bab iv hasil dan pembahasanrepository.ump.ac.id/1865/5/kingkin hapsari, bab iv.pdfdengan hasil...

15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di RSIFC khususnya di gudang Instalasi Farmasi. Hasil penelitian meliputi tahap penyimpanan dan analisis SWOT untuk mengetahui posisi Instalasi Farmasi. A. Tahap Penyimpanan 1. Kecocokan Antara Barang Dengan Kartu Stok Dan Komputer Indikator ini digunakan untuk mengetahui ketelitian petugas gudang dan mempermudah dalam pengecekan obat, serta membantu dalam perencanaan dan pengadaan obat sehingga tidak menyebabkan terjadinya akumulasi atau kekosongan obat (Fakhriadi et al,2011). Dari hasil pengamatan tiap item barang dilengkapi dengan kartu stok. Kartu stok berisi tanggal, jumlah barang masuk, jumlah barang keluar, sisa stok dan keterangan. Pada kolom keterangan diisi bulan kadaluarsa atau lokasi pengiriman barang dari gudang farmasi. Kecocokan antara barang dengan kartu stok dan komputer di gudang farmasi dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Kecocokan barang dengan kartu stok dan komputer Jumlah Sampel Jumlah Barang yang Sesuai % Kecocokan barang Kartu Stok Komputer 95 95 95 100% Sumber Data: data sekunder yang diolah Pada tabel 4 dapat terlihat bahwa kecocokan barang dengan kartu stok dan komputer adalah sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya ketelitian dan kedisiplinan petugas gudang dalam mencatat jumlah sebenarnya pada saat pengeluaran dan pemasukan obat. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Pudjaningsih dan Santoso (2006) yang memberikan persentase minimal 100%, maka pengelolaan obat tahap penyimpanan pada indikator kecocokan antara barang dengan kartu stok 17 ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 17

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini dilakukan di RSIFC khususnya di gudang Instalasi Farmasi.

    Hasil penelitian meliputi tahap penyimpanan dan analisis SWOT untuk

    mengetahui posisi Instalasi Farmasi.

    A. Tahap Penyimpanan

    1. Kecocokan Antara Barang Dengan Kartu Stok Dan Komputer

    Indikator ini digunakan untuk mengetahui ketelitian petugas

    gudang dan mempermudah dalam pengecekan obat, serta membantu dalam

    perencanaan dan pengadaan obat sehingga tidak menyebabkan terjadinya

    akumulasi atau kekosongan obat (Fakhriadi et al,2011).

    Dari hasil pengamatan tiap item barang dilengkapi dengan kartu

    stok. Kartu stok berisi tanggal, jumlah barang masuk, jumlah barang

    keluar, sisa stok dan keterangan. Pada kolom keterangan diisi bulan

    kadaluarsa atau lokasi pengiriman barang dari gudang farmasi. Kecocokan

    antara barang dengan kartu stok dan komputer di gudang farmasi dapat

    dilihat pada tabel 4.

    Tabel 4. Kecocokan barang dengan kartu stok dan komputer

    Jumlah Sampel Jumlah Barang yang Sesuai

    % Kecocokan barang Kartu Stok Komputer

    95 95 95 100% Sumber Data: data sekunder yang diolah

    Pada tabel 4 dapat terlihat bahwa kecocokan barang dengan kartu

    stok dan komputer adalah sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa

    adanya ketelitian dan kedisiplinan petugas gudang dalam mencatat jumlah

    sebenarnya pada saat pengeluaran dan pemasukan obat. Jika dibandingkan

    dengan hasil penelitian Pudjaningsih dan Santoso (2006) yang

    memberikan persentase minimal 100%, maka pengelolaan obat tahap

    penyimpanan pada indikator kecocokan antara barang dengan kartu stok

    17

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 18

    dan komputer sudah efisien. Tabel kecocokan antara barang dengan kartu

    stok dan komputer selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.

