bab iv analisis - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1258/10/09660023_bab_4.pdf ·...
TRANSCRIPT
101
BAB IV
ANALISIS
4.1 Data Eksisting Tapak
Data eksisting tapak bertujuan untuk mengetahui keadaan kondisi fisik
tapak, keadaan lingkungan pada tapak, batas-batas tapak, dan potensi yang ada
pada tapak. Data eksisting pada tapak ini landasan utama untuk membuat sebuah
analisis tapak.
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Tapak
a. Bentuk, Ukuran, dan Kondisi Fisik Tapak
Lokasi tapak terletak di kecamatan Kedungkandang, Kelurahan Tlogowaru,
di Jalan Mayjen Sungkono Kota Malang.
Gambar 4.1 Peta Lokasi Tapak
(Sumber : Dokumentasi data pribadi 2012)
102
Tapak yang digunakan sebagai Perancangan Pusat Seni Teater merupakan
lahan kosong berupa persawahan yang pada saat ini di tanami pohon tebu. Luas
tapaknya adalah 29.300 m2 atau sekitar 3 hektar.
Gambar 4.2 Kondisi Fisik Tapak
(Sumber : Dokumentasi data pribadi 2012)
b. Kondisi Lingkungan
Tapak terletak di lingkungan kawasan pendidikan, perkantoran dan juga
bersebelahan dengan area sirkuit motor cross. Namun lokasi area sirkuit di tempat
ini intensitas aktivitasnya mulai menurun, dikarenakan sudah terbangunnya
sebuah arena sirkuit motor cross yang baru yang letaknya jauh dari tapak
Perancangan Pusat Seni Teater. Tapak beserta lahan sirkuit motor cross yang
berada disebelahnya, merupakan area lahan untuk pengembangan fasilitas
kawasan pendidikan bertaraf internasional yang berada tidak jauh dari tapak.
Dengan adanya Pusat Seni Teater di area kawasan pendidikan tersebut diharapkan
103
bisa meningkatkan intensitas aktivitas seni teater khususnya bagi kalangan
pendidikan di Kota Malang. Dengan melihat pemerataan perkembangan
pembangunan di Kota Malang yang ada pada saat ini lebih mengarah ke arah
perbatasan kota dengan kabupaten. Karena itu kawasan ini juga sangat
mendukung sebagai wadah untuk perkumpulan seni teater di kalangan non
pendidikan.
Gambar 4.3 Kondisi Lingkungan Tapak
(Sumber : Dokumentasi data pribadi 2012)
Block Office
Area Persawahan
Kawasan Sekolah Internasional
Area Sirkuit Motor Cross SMAN 10, SMK 10
104
c. Ukuran tapak
Bentuk tapak berbentuk seperti jajar genjang dengan luasan 29.300 m2
atau sekitar 3 hektar.
Gambar 4.4 Dimensi Tapak
(Sumber : Dokumentasi data pribadi 2012)
d. Potensi tapak
Potensi yang ada pada tapak yaitu adanya dua saluran riol kota di samping
dan di depan tapak. Tapak juga dapat diakses melalui dua jalan yaitu Jalan
Mayjen Sungkono (jalan primer) dan Jalan Raya Tlogowaru (jalan sekunder).
Gambar 4.5 Akses Jalur Pada Tapak
(Sumber : Dokumentasi data pribadi 2012)
105
Gambar 4.6 Riol kota pada tapak
(Sumber : Dokumentasi data pribadi 2012)
4.2 Analisis Tapak
Analisis tapak merupakan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi
semua faktor-faktor yang mempengaruhi bangunan dalam suatu tapak yang
kemudian faktor-faktor tersebut dievaluasi dampak positif dan negatifnya. Melalui
identifikasi dan evaluasi tersebut akan menghasilkan alternatif-alternatif solusi
dalam merencanakan tapak.
4.2.1 Pola Tatanan Massa
Analisis pola tatanan massa bertujuan untuk mengetahui penzoningan
ruang-ruang tapak perletakan ruang ke dalam tapak yang sesuai dengan obyek dan
tema perancangan.
