bab iv data dan pengolahan data - … · data yang dikumpulkan langsung di lapangan adalah data...
TRANSCRIPT
BAB IV
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 DATA
Data yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah data-data yang
dikumpulkan dari kegiatan Core Orienting di lokasi proyek Grasberg Contact
Zone. Data yang dikumpulkan langsung di lapangan adalah data RQD, data
Oriented Core, dan data kekasaran dari permukaan bidang diskontinu. Data
RQD dan Oriented Core menggunakan form data standar dari Call and
Nicholas, Inc (CNI). Adapun data Oriented Core CNI mencakup tipe batuan,
orientasi bidang diskontinu, tipe dan ketebalan filling material yang terdapat
pada bidang diskontinu dan kekerasan batuan.
4.1.1 Data Rock Quality Designation (RQD)
Dalam pengambilan data RQD, dilakukan pengukuran terhadap hal-hal
berikut :
a. Drill interval
Drill interval adalah kedalaman satu kali pengeboran yang dihitung
dari collar.
b. Length of core recovery
Merupakan panjang total core yang diperoleh pada satu kali
pengeboran.
c. Whole core length
Merupakan panjang total dari seluruh core pieces dalam satu interval
pengeboran. Core pieces adalah panjang core utuh yang lebih besar
dari diameter core. Sementara core yang panjangnya kurang dari
diameter dianggap sebagai broken core.
d. Number of whole pieces
Merupakan jumlah core pieces yang terdapat dalam satu interval
pengeboran.
54
e. Length of broken zone
Length of broken zone adalah panjang total dari seluruh broken core
yang ada.
f. Length of > 0.4 meter core
Merupakan panjang total dari seluruh core pieces yang memiliki
panjang lebih besar dari 0.4 meter atau 40 cm.
g. Length of > 0.2 meter core
Merupakan panjang total dari seluruh core pieces yang memiliki
panjang lebih besar dari 0.2 meter atau 20 cm
h. Length of > 2 x core diameter
Merupakan panjang total dari seluruh core pieces yang memiliki
panjang lebih besar dari 2 x diameter core. Dalam pengeboran pada
program Core Orienting ini pada umumnya memakai drill bit
dengan diameter HQ3 (61.11 mm), maka panjang yang dianggap
sebagai 2 x diameter adalah ≥ 13 cm.
i. Length of < H2
Length of < H2 adalah panjang core yang memiliki kekerasan kecil
dari 2 menurut klasifikasi kekerasan Deere.
55
Klasifikasi kekerasan material menurut Deere dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Klasifikasi Kekerasan Material Menurut Deere
j. Average hardness
Merupakan rata-rata kekerasan core dalam satu interval pengeboran.
Klasifikasi kekerasan Deere juga dipakai pada penentuan kekerasan
rata-rata ini.
k. Number of joint set
Merupakan perkiraan awal mengenai jumlah joint set yang ada pada
tiap interval.
56
Berikut ini merupakan contoh data RQD yang dikumpulkan di lapangan,
yang telah di-input ke dalam program Microsoft Excel. Data RQD yang
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B Tugas Akhir ini.
Tabel 4.2 Data RQD
57
4.1.2 Data Oriented Core
Dalam kegiatan Core Orienting dilakukan pengumpulan data-data
berikut :
a. Refference angle
Merupakan sudut antara reference line dengan bottom line diukur
berlawanan arah jarum jam.
b. Depth from start of run
Kedalaman bidang diskontinu untuk masing-masing interval
pengeboran. Kedalaman diukur dari top of hole ke setiap bidang
diskontinu yang ada dalam tiap interval pengeboran.
c. Rock type
Merupakan tipe batuan pada bagian di mana bidang diskontinu
berada.
d. Structure
Pengamatan struktur meliputi tipe struktur (joint, bedding, fault, dan
sebagainya) dan pengukuran untuk mendapatkan orientasi dari
struktur atau bidang diskontinu tersebut. Untuk mengetahui orientasi
sebenarnya dari bidang diskontinu, dilakukan pengukuran angle to
core axis dan circumference angle.
e. Filling material
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui tipe filling material yang
terdapat pada permukaan bidang diskontinu, dan ketebalan dari
filling material tersebut.
f. Drill run depth from collar
Merupakan interval pengeboran, diukur dari collar.