    2. Turn Over Ratio (TOR)

    Indikator ini digunakan untuk mengetahui berapa kali perputaran

    modal dalam satu tahun atau untuk mengukur tingkat efisiensi persediaan

    (Fakhriadi et al, 2011). Semakin tinggi nilai TOR menunjukkan semakin

    efisien pengelolaan persediaan dan semakin rendah nilai TOR maka

    pengelolaaan obat tidak efisien atau jumlah persediaan menumpuk

    sehingga kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan menjadi kecil

    (Nafilla,2008).

    Nilai TOR dapat dilihat berdasarkan anggaran obat RSI Fatimah

    Cilacap tahun 2012 seperti ditunjukan pada tabel 5 di bawah ini.

    Tabel 5.Anggaran Obat RSIFC tahun 2012

    Nilai Pembelian Persediaan Awal Persediaan Akhir Nilai TOR

    Rp. 11.719.924.375 Rp. 2.435.669.776 Rp. 2.902.154.221 4,4 kali Sumber data : Bagian Keuangan RSIFC

    Berdasarkan tabel 5 diperoleh nilai TOR pada tahun 2012 sebanyak

    4,4 kali. Jika dibandingkan dengan nilai standar Seto et al (2012) yang

    memberikan nilai frekuensi 4-12 kali pertahun maka pengelolaan obat di

    gudang IFRS sudah efisien. Menurut Seto et al (2012) nilai TOR

    menunjukkan seberapa cepat persediaan obat dibeli, dijual dan digantikan

    kembali.

    3. Sistem Penataan Gudang

    Sistem penyimpanan obat di gudang IFRSIFC menggunakan

    gabungan antara metode FIFO dan metode FEFO. Metode FIFO (First In

    First Out) adalah obat yang terlebih dahulu digunakan adalah obat yang

    lebih dahulu masuk dalam penyimpanan (Fakhriadi et al, 2011),

    sedangkan metode FEFO (First Expired First Out) persediaan barang

    yang dikeluarkan atau dijual yaitu barang yang terakhir masuk dalam

    penyimpanan karena mempunyai Expired Date (ED) lebih pendek dari

    barang yang sudah ada (Seto et al,2012). Proses penyimpanan obat di

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 19

    gudang Instalasi Farmasi RSIFC lebih memprioritaskan metode FEFO,

    baru kemudian metode FIFO.

    Secara skematis proses penyimpanan obat di gudang IFRS dapat

    dijelaskan sebagai berikut:

    Menerima barang dan dokumen-dokumen pendukungnya.

    Memeriksa barang (dilihat kesesuaian antara faktur dan barang yang ada

    meliputi nama, jumlah bentuk sediaan dan tanggal kadaluarsa).

    Pengarsipan

    Memasukkan data-data ke komputer

    Menulis jumlah barang masuk dan tanggal ED pada kartu stok

    Meletakkan barang di rak

    Gambar 3. Skema proses penyimpanan barang di IFRSIFC

    Kesesuaian antara penyimpanan obat di gudang IFRSIFC dengan

    standar (Seto et al, 2012) adalah sebagai berikut:

    Tabel 6. Kesesuaian antara penyimpanan obat di gudang Instalasi Farmasi

    RSIFC dengan standar (Seto et al,2012)

    Pelaksanaan di

    gudang Instalasi

    Farmasi RSIFC

    Standar (Seto dkk, 2012) Ya Tidak

    1. Metode FIFO 2. Metode FEFO 3. Penggolongan berdasarkan bentuk sediaan 4. Penggolongan secara alfabetis 5. Penggolongan secara farmakologi 6. Penggolongan narkotika dan psikotropika

    Sistem penyimpanan obat di gudang IFRSIFC sudah baik karena

    sesuai dengan standar Seto et al (2012). Dalam penyimpanan obatnya

    sudah menggunakan metode FIFO dan FEFO, penggolongan obat

    berdasarkan bentuk sediaan, farmakologi, narkotika dan psikotropika serta

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 20

    diurutkan secara alfabetis. Untuk penggolongan obat tahap penyimpanan

    di gudang IFRSIFC dapat dilihat pada lampiran 5.