106
Gambar 4.7 Alternatif 1 dari analisis pola tatanan massa
(Sumber : Analisis 2012)
Gambar 4.8 Alternatif 2 dari analisis pola tatanan massa
(Sumber : Analisis 2012)
Pola tatanan massa bangunan mengikuti sebuah irama/ritme dari cerita Ken
Dedes. Ritme yang digunakan adalah mulai Ken Dedes berumur 10 tahun hingga
Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung.
Pola dari salah satu massa
bangunan dibuat terbangun
diatas danau, hal ini menerapkan
proses spiritual Ken Dedes yang
penuh ketenangan.
Pola bangunan dibuat seolah-
olah langsung dihadapkan oleh
bangunan utama. Hal ini
menerapkan Efek kejutan dari
cerita Ken Dedes, pada saat Ken
Dedes diwaktu remaja yang
memiliki aura wanita Nareswari.
Pola bangunan dibuat berada dibawah
bukit atau lembah untuk menciptakan
suasana tenang di dalam ruangan
seperti halnya disaat Ken Dedes waktu
berspiritual.
Pola bangunan dibuat tidak beraturan, dari kecil menjadi
membesar dan begitu pun sebaliknya, dari yang besar
menjadi mengecil. Hal ini menerapkan sebuah proses
spiritualnya Ken Dedes, dimana waktu Ken Dedes waktu
berspiritual ia selalu dihantui oleh raksasa yang
menggambarkan sebuah nafsunya Ken Dedes yang masih
belum bisa terkontrol dengan baik.
107
Gambar 4.9 Alternatif 3 dari analisis pola tatanan massa
(Sumber : Analisis 2012)
4.2.2 Sirkulasi
Sirkulasi dalam perencanaan bangunan adalah sebuah proses perencanaan
yang sangatlah penting karena jika perencanaan sirkulasi tidak baik maka akan
menggangu kenyamanan pengguna dan akan terjadi ketidak teraturan pengguna
dalam beraktivitas.
Gambar 4.10 Alternatif 1 dari analisis sirkulasi
(Sumber : Analisis 2012)
Sirkulasi Kendaraan: Jalur kendaraan dibuat naik turun
bukit untuk menikmati keindahan
kawasan sekitar, (Menerapkan kisah
perjalanan Ken Dedes yang tidaklah
mudah untuk menjalaninya).
Sirkulasi Pejalan Kaki: Jalur pejalan kaki dibuat masuk di
dalam bukit, seperti halnya masuk di
dalam sebuah lorong, (Menerapkan
suasana dari perasaan Ken Dedes
pada saat diculik dan harus menikah
secara paksa dengan Tunggul
Ametung).
108
Gambar 4.11 Alternatif 2 dari analisis sirkulasi
(Sumber : Analisis 2012)
Gambar 4.12 Alternatif 3 dari analisis sirkulasi
(Sumber : Analisis 2012)
Sirkulasi Kendaraan: Jalur kendaraan dibuat naik ke atas
bukit/lembah untuk menikmati
keindahan kawasan sekitar,
(Menerapkan massa kejayaan
Kerajaan Singasari yang dipimpin
oleh Ken Dedes bersama Ken Arok).
Sirkulasi Kendaraan: Jalur kendaraan dibuat masuk di dalam bukit,
seperti halnya masuk di dalam sebuah
basemant, (Menerapkan suasana dari perasaan
Ken Dedes pada saat diculik dan harus menikah
secara paksa dengan Tunggul Ametung).
Sirkulasi Pejalan Kaki: Jalur pejalan kaki dibuat naik turun bukit untuk
menikmati keindahan alur cerita yang dibuat
oleh Ken Dedes, (Menerapkan kisah perjalanan
Ken Dedes yang tidaklah mudah untuk
menjalaninya).
Sirkulasi Pejalan Kaki: Jalur pejalan kaki dibuat datar untuk mencapai kawasan teater ini
(Menerapkan suasana perasaan pasrah dari Ken Dedes pada
harus menikah secara paksa dengan Tunggul Ametung).
109
4.2.3 Vegetasi
Analisis vegetasi dalam perancangan bertujuan untuk mengetahui tatanan
vegetasi pada tapak dan pemilihan vegetasi pada tapak yang sesuai dengan obyek
dan tema perancangan.