g. Slickensided
Slickensided merupakan salah satu tanda bahwa bidang diskontinu
telah mengalami pergerakan. Ada atau tidaknya slickenside dicatat
dalam form data Core Orienting.
h. Fracture type
Ada 2 macam input data fracture type, yaitu natural fracture,
mechanical fracture. Hal ini untuk membedakan antara bidang
diskontinu yang alami yang sudah ada di alam dengan bidang pecah
yang terjadi karena proses pengeboran atau pengukuran. Dalam
58
laporan Tugas Akhir ini, data yang dipakai hanya natural fracture
saja.
i. Confidence
Merupakan tingkat kepercayaan dari pengukuran yang dilakukan.
Selang kepercayaan yang dipakai mulai dari 4 untuk excellent
confidence hingga 1 untuk poor confidence. Dalam laporan Tugas
Akhir ini, data yang dipakai hanya hasil pengukuran dengan
confidence 3 atau 4 saja.
j. Difference angle
Merupakan sudut yang menunjukkan selisih antara posisi bottom line
dari satu interval pengeboran dengan bottom line pada interval
pengeboran lainnya. Sudut ini dapat digunakan sebagai indikator
tingkat kepercayaan dari hasil pengukuran.
k. Initials
Initials adalah inisial nama dari Core Orientor yang melakukan
pengukuran.
l. Remark
Pada bagian ini dibuat catatan-catatan penting selama pengukuran.
Misalnya jika suatu interval tidak dapat diukur, maka perlu dicatat
kenapa hal itu terjadi.
Selengkapnya penjelasan mengenai prosedur Core Orienting dapat
dilihat pada Lampiran A.
59
Berikut ini merupakan contoh data Oriented Core hasil pengukuran di
lapangan, yang telah di-input ke dalam program Microsoft Excel :
Tabel 4.3
Data Oriented Core
4.1.3 Data Perhitungan RMRbasic’
Adapun data-data yang diperlukan untuk menentukan nilai RMRbasic’
antara lain kuat tekan batuan utuh, nilai RQD, dan data orientasi dan
karakteristik kekar. Data kuat tekan batuan utuh diperoleh dari hasil uji
point load yang dilakukan oleh PT SUCOFINDO terhadap sampel yang
diperoleh dari tempat pengeboran yang sama dengan pengeboran Core
Orienting. Nilai RQD diperoleh dari hasil pengukuran panjang inti bor
(core) yang diukur langsung di lapangan. Cara perhitungan dan contoh
hasil perhitungan RQD yang diperoleh dapat dilihat pada Bab 4.2.1.
60
Data orientasi dan karakteristik kekar untuk penentuan nilai RMRbasic’
diperoleh dari kegiatan Core Orienting. Data-data karakteristik kekar
tersebut adalah :
1) Orientasi kekar relatif terhadap sumbu bor (core axis)
Pengolahan data dengan program komputer dcorcnv terhadap
data orientasi kekar relatif terhadap sumbu bor (core axis) dan
data suvey lubang bor Maxibore akan menghasilkan data
orientasi kekar sebenarnya. Selanjutnya dari data orientasi kekar
akan ditentukan parameter spasi kekar. Spasi kekar merupakan
salah satu parameter pembobotan yang diperlukan untuk
menghitung nilai RMRbasic’.
2) Jenis dan tebal material pengisi kekar
Dari data jenis dan ketebalan material pengisi kekar akan
ditentukan parameter pembobotan untuk masukan RMRbasic’
yaitu celah (separation/aperture), material pengisi
(infilling/gouge), dan tingkat kelapukan (weathering).
3) Profil kekasaran permukaan kekar.
Contoh data masukan dan perhitungan RMRbasic’ dapat dilihat pada
Tabel 4.7. Sedangkan data masukan dan hasil perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran C.
4.1.4 Data Perhitungan SMR
Data-data yang diperlukan dalam penentuan nilai SMR antara lain nilai
RMRbasic’, dip dan dip dir kekar, dip dan dip dir lereng, dan metode
penggalian yang dilakukan di lereng P3 West Grasberg. Penjelasan
tentang data masukan RMRbasic’ dapat dilihat pada Bab 4.1.3. Data dip
dan dip dir kekar yang dipergunakan pada perhitungan nilai SMR adalah
dip dan dip dir masing-masing joint set setiap interval (run) pengeboran.
