bab iv hasil dan pembahasan 4.1setting penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian rp i hanya mandi,...

47
41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Menara Kasih (PSMK) Salatiga. PSMK berada di Jl. Langen Rejo 326 Rt. 07 /Rw. 02 Gendongan, Salatiga. PSMK merupakan panti yang merupakan tempat perawatan lansia dengan hambatan mobilitas fisik, kelumpuhan dan tirah baring yang diakibatkan oleh kemunduran fisiologis tubuh, riwayat jatuh ataupun gejala sisa penyakit-penyakit degeneratif seperti stroke. Panti Sosial Menara Kasih merupakan yayasan sosial yang telah berdiri sejak tahun 2012. 4.1.2 Proses Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 26 April 2016. Pada awal studi pendahuluan 17 28 November 2015. Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil partisipan yang memiliki riwayat penyakit stroke (lansia pasca stroke). Peneliti pertama kali bertemu partisipan di Panti Sosial Menara Kasih pada saat melakukan studi pendahuluan dan melakukan perkenalan secara singkat. Pada bulan Februari 2016 peneliti datang kembali ke PSMK untuk bertemu riset partisipan sebagai bentuk bina hubungan saling percaya sebelum

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Menara Kasih

(PSMK) Salatiga. PSMK berada di Jl. Langen Rejo 326 Rt. 07

/Rw. 02 Gendongan, Salatiga. PSMK merupakan panti yang

merupakan tempat perawatan lansia dengan hambatan

mobilitas fisik, kelumpuhan dan tirah baring yang diakibatkan

oleh kemunduran fisiologis tubuh, riwayat jatuh ataupun gejala

sisa penyakit-penyakit degeneratif seperti stroke. Panti Sosial

Menara Kasih merupakan yayasan sosial yang telah berdiri

sejak tahun 2012.

4.1.2 Proses Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 – 26 April 2016.

Pada awal studi pendahuluan 17 – 28 November 2015. Dalam

penelitian ini peneliti hanya mengambil partisipan yang

memiliki riwayat penyakit stroke (lansia pasca stroke). Peneliti

pertama kali bertemu partisipan di Panti Sosial Menara Kasih

pada saat melakukan studi pendahuluan dan melakukan

perkenalan secara singkat. Pada bulan Februari 2016 peneliti

datang kembali ke PSMK untuk bertemu riset partisipan

sebagai bentuk bina hubungan saling percaya sebelum

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

42

peneliti memohon kesediaan partisipan untuk mejadi subjek

penelitian. Kemudian, pada tanggal 13 April 2016 peneliti

kembali datang untuk mengantar surat izin penelitian dan

meminta kesediaan subjek penelitian untuk menjadi riset

partisipan. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan kepada setiap

lansi yang akan menjadi Riset Partisipan mengenai maksud

dan tujuan penelitian yang akan dilakukan dan memohon

pada RP untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi

partisipan.

Setelah memperoleh ijin dari pihak yayasan PSMK pada

tanggal 13 April 2016, peneliti kemudian melakukan diskusi

dengan para pengasuh lansia di PSMK, untuk menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian. Disamping itu, peneliti

melakukan pertemuan langsung dengan para pengurus lansia

di PSMK untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti

pada tanggal 17 – 28 November 2015, subjek penelitian yang

dipilih menjadi partisipan awalnya adalah 7 orang lansia

dengan yang mengalami stroke (pasca stroke), namun

sebelum penelitian berlangsung, 2 partisipan telah meninggal

dunia, 1 partisipan telah pindah dari PSMK, dan 1 partisipan

mengalami hambatan komunikasi verbal, sehingga total

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

43

subjek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian adalah 3

orang lansia pasca stroke.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Gambaran Umum Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah lansia

pasca stroke yang tinggal PSMK Salatiga. Jumlah subjek

penelitian yang ditentukan menjadi riset partisipan

berdasarkan kriteria penelitian adalah 3 lansia pasca stroke.

1. Riset Partisipan I

Nama : Ny A

Umur : 62 tahun

Tanggal lahir : 2 Februari 1954

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pernikahan : Menikah

Riset Partisipan I (RP I) adalah seorang perempuan yang

berasal dari Salatiga. RP I pertama kali mengalami

serangan stroke pada tahun 2012, sehingga gejala sisa

yang masih dapat diamati adalah kelumpuhan pada bagian

tubuh sebelah kiri. Berdasarkan riwayat pernikahan RP I

telah menikah sebanyak 2 kali. Suami pertama dan kedua

telah meninggal dunia. RP I mempunyai 2 orang anak, anak

laki-laki dari suami pertama yang tinggal di Surabaya dan

seorang anak perempuan yang merupakan anak dari

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

44

pernikahan kedua partisipan. Sebelum masuk ke panti RP I

tinggal bersama anak perempuannya di Salatiga. Saat

dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv

dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga

sejak 16 Oktober 2013. Pekerjaan RP I sebelum mengalami

stroke adalah wiraswasta yang berjualan bersama suami,

namun setelah suami meninggal dunia RP I hanya berperan

sebagai ibu rumah tangga dan dinafkahi oleh anak

perempuannya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya

RP I menggunakan alat bantu berjalan yaitu kruk. Alasan RP

I masuk PSMK adalah tidak ada yang menjaga dan

merawatnya karena anak dan menantunya sibuk bekerja

serta sering keluar kota.

Dalam keseheharian di PSMK RP I lebih banyak

kesibukan mandi, nonton tv, tidur, bercerita dengan

pengasuh panti, ibadah, terkadang membantu memijat

dengan tangan kanannya. Dalam melakukan aktivitas

sehari-harinya mampu dilakukan secara mandiri. Dalam

penelitian, peneliti melakukan wawancara selama 20 – 30

menit dengan 4 kali wawancara. Respon RP II dan

berkomunikasi dengan suara jelas dan dapat menjawab

pertanyaan dengan baik.

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

45

2. Riset partisipan II

Nama : Tn. A

Umur : 61 tahun

Tanggal lahir : 21 Mei 1955

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Pernikahan : Belum menikah

RP II adalah seorang lansia berjenis kelamin laki-laki

berumur 62 tahun yang berasal dari Jakarta. RP II belum

pernah menikah. RP II mengalami serangan stroke sejak

tahun 2014, sebagai akibat dari serangan stroke yang

dialami RP II mengalami kelumpuhan pada kaki kiri. RP II

mampu berjalan sendiri menggunakan walker (alat bantu

berjalan). RP II masuk ke panti pada tanggal 8 Maret 2014,

alasan RP II masuk panti dikarenakan pada tempat tinggal

RP II yang berada di Jakarta, RP II tidak memiliki pengasuh,

sehingga keluarga menyarankan RP II ke PSMK Salatiga

karena keluarga sibuk bekerja.

Kegiatan sehari-hari RP II adalah mandi, makan, nonton

tv dan istirahat. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari

seperti mandi, makan, berpakaian, BAB/BAK, RP II dapat

melakukan semua kegiatan tersebut secara mandiri. Dalam

penelitian ini, peneliti melakukan wawancara selama 20 – 30

menit dengan 4 kali wawancara. Respon RP II dan

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

46

berkomunikasi dengan suara jelas dan dapat menjawab

pertanyaan dengan baik.

3. Riset partisipan III

Nama : Tn. H

Umur : 60 tahun

Tanggal lahir : 12 Juli 1956

Jenis Kelamin : Laki-laki

RP III berasal dari Salatiga, serta belum menikah. RP III

berjenis kelamin laki-laki dan usia 60 tahun. RP III

mengalami polio pada kaki sebelah kanan sejak usia 4

tahun sampai sekarang, kaki yang mengalami polio tidak

dapat di gerakkan. Pekerjaan RP III sebelum stroke adalah

seorang supir truk dengan menggunakan kaki sebelah kiri

yang aktif untuk bekerja. RP III mengalami stroke sejak

tahun 2013 yang mengakibatkan kelumpuhan pada kaki kiri,

tangan kanan dan hambatan komunikasi verbal sehingga

saat berbicara suara sedikit kurang jelas. Kelumpuhan yang

dialami mengharuskan RP III menggunakan kursi roda untuk

bergerak dan berpindah tempat.

Alasan RP III masuk ke panti adalah tidak ada yang

menjaga serta merawat RP III karena keluarga sibuk

bekerja. RP III masuk panti pada 13 September 2015.

Dalam kesehariannya di panti RP III hanya istirahat, mandi,

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

47

makan, dan untuk melakukan aktivitas sehari-hari RP III

sangat bergantung pada pengasuhnya kecuali untuk makan

dan minum RP III dapat melakukannya sendiri. Saat

melakukan wawancara RP III komunikatif meskipun suara

kurang begitu jelas, namun dapat di mengerti. Wawancara

dilakukan 20 – 30 menit, untuk melengkapi kekurangan

peneliti melakukan 5 kali wawancara.