    Pengelolaan obat merupakan peringkat ketiga yang dapat

    menyebabkan medication error (Depkes RI, 2008). Menurut Seto et al

    (2012) tujuan dari penyimpanan obat sesuai dengan FIFO dan FEFO serta

    diatur penyimpanannya sesuai penggolongan obat berdasarkan bentuk

    sediaan, golongan narkotika. golongan psikotropika, farmakologi dan

    diurutkan secara alfabetis yaitu :

    1) Mempermudah dalam proses pengambilan obat.

    2) Menghindari kesalahan dalam pengambilan obat.

    3) Meminimalisir waktu dan tenaga yang digunakan.

    4. Persentase Barang Kadaluarsa Dan Rusak

    Adanya barang kadaluarsa dan rusak menunjukkan kurangnya

    pengawasan obat di gudang serta kurang baiknya sistem distribusi obat

    (Depkes, 2010). Persentase barang kadaluarsa dan rusak di RSIFC pada

    tahun 2012 dapat dihitung berdasarkan tabel 7 di bawah ini.

    Tabel 7.Barang kadaluarsa dan rusak di IFRSIFC pada tahun 2012

    Jumlah Jenis Barang

    yang tersedia

    Jumlah jenis barang

    yang kadaluarsa/ rusak

    % barang kadaluarsa

    / rusak

    2529 152 6% Sumber Data : Gudang IFRSIFC

    Bardasarkan tabel 7 didapatkan persentase barang kadaluarsa dan

    rusak sebesar 6%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih ditemukannya

    barang kadaluarsa dan rusak sebesar 6% di RSIFC karena kurangnya

    pengawasan obat di gudang farmasi.. Perhitungan persentase obat

    kadaluarsa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 dan tabel daftar

    barang kadaluarsa dan rusak pada lampiran 3.

    Menurut Seto et al (2012) adanya barang kadaluarsa menunjukkan

    siklus manajemen logistik yang tidak berjalan dengan baik sehingga

    diperlukan adanya pemeriksaan secara berkala dan menjaga barang/ obat

    dari kerusakan.

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 21

    Berdasarkan keterangan Kepala IFRSIFC untuk memperkecil resiko

    adanya barang-barang kadaluarsa dan rusak telah dilakukan peningkatan

    pemantauan yaitu:

    1) Menuliskan bulan kadaluarsa pada kartu stok sebelum melakukan penyimpanan barang.

    2) Melakukan pengecekan secara berkala pada barang-barang yang ada setiap 6 bulan sekali. Bila terdapat barang dengan bulan kadaluarsa 6

    bulan setelah pengecekan maka barang tersebut ditulis di buku laporan

    barang hampir kadaluarsa.

    3) Untuk barang-barang yang mempunyai tanggal kadaluarsa kurang dari 6 bulan maka dilakukan penarikan dan diletakkan di tempat khusus.

    4) Pemantauan barang kadaluarsa melalui sistem komputer, mulai diberlakukan tahun 2013.

    B. Analisis SWOT

    Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

    untuk merumuskan strategi pengembangan IFRSIFC. Analisis ini didasarkan

    pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

    (Oppurtunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

    (Weaknesses) dan ancaman (Threats).

    1. Analisis Situasi Tahap Penyimpanan Di Gudang IFRSIFC

    a. Sistem Penataan Perbekalan Farmasi

    Dalam penyimpanan obat di gudang IFRSIFC ditata sesuai

    dengan metode FIFO dan FEFO, penggolongan obat berdasarkan

    bentuk sediaan, farmakologi, narkotika dan psikotropika serta secara

    alfabetis. Hal ini bertujuan yaitu:

    1) Minimalisasi waktu dan tenaga 2) Mempermudah dalam pengambilan obat 3) Menghindari kesalahan dalam pengambilan obat

    b. Pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Inventory

    Adanya sistem informasi manajemen inventory menurut

    Sheina et al (2010) diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

    kerja para pegawai, untuk memenuhi kebutuhan seperti :

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 22

    1) Sistem dapat membantu mencatat barang masuk maupun barang keluar dengan efektif.