Penentuan joint set dilakukan dengan bantuan program komputer DIPS
v5.1.
Data dip dan dip dir lereng P3 West Grasberg diperoleh dari data Divisi
Geoteknik Grasberg PT Freeport Indonesia. Lereng ini memiliki dip
61
dan dip direction masing-masing sebesar 75° dan N220°E. Dalam proses
penambangannya, lereng ini ditambang dengan metode penggalian
peledakan presplitting sehingga untuk faktor F4 dikenakan bobot +10.
4.2 PENGOLAHAN DATA
Data yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah data yang berasal
dari kegiatan Core Orienting di lereng P3 West Grasberg dengan lubang bor
GCZ-81-01 dan GCZ-82-01. Koordinat lubang bor, arah pengeboran dan
kedalaman pengeboran dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4
Koordinat, Arah dan Kedalaman Lubang Bor
Azimuth Inklinasi EOHEasting Northing Elevasi (m) (NE) ( º) (m)
GCZ-81-01 733464 9550658 4210 127 -70 650GCZ-82-01 733346 9551597 4089 175 -70 650
Lubang Bor Koordinat
4.2.1 Perhitungan Nilai RQD
Nilai RQD ditentukan untuk setiap interval (run) pengeboran.
Pengeboran dilakukan dengan interval (run) 3 m dengan menggunakan
mata bor berdiameter 61.11 mm. Berikut ini contoh perhitungan RQD
yang dilakukan pada inti bor dari lubang GCZ-81-01. Pada interval (run)
pengeboran 129.8 m sampai 132.8 m diperoleh jumlah panjang inti bor
yang lebih besar dari dua kali diameter inti adalah 2.84 m, dengan total
panjang pengeboran 3 m. Dari data ini dilakukan perhitungan nilai RQD
sebagai berikut :
Length of core pieces >2 core diameterRQD = 100%
Total length of core run
∑ ××
RQD = 100% 94%3.0 m
2.82 m× =
Dari perhitungan di atas maka diperoleh nilai RQD untuk lubang bor
GCZ-81-01 pada interval pengeboran 129.8 m sampai 132.8 m adalah
62
94.7%. Contoh data masukan dan perhitungan RQD untuk lubang bor
GCZ-81-01 dapat dilihat pada Tabel 4.5. Sedangkan data masukan dan
hasil perhitungan RQD ketiga lubang bor selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran B.
Tabel 4.5
Contoh Data dan Perhitungan RQD GCZ-81-01 From To Length Of Core Length Of >2x(m) (m) Recovery (m) Core Diam. (m)
428.50 430.10 1.60 1.47430.10 431.90 1.60 0.00431.90 434.90 2.60 1.11434.90 437.90 3.00 2.54437.90 440.90 3.00 2.64440.90 443.90 3.00 1.42443.90 446.90 3.00 0.78
4.2.2 Perhitungan Nilai RMRbasic’
Sebelum perhitungan RMRbasic’ dilakukan, terlebih dahulu harus
diketahui orientasi sebenarnya dari masing-masing kekar. Orientasi yang
diperoleh dari kegiatan Core Orienting masih berupa orientasi kekar
relatif terhadap sumbu bor (core axis). Untuk mengkonversi data
orientasi kekar relatif terhadap sumbu bor (core axis) menjadi data
orientasi kekar sebenarnya diperlukan bantuan program komputer
dcorcnv_ez. Program ini dikembangkan oleh Call and Nicholas, Inc
(CNI). Ada dua jenis data masukan yang diperlukan program komputer
dcorcnv_ez yaitu raw data format dan survey data.
Raw data format dibuat dari data Microsoft Excel yang berisi data-data
pengukuran di lapangan termasuk didalamnya data orientasi kekar relatif
terhadap sumbu bor (core axis). Pengukuran orientasi kekar dari inti bor
(core) tersebut menghasilkan dua variabel utama yaitu angle to core axis
(α) dan circumference angle (β). Angle to core axis (α) merupakan dip
kekar relatif terhadap core axis. Sedangkan circumference angle (β)
merupakan dip direction kekar relatif terhadap core axis. Data
63
pendukung lainnya yang terdapat di dalam raw data format adalah
reference angle (R). Reference angle (R) merupakan besar sudut antara
garis referensi dengan garis bottom dari inti bor. Penjelasan dan prosedur
pengukuran nilai angle to core axis (α) dan circumference angle (β),
reference angle (R), garis referensi, dan garis bottom dapat dilihat pada
Lampiran A.