4.2.2 Analisis Data

Dari hasil wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini

telah dibuat dalam bentuk verbatim. Setelah melakukan

verbatim peneliti melakukan pengkodean dengan memberikan

kode dalam kelipatan lima (5, 10, 15, 20, 25, dst…) untuk

menunjukan pernyataan partisipan pada transkrip wawancara.

Semua data yang telah diberikan kode, peneliti melakukan

reduksi data dari pernyataan riset partisipan yang disesuaikan

dengan kategori, sub tema dan tema besaryang diperoleh

dengan mencari meaning unit dalam verbatim yang sudah di

berikan kode. Berdasarkan hasil reduksi data yang dilakukan

peneliti berdasarkan hasil wawancara diperoleh 4 tema besar

yaitu penyebab stroke yang diderita, stressor psikososial

pasca stroke, respon emosional penderita pasca stroke,

mekanisme coping pasca stroke.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

48

4.2.2.1 Penyebab stroke

Dari proses wawancara dan analisa data yang di

lakukan, dapat diketahui bahwa ketiga partisipan memiliki

kesamaan penyebab stroke yaitu hipertensi. Menurut

pernyataan masing-masing riset partisipan penyebab

stroke baru diketahui setelah mengalami serangan stroke

dan dibawa ke rumah sakit. Beberapa pernyataan

partisipan adalah sebagai berikut:

“…kata dokter saya terserang stroke…. terus pikiran yang

berat yang bisa menimbulkan hipertensi atau tekanan

darah ibu naik.” (RP I.35)

“…kata dokter yang menyebabkan stroke saya adalah

hipertensi, itu aja. Stroke yang saya alami tiba-tiba aja

waktu saya bangun tidur.” (RP II.35)

“Tapi waktu periksa kata dokter penyebabnya itu

hipertensi...”(RP III.55)

Berdasarkan pengakuan partisipan, menurut dokter

pemicu hipertensi RP I dan RP II adalah stres. Stroke yang

dialami RP I disebabkan oleh hipertensi yang dipicu stres.

RP I mengalami stres akibat rasa marah dan kesal

terhadap karyawan anak RP I yang tinggal bersama RP I

di rumah anak perempuannya. RP I merasa marah dan

kesal terhadap sikap karyawan tersebut, dikarenakan

karyawan yang tinggal di rumah anak RP I tersebut

memiliki sikap yang tidak disukai RP I yaitu hanya

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

49

bermalas-malasan di rumah dan memperlakukan RP I

seperti pembantu rumah tangga. Merasa diperlakukan

seperti seorang pembantu rumah tangga oleh karyawan

anaknya, RP I yang merupakan penderita hipertensi yang

dalam kondisi tersebut hanya bisa memendam rasa marah

dan kesal terhadap karyawan tersebut, sehingga semakin

lama rasa marahnya akhirnya terserang stroke. Setelah

terkena stroke, RP I mengalami kelumpuhan pada bagian

tubuh sebelah kiri. Pada RP III hipertensi dipicu oleh

sifatnya yang dulu cepat marah dan stres dikarenakan

pekerjaannya sebagai supir yang membuat RP III tidak

memiliki waktu untuk beristirahat. Pada RP II, penyebab

stroke yang di derita tidak diketahui secara pasti oleh RP II

dirinya mengalami hipertensi sesuai informasi yang

diperoleh dari dokter yang merawatnya. Namun, RP II

mempunyai riwayat hipertensi, ibunya juga adalah seorang

penderita hipertensi.

“Pemikiran saya waktu itu saya pikiran berat, jengkel,

kesal.” (RP I.25)

“Saya jengkel dan marah sama anak buah ee anak

saya.Menjengkelkanlah waktu itu di rumah Imam Bonjol

(nama jalan rumah anaknya), disini (sambil memegang

dada) saya cuma diem-diem akhirnya yang kalah saya

sendiri terus kena stroke.” (RP I.30)

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

50

“Saya kurang tau apa yang menyebabkan saya stroke

soalnya tiba-tiba aja gitu.Tau nya penyumbatan aliran

darah ke otak.” RP II.30)

“Aku gak tau, lupa dokter bilang apa. api ibuku dulu

hipertensi.” (RP II.40)

“…waktu periksa kata dokter penyebabnya itu hipertensi

yang dipicu karena stres.” (RP III.55)

Selain riwayat hipertensi yang diderita, pada RP I dan

RP II penyebab stroke yang lain adalah peningkatan kadar

gula darah. Kedua partisipan (RP I, RP II) mengaku

menyukai makanan yang manis-manis. Sedangkan pada RP

III, faktor lain penyebab hipertensi adalah peningkatan kadar

kolesterol, peningkatan kolesterol tersebut menurut

partisipan yang memperoleh informasi dari dokter yang

menanganinya dikarenakan oleh jenis makanan yang di

konsumsi oleh RP III. RP III mengaku sering mengkonsumsi

makanan yang berlemak seperti daging anjing, sapi dan

kambing.

“Kata dokter selain hipertensi juga karena gulah darah

yang berlebih.” (RP I. 75, RP II.90 )

“Dulu saya yang terlalu boros, makannya sembarang, apa-

apa saya makan. Makan sapi, babi, anjing, semua daging

saya makan. Dulu saya lebih gemuk dari ini, badan saya

besar, saya kena kolesterol. Kata dokter penyebab stroke

saya… dan kolesterol karena makanan yang saya

konsumsi.” (RP III. 55)

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

51

4.2.2.2 Stressor Psikososial pasca stroke

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui hal-hal

yang memicu stres yaitu stressor psikososial seperti

stressor fisik, stressor psikologis, stressor hubungan

interpersonal, stressor finansial, dan stressor lingkungan

hidup.

Dalam penelitian ini pemicu utama riset partisipan

sebelum dirawat di panti dan setelah dirawat di panti (RP I,

RP II, RP III) adalah stressor fisik. Stressor fisik yang

dialami riset partisipan (RP I, RP II, RP III) yaitu

kelumpuhan yang dialami pasca stroke yang

mengakibatkan adanya perubahan pada kemampuan

fungsional. Ketiga riset partisipan mengalami kelumpuhan

separuh. Berbeda dengan RP I dan RP II, selain

mengalami kelumpuhan sebagian yang diakibatkan stroke,

RP III juga mengalami kelumpuhan pada salah satu kaki

yang diakibatkan polio. Hal tersebut mengakibatkan RP III

mengalami kelumpuhan hampir seluruh bagian tubuh.

Selain mengalami kelumpuhan, RP III juga mengalami

hambatan komunikasi verbal. Kondisi tersebut

mengakibatkan RP III bergantung penuh pada pengasuh

lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Pada RP I

kelumpuhan yang diakibatkan stroke adalah pada sisi

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

52

tubuh bagian kiri. Berdasarkan pengakuan RP I, dirinya

pernah mengalami kelumpuhan karena terpleset yang

menharuskan dirinya harus menggunakan kursi roda untuk

berpindah tempat.

“....waktu sampai rumah tiba-tiba ibu ndak bisa jalan lagi

kaki ibu lumpuh..puh, keluar mobil ibu harus di bopong

anak sama menantu saya.” (RP I. 45)

“Ndak pernah kambuh ibu stroke.Tapi waktu itu pernah ibu

terpleset dan lumpuh lebih parah lagi, harus pakai kursi

roda 3 minggu waktu itu.” (RPI.185)

“Perubahan saya yang paling menonjol stroke saya ini

bikin lumpuh bagian kiri, nggak bisa gerak sama sekali,

tidak bisa bekerja lagi dan selama itu saya diam dirumah,

keuangan semakin menipis.10 hari dirawat itu gak ada

perubahan sama sekali, terus saya udah di perbolehkan

pulang karena sudah pulih dari stroke.” (RP I. 55)

“Banyak sekali perubahan terutama saya ndak bisa jalan

lagi sama sekali.Saya sudah kena polio sejak umur 3

tahun, tetapi saya masih bisa nyupir. Setelah stroke saya

lumpuh total pada kedua kaki saya, gak bisa

jalan….tangan kanan saya jarinya kaku, juga suara saya

sekarang ndak jelas, saya juga sedikit budek soalnya

terlalu banyak minum obat mungkin. Yang paling saya

kecewa ini lumpuhnya saya dan juga saya susah

ngomong.” (RP I.50)

Kelumpuhan yang dialami pasca stroke juga berdampak

pada kondisi psikis ketiga riset partisipan. Setelah

mengalami kelumpuhan pasca stroke, ketiga riset partisipan

mengaku memiliki perasaan tidak berdaya dan hanya

membebani keluarga. Hal tersebut dikarenakan, ketiga riset

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

53

partisipan merasa tidak dapat berbuat apa-apa untuk

membantu meringankan beban keluarga yang membiayai

mereka tinggal di panti, sehingga timbul pikiran, bahwa

mereka hanya merepotkan keluarga. Selain merasa tidak

berdaya, ketiga riset partisipan juga mengaku merasa

cemas, keadaan ini karena memiliki perasaan takut jika

stroke kambuh kembali, kepikiran akan kesembuhan dari

lumpuh. Selain itu, harus tinggal terpisah dengan anggota

keluarga menimbulkan perasaan sedih pada RP I.