Area terbuka diberikan banyak vegetasi peneduh sebagai tanda kejayaan
kerajaan. Setelah itu masuk ke dalam lorong yang menghubungkan ruang teater
terbuka yang meniadakan vegetasi disekitarnya. Hal ini menggambarkan ada
sebuah perampokan terjadi setelah masa kejayaan di kerajaan.
Gambar 4.13 Alternatif 1 dari analisis vegetasi
(Sumber : Analisis 2012)
110
Vegetasi yang digunakan di area sepanjang jalan menuju tempat parkir
menerapkan pola ritme/irama yang seimbang dengan menggunakan vegetasi yang
berdaun renggang yang memanjang ke atas, vegetasi ini merupa pohon cemara
Norfolk. Dipadu dengan vegetasi bertajuk lebar yang berupa pohon bungur.
Gambar 4.14 Alternatif 2 dari analisis vegetasi
(Sumber : Analisis 2012)
Menggunakan vegetasi yang memiliki tajuk yang sangat lebar. Vegetasi ini
diletakkan di area teater terbuka, agar pengunjung merasa ternaungi dengan
tenang dan nyaman berada di area yang memiliki vegetasi yang bertajuk lebar,
vegetasi ini berupa pohon beringin. Hal ini menerapkan dari karakter seorang Ken
Dedes yang menjadikan dirinya sebagai wanita yang selalu menaungi anak-
anaknya hingga menjadi raja-raja besar di tanah Jawa.
111
Gambar 4.15 Alternatif 3 dari analisis vegetasi
(Sumber : Analisis 2012)
4.2.4 View Dari Dalam Keluar
Ketepatan dalam perencanaan view dari dalam keluar bertujuan menarik
perhatian dari pengguna untuk bisa menikamti pemandangan di area tapak dan di
sekitar tapak. Keseimbangan faktor alami dari tapak akan menjadi pemandangan
yang menarik dari dalam bangunan.
Ruang pertunjukan diberikan sebuah ruang yang menjulang ke atas yang
dipergunakan bagi pengunjung untuk menikmati suasana sekitar di ketinggian dan
disegala arah. Ruang yang menjulang ke atas dan ke segala arah ini mengambil
dari kejayaan Kerajaan Singosari di akhir cerita Ken Dedes.
112
Gambar 4.16 Alternatif 1 dari analisis view dari dalam keluar
(Sumber : Analisis 2012)
Dinding gedung pertunjukan taeter dibuat berlubang-lubang kecil tidak
beraturan. Hal ini selain berfungsi sebagai salah satu desain akustik yang baik.
Dinding seperti ini juga berfungsi agar para penonton pertunjukan tidak terganggu
dengan aktifitas yang ada di luar ruangan. Desain dinding dengan lubang-lubang
yang kecil seperti ini, mengambil ide dari sebuah rasa tekanan batin Ken Dedes
semasa menjalani kehidupannya dengan raja Tunggul Ametung.
Gambar 4.17 Alternatif 2 dari analisis view dari dalam keluar
(Sumber : Analisis 2012)
mengambil ide dari sebuah rasa tekanan batin Ken Dedes
View keluar
113
Dinding didesain dengan tidak terlalu tinggi, akan tetapi dinding langsung
menyatu dengan rangka atap yang melengkung. Jendela yang menempel pada
dinding menggunakan kaca “S”. Hal ini bertujuan agar pengunjung tidak
tepengaruhi oleh dunia luar dan akan tetap konsen dengan pandangan di depan
yaitu menonton pertunjukan.
Gambar 4.18 Alternatif 3 dari analisis view dari dalam keluar
(Sumber : Analisis 2012)
4.2.5 View Dari Luar Kedalam
Ketepatan perencanaan view dari luar ke dalam bertujuan agar menarik
perhatian masyarakat luar untuk memasuki kawasan Pusat Seni Teater ini. Selain
itu juga dapat berfungsi sebagai penanda sirkulasi bagi pengunjung (masyarakat)
untuk menikmati kawasan ini.
