPI pada SIPK-GP 1.13

Gambar 34. Diagram aliran data level 1 pada model pengembangan

dengan CPI

Pengolahan data I

Pengolahan data II

Biaya dan penghasilan bulanan

Gapoktan/ BPTP/PMT/PPL

Poktan

Detail data usahatani (biaya investasi, biaya tetap, biaya variable, dan penghasilan usahatani)

Pengelompokkan data

Nilai NPV, IRR, Net B/C, dan BEP masing-masing jenis usahatani

Skor masing-masing jenis usahatani

47

Penetapan fokus usaha dengan menggunakan metode CPI untuk tiga

jenis usahatani utama yang dilakukan ketiga gapoktan sampel disajikan pada

Tabel 20 dan 21. Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa usahatani yang

paling menguntungkan yaitu usahatani cabai yang termasuk dalam usahatani

hortikultura. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan fokus usaha gapoktan

dengan menggunakan AHP sejalan dengan penetapan fokus melalui metode

CPI.

Tabel 20. Nilai-nilai analisa kelayakan usaha untuk perhitungan CPI

Tabel 21. Perhitungan CPI untuk tiga jenis usahatani utama gapoktan

C. Evaluasi User

Evaluasi sistem dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang telah

dikembangkan telah sesuai dengan kebutuhan atau masih memerlukan beberapa

tambahan/perbaikan. Pada pengembangan SIPK-GP 1.13 ini evaluasi dilakukan

oleh auditor yang merupakan salah satu calon user dari sistem. Evaluasi

dilakukan terhadap kecukupan input data dan kecukupan output dari sistem yang

merupakan informasi yang akan digunakan oleh auditor dalam pelaksanaan

tugasnya. Hasil evaluasi tersebut disajikan pada Tabel 22.

Berdasarkan Tabel 22. diketahui pada indikator input, dari 8 orang

responden 7 responden menyatakan setuju atau sangat setuju untuk seluruh sub

indikator yang terdiri dari jenis data yang diinput telah sesuai kebutuhan, proses

input data mudah, dan proses pembaharuan data mudah, sedangkan satu

responden menyatakan cukup setuju pada sub indikator jenis data yang diinput

telah sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitasi dan

konfigurasi input data pada sistem telah cukup memadai atau sesuai dengan

kebutuhan user. Pada indikator output, dari 8 responden, sebanyak 7 responden

menyatakan setuju atau sangat setuju pada seluruh sub indikator output,

sedangkan satu orang responden menyatakan cukup setuju pada sub indikator

No Jenis Usahatani NPV IRR Net B/C BEP

1 Padi 482,239 16.81% 1.13 1,263

2 Cabai 2,005,179 31.29% 1.79 259

3 Jagung 772,444 38.32% 1.49 661

Trend (+) (+) (+) (-)

No Jenis Usahatani NPV IRR Net B/C BEP SKOR Peringkat

1 Padi 100 100 100 20 84 3

2 Cabai 416 186 159 100 207 1

3 Jagung 160 228 132 39 148 2

Bobot 0.2 0.3 0.3 0.2

48

relevansi informasi yang dihasilkan terhadap yang dihasilkan gapoktan dan

akurasi informasi yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang

dihasilkan sistem telah sesuai dengan kebutuhan user. Dengan demikian, sistem

yang dikembangkan telah memenuhi kebutuhan user dan siap untuk digunakan.

Tabel 22. Hasil evaluasi sistem oleh calon user

No Indikator Penilaian PENDAPAT RESPONDEN

1 2 3 4 5 6 7 8

INPUT

1 jenis data yang diinput telah sesuai kebutuhan SS SS SS CS S S SS S

2 proses input data mudah SS SS SS S S S SS S

3 proses perbaruan data mudah SS SS SS S S S SS SS

OUTPUT

4 kelengkapan informasi yang dihasilkan SS S SS S S S S S

5 keandalan informasi yang dihasilkan terhadap informasi yang diharapkan

SS SS SS S S S SS S

6 relevansi informasi yang dihasilkan terhadap yang dihasilkan gapoktan

SS SS SS CS S S S SS

7 akurasi informasi yang dihasilkan SS S SS CS S S SS S

Keterangan: STS = sangat tidak setuju (1); TS = tidak setuju (2); CS = cukup

setuju (3); S = setuju (4); SS = sangat setuju (5)

D. Implikasi Manajemen

Implementasi SIPK-GP 1.13 pada pelaksanaan Program PUAP di

Kementerian Pertanian akan menimbulkan implikasi manajemen mulai dari

tingkat pusat dan provinsi (aspek strategis dan taktis) sampai dengan gapoktan

(aspek teknis), baik pada sisi perencanaan maupun pada pelaksanaan kegiatan.