Survey data berisi data arah sumbu bor (core axis) yang diperoleh dari
survey lubang bor dengan alat Maxibor dan dinyatakan dengan bearing
dan inklinasi. Survey Maxibor dilakukan untuk mengetahui arah
sebenarnya dari lubang bor. Survey ini diperlukan karena arah lubang
bor tidak selalu lurus dan sesuai dengan arah yang direncanakan semula.
Alat Maxibor merekam kedudukan dari lubang bor setiap interval 3 m.
Kedua data di atas selanjutnya diolah dengan menggunakan program
komputer dcorcnv_ez.
4.2.2.1 Pembobotan Parameter Kekuatan Batuan Utuh
Data kuat tekan batuan utuh diperoleh dari hasil uji point load
yang dilakukan oleh PT SUCOFINDO terhadap sampel batuan
yang diperoleh dari hasil pengeboran yang sama dengan
pengeboran core orienting. Selanjutnya nilai Point Load Index
(PLI) diberi bobot berdasarkan Tabel 3.3 untuk menentukan
parameter kekuatan batuan utuh. Nilai Point Load Index (PLI)
dan hasil pembobotan parameter kekuatan batuan utuh dapat
dilihat pada Lampiran C.
4.2.2.2 Pembobotan RQD
Nilai RQD setiap interval (run) pengeboran diberi bobot
berdasarkan Tabel 3.4 untuk menentukan parameter drill core
quality RQD. Nilai Rock Quality Designation (RQD) dan hasil
pembobotannya dapat dilihat pada Lampiran C.
64
4.2.2.3 Pembobotan Parameter Spasi Kekar
Pengertian spasi kekar menurut ISRM adalah jarak tegak lurus
antara bidang kekar yang berdekatan dalam satu set kekar.
Pengukuran spasi kekar tidak bisa dilakukan secara langsung di
lapangan. Hal ini dikarenakan jarak antar kekar yang
berdekatan yang diperoleh dari pengukuran di lapangan adalah
jarak di sepanjang sumbu bor (core axis) yang tidak selalu
tegak lurus terhadap bidang kekar. Hal ini sangat ditentukan
oleh arah dari sumbu bor (bearing dan inklinasi).
Perhitungan spasi kekar dari data Core Orienting ditentukan
dari dip relatif terhadap sumbu bor (angle to core axis) dan
jarak antara dua kekar berdekatan dalam satu set. Gambaran
mengenai perhitungan spasi kekar tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.1 berikut ini.
Gambar 4.1
Penentuan Spasi Kekar dari Core Orienting
65
Berdasarkan gambar di atas, spasi antara kekar 1 dan kekar 2
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
1 2'sin2
S S α α+⎛ ⎞= ⎜ ⎟⎝ ⎠
di mana :
S = spasi kekar
S’ = jarak antara dua kekar berdekatan dalam satu
set di sepanjang sumbu bor
α1 & α2 = sudut lancip yang dibentuk oleh perpotongan
bidang kekar dengan sumbu bor
Pengukuran spasi kekar dilakukan pada setiap kekar dalam satu
set. Pada setiap set kekar akan diperoleh spasi rata-rata dari set
kekar tersebut. Jika pada satu interval pengeboran terdapat
lebih dari satu set kekar, maka spasi kekar yang digunakan
dalam pembobotan dalam penentuan RMRbasic’ adalah spasi
kekar rata-rata minimum. Selanjutnya nilai spasi kekar tersebut
diberi bobot berdasarkan Tabel 3.5. Nilai spasi kekar dan hasil
pembobotannya dapat dilihat pada Lampiran C.
