bab iv halaman pabrik pg

12
BAB IV HALAMAN PABRIK Halaman Pabrik atau yang lebih dikenal dengan Emplacemen merupakan tempat untuk menampung muatan tebu dari kebun yang telah ditimbang dan menungguantrian untuk digiling di Stasiun Gilingan. Emplasmen juga merupakan tempat Transloading atau tempat penyimpanan tebu sementara yang mana tebu dialihkan dari truck menuju lori untuk pasokan bahan baku yang akan digunakan untuk mempertahankan keajegan giling dan continuitas proses pabrikasi. Dalam bangku kuliah telah dipelajari betapa pentingnya Transportasi dan Continuitas giling sehingga Pabrik tidak boleh berhenti menggiling tebu dalam jangka waktu yang lama. Oleh karenanya Pasokan bahan baku tebu di PG haruslah selalu tersedia untuk antisipasi bila bahan baku habis atau mengalami kemacetan pada alat transportasi yang membawanya ke Pabrik, juga untuk mendukung proses penggilingan tebu pada saat jam kerja shift malam hingga pagi, dimana pada waktu itu pasokan tebu di truck hampir habis dan menunggu pasokan tebu yang sedang ditebang di kebun.

Upload: muhammad-rizqi

Post on 14-Dec-2015

228 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Emplacement PG

TRANSCRIPT

Page 1: Bab IV Halaman Pabrik PG

BAB IV

HALAMAN PABRIK

Halaman Pabrik atau yang lebih dikenal dengan Emplacemen

merupakan tempat untuk menampung muatan tebu dari kebun yang telah

ditimbang dan menungguantrian untuk digiling di Stasiun Gilingan.

Emplasmen juga merupakan tempat Transloading atau tempat penyimpanan

tebu sementara yang mana tebu dialihkan dari truck menuju lori untuk

pasokan bahan baku yang akan digunakan untuk mempertahankan keajegan

giling dan continuitas proses pabrikasi.

Dalam bangku kuliah telah dipelajari betapa pentingnya

Transportasi dan Continuitas giling sehingga Pabrik tidak boleh berhenti

menggiling tebu dalam jangka waktu yang lama. Oleh karenanya Pasokan

bahan baku tebu di PG haruslah selalu tersedia untuk antisipasi bila bahan

baku habis atau mengalami kemacetan pada alat transportasi yang

membawanya ke Pabrik, juga untuk mendukung proses penggilingan tebu

pada saat jam kerja shift malam hingga pagi, dimana pada waktu itu

pasokan tebu di truck hampir habis dan menunggu pasokan tebu yang

sedang ditebang di kebun.

PG Tjoekir berusaha menjaga keajegan giling dan continuitas

giling dengan cara menyimpan sementara bahan baku tebu pada Lori di

daerah emplacement, proses ini disebut Transloading. Oleh karenanya

daerah emplacement yang digunakan untuk menampung tebu haruslah

memiliki luas yang mendukung kelancaran giling

Page 2: Bab IV Halaman Pabrik PG

PG Tjoekir memiliki luas wilayah emplacement sebesar 3.780 m2

dan luas tersebut cukup untuk mendukung kelancaran kapasitas giling 1800

TCD.Danmampu menampung antrian truck dengan kapasitas 30 truck, juga

memiliki 275 lori dengan 10 jalur railban di emplasmen.

Seperti yang telah diketahui bahwa tebu mengandung sukrosa yang

dapat mengalami proses Hidrolisis dan Inversi sejak tebu ditebang hingga

dibawa ke Pabrik, oleh karenanya daerah emplacement ini harus dapat

menekan kerusakan sukrosa pada tebu. Di PG Tjoekir sendiri, daerah

Emplasmen hendaknya memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi

diantaranya :

1. Wilayah Emplacement harus luas agar dapat menampung tebu sesuai

dengan kapasitas giling dan Transloading serta untuk mengatur railban

sesuai kebutuhan

2. Emplacement harus teduh atau terlindungi oleh tanaman rindang dari

sinarlangsung cahaya matahari yang dapat menyebabkan inversinya

sukrosa dalam batang tebu dikarenakan sifat permeabilitas dinding

selnya tidak berfungsi, cairan sel akan menguap sehinggakeasaman

batang tebu meningkat dan menyebabkanterjadinya hidrolisis pada

batang tebu serta mengakibatkan inversi sukrosa, dengan reaksi sebagai

berikut :