“Perasaan ibu waktu kena stroke kaget, bertanya-tanya

kenapa kok bisa kena stroke.....Ibu jadi takut, cemas dan

kepikiran nanti stroke ibu kambuh lagi.” (RP I.55)

“Ibu ndak mau jauh dari Dian... Juga lumpuh ini membuat

ibu pindah dan perlu menyesuaikan dengan keadaan

panti.” (RP I.110)

“Ya masalah keuangan anak saya, saya kasihan sama

anak saya cuma bisa membebani saja,...(RP I.245)

“Kaget karena tiba-tiba terkena stroke. Kalo ini, apa

namanya. Gimana ya orang bilangnya. Ya agak stres

karena yang dulunya bisa jalan normal, sekarang nggak

bisa jalan normal seperti biasa, harus pakai alat bantu

kalau jalan. Perasaan saya terkadang merasa tidak

berdaya karena lumpuh ini.” (RP II.60, RP II.65)

“Pernah merasa cemas. Ya Selama itu itu ya pikirannya itu

kapan sembuh kapan sembuh, kok kambuhlagi.”(RPII.205)

“ saya ndak tau kapan saya bisa sembuh, kepikiran terus

saya.” (RP III.100)

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

54

Tinggal di lingkungan yang baru dan bertemu orang-

orang baru juga mengakibatkan stres pada ketiga riset

partisipan. Ketiga riset partisipan mengaku sempat memiliki

kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan tempat

tinggal mereka yang baru. Saat partisipan pindah kepanti

dan bertemu orang baru partisipan pernah bertengkar

dengan sesama lansia di panti, hal tersebut dialami oleh RP

I dan RP II. Sementara itu pada RP III, ia mengaku bahwa

tidak mampu mengontrol emosinya, sehingga sering marah

kepada pengasuh, misalnya karena terlambat datang saat

dimintai bantuan oleh RP III, RP III juga merasa tidak

dihargai, karena seringkali pengasuh memanggil nama RP

III berbeda dengan apa yang diharapkan oleh RP III.

Pernyataan tersebut dibuktikan pada hasil observasi RP III

marah pada pengasuhnya pada pagi hari saat akan

memandikannya.

“Ya kalau kesabaran habis, sama oma T dan Oma M

kalau di tegur marah ya kami bertengkar jadinya.” (RP I,

430)

“Baik-baik aja sekarang. Tapi pernah bertengkar sama

orangtua yang dikamar pojok sana tu, dulu itu aku pernah

dipukul sama orang tua di panti ini juga, tapi aku nggak

bisa ngelawan dengan keadaan beginikan. Aku marah

sama orang panti kok orang begitu (gangguan jiwa) masih

diterima disini.” (RP II.185)

“Dipanti kadang saya emosi kalau sama pengasuh orang

ngomong ndak dengar, kalau manggil itu heh..heh,

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

55

sayakan punya nama, mereka ndak sopan saya ndak bisa

ngapa-ngapain tapi saya ingin dihargai, kalau diperlakukan

begitu ya saya marah. Saya bosan disini gak ada yang

bisa saya buat. Saya lumpuh total gak bisa jalan lagi.” (RP

III.185)

Sebelum mengalami kelumpuhan pasca stroke riset

partisipan (RP I, RP II, RP III) merupakan lansia yang dulu

aktif mencari uang. Kelumpuhan pasca stroke

mengakibatkan muncul stressor baru yaitu stressor finansial

RP I adalah seorang ibu rumah tangga yang dulunya aktif

bekerja yaitu berjualan, setelah suaminya meninggal RP I

tinggal di rumah anaknya, kegiatan yang dillakukan adalah

kegiatan seperti ibu rumah tangga pada umumnya yaitu

membersihkan rumah dan masak meskipun dibantu oleh

pembantunya. Sedangkan, RP II dan RP III merupakan

lansia belum berkeluarga yang terbiasa melakukan

pekerjaan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

sehingga pada saat mengalami kelumpuhan akibat stroke

untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-harinya

bergantung pada keluarganya.

“Perubahan saya yang paling menonjol stroke saya ini

bikin lumpuh bagian kiri, nggak bisa gerak sama sekali,

tidak bisa bekerja lagi dan selama itu saya diam dirumah,

keuangan semakin menipis, saya merasa tidak berdaya.”

(RP II.55)

“Setelah stroke saya lumpuh total pada kedua kaki saya,

gak bisa jalan. Setelah kena stroke banyak yang berubah,

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

56

pertama sudah tidak ada pekerjaan, hidup harus

bergantung pada keluarga, saya dari dulu terbiasa bekerja

tetapi sekarang saya ndak bisa apa-apa, semuanya cuma

minta aja, ndak punya uang,…” (RP III.50)

Ketiga partisipan mengungkapkan bahwa merasa kesepian

saat di panti dengan kelumpuhan yang mereka alami. Selain

itu, kurangnya aktivitas atau kegiatan yang ada di panti.

“Jujur sebenarnya saya merasa sepi karena ndak

kegiatan-kegiatan dipanti ini, kesehariannya paling cuma

nonton aja.” (RP I.120)

“Tetapi lumpuh ini membuat ibu harus pindah kepanti dan

harus menyesuaikan lagi dengan keadaan di panti.” (RPI.

105)

“Perasaan kesepian juga ada ya gak ada kegiatan apa-

apa.Cuma mau gimana lagi, kalau mau kemana-mana gak

bisa, lagian disini juga ada yang jaga ya, jadikan lebih

enak.” (RP II.105)

“saya dipindah kepanti karena dipanti ada yang

mengawasi dan merawat saya” (RP III.120)

4.2.2.3 Respon Emosional Penderita Pasca Stroke

Berdasarkan hasil analisa data, saat pertama kali di

diagnosis stroke serta mengalami kelumpuhan, ketiga riset

partisipan merasa kaget dan tidak percaya dengan kondisi

yang dialami karena hal tersbut terjadi secara tiba-tiba dan

tidak diduga. Selain perasaan kaget ketiga riset partispan

juga mengalami perasaan takut, cemas, sedih dan kecewa.

Perasaan tersebut dipicu karena riset partisipan merasa

dirinya tidak berdaya dengan kelumpuhan yang di alami.

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

57

“Perasaan ibu waktu kena stroke kaget ndak percaya,

bertanya-tanya kenapa kok bisa kena stroke. Ibu waktu itu

pertama kali kena stroke, dokter bilang kalau stroke ibu

bisa kambuh lagi kalau pola makan sama pikiran yang

berat bisa memicu kekambuhan ibu. Ibu jadi takut, cemas

dan kepikiran nanti stroke ibu kambuh lagi.” (RP I. 55)

“Ya ibu sangat sedih to, sempat kecewa soalekan ibu dulu

bisa jalan bebas, sekarang lumpuh kaki sebelah kiri saya

harus pakai kruk.” (RP I.60)

“Kaget karena tiba-tiba terkena stroke. Kalo ini, apa

namanya. Gimana ya orang bilangnya. Ya agak stres

karena yang dulunya bisa jalan normal, sekarang nggak

bisa jalan normal seperti biasa, harus pakai alat bantu

kalau jalan. Perasaan saya terkadang merasa tidak

berdaya karena lumpuh ini.” (RP II.60)

“saya ndak percaya bisa kena stroke, sedih saya dengan

keadaan saya yang begini.”(RP III. 60)

Salah satu riset partisipan yaitu RP III mengatakan

bahwa dirinya merasa bersalah atas apa yang dialaminya.

RP III mengungkapkan bahwa stroke yang diderita

dikarenakan semasa muda, ia tidak menjaga pola

makannya dengan baik. Selain itu, RP III mengatakan

bahwa ia kecewa, merasa putus asa dan pernah

berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya.

