bab iv hasil dan pembahasanrepository.ump.ac.id/1865/5/kingkin hapsari, bab iv.pdfdengan hasil...
TRANSCRIPT
-
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di RSIFC khususnya di gudang Instalasi Farmasi.
Hasil penelitian meliputi tahap penyimpanan dan analisis SWOT untuk
mengetahui posisi Instalasi Farmasi.
A. Tahap Penyimpanan
1. Kecocokan Antara Barang Dengan Kartu Stok Dan Komputer
Indikator ini digunakan untuk mengetahui ketelitian petugas
gudang dan mempermudah dalam pengecekan obat, serta membantu dalam
perencanaan dan pengadaan obat sehingga tidak menyebabkan terjadinya
akumulasi atau kekosongan obat (Fakhriadi et al,2011).
Dari hasil pengamatan tiap item barang dilengkapi dengan kartu
stok. Kartu stok berisi tanggal, jumlah barang masuk, jumlah barang
keluar, sisa stok dan keterangan. Pada kolom keterangan diisi bulan
kadaluarsa atau lokasi pengiriman barang dari gudang farmasi. Kecocokan
antara barang dengan kartu stok dan komputer di gudang farmasi dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Kecocokan barang dengan kartu stok dan komputer
Jumlah Sampel Jumlah Barang yang Sesuai
% Kecocokan barang Kartu Stok Komputer
95 95 95 100% Sumber Data: data sekunder yang diolah
Pada tabel 4 dapat terlihat bahwa kecocokan barang dengan kartu
stok dan komputer adalah sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya ketelitian dan kedisiplinan petugas gudang dalam mencatat jumlah
sebenarnya pada saat pengeluaran dan pemasukan obat. Jika dibandingkan
dengan hasil penelitian Pudjaningsih dan Santoso (2006) yang
memberikan persentase minimal 100%, maka pengelolaan obat tahap
penyimpanan pada indikator kecocokan antara barang dengan kartu stok
17
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
18
dan komputer sudah efisien. Tabel kecocokan antara barang dengan kartu
stok dan komputer selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
2. Turn Over Ratio (TOR)
Indikator ini digunakan untuk mengetahui berapa kali perputaran
modal dalam satu tahun atau untuk mengukur tingkat efisiensi persediaan
(Fakhriadi et al, 2011). Semakin tinggi nilai TOR menunjukkan semakin
efisien pengelolaan persediaan dan semakin rendah nilai TOR maka
pengelolaaan obat tidak efisien atau jumlah persediaan menumpuk
sehingga kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan menjadi kecil
(Nafilla,2008).
Nilai TOR dapat dilihat berdasarkan anggaran obat RSI Fatimah
Cilacap tahun 2012 seperti ditunjukan pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5.Anggaran Obat RSIFC tahun 2012
Nilai Pembelian Persediaan Awal Persediaan Akhir Nilai TOR
Rp. 11.719.924.375 Rp. 2.435.669.776 Rp. 2.902.154.221 4,4 kali Sumber data : Bagian Keuangan RSIFC
Berdasarkan tabel 5 diperoleh nilai TOR pada tahun 2012 sebanyak
4,4 kali. Jika dibandingkan dengan nilai standar Seto et al (2012) yang
memberikan nilai frekuensi 4-12 kali pertahun maka pengelolaan obat di
gudang IFRS sudah efisien. Menurut Seto et al (2012) nilai TOR
menunjukkan seberapa cepat persediaan obat dibeli, dijual dan digantikan
kembali.
3. Sistem Penataan Gudang
Sistem penyimpanan obat di gudang IFRSIFC menggunakan
gabungan antara metode FIFO dan metode FEFO. Metode FIFO (First In
First Out) adalah obat yang terlebih dahulu digunakan adalah obat yang
lebih dahulu masuk dalam penyimpanan (Fakhriadi et al, 2011),
sedangkan metode FEFO (First Expired First Out) persediaan barang
yang dikeluarkan atau dijual yaitu barang yang terakhir masuk dalam
penyimpanan karena mempunyai Expired Date (ED) lebih pendek dari
barang yang sudah ada (Seto et al,2012). Proses penyimpanan obat di
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
19
gudang Instalasi Farmasi RSIFC lebih memprioritaskan metode FEFO,
baru kemudian metode FIFO.