Sistem ini menghasilkan output yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai level

manajemen pada pelaksanaan kegiatan PUAP. Manual instalasi SIPK-GP 1.13

disajikan pada Lampiran 21.

1. Aspek strategis

Direktorat Pembiayaan Pertanian selaku penanggung jawab kegiatan

dan penentu kebijakan, perlu melakukan beberapa perubahan kebijakan

pelaksanaan kegiatan, yaitu

a. melakukan revisi Pedoman Umum PUAP antara lain dengan melakukan

penambahan persyaratan gapoktan penerima dengan persyaratan teknis

sebagaimana yang digunakan pada model seleksi gapoktan

b. perubahan metode seleksi gapoktan, dengan melakukan input data teknis

(nama anggota, tanggal lahir/usia, luas lahan yang dimiliki, status lahan,

modal awal yang dimiliki, dan jenis usahatani yang dilakukan) gapoktan

calon penerima bantuan kedalam SIPK-GP 1.13 untuk diolah dan hasilnya

diperoleh melalui model seleksi gapoktan, selain melakukan verifikasi

administrasi sebagaimana yang selama ini dilakukan

c. sosialisasi kepada instansi terkait (BPTP provinsi dan dinas lingkup

pertanian) tentang perubahan Pedoman Umum PUAP

d. melakukan penggandaan SIPK-GP 1.13 untuk diujiterapkan pada

beberapa gapoktan penerima BLM-PUAP

49

e. penambahan biaya pengadaan komputer dan printer pada komponen

biaya dalam rencana usaha gapoktan, serta

f. menambahkan materi aplikasi SIPK-GP 1.13 pada pelaksanaan pelatihan

penyelia mitra tani dan gapoktan penerima dana BLM-PUAP

2. Aspek taktis

BPTP selaku koordinator di provinsi bekerja sama dengan dinas terkait

perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut

a. menginstruksikan PMT dan/atau PPL untuk melakukan pendataan atas

biaya-biaya yang dikeluarkan anggota gapoktan dalam melakukan

usahataninya serta penghasilan yang diperoleh anggota gapoktan dari

usahatani yang dilakukannya. Data tersebut digunakan sebagai input pada

model wilayah usaha

b. meningkatkan sosialisasi dan pembinaan kepada gapoktan, khususnya

yang berkaitan dengan tertib administrasi, sehingga data yang diperlukan

oleh sistem selalu tersedia dan dapat diinput tepat waktu

c. melakukan analisa atas komponen-komponen dalam model wilayah

usaha, untuk dilakukan efisiensi biaya usahatani dan mengurangi

kehilangan hasil panen

3. Aspek teknis

Data merupakan hal yang sangat menentukan efektifitas pemanfaatan

sistem, karena apabila data yang diinput tidak benar, akurat, dan lengkap,

maka sistem tidak akan menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan.

PMT/PPL selaku bagian dari manajemen yang langsung berhubungan dengan

gapoktan perlu meningkatkan monitoring dan pembinaan pengelolaan

administrasi keuangan untuk menjamin ketersediaan, keakuratan, dan

ketertiban pencatatan yang dilakukan oleh gapoktan. Dipihak lain, gapoktan

selaku pelaksana utama kegiatan PUAP, perlu menetapkan anggota yang akan

ditugaskan sebagai pengguna sistem.

4. Aspek sosial

SIPK-GP 1.13 melalui model pengembangan, memberi output berupa

prioritas usahatani yang paling layak dilakukan oleh anggota gapoktan.

Model ini memungkinkan gapoktan untuk mengatur atau melakukan

penjadwalan jenis usahatani yang dilakukan oleh anggotanya. Hal ini

memerlukan adanya agenda rutin dari gapoktan untuk melakukan pertemuan

mengenai penjadwalan jenis usahatani yang dilakukan oleh anggotanya,

sehingga masing-masing anggota tidak hanya melakukan satu jenis usahatani,

tetapi beberapa jenis usahatani sesuai dengan prioritasnya dilakukan oleh

anggota secara bergiliran. Hal ini pun menuntut peran PPL untuk aktif

memberikan penyuluhan usahatani kepada anggota terutama yang tidak

terbiasa melakukan berbagai jenis usahatani.