“Minum obat aja dan gak tau lagi mau buat apa, saya

bisanya begini aja sampai mati di tempat tidur. Mau

berobat ke dokter ndak ada uang, kasian keluarga saya

dan makan apa adanya, ndak boleh makan-makan daging

lagi, nek ayam ndak apa-apa asal ndak sering-sering. Ini

karena saya dulu memang yang ndak bisa jaga pola

makannya.” (RP III.65)

“Pertama saya tau lemas, kecewa, pasrah pada Tuhan

karena ndak bisa apa-apa, mau mati saja, marah dan

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

58

putus asa. Rasanya setengah mati menjalaninya, susah

sekali kalau hidup harus bergantung sama orang lain.” (RP

III.70, 75)

Ketiga riset partisipan yang merupakan lansia pasca

stroke dengan kelumpuhan yang dialami terpaksa harus

pindah dan tinggal di panti dengan harapan keluarga agar

mereka lebih aman dan ada dalam pengawasan pengasuh

panti. Tinggal di panti mengharuskan ketiga partisipan untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Tidak

memiliki kegiatan, jauh dari keluarga, mengalami konflik

dengan sesama lansia di maupun pengasuh panti sering

memunculkan perasaan seperti merasa sepi, sedih, marah,

cemas, kecewa, dan merasa tidak berarti. Namun, ada juga

perasaan senang karena dengan tinggal di panti dapat

meringankan keluarganya karena di panti ada pengasuh

yang merawat mereka.

“Jujur sebenarnya saya merasa sepi karena ndak

kegiatan-kegiatan dipanti ini, kesehariannya paling cuma

nonton aja.” (RP I.120)

“Pertama saya dipanti perasaannya sedih, takut jauh dari

anak saya.” (RP I.145, 195)

“Marahnya itu karena sering ngatain matamu-matamu

kalau saya nasehatin itu kalau oma M, kalau oma T saya

bilang “kamu itu sudah tua, kasih pelajaran yang baik-baik

untuk yang lebih muda, saya gituken” ya tapi tetap aja

ndak bisa diam manggil-manggil pengasuh terus.”

(RPI.425, RPI.430)

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

59

“Perasaan kesepian juga ada ya gak ada kegiatan apa-

apa. Cuma mau gimana lagi, kalau mau kemana-mana

gak bisa,…” (RP II.105, RP III. 105)

“Tapi, kadang aku merasa gak ada arti karena nggak bisa

kemana-mana, kerjaannya itu-itu aja.” (RP II. 150)

“Tapi pernah bertengkar sama orangtua yang dikamar

pojok sana tu, dulu itu aku pernah dipukul sama orang tua

di panti ini juga, tapi aku nggak bisa ngelawan dengan

keadaan beginikan.Aku marah sama orang panti kok

orang begitu (gangguan jiwa) masih diterima disini.” (RP

II.185)

“Pernah merasa cemas. Ya Selama itu itu ya pikirannya itu

kapan sembuh kapan sembuh, kok kambuh lagi,…” (RP

II.205, RP III.130)

“Tapi saya kasian sama mereka, saya cuma membebani

mereka soalnya saya bergantung sama mereka, apa-apa

minta tolong, saya kecewa ndak punya uang, rasanya

pengen mati saja. (dengan muka seperti pandangan

kearah lain sambil menggeleng-gelengkan kepala).” (RP

III.80, RP III.140)

“Dipanti kadang saya emosi kalau sama pengasuh orang

ngomong ndak dengar, kalau manggil itu heh..heh,

sayakan punya nama, mereka ndak sopan saya ndak bisa

ngapa-ngapain tapi saya ingin dihargai, kalau diperlakukan

begitu ya saya marah.” (RP III.185)

“... saya merasa senang juga di panti, ini bisa

meringankan beban keluarga.” (RPI.105, RPII.160,

RPIII.110)

4.2.2.4 Mekanisme Koping Pasca Stroke

Kelumpuhan merupakan gejala sisa stroke yang dialami

ketiga riset partisipan membuat mereka kehilangan

kemandirian dalam beraktivitas, kehilangan pekerjaan,

bergantung pada keluarga serta harus tinggal di lingkungan

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

60

yang baru dan bertemu orang-orang baru adalah stressor

yang membuat partisipan sering merasa sedih, khawatir,

marah, merasa tidak berdaya dan kecewa. Hal tersebut

dapat mengakibatkan stres bahkan depresi apabila ketiga

riset partisipan tidak memiliki perilaku coping yang tepat.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada ketiga

partisipan pasca stroke dapat diketahui bahwa dalam

menghadapi permasalahan serta mengatasi stres setiap

partisipan memiliki mekanisme coping yang berbeda.

Peneliti berusaha mengungkapkan jenis mekanisme coping

yang digunakan ketiga partisipan sebelum masuk panti dan

saat tinggal di panti agar dapat menggambarkan bagaimana

mekanisme coping pasca stroke.

Saat pertama kali mengetahui didiagnosis stroke dan

mengalami kelumpuhan, ketiga partisipan merasa kaget dan

tidak percaya dengan kondisi yang dialaminya. Ketiga

partisipan sempat merasa sedih, cemas, putus asa dan

marah serta merasa tidak berdaya dengan keadaan yang

dialami.

“Perasaan ibu waktu kena stroke kaget ndak percaya,

bertanya-tanya kenapa kok bisa kena stroke.” (RP I. 60)

“Ibu sempat menangis sampai susah buat tidur selama

semingguan lebihlah....” (RP I.70)

“Kaget karena tiba-tiba terkena stroke. Kalo ini, apa

namanya. Gimana ya orang bilangnya. Ya agak stres

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

61

.....Perasaan saya terkadang merasa tidak berdaya karena

lumpuh ini.” (RP II.60)

“saya ndak percaya bisa kena stroke, sedih saya dengan

keadaan saya yang begini dan saya marah dengan diri

saya sendiri.”(RP III. 55)

Sebagai upaya untuk mengatasi perasaan kekhawatiran,

cemas, stres dan perasaan tidak berdaya karena stroke,

ketiga partisipan memiliki cara masing-masing untuk

mengatasinya. Ketiga partisipan merasa perlu mencari

dukungan sosial dari orang lain misalnya mencari teman

untuk teman berbicara agar terhindar dari perasaan

kesepian yang dialami. Selain berbicara dengan orang lain,

RP I mengaku berupaya untuk mengatasi stres yang dialami

dengan berdoa memohon ketenangan hati dan

kesembuhan. RP I mengaku bahwa dengan berdoa ia

merasakan kondisinya menjadi lebih baik. Adapun

pernyatan ketiga riset partisipan sebagai berikut:

“ibu ngobrol sama orang lain juga senang, tetapi ibu lebih

senang berdoa, karena berdoa bisa mengatasi segala-

galanya.” (RP I. 235)

“Kalau saya lebih baik ngomong atau ngobrol itu bisa

ngilangin stres” (RP II. 185)

“saya senang kalau banyak orang, dan ada teman

ngobrol, saya biasanya telpon teman.” (RP III. 205)

Selain itu juga, sebagai upaya mengatasi stres yang

dialami, partisipan ketiga riset partisipan (RP I, RP II)

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

62

melakukan beberapa cara tertentu seperti berusaha

melakukan kegiatan sehari hari secara mandiri tanpa

bergantung dengan orang lain. Menurut RP I, dirinya perlu

untuk selalu memilki pikiran beranggapan bahwa dirinya

masih mampu melalukan aktivitas sehari-hari secara

mandiri. Selain memotivasi dirinya sendiri, RP I mengaku

bahwa ia juga mendapatkan dukungan dari anaknya yang

selalu memberikan motivasi untuk melakukan aktivitas

secara mandiri. Menurut RP I dirinya masih dapat

melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan tidak

perlu merepotkan orang lain. Selain itu RP I juga

melakukan latihan fisik dengan harapan dapat mengurangi

kelumpuhan yang dialaminya. RP II juga melakukan

aktivitas seperti jalan-jalan dan berjemur dipagi hari, RP III

mengatakan hal tersebut sering ia lakukan ketika dulu

dirumahnya. Berbeda dengan RP III yang mengungkapkan

bahwa dia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari

karena kondisinya yang mengalami keterbatasan gerak

pada hampir seluruh anggota gerak tubuh.