4.2.2.4 Pembobotan Parameter Kondisi Kekar
Parameter kondisi kekar diperhitungkan dari lima karakteristik
kekar yaitu panjang kekar (kemenerusan), celah, kekasaran,
material pengisi dan kelapukan kekar. Metode Core Orienting
tidak dapat menentukan apakah kekar-kekar dalam kondisi
menerus atau tidak, sehingga dibuat suatu asumsi bahwa semua
kekar menerus. Sementara itu empat karakteristik kekar lainnya
diperkirakan dari tipe dan ketebalan material pengisi dan profil
kekasaran permukaan kekar yang diamati di lapangan.
Beberapa asumsi lain yang digunakan dalam pembobotan
parameter kondisi kekar adalah sebagai berikut :
1. Tebal material pengisi mewakili jarak atau celah antara
kedua permukaan kekar
66
2. Kelapukan kekar diwakili oleh jenis material pengisi
dengan penjelasan seperti terlihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hubungan Jenis Material Pengisi dengan Kelapukan Kekar
Deskripsi Pengamatan Kondisi Kekar Tidak ada, kuarsa Unweathered Pirit bebas lempung Slightly weathered Anhidrit, kalsit, lempung Moderately weathered Softening lempung Highly weathered
Nilai parameter kondisi kekar diberi bobot berdasarkan Tabel
3.6. Selanjutnya nilai bobot kondisi kekar ditentukan pada
setiap interval pengeboran dengan mengambil kondisi kekar
yang paling jelek atau kekar yang memberikan nilai bobot
minimum. Kondisi kekar dan hasil pembobotannya dapat
dilihat pada Lampiran C.
4.2.2.5 Pembobotan Parameter Kondisi Air Tanah
Nilai pembobotan parameter kondisi air tanah berdasarkan
Tabel 3.7. RMRbasic’ adalah nilai RMRbasic dengan parameter
kondisi air diasumsikan kering. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan informasi yang dimiliki tentang tekanan air tanah
maupun aliran airnya. Jadi, dalam perhitungan nilai RMRbasic’,
parameter kondisi air tanah diberi bobot 15.
4.2.2.6 Perhitungan Nilai RMRbasic’
Nilai RMRbasic’ ditentukan untuk setiap interval (run)
pengeboran. Nilai RMRbasic’ diperoleh dengan menjumlahkan
nilai bobot yang telah diberikan untuk setiap parameternya.
Berikut ini adalah contoh perhitungan RMRbasic’ interval (run)
pengeboran 24.9 m sampai 27.9 m lubang bor GCZ-81-01. Tipe
batuan adalah Limestone dengan nilai Point Load Index (PLI)
2.58 Mpa dan nilai RQD adalah 65.3%. Interval ini terdiri dari
tiga set kekar dengan spasi kekar 0.22 m. Jarak antara
67
68
permukaan kekar adalah 0.1 – 1 mm, permukaan sedikit kasar,
material pengisi lunak dengan tebal kurang dari 5 mm,
mengalami kelapukan yang sedang dan kondisi air tanah
dianggap kering. Bobot yang diberikan untuk masing-masing
parameternya adalah 13 untuk RQD, tujuh untuk PLI, sepuluh
untuk parameter spasi kekar, sebelas untuk parameter kondisi
kekar, dan 15 untuk parameter kondisi air tanah.
Lalu dari data-data tersebut dihitung nilai RMRbasic’ yaitu :
RMRbasic’ = (bobot PLI + bobot RQD + bobot spasi + bobot
kondisi kekar + bobot air tanah)
RMRbasic’ = (13 + 7 + 10+ 11 + 15) = 56
Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai RMRbasic’ untuk
lubang bor GCZ-81-01 pada interval pengeboran 24.9 m
sampai 27.9 m adalah 56.
Contoh data masukan dan perhitungan RMRbasic’ untuk lubang
bor GCZ-81-01 dapat dilihat pada Tabel 4.7. Sedangkan data
lengkap perhitungan RMRbasic’ kedua lubang bor dapat dilihat
pada Lampiran C.
69
Contoh Perhitungan Nilai RMRbasic’ pada Lubang Bor GCZ-81-01 Tabel 4.7
4.2.3 Perhitungan Nilai SMR
Penentuan nilai SMR dilakukan untuk masing-masing joint set pada
setiap interval (run) pengeboran. Untuk setiap kriteria faktor koreksi F1,
F2, dan F3, Romana membagi nilai besaran faktor koreksi yang dipakai
ke dalam dua jenis kasus yaitu kasus untuk jenis longsoran bidang dan
kasus untuk jenis longsoran guling. Jenis longsoran yang berpeluang
terjadi lebih besar daripada jenis longsoran lainnya menjadi dasar kasus
mana yang dipakai dalam menentukan nilai SMR pada daerah tersebut.