114
Pengunjung dari arah entrance langsung melihat sebuah Sclupture yang
letaknya membelah Jalan. Sclupture ini melambangkan sebuah kendaraan berupa
Kereta kencana yang dimiliki oleh Ken Dedes. Lewat kereta kencana inilah awal
mula pengunjung bisa menikmati sebuah alur cerita Ken Dedes di dalam sebuah
rancangan Pusat Seni Teater.
Gambar 4.19 Alternatif 1 dari analisis view dari luar kedalam
(Sumber : Analisis 2012)
Pengunjung setelah memasuki entrance langsung di arahakan ke sebuah
point of view berupa sebuah galeri yang bangunannya menyatu dengan bukit.
Pengambilan ide desain seperti ini mengambil dari sebuah proses spiritualnya Ken
Dedes yang penuh dengan ketenangan. Proses spiritual ini di ibaratkan oleh
sebuah bangunan yang diselimuti bukit-bukit atau sebuah lembah.
View dari luar ke dalam diarahkan dengan sebuah Sclupture.
115
Gambar 4.20 Alternatif 2 dari analisis view dari luar kedalam
(Sumber : Analisis 2012)
Sebuah tampak banguan dibuat berundak-undak beraturan untuk
menciptakan sebuah point of view dari sebuah kawasan. Pengambilan ide ini
mengambil dari sebuah ritme yang teratur dari sebuah cerita Ken Dedes. Ritme
yang digunakan adalah mulai pembukaan awal cerita Ken Dedes hingga Ken
Dedes selesai proses spiritualnya.
Gambar 4.21 Alternatif 3 dari analisis view dari luar kedalam
(Sumber : Analisis 2012)
View dari luar ke dalam
diarahkan dengan sebuah
bangunan yang menarik
yang diselimuti oleh bukit-
bukit/ sebuah lembah
buatan.
View dari luar ke dalam dari sebuah tampak kawasan dibuat bangunan
berundak-undak teratur seperti halnya mengikuti sebuah ritme dari alur
cerita Ken Dedes.
116
4.2.6 Kebisingan
Kebisingan merupakan salah satu aspek yang harus dihindari dalam
perencanaan bangunan karena akan menyebabkan ketidaknyamanan pengguna
dan masyarakat di lingkungan sekitar. Apalagi dalam sebuah rancangan ada
sebuah ruang yang mengharuskan pengguna yang berada didalamnya merasa
tenang, seperti halnya gedung pertunjukan pada Pusat Seni Teater ini.
Gedung pertunjukan diletakkan di area yang terkelilingi oleh danau buatan.
Selain penerapan dari proses ketenangan berspiritualnya Ken Dedes, hal ini juga
berfungsi dalam mengurangi kebisingan yang diakibatkan dari luar, yang
kemudian di redam oleh air yang berada pada danau buatan tersebut.
Gambar 4.22 Alternatif 1 dari analisis kebisingan
(Sumber : Analisis 2012)
Kebisingan diatasi dengan menggunakan danau di
area sekitar gedung pertunjukan.
117
Bangunan di tinggikan ke atas menerapkan kejayaan kerajaan Singosari.
Dengan keadaan bangunan yang sudah ditinggikan dan pemberian vertical garden
pada bukaan, hal ini dapat mengatasi kebisingan yang yang terjadi di dalam
ruangan.
Gambar 4.23 Alternatif 2 dari analisis kebisingan
(Sumber : Analisis 2012)
Bangunan dibentuk menyerupai sebuah bukit-bukit sebagai penerapan dari
proses spiritualnya Ken Dedes. Bukit-bukit ini tertanami oleh dua jenis rumput
yang berbeda. keduanya memiliki daya serap bising yang berbeda-beda. Rumput
gajah memiliki daya serap besar karena memiliki daun yang lebar dibanding
rumput jepang. Maka dari itu ruput gajah di tanam di area bukit yang bawah
(untuk meredam sumber bunyi yang besar). Sedangkan rumput jepang ditanam di
area bukit yang tinggi (untuk meredam sumber bunyi yang kecil).
Kebisingan diatasi dengan menggunakan vertical
garden, dengan vegetasi rumput gajah yang tertempel
pada bukaan bangunan.