Secara skematis proses penyimpanan obat di gudang IFRS dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Menerima barang dan dokumen-dokumen pendukungnya.
Memeriksa barang (dilihat kesesuaian antara faktur dan barang yang ada
meliputi nama, jumlah bentuk sediaan dan tanggal kadaluarsa).
Pengarsipan
Memasukkan data-data ke komputer
Menulis jumlah barang masuk dan tanggal ED pada kartu stok
Meletakkan barang di rak
Gambar 3. Skema proses penyimpanan barang di IFRSIFC
Kesesuaian antara penyimpanan obat di gudang IFRSIFC dengan
standar (Seto et al, 2012) adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Kesesuaian antara penyimpanan obat di gudang Instalasi Farmasi
RSIFC dengan standar (Seto et al,2012)
Pelaksanaan di
gudang Instalasi
Farmasi RSIFC
Standar (Seto dkk, 2012) Ya Tidak
1. Metode FIFO 2. Metode FEFO 3. Penggolongan berdasarkan bentuk sediaan 4. Penggolongan secara alfabetis 5. Penggolongan secara farmakologi 6. Penggolongan narkotika dan psikotropika
√
√
√
√
√
√
Sistem penyimpanan obat di gudang IFRSIFC sudah baik karena
sesuai dengan standar Seto et al (2012). Dalam penyimpanan obatnya
sudah menggunakan metode FIFO dan FEFO, penggolongan obat
berdasarkan bentuk sediaan, farmakologi, narkotika dan psikotropika serta
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
20
diurutkan secara alfabetis. Untuk penggolongan obat tahap penyimpanan
di gudang IFRSIFC dapat dilihat pada lampiran 5.
Pengelolaan obat merupakan peringkat ketiga yang dapat
menyebabkan medication error (Depkes RI, 2008). Menurut Seto et al
(2012) tujuan dari penyimpanan obat sesuai dengan FIFO dan FEFO serta
diatur penyimpanannya sesuai penggolongan obat berdasarkan bentuk
sediaan, golongan narkotika. golongan psikotropika, farmakologi dan
diurutkan secara alfabetis yaitu :
1) Mempermudah dalam proses pengambilan obat.
2) Menghindari kesalahan dalam pengambilan obat.
3) Meminimalisir waktu dan tenaga yang digunakan.
4. Persentase Barang Kadaluarsa Dan Rusak
Adanya barang kadaluarsa dan rusak menunjukkan kurangnya
pengawasan obat di gudang serta kurang baiknya sistem distribusi obat
(Depkes, 2010). Persentase barang kadaluarsa dan rusak di RSIFC pada
tahun 2012 dapat dihitung berdasarkan tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7.Barang kadaluarsa dan rusak di IFRSIFC pada tahun 2012
Jumlah Jenis Barang
yang tersedia
Jumlah jenis barang
yang kadaluarsa/ rusak
% barang kadaluarsa
/ rusak
2529 152 6% Sumber Data : Gudang IFRSIFC
Bardasarkan tabel 7 didapatkan persentase barang kadaluarsa dan
rusak sebesar 6%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih ditemukannya
barang kadaluarsa dan rusak sebesar 6% di RSIFC karena kurangnya
pengawasan obat di gudang farmasi.. Perhitungan persentase obat
kadaluarsa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 dan tabel daftar
barang kadaluarsa dan rusak pada lampiran 3.
Menurut Seto et al (2012) adanya barang kadaluarsa menunjukkan
siklus manajemen logistik yang tidak berjalan dengan baik sehingga
diperlukan adanya pemeriksaan secara berkala dan menjaga barang/ obat
dari kerusakan.
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
21
Berdasarkan keterangan Kepala IFRSIFC untuk memperkecil resiko
adanya barang-barang kadaluarsa dan rusak telah dilakukan peningkatan
pemantauan yaitu:
1) Menuliskan bulan kadaluarsa pada kartu stok sebelum melakukan penyimpanan barang.
