bab iv hasil analisis dan pembahasan 4.1. proses ...repository.unika.ac.id/14712/5/12.60.0034 dennis...
TRANSCRIPT
33
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Penyebaran Kuesioner
Berikut ini adalah tabel proses penyebaran kuesioner pada
penelitian ini:
Tabel 4.1. Proses Penyebaran Kuesioner
No Nama KAP Auditor Bersedia
Mengisi Kuesioner
Kuesioner
yang kembali
dan dapat
diolah
1 KAP TRI BOWO YULIANTI 8 7
2 KAP HADORI SUGIARTO ADI &
REKAN
-
3 KAP LEONARD, MULIA & RICHARD -
4 KAP KUMALAHADI, KUNCARA,
SUGENG PAMUDJI DAN REKAN
5 -
5 KAP BAYUDI, YOHANA, SUZY, ARIE 10 8
6 KAP ACHMAD, RASYID, HISBULLAH
& JERRY
5 5
7 KAP BENNY, TONY, FRANS & DANIEL 4 4
8 KAP Dr. RAHARDJA, M.Si., CPA -
9 KAP DARSONO & BUDI CAHYO
SANTOSO
2
10 KAP RUCHENDI, MARDJITO DAN
RUSHADI
-
11 KAP DRS. HANANTA BUDIANTO &
REKAN
7 7
12 KAP HELIANTONO & REKAN -
34
13 KAP I. SOETIKNO 4 3
14 KAP RIZA,ADI,SYAHRIL & REKAN 5 5
15 KAP SODIKIN & HARIJANTO 5 -
16 KAP SUKARDI HASAN & REKAN - -
17 KAP TARMIZI ACHMAD - -
TOTAL: 55 39
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari 55 kuesioner yang disebarkan, ada 39 kuesioner yang
kembali dan dapat diolah yang terdiri dari 7 KAP, sedangkan 6 kuesioner
lainnya tidak dapat digunakan karena pengisian yang tidak lengkap. Hal
ini dikarenakan KAP yang semula di data melalui telefon dan bersedia
mengisi tetapi setelah didatangi tidak bersedia mengisi. Sebaliknya KAP
yang semula tidak bersedia mengisi, saat didatangi menjadi bersedia
mengisi kuisoner. Kuesioner yang kembali selanjutnya diolah peneliti.
4.2. Gambaran Umum Responden
Gambaran umum responden pada penelitian ini meliputi jenis
kelamin, jenjang jabatan serta pendidikan mereka yang dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden
Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid L 16 41,0 41,0 41,0
P 23 59,0 59,0 100,0
Total 39 100,0 100,0
35
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa responden pada
penelitian ini yang berjenis kelamin laki-laki ada 16 orang atau 41% dan
sisanya 23 orang atau 59% adalah perempuan.
Tabel 4.3. Pendidikan Responden
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid S1 35 89,7 89,7 89,7
S2 4 10,3 10,3 100,0
Total 39 100,0 100,0
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa responden pada
penelitian ini yang berpendidikan S1 ada 35 orang atau 89.7% dan sisanya
berpendidikan S2 ada 4 orang atau 10.3%.
Tabel 4.4. Jabatan Responden
Jabatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid JUNIOR 26 66,7 66,7 66,7
PARTNER 1 2,6 2,6 69,2
Senior 12 30,8 30,8 100,0
Total 39 100,0 100,0
Sumber: Data Primer yang Diolah
36
Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa responden pada
penelitian yang memiliki jabatan sebagai auditor junior ada 26 orang
(66.7%) dan sisanya auditor senior yaitu ada 12 orang atau 30.8% dan
hanya ada 1 orang partner (2.6%).
Tabel 4.5. Crosstab Jenis Kelamin dan Pendidikan
Jenis_kelamin * Pendidikan Crosstabulation
Pendidikan
Total S1 S2
Jenis_kelamin L Count 15 1 16
% of Total 38,5% 2,6% 41,0%
P Count 20 3 23
% of Total 51,3% 7,7% 59,0%
Total Count 35 4 39
% of Total 89,7% 10,3% 100,0%
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa mayoritas
responden berjenis kelamin perempuan dan berpendidikan S1 yaitu
berjumlah 20 orang atau 51.3%.