118
Gambar 4.24 Alternatif 3 dari analisis kebisingan
(Sumber : Analisis 2012)
4.2.7 Sistem Parkir
Perencanaan sistem parkir adalah suatu hal yang sangat penting karena
menyangkut keamanan dan kenyamanan pengguna dalam membawah kendaraan.
Tanpa sistem parkir yang baik maka akan terjadi ketidakteraturan sirkulasi
kendaraan dan ketidaknyamanan pengguna dalam memparkirkan kendaraannya.
Ritme cerita berupa konflik dan penyelesaian dibuat menyerupai sebuah
sistem penataan parkir. Pada area konflik cerita membentuk bentukan setengah
lingkaran, sedangkan pada area penyelesaian dalam cerita membentuk persegi
panjang.
dari jalan raya
dari jalan raya
119
Gambar 4.25 Alternatif 1 dari analisis sistem parkir
(Sumber : Analisis 2012)
Menerapkan efek konflik dalam sebuah cerita Ken Dedes menjadi sistem
parkir. Konflik yang dipakai adalah proses terbunuhnya raja Tunggul Ametung.
Gambar 4.26 Alternatif 2 dari analisis sistem parkir
(Sumber : Analisis 2012)
Menerapkan sebuah ritme cerita
ke dalam sistem parkir.
120
Menerapkan sistem parkir pada basemant (menerapkan perasaan hati yang
sedih dan tertekan saat Ken Dedes harus melihat secara langsung suaminya
dibunuh).
Gambar 4.27 Alternatif 3 dari analisis sistem parkir
(Sumber : Analisis 2012)
4.2.8 Analisis Angin
Angin adalah faktor yang perlu diperhatikan dalam perancangan karena
angin dapat mempengaruhi penghawaan alami yang masuk ke dalam bangunan.
Oleh karena itu diperlukan analisis angin untuk mengoptimalkan potensi angin
pada tapak perancangan.
Angin pada malam hari di tapak cenderung datang dari segala arah
kemudian angin sering juga memutar mengelilingi tapak. Seluruh tapak terkena
Basemant lantai atas mengibaratkan
perasaan Ken Dedes saat sedih dan tertekan
saat melihat secara langsung suaminya
Tunggul Ametung di bunuh oleh Ken Arok
Basemant lantai bawah
mengibaratkan perasaan Ken
Dedes saat sedih dan tertekan
saat melihat secara langsung
suaminya yang ke dua di bunuh
oleh Anusapati. Anusapati tidak
lain adalah anak kandung Ken
Dedes dari Tunggul Ametung.
121
oleh pusaran angin yang datang dari segala arah. Namun pada pagi hari sampai
sore hari, angin hanya datang dari arah selatan kemudian menyebar kesegala arah.
Gambar 4.28 Alternatif 1 dari analisis angin
(Sumber : Analisis 2012)
Pembuatan dinding dengan banyak bukaan yang sempit dapat menyaring
angin dari luar yang kemudian dapat dialirkan ke dalam ruangan sebagai
penghawaan alami. Bukaan yang sempit juga mengacu pada akustik yang baik,
karena dapat mengalirkan suara gema dalam ruangan yang dapat menyebabkan
cacat akustik.
Gambar 4.29 Alternatif 2 dari analisis angin
(Sumber : Analisis 2012)
Pembuatan bukaan yang diseplit dengan vegetasi
bambu mini. Hal ini agar bambu mini bisa
menyerap angin/CO2 menjadi O2 di dalam
ruangan.
122
Pemberian bukaan yang sempit pada atap yang miring, kemudian angin
masuk mengumpul bada satu wadah yang sudah dibuatkan di atas plafon.
Kemudian angin disebarkan ke dalam gedung pertunjukan sebagai penghawaan
alami.
