bab iv ber

5
BAB IV DISKUSI KASUS Telah dilaporkan sebuah kasus bayi laki-laki 5 hari dengan diagnosis sepsis neonatal dirawat di ruang bayi RSUD Ulin Banjarmasin. Diagnosis sepsis neonatal ditegakkan berdasarkan anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Bayi baru lahir dari persalinan sectio caesaria atas indikasi plasenta previa dan preeklampsi ringan. Bayi lahir dengan nilai APGAR score 4-5-6. Bayi dilahirkan lewat persalinan sectio caesarea atas indikasi preeklampsi ringan dan plasenta previa. Faktor risiko mayor dari kasus ini adalah ketuban berwarna hijau dan berbau. Faktor risiko minor dari kasus ini adalah usia kehamilan < 37 minggu dan nilai APGAR score bayi rendah (4-5-6). Adanya 1 faktor risiko mayor dan 2 faktor risiko minor maka diagnosis sepsis harus dilakukan proaktif dengan memperhatikan gejala klinis. Manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah (11): 24

Upload: muhammad-rizky-tri-aditya

Post on 05-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jygi

TRANSCRIPT

BAB IV

BAB IV

DISKUSI KASUS

Telah dilaporkan sebuah kasus bayi laki-laki 5 hari dengan diagnosis sepsis neonatal dirawat di ruang bayi RSUD Ulin Banjarmasin. Diagnosis sepsis neonatal ditegakkan berdasarkan anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Bayi baru lahir dari persalinan sectio caesaria atas indikasi plasenta previa dan preeklampsi ringan. Bayi lahir dengan nilai APGAR score 4-5-6. Bayi dilahirkan lewat persalinan sectio caesarea atas indikasi preeklampsi ringan dan plasenta previa. Faktor risiko mayor dari kasus ini adalah ketuban berwarna hijau dan berbau. Faktor risiko minor dari kasus ini adalah usia kehamilan < 37 minggu dan nilai APGAR score bayi rendah (4-5-6). Adanya 1 faktor risiko mayor dan 2 faktor risiko minor maka diagnosis sepsis harus dilakukan proaktif dengan memperhatikan gejala klinis.Manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah (11):

a) Umum : panas, hipotermia, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema.

b) Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia (nafsu makan buruk), muntah, diare, hepatomegali.

c) Saluran nafas : apneu, dispneu, takipneu, retraksi, nafas tidak teratur, merintih, sianosis.

d) Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kutis marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardia, bradikardia.

e) Sistem saraf pusat : iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, aktivitas menurun- letargi, koma, peningkatan atau penurunan tonus, gerakan mata abnormal, ubun- ubun membonjol.

f) Hematologi : pucat, ptekie, purpura, perdarahan, ikterus.

g) Sistem sirkulasi : pucat, sianosis, kulit dingin, hipotensi, edema, denyut jantung tidak beraturan.

Dari hasil pemeriksaan yang didapatkan, pada bayi E terdapat merintih letargi, hipotermi, sianosis, dan akral agak dingin. Hal ini memenuhi dengan gejala klinis yang disebutkan secara teori. Dari hasil kultur didapatkan bahwa bayi E terinfeksi Elizabethkingia meningoseptica. Pada bayi E terdapat 3 gejala klinik dan kultur darah yang positif sehingga pada kasus ini dapat ditarik kesimpulan sebagai proven sepsis.

Pada kasus ini, berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, Bayi E dapat diadiagnosis sepsis neonatorum. Sindrom aspirasi mekonium dijadikan sebagai diagnosa banding, karena adanya ketuban pecah dini dari ibu. Keadaan air ketuban keruh menempati posisi penting sebagai risiko terjadinya sindrom aspirasi mekonium yang merupakan penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas janin. Faktor risiko sindrom aspirasi mekonium adalah skor Apgar