“Ya saya harus belajar sendiri dengan kesot pun yang

penting saya lakukan sendiri, nasehat anakku itu

menguatkan saya, anakku kasih saya semangat“apa-apa

lakukan sendiri, mandiri mah… mandiri …gitu anakku

bilang, ndak boleh nyuruh-nyuruh gmn pun caranya harus

usaha”. Jadi ibu harus punya semangat, nanti untuk minta

bantuan ndak ada perubahan. Terus saya berusaha

sendiri jalan setapak demi setapak sambil mepet tembok,

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

63

kalau capek saya tidur waktu itu.” (RP I.65, RP I.70, RP

I.80, RP I.230)

“Ya setelah satu bulan saya latihan jalan pakai kruk setiap

jam 5 pagi, saya bisa jalan sedikit-sedikit. Tapi ya pelan to,

saya percaya pasti saya sembuh.” (RP I.95, RP I.235)

“Sejak tahun 2014. Saya biasanya selain kontrol kedokter

ya jalan-jalan pagi sama berjemur aja, tapi ya selang 2

hari. Ya itu lumayan buat hilangin pegel-pegel sama

pusing, kalau tiduran teruskan pusing.” (RP II.80)

“Saya juga mau latihan jalan-jalan ndak bisa lumpuh total

pasrah aja, diam di tempat tidur.” (RP III.75)

Selain motivasi atau upaya mengatasi kelumpuhan dari

dalam diri riset partisipan (RP I, RP II, RP III) juga

mengatasi kelumpuhan melalui upaya medis. Upaya medis

yang dilakukan partisipan yaitu memeriksakan diri ke dokter

di rumah sakit dan mengikuti terapi. Program terapi yang

dijalani oleh partisipan diakui berdampak positif bagi kondisi

RP I dan RP II, sedangkan RP III masih mengalami

kelumpuhan hingga saat ini upaya medis yang dilakukan

hanyalah meminum obat hipertensi untuk mencegah

serangan stroke berulang. Menurut pengakuan RP III, ia

sebenarnya ingin periksa ke dokter, namun tidak memiliki

biaya yang cukup.

“Waktu saya di bawa kerumah sakit kata dokter saya

terserang stroke.“ (RP I.35, RP I.45, RP I.75, RP I. 190)

“Saya waktu itu di panggilkan terapi, saya diterapi selama

1 bulan, ya sedikit bisalah di gerakkan tapi masih ndak

bisa jalan, masih kesot ibu selama dua bulan.” (RP I.85)

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

64

“Dengan semangat yang mereka kasih itu menguatkan

saya, itu bikin saya semakin berusaha untuk pulih,

biasanya saya ke dokterlah buat kesehatan saya.” (RP

II.140, RP II.150)

“Minum obat aja dan gak tau lagi mau buat apa, saya

bisanya begini aja sampai mati di tempat tidur. Mau

berobat ke dokter ndak ada uang, kasian keluarga saya

dan makan apa adanya, ndak boleh maka-makan daging

lagi, nek ayam ndak apa-apa asal ndak sering-sering.” (RP

III.65, RP III.155)

Ketika dokter mengatakan kepada RP I bahwa stroke

kemungkinan dapat kambuh lagi apabila pola makan dan

gaya hidupnya tidak dijaga, RP I mengaku berupaya

mencari informasi mengenai makanan yang boleh

dikonsumsi oleh orang penderita stroke, sehingga RP I

selalu berusaha mengatur makanan yang di konsumsi untuk

menjaga kesehatan serta dirinya tidak mengalami stroke

berulang. Sama halnya yang dilakukan oleh RP III, RP III

mengaku harus menjaga dan mengatur pola makanan,

karena berdasarkan pengakuan RP III, makanan yang harus

dihindarinya adalah makanan yang tinggi kolesterol yang

dapat menjadi pemicu strokenya. Namun berbeda pada RP

II, dalam mengatur pola makan RP II lebih sering

mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan seleranya

tanpa mempertimbangkan kondisinya yang memiliki riwayat

hipertensi dan stroke. RP II merasa hanya perlu

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

65

beranggapan dirinya tidaklah sakit dan dapat

mengkonsumsi makanan sesuai seleranya. Hal ini

dibuktikan saat observasi RP II sering memesan makanan

seperti sate kambing, gado-gado, lotek. Makanan yang

dikonsumsi RP II sangat berisiko untuk mengalami

kekambuhan, RP II sudah dua kali mengalami stroke

berulang. Dalam mengatasi stres yang biasanya RP II

makan-makanan yang menurutnya enak, meskipun ia tahu

bahwa makanan yang dikonsumsi dapat membuat

kekambuhan pada strokenya. Namun RP II mengatakan

makan yang enak-enak bisa lupa masalah tentang

kelumpuhannya.

“Terus ibu sekarang jaga-jaga supaya ndak kambuh lagi, terus

ibu tanya dokter dan cari info tentang makanan apa saja yang

boleh di makan penderita stroke supaya ndak kambuh lagi,

dari tv di dokter oz itu, acaranya bagus, tanya-tanya sama

temen juga.” (RP I.75, 80)

“saya kalau makan sampai sekarang pengennya yang enak-

enak, sampai-sampai saya kena lagi stroke ni, ya saya

menganggap gak ada penyakit aja, jadi kumakan aja sate

kambing atau sapi di sate suruh itu, rendang sapi juga.” (RP

II. 155)

“... dan saya berusaha buat sembuh dengan makan apa

adanya, ndak boleh maka-makan daging lagi seperti daging

sapi dan lain-lain, nek ayam ndak apa-apa asal ndak sering-

sering.” (RP III.65)

Selama tinggal di panti ketiga partisipan sering merasa

kesepian. Upaya lain yang dilakukan untuk megatasi stres

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

66

dan kesepian yang dialami biasanya adalah dengan

memanfaatkan fasilitas yang ada dipanti yaitu menonton

televisi, dan menelepon keluarga atau kenalan lainnya.

“Ibu ya nonton tv, ngobrol-ngobrol sama pengasuh, dulu

waktu ibu hartini belum pindah ya cerita-cerita dikamar.

Sekarang sudah sendiri ya paling sering nonton.” (RP

I.125, RP I.255, RP I.295)

“Mengurangi rasa kangen, seneng sekali karena mereka

masih menyempatkan telpon saya, dengar suaranya saja

saya udah senang.” (RP I.160, RP I.165)

“Ya aku nikmati aja ya, dengan senang-senang aja,

nonton tv, berusaha buang pikiran-pikiran yang ganggu

kesehatan aku seperti bertanya terus kenapa aku gak

sembuh-sembuh. Terus aku juga lihat pak Room udah 7

kali serangan tapi sekarang udah bisa jalan lagi, ya aku

percaya aja aku bisa sembuh.” (RP II. 155, RP II.290, RP

II.215)

“Tapi biasanya duduk-duduk aja, saya bawa santai aja,

saya bawa senang aja dan ngobrol sama orang lain

seperti ada kamu, agnes dan erik. Saya kalau ada stress

atau masalah jarang cerita ke orang, tapi kalau untuk

ngilangin stresnya ngobrol-ngobrol aja seperti

mengalihkan atau mengurangi stress.” (RP II.110, RP

II.230, RP II.265)

“Nonton tv aja.kalau ndak telpon teman, cerita-cerita aja.”

(RP III.105, RP III.110)

Dalam mengahadapi permasalahan serta perasaan stres

RP I memilih untuk selalu berdoa dan beribadah. Berbeda

dengan RP II yang mengaku tidak terbiasa berdoa, sejak

sebelum RP II terkena stroke hingga sekarang, namun RP II

mengku tetap mengikuti ibadah yang diadakan di panti.

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

67

“Ibu berdoa, sambil ibu ludah setiap pagi terus ibu

usapkan di kaki yang lumpuh sembuhkan dengan bilur-

bilurmu Tuhan Yesus, itu dibarengi dengan latihan sambil

angkat kaki dan digerakan. Ibu sambil latihan berdiri kaya

dulu dirumah, pegangan sama tralis sambil doa Bapa

Kami, puji Tuhan ibu sembuh.” (RP I.200, RP I.205, RP

I.255, RP I.260, RP I.270, RP I.290, RP I.295, RP I.330,

RP I.340)

“Kalau saya jujur dari dulu saya jarang buat berdoa ya,

ada masalah sakit atau nggak sakit saya nggak pernah

berdoa. Kalau berbicara dengan orang lain itu lebih baik

buat saya. Tapi kalau ada ibadah saya ikut aja.” (RP

II.225)

“…, berdoa seperlunya supaya bisa menenangkan pikiran

saya, palingan saya telpon teman, tapi ndak mungkin

sering saya telpon.” (RP III.135)

“Saya berdoa kadang-kadang, kalau ibadah saya ikut

terus.” (RP III.165, RP III.285)

Banyaknya masalah yang muncul akibat stroke juga

berdampak pada RP II dan RP III yang harus kehilangan

pekerjaan serta tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Mereka merasa sedih dan membebani keluarganya. Namun,

mereka bersyukur keluarga masih mau membiayai mereka

tinggal dipanti, sehingga mereka mengatakan bahwa

keluarga sangat mereka butuhkan.

“Ya itu saya cuma pasrah aja, merenung, berdoa juga,

masih ada keluarga yang peduli itu saya bersyukur karena

keluarga sangat saya butuhkan sekali.” (RP III.350)

“Iya itu yang membuat saya juga beban ya, aku gak bisa

apa-apa. Tapi, saya syukuri aja masih ada keluarga yang

peduli sama saya. Dengan keluarga biayai saya disini itu

juga salah satu dukungan yang mereka kasih buat saya.”