Gambar 4.30 Alternatif 3 dari analisis angin
(Sumber : Analisis 2012)
4.2.9 Analisis Matahari
Analisis matahari ini berpengaruh pada perancangan yang berkaitan dengan
tingkat kenyamanan dan pencahayaan alami. Dalam Perancangan Pusat Seni
Teater ini sangatlah memerlukan sebuah pencahayaan alami pada jam-jam yang di
sering di pakai apabila ada sebuah pertunjukan teater. Karena Perancangan Pusat
Seni Teater ini menggunakan tema Architecture As Literature Ken Dedes, pada
analisisnya sering mengacuh pada proses berspiritualnyanya Ken Dedes. Proses
spiritual dalam perancangan ini diciptakan dengan pembuatan bangunan dibawah
bukit-bukit dan bangunan yang di selimuti oleh danau. Analisis matahari ini
bertujuan untuk memaksimalkan pencahayaan untuk masuk ke dalam ruang yang
berada dibawah bukit-bukit dan ruang yang di selimuti oleh danau, karena kedua
Pemberian bukaan yang sempit pada atap yang miring.
123
ruang tersebut sangat membutuhkan pencahayaan alami sebagai penerangan di
dalamnya.
Gambar 4.31 Orientasi matahari pada tapak
(Sumber : Data pribadi dan dokumentasi pribadi)
Cahaya yang masuk pada Skylight kemudian dipantulkan pada lantai yang
mengarah ke langit-langit gedung, dari situlah pencahayaan kemudian disebarkan
lewat pemantulan-pemantulan cahaya. Pemantulan cahaya ini mengambil dari
sifat Ken Dedes yang selalu memperhatikan (mengayomi) anak-anaknya.
Gambar 4.32 Alternatif 1 dari analisis matahari
(Sumber : Analisis 2012)
Menggunakan Struktur rangka
Batang kemudian ditutup dengan
skylight, hal ini untuk memasukkan
cahaya ke dalam ruang yang ada
di dalam bukit.
124
Memaksimalkan air hasil penada hujan yang dipakai sebagai peredam panas
di dalam ruangan yang disebabkan oleh sinar matahari yang berlebihan. Penada
hujan berada di atas bangunan, lebih tepat tempatnya pada setiap lekukan dari atap
bangunan yang mengibaratkan kesan feminin dari Ken Dedes. Air berada pada
kedalaman tertentu yang bisa menyerap panas, sehingga tidak sampai masuk ke
dalam ruangan.
Gambar 4.33 Alternatif 2 dari analisis matahari
(Sumber : Analisis 2012)
Menggunakan unsur air untuk
meredam panas yang berlebihan
(Proses berspiritualnya Ken Dedes
yang tenang diwujudkan dengan
unsur air).
125
Cahaya matahari dimanfaatkan sebagai pusat pencahayaan alami yang
terletak pada pusat ruang dalam bangunan, yang kemudian pencahayaannya
disebarkan kesetiap ruangan. Hal ini menerapkan sebuah peristiwa ketika
selendang Ken Dedes terselingap hingga terlihat betis Ken Dedes mengeluarkan
sebuah sinar yang yang menyilaukan di area betisnya tersebut.
Gambar 4.34 Alternatif 3 dari analisis matahari
(Sumber : Analisis 2012)
Sinar matahari yang di
optimalkan masuk ke
dalam pusat ruangan yang
di ibaratkan sebagai sinar
dari betis Ken Dedes.
Dikelilingi oleh bangunan yang seakan-akan
menjulang keluar ke atas, hal ini menerapkan
sebuah kesan kejayaan suatu kerajaan.
126
4.2.10 Analisis Struktur
Perecanaan struktur pada suatu bangunan termasuk dalam perencanaan yang
sangatlah penting, karena apabila perencanaan struktur bangunan ada yang salah
maka akan mengakibatkan robohnya bangunan. Untuk pemilihan stuktur harus
dilihat lokasi perencanaan dan kekuatan dan kelebiahan masing- masing struktur
yang akan digunakan, dan kalau bisa harus bisa sesuai dengan obyek maupun
tema perancangan.
Sistem struktur rangka ruang ini membentang berbentuk setengah lingkaran
dengan lebar dibagian bawah dan mengecil pada struktur bagian atas. Struktur
rangka ruang yang digunakan adalah sistem struktur bentang lebar yang
meniadakan kolom sebagai pengganti struktur utama, sehingga bisa fungsional
sebagai ruang pertunjukan.