C12H22O11+ H2O

t↑Asam↑

→C6H12 O6 + C6H12O6

3. Harus memiliki tempat dan sarana untuk transloading tebu dari truck ke

lori, agar memudahkan proses dan penataan jalur tranportasi di

emplasmen sehingga tidak mengganggu jalur truck dan lori ke Stasiun

Gilingan.

Page 3: Bab IV Halaman Pabrik PG

4. Harus mampu mendukung berjalannya proses FIFO (First In First Out),

maka emplacement sebaiknya memiliki 2 jalur untuk keluar masuk

truck yang mengangkut bahan baku tebu.

A. Alat Transportasi Tebu dari Lahan ke Pabrik

Tebu yang digiling di PG Tjoekir berasal dari wilayah Kabupaten

Jombang.Alat transportasi dari lahan ke pabrik sepenuhnya menggunakan

truck. Hal ini dianggap menguntungkan karena hampir 80% bahan baku

tebu berada di wilayah Kabupaten Jombang dimana jalur truck sangat baik

untuk digunakan. Sementara lori sengaja tidak dipergunakan karena jarak

antara lahan terdekat dengan PG relative jauh dan arealnya tersebar di

Kabupaten Jombang, sehingga dipergunakanlah truck sepenuhnya untuk

mengangkut bahan baku berupa tebu ke pabrik.

Page 4: Bab IV Halaman Pabrik PG

B. Cara Pengaturan Tebu di Halaman Pabrik

Pengaturan tebu di halaman pabrik dilakukan agar tebu tidak terlalu

lama menunggu antrian untuk digiling, pengaturan tebu untuk digiling

didasarkan pada urutan kedatangannya sebab pengaturan yang tidak tepat

dapat berdampak pada peningkatan kerusakan sukrosa dalam batang tebu

Standart operasional prosedur pengaturan antrian tebu

menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dimana tebu yang datang

lebih awal akan digiling lebih dahulu. Koordinasi antar bagian yang terkait

juga sangat dibutuhkan untuk mengatur agar sisa tebu di halaman Pabrik

seminimal mungkin yaitu sekitar 25% dari kapasitas giling sehingga tidak

terjadi adanya penumpukan tebu yang terlalu banyak dihalaman pabrik

untuk menunggu giliran di giling yang nantinya akan berdampak pada

inversi sukrosa.

Transloading dilakukan sebagai persiapan memasok bahan baku

giling pada jam kerja shift malam sampai jam kerja shift pagi dimana tebu

dari truck biasanya sudah habis tergiling dan juga untuk menghadapi

keadaan serta situasi tertentu khususnya kondisi dilapangan seperti

terganggunya/macetnya alur truck yang membawa tebu dari lahan ke pabrik

serta cuaca hujan yang menyulitkan proses penebangan dan transportasi

bahan baku tebu.

Proses transloading sendiri dilakukan dengan cara mengalihkan

tebu yang terdapat di truck untuk dipindahkan ke lori dengan jalur-jalur

yang telah ditentukan, tebu yang digunakan untuk transloading diwajibkan

tergiling pada waktu kurang dari 36 jam untuk menekan terjadinya inversi

sukrosa pada batang tebu. Pengaturan tebu transloading dimulai dari jalur

railban yang kosong kemudian diikuti jalur railban berikutnya, masing-

masing railban memiliki kapasitas penampungan lori yang berbeda-beda.

Page 5: Bab IV Halaman Pabrik PG

Parameter pengaturan tebu di emplasmen adalah halaman tebu

harus mampu menampung bahan baku yang dipakai untuk transloading.