Tabel 4.6. Crosstab Jenis Kelamin dan Jabatan
Jenis_kelamin * Jabatan Crosstabulation
Jabatan
Total JUNIOR PARTNER Senior
Jenis_kelamin L Count 12 0 4 16
% of Total 30,8% ,0% 10,3% 41,0%
P Count 14 1 8 23
% of Total 35,9% 2,6% 20,5% 59,0%
Total Count 26 1 12 39
% of Total 66,7% 2,6% 30,8% 100,0%
Sumber: Data Primer yang Diolah
37
Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa mayoritas
responden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan dan memiliki
jabatan sebagai auditor junior yaitu sejumlah 14 orang atau 35.9%.
Tabel 4.7. Crosstab Pendidikan dan Jabatan
Pendidikan * Jabatan Crosstabulation
Jabatan
Total JUNIOR PARTNER Senior
Pendidikan S1 Count 26 1 8 35
% of Total 66,7% 2,6% 20,5% 89,7%
S2 Count 0 0 4 4
% of Total ,0% ,0% 10,3% 10,3%
Total Count 26 1 12 39
% of Total 66,7% 2,6% 30,8% 100,0%
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa mayoritas
responden pada penelitian ini berpendidikan S1 dan memiliki jabatan
sebagai auditor junior yaitu ada 26 orang atau 66.7%.
4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
4.3.1. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r
hitung dengan r tabel. Berikut ini adalah hasil uji validitas untuk variabel
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan:
38
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Validitas Kemampuan mendeteksi
kecurangan 1
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Q1 0,727 0,316 Valid
Q2 0,514 0,316 Valid
Q3 0,730 0,316 Valid
Q4 0,107 0,316 Tidak Valid
Q5 0,637 0,316 Valid
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dilihat dari tabel diatas diketahui bahwa ada 1 pertanyaan yang
memperoleh nilai r hitung < r tabel sehingga dilakukan pengujian ulang
dengan hasil:
Tabel 4.9. Hasil Pengujian Validitas Kemampuan mendeteksi
kecurangan 2
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Q1 0,748 0,316 Valid
Q2 0,449 0,316 Valid
Q3 0,761 0,316 Valid
Q5 0,722 0,316 Valid
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dilihat dari tabel diatas diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel
sehingga semua item pertanyaan untuk variabel ini telah dapat dikatakan
valid.
Kemudian berikutnya adalah hasil pengujian validitas untuk
variabel kompetensi:
39
Tabel 4.10. Hasil Pengujian Validitas Kompetensi 1
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Q1 0,685 0,316 Valid
Q2 0,651 0,316 Valid
Q3 0,599 0,316 Valid
Q4 0,442 0,316 Valid
Q5 0,600 0,316 Valid
Q6 0,264 0,316 Tidak Valid
Q7 0,451 0,316 Valid
Q8 0,455 0,316 Valid
Q9 0,649 0,316 Valid
Q10 0,583 0,316 Valid
Q11 0,476 0,316 Valid
Q12 0,646 0,316 Valid
Q13 0,523 0,316 Valid
Q14 0,484 0,316 Valid
Q15 0,659 0,316 Valid
Dilihat dari tabel diatas diketahui bahwa ada 1 pertanyaan yang
memperoleh nilai r hitung < r tabel sehingga dilakukan pengujian ulang
dengan hasil:
Tabel 4.11. Hasil Pengujian Validitas Kompetensi 2
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Q1 0,676 0,316 Valid
Q2 0,646 0,316 Valid
Q3 0,577 0,316 Valid
Q4 0,387 0,316 Valid
Q5 0,597 0,316 Valid
Q7 0,478 0,316 Valid
Q8 0,494 0,316 Valid
Q9 0,672 0,316 Valid
Q10 0,586 0,316 Valid
Q11 0,486 0,316 Valid
Q12 0,649 0,316 Valid
Q13 0,494 0,316 Valid
Q14 0,513 0,316 Valid
Q15 0,663 0,316 Valid
40
Dilihat dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel
sehingga semua item pertanyaan untuk variabel kompetensi adalah valid.