Gambar 4.35 Alternatif 1 dari analisis struktur
(Sumber : Analisis 2012)
Memberikan struktur rangka ruang
sebagai struktur utama
127
Sistem struktur rangka batang ini membentang berbentuk setengah
lingkaran dengan titik pusat diatasnya. Bentangan dari struktur ini menciptakan
sebuah ruang yang awalnya melebar tiba-tiba menyempit. Hal ini mengibaratkan
sebuah tekanan batin yang dialami oleh Ken Dedes semasa hidupnya.
Gambar 4.36 Alternatif 2 dari analisis struktur
(Sumber : Analisis 2012)
Menerapkan struktur gantung yang diterapkan pada balkon-balkon, hal ini
mengambil dari karakter Ken Dedes yang mempunyai jiwa mengayomi anak-
anaknya hingga menjadi seorang raja-raja besar.
Memberikan struktur rangka batang
sebagai struktur utama
128
Gambar 4.37 Alternatif 3 dari analisis struktur
(Sumber : Analisis 2012)
4.2.11 Analisis Akustik
Analisis akustik ini dilakukan untuk menghindari cacat akustik pada
gedung pertunjukan, agar penonton pertunjukan juga merasa nyaman dalam
melihat pertunjukan apabila didukung dengan akustik yang baik.
Akustik yang digunakan adalah menggunakan sistem difraksi bunyi,
pemantulan bunyi, dan penyerapan pada bunyi. Menggunakan campuran sistem
akustik ini menggambarkan berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh
Ken Dedes, akan tetapi di ujung cerita Ken Dedes hidup bahagia bersama anak-
anaknya. Begitu pula pada sistem akustik ini, meskipun menggunakan banyak
sistem akustik akan tetapi antar sistem saling melengkapi sehingga memunculkan
sebuah sistem akustik yang baik.
129
Gambar 4.38 Alternatif 1 dari analisis akustik
(Sumber : Analisis 2012)
Keterangan:
1. Pemantulan bunyi
Menggunakan pemantulan berupa batu kali yang dipasang pada langit-langit
gedung pertunjukan. Pemilihan Batu kali karean memiliki permukaan yang
keras, jadi bisa memantulkan suara secara langsung.
2. Penyerapan bunyi
Dinding bagian paling belakang dibuat cembung dan dilapisi bahan penyerap
bunyi berupa karpet. Sistem penyerap bunyi diletakkan pada area ini karena
area tempat duduk paling belakang ini sering terjadi gema/dengung yang
mengakibatkan cacat akustik.
130
3. Difraksi bunyi
Langit-langit pada area balkon yang paling belakang menggunakan beton yang
berundak-undak, hal ini agar memunculkan difraksi bunyi atau penyebaran
bunyi di area tersebut. Pada area ini harus benar-benar diperhatikan dalam
penanganan masalah akustiknya, karena area paling belakang, baik pada lantai
dasar maupun pada balkon sering terjadi cacat akustik.
Akustik yang digunakan adalah hanya menggunakan sistem difraksi bunyi.
Hal ini menggambarkan sebuah ketegasan dari seorang Ken Dedes saat menjalani
kehidupannya. Seperti halnya meskipun hanya satu cara yang digunakan, akan
tetapi bisa memaksimalkannya dengan baik sehingga menjadikan akustik yang
baik pula.
Gambar 4.39 Alternatif 2 dari analisis akustik
(Sumber : Analisis 2012)
Langit-langit pada gedung
pertunjukan ini menggunakan
material kayu yang berundak-
undak, hal ini memunculkan
difraksi bunyi atau penyebaran
bunyi di area tersebut secara
lebih merata.
131
Menggunakan hanya satu sistem akustik yaitu pemantulan bunyi dengan
memanfaatkan langit-langit sebagai media pemantul bunyi.
Gambar 4.40 Alternatif 3 dari analisis akustik
(Sumber : Analisis 2012)
Sistem pemantulan pada langit-langit
menggunakan gording yang menonjol dan
juga balok-balok yang menonjol pada
langit-langit gedung pertunjukan. Keduanya
selain berfungsi sebagai pemantul suara
keduanya juga berfungsi sebagai struktur
penyangga atap.