Pada penelitian Tugas Akhir ini, pemilihan kasus yang dipakai untuk
menentukan besaran nilai faktor koreksi F1, F2, dan F3 adalah
berdasarkan pada kasus mana nilai besaran faktor koreksi F1, F2, dan F3
terletak pada kolom yang lebih dekat atau pada kolom “sangat tidak
menguntungkan” seperti terdapat pada Tabel 3.9.
Contoh perhitungan SMR yang dilakukan pada lubang GCZ-81-01 pada
interval 24.9 m sampai 27.9 m yaitu sebagai berikut :
Terdapat 14 kekar dengan tiga set orientasi utama kekar. Penggunan
program komputer DIPS v5.1 diperlukan untuk menentukan orientasi
utama dari kekar-kekar tersebut. Orientasi (dip/dip dir) dari joint set 1
adalah 22/247, untuk joint set 2 adalah 14/104 dan untuk joint set 3
adalah 35/313. Dip/dip dir lereng adalah 75/220.
Berikut ini adalah sedikit gambaran penentuan orientasi utama kekar
menggunakan program komputer DIPS v5.1 :
70
Gambar 4.2
Contoh Penentuan Orientasi Utama Kekar Menggunakan DIPS v5.1
Penentuan nilai faktor koreksi F1, nilai |αj-αs| dan |αj-αs-180| untuk joint
set 1 adalah 27 dan 153, untuk joint set 2 adalah 116 dan 296 dan untuk
joint set 3 adalah 93 dan 87. Sedangkan nilai faktor koreksi F1 untuk
joint set 1 adalah 0.15, untuk joint set 2 adalah 0.15 dan untuk joint set 3
adalah 0.15.
Penentuan nilai faktor koreksi F2, nilai |βj| untuk joint set 1 adalah 22,
untuk joint set 2 adalah 14 dan untuk joint set 3 adalah 35. Sedangkan
nilai faktor koreksi F2 untuk joint set 1 adalah 1, untuk joint set 2 adalah
1 dan untuk joint set 3 adalah 1.
Penentuan nilai faktor koreksi F3, nilai (βj – βs) dan (βj + βs) untuk joint
set 1 adalah -53 dan 97, untuk joint set 2 adalah -61 dan 89 dan untuk
joint set 3 adalah -40 dan 110. Sedangkan nilai faktor koreksi F3 untuk
joint set 1 adalah -60, untuk joint set 2 adalah -60 dan untuk joint set 3
adalah -60.
Pada lereng P3 West Grasberg ini digunakan metode peledakan
presplitting, sehingga nilai faktor koreksi F4 untuk joint set 1, joint set 2,
dan joint set 3 masing-masing adalah 10, 10, dan 10. Sedangkan nilai
71
RMRbasic‘untuk joint set 1 adalah 56, untuk joint set 2 adalah 56 dan
untuk joint set 3 adalah 56.
Setelah data-data tersebut terkumpul, maka dilakukan perhitungan nilai
SMR yaitu sebagai berikut :
SMR = RMRbasic’ – (F1 x F2 x F3) + F4
SMRjoint set 1 = 56 – [0.15 x 1 x (-60)] + 10 = 75
SMRjoint set 2 = 56 – [0.15 x 1 x (-60)] + 10 = 75
SMRjoint set 3 = 56 – [0.15 x 1 x (-60)] + 10 = 75
Maka dari perhitungan di atas dapat diperoleh nilai SMR untuk joint set
1 adalah 75, untuk joint set 2 adalah 75 dan untuk joint set 3 adalah 75
pada interval pengeboran 24.9 m sampai 27.9 m. Nilai SMR ini ekivalen
dengan kelas massa batuan bagus (good). Contoh data dan perhitungan
SMR untuk lubang bor GCZ-81-01 dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut
sedangkan data lengkap perhitungan SMR kedua lubang bor dapat dilihat
pada Lampiran D.
Tabel 4.8
Contoh Perhitungan Nilai SMR pada Lubang Bor GCZ-81-01
72