    2) Menudahkan dalam perubahan data yang ada. 3) Kebutuhan informasi mengani perbekalan farmasi dapat

    disajikan dengan cepat.

    4) Pembuatan pelaporan yang di hasilkan lebih akurat. c. Persyaratan Gudang

    Gudang IFRSIFC sudah memenuhi persyratan gudang

    menurut Seto et al (2012) yaitu:

    1) Dinding kokoh, kuat, kering dan tidak lembab demikian juga dengan lantainya.

    2) Adanya peralatan pendukung seperti, timbangan besar, timbangan gram dan miligram serta anak timbangnya yang

    ditera setiap tahun, pallet, kereta dorong pengangkut barang dan

    kulkas.

    3) Adanya ruang penyimpan biasa yaitu untuk menyimpan sebagian besar persediaan obat farmasi seperti, cairan, tablet,

    kapsul, obat suntik, dan lain lain.

    4) Ruang penyimpanan bersuhu dingin. 5) Ruang penyimpanan narkotika dan psikotropika. 6) Ruang penyimpanan untuk bahan mudah terbakar.

    d. Akses Penerimaan Barang Dari Distributor Lokasi gudang IFRSIFC terletak didekat jalan raya sehingga

    mudah dijangkau oleh kendaraan angkut barang dan mempermudah

    proses pengiriman barang dari distributor obat. Lokasi gudang

    IFRSIFC dapat dilihat pada lampiran 6.

    e. Akurasi Adanya kecocokkan antara barang dengan kartu stok dan

    komputer mencapai 100% menyimpulkan bahwa adanya ketelitian

    petugas gudang (Fakhriadi et al, 2011).

    f. Pendidikan Tenaga Gudang Gudang IFRSIFC memiliki 4 tenaga gudang terdiri dari 1

    orang koordinator gudang dan 3 staf gudang. Latar belakang

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 23

    pendidikan dari koordinator gudang dan 2 orang staf gudang bukan

    berasal dari tenaga kefarmasian. Pembagian tugas terdiri dari 2 shif

    yaitu pagi jam 07.00-14.00 WIB dan siang jam 14.00-21.00 WIB.

    Untuk meningkatkan potensi tenaga gudang dilakukan dengan

    mengikutsertakan tenaga gudang dalam pelatihan maupun seminar

    tentang standar perbekalan farmasi.

    g. Adanya Obat Kadaluarsa atau rusak

    Masih ditemukannya barang kadaluarsa dan rusak pada tahun

    2012 sebesar 6%. Menurut Fakhriadi et al (2011) adanya barang

    kadaluarsa menunjukkan kurangnya pengawasan obat di gudang

    farmasi dan kurang baiknya sistem distribusi obat.

    h. Distributor

    Menurut keterangan Kepala IFRSIFC dalam menjalin

    kerjasama dengan distributor diperlukan adanya seleksi terlebih

    dahulu. Salah satu alasan adanya seleksi adalah untuk memperoleh

    adanya jaminan memperoleh mutu perbekalan farmasi yang baik.

    Setiap distributor mempunyai aturan tersendiri untuk meretur barang

    hampir kadaluarsa misalnya 1 sampai 2 bulan sebelum kadaluarsa.

    Tetapi terdapat barang-barang tertentu yang tidak dapat diretur

    sehingga diperlukan perencanaan yang baik dan sesuai dengan

    situasi agar tidak terjadi penumpukkan barang yang berpotensi

    menjadi barang kadaluarsa.