Pengaturan antrian penggilingian tebu di truck dan pengaturan transloading

juga harus disesuaikan dengan Sistem FIFO. Jadi selain untuk membantu

proses continuitas giling juga harus memenuhi syarat tebu MBS yang kadar

sukrosanya diharapkan masih tinggi.Hambatan yang sering terjadi saat

pengaturan tebu diantaranya :

1. Angkutan Lori Gejlok/Anjlok, petugas harus memperbaiki reilban yang

gejlok dan biasanya memakan waktu yang cukup lama.

2. Kapasitas Lori yang lebih kecil dari truck, sebelum tebu dipindahkan

menggunakan cane crane tebu diatas truck harus dikurangi dahulu agar

lori mampu menampung tebu dengan baik.

Page 6: Bab IV Halaman Pabrik PG

C. Menghitung Tebu yang Digiling Tiap Hari

Penghitungan jumlah tebu yang digiling tiap hari ditujukan untuk

membantupetugas tebang-angkut mengetahui dan menetapkan rencana

penebangan pada Rapat tebang-angkut. Hal ini didasarkan pada jumlah tebu

tersisa dan kebutuhan Pabrik untuk memenuhi kapasitas giling

Penghitungan dan Laporan tebu yang digiling tiap hari dilakukan

oleh petugas yang berada di dekat meja tebu,setiap truck dan lori yang

tebunya diangkat Cane Crane (digiling) dicatat nomernya dan dicocokan

dengan data timbang dan di akumulasi sehingga diperoleh jumlah tebu yang

di timbang tiap jam.

Dari hasil akumulasi struck timbangan tebu dari truck dan lori

tergiling yang kemudian direkapitulasisetiap 24 jam,rekapitulasi di lakukan

pada jam 05.00 WIB.Jika jumlah tebu yang tertimbang dan tergilingsudah

diketahui, maka dapat diketahui kapasitas giling dan sisa tebutiap

harinya.Dengan demikian dapat dijadikan dasar dalam menentukan jumlah

tebu yang harus ditebang tiap hari.

1. Contoh perhitungan Giling tiap hari beserta Akumulasi sejak awal

giling :

Data Tebu Jumlah tebu (Kw)

Sisa kemarin 5.909

Pemasukan hari ini 17.774

Persediaan 23.683

Pemasukan sampai dengan hari ini (Akumulasi) 266.586

Digiling hari ini 17.734

Page 7: Bab IV Halaman Pabrik PG

Digiling sampai hari ini (Akumulasi) 260.637

Sisa hari ini 5.945

Dari data diatas, para karyawan bagian Tanaman menentukan

jumlah tebu yang ditebang dalam rapat FMPG.Perhitungan tebu yang

digiling setiap hari mempunyai fungsi sebagai parameter untuk menentukan

banyaknya jumlah tebu yang harus ditebang untuk besok hari dan juga

sebagai dasar pengawasan Stasiun Gilingan dan pengawasan proses

Pabrikasi.

2. Problematik

Problematik yang sering terjadi yaitu adanya jam berhenti giling

yang akan membuat perhitungan diatas kurang tepat, bila jam berhenti

giling panjang makaperlu adanya revisi pada penentuan jumlah penebangan

untuk besok hari. Jam berhenti giling yang panjang juga mengakibatkan

tebu akan tersimpan lebih lama dan tersisa relatif banyak di emplasmen

yang dapat mengakibatkan inversi sukrosa.

Page 8: Bab IV Halaman Pabrik PG

D. Mengatur Tebu yang akan Digiling

Pengaturan tebu yang akan digiling sangat penting untuk

menerapkan system FIFO (First In First Out). Tebu yang masuk kedalam

pabrik harus mengantri untuk digiling. Urutan tebu digiling sesuai dengan

sistem FIFO (First In First Out). Truk tebu yang datangakan mengantri

didepan Cane Crane untuk dipindahkan tebunya dari truck ke meja tebu

sekaligus ditimbang sesuai dengan urutan masing-masing. Begitu juga

dengan angkutan lori, lori tebu yang mengantri disepanjang railban harus

sesuai dengan system FIFO (First In First Out) untuk menghindari inversi

sukrosa. Tebu yang masuk diharapkan memenuhi kriteria MBS yaitu manis,

bersih, segar.