Tabel berikut ini menunjukkan hasil pengujian validitas untuk
variabel independensi:
Tabel 4.12. Hasil Pengujian Validitas Independensi
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Q1 0,656 0,316 Valid
Q2 0,755 0,316 Valid
Q3 0,613 0,316 Valid
Q4 0,735 0,316 Valid
Q5 0,388 0,316 Valid
Q6 0,563 0,316 Valid
Q7 0,439 0,316 Valid
Q8 0,497 0,316 Valid
Q9 0,776 0,316 Valid
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel sehingga
untuk item pertanyaan independensi ini dapat dikatakan valid.
Tabel berikut ini menunjukkan hasil pengujian validitas untuk
variabel risiko audit:
Tabel 4.13. Hasil Pengujian Validitas Risiko Audit
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Q1 0,391 0,316 Valid
Q2 0,487 0,316 Valid
Q3 0,823 0,316 Valid
Q4 0,715 0,316 Valid
Q5 0,735 0,316 Valid
Sumber: Data Primer yang Diolah
41
Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel sehingga
untuk item pertanyaan risiko audit ini telah dapat dikatakan valid.
Tabel 4.14. Hasil Pengujian Validitas Skeptisisme 1
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Q1 0,519 0,316 Valid
Q2 0,146 0,316 Tidak Valid
Q3 0,584 0,316 Valid
Q4 0,752 0,316 Valid
Q5 0,128 0,316 Tidak Valid
Q6 0,705 0,316 Valid
Q7 0,538 0,316 Valid
Q8 0,508 0,316 Valid
Q9 0,322 0,316 Valid
Q10 0,369 0,316 Valid
Q11 0,487 0,316 Valid
Q12 0,374 0,316 Valid
Q13 0,619 0,316 Valid
Q14 0,460 0,316 Valid
Q15 0,129 0,316 Tidak Valid
Q16 0,300 0,316 Tidak Valid
Q17 0,095 0,316 Tidak Valid
Q18 0,288 0,316 Tidak Valid
Q19 -0,100 0,316 Tidak Valid
Q20 0,119 0,316 Tidak Valid
Q21 0,009 0,316 Tidak Valid
Q22 0,598 0,316 Valid
Q23 0,187 0,316 Tidak Valid
Q24 -0,013 0,316 Tidak Valid
Q25 0,334 0,316 Valid
Q26 0,614 0,316 Valid
Q27 -0,019 0,316 Tidak Valid
Q28 0,438 0,316 Valid
Q29 0,319 0,316 Valid
Q30 -0,221 0,316 Tidak Valid
Sumber: Data Primer yang Diolah
42
Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa ada beberapa
pertanyaan yang memiliki nilai r hitung < r tabel sehingga dilakukan
pengujian ulang dengan hasil:
Tabel 4.15. Hasil Pengujian Validitas Skeptisisme 2
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Q1 0,565 0,316 Valid
Q3 0,577 0,316 Valid
Q4 0,779 0,316 Valid
Q6 0,679 0,316 Valid
Q7 0,468 0,316 Valid
Q8 0,383 0,316 Valid
Q9 0,316 0,316 Valid
Q10 0,484 0,316 Valid
Q11 0,427 0,316 Valid
Q12 0,400 0,316 Valid
Q13 0,593 0,316 Valid
Q14 0,498 0,316 Valid
Q22 0,460 0,316 Valid
Q25 0,469 0,316 Valid
Q26 0,670 0,316 Valid
Q28 0,529 0,316 Valid
Q29 0,409 0,316 Valid
Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai r hitung > r tabel sehingga
untuk item pertanyaan skeptisisme ini telah dapat dikatakan valid.
4.3.2. Hasil Uji Reliabilitas
Untuk pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah
hasil dari kuesioner ini dapat dipercaya atau reliabel. Berikut ini adalah
hasilnya:
43
Tabel 4.16. Hasil Pengujian Reliabilitas Penelitian
Pertanyaan Alpha Cronbach Keterangan
Kemampuan mendeteksi
kecurangan
0,834 Reliabel
Kompetensi 0,886 Reliabel
Independensi 0,863 Reliabel
Risiko audit 0,827 Reliabel
Skeptisisme 0,870 Reliabel
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dilihat dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa untuk masing-
masing variabel pada penelitian ini memiliki nilai yang lebih besar
daripada 0,6 sehingga dikatakan reliabel.