(RP.130)

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

68

Saat tinggal di panti ketiga riset partisipan mengaku

pernah mengalami konflik dengan sesama lansia maupun

pengasuh di Panti. RP I dan RP II mengalami konflik dengan

sesama lansia di panti, sedangkan RP III dengan pengasuh

di panti. Konflik atau pertengkaran tersebut membuat riset

partisipan seringkali membuat riset partisipan marah dan

merasa tidak nyaman. Upaya yang dilakukan RP I dalam

menangani masalah tersebut adalah berdoa, pergi ke kamar

untuk menghindari berlanjutnya pertengkaran Berbeda

dengan RP III yang mengaku sering marah pada

pengasuhnya, bagi RP III cara yang dilakukan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah berusaha mengontrol

rasa marah dan berusaha memiliki pandangan positif

terhadap pengasuh panti, RP III mengungkapkan bahwa ia

harus mengerti bahwa pengasuh dipanti tersebut tidak

hanya merawatnya, sehingga RP III harus bisa menjaga

hubungan baik dengan pengasuh.

“Ya kalau baik, kalau ndak ya mendingan tiduran gitu

untuk pikiran panas biar bisa dingin gitu, kalau ndak bisa

tidur ya pasrah sama Tuhan dengan berdoa.” (RP I.330)

“Baik-baik aja sekarang. Tapi pernah bertengkar sama

orangtua yang dikamar pojok sana tu, dulu itu aku pernah

dipukul sama orang tua di panti ini juga, tapi aku nggak

bisa ngelawan dengan keadaan beginikan. Aku marah

sama orang panti kok orang begitu (gangguan jiwa) masih

diterima disini.” (RP II.185)

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

69

“(terdiam) dengan cara ndak bikin beban orang lain,

berusaha supaya ndak marah lagi dengan pengasuh

dipanti dengan cara diam aja. saya bawa dalam doa, biar

sedikit menenangkan hati saya.” (RP III.195, RP III.215)

“Kalau marah saya diam aja dan merenung disini ndak

cuma saya yang dirawat banyak orang tua lainnya, ya

saya mencoba ngerti saj pengasuh saya sibuk.saya bisa

menerima karena saya punya keluarga yang peduli sama

saya sampai sekarag membiayai saya tinggal dipanti.” (RP

III.225)

Dalam upaya mengatasi stres yang dihadapi, ketiga riset

partisipan berusaha memiliki pandangan positif terhadap

kondisi mereka. Ketiga riset partisipan mengaku masih

memiliki motivasi untuk tetap sembuh karena merasa masih

mendapatkan dukungan keluarga dan mereka berusaha

mengambil hikmah atas kondisi yang dialaminya. Terkadang

RP III memiliki pandangan negatif terhadap apa yang ia

hadapi sampai sekarang. RP III menyatakan hidupnya tidak

berarti, karena semuanya harus bergantung dengan orang

lain, sehingga baginya keadaan sekarng mempersulit dan

menjadi beban bagi keluarganya. Namun, meskipun sering

memiliki perasaan negatif RP III menyatakan keadaan

sekarang ini menjadi pelajaran buat RP III supaya bisa lebih

mawas diri, tapi kalau bisa mati ia mengatakan

berkeinganan untuk mati saja.

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

70

“Kalau saya bilang ini sangat mempersulit saya, itu cuma

bikin ibu makin sakit.jadi ibu menganggap ini bukan hal

yang sulit.” (RP I.400)

“Kondisi seperti ini bukan hal yang berat buat saya karena

masih bisa melakukan apa-apa sendiri dan masih ada

keluarga saya yang perhatian sama saya, juga ada Tuhan

yang selalu mendengarkan umatnya.” (RP I.410, RP I.450)

“Saya begini supaya saya lebih dekat dengan Tuhan,

supaya lebih sabar saja.Kalau saya anggap ini beban

nanti malah bikin saya stress.”(RP I.405, RP I.465)

“Ya saya terima karena mungkin udah di serang penyakit

ini ya kita terima aja.saya juga masih bisa jalan dan juga

masih ada harapan buat sembuh.” (RP II.300, RP II.320,

RP II.325)

“Saya harus berdoa kepada Tuhan. Untung saya masih

hidup, maksud saya saya mau mati aja, Tuhan ndak mau.

Mawas diri dan harus tau diri.” (RP III.370)

“...gak berarti hidup saya,..bergantung dengan orang

lain....mempersulit sekali... jadi beban keluarga saja kalau

hidup dengan keadaan begini.” (RP III. )

Ketiga partisipan juga mengungkapkan bahwa dalam

setiap menghadapi masalah tidak lepas dari dukungan

sosial, mereka mendapatkan dukungan dari teman, kerabat,

anak ataupun keluarga. Dari semua partisipan menyatakan

menerima dukungan yang diberikan oleh keluarga ataupun

teman. Dukungan sosial keluarga ataupun teman berguna

bagi lansia. Mereka merasa bahagia bila mendapatkan

dukungan sosial. Dukungan sosial juga mempengaruhi

partisipan dalam menerima keadaan sekarang yaitu

keadaan karena proses penuaan bahkan kelumpuhan stroke

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

71

yang dialami. Pernyataan tersebut disertai alasan partisipan

karena kelurga memberikan dukungan dalam memenuhi

kebutuhan ekonomi dengan membiayai mereka tinggal di

panti. Dukungan juga didapatkan dari teman, pengasuh

serta orang sekitar yaitu motivasi dan semangat.

“...dia membiayai saya, saya hanya bisa berdoa buat anak

saya. Kalau sudah menyampaikan perasaan kepada Tuhan

itu lebih tenang.”(RP I.245)

“teman, keluarga selalu memberi semangat buat saya, saya

merasa masih di butuhkan sama mereka”. (RP I.80)

“keluarga saya yang mebiayai saya selama ini, semangat dari

keluarga sama temen-temen juga sangat mendukung untuk

kesembuhan saya, saya jadinya kan semangat gitu.” (RP II.

90)

“Saya ini kalau bukan keluarga yang dukung siapa lagi,

mereka yang paling mendukung untuk kesembuhan saya,

teman-teman juga selalu meberikan dukungan dan semangat,

saya senang sekali.” (RP III. 85)

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

72

4.3 Pembahasan

Peneliti melakukan wawancara pada 3 orang riset partisipan

yang merupakan lansia pasca stroke. Partisipan dalam

penelitian ini merupakan golongan lanjut usia (elderly) dengan

rentang usia 60 – 74 tahun. Berdasarkan hasil wawancara

dapat diketahui bahwa ketiga lansia tersebut telah mengalami

stroke selama kurun waktu 2 sampai 4 tahun, dan gejala sisa

yang dapat diobservasi langsung saat penelitian pada ketiga

lansia tersebut adalah kelumpuhan separo (hemiplegie)

ataupun kelumpuhan salah satu ekstremitas yang

mengakibatkan lansia-lansia tersebut mengalami hambatan

mobilitas fisik dan membutuhkan alat bantu mobilisasi seperti

kruk, walker dan kursi roda untuk mobilisasi (bergerak dan

berpindah tempat).

Pada penelitian ini ada empat tema yang dibahas oleh

peneliti. Keempat tema tersebut yaitu: (1) Penyebab Stroke (2)

Stressor Psikososial Pasca Stroke, (3) Respon emosional

penderita pasca stroke, (4) Mekanisme koping pasca stroke.

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

73

4.3.1 Penyebab Stroke

Dari hasil wawancara pengetahuan ketiga partisipan

mengenai penyebab stroke diketahui setelah periksa ke

dokter. Penyebab stroke yang diderita partisipan dikarenakan

hipertensi. Faktor lain yang memicu stroke adalah

peningkatan gula darah, obesitas dan kolesterol. Peningkatan

glukosa dalam darah serta kolesterol pada ketiga partisipan

dikarenakan kebiasaan makan yang kurang baik serta

hipertensi yang diderita karena faktor keturunan.

Menurut Junaidi (2004) tentang beberapa faktor resiko

stroke yang dapat dikontrol antara lain adalah hipertensi dan

peningkatan kadar glukosa darah serta kolesterol. Asumsi

peneliti apabila lansia dalam penelitian ini tidak merubah

kebiasaan makannya akan berakibat pada kondisi

kesehatanya terkait faktor penyebab stroke. Menurut peneliti

apabila faktor risiko tersebut tidak dikontrol akan

membahayakan kondisi kesehatan lansia, sehingga dapat

mengakibatkan stroke berulang. Menurut penelitian yang

dilakukan Nastiti (2012) tentang faktor risiko kejadian stroke

menyatakan bahwa distribusi faktor risiko stroke sebagian

besar adlah hipertensi, peningkatan kadar gula darah dan

kolesterol LDL yang dapat memicu stroke.