2) Melakukan pengecekan secara berkala pada barang-barang yang ada setiap 6 bulan sekali. Bila terdapat barang dengan bulan kadaluarsa 6
bulan setelah pengecekan maka barang tersebut ditulis di buku laporan
barang hampir kadaluarsa.
3) Untuk barang-barang yang mempunyai tanggal kadaluarsa kurang dari 6 bulan maka dilakukan penarikan dan diletakkan di tempat khusus.
4) Pemantauan barang kadaluarsa melalui sistem komputer, mulai diberlakukan tahun 2013.
B. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi pengembangan IFRSIFC. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Oppurtunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats).
1. Analisis Situasi Tahap Penyimpanan Di Gudang IFRSIFC
a. Sistem Penataan Perbekalan Farmasi
Dalam penyimpanan obat di gudang IFRSIFC ditata sesuai
dengan metode FIFO dan FEFO, penggolongan obat berdasarkan
bentuk sediaan, farmakologi, narkotika dan psikotropika serta secara
alfabetis. Hal ini bertujuan yaitu:
1) Minimalisasi waktu dan tenaga 2) Mempermudah dalam pengambilan obat 3) Menghindari kesalahan dalam pengambilan obat
b. Pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Inventory
Adanya sistem informasi manajemen inventory menurut
Sheina et al (2010) diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
kerja para pegawai, untuk memenuhi kebutuhan seperti :
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
22
1) Sistem dapat membantu mencatat barang masuk maupun barang keluar dengan efektif.
2) Menudahkan dalam perubahan data yang ada. 3) Kebutuhan informasi mengani perbekalan farmasi dapat
disajikan dengan cepat.
4) Pembuatan pelaporan yang di hasilkan lebih akurat. c. Persyaratan Gudang
Gudang IFRSIFC sudah memenuhi persyratan gudang
menurut Seto et al (2012) yaitu:
1) Dinding kokoh, kuat, kering dan tidak lembab demikian juga dengan lantainya.
2) Adanya peralatan pendukung seperti, timbangan besar, timbangan gram dan miligram serta anak timbangnya yang
ditera setiap tahun, pallet, kereta dorong pengangkut barang dan
kulkas.
3) Adanya ruang penyimpan biasa yaitu untuk menyimpan sebagian besar persediaan obat farmasi seperti, cairan, tablet,
kapsul, obat suntik, dan lain lain.
4) Ruang penyimpanan bersuhu dingin. 5) Ruang penyimpanan narkotika dan psikotropika. 6) Ruang penyimpanan untuk bahan mudah terbakar.
d. Akses Penerimaan Barang Dari Distributor Lokasi gudang IFRSIFC terletak didekat jalan raya sehingga
mudah dijangkau oleh kendaraan angkut barang dan mempermudah
proses pengiriman barang dari distributor obat. Lokasi gudang
IFRSIFC dapat dilihat pada lampiran 6.
e. Akurasi Adanya kecocokkan antara barang dengan kartu stok dan
komputer mencapai 100% menyimpulkan bahwa adanya ketelitian
petugas gudang (Fakhriadi et al, 2011).
f. Pendidikan Tenaga Gudang Gudang IFRSIFC memiliki 4 tenaga gudang terdiri dari 1
orang koordinator gudang dan 3 staf gudang. Latar belakang
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
23
pendidikan dari koordinator gudang dan 2 orang staf gudang bukan
berasal dari tenaga kefarmasian. Pembagian tugas terdiri dari 2 shif
yaitu pagi jam 07.00-14.00 WIB dan siang jam 14.00-21.00 WIB.
Untuk meningkatkan potensi tenaga gudang dilakukan dengan
mengikutsertakan tenaga gudang dalam pelatihan maupun seminar
tentang standar perbekalan farmasi.
g. Adanya Obat Kadaluarsa atau rusak
Masih ditemukannya barang kadaluarsa dan rusak pada tahun
2012 sebesar 6%. Menurut Fakhriadi et al (2011) adanya barang
kadaluarsa menunjukkan kurangnya pengawasan obat di gudang
farmasi dan kurang baiknya sistem distribusi obat.
h. Distributor
Menurut keterangan Kepala IFRSIFC dalam menjalin
kerjasama dengan distributor diperlukan adanya seleksi terlebih
dahulu. Salah satu alasan adanya seleksi adalah untuk memperoleh
adanya jaminan memperoleh mutu perbekalan farmasi yang baik.