4.4. Statistik Deskriptif
Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan statistik deskriptif pada
penelitian ini:
Tabel 4.17. Statistik Deskriptif
Keterangan Kisaran
teoritis
Kisaran
aktual Mean
Rentang skala Keterangan
Rendah Sedang Tinggi
Kemampuan
mendeteksi
kecurangan
4-20 8-20 12.5385 4-9.33 9.34-14.66 14.67-20 Sedang
Kompetensi 14-70 49-70 57.9744 14-32.66 32.67-51.32 51.33-70 Tinggi
Independensi 9-45 30-45 37.2821 9-21 21.01-33 33.01-45 Tinggi
Risiko audit 5-25 12-25 18.7179 5-11.66 11.67-18.32 18.33-25 Tinggi
Skeptisisme 17-85 36-71 59.1281 17-39.66 39.67-62.32 62.33-85 Sedang
Sumber: Data Primer yang Diolah
Kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan terlihat dari
bagaimana auditor tersebut mampu melihat tanda – tanda atau sinyal yang
menunjukkan adanya indikasi terjadinya kecurangan (Carpenter et al.,
2002). Skor rata-rata empiris jawaban responden untuk variabel
44
kemampuan mendeteksi kecurangan memperoleh skor rata-rata empiris
sebesar 12.5385 yang termasuk dalam kategori sedang. Artinya responden
pada penelitian ini memiliki kemampuan dalam mendeteksi kecurangan
yang cukup baik.
Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan
kemampuan yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara
objektif seperti yang dimaksudkan dalam Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara, cermat dan seksama (Simanjuntak, 2015). Untuk kompetensi
memperoleh rata-rata skor empiris sebesar 57.9744 dan termasuk dalam
kategori tinggi. Artinya dalam bekerja auditor selalu menggunakan
keahlian dan pelatihan teknis yang standar sebagai profesi auditor atau
dengan kata lain memiliki keahlian yang cukup menonjol atau keahlian
khusus yang lain daripada auditor lainnya.
Independensi merupakan kemampuan untuk bertindak berdasarkan
integritas dan objektivitas (Widyastuti dan Pamudji, 2009). Independensi
memperoleh rata-rata skor empiris sebesar 37.2821 dan termasuk dalam
kategori tinggi. Artinya auditor dalam penelitian ini dalam bekerja dan
bertindak selalu berdasarkan objektivitas dan berintegritas yang sangat
baik. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual auditor, yaitu
jujur, berterus terang, dan mengemukakan fakta seperti apa adanya,
Sedangnkan objektivitas berhubungan dengan sikap netral auditor dalam
melaksanakan tugasnya bersikap adil, tidak memihak, dan tidak
berprasangka, serta bebas dari adanya konflik kepentingan.
45
Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat
ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Auditor menyadari
misalnya bahwa ada ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti,
efektivitas struktur pengendalian intern klien dan ketidakpastian apakah
laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah audit
selesai (Suraida, 2005). Untuk variabel risiko audit memperoleh rata-rata
skor sebesar 18.7179 dan termasuk dalam kategori tinggi. Artinya adanya
auditor seringkali menghadapi suatu ketidakpastian dimana kemungkinan
bahan bukti yang telah dikumpulkan oleh auditor untuk mendeteksi
adanya salah saji material, dan auditor kurang mampu untuk mendeteksi
adanya salah saji material yang terjadi.
Skeptisme profesional auditor merupakan sikap auditor dalam
melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang
selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap
bukti audit (Noviyanti, 2008). Untuk variabel skeptisisme memperoleh
rata-rata skor sebesar 59.1281 yang termasuk dalam kategori sedang.
Artinya auditor dalam melaksanakan audit dan mengevaluasi bukti
memiliki pikiran yang terkadang mempertanyakan serta cukup berhati-
hati.