    2. Analisis Faktor Strategi SWOT

    Di bawah ini merupakan hasil pengamatan lingkungan internal

    dan lingkungan eksternal tahap penyimpanan IFRSIFC berdasarkan

    analisis situasi tahap penyimpanan dan wawancara dengan Kepala

    IFRSIFC.

    a. Faktor Internal

    Kekuatan :

    1) Sistem penataan perbekalan farmasi

    2) Pemanfaatan sistem informasi manajemen evaluasi inventory

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 24

    3) Persyaratan gudang

    4) Akses penerimaan barang dari distributor

    5) Akurasi

    Kelemahan :

    1) Pendidikan tenaga gudang 2) Jumlah SDM gudang untuk memenuhi shif 3) Adanya obat kadaluarsa atau rusak 4) Penanggung jawab gudang bukan berasal dari tenaga kefarmasian

    b. Faktor Eksternal

    Peluang :

    1) Terjaminnya mutu perbekalan farmasi dari distributor

    2) Adanya perkembangan sistem informasi manajemen evaluasi

    inventory

    3) Adanya usaha peningkatan kualitas SDM dalam bidang

    perbekalan farmasi

    Ancaman :

    1) Adanya perubahan modul inventory

    2) Adanya peraturan distributor tentang barang yang tidak dapat

    diretur

    3) Adanya permintaan barang atau obat saat shif malam

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 25

    3. Faktor Strategi Internal dan Eksternal IFRSIFC

    Tabel di bawah ini merupakan hasil penilaian faktor internal dan

    faktor eksternal :

    Tabel 8. Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS)

    Faktor Bobot Rating Skor Komentar

    Kekuatan:

    Sistem penataan perbekalan

    farmasi

    Pemanfaatan sistem

    informasi manajemen

    evaluasi inventory

    Persyaratan gudang

    Akses penerimaan barang

    dari distributor

    Akurasi

    Kelemahan:

    Pendidikan tenaga gudang

    Jumlah SDM gudang untuk

    memenuhi shif

    Adanya obat kadaluarsa

    Penanggung jawab gudang

    0,15

    0,15

    0,15

    0,05

    0,10

    0,10

    0,10

    0,10

    0,10

    4

    4

    4

    4

    4

    -2

    -2

    -1

    -2

    0,60

    0,60

    0,60

    0,20

    0,40

    -0,20

    -0,20

    -0,10

    -0,20

    Sesuai standar

    Secara optimal

    Sesuai standar Seto

    Mudah dijangkau

    Penggunaan secara

    optimal

    Bukan berasal dari

    kefarmasian

    Belum terdapat untuk

    shif malam

    Berhubungan dengan

    kerugian RS

    Bukan berasal dari

    kefarmasian

    Total Skor 1,00 1,70

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 26

    Tabel 9.Eksternal Strategic Factor Analysis Summary (EFAS)

    Faktor Bobot Rating Skor Komentar

    Peluang :

    Terjaminnya mutu

    perbekalan farmasi dari

    distributor

    Adanya perkembangan

    sistem informasi

    manajemen evaluasi

    inventory

    Adanya usaha peningkatan

    kualitas SDM dibidang

    perbekalan farmasi

    Ancaman :

    Adanya perubahan modul

    inventory

    Adanya peraturan

    distributor tentang barang

    yang tidak dapat di retur

    Adanya permintaan barang

    atau obat saat shif malam

    0,25

    0,20

    0,15

    0,15

    0,15

    0,10

    4

    4

    4

    -1

    -1

    -2

    1,00

    0,80

    0,60

    -0,15

    -0,15

    -0,20

    Adanya seleksi

    distributor

    Penggunaan yang

    optimal

    Pengikutsertaan dalam

    pelatihan atau seminar

    Ikuti perubahan tersebut

    Perlu perencanaan yang

    baik

    Tidak adanya shif

    malam di gudang IFRS

    Total Skor 1,00 1,90

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 27

    4. Penentuan Posisi IFRSIFC

    Gambar 4. Profil dan Posisi SWOT IFRSIFC

    Gambaran posisi SWOT IFRSIFC adalah sebagai berikut, kekuatan

    bobot skornya 2,4 atau 60% dari bobot skor maksimal 4, kelemahan bobot

    skornya -0,70 atau 17,5% dari bobot skor maksimal -4, peluang bobot

    skornya 2,4 atau 60% dari bobot skor maksimalnya 4 dan ancaman bobot

    skornya -0,5 atau 12,5%. Dari jumlah skor kekuatan, kelemahan, peluang

    : PROFIL SWOT IFRSIFC

    : POSISI SWOT IFRSIFC

    KETERANGAN :

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 28

    dan ancaman tersebut kemudian digambarkan profil SWOT IFRSIFC

    seperti gambar 5.