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

74

Sejalan dengan Ginsberg (2005) hipertensi dapat memicu

stroke karena pada hipertensi atau tekanan darah tinggi

mengakibatkan adanya gangguan aliran darah yang mana

diameter pembuluh darah akan mengecil, sehinggadarah

yang mengalir ke otak pun akan berkurang. Pengurangan

aliran darah ke otak dapat menyebabkan kekurangan suplai

glukosa dan oksigen, sehingga lama-kelamaan jaringan otak

akan mati. Gula darah yang meningkat dapat memicu stroke

dikarenakan pembuluh darah tidak lentur atau kaku,

sedangkan jika kolesterol yang berlebihan bisa

mengakibatkan penumpukan lemak di dalam darah yang

dapat menyumbat pembuluh darah. Pada akhirnya, jaringan

dan otak akan kekurangan pasokan darah yang dapat

menimbulkan stroke.

4.3.2 Stressor Psikososial Pasca Stroke

Setelah mengalami stroke dan gejala sisa yang masih

ada yaitu kelumpuhan yang merupakan stressor fisik pada

ketiga partisipan serta kesulitan berbicara pada partisipan

tiga menimbulkan masalah baru yang menimbulkan stres

atau stressor baru salah satunya adalah stressor psikososial

yang dapat mengganggu kondisi psikologis. Pada masalah

psikologis ketiga partisipan merasa dirinya, menjadi beban

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

75

untuk orang lain, selain itu mereka merasa kesepian, cemas,

takut dan khawatir akan keadaannya.

Akibat dari stresor fisik juga memunculkan masalah lain

yaitu hubungan interpersonal atau hubungan sosial mereka

baik dengan keluarga, teman dan orang-orang sekitar

mereka terkadang mereka merasa marah dan jengkel

terhadap sesama mereka bahkan dengan pengasuh panti.

Berbeda dengan kedua partisipan yang mengalami

kehilangan pekerjaan membuat mereka merasa tidak

berdaya dengan keadaan mereka. Selain itu kehilangan

pekerjaan juga menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi kondisi psikologis karena kehilangan

pekerjaan membuat kesulitan pada kondisi keuangan

mereka.

Pernyataan Hawari (2008) bahwa masalah yang muncul

akibat stressor fisik yaitu kelumpuhan akibat kecelakaan

maupun penyakit kronis dapat menimbulkan stres bahkan

depresi. Pernyataan tersebut sesuai dengan Keliat (1994,

dalam Jaya, 2015) menyatakan bahwa sumber stressor

adalah lingkungan, kondisi fisik, finansial, hubungan

interpersonal yang mampu mempengaruhi kondisi psikologis

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

76

seseorang, sehingga dapat menimbulkan cemas, stres dan

depresi.

4.3.3 Respon emosional penderita pasca stroke

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa pada awal

terkena serangan stroke lansia cenderung mengalami

gangguan stabilitas emosi. Pada ketiga lansia pasca

stroke, gangguan emosional yang cenderung muncul

pasca stroke adalah perasaan kaget, kecewa, takut,

cemas dan marah. Hal ini disebabkan sesuatu yang

dialami tidak pernah diduga sebelumnya sepeti kehilangan

kemampuan fungsional tubuh (kelumpuhan).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Ginsberg

(2005) yang menyatakan bahwa penderita pasca stroke

cenderung mengalami masalah psikologis seperti

kemarahan dan kelabilan emosi serta depresi sebagai

akibat dari perasaan putus asa akibat kelumpuhan yang

dialami. Menurut Hama, dkk., (2011) pasien pasca stroke

yang mengalami kelumpuhan dapat mengalami kedukaan

dan rentan terhadap stres serta depresi. Stres dan depresi

yang dialami merupakan akibat dari kehilangan fungsi

tubuh (kelumpuhan).

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

77

Kelumpuhan yang mengakibatkan perubahan fisik dan

fungsi tubuh yang dialami sebagai akibat dari serangan

stroke pada lansia memiliki pengaruh pada kondisi

psikologi lansia. Menurut Padila (2013) lanjut usia

cenderung mengalami perubahan stabilitas emosi seiring

dengan proses penuaan yang dialami. Lansia dapat

mengalami gangguan depresi sebagai akibat dari

penyakit degeneratif yang diderita dan gejala depresi yang

sering muncul adalah kurang percaya diri, sering merasa

bersalah dan tidak berdaya, takut, pesimis, kecemasan

berlebih serta mudah marah.

Lansia yang menjadi riset partisipan dalam penelitian

ini cenderung mengungkapkan perasaaan tidak berdaya

setelah mengalami stroke. Kehilangan kemampuan

fungsional tubuh dan merasa membebani anggota

keluarga, tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan

sendiri, adanya perubahan lingkungan dan hubungan

sosial adalah hal-hal yang mengakibatkan terjadinya

gangguan emosional pasca stroke pada lansia di PSMK.

Selain itu, peneliti berasumsi bahwa lansia pasca

stroke dapat merasa stres dalam proses penyesuaian diri

pada lingkungan baru dan hubungan sosialnya. Perasaan

Page 38: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

78

kurang dihargai selama proses perawatan di panti

merupakan salah satu faktor penyebab lansia marah dan

depresi.

4.3.4 Mekanisme coping Lansia Pasca Stroke

Dalam menghadapi masalah dan setiap stressor yang

ada, seseorang mempunyai mekanisme Koping tersendiri.

Untuk mengurangi dampak stres bagi lansia pasca stroke

maka diperlukan mekanisme koping yang tepat supaya

tidak memperburuk kondisi kesehatan penderita penyakit

stroke. Hawari (2008) menyatakan bahwa seseorang yang

mengalami cidera ataupun penyakit kronis seperti stroke

dapat membuat seseorang stres bahkan bila tidak segera

diatasi dapat mengakibatkan depresi. Menurut Lazarus

(1991) mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan

individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri

terhadap perubahan dan respons terhadap situasi yang

mengancam.

Ketiga lansia pasca stroke mempunyai mekanisme

koping yang berbeda, hal ini sesuai dengan hasil penelitian

ditemukan bahwa ketika pertama kali mengetahui stroke,

lansia menyangkal dirinya mengalami stroke, ketiga

partisipan kaget dan tidap percaya, ketiga partisipan juga

Page 39: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

79

merasa kecewa dan marah. Hasil penelitian yang

ditemukan sesuai dengan pernyataan Gillen (2006) bahwa

mekanisme koping digunakan denial karena individu

menyangkal bahwa dirinya mengalami penyakit stroke

dengan kelumpuhan, sehingga individu merasa tidak

percaya dengan stroke yang dialaminya.

Ketiga partisipan menyangkal bahwa mereka terkena

stroke dengan sedih, kecewa, pasrah dan merasa dirinya

tidak berarti lagi, bahkan berkeinginan bahwa lebih baik

untuk mengakhiri hidupnya saja. Gillen (2006) juga

menyatakan bahwa seseorang yang mengalami stroke

akan merasa sedih dimana seseorang yang mengalami

kelumpuhan akan merasa dirinya tidak ada artinya lagi.

Pada penelitian ini ditemukan satu partisipan masih ada

perasaan marah saat mengetahui dirinya terkena stroke

dan hingga tinggal dipanti masih memiliki perasaan marah,

perasaan marah diatas dapat berdampak buruk pada

kondisi kesehatannya. Mekanisme yang digunakan adalah

confrontative coping karena seseorang mengalihkan

perasaannya atau mengubah perasaanya dengan rasa

marah yang cukup tinggi kepada orang lain atau barang

yang ada disekitarnya (Gillen, 2006).

Page 40: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

80

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi rasa marahnya

partisipan mengalihkannya dengan berdoa. Lebih lanjut,

penelitian yang dilakukan Gillen (2006) mekanisme koping

yang digunakan adalah positive reintrepretation karena

dalam mengalihkan emosinya individu mencari makna

positifnya dengan melibatkan diri ke hal-hal yang religious.

Menurut Carver., dkk (dalam Hapsari, 2002) perilaku

partisipan tersebut termasuk dalam Emotion Focused

Coping dalam bentuk mengingkari (denial), yaitu

mengingkari masalah yang dihadapi, ketidaketujuan dan

ketidakpercayaan atau pengingkaran terhadap suatu

masalah.

Menurut peneliti, mekanisme koping pada lansia

pasca stroke yang paling menonjol dan sering

diungkapkan lansia dalam penelitian ini adalah

mendekatkan diri kepada Tuhan (berdoa dan beribadah)

dan berusaha menerima kondisinya. Hal tersebut sesuai

dengan hasil penelitian Gillen (2006) tentang mekanisme

koping yaitu possitive reinterpretation dimana individu

mengartikan situasi stres dengan pandangan positif dan

berusaha mencari makna positif dari permasalahan

dengan melibatkan diri pada hal-hal yang bersifat religius.