46
4.4. Hasil Pengujian Asumsi Klasik
4.4.1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat pada nilai
Kolmogorof-Smirnov. Berikut ini adalah hasilnya:
Tabel 4.18. Hasil Pengujian Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 39
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 2.65299820
Most Extreme Differences
Absolute .087
Positive .081
Negative -.087
Kolmogorov-Smirnov Z .541
Asymp. Sig. (2-tailed) .932
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Tabel 4.19. Hasil Pengujian Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Unstandardized Residual .087 39 .200* .979 39 .664
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Dilihat dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. untuk
unstandardized residual pada penelitian ini baik Kolmogorov Smirnov
47
maupun Shapiro Wilk > 0,05 sehingga dapat dikatakan data pada
penelitian ini normal. Artinya distribusi data pada penelitian ini normal.
4.4.2. Uji Multikolinearitas
Sedangkan untuk hasil pengujian multikolinearitas dilakukan
dengan melihat pada angka VIF dan Tolerance, dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.20. Hasil Pengujian Multikolinearitas
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dilihat dari persamaan regresi tersebut di atas, nilai untuk
Tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Jadi dapat dikatakan bahwa data pada
penelitian ini bebas dari multikolinearitas. Artinya tidak ada korelasi
antara variabel independen pada penelitian ini.
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 18.171 7.219
2.517 .017
Skeptisisme -.192 .077 -.446 -2.502 .127 .692 1.446
Tipe_Kepribadian 2.926 1.447 .458 2.022 .052 .429 2.328
Kompetensi -.131 .168 -.198 -.776 .444 .337 2.970
Independensi .266 .239 .286 1.113 .274 .334 2.991
RIsiko_aud .277 .177 .267 1.566 .018 .756 1.323
Gender -1.662 1.057 -.258 -1.572 .126 .819 1.221
Jenjang_jabatan -.536 1.252 -.090 -.428 .672 .502 1.994
a. Dependent Variable: Kemampuan_mendeteksi_kecurangan
48
4.4.3. Uji Heteroskedastisitas
Sedangkan untuk hasil pengujian heteroskedastisitas juga
dilakukan untuk model regresi pada penelitian ini dengan uji Glejser
dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.21. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 3.654 3.855
.948 .351
Skeptisisme -.052 .041 -.262 -1.263 .216
Tipe_Kepribadian .545 .773 .185 .705 .486
Kompetensi -.015 .090 -.048 -.163 .871
Independensi .075 .128 .176 .590 .559
RIsiko_aud -.033 .095 -.070 -.352 .727
Gender -.011 .564 -.004 -.020 .984
Jenjang_jabatan .026 .668 .009 .038 .970
a. Dependent Variable: ABS_RES2
Sumber: Data Primer yang Diolah
Dilihat dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai masing-masing
variabel independen memiliki nilai signifikansi > 0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa data pada penelitian ini telah bebas dari
heteroskedastisitas. Artinya data pada penelitian ini memiliki varians yang
sama antara satu dengan lainnya.
49
4.5. Uji Model Fit
Tabel 4.22. Hasil Uji Model Fit
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 160,821 8 20,103 2,612 ,027a
Residual 230,872 30 7,696
Total 391,692 38
a. Predictors: (Constant), Jenjang_jabatan, Skeptisisme, RIsiko_aud, Independensi, Gender, Kondisi_klien,
Tipe_Kepribadian, Kompetensi
b. Dependent Variable: Kemampuan_mendeteksi_kecurangan
Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa nilai sig.F sebesar
0.027 < 0.05 yang artinya model fit. Jadi variabel independen dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen.
4.6. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.23. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .563a .317 .163 2.93730
a. Predictors: (Constant), Jenjang_jabatan, Skeptisisme, RIsiko_aud, Independensi,
Gender, Tipe_Kepribadian, Kompetensi
Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa adjusted R
Square sebesar 0.163 yang artinya variabel independen dapat
50
mempengaruhi variabel dependen sebesar 16.3% dan sisanya sebesar
83.7% dipengaruhi oleh variabel lainnya.