    Untuk lebih mengetahui posisi IFRSIFC pada grafik dengan

    mengetahui strength posture yang merupakan penjumlahan kekuatan dan

    kelemahan untuk sumbu X [ kekuatan + kelemahan = 2,4 + (-0,70) = 1,70]

    dan mengetahui competitive posture yang merupakan penjumlahan dari

    peluang dan ancaman untuk sumbu Y [ peluang + ancaman = 2,4+ (-0,5)

    = 1,9]. Jadi posisi IFRSIFC pada titik (1,70 ; 1,90) berarti strategi yang

    sesuai dengan IFRSIFC adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang

    agresif (Growth oriented strategy). Artinya, IFRSIFC memiliki peluang

    dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

    5. Alternatif Strategi

    Alternatif strategi dirumuskan berdasarkan model analisis matriks

    SWOT berdasarkan dari Tabel IFAS dan EFAS. Matriks ini dapat

    mengahsilkan empat set kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi SO,

    strategi ST, strategi WO dan strategi WT.

    Tabel 10 Matrik SWOT IFRSIFC

    IFAS

    EFAS

    Strengths (S)

    1. Sistem penataan perbekalan farmasi

    2. Pemanfaatan sistem informasi manajemen inventory

    3. Persyaratan gudang 4. Akses penerimaan barang dari

    distributor

    5. Akurasi

    Weaknesses (W)

    1. Pendidikan tenaga gudang 2. Jumlah SDM gudang untuk

    memenuhi shif

    3. Adanya obat kadaluarsa 4. Penanggung jawab gudang

    Opportunities (O)

    1. Terjaminnya mutu perbekalan farmasi dari distributor

    2. Adanya perkembangan sistem informasi manajemen evaluasi

    inventory

    3. Adanya usaha peningkatan kualitas SDM di bidang perbekalan farmasi

    Strategi SO

    1. Menjalin hubungan baik dengan distributor (S1- O1)

    2. Meningkatkan Sumber daya yang ada (S1- O2O3, ,S3- O2O3, S5-

    O2O3)

    3. Meningkatkan penggunaan sistem manajemen inventory di

    segala aspek (S2- O2O3)

    Strategi WO

    1. Mengikutsertakan tenaga gudang dalam seminar maupun

    pelatihan tentang perbekalan

    farmasi (W1-O1O2O3, W4-

    O1O2O3)

    2. Meningkatkan pemantauan mutu dan tanggal kadaluarsa

    barang (W3-O2O3)

    Threats (T)

    1. Adanya perubahan modul inventory 2. Adanya barang yang tidak dapat

    diretur

    3. Adanya permintaan barang atau obat saat shif malam

    Strategi ST

    1. Melakukan penyesuaian antara perencanaan dan pengadaan

    barang dengan jenis obat/ barang

    yang sering digunakan (S1-T2)

    2. Mengikuti standar sistem manajemen inventory yang

    berlaku (S2-T1)

    Strategi WT

    1. Memberikan pengarahan kepada tenaga gudang tentang

    standar tahap penyimpanan

    perbekalan farmasi (W1-T1T2)

    2. Mengadakan evaluasi tenaga gudang (W2-T3)

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 29

    6. Isu-Isu Utama

    Berdasarkan tabel 10 dapat dirumuskan alternatif strategi IFRSIFC

    untuk meningkatkan daya saing dan kinerja operasionalnya yang

    memungkinkan Instalasi Farmasi menjadi salah satu Unit Bisnis Strategis

    (UBS) di RSIFC yaitu:

    a. Strategi Strengths–Oppurtunities (Kekuatan- Peluang)

    1) Menjalin hubungan baik dengan distributor. Menurut Siagian

    (2003) pemasok mempunyai dampak langsung terhadap

    pengelolaan suatu perusahaan. Diperlukan adanya hubungan yang

    intim, serasi dan saling mempercayai antara perusahaan dengan

    pemasok agar kesinambungan dan pertumbuhan perusahaan

    tersebut tetap baik di tengah persaingan. Menjalin kepercayaan

    dengan distributor antara lain dengan cara pembayaran tepat waktu.