Setiap distributor mempunyai aturan tersendiri untuk meretur barang
hampir kadaluarsa misalnya 1 sampai 2 bulan sebelum kadaluarsa.
Tetapi terdapat barang-barang tertentu yang tidak dapat diretur
sehingga diperlukan perencanaan yang baik dan sesuai dengan
situasi agar tidak terjadi penumpukkan barang yang berpotensi
menjadi barang kadaluarsa.
2. Analisis Faktor Strategi SWOT
Di bawah ini merupakan hasil pengamatan lingkungan internal
dan lingkungan eksternal tahap penyimpanan IFRSIFC berdasarkan
analisis situasi tahap penyimpanan dan wawancara dengan Kepala
IFRSIFC.
a. Faktor Internal
Kekuatan :
1) Sistem penataan perbekalan farmasi
2) Pemanfaatan sistem informasi manajemen evaluasi inventory
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
24
3) Persyaratan gudang
4) Akses penerimaan barang dari distributor
5) Akurasi
Kelemahan :
1) Pendidikan tenaga gudang 2) Jumlah SDM gudang untuk memenuhi shif 3) Adanya obat kadaluarsa atau rusak 4) Penanggung jawab gudang bukan berasal dari tenaga kefarmasian
b. Faktor Eksternal
Peluang :
1) Terjaminnya mutu perbekalan farmasi dari distributor
2) Adanya perkembangan sistem informasi manajemen evaluasi
inventory
3) Adanya usaha peningkatan kualitas SDM dalam bidang
perbekalan farmasi
Ancaman :
1) Adanya perubahan modul inventory
2) Adanya peraturan distributor tentang barang yang tidak dapat
diretur
3) Adanya permintaan barang atau obat saat shif malam
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
25
3. Faktor Strategi Internal dan Eksternal IFRSIFC
Tabel di bawah ini merupakan hasil penilaian faktor internal dan
faktor eksternal :
Tabel 8. Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS)
Faktor Bobot Rating Skor Komentar
Kekuatan:
Sistem penataan perbekalan
farmasi
Pemanfaatan sistem
informasi manajemen
evaluasi inventory
Persyaratan gudang
Akses penerimaan barang
dari distributor
Akurasi
Kelemahan:
Pendidikan tenaga gudang
Jumlah SDM gudang untuk
memenuhi shif
Adanya obat kadaluarsa
Penanggung jawab gudang
0,15
0,15
0,15
0,05
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
4
4
4
4
4
-2
-2
-1
-2
0,60
0,60
0,60
0,20
0,40
-0,20
-0,20
-0,10
-0,20
Sesuai standar
Secara optimal
Sesuai standar Seto
Mudah dijangkau
Penggunaan secara
optimal
Bukan berasal dari
kefarmasian
Belum terdapat untuk
shif malam
Berhubungan dengan
kerugian RS
Bukan berasal dari
kefarmasian
Total Skor 1,00 1,70
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
26
Tabel 9.Eksternal Strategic Factor Analysis Summary (EFAS)
Faktor Bobot Rating Skor Komentar
Peluang :
Terjaminnya mutu
perbekalan farmasi dari
distributor
Adanya perkembangan
sistem informasi
manajemen evaluasi
inventory
Adanya usaha peningkatan
kualitas SDM dibidang
perbekalan farmasi
Ancaman :
Adanya perubahan modul
inventory
Adanya peraturan
distributor tentang barang
yang tidak dapat di retur
Adanya permintaan barang
atau obat saat shif malam
0,25
0,20
0,15
0,15
0,15
0,10
4
4
4
-1
-1
-2
1,00
0,80
0,60
-0,15
-0,15
-0,20
Adanya seleksi
distributor
Penggunaan yang
optimal
Pengikutsertaan dalam
pelatihan atau seminar
Ikuti perubahan tersebut
Perlu perencanaan yang
baik
Tidak adanya shif
malam di gudang IFRS
Total Skor 1,00 1,90
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
27
4. Penentuan Posisi IFRSIFC
Gambar 4. Profil dan Posisi SWOT IFRSIFC
Gambaran posisi SWOT IFRSIFC adalah sebagai berikut, kekuatan
bobot skornya 2,4 atau 60% dari bobot skor maksimal 4, kelemahan bobot
skornya -0,70 atau 17,5% dari bobot skor maksimal -4, peluang bobot
skornya 2,4 atau 60% dari bobot skor maksimalnya 4 dan ancaman bobot
skornya -0,5 atau 12,5%. Dari jumlah skor kekuatan, kelemahan, peluang
: PROFIL SWOT IFRSIFC
: POSISI SWOT IFRSIFC
KETERANGAN :
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
28
dan ancaman tersebut kemudian digambarkan profil SWOT IFRSIFC
seperti gambar 5.