4.7. Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan
analisis regresi berganda. Berikut ini adalah hasilnya:
Tabel 4.24. Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
Keterangan
B Std. Error Beta
Sig./2
Kesimpulan
(Constant) 18.171 7.219
2.517 .017
Skeptisisme -.192 .077 -.446 -2.502 .127 .063 Tolak
Tipe_Kepribadian 2.926 1.447 .458 2.022 .052 .026 Terima
Kompetensi -.131 .168 -.198 -.776 .444 .222 Tolak
Independensi .266 .239 .286 1.113 .274 .137 Tolak
RIsiko_aud .277 .177 .267 1.566 .018 .009 Terima
Gender -1.662 1.057 -.258 -1.572 .126 .063 Tolak
Jenjang_jabatan -.536 1.252 -.090 -.428 .672 .336 Tolak
a. Dependent Variable: Kemampuan_mendeteksi_kecurangan
Sumber: Data Primer yang Diolah
51
4.7.1. Pengujian Hipotesis Pertama
Berdasarkan pada tabel tersebut diperoleh nilai signifikansi t untuk
variabel skeptisisme sebesar 0,127/2=0,063 yang nilainya > 0,05. Artinya
skepsitisme tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan. Jadi hipotesis pertama ditolak.
4.7.2. Pengujian Hipotesis Kedua
Berdasarkan pada tabel tersebut diperoleh nilai signifikansi t untuk
variabel tipe kepribadian sebesar 0,052/2=0,026 yang nilainya < 0,05
dengan nilai koefisien regresi sebesar +0.460. Artinya tipe
kepribadian berpengaruh positif terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan. Jadi hipotesis kedua diterima.
4.7.3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Berdasarkan pada tabel tersebut diperoleh nilai signifikansi t untuk
variabel kompetensi sebesar 0,444/2=0,222 yang nilainya > 0,05. Artinya
kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan. Jadi hipotesis ketiga ditolak.
4.7.4. Variabel Kontrol
Pada penelitian ini variabel kontrol risiko audit terbukti dapat
menjadi variabel kontrol dalam mempengaruhi kemampuan mendeteksi
kecurangan sedangkan variabel kontrol independensi, gender, dan jenjang
jabatan tidak dapat menjadi variabel kontrol.
52
4.8. Pembahasan
4.8.1. Pengaruh Skeptisisme terhadap Kemampuan Mendeteksi Kecurangan
Dari hasil pengujian hipotesis pertama diketahui bahwa hipotesis ditolak.
Jadi skepsitisme tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan. Hal ini disebabkan karena tingkat skeptitsisme setiap auditor berbeda
– beda satu sama lain. Jadi auditor dengan tingkat skeptisisme tinggi maupun
rendah tidak akan berdampak pada kemampuannya dalam mendeteksi kecurangan
dalam melaksanakan tugas audit.
Tingkat skeptisisme auditor bergantung pada pengalaman auditor, dimana
auditor senior dengan pengalaman yang tinggi tentu memiliki tingkat skeptisisme
yang baik sehingga akan lebih cepat dalam melakukan penilaian risiko
kecurangan (fraud risk assesments) dibandingkan dengan auditor junior dengan
level pengalaman yang lebih sedikit. Perbedaan level skeptisisme akan
berdampak pada kecepatan dan ketepatan khususnya dalam hal pencarian
informasi yang berkaitan dengan kebenaran-kebenaran informasi yang diberikan
oleh auditan. Faktor lain yang menyebabkan skeptisisme ditolak pada penelitian
ini adalah kuesioner yang kurang dipahami oleh auditor yang menigisi. Akibatnya
hanya terdapat tujuh belas pertanyaan kuesioner yang valid dari total tiga puluh
pertanyaan. Hal ini menyebabkan kuesioner tidak dapat menggambarkan
skeptisisme auditor yang sebenarnya.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rahayu dan Gudono (2016)
yang menyimpulkan bahwa skeptisisme tidak berpengaruh terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan.