    2) Meningkatkan sumber daya yang meliputi sumber daya manusia

    dan sarana prasarana penyimpanan. Menurut Seto et al (2012)

    ruang penyimpanan harus efektif dan efisien agar memberikan

    kenyamanan pada karyawan yang akan berdampak juga pada

    konsumen atau pelanggan atau bagian lain dari organisasi yang

    membutuhkan pelayanan dan akhirnya memberikan kepuasan

    kepada semua pihak yang terkait. Dalam usaha peningkatan

    kualitas SDM dapat mengikutsertakan tenaga gudang dalam

    pelatihan maupun seminar tentang perbekalan farmasi untuk

    meningkatkan potensi dan kualitas tenaga gudang.

    3) Meningkatkan penggunaan sistem manajemen inventory disegala

    aspek mulai dari pemilihan distributor sampai dengan evaluasi

    barang kadaluarsa. Adanya penggunaan sistem komputerisasi

    menurut Sheina et al (2010) dapat meningkatkan produktivitas

    kerja para pegawai.

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 30

    b. Strategi Weaknesses–Oppurtunities (Kelemahan-Peluang)

    1) Mengikutsertakan tenaga gudang dalam seminar maupun pelatihan

    tentang perbekalan farmasi untuk meningkatkan pengetahuan

    tenaga gudang tentang perbekalan farmasi.

    2) Meningkatkan pemantauan mutu dan tanggal kadaluarsa obat.

    Menurut Fakhriadi et al (2011) adanya obat kadaluarsa atau rusak

    menyebabkan adanya kerugian rumah sakit. Untuk itu diperlukan

    peningkatan pemantauan mutu dan tanggal kadaluarsa obat agar

    kualitas terhadap pelayanan kefarmasian tetap terjaga dan untuk

    meminimalisir kerugian rumah sakit karena adanya obat kadaluarsa

    ataupun rusak

    c. Strategi Strengths-Threats (Kekuatan-Ancaman)

    1) Melakukan penyesuaian antara perencanaan dan pengadaan barang

    dengan barang yang sering di gunakan. Hal ini bertujuan agar

    tidak terjadi penumpukkan barang di gudang yang dapat

    menyebabkan kerugian rumah sakit.

    2) Mengikuti standar sistem manajemen inventory yang berlaku

    d. Strategi Weaknesses-Threats ( Kelemahan-Ancaman)

    1) Memberikan pengarahan kepada tenaga gudang tentang standar

    tahap penyimpanan perbekalan farmasi.

    2) Mengadakan evaluasi tenaga gudang. Menurut Seto et al (2012)

    penggunaan tenaga gudang haruslah seefektif mungkin, jangan

    berlebihan sehingga banyak waktu menganggur teapi juga jangan

    sampai mengalami kekurangan tenaga sehingga akan menimbulkan

    antrian di pusat pelayanan penerimaan barang. Harus disesuaikan

    antara jumlah karyawan, beban kerja dan volume perbekalan

    farmasi.

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013

  • 31

    7. Penetapan Strategi Pengembangan

    Posisi IFRSIFC berada pada kuadran 1 yaitu memiliki peluang dan

    kekuatan sehingga strategi yang dapat dilakukan adalah mendukung

    kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). Adapun

    strategi Strengths–Oppurtunities (SO) atau faktor-faktor kunci

    keberhasilan untuk pengembangan IFRSIFC adalah:

    a. Menjalin hubungan baik dengan distributor.

    b. Meningkatkan sumber daya yang meliputi sumber daya manusia dan

    sarana prasarana penyimpanan.

    c. Meningkatkan penggunaan sistem manajemen inventory disegala

    aspek.

    ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN…, KINGKIN HAPSARI, FAKULTAS FARMASI UMP, 2013