Lansia pasca stroke dalam penelitian ini merasa harus

Page 41: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

81

menerima keadaan dirinya dan lebih mendekatkan diri

pada Tuhan. Dari ungkapan partisipan ini memiliki

keterkaitan dengan peneliian Carlsson., dkk (2009)

menyatakan bahwa dalam mekanisme coping penderita

stroke possitive reinterpretation merupakan me jenis

koping adaptif yang bersifat konstruktif dan dapat

memberikan pengaruh positif pada kesehatan psikologis

lansia serta merupakan emotion focused coping dalam

bentuk possitive reinterpretation.

Dalam mengahadapi stres pasca stroke ketiga lansia

di panti juga melakukan beberapa hal yang menurut

peneliti merupakan upaya koping seperti berobat ke

dokter, mencari informasi tentang jenis makanan yang

boleh dikonsumsi pasca stroke, serta mengikuti terapi.

Menurut Gillen (2006) hal tersebut merupakan proses

Acceptance atau usaha untuk menyadari tanggung jawab

diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapi dan

mencoba menerimanya untuk membuat semuanya

menjadi lebih baik. Peneliti menyimpulkan gaya

mekanisme koping acceptance telah dilakukan ketiga riset

dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian RP I

cenderung melakukan usaha-usaha sebagai bentuk

penerimaan dan tanggung jawab terhadap kondisinya

Page 42: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

82

seperti melakukan latihan fisik dengan berlatih untuk

berjalan dan berusaha melakukan kegiatan sehari-hari

secara mandiri dengan harapan dapat sembuh.

Pada lansia yang menjadi riset partisipan upaya-upaya

yang dilakukan sebagai bentuk penerimaan dan tanggung

jawab terhadap kondisinya adalah memeriksakan diri dan

berobat ke dokter serta mengikuti terapi medis.

Sedangkan usaha yang dilakukan riset partisipan tiga

adalah mengkonsumsi obat-obat tertentu demi

mendukung proses penyembuhan. hasil penelitian

tersebut sejalan dengan Gillen (2006) gaya koping lain

yang digunakan adalah active coping atau mencakup

memulai tindakan secara langsung dalam meningkatkan

usaha untuk mengatasi sumber stresnya. Pernyataan

tersebut didukung penelitian yang dilakukan Wahyuni,

Ridwan, & Oktaria, A. (2009) bahwa seseorang dengan

stroke berupaya mengatasi stresnya dengan melakukan

pengobatan dan melakukan tindakan secara langsung

terhadap sumber stresnya termasuk dalam metode koping

problem emotion focused dalam bentuk active coping.

Selain itu, dengan pengetahuan mengenai penyebab

stroke yang mereka alami yaitu mengenai makanan yang

Page 43: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

83

dapat memicu stroke berulang, mereka mulai mengatur

pola makan dengan baik, dengan tidak mengkonsumsi

makanan yang dulu mereka konsumsi saat belum

terserang stroke. Hal ini senada dengan penelitian

Rayanti, Ferry F. Karwur dan Juliana D. Karwur (2015)

bahwa ada perubahan pasien pasca stroke terutama

dalam kebiasaan makannya untuk mencegah stroke

berulang. Upaya yang dilakukan oleh partisipan adalah

active coping atau mencakup memulai tindakan secara

langsung dalam meningkatkan usaha untuk mengatasi

sumber stresnya (Gillen, 2006).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, lansia

cenderung melakukan tindakan secara langsung dalam

meningkatkan usaha untuk mencegah stres yang timbul

akibat penyakit yang dialami seperti: memeriksakan diri ke

dokter dan mengikuti terapi khusus, menonton TV, serta

menelpon keluarga disaat merasa kesepian. Selain itu

upaya lain yang dilakukan oleh adalah mencari dukungan

emosional dengan berbicara dengan orang lain, teman,

dan orang sekitarnya dalam upaya mendapatkan motivasi

dan semangat. Lansia mengaku merasa senang apabila

mendapatkan kunjungan dari orang lain dan mendapatkan

teman untuk berbagi cerita. Dari hasil penelitian di atas

Page 44: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

84

didukung oleh pernyataan Setiti (2007) dalam penelitianya

yang menyebutkan bahwa Lansia membutuhkan

kebutuhan psikis diantaranya yaitu dukungan emosional

dimana Lansia butuh lingkungan yang mengerti dan

memahami mereka. Lansia membutuhkan teman untuk

bicara, sering dikunjungi, dan sering disapa. Lansia juga

butuh rekreasi dan silaturahmi dari kerabat.

Sementara itu, pernyataan Gillen (2006) bahwa

mencari dukungan emosional (seeking emotional support)

yaitu mencari dukungan moral, simpati, pengertian

dengan mengungkapkan perasaannya kepada orang lain

dengan mencari lawan bicara untuk mengatasi masalah,

baik masalah kesepian, stres dan untuk mengatasi

kesedihan.

Menurut peneliti gaya koping yang digunakan lansia

pasca stroke berdasarkan hasil penelitian di area

penelitian termasuk jenis koping adaptif dan bersifat

konstruktif artinya dapat memberikan pengaruh positif

bagi kesehatan psikologis lansia-lansia tersebut. Meskipun

pada awal terkena serangan stroke muncul gaya koping

maladaptif seperti marah, putus asa, merasa tidak

berdaya, sulit untuk menerima perubahan pada diri

Page 45: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

85

sendiri. Hal tersebut sesuai dengan Stuart (2013)

dikatakan seseorang mengalami adaptasi adaptif bila

orang tersebut mampu menyelesaikan masalah yang

dihadapi dengan mampu berinteraksi dengan orang lain.

Dalam hal ini, seiring proses adaptasi para lansia

pasca stroke lebih menggunakan gaya koping adaptif.

Menurut peneliti perubahan gaya koping maladaptif ke

adaptif dapat dipengaruhi lingkungan serta dukungan

sosial yang diterima. Ibadah yang diadakan di area

penelitian setiap 2 kali dalam seminggu serta kunjungan-

kunjungan yang diterima dapat berpengaruh dalam

perubahan gaya koping tersebut. Hasil sesuai dengan

teori Lazarus, 1984 dalam Jaya (2015) yang menyatakan

bahwa gaya koping individu dapat dipengaruhi oleh

dukungan sosial yang diterima, dukungan ini meliputi

dukungan pemenuhan kebutuhan emosional dan informasi

pada diri individu yang diberikan keluarga, saudara, teman

dan lingkungan sekitar tempat tinggal. Selain itu juga

dukungan sosial merupakan faktor yang berperan dalam

meningkatkan penerimaan diri pada penderita pasca

stroke.

Page 46: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

86

Hasil penelitian juga menunjukan bahwa peran orang

tinggal dengan lansia di panti peran yang lebih banyak

dalam proses penerimaan diri pada lansia pasca stroke

karena dalam kesehariannya lansia di panti setiap harinya

bersama penghuni panti. Proses penerimaan diri didukung

juga dari kunjungan-kunjungan luar panti seperti pastor

dan pendeta dalam pemenuhan kebutuhan spiritual

mereka. Berdasarkan dari hasil pernyataan diatas bahwa

dukungan orang yang ada disekitar mereka mempunyai

peran yang lebih tinggi dalam proses penerimaan lansia

pasca stroke.

Didukung oleh penelitian yang dilakukan Masyitnah

(2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

dukungan sosial dan penerimaan diri pada penderita

pasca stroke. Artinya ada hubungan positif antara

dukungan sosial dengan penerimaan diri, semakin tinggi

dukungan sosial yang diberikan pada penderita pasca

stroke, maka semakin tinggi pula penerimaan diri yang

dimunculkan oleh penderita dan sebaliknya, semakin

rendah dukungan sosial yang diberiksn maka semakin

rendah pula penerimaan diri yang dimunculkan penderita

pasca stroke.

Page 47: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Setting Penelitian 4.1.1 ......dirumah keseharian RP I hanya mandi, makan, nonton tv dan begitu seterusnya. RP I mulai tinggal di PSMK Salatiga sejak

87

4.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan

didalamnya, referensi mengenai penelitian mekanisme koping

pada lansia pasca stroke juga terbatas, sehingga peneliti

hanya menggunakan beberapa referensi di dalam

pembahasannya. Kemudian, 1 diantara 3 partisipan

mengalami sedikit kesulitan dalam berbicara, sehingga

peneliti perlu meminta kembali partisipan untuk mengulang

jawaban atas pertanyaan yang diberikan.