Untuk lebih mengetahui posisi IFRSIFC pada grafik dengan
mengetahui strength posture yang merupakan penjumlahan kekuatan dan
kelemahan untuk sumbu X [ kekuatan + kelemahan = 2,4 + (-0,70) = 1,70]
dan mengetahui competitive posture yang merupakan penjumlahan dari
peluang dan ancaman untuk sumbu Y [ peluang + ancaman = 2,4+ (-0,5)
= 1,9]. Jadi posisi IFRSIFC pada titik (1,70 ; 1,90) berarti strategi yang
sesuai dengan IFRSIFC adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (Growth oriented strategy). Artinya, IFRSIFC memiliki peluang
dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
5. Alternatif Strategi
Alternatif strategi dirumuskan berdasarkan model analisis matriks
SWOT berdasarkan dari Tabel IFAS dan EFAS. Matriks ini dapat
mengahsilkan empat set kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi SO,
strategi ST, strategi WO dan strategi WT.
Tabel 10 Matrik SWOT IFRSIFC
IFAS
EFAS
Strengths (S)
1. Sistem penataan perbekalan farmasi
2. Pemanfaatan sistem informasi manajemen inventory
3. Persyaratan gudang 4. Akses penerimaan barang dari
distributor
5. Akurasi
Weaknesses (W)
1. Pendidikan tenaga gudang 2. Jumlah SDM gudang untuk
memenuhi shif
3. Adanya obat kadaluarsa 4. Penanggung jawab gudang
Opportunities (O)
1. Terjaminnya mutu perbekalan farmasi dari distributor
2. Adanya perkembangan sistem informasi manajemen evaluasi
inventory
3. Adanya usaha peningkatan kualitas SDM di bidang perbekalan farmasi
Strategi SO
1. Menjalin hubungan baik dengan distributor (S1- O1)
2. Meningkatkan Sumber daya yang ada (S1- O2O3, ,S3- O2O3, S5-
O2O3)
3. Meningkatkan penggunaan sistem manajemen inventory di
segala aspek (S2- O2O3)
Strategi WO
1. Mengikutsertakan tenaga gudang dalam seminar maupun
pelatihan tentang perbekalan
farmasi (W1-O1O2O3, W4-
O1O2O3)
2. Meningkatkan pemantauan mutu dan tanggal kadaluarsa
barang (W3-O2O3)
Threats (T)
1. Adanya perubahan modul inventory 2. Adanya barang yang tidak dapat
diretur
3. Adanya permintaan barang atau obat saat shif malam
Strategi ST
1. Melakukan penyesuaian antara perencanaan dan pengadaan
barang dengan jenis obat/ barang
yang sering digunakan (S1-T2)
2. Mengikuti standar sistem manajemen inventory yang
berlaku (S2-T1)
Strategi WT
1. Memberikan pengarahan kepada tenaga gudang tentang
standar tahap penyimpanan
perbekalan farmasi (W1-T1T2)
2. Mengadakan evaluasi tenaga gudang (W2-T3)
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
29
6. Isu-Isu Utama
Berdasarkan tabel 10 dapat dirumuskan alternatif strategi IFRSIFC
untuk meningkatkan daya saing dan kinerja operasionalnya yang
memungkinkan Instalasi Farmasi menjadi salah satu Unit Bisnis Strategis
(UBS) di RSIFC yaitu:
a. Strategi Strengths–Oppurtunities (Kekuatan- Peluang)
1) Menjalin hubungan baik dengan distributor. Menurut Siagian
(2003) pemasok mempunyai dampak langsung terhadap
pengelolaan suatu perusahaan. Diperlukan adanya hubungan yang
intim, serasi dan saling mempercayai antara perusahaan dengan
pemasok agar kesinambungan dan pertumbuhan perusahaan
tersebut tetap baik di tengah persaingan. Menjalin kepercayaan
dengan distributor antara lain dengan cara pembayaran tepat waktu.
2) Meningkatkan sumber daya yang meliputi sumber daya manusia
dan sarana prasarana penyimpanan. Menurut Seto et al (2012)
ruang penyimpanan harus efektif dan efisien agar memberikan
kenyamanan pada karyawan yang akan berdampak juga pada
konsumen atau pelanggan atau bagian lain dari organisasi yang
membutuhkan pelayanan dan akhirnya memberikan kepuasan
kepada semua pihak yang terkait. Dalam usaha peningkatan
kualitas SDM dapat mengikutsertakan tenaga gudang dalam
pelatihan maupun seminar tentang perbekalan farmasi untuk
meningkatkan potensi dan kualitas tenaga gudang.
3) Meningkatkan penggunaan sistem manajemen inventory disegala
aspek mulai dari pemilihan distributor sampai dengan evaluasi
barang kadaluarsa. Adanya penggunaan sistem komputerisasi
menurut Sheina et al (2010) dapat meningkatkan produktivitas
kerja para pegawai.
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
30
b. Strategi Weaknesses–Oppurtunities (Kelemahan-Peluang)
1) Mengikutsertakan tenaga gudang dalam seminar maupun pelatihan
tentang perbekalan farmasi untuk meningkatkan pengetahuan
tenaga gudang tentang perbekalan farmasi.
2) Meningkatkan pemantauan mutu dan tanggal kadaluarsa obat.
Menurut Fakhriadi et al (2011) adanya obat kadaluarsa atau rusak
menyebabkan adanya kerugian rumah sakit. Untuk itu diperlukan
peningkatan pemantauan mutu dan tanggal kadaluarsa obat agar
kualitas terhadap pelayanan kefarmasian tetap terjaga dan untuk
meminimalisir kerugian rumah sakit karena adanya obat kadaluarsa
ataupun rusak
c. Strategi Strengths-Threats (Kekuatan-Ancaman)
1) Melakukan penyesuaian antara perencanaan dan pengadaan barang
dengan barang yang sering di gunakan. Hal ini bertujuan agar
tidak terjadi penumpukkan barang di gudang yang dapat
menyebabkan kerugian rumah sakit.
2) Mengikuti standar sistem manajemen inventory yang berlaku
d. Strategi Weaknesses-Threats ( Kelemahan-Ancaman)
1) Memberikan pengarahan kepada tenaga gudang tentang standar
tahap penyimpanan perbekalan farmasi.
2) Mengadakan evaluasi tenaga gudang. Menurut Seto et al (2012)
penggunaan tenaga gudang haruslah seefektif mungkin, jangan
berlebihan sehingga banyak waktu menganggur teapi juga jangan
sampai mengalami kekurangan tenaga sehingga akan menimbulkan
antrian di pusat pelayanan penerimaan barang. Harus disesuaikan
antara jumlah karyawan, beban kerja dan volume perbekalan
farmasi.
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013
-
31
7. Penetapan Strategi Pengembangan
Posisi IFRSIFC berada pada kuadran 1 yaitu memiliki peluang dan
kekuatan sehingga strategi yang dapat dilakukan adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). Adapun
strategi Strengths–Oppurtunities (SO) atau faktor-faktor kunci
keberhasilan untuk pengembangan IFRSIFC adalah:
a. Menjalin hubungan baik dengan distributor.
b. Meningkatkan sumber daya yang meliputi sumber daya manusia dan
sarana prasarana penyimpanan.
c. Meningkatkan penggunaan sistem manajemen inventory disegala
aspek.
ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013