53
4.8.2. Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Kemampuan Mendeteksi
Kecurangan
Berdasarkan pada hasil pengujian diperoleh hasil bahwa hipotesis kedua
diterima. Artinya tipe kepribadian berpengaruh positif terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan. Dalam penelitian ini tipe kepribadian ditentukan dengan
menggunakan MBTI dengan empat pasang preferensi manusia yaitu Extravert (E)
dan Introvert (I), Sensing (S) dan Intuition (N), Thinking (T) dan Feeling (F), dan
Judging (J) dan Perceiving (P). Auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST
dan NT merupakan auditor yang cenderung berpikir logis dalam membuat
keputusan serta akan mempertimbangkan semua fakta – fakta yang ada untuk
mendukung keputusannya tersebut (Nasution dan Fitriani, 2012).
Individu dengan tipe kepribadian ST memproses informasi dan mengambil
keputusan berdasarkan fakta yang diperolehnya dengan menggunakan analisis
yang logis. Sedangkan NT memproses informasi berdasarkan kemungkinan–
kemungkinan yang terjadi dan mempertimbangkannya secara teoritis dan ilmiah
dalam mengambil keputusan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Noviyanti (2008) dan Nasution dan Fitriani (2012).
4.8.3. Pengaruh Kompetensi terhadap Kemampuan Mendeteksi Kecurangan
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa
kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan. Jadi hipotesis ketiga ditolak. Kompetensi berkaitan dengan
pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang
54
auditing dan akuntansi. Dalam melakukan audit, auditor memiliki tanggung jawab
untuk bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing.
Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya
diperluas melalui pengalaman dan praktik audit (Gunawan, 2012).
Alasan ditolaknya hipotesis ini karena dalam mendeteksi kecurangan
auditor dipengaruhi oleh banyak faktor – faktor lainnya, sehingga auditor yang
memiliki kompetensi baik belum tentu memiliki kemampuan mendeteksi
kecurangan. Proses pendeteksian kecurangan juga dipengaruhi oleh keakuratan
dan ketepatan bukti – bukti audit dan lingkungannya. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Noviyani dan Bandi (2002) juga memberikan hasil bahwa auditor
yang sudah pernah mendeteksi kecurangan sebelumnya memiliki kemampuan
mendeteksi kecurangan yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang belum
pernah mendeteksi kecurangan. Artinya auditor tidak dapat hanya mengandalkan
kompetensinya saja untuk mampu mendeteksi kecurangan karena terdapat
beberapa faktor lain yang mempengaruhi misalnya seperti pengalaman, bukti –
bukti audit yang didapat, serta lingkungan sekitar. Pada variabel ini, jawaban
sampel yang cenderung sama di setiap pertanyaan menyebabkan variabel ini
menunjukkan bahwa sampel kurang menguasai isi dan maksud dari kuesioner
kompetensi.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan Koeswayo
(2016) yang menyatakan bahwa kompetensi tidak berpengaruh terhadap
kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.
55
4.8.4. Variabel Kontrol
Berdasarkan pada hasil pengujian diketahui bahwa variabel kontrol risiko
audit dan gender terbukti berpengaruh positif terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan sedangkan variabel kontrol independensi dan jenjang jabatan tidak
berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.
Risiko audit yang semakin tinggi akan membuat auditor menjadi takut
apabila kelak ditemukan kesalahan maupun kecurangan sehingga membuat
auditor bekerja lebih baik sehingga lebih mampu dalam mendeteksi kecurangan
(Suraida, 2005). Hal ini menyebabkan risiko audit berpengaruh terhadap
kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.
Adanya perbedaan karakteristik auditor berdasarkan pada gender tidak
akan mempengaruhi kemampuan mendeteksi kecurangan. Hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian Agustina (2014) dimana perbedaan gender berpengaruh
terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.
Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari kepentingan pihak
mana pun dan tidak mudah dipengaruhi sehingga tidak berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam mendeteksi kecurangan. Hasil ini didukung oleh penelitian
Simanjuntak (2015) dimana independensi auditor tidak berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam mendeteksi kecurangan.
Jenjang jabatan tidak berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan sebagai variabel kontrol. Artinya kemampuan auditor
dalam mendeteksi kecurangan tidak dilihat dari jabatan yang dimilikinya apakah
56
dia auditor junior atau auditor senior (Arles, 2014). Hal ini menjadikan jenjang
jabatan tidak berpengaruh terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan.