bab iv analisis isu-isu strategis - sulutprov.go.id · k4 kabupaten/kota se provinsi sulawesi utara...

51
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 1 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis yang terkait dengan pembangunan daerah Sulawesi Utara dapat diuraikan berdasarkan rekomendasi kajian sinergitas dan keterkaitan unsur perencanaan pembangunan daerah. Bagian ini menjelaskan tentang beberapa isu strategis terkait dengan justifikasi rencana RPJMD Tahun 2016-2021 Permasalahan dan Isu strategis pembangunan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016-2021 diuraikan sebagai berikut : 4.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN 4.1.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN YANG MENJADI URUSAN WAJIB YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR A. PENDIDIKAN; 1) Rata-rata lama sekolah relatif masih rendah, karena baru mencapai 8,9 tahun. Artinya rata-rata penduduk Sulawesi Utara tidak tamat SMP. 2) Angka partisipasi murni SD dan SMP belum mencapai 100%. Artinya masih banyak penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan SD dan SMP tidak bersekolah atau putus sekolah. 3) Angka putus sekolah msaih cukup tinggi, apalagi di tingkat SMP dan SMA, sementara dan angka melanjutkan sekolah relative rendah. Artinya banyak penduduk Sulawesi Utara sesudah tamat SD, enggan melanjutkan ke SMP dan yang tamat SMP enggan melanjutkan ke SMA. 4) Kualitas pelayanan pendidikan Anak usia dini relative masih rendah 5) Kualitas sarana dan prasarana sekolah pendidikan Anak usia dini relative masih rendah 6) Kualitas dan kompetensi guru masih sangat rendah meskipun sudah mendapatkan sertifikasi. 7) Peningkatan kapasitas SDM kependidikan dalam mengelola kewenangan penanganan SMA/SMK yang dahulunya ditangani oleh kabupaten dan kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi. B. KESEHATAN; 1) Angka kematian ibu melahirkan masih tinggi. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting yang merefleksikan derajat kesehatan di suatu daerah.AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penangganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus

Upload: others

Post on 13-Apr-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 1

BAB IVANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Analisis isu-isu strategis yang terkait dengan pembangunan daerah SulawesiUtara dapat diuraikan berdasarkan rekomendasi kajian sinergitas danketerkaitan unsur perencanaan pembangunan daerah. Bagian inimenjelaskan tentang beberapa isu strategis terkait dengan justifikasi rencanaRPJMD Tahun 2016-2021

Permasalahan dan Isu strategis pembangunan Provinsi Sulawesi Utara tahun2016-2021 diuraikan sebagai berikut :

4.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN4.1.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN YANG MENJADI URUSAN WAJIBYANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR

A. PENDIDIKAN;1) Rata-rata lama sekolah relatif masih rendah, karena baru

mencapai 8,9 tahun. Artinya rata-rata penduduk Sulawesi Utaratidak tamat SMP.

2) Angka partisipasi murni SD dan SMP belum mencapai 100%.Artinya masih banyak penduduk usia sekolah pada jenjangpendidikan SD dan SMP tidak bersekolah atau putus sekolah.

3) Angka putus sekolah msaih cukup tinggi, apalagi di tingkat SMPdan SMA, sementara dan angka melanjutkan sekolah relativerendah. Artinya banyak penduduk Sulawesi Utara sesudah tamatSD, enggan melanjutkan ke SMP dan yang tamat SMP engganmelanjutkan ke SMA.

4) Kualitas pelayanan pendidikan Anak usia dini relative masihrendah

5) Kualitas sarana dan prasarana sekolah pendidikan Anak usia dinirelative masih rendah

6) Kualitas dan kompetensi guru masih sangat rendah meskipunsudah mendapatkan sertifikasi.

7) Peningkatan kapasitas SDM kependidikan dalam mengelolakewenangan penanganan SMA/SMK yang dahulunya ditanganioleh kabupaten dan kota menjadi kewenangan pemerintahprovinsi.

B. KESEHATAN;1) Angka kematian ibu melahirkan masih tinggi.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikatorpenting yang merefleksikan derajat kesehatan di suatudaerah.AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal darisuatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilanatau penangganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus

Page 2: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 2

insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas(42 hari setelah melahrkan) tanpa memperhitungkan lamakehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu tahun 2005 adalah 150/100000 KH menurunmenjadi 139/100000 KH pada tahun 2009, kemudian terjadipeningkatan pada Tahun 2010 menjadi 183/100000 KH. SedangkanAngka Kematian Bayi pada Tahun 2005 25,6/1000 KH menurunmenjadi 25/1000 KH pada Tahun 2009, kemudian terjadipeningkatan pada Tahun 2010 menjadi 29/1000 KH. AngkaKematian Ibu berdasarkan pencapaian kinerja dikategorikan cukupberhasil, walaupun angka ini belum dapat menekan angka kematianibu di Provinsi Sulawesi Utara, dimana AKI Sulawesi Utara tahun2011 ditargetkan 153 per 100.000 Kelahiran Hidup (64 kasus)ternyata terjadi peningkatan kasus kematian ibu sebanyak 71 kasus(186/100000KH). Pada tahun 2012 terjadi penurunan kasuskematian ibu melahirkan, dimana ditargetkan sebesar 59 kasusturun menjadi 49 kasus, pada tahun 2013 ditargetkan 57 kasusmeningkat menjadi77 kasus dan tahun 2014 ditargetkan 47 kasusmeningkat menjadi 58 kasus, pada tahun 2015 ditargetkan102/100.000 (42 kasus) meningkat meningkat menjadi170/100.000 (70 kasus) kematian ibu melahirkan, dengan sebabkematian sebagai berikut perdarahan 24 kasus, hipertensi dalamkehamilan 13 kasus, infeksi 1 kasus dan lain-lain 32 kasus.

Penurunan angka kematian ibu melahirkan berjalan lamban, Hal inidapat dilihat pada beberapa Kabupaten/Kota yang belum dapatmenekan Angka Kematian Ibu seperti kota Manado 12 kasus,Kabupaten Minahasa 10 kasus, Kabupaten Minahasa Tenggara 8kasus diikuti oleh Kabupaten Minahasa Selatan dan KabupatenBolaang Mongondow masing-masing 6 kasus. Walaupun demikiankondisiini masih berada dibawah rata-rata nasional, 228/100.000KH. Jika dilihat dari target global MDGs yang ditetapkan sebesar102/100.000KH, diperlukan upaya sinergitas program antaraprovinsi dan Kabupaten/Kota dalam menempatkan upayapenurunan kematian ibu menjadi program prioritas diKabupaten/Kota yang mempunyai jumlah kematian yang tinggi.Rendahnya fasilitas rujukan maternal neonatal baik di rumah sakitmaupun puskesmas serta kurangnya jumlah tenaga kesehatanbidan, tenaga spesialist kebidanan di kabupaten/kota menjadi salahsatu penyebab tingginya angka kematian ibu.Penyebab kematian ibu melahirkan di Provinsi Sulawesi Utara tahun2015 yang tertinggi disebabkan oleh perdarahan (29%), Eklampsia(29%), infeksi 3 %, penyebab lain (39%). Dinas Kesehatan ProvinsiSulawesi Utara berkomitmen penuh dalam upaya menurunkanangka kematian ibu yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Page 3: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 3

i. Pemetaan dan pendataan ibu hamil, balita dan status giziberbasis masyarakat.

ii. Standarisasi pelayanan publik di bidang KIA di puskesmas,rumah sakit dan klinik bersalin.

iii. Penguatan sistem rujukan maternal neonatal di wilayahpuskesmas maupun antar kabupaten/kota di wilayahProvinsi Sulawesi Utara maupun dengan Provinsi lain.

iv. Pembentukan program-program unggulan di masing-masingkabupaten/Kota.

v. Sinergitas kebijakan antara provinsi dankabupaten/kota.2014-2015

vi. f.Integrasi program dengan lintas program,lintassektor, lintasorganisasi,swasta, Perguruan Tinggi dan kelompokmasyarakat.

vii. Kegiatan lomba desa Siaga KIA serta Lomba Posyandu.viii. Pembinaan/pendampingan puskesmas dalam rangka

monitoring, evaluasi program secara terintegrasi danteratur.

ix. Peningkatan kualitas dengan semakin gencarnya kampanyeAsi Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini serta KeluargaSadar

Upaya kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberianpelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masakehamilan , dengan distribusi waktu minimal 1 kali padatrimester pertama (usia kehamilan 0 – 12 minggu), 1 kali padatrimester kedua (usia kehamilan 12 – 24 minggu), dan 2 kali padatrimester ketiga (usia kehamilan 24 – 36 minggu). Standardwaktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjaminperlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksidini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasikehamilan.

Hasil pencapaian upaya kesehatan dapat dinilai denganmenggunakan indikator cakupan K4. Cakupan K4 adalah jumlahibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuaidengan standard paling sedikit 4 kali sesuai dengan jadwal yangdianjurkan, dibandingkan sasaran ibu hamil di suatu wilayahkerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebutmemperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamildan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakankehamilannya ke tenaga kesehatan. Berikut ini disajikan cakupanK4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015.

Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibuhamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (Cakupan K4)”ditargetkan 95 % dapat terealisasi dengan baik yaitu mencapai85,56 % atau setara 39.613 ibu hamil yang memperoleh K4 daritotal ibu hamil 46.299. Sedangkan Proporsi Kelahiran yang

Page 4: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4

ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN) dapat diukur darijumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatandibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin dalam setahundikali 100 %. Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuanPemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitasyang ditolong oleh tenaga terlatih.

Pencapaian indikator PN dari tahun ke tahun memperlihatkankecenderungan semakin meningkat. Cakupan PN dari tahun ketahun terjadi peningkatan dimana pada tahun 2011 mencapai81,28%, tahun 2012 mencapai 84,63 %, tahun 2013 mencapai85.17%, tahun 2014 mencapai 85,20 % , dan pada tahun 2015mencapai realisasi 85,23 %, ( Jumlah ibu Bersalin 44.119pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan37.603 ). Kenaikan dari tahun ke tahun tidak terlalu signifikannamun demikian Capaian indikator kinerja termasuk kategoriBerhasil. Walaupun secara Provinsi target indikator Pn tersebuttelah tercapai , namun masih terdapat disparitas cakupan antarKabupaten/Kota, yaitu terendah di Kabupaten Minahasa Selatan68,62 % dan tertinggi di Kota Tomohon 96,29 %.Dinas KesehatanProvinsi Sulawesi Utara terus melakukan upaya-upaya, terutamaperhatian khusus pada daerah daerah Terpencil Perbatasan danKepulauan (DTPK), dengan menitikberatkan pada focus totalitaspemantauan yang menjadi salah satu upaya deteksi dini,menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil.

2) Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yangmeninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayimerupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupunkematian. Menurut hasil SDKI 2012, AKB Sulawesi Utaramenunjukkan angka 33/1.000 KH lebih tinggi 1 point dari AKBNasional yaitu 32/1.000 KH.Berdasarkan data yang dikumpulkandari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota , didapatkan bahwasepanjang tahun 2010 terdapat 242 kasus kematian bayi, tahun2011 meningkat menjadi 333 kematian bayi dan pada tahun 2012menurun menjadi 246 kasus kematian bayi, pada tahun2013terjadi peningkatan380 kasus kematian bayi,tahun 2014terjadi penurunan dengan jumlah kasus kematian mencapai 289kasus kematian bayi dan pada tahun 2015 jumlah kasus kematianbayi ditargetkan 23/1000 Kelahiran Hidup (980 kasus), terealisasi239 kasus dengan demikian indikator capaian kinerja 100 % ,kategori berhasil.Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB,diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya .Hal ini disebabkan AKB sangat sensitif terhadap perbaikanpelayanan kesehatan. Selain itu ,perbaikan kondisi ekonomi yangtercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga

Page 5: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 5

dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positifpada daya tahan bayi terhadap infeksi penyakit.

Penurunan AKB menunjukkan adanya peningkatan dalam kualitashidup dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligusmencerminkan Umur Harapan Hidup pada saat lahir.Di SulawesiUtara Umur Harapan Hidup dari tahun ke tahun terus meningkat,berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat StatistikProvinsi Sulawesi Utara, dengan menggunakan perhitunganmetode baru tercatat Umur Harapan Hidup tahun 2010 sebesar70,40tahun, tahun 2011 sebesar 70,55 tahun , tahun 2012sebesar 70,70 tahun, tahun 2013 sebesar 70,86 tahun dan padatahun 2014 sebesar 70,94 tahun (BPS 2015).

3) Perkembangan AKABA (Angka Kematian Balita) sejak tahun 2011sampai dengan tahun 2014 memperlihatkan adanyakecenderungan penurunan dari tahun ke tahun. Kondisi yangdicapai pada tahun 2013 tercatat jumlah kasus kematian balitasebesar 412 kasus, tahun 2014 terjadi penurunan kasus, denganjumlah 304 kasus , dan pada tahun 2015 menurun lagi mencapaiangka 253 kasus kematian.Untuk angka kematian Neonatal ( bayi baru lahir (0-28 hari)merupakan kelompok umur yang memiliki resiko gangguankesehatan paling tinggi, upaya kesehatan yang dilakukan untukmengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukanpertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitaskesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standardpada kunjungan bayi baru lahir.Cakupan kematian Neonatal/1.000 Kelahiran Hidup di Sulawesi Utara pada tahun 2013mencapaangka 331 kasus kematian, tahun 2014 terjadipenurunan kasus dengan jumlah kematian sebesar 238 kasus,danpada tahun 2015 mencapai 207 kasus kematian neonatal.Bayi dan anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakitmenular dibandingkan dengan kelompok pendudukdewasa.Penyakit menular yang kerap dikenal sebagai PenyakitYang Dapat Dicegah Dengan Immunisasi (PD3I) yaitu Difhteri,Tetanus,Hepatitis B, Radang selaput otak, Radang Paru-paru,Pertusis dan Polio Dengan adanya fakta tersebut, salah satubentuk upaya pencegahan yang terbaik dan sangat vital agarkelompok berisiko tersebut dapat dilindungi adalah immunisasi.

Pemerintah telah menetapkan program lima immunisasi dasarlengkap pada bayi yang meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosispolio, 4 dosis Hepatitis B dan 1 dosis campak.Kondisi yang dicapaitahun 2015 terhadap cakupan Immunisasi Dasar Lengkap realisasipencapaian 75,5 %. Disamping penyakit pada balita yang dapatdicegah dengan immunisasi adalah campak. Campak adalahpenyebab utama kematian pada balita, Oleh karena itu

Page 6: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 6

pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangiangka kematian balita. Immunisasi campak diberikan pada bayiumur 9 – 11 bulan dan merupakan immunisasi terakhir yangdiberikan kepada bayi di antara immunisasi wajib lainnya.Adapuncapaian immunisasi campakdari tahun ke tahun terjadipeningkatan dimana pada tahun 2012 sebesar 80,8%, tahun 2013sebesar 88% , tahun 2014 meningkat sebesar 92,6% dan padatahun 2015 ditargetkan 95 % terealisasi hanya sebesar 79,8 %,dengan indikator kinerja mencapai 84,%,

Universal Child Immunization atau biasa disingkat UCI merupakangambaran suatu desa/kelurahan dimana kurang lebih 80% darijumlah bayi (0 -11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebutsudah mendapat immunisasi dasar lengkap.Pada tahun 2014realisasi pencapaian sebesar 82,50 %, pada tahun 2015 terjadipenurunan cakupan yatu ditargetkan 95 %, terealisasi sebesar 75% . Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannyadalam MDGs adalah status gizi balita.Status gizi balita dapatdiukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan Tinggi Berat (TB).Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita (D/S) menjadisangat penting dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan giziburuk, bila ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukanupaya pemulihan dan pencegahan sehingga tidak menjadi gizikurang atau gizi buruk . Penanganan yang cepat dan tepat sesuaitatalaksana kasus anak gizi kurang/gizi buruk akan mengurangiresiko kematian, sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapatditurunkan. Cakupan pemantauan pertumbuhan secara bertahapmengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tahun 2013 realisasiindikator D/S 82,77%, tahun 2014 realisasi indikator D/S, 83,04% dan pada tahun 2015 terjadi penurunan dengan realisasiindikator D/S hanya mencapai 75 %, namun demikian masihdikategorikan Cukup Berhasil.

Pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan melaluipenimbangan berat badan secara teratur dan menggunakan KartuMenuju Sehat (KMS) berfungsi sebagai instrument penilaianpertumbuhan anak merupakan dasar strategi pemberdayaanmasyarakat yang telah dikembangkan sejak tahun 1980-an.

Pemantauan pertumbuhan mempunyai 2 (dua) fungsi utama, yangpertama adalah sebagai strategi dasar pendidikan gizi dankesehatan masyarakat, dan yang kedua adalah sebagai saranadeteksi dini dan intervensi gangguan pertumbuhan serta entrypoint berbagai pelayanan kesehatan anak ( misalnya immunisasi,pemberian kapsul vitamin A, pencegahan diare dll ) untukmeningkatkan kesehatan anak. Pada tahun 2013 persentase BalitaNaik Berat Badannya ( N/S) terealisasi 69,29 %, tahun 2014

Page 7: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 7

terealisasi sebesar 73%, dan pada tahun 2015 meningkat lagimenjadi 83,99 % .

Meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, yangditunjang berbagai upaya promotif, preventif dan kuratif sertameningkatnya peran serta masyarakat, telah berhasil menurunkanprevalensi gizi kurang dan buruk pada balita. Hal ini dapat terlihatpada indikator prevalensi balita dengan Berat BadanRendah/kekurangan gizi (BGM) yang pada tahun 2012 sebesar 7% mencapai angka 5,8 %, tahun 2013terealisasi 2,50 %, tahun2014 terealisasi 2,4 %, dan pada tahun 2015 telah mencapaiangka 1,51 %.Persentase Balita gizi buruk pada tahun 2014 mencapai angka0,02 % dan pada tahun 2015 pencapaian masih tetapdipertahankan yaitu sebesar 0,02% jauh dibawah yangditargetkan, dengan demikian indikator kinerja dapatdikategorikan berhasil.Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara berupaya terus dalampenurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk balita denganfokus pada Upaya Pencegahan dan penanganan. Perbaikan gizimelalui:

a) Pemberian makanan pendamping ASI & Suplementasi zatgizi .

b) Upaya pemberdayaan masyarakat untuk memperbaiki polaasuh balita yangmeliputi antara lain penerapan InisiasiMenyusui Dini (IMD), memberikan Air Susu Ibu (ASI) secaraeksklusif sampai bayi mencapai usia 6 bulan serta mulaimemberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita giziburuk yang ditangani di sarana kesehatan sesuai tatalaksana giziburuk di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Padatahun 2015 persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatandi targetkan 100 %, terealisasi 100 %.

4) Masih tingginya angka penyakit menular utamanya AIDS,Malaria, TBC, Sementara penyakit tidak menular ataudegenerative mulai meningkat, disamping itu telah timbul pulaberbagai penyakit baru (new and re-emerging diseases).Penaggulangan penyakit Malaria, HIV/AIDS dan TB masih perlumendapat perhatian dan penanganan. Penyakit TB dan HIV/AIDSmerupakan fenomena gunung es (Iceberg Fhenomen) hingga saatini. Total kasus HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Utara adalahsampai akhir tahun 2009 adalah 613 kasus dengan perincian240 kasus HIV dan 373 kasus. Adapun dari 613 penderita yangsudah meninggal sebanyak 96 kasus atau masih ada 517penderita yang masih hidup.

Page 8: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 8

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkanoleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit inidapat meyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi baccilTB. Tuberculosis menjadi salah satu penyakit yangpengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. WHOmerekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed TreatmentShort-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dantelah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secaraekonomis paling efektif (cost-efective).. Penderita TB CaseNotification Rate pada tahun 2006 yaitu 190 kasus, tahun 2007menurun yaitu 167 kasus, meningkat pada tahun 2008 yaitu 184kasus dan tahun 2009 turun menjadi 163 kasus. Untuk CaseDetection Rate (CDR), tahun 2007 yaitu 90 kasus, tahun 2008mengalami penurunan menjadi 85 kasus dan tahun 2009 yaitu80 kasus. Selain upaya deteksi Tuberculosis, penanganan melaluiberhasilnya suatu pengobatan juga penting dilakukan. Hasilpengobatan (Cure Rate) penderita baru BTA (+) pada tahun 2009yaitu 88 %. Pada tahun 2015 proporsi kasus TBC yang diobatidan sembuh dalam program DOTS dengan target >85% terealisasisebesar 89 %,sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100%,dengan kategori berhasil. Peran Pengawas Menelan Obat (PMO)TB dalam memantau keteraturan berobat pasien berjalan denganbaik. Selain itu , kesadaran dan komitmen pasien tentangkepedulian terhadap kesehatan juga meningkat. Meskipuncapaian indikator proporsi kasus TBC yang diobati dan sembuhdalam program DOTS dapat meningkat secara signifikan namundemikian masih ada masalah yang dihadapi dalampenyelenggaraan pengendalian TB , yaitu antara lain :

a. Masih adanya kesenjangan dalam mengakses layanan DOTSberkualitas terutama pada kelompok unreach populationyaitu penderita TB di daerah terpencil, perbatasan danKepulauan (DTPK), penderita TB anak, penderita TB HIV, danlain-lain.

b. Belum semua rumah sakit swasta dan Dokter Praktek Swasta(DPS) menerapkan strategi DOTS dalam pengendalian TB.

Indikator upaya pengendalian TB di Sulawesi Utaramemperlihatkan hasil yang menggembirakan dimana terlihatproporsi jumlah kasus TBC yang terdeteksi pada tahun 2015ditargetkan 98 % terealisasi 98% .Dengan demikian indikatorkinerja capaian sebesar 100%, dikategorikan berhasil. Namundemikian tantangan kedepan akan semakin berat dengan adanyaancaman peningkatan koinfeksi TB resisten obat.

Trend penyakit malaria dari persentase kematian yangdisebabkan oleh malaria diantara semua kasus malaria yang

Page 9: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 9

rawat inap yaitu 0,69 % tahun 2007 meningkat 0,64 % tahun2008 dan menurun 0,44 pada tahun 2009. Penyakit malariasendiri telah menjadi perhatian di dunia dan di Indonesia karenakejadiannya merupakan kejadian luar biasa. Di Sulawesi Utaraangka kejadian penyakit malaria dibeberapa wilayah masih tinggiterutama kabupaten kepulauan Sangihe 3315 kasus danterendah di Tomohon 128 kasus. Dari sejumlah kasus malariaklinis rata-rata selama 5 tahun terakhir (tahun 2005 – 2009)hanya 35.5 persen yang diperiksa, dengan hasil positif (slidepositive rate) sebesar 52,5 persen. SPR malaria se klinis seProvinsi Sulawesi Utara tahun 2005 dari 47 meningkat terushingga tahun 2009 yaitu menjadi 60,5.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakitmenular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkanmelalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini merupakansalah satu penyakit menular yang sering menimbulkan KejadianLuar Biasa (KLB) , karena perjalanan penyakit ini cepat dan dapatmenyebabkan kematian dalam waktu singkat. Kejadian penyakitDemam Berdarah Dengue (DBD) di Sulawesi Utara juga masihcukup tinggi yaitu dari bulan Januari s/d Desember 2009 jumlahkasus DBD di Sulawesi utara yaitu 1616 kasus dengan kematianakibat DBD berjumlah 20 kematian (Incidence rate (IR)= 72,9 %dan Case Fatality Rate (CFR) =1,24).

Pola perkembangan DBD pada tahun 2015 di Provinsi Sulawesipada bulan Januari – Maret 2015 terjadi peningkatan kasuskarena curah hujan yang sangat ekstrim (hujan panas yang tidakmenentu) sehingga berdampak pada tingginya populasi vektornyamuk . Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 angka kesakitanpenderita DBD per 100.000 pendudukdiperoleh angka InsidensRate (IR) DBD sebesar 55/100.000 penduduk, pada tahun 2014terjadi penurunan dimana angka Insidens Rate yang diperolehsebesar 56/100.000 penduduk, namun pada tahun 2015 terjadipeningkatan kasus dimana angka Insidens Rate sebesar68/100.0000 penduduk artinya jumlah total kasus DBD kasussebanyak 1545 kasus, kematian DBD sebesar 21 kasus, dengancapaian indikator kinerja sebesar 75 %namun demikian indikatorcapaian kinerja masih dikategorikan Cukup Berhasil.

Upaya – upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalammemberantas DBDmencakup upaya upayapemutusan rantaipenularan penyakit, kegiatan ini terus ditingkatkan dandioptimalkan dengan mengedepankan upaya promotif danpreventif antara lain denganmeningkatkan peran sertamasyarakat untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatanPemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) salah satunya melaluiGerakan Serentak Basmi Demam Berdarah yang dicanangkan olehGubernur Sulawesi Utara dan menggalakkan program jumantik

Page 10: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 10

(juru pemantau jentik) sekolah. Disamping itu pengembangansistimsurveilans vektor secara berkala terus dilakukan, terutamadalam kaitannyadengan perubahan iklim dan pola penyebarankasus dan yang lebih penting adalah agar masyarakatmelaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Angka kematian /Case Fatality Rate (CFR) DBD masih mencapaiangka diatas 1 %, walaupun angka ini dapat ditekan dari 1,84 %pada tahun 2010 menjadi 1,37 % pada tahun 2011 , menurunpada tahun 2012 sebesar 1,21% dan pada tahun 2013menurunmenjadi 1,05 %, namun pada tahun 2014 terjadi peningkatanangka CFR menjadi 1,89% dan pada tahun 2015 masih beradapada posisi 1,36% dengan capaian indikator kinerja 73% yangmasih dikategorikan Cukup berhasil.

Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan Case FatalityRate di atas angka 1 % ntara lain :

a. Keterlambatan orang tua untuk membawa anak ke unitpelayanan kesehatan.

b. Faktor cuaca/curah hujan yang sangat ekstrim pada tahun2014 (Hujan panas yang tidak menentu) berdampak padatingginya populasi vector nyamuk.

c. Mobilisasi penduduk dan transportasi yang sangat tinggi.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan ProvinsiSulawesi Utara dalam memberantas DBD mencakup langkah-langkah pencegahan dan penemuan kasus yang secara efektifguna mengendalikan penyakit ini meliputi :

a. Upaya Pencegahan : Gerakan 3 M Plus : Menguras, menutuptempat penampungan air, serta mengubur barang barangbekas, ditambah dengan menghindari gigitan nyamuk denganmenggunakan obat nyamuk, penggunaan kelambu danmenaburkan bubuk abate.

b. Melakukan pemeriksaan jentik secara berkalA, baik secaramandiri mupun oleh jumantik.

c. Menggalakkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.d. Penjaringan kasus DBD melalui surveilans aktif ke rumah-

rumah sakit oleh tim surveilans provinsi bersamaKabupaten/Kota.

e. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat danpemerintah daerah untuk melakukan upaya pencegahan danpemberantasan DBD.

f. Penerapan Communication for behavioral impact ataukomunikasi perubahan perilaku.

Page 11: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 11

5) Disparitas status kesehatan yang berbeda antara kabupaten/kotamasih cukup lebar terutama di DTPK.

6) Penyebaran SDM Kesehatan belum merata. Tenaga-tenagakesehatan masih terpusat di daerah perkotaan. Dibeberapadaerah kabupaten/kota masih terdapat kekurangan tenagadokter umum dan dokter spesialis terutama kabupaten kotapemekaran. Upaya yang telah dilakukan sampai saat ini yaituadanya pemenuhan melalui program dokter / dokter gigi / dokterspesialis PTT. Program pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatanuntuk daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan juga telahdiupayakan.

7) Jumlah Sarana dan prasarana yang ada telah memadai namunkualitas belum memenuhi standar dan belum merata.

8) Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana resolusi WHAke – 58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negaramengembangkan Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruhpenduduk, maka pemerintah bertanggungjawab atas pelaksanaanjaminan kesehatan masyarakat melalui Program JaminanKesehatan Nasional (JKN). Seiring dengan, dikeluarkan Undang-Undang No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan SosialNasional (SJSN), yang mengamanatkan bahwa Jaminan sosialwajib bagi seluruh penduduk di antaranya adala JaminanKesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan PenyelenggaraJaminan Sosial (BPJS). Sistem Jaminan Sosial Nasional BidangKesehatan kemudian disebut Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang dituangkan dalamPeraturan Pemerintah No,101 tahun 2012 tentang Penerimabantuan Iuran (PBI) dan Peraturan Presiden No.12 Tahun 2013tentang Jaminan Kesehatan. Dinas Kesehatan provinsi SulawesiUtara selaku wakil pemerintah di daerah bertanggung jawabdalam kesehatan berkewajiban menyiapkan sarana danprasarana termasuk SDM kesehatan yang akan bertugas.Padatahun 2015 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utaramenargetkan cakupan Kepesertaan Jaminan Kesehatan (UHC)sebesar 80 %, terealisasi sebesar 60 %, dengan indikator capaiankinerja 75 %, dikategori Cukup berhasil.

9) Biaya kesehatan meningkat secara signifikan sehinggamenyulitkan masyarakat “hampir miskin” yang tidakmendapatkan fasilitas jaminan kesehatan masyarakat(Jamkesmas) untuk mengakses pelayanan kesehatan yang baik.

10) Minat tenaga medis, khusus tenaga ahli untuk ditempatkan didaerah-daerah kecil atau terpencil masih kurang.

11) Berbagai jenis penyakit baru muncul sebagai akibat perubahangaya hidup dan pencemaran lingkungan makin meningkat.

12) Kesadaran akan pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan padasebagian masyarakat terutama di kalangan berpendidikanrendah, miskin, dan menempati daerah kumuh masih rendah.

Page 12: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 12

13) Keengganan di kalangan penyedia jasa kesehatan untuk melayanimasyarakat miskin dan hampir miskin masih ada.

14) Kalangan penyedia jasa kesehatan yang mengharuskan uangjaminan terlebih dahulu sebelum melayani pasien masih banyak.

15) Minat tenaga medis, khusus tenaga ahli untuk ditempatkan didaerah-daerah kecil atau terpencil masih kurang.

16) Berbagai jenis penyakit baru muncul sebagai akibat perubahangaya hidup dan pencemaran lingkungan makin meningkat.

17) Kesadaran akan pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan padasebagian masyarakat terutama di kalangan berpendidikanrendah, miskin, dan menempati daerah kumuh masih rendah.

C. PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG;1) Kondisi jalan Provinsi dalam kondisi mantap pada akhir

tahun 2015 mencapai 75,02%, dan mengalami penurunankondisi dikarenakan adanya ruas-ruas jalan Provinsi yangmengalami perubahan status dari ruas jalan Provinsi menjadiruas jalan Nasional yaitu sepanjang 295,53 km, dimana ruas-ruas jalan tersebut berada pada posisi kondisi mantap (selainruas jalan Esang-Rainis), dan adanya penambahan 30 ruas baruatau sepanjang 373.047 km dengan 16 ruas jalan dalam kondisitidak mantap.

2) Masih tingginya luasan irigasi provinsi dalam kondisi rusak.3) Akses air bersih masih sangat rendah dan belum mencapai

Standar pelayanan Minimum Perumahan Rakyat.4) Penanganan normalisasi sungai yang masih sangat rendah

dibandingkan dengan target kinerja yang ditetapkan5) Akses sanitasi yang masih sangat rendah, termasuk persiapan

pembangunan TPA regional.6) Ketaatan terhadap tata ruang yang masih belum optimal

D. PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN;1). Prevalensi terbentuknya kawasan kumuh perkotaan yang

semakin besar.2). Akses terhadap air bersih, penanganan persampahan dan

sanitasi belum memenuhi standar pelayanan minimum.3) Ruang Terbuka Hijau masih belum memenuhi syarat/prasyarat

standar umum pemukiman sesuai Peraturan Menteri PU dalamSPM.

E. KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM, DAN PELINDUNGANMASYARAKAT;1) Kecenderungan meningkatnya angka kriminalitas terutama

kekerasan terhadap perempuan dan anak2) Kecenderungan meningkatnya intoleransi, perkelahian antar

kampung

Page 13: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 13

3) Ketaatan terhadap Perda yang relative masih sangat rendah.4) Adanya anggapan / persepsi masyarakat tentang menurunnya

penegakkan supremasi hukum. Kecenderungan kemunculananggapan / persepsi masyarakat ini selalu mengalamiperkembangan dari tahun ke tahun.

5) Kurangnya sosialisasi mengenai Peraturan Daerah yang berlakukepada masyarakat.

6) Kurangnya pemahaman masyarakat akan Tugas Pokok danFungsi Satuan Polisi Pamong Praja.

7) Jumlah personil Satpol PP belum tercukupi.8) Tenaga Satpol PP belum semuanya berstatus Aparat Sipil Negara

(Masih menggunakan Tenaga Harian Lepas).9) Masih kurangnya tenaga yang mengikuti Diklat PPNS dan Diklat

Dasar Satpol PP.10) Koordinasi antar instansi pemerintah dan pemerintah daerah

terkait dengan pemangku kepentingan belum optimal dalammencegah tindakan yang bertentangan dengan hukum,penegakan Perda dan pemberantasan Penyakit Masyarakat(Pekat).

F. SOSIAL.1) Meningkatnya jumlah penduduk sangat miskin, miskin dan

hampir miskin pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2014 dan2015, dan meningkatnya jumlah penduduk miskin rentan lainnyaakibat inflasi yang sangat besar mendekati hyperinflation.

2) Meningkatnya jumlah pengangguran pada dua tahun terakhiryaitu tahun 2014 dan 2015.

3) Penanganan rumah tangga miskin by name by address secaraholistic relative belum optimal.

4) Penangananan terhadap 22 (dua puluh dua) kelompok marginal(penyakit jiwa, anak terlantar, bayi terlantar, anak yangbermasalah hukum, dan lain-lain) masih terbatas.

5) Penanganan lanjut usia masih terbatas.6) Keadilan untuk semua di mana masih terjadi ketidakmerataan

akses masyarakat terhadap pelayanan publik belum tercipta.7) Fasilitas penampungan (shelter) untuk penanganan masalah

kesejahteraan sosial (PMKS) masih terbatas.8) Penganan terhadap 26 penyandang kesra social (PMKF) yang

memiliki kehidupan yangf tidak layak secara kemnusiaan danmemiliki kriteria masalah social yang meliputi kemiskinan,keselantaran, kecacata, keterpencilan, ketunaan, penyimpanganperilaku, korban bencana dan korban tindak kekerasan,ekploitasi dan diskriminasi masih terbatas.

9) Fasilitas penamungan (shelter) penyandang penangan masalahkesejahteraan social (PMKS) masih terbatas.

Page 14: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 14

4.1.2. URUSAN WAJIB YANG TIDAK BERKAITAN DENGAN PELAYANANDASAR

A. TENAGA KERJA;

1) Kemajuan teknologi akan menurunkan kebutuhan akan tenagakerja sehingga dapat meningkatkan pengangguran.

2) Penggunaan teknologi yang lebih tinggi membutuhkanpenggunaan tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang lebihtinggi, sedangkan perkembangan penguasaan keterampilan olehtenaga kerja masih relatif lambat.

3) Porsi penduduk berusia lanjut yang bertambah akan mengurangijumlah tenaga kerja produktif. Porsi penduduk berusia lanjutsebagai akibat keberhasilan mengendalikan tingkat kelahiranmeningkat, sehingga membutuhkan jaminan sosial yang lebihbesar.

4) Migrasi tenaga kerja dari daerah lain yang disebabkan olehketertarikan terhadap perkembangan ekonomi semakinmeningkat sehingga dapat mengancam kesempatan tenaga kerjalokal dan menimbulkan pengangguran.

5) Tingkat kelahiran pada kelompok masyarakat yang berpendidikanrendah dan miskin masih tinggi.

6) Angka pengangguran masih relatif tinggi sementara kualitastenaga kerja yang tersedia mencakup pengetahuan, keterampilan,disiplin, dan etos kerja kebanyakan belum memenuhi kebutuhanpasar serta kepentingan pembangunan daerah.

7) Variasi lapangan kerja yang tersedia masih terbatas.8) Pengangguran sukarela masih sering terjadi.9) Jiwa dan semangat kewirausahaan masih kurang.10) Masih tingginya jumlah perusahaan yang tidak memperhatikan

hak-hak buruh masih ada.11) Masih lemahnya komitmen pemerintah Kabupaten/Kota dalam

menangani masalah pengangguran, khususnya dalam penciptaanlapangan kerja.

12) Terbatasnya tenaga Instruktur, bahkan tidak menutupkemungkinan pada Tahun 2017 tenaga Instruktur tidak ada lagikarena sudah memasuki usia Pensiun.

13) Belum semua Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruhlebih dari 50 (lima puluh) orang membentuk LKS Bipartit,sementara LKS Bipartit yang ada belum berfungsi dengan baik.

14) Belum semua Kabupaten membentuk Dewan PengupahanKabupaten/Kota.

15) Belum semua Perusahaan mewajibkan pekerjanya masukmenjadi peserta Jamsostek.

16) Terbatasnya tenaga Pengawas Ketenagakerjaan dan PegawaiMediator, bahkan ada beberapa Kabupaten/Kota tidak memilikipegawai dimaksud.

Page 15: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 15

b. PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK;1) Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak

termasuk tindakan pemerkosaan dan bullying..2) Tingginya jumlah perempuan yang menganggur di Sulawesi Utara

dibandingkan dengan provinsi lainnya di pulau Sulawesi.3) Masih sering terjadi perdagangan perempuan (women-trafficking)

dan kekerasan dalam rumah tangga.4) Kualitas hidup perempuan masih harus ditingkatkan mengingat

perannya yang sentral dalam pembangunan.5) Peran perempuan dalam pengambilan keputusan dan penetapan

kebijakan masih rendah padahal mereka lebih membawa aspirasimasyarakat yang terkait dengan kesejahteraan.

6) Perlindungan anak dan pemenuhan hak perempuan dan anakperempuan masih harus ditingkatkan untuk menyiapkan merekamenjadi generasi penerus yang sesuai dengan visi pembangunanjangka panjang.

7) Belum optimalnya integrasi/sinkronisasi penyelenggaraanpengarusutamaan gender, pemberdayaan perempuan danperlindungan anak dalam perencanaan dan pelaksanaanpembangunan.

C. PANGAN;1) Ketahanan Pangan untuk swasembada beras dan daging masih

perlu perhatian yang besar dan komitmen anggaran yangserius.

2) Penanganan terhadap daerah kabupatan rawan bencana belummaksimal;

3) Keamanan pangan masih perlu ditingkatkan seiring denganmeningkatnya penemuan kasus akibat keracunan makanan.

4) Distribusi pangan di daerah kepulauan dan perbatasan padamasa-masa tertentu belum optimal.

5) Cadangan pangan pemeritah daerah masih perlu ditingkatkanuntuk mencegah terjadinya resiko rawan pangan akibat bencanaalam.

6) Masih adanya daerah yang beresiko tinggi rawan pangan yangsebagian besar berada di daerah kepulauan

7) Kualitas keberagaman konsumsi pangan masyarakat masih perluditingkatkan.

8) Pada kondisi tertentu terdapat harga beberapa bahan panganyang sangat fluktuatif antara lain beras, cabe, bawang merah dantomat dan beberapa pangan lainnya.

9) Aksesibilitas pangan di daerah-daerah kepulauan sangatdipengaruhi oleh faktor distribusi pangan, lebih khusus padamusim gelombang permukaan air laut yang tinggi.

Page 16: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 16

D. PERTANAHAN;1) Sertifikasi Tanah untuk Rumahtangga miskian sebagai salah satu

dasar intervensi program pemerintah belum dilakukan secaraoptimal.

2) Masih banyak ditemukan sertifikat ganda untuk satu bidangtanah dan masih semrawutnya arsip pencatatan terhadapkepemilikan tanah di tingkat desa dan kabupaten/kota.

3) Pengelolaan aset tanah (reforma aset) yang meliputi redistribusitanah dan legalisasi aset yang meliputi tanah pada kawasanhutan yang dilepaskan, dan tanah hak, termasuk di dalamnyatanah HGU yang akan habis masa berlakunya dan tanahterlantar.

E. LINGKUNGAN HIDUP;1) Kualitas lingkungan hidup terutama untuk air sungai dan danau

yang berada dalam kondisi cemar berat belum ditangani secaraseerius.

2) Degradasi lingkungan akibat aktfitas ekonomi dankemasyarakatan, termasuk alih fungsi lahan yang semakin seringterjadi.

3) Rehabilitasi lahan kritis berjalan lambat dan belummenampakkan komiten serius dari pemerintah untukmerehabilitasi kawasan hutan yang terbakar ada tahun 2015akibat kemarau panjang.

4) Pengawasan terhadap illegal looging, illegal fishing dan illegalmining relative belum optimal

5) Masih lemahnya penegakan sanksi hukum terhadap pelanggarandibidnag pengelolaan leingkungan hidup.

F. ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL;1) Database kependudukan yang masih sangat lemah sehingga data

kependudukan belum menunjukan situasi yang sesungguhnya.Situasi ini ditunjukkan oleh masih banyak kartu tanda penduduk(KTP) ganda namun masih banyak penduduk yang belumterdaftar.

2) Diskriminasi baik berdasarkan status sosial maupun etnis dalampengurusan surat-surat yang terkait dengan kependudukan dancatatan sipil masih terjadi.

3) Migrasi penduduk dari daerah lain yang disebabkan olehketertarikan terhadap perkembangan ekonomi meningkat.

4) Tingkat kelahiran pada kelompok masyarakat yang berpendidikanrendah dan miskin masih tinggi.

5) Kelahiran di luar nikah sebagai akibat pergeseran nilai budayaterkait arus globalisasi makin meningkat.

Page 17: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 17

6) Porsi penduduk berusia lanjut meningkat sebagai akibatkeberhasilan mengendalikan tingkat kelahiran sehinggamembutuhkan jaminan sosial yang lebih besar.

7) Database kependudukan masih lemah sehingga masihmenimbulkan kendala dalam menetapkan target pembangunanpemerintah. Hal ini menjadi kendala dalam pencegahan,pemberantasan kejahatan dan terorisme.

G. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA;1) Kapasitas pemerintah desa dalam menyusun perencanaan dan

penganggaran masih rendah yang berakibat pada lemahnyapengelolaan dana desa untuk sebesar-besarnya kemakmuranrakyat.

2) Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorongketerkaitan desa-kota belum dilakukan secara spatial dantematik dalam mewujudkan dan mengembangkan sentraproduksi, sentra industri pengolahan hasil pertanian danperikanan, serta destinasi pariwisata sekaligus dalam upayameningkatkan akses transportasi desa dengan pusat-pusatpertumbuhan ekonomi lokal/wilayah, termasuk di wilayahtransmigrasi.

3) Ketersediaan sarana dan prasarana kawasan perdesaan diantaranya air bersih, listrik, sanitasi, dan jalan ke sentra-sentraproduksi pertanian pada beberapa daerah relatif sangat terbatas.

4) Belum terkoordinasinya penanganan kemiskinan perdesaansecara holistic. Upaya penanggulangan kemiskinan danpengembangan usaha ekonomi masyarakat desa belum optimaldalam mendukung ketersediaan sarana prasarana produksikhususnya benih, pupuk, pengolahan produk pertanian danperikanan skala rumah tangga desa, fasilitasi, pembinaan,maupun pendampingan dalam pengembangan usaha, bantuanpermodalan/kredit, kesempatan berusaha, pemasaran dankewirausahaan; sekaligus meningkatkan kapasitas masyarakatdesa dalam pemanfaatan dan pengembangan Teknologi TepatGuna Perdesaan.

H. PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA;1) Belum tercapainya target unmet needs di Provinsi Sulawesi Utara

pada tahun 2015.2) Belum ditetapkannya standar klinis pelayanan KB yang harus

diselesaikan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ataupunyang harus dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan TingkatLanjutan, termasuk tubektomi interval.

3) Belum terintegrasinya sistem informasi fasilitas kesehatan yangbekerja sama dengan BPJS Kesehatan dengan sistem informasimanajemen BKKBN. Hal ini perlu untuk memastikan setiapfasilitas kesehatan terdata dalam subsistem distribusi alat

Page 18: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 18

kontrasepsi dan pencatatan serta pelaporan pelayanankontrasepsi.

4) Komitmen dan tindaklanjut terhadap pelaksanaan kampung KByang mempromosikan dan melaksanakan manajemen keluargaberencana secara holistic masih belum optimal.

5) Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan kesehat-an reproduksi yang merata dan berkualitas, baik antarsektormaupun antara pusat dan daerah, utamanya dalam sistem SJSNKesehatan, dengan menata fasilitas kesehatan KB;

6) Penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan ketersediaan alatdan obat kontrasepsi yang memadai di setiap fasilitas kesehatanKB dan kesehatan reproduksi serta jejaring pelayanan, yangdidukung oleh pendayagunaan fasilitas pelayanan kesehat-anuntuk pelayanan KB (persebaran fasilitas kesehatan pelayan-anKB, baik pelayanan KB statis maupun mobile/ bergerak);

7) Peningkatan pelayanan KB dengan penggunaan metode kontra-sepsi jangka panjang untuk mengurangi resiko drop-out, danpeningkatan penggunaan metode jangka pendek dengan membe-rikan informasi secara kontinyu untuk keberlangsungan ber-KBserta pemberian pelayanan KB lanjutan dengan mempertim-bangkan prinsip rasional, efektif, dan efisien. Disamping itu jugadilakukan peningkatan pelayanan pengayoman dan penangananKB pasca persalinan, pasca keguguran dan penanganankomplikasi dan efek samping.

8) Advokasi program kependudukan, keluarga berencana,dan pembangunan keluarga kepada para pembuat kebijakan,serta promosi dan penggerakan kepada masyarakat dalampenggu- naan alat dan obat kontrasepsi KB, baik dengankeutamaan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjangmaupun metode kontrasepsi jangka pendek dengan tetapmenjaga keberlangsungan pemakaian kontrasepsi

9) Peningkatan pengetahuan dan pemahaman kesehatan reproduksibagi remaja melalui pendidikan dan sosialisasi mengenaipentingnya Wajib Belajar 12 tahun dalam rangka pendewasaanusia perkawinan, dan peningkatan intensitas layanan KB bagipasangan usia muda guna mencegah kelahiran di usia remaja;

10) Pembinaan ketahanan dan pemberdayaan keluargamelalui kelompok kegiatan bina keluarga dalam rangkamelestarikan kesertaan ber-KB dan memberikan pengaruhkepada keluarga calon akseptor untuk ber-KB. Selain itu jugadilakukan penguatan fungsi keluarga dalam membentukkeluarga kecil bahagia dan sejahtera.

J. PERHUBUNGAN;1) Pertumbuhan jumlah kendaraan roda dua dan roda empat yang

tidak diikuti dengan peningkatan kuantitas dan kualitas saranajalan dan jembatan.

Page 19: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 19

2) Marka jalan belum memenuhi standar pelayanan minimum.3) Terjadinya kemacetan rutin di beberapa titik di hamper semua

kota di Sulawesi Utara.4) Belum memadainya sarana dan prasarana transportasi dan

keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda,5) Belum optimalnya penempatan transportasi laut sebagai

tulang punggung sistem logistik nasional yang seharusnya dapatdilakukan melalui pengembangan pelabuhan- pelabuhanberkapasitas tinggi dengan ditunjang fasilitas pelabuhan yangmemadai serta membangun short sea shipping/ coastal shippingpada jalur logistik nasional yang diintegrasikan dengan modakereta api dan jalan raya.

6) Pengembangan dan pengendalian jaringan lalu lintas angkutanjalan yang meliputi simpul transportasi jalan, jaringan pelayananangkutan jalan yang efisien dan mampu mendukung pergerakanpenumpang dan barang.

7) MAsih rendahnya kualitas dan kuantitas kemampuan SDMdan perlengkapan Search and Rescue (SAR) untuk pertolongandan penyelamatan korban kecelakaan transportasi terutamakecelakaan penerbangan dan pelayaran.

8) Belum dikelolanya percepatan penyelenggaraan kegiatan-kegiatanprioritas konektivitas ASEAN dalam kerangka penguatankonektivitas nasional

9) Masih rendahnya tingkat keselamatan dan keamananpenyeleng- garaan pelayanan transportasi serta pertolongan danpenyelamatan korban kecelakaan transportasi.

10) Belum optimalnya ketersediaan layanan transportasi sertakomunikasi dan informatika di perdesaan, perbatasan negara,pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya

11) Belum tersosialisasinya rencana pembangunan jarringan keretaapi pada masyarakat terdampak pembangunan rel kereta api.

K. KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA;1) Penggunaan e-government masih rendah.2) Data base pemerintah daerah relatif belum memadai.3) Pemanfaatan teknologi informasi yang terintegrasi masih lemah.4) Aplikasi e-Government yang Government to Government (G2G),

Government to Business (G2B) dan Government to Customersbelum tersedia termasuk infrastruktur bersama yaitujaringan komunikasi pemerintah yang aman (secured governmentnetwork) serta fasilitas pusat data dan pusat pemulihan datayang terkonsolidasi.

5) Belum tersedianya layanan e-Government secara holistik dandikelolanya data sebagai aset strategis

6) Belum seluruh pegawai pemerintah Sulawesi Utara memilikipenguasaan komprehensif tentang TIK.

Page 20: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 20

L. KOPERASI, USAHA KECIL, DAN MENENGAH;1). Sulitnya akses permodalan usaha koperasi dan UMKM.

2). Lemahnya kompetensi pengurus koperasi untuk memaksimalkanpencapaian target usaha.

3). Masih rendahnya akses terhadap kemudahan, kepastian danperlindungan usaha.

M. PENANAMAN MODAL;1). Prosedur perijinan investasi yang masih belum kondusif untuk

meningkatkan daya saing investasi.

2). Menurunnya daya saing Provinsi Sulawesi Utara pada dua tahunterakhir yang diakibatkan oleh menurunnya minat investor untukmenanamkam modalnya di provinsi nyiur melambai.

N. KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA;1) Sarana dan prasarana olahraga belum tersedia secara memadai.2) Institusi-institusi yang membawahi cabang-cabang olahraga

belum terkelola secara memadai.3) Prestasi olahraga atlit Sulawesi Utara yang cenderung menurun.4) Minat berolahraga masyarakat Sulawesi Utara yang masih rendah

karena belum menyadari bahwa olahraga adalah salahsatuperilaku hidup bersih dan sehat.

5) Lembaga-lembaga kepemudaan belum berjalan dengan baik.

O. STATISTIK;1) Belum optimalnya ketersediaan data dasar dan data sektoral

yang update an akurat sebagai dasar pengambilan kebijakan.2) Belum terintegrasinya data dan informasi pembangunan Sulawesi

Utara disertai kemudahan akses dan distribusinya.

P. KEBUDAYAAN;1) Pendidikan menyangkut pengetahuan tentang kebudayaan lokal

(tarian daerah, musik tradisional dan bahasa daerah) belumterakomodasi secara memadai dan merata dalam kurikulummuatan lokal di sekolah-sekolah.

2) Paguyuban-paguyuban yang dibentuk oleh masyarakat ataupunorganisasi kemasyarakatan untuk mengangkat kebudayaandaerah dan melakukan penyajian kebudayaan lokal secara rutinmasih sangat minim.

3) Minat generasi muda untuk menggali, mengelola dnamelestarikan kekayaan budaya dan kearifan local relative

Page 21: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 21

rendah. Hal ini ditunjukkand engan semakin sulitnya anak-anakmenggunakan bahasa daerah, mencintai kuliner asli dan budayaseni keadaerahan.

Q. PERPUSTAKAAN;1) Menurunnya minat baca masyarakat2) Kurang terorganisirnya perpustakaan sesuai dengan aturan

kearsipan.3) Belum optimalnya ketersediaan buku yang update dan jumlah

yang memadai

Page 22: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 22

4.1.3. URUSAN PILIHAN

A. KELAUTAN DAN PERIKANAN;1) Luasnya wilayah territorial dan ZEEI Sulut serta banyaknya

pulau-pulau dan berbatasan dengan Negara tetangga merupakanlahan subur untuk penangkapan ikan secara illegal danpengrusakan ekositim pesisir. Pengawasan menjadi kurangoptimal karena sarana pengawasan terbatas, kurang optimalnyaperan serta masyarakat dalam pengawasan, kurangnyakoordinasi lintas sector.

2) Dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan, masihterdapat kegiatan illegal fishing akibat kemampuan pengawassumberdaya kelautan dan perikanan masih lemah, penyediaansarana dan prasarana pengawas belum memadai.

3) Pelanggaran lintas batas oleh nelayan tradisional karenaberbatasan dengan Negara tetangga philipina dan kejelasanperbatasan wilayah dengan Negara tetangga yang belumterselesaikan serta ABK nelayan yang status kewarganegaraantidak jelas

4) Sumberdaya ikan cenderung mengalami degradasi utamanya diperairan pantai. Beberapa factor yang menyebabkan penurunanterkait dengan degradasi kualitas lingkungan pesisir, termasukoleh aktivitas manusia yang menimbulkan pencemaran dankerusakan perairan seperti penggunaan alat tangkap yangdirekomendasikan, metode penangkapan yang merusaklingkungan (bom, racun, listrik, obat bius, dll)

5) Produktivitas nelayan masih tergolong rendah disebabkanarmada perikanan masih didominasi oleh kapal berukuran kecilyaitu perahu tanpa motor, motor temple dan kapal motor ukuran0,5-3 GT. Juga kelemahan dari nelayan yang hanya mampumelakukan penangkapan ikan one day fishing, tingginya tingkatkehilangan mutu ikan karena belum menerapkan sistim rantaidingin, keterbatasan dalam memanfaatkan dana perbankan.

6) Fasilitas pendukung berupa prasarana pelabuhan dan BalaiBenih Ikan yang masih terbatas dan belum memadai, sehinggaperlu investasi baik Pemerintah maupun swasta untukmelengkapi fasilitasnya.

7) Dalam pengembangan perikanan budidaya, masih dihadapkanpada implementasi kebijakan tata ruang dan rencana zonasiwilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, terbatasnya ketersediaandan distribusi induk dan benih unggul, kesiapan dalammenanggulangi hama dan penyakit, bahan baku pakan sertatingginya harga pakan.

8) Rendahnya produktivitas perikanan budidaya disebabkan karenastruktur pelaku usaha perikanan budidaya adalah skalakecil/tradisional dengan keterbatasan aspek permodalan,jaringan teknologi dan pasar, juga serangan hama dan penyakit

Page 23: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 23

ikan serta adanya pencemaran yang mempengaruhi kualitaslingkungan perikanan budidaya.

9) Pengembangan sistim jaminan kesehatan mutu dan keamananhasil perikanan harus selaras dengan persyaratan dan ketentuanInternasional sehingga mampu meningkatkan daya saing hasilperikanan dalam era perdagangan global.

10) Kesejahteraan pelaku usaha perikanan merupakan salah satupilar penting dalam penigkatan daya saing bangsa.Permasalahan yang dihadapi adalah belum adanya perlindunganterhadap pelaku usaha UMK untuk meningkatkan daya saingmelalui sinergi lintas sektor, perlindungan terhadap pasardomestic dan sertifikasi produk perikanan.

11) Aktivitas pemanfaatan suberdaya kelautan dan perikanan tidakterlepas dari keberadaan potensi bencana alam dan dampakperubahan iklim seperti kenaikan muka air laut, intrusi air lautke daratan, peningkatan dan perubahan intensitas cuaca ekstrim.Oleh karena itu penyiapan kapasitas masyarakat untukmelakukan berbagai upaya mitigasi bencana dan adaptasidampak perubahan iklim sangat diperlukan

12) Wilayah pesisir memiliki potensi kerusakan pesisir berupakerusakan ekosistim, abrasi, sedimentasi, pencemaran sehinggadiperlukan berbagai upaya rehabilitasi ekosistim, pengendalianpencemaran dan upaya revitalisasi diantaranya melaluireklamasi yang terkendali.

B. PARIWISATA;1) Masih rendahnya kunjungan wisatawan mancanegara melalui

pintu masuk bandara Internasional Sam Ratulangi2) Belum diselesaikannya Rencana Induk Pariwisata daerah sebagai

roadmap pengembangan pariwisata sesuai dengan RencanaInduk Pengembangkan Industri Nasional (RIPIN) dan KawasanStrategis Pariwisata Nasional (KSPN).

3) Belum optimalnya utilitas dan infrastruktur pariwisata sesuaistandar internasional di berbagai destinasi pariwisata.

4) Belum terbangunnya Destinasi Pariwisata yang berdayasaingmelalui terutama : (a) wisata alam terdiri dari wisata bahari,wisata petualangan dan wisata ekologi; (b) wisata budaya yangterdiri dari wisata heritage dan religi, wisata kuliner dan belanja,dan wisata kota dan desa; dan (c) wisata buatan

5) minat khusus yang terdiri dari wisata Meeting IncentiveConference and Exhibition (MICE) & Event, wisata olahraga, danwisata kawasan terpadu; (2) meningkatkan citra kepariwisataandan pergerakan wisatawan nusantara; (3) Tata KelolaDestinasi; serta (4) Pemberdayaan masyarakat di destinasipariwisata

Page 24: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 24

C. PERTANIAN;

1) Lahan Pertanian

Keberlanjutan sektor pertanian–tanaman pangan tengahdihadapkan pada ancaman serius, yakni luas lahan pertanianyang terus menyusut akibat konversi lahan pertanian produktifke penggunaan non-pertanian yang terjadi secara masif. Kinilahan sawah lebih menguntungkan untuk dijadikan sebagai realestate, pabrik, atau infrastruktur untuk aktivitas industri lainnyadaripada ditanami tanaman pangan. Laju konversi lahan sawahsangat tinggi sementara kemampuan pemerintah dalampencetakan sawah baru terbatas. Upaya pengendalian terhadapterjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian tanamanpangan secara efektif dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian PanganBerkelanjutan (PLP2B) dan Peraturan Pemerintah pendukungnya.Namun pada kenyataannya konversi lahan pertanian keperumahan dan industri terus berlangsung. Ditambah lagidengan permasalahan penurunan kualitas lahan pertanian danluasan kepemilikan lahan pertanian yang sempit.

2) Infrastruktur Pertanian.

Salah satu prasarana pertanian yang saat ini sangatmemprihatinkan adalah jaringan irigasi. Kurangnyapembangunan waduk dan jaringan irigasi baru serta rusaknyajaringan irigasi yang ada mengakibatkan daya dukung irigasi bagipertanian sangat menurun. Kerusakan ini terutama diakibatkanbanjir dan erosi, kerusakan di daerah aliran sungai, sertakurangnya pemeliharaan irigasi hingga ke tingkat usahatani.Selain itu, masih terbatasnya jalan usahatani, jalan produksi,pergudangan berpendingin udara, laboratorium dan kebunpercobaan bagi penelitian, laboratorium pelayanan uji standardan mutu, pos dan laboratorium perkarantinaan, kebun dankandang penangkaran benih dan bibit, klinik konsultasikesehatan tanaman dan hewan, balai informasi dan promosipertanian, balai-balai penyuluhan serta pasar-pasar yang spesifikkomoditas.

3) Perbenihan/Perbibitan

Benih merupakan sarana penting bagi usaha di bidang pertanian,apabila benih/ bibit yang tersedia tidak baik atau palsu makahasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selainitu, pengadaan benih belum sesuai dengan musim tanam,biasanya benih sampai dilokasi setelah musim tanam dankadangkala benih sudah kadaluarsa. Kondisi dikarenakan

Page 25: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 25

infrastruktur dan system perbenihan sulit berkembang karenamemerlukan investasi yang cukup besar. Sementara untukpermasalahan pembibitan ternak yang dihadapi saat ini adalah :(1) jumlah bibit ternak belum terpenuhi; (2) kualitas bibit masihrendah; (3) pelaku usaha pembibitan masih kurang respon dalampembibitan; (4) pengurangan jumlah betina produktif akibatpemotongan betina produktif;(5) sumber pembibitan ternak masihmenyebar dengan kepemilikan rendah sehingga menyulitkandalam pembinaan dan pengumpulan; serta (6) kelembagaanpembibitan belum memadai.

4) Regulasi/Kebijakan

Pengembangan sektor pertanian yang bersandar padapengelolaan sumberdaya alam saat ini dihadapkan denganberbagai macam regulasi yang terkait dengan lingkungan. Selainitu, untuk mencapai sasaran yang diharapkan perlu regulasi dankelembagaan untuk mensinergikan upaya yang salingmendukung untuk pencapaian sasaran dimaksud. Oleh karenaitu, regulasi dan kelembagaan dalam pembangunan pertanianmutlak diperlukan, sehingga tidak ada tumpang tindihkewenangan dan peraturan perundangan dari masing-masingKementerian/Lembaga. Regulasi juga diperlukan untukmelindungi pengembangan komoditas usaha di bidang pertanian.Pengembangan pertanian memerlukan dukungan agar terciptaiklim yang kondusif melalui formulasi kebijakan dan pengamanankebijakan fiskal dan moneter.Beberapa kebijakan Pemerintah yang ditetapkan belum berjalanefektif dan belum berpihak pada sektor pertanian, seperti HargaPembelian Pemerintah (HPP) gabah yang hanya sedikit di atasbiaya produksi, pengendalian harga penjualan (beras) agar tidakmemicu kenaikan inflasi.

5) Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia

Pendekatan kelembagaan telah menjadi strategi penting dalampembangunan pertanian. Pengembangan kelembagaan pertanianbaik formal maupun informal belum memberikan peran berarti diperdesaan. Hal ini disebabkan oleh peran antar lembagapendidikan dan pelatihan, Balai Penelitian dan Penyuluhan (BPP)belum terkoordinasi dengan baik. Fungsi dan keberadaanlembaga penyuluhan cenderung terabaikan. Koordinasi dankinerja lembaga keuangan perbankan perdesaan masih rendah.Koperasi perdesaan yang bergerak di sektor pertanian masihbelum berjalan optimum. Keberadaan lembaga-lembagatradisional di perdesaan belum dimanfaatkan secara optimal. Darisisi sumberdaya manusia, masih rendahnya kualitas sumberdayamanusia pertanian merupakan kendala yang serius dalam

Page 26: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 26

pembangunan pertanian, karena mereka yang berpendidikanrendah pada umumnya adalah petani yang tinggal di daerahpedesaan. Kondisi ini juga semakin diperparah dengan kurangnyapendampingan penyuluhan pertanian. Di sisi lain, bagi merekayang telah mengenyam pendidikan formal tingkat menengah dantinggi, mereka kurang tertarik bekerja dan berusaha di pertanian

6) Permodalan.Permodalan petani merupakan faktor yang mendukungkeberhasilan pengembangan usahatani. Berbagai upaya telahdilakukan pemerintah dengan mengembangkan skema kreditdengan subsidi suku bunga sehingga suku bunga beban petanilebih rendah seperti Kredit ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) dan skema kreditdengan penjaminan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Namundemikian skema kredit tersebut belum mampu mengatasipermodalan petani dan dukungan perbankan belum memberikankontribusi yang optimal bagi petani. Hal ini disebabkan antaralain sumber dana sepenuhnya dari bank dan risiko ditanggungbank, oleh karena itu perbankan menerapkan prudentialperbankan. Dampak dari penerapan prudential perbankandirasakan petani seperti sulinya akses permodalan, persyaratanyang dianggap rumit dan waktu yang lama, masih diperlukanjaminan tambahan yang memberatkan petani berupa sertifikatlahan, terbatasnya informasi petani mengenai keberadaan skemakredit.

D. KEHUTANAN;

1). Terjadinya pemanfaatan hutan yang eksploitatif dan diperparaholeh adanya praktik pembalakan liar yang terjadi untukmemenuhi permintaan pasar;

2). Belum optimalnya pemanfaatan jasa lingkungan hutan dalampengelolaan kehutanan secara holistic;

3). Berkurangnya kawasan hutan yang menyebabkan terjadinyakesenjangan antara pasokan dan kebutuhan bahan baku industri;

4). Adanya praktik penebangan liar pada hutan di daerah hulu yangmenimbulkan dampak pada keseimbangan ekosistem dalamtatanan daerah aliran sungai (das), yang menyebabkan timbulnyabencana tanah longsor dan banjir pada musim hujan dankekeringan pada musim kemarau, yang pada akhirnyaberpengaruh terhadap kepentingan sektor lainnya sepertipertanian dan energi;

5). Masih terfokusnya pemanfaatan hutan pada produk kayu, yangnilainya hanya sekitar 7 persen dari total nilai hutan, sedangkannilai tambah hasil hutan bukan kayu seperti air, udara bersih,

Page 27: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 27

keanekaragaman hayati, dan keindahan alam belumdimanfaatkan secara optimal untuk mendukung perekonomian;

6). Masih rendahnya pendapatan dan kualitas hidup masyarakatyang hidup di dan sekitar kawasan hutan;

7). Lebih berorientasinya pemanfaatan hutan pada keuntunganjangka pendek dan rendahnya kesadaran akan prinsipkelestarian, yang mengakibatkan pengelolaan hutan belumberjalan secara berkelanjutan.

E. ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL;1) Tantangan pengelolaan ESDM sebagai akibat perubahan

kewenangan penanganan energi dan sumberdaya mineral olehUndang-Undang 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah.Kewenangan provinsi atas pengelolaan pertambangan, energi dansumberdaya mineral yang berpindah dari Kabupaten kota keProvinsi sesuai Undang-Undang 23 tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah.

2) Rehabilitasi dan konservasi area pertambangan yang masihhasrus dioptimalkan.

3) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pengusahaan panasbumi yang merupakan energi bersih dan aman sehingga timbulpenolakan terhadap beberapa proyek panas bumi

4) Tantangan pengembangan energi air, angin dan surya, antaralain: Investasi energi terbarukan masih tinggi dan harganyabelum mencapai keekonomian, sehingga pangsa usahany sulitbersaing dengan energi konvensional yang masih di-subsidi.

5) Ketersediaan energi listrik yang masih belum dapat memenuhikebutuhan dasar rumahtangga dan bisnis di Provinsi SulawesiUtara.

6) Tingkat kesadaran hemat energi bagi pengguna masih rendah.7) Sistem pendanaan investasi program energi efisiensi & konservasi

energi belum memadai;8) Insentif untuk pelaksanaan energi efisiensi dan konservasi energi

belum memadai sementara Disinsentif untuk pengguna energiyang tidak melaksanakan efisiensi energi dan konservasi energibelum dilaksanakan secara konsisten;

9) Daya beli teknologi/peralatan yang efisien/hemat energi masihrendah;

10) Kurangnya koordinasi antar instansi dalam menyusun peraturanteknis yang mengatur kewajiban pelaksanaan konservasi energi.

11) Pengetahuan dan pemahaman terhadap manfaat konservasienergi masih terbatas;

F. PERDAGANGAN;1. Masih lemahnya Penguatan Pasar Dalam Daerah dan Nasional.2. Masih lemahnya Perebutan Pangsa Pasar Ekspor.

Page 28: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 28

3. Sarana dan prasarana kegiatan distribusi yang meliputipergudangan, pengemasan, transportasi untuk bahan pokok danbahan strategis untuk perdagangan domestik maupuninternasional belum memadai.

4. Akses pasar, baik domestik maupun internasional, darikomoditas-komoditas unggulan relatif masih terbatas.

5. Masih adanya regulasi yang menghambat kegiatan perdaganganantara lain pungutan kabupaten/kota terhadap kegiatantransportasi.

6. Promosi komoditas unggulan Sulawesi Utara masih belumoptimal.

7. Data mengenai kegiatan perdagangan masih belum akurat.8. Belum diaturnya perdagangan lintas batas.9. Belum adanya kerjasama dan sosialisasi tentang Sulawesi Utara

sebagai pintu gerbang kepada propinsi-propinsi tetangga, pelakubisnis .

10. Belum optimalnya peran sektor swasta dan asosiasi-asosiasibinsis dalam menunjang perdagangan.

11. Belum adanya badan kerjasama internasional bidangperdagangan.

12. Belum optimalnya kerjasama sub-regional yang menunjangkegiatan perdagangan antar negara

13. Belum optimalnya kerjasama badan-badan kerjasama antaradaerah.

14. Belum optimalnya pemanfaatan Sekretariat Coral TriangleInitiative (CTI) sebagai wadah untuk meningktakan kerjasamaperdagangan antar negara yang memiliki wilayah laut.

15. Barang dan jasa yang dihasilkan di Sulawesi Utara masih jauhdari kebutuhan konsumen yang mengakibatkan Sulawesi Utaramemiliki posisi sebagai net-importer, yaitu lebih banyakmemasukan barang dan jasa dari luar provinsi dibandingkanekspornya ke daerah yang lain atau ke luar negeri.

16. Masih terbatasnya infrastruktur di daerah kepulauan yangmenyebabkan distribusi barang menjadi terhambat yang padagilirannya terjadi disparitas harga jual secara signifikan antardaerah terutama dengan daerah kepulauan.

17. Masih adanya pungutan liar dalam pengangkutan barangsehingga menimbulkan beban tambahan pada perusahaan yangpada gilirannya terjadi kenaikan harga barang.

G. PERINDUSTRIAN;1. Masih lemahnya Daya Saing Industri daerah.2. Belum terlaksananya ketersediaan Lahan Pengembangan

Kawasan Industri 2,000 Ha. dan Reklamasi 300 Ha. di lokasiKawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Page 29: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 29

3. Agroindustri yang diharapkan dapat memberikan nilai tambahbagi komoditas-komoditas unggulan Sulawesi Utara belumberkembang sebagaimana yang diharapkan.

4. Teknologi pasca panen termasuk pengemasan belumdimanfaatkan secara memadai.

5. Masih terbatasnya produk turunan komoditas-komoditasunggulan Sulawesi Utara terutama kelapa.

6. Industri pengolahan yang ada belum variatif dan inovatif.7. Permasalahan terkait dengan pemilikan tanah untuk lahan

industri.8. Belum adanya investor yang serius untuk membuka suatu

kawasan industri pengolahan di Sulawesi Utara.9. Terbatasnya dana pemerintah daerah untuk pembebasan tanah

maupun pembangunan kawasan industri.10. Masih adanya pungutan liar saat pengangkutan bahan baku dan

barang jadi serta dalam operasi perusahaan.11. Masih berbelitnya pengurusan izin yang dihadapi pengusaha.12. Keterbatasan dalam pasokan energi listrik sehingga perusahaan

menanggung biaya energi yang besar.13. Terbatasnya jumlah pabrik pengolahan untuk memproduksi

produk turunan komoditas unggulan, seperti kelapa, pala,cengkih, jagung, dan hasil laut mengakibatkan rendahnya nilaitambah yang dinikmati Sulawesi Utara atas hasil komoditas-komoditas unggulannya.

H. TRANSMIGRASI1. Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP) oleh

Kabupaten/Kota sering mengabaikan penyelesaian legalitas lahandan persetujuan masyarakat, sehingga berpotensi menjadimasalah hukum atas kepemilikan lahan.

2. Adanya Pembangunan Permukiman Transmigrasi belummemenuhi kriteria clean and clear status lahannya, sehinggaterhambat dalam pembangunan sarana/prasarana pada lokasipermukiman transmigrasi yang baru maupun dalam perpindahandan/atau penempatan, antara lain lokasi Wioi KabupatenMinahasa Tenggara dimana Lahan Usaha I dan II yangdiperuntukkan bagi penempatan transmigrasi Tahun 2009 belumdiberikan kepada warga transmigrasi serta untuk penempatantransmigrasi Tahun 2010 yang diluncurkan Tahun 2011 belumjuga tersedia Lahan Usaha I dan II dimaksud. Disamping itu jugaPembangunan Transmigrasi Baru di Desa Matongkad KabupatenBolaang Mongondow Timur belum adanya penyerahan hakkepemilikan atas tanah dari masyarakat kepada Pemerintahuntuk dijadikan pembangunan transmigrasi baru serta RumahTransmigrasi dan Jamban Keluarga (RTJK) yang dibangun baru30% sehingga untuk penempatan belum dapat dilaksanakan.

Page 30: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 30

3. Banyaknya Tuntutan Ganti Rugi Tanah atas lahan transmigrasioleh masyarakat.

I. PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

1. Pola pikir petani/nelayan yang cenderung kearah Sub Sistem,belum berwawasan agribisnis

2. Sektor Pertanian, perikanan dan kehutanan kurang menarik bagigenerasi muda, sementara banyak petani yang ada sekarangsudah berusia lanjut.

3. Rendahnya nilai jual komoditi andalan Sulawesi Utara sepertikopra, cengkeh, dan pala.

4. Belum adanya Pos Penyuluhan Desa (POSLUHDES) di setiap Desa5. Kurangnya tenaga penyuluh di lapangan6. Relatif rendahnya kapasitas penyuluh pertanian, perikanan dan

kehutanan, serta masih kurangnya kemauan dan kemampuanpetani untuk menggunakan teknologi pertanian yang lebih maju.

7. Rendahnya kemampuan Poktan dan Gapoktan dalam mengaksesInformasi Teknologi, permodalan dan pemasaran

8. Rendahnya posisi tawar petani dalam memasarkan hasilproduksinya.

9. Kurangnya irigasi untuk mengatur ketersediaan dan penyaluranair untuk pertanian.

10. Bertambahnya pemukiman dan aktivitas ekonomi yangmempersempit lahan untuk pertanian.

11. Masih setingginya ketergantungan pada pupuk anorganik danpestisida sehingga mengurangi tingkat kesuburan tanah.

12. Ketergantungan petani yang cukup tinggi terhadap programbantuan pemerintah sehingga kurang memiliki kemandirian dandaya juang yang tinggi.

13. Masih rendahnya pengetahuan dan kemauan masyarakat dalammemanfaatkan limbah-limbah hasil pertanian untuk mengasilkanproduk-produk yang bernilai tambah.

14. Data luas lahan dan jumah produksi masih belum akurat.15. Masih banyak alih fungsi atau konversi lahan yang tidak merata.16. Ketersediaan serta akses petani atas saprodi masih belm

mamadai.17. Keterbatasan modal di kalangan petani.18. Peremajaan tanaman perkebunan belum dilakukan secara

optimal sehingga kebanyakan tanaman-tanaman tersebutberumur tua sehingga dapat mempengaruhi prodiktivitas hasilperkebunan di masa mendatang.

19. Penyakit tanaman perkebunan belum tertanggulangi secara baik.20. Animo petani untuk beternak masih kurang dan hama penyakit

ternak relatif tinggi.

Page 31: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 31

21. Masih rendahnya produksi daging untuk memenuhi kebutuhanlokal.

22. Masih terbatasnya industri yang mendukung pengelolaan produkturunan dari komoditas pertanian, perkebunan dan peternkan.

23. Belum optimalnya sinergitas program pemerintah daerah dengaprogram nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan(food security),Masih kurangnya program-program penunjangketahanan dan keamanan pangan.

24. Masih kurangnya hasil-hasil penelitian dibidang pertanian,peternakan dan perkebunan.

25. Masih rendahnya kesejahteraan penyuluh.26. Belum optimalnya penetapan klaster komoditas unggulan.27. Belum optimalnya pelaksanaan program-program yang menjamin

ketersediaan pangan, pangan dan papan secara berkelanjutan.28. Masih kurangnya akses pemasaran hasil-hasil pertanian dan

perikanan.29. Masih kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan agribisnis

bidang pertanian dan perikanan.30. Masih kurangnya intensifikasi penyuluhan pertanian, perikanan,

peternakan dan kehutanan.

Pembangunan sumber daya kehutanan di Sulawesi Utara mengalamibeberapa permasalahan sehingga hasil pembangunan yang dicapaiuntuk sektor tersebut belum optimal.Permasalahan-permasalahan tersebut diperkirakan masih terjadisehingga 2015 di mana diantaranya berikut ini.

1. Masih terjadinya alih fungsi kawasan hutan untuk kepentinganlain yang dilakukan secara ilegal.

2. Masih kurangnya pemberdayaan masyarakat yang bermukimsekitar hutan.

3. Masih sering terjadi perambahan hutan secara ilegal (illegallogging).

4. Berkurangnya ketersediaan sumber air karena erosi yangmerupakan dampak perusakan hutan dan perubahan iklimyang tidak menentu.

5. Penebangan hutan secara tidak terencana dan kadangkalailegal yang menyebabkan berkurangnya areal dan produksihutan.

6. Masih lemahnya penegakan hukum yang berkaitan denganpengalaman hutan. Sealin itu, penegakan perlindungan dankonservasi sumber daya alam yang melibatkan adat, organisasiprofesi, institusi akademik dan instansi teknis yangmengawinkan kekuatan kearifan lokal dan teknologi terkini,masih sangat minim dilakukan.

7. Belum konsistennya usaha pemulihan cadangan sumber dayahutan dan yang terkait hutan(hutan,tanah, dan air)

8. Bertambahnya pemukiman dan aktivitas ekonomi di kawasanlindung (hutan).

Page 32: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 32

9. Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya hutan yangberorientasi pada keseimabangan ekologi, pembangunanekonomi, dan kompatibilitas sosial budaya.

Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan tidak terlepas dariberbagai permasalahan. Permasalahan yang dihadapi saat ini dan dapatberlangsung hingga 2015 adalah sebagai berikut.

1. Kurangnya perbaikan dan pembenahan kawasan konservasiuntuk menjaga kelestariannya serta melakukan berbagai upayayang diperlakukan agar kawasan-kawasan tersebut menjadikawasan konservasi dunia.

2. Masih sering terjadi penangkapan ikan secara ilegal (illegalfishing), sementara Fishing ground semakin jauh dan terbatas.

3. Penggunaan teknologi perikanan tangkap dan budidaya (daratdan laut) yang lebih maju masih sangat terbatas.

5. Pemanfaatan daerah-daerah pesisir untuk kegiatan budidayabelum optimal.

6. Sulitnya memperoleh bibit unggul untuk budidaya perikanandarat dan laut.

7. Masih sulitnya akses nelayan terhadap sumber-sumberpermodalan.

8. Masih terdapat keluhan nelayan mengenai pungutan-pungutanliar oleh oknum-oknum tertentu di laut.

9. Produk turunan dari komoditas perikanan dan kelautan yangdihasilkan oleh kegiatan manufaktur di Sulawesi Utara.

10. Cara penangkapan ikan yang merusak kehidupan laut danmengancam ketersediaan sumber-sumber ekonomis laut dimasa mendatang.

12. Pencemaran laut dan sungai yang disebabkan oleh limbahrumah tangga dan kegiatan usaha sehingga mengurangi jumlahikan dan fauna lainnya serta menyebabkan berbagai penyakitpada manusia yang mengkonsumsinya.

13. Klaim perbatasan laut dengan negara-negara tetangga yangmenimbulkan ketidaknyamanan nelayan untuk melaut lebihjauh.

14. Masih rendahnya minat nelayan untuk pengembangan budidaya pesisir.

15. Sering terjadi perubahan harga BBM yang menyebabkanmasalah bagi modal kerja nelayan.

16. Modal Usaha Nelayan dan Pembudidaya Ikan masih terbatas.17. Tenaga Penyuluh Perikanan masih terbatas.18. Kawasan Konservasi Laut Daerah belum dikelola secara

optimal.19. Pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang

belum optimal.

Page 33: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 33

J. PERENCANAAN1. Belum sinkron dan konsistennya dokumen perencanaan antar

SKPD dengan dokumen perencanaan di tingkat kabupaten/kota.2. Belum terbangunnya sistim perencanaan elektronik yang

membantu mendorong penyelenggaraan perencanaan yang akurat,update, sinkron dan terintegrasi.

3. Perlunya peningkatan kualitas sumberdaya manusia perencana ditingkat provinsi dan kabupaten kota, terutama tenaga fungsionalperencana dan peneliti.

4. Belum optimalnya partsipasi public dalam perencanaan yangditandai dengan kurangnya kontribusi public dalampenyelenggaraan musrenbang baik ditingkat kecamatan,kabupaten sampai ke tingkat provinsi.

5. Belum optimalnya akses informasi terkait dengan perencanaanpembangunan daerah sebagaimana dipersyaratkan dalam SistimInformasi Perencanaan Daerah (SIPD)

K. KEUANGAN1. Masih lemahnya kualitas sumberdaya aparatur dalam upaya

peningkatan kinerja pengelolaan keuangan daerah yangtransparan dan akuntabel dalam upaya memperoleh opini WajarTanpa Pengecualian (WTP) melalui peningkatan kualitassumberdaya aparatur

2. Perlunya penguatan, penataan sistem dan prosedur pengelolaankeuangan daerah, peningkatan efektivitas Sistem PengendalianIntern (SPI),

3. Perlunya ketegasan dalam memberi sanksi kepada pejabat yangmelakukan tindakan melanggar ketentuan perundang-undangandibidang pengelolaan keuangan daerah;

4. Belum optimalnya penerapan Standar Akuntasi Pemerintahan(SAP) berbasis Akrual melalui penataan kelembagaan, sertapenyesuaian dan penerbitan regulasi tentang kebijakan dansystem akuntansi pemerintah daerah.

5. Belum optimalnya pengelolaan barang milik daerah khususnyadalam rangka mewujudkan tertib administrasi barang milikdaerah agar menjadi bagian dalam upaya mempertahankan opiniWTP dari BPK.

L. KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

1. Masih belum optimalnya pelaksanaan pekerjaan ASN diakiibatkanoleh lemahnya profesionalisme aparatur Sipil Negara dikaitkandengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja.

2. Masih belum optimalnya disiplin ASN dalam apelaksanaanpekerjaan untuk mencapai target kinerja pemerintahan daerah

3. Masih lemahnya penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi bagiaparatur yang melaksanakan setiap bidang dan sub-sub bidangurusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah

Page 34: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 34

Provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota;4. Masih lemahnya p Pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi

bagi aparatur pemerintahan Daerah guna memastikanpenguasaan kompetensi kerja pada bidang, sub bidang dan subsub bidang urusan pemerintahan;

5. Belum terbentuknya lembaga sertifikasi profesi pemerintahandaerah (LSP-Pemda) cabang provinsi sebagai unit non strukturalyang akan melaksanakan uji kompetensi dan sertifikasikompetensi di daerah;

6. Masih perlunya Peningkatan kemampuan tenaga pengajar danpengelola diklat dalam menyelenggarakan diklat berbasiskompetensi;

7. Belum optimalnya Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatandiklat di pusat dan daerah bagi kepala daerah, DPRD, dan PNS,untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan, politik danpenerapan SPM di daerah.

N. INSPEKTORAT

1. Masih lemahnya Pengawasan Penyelenggaraan PemerintahanDaerah, Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

2. Masih perlunya peningkatan kualitas APIP dalam melakukanpengawasan dokumen perencanaan pembangunan danpenganggaran daerahbeserta perubahannya melalui kegiatanreviu dokumen RPJMD, RKPD, RENJA-PD dan RKA PD agarkonsistensi dan keselarasan antar dokumen serta penerapankaidah-kaidah perencanaan dan penganggaran daerah dapatterjamin.

3. Masih perlunya penguatan pengawasan keuangan dan asetdaerah melalui audit keuangan, reviu laporan keuangan setiapsemester serta monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran,sehingga secara bertahap dan konsisten tercipta akuntabilitasdan tata kelola pengelolaan keuangan yang baik.

4. Perlunya peningkatan pengawasan pengadaan/jasa melaluimonitoring dan evaluasi kesesuaian pelaksanaan kontrak denganrencana yang telah di tetapkan, sehingga pelaksanaan pengadaanbarang/jasa dapat di percepat dan tidak terjadi penumpukanbelanja di triwulan IV. Hal ini sesuai dengan Instruksi PresidenNomor 1 Tahun 2015 tentang percepatan pelaksanaan pengadaanbarang/jasa pemerintah.

5. Masih perlunya peningkatan pngawasan pelaksanaan urusanpemerintahan daerah oleh Perangkat Daerah yang dilakukanJabatan Fungsional Pengawas urusan penyelanggaranpemerintahan daerah agar lebih dioptimalkan sehingga capaianSPM dan NSPK masing-masing urusan dan kualitas layananpemerintahan daerah secara konsisten dapat lebih baik. Hal inisesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentangPemerintahan Daerah.

6. Perlunya pningkatan kapasitas APIP secara bertahap sehinggadapat berperan sebagai garda depan dalam upaya pencegahankorupsi di internal Pemerintahan Daerah dan berada pada level 3

Page 35: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 35

(tiga) di Tahun 2019, melalui penguatan pada area peran danlayanan, pengeloalaan SDM, praktek pengawasan, akuntabilitasdan manajemen kinerja, budaya dan hubungan organisasi sertastruktur tata kelola pengawasan.

7. Masih belum optimalnya pengawasan Reformasi Birokrasi melaluiasistensi, pendampingan dan penilaian pelaksanaan ReformasiBirokrasi di daerah termasuk di dalamnya pembentukan unitpengendalian gratifikasi, zona integritas dan Whistle BlowerSystem. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.

8. Perlunya Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut HasilPengawasan (TLHP) BPK dan Aparat Pengawas InternalPemerintah, sehinggga kelemahan sistem pengendalian internalpemerintah dan nilai kerugian negara/daerah dapat segeradiselesaikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan TanggungJawab Keuangan Negara.

Page 36: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 36

4.2. ISU STRATEGIS

A. ISU INTERNASIONAL DAN REGIONALa) Gejolak Perekonomian Global

Tren perdagangan global ke depan tidak saja hanya dipengaruhi olehperanan perdagangan barang, tetapi juga oleh perdagangan jasa yangdiperkirakan akan terus meningkat dan menjadi bagian penting dari mesinpertumbuhan global. Perkembangan jaringan produksi regional dan globalyang mendorong peningkatan intra-industry trade antar negara pemasok,akan menjadi alasan utama terjadinya peningkatan perdagangan jasa antarnegara. Hal ini tentunya karena salah satu peranan jasa adalah sebagai faktorpendukung dan penunjang proses produksi, seperti: jasa logistik dandistribusi, jasa transportasi, jasa keuangan, dan lain-lain.

Dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, gejolak ekonmi duniasemakin terkontraksi karena kepercayaan public terhadap komitmen UNIEropa menjadi menurun. Kondisi perekonomian global yang diwarnai denganekses gejolak krisis global dari krisis utang Yunani yang mengimbas pada UniEropa hingga Amerika dan akhirnya berdampak pada seluruh dunia. Krisisekonomi global tersebut memunculkan isu strategis Internasional yang antaralain meliputi:

a. Ketidakpastian mengenai pemulihan global. Perkembangan hinggatahun 2013 menunjukkan pemulihan ekonomi global yang tidaksesuai harapan, bahkan melambat. Situasi menjadi tidak pastikarena bergesernya lanskap ekonomi global.

b. Terkait ketidakpastian yang meluas seiring ketidaktegasan kebijakandi Amerika Serikat, baik penarikan stimulus kebijakan monetermaupun penyelesaian batas anggaran dan penghentian belanjapemerintah. Situasi yang berlarut ini memicu penilaian ulang resikoinvestor dan menimbulkan reaksi berlebih, akhirnya menimbulkangejolak di pasar global, termasuk RI.

c. Ketidakpastian perkembangan harga komoditas. Sejalan denganekonomi global yang lambat dan pasar keuangan global yangbergejolak, harga komoditas masih melanjutkan tren penurunannyasehingga mempertegas era siklus panjang harga komoditas.

d.Dalam kondisi perekonomia global yang tidak menentu/tidak pasti,pemerintah Indonesia masih akan mengandalkan komsumsi dalam negeri daninvestasi untuk mengenjot pertumbuhan ekonomi ini karena kontribusiekspor belum bisa diharapkan akibat permintaan global yang sedangmenurun.

Berkembangnya ketiga isu global tersebut tidak bisa dihindari dalamkerangka menurunkan kinerja ekonomi nasional Indonesia. Di tengahkuatnya pertumbuhan ekonomi domestik, kuatnya tekanan globalmengakibatkan neraca transksi berjalan juga akan mengalami tekanan.Terkait pengurangan stimulus fiskal (tappering off quantitatitive easing) oleh

Page 37: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 37

The Fed juga berpengaruh ke seluruh dunia. Hal ini akan membuat ekonominasional ditandai aliran modal asing yang keluar dan membuat rupiahtertekan tajam.

b). Lingkungan HidupIsu internasional lingkungan hidup adalah perubahan iklim dan

pemanasan gobal sebagai akibat dari peningkatan emisi gas kaca danberdampak pada keanekaragaman hayati, desertifikasi (degradasi lahan,lahan kering semakin gersang, kehilangan badan air, vegetasi dan kehidupanliar), kenaikan temperatur serta terjadi pergeseran musim. Untuk membatasipeningkatan suhu global perlu dilakukan penurunan emisi gas rumah kaca(GRK) oleh semua pihak, dengan catatan pelaksanaan di negara berkembangharus sesuai dengan usaha pembangunan ekonomi, sosial dan pengentasankemiskinan.

c). Sustainable Development Goals (MDG’s)

Dengan berakhirnya agenda MDGs, yaitu 2015, diskusi mengenaikerangka kerja pembangunan internasional pasca 2015 dimulai. Padapertemuan Rio +20 Summit, 192 anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB)memulai proses perancangan tujuan pembangunan berkelanjutan(sustainabled evelopment goals) yang berorientasi pada aksi, ringkas danmudah dikomunikasikan, jumlah terbatas, aspiratif, bersifat global secaraalamiah dandapat diterapkan pada semua negara dengan memperhatikanperbedaan kenyataan, kapasitas dan tingkat pembangunan sebuah negaradan menghargai kebijakan dan prioritas nasional.

Pada tanggal 30 Mei 2013, High Level Panel on the Post-2015Development Agenda mengeluarkan “A New Global Partnership: EradicatePoverty and Transform Economies through Sustainable Development,” sebuahlaporan yang menetapkan agenda universal untuk mengentaskan kemiskinanekstrim dari muka bumi pada tahun 2030, dan mewujudkan janjipembangunan berkelanjutan. Laporan ini mengajak seluruh warga duniauntuk bekerjasama dalam sebuah kemitraan global baru (New GlobalPartnership) yang menawarkan harapan dan peran bagi setiap orang dengantujuan pembangunan pasca 2015 untuk melakukan 5 pergeserantransformasi utama, yaitu:

- Tidak meninggalkan siapapun di belakang (nothing left behind).Setelah tahun 2015 dunia harus bergerak dari mengurangikemiskinan ke mengakhiri kemiskinan ekstrim, dalam segalabentuknya. Dunia perlu memastikan bahwa tidak ada satuorangpun-apapun etnis, gender, geografi, disabilitas, ras dan statuslainnya yang tidak mendapatkan kesempatan ekonomi dasar danhak asasi.

- Menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai inti. Duniaharus mengintegrasikan dimensi sosial, ekonomi dan lingkungandari keberlanjutan. Dunia harus bertindak sekarang untuk

Page 38: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 38

mengurangi laju perubahan iklim dan degradasi lingkungan, yangmenimbulkan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya bagimanusia.

- Transformasi ekonomi untuk penyediaan pekerjaan danpembangunan yang inklusif. Transformasi ekonomi yang mendalamdapat mengakhiri kemiskinan ekstrim dan meningkatkan matapencaharian, dengan memanfaatkan inovasi, teknologi dan potensibisnis. Semakin beragam kegiatan ekonomi,dan dengan kesempatanyang sama bagi semua orang, akan mewujudkan inklusi sosial,terutama bagi generasi muda, dan mendorong pola konsumsi danproduksi yang berkelanjutan.

- Membangun perdamaian dan kelembagaan yang efektif, terbukadan akuntabel bagi semua. Kebebasan dari konflik dan kekerasanadalah hak manusia yang paling mendasar, dan merupakan fondasipaling penting dalam membangun masyarakat yang damai dansejahtera. Pada waktu yang bersamaan, masyarakat di seluruhdunia berharap pemerintah bersikap jujur, akuntabel dan responsifterhadap permintaan mereka.

- Membina kemitraan global baru. Semangat kebersamaan,kerjasama dan akuntabilitas antar pihak harus menyokong agendapembangunan pasca 2015. Kemitraan baru harus dilandaskan padapemahaman bersama akan peri kemanusiaaan, berbasis padapengertian dan manfaat antar pihak.

d). Implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)Implementasi masyarakat ekonomi Asean yang telah dimulai tanggal 31

Desember 2015, ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan satu kesatuan basisproduksi, sehingga akan terjadi aliran bebas barang, jasa, investasi, modaldan tenaga kerja terampil di antara negara ASEAN. Hal ini menjadi peluangsekaligus tantangan yang perlu disiapan oleh bangsa Indonesia secara cermatdan terintegrasi. Kesiapan Indonesia perlu dilakukan di segala bidang secaramenyeluruh, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Edukasimasyarakat tentang peluang MEA 2015, peningkatan kualitas dan kuantitastenaga kerja Indonesia akan menjadi aset berharga bagi bangsa Indonesiauntuk meraih keberhasilan MEA 2015 bagi pembagunan nasional.

e). Penelaahan isu strategis RPJMD Provinsi Tetangga (ProvinsiGorontalo)

Keterkaitan permasalahan pembangunan Provinsi Sulawesi Utaradengan penetapan prioritas pembangunan provinsi Gorontalo dalam RPJMDProvinsi Gorontalo tahun 2012-2017 dapat diuraikan sebagai berikut:

- Interkonektifitas wilayah terkait dengan rencana pembangunan jalur relkereta api yang menghubungkan Makassar – Manado. Dalam kontekspembangunan jalur transportasi ini, diperlukan kerjasama perencananyang terintegrasi, komprehensif dan terpadu antara Provinsi Gorontalo

Page 39: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 39

dan Provinsi Sulawesi Utara untuk menentukan trase jalur rel keretaapi, termasuk didalmnya teknis penanganan kemungkinanpermasalahan yang timbul akibat dari pembangunan jaur tersebut.

- Ketersediaan energi listrik di Sulawesi Utara yang tergantung padakeberadaan jaringan pembangkit dan distribusi energi listrik jalurSULUTENGGO. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gorontalo 100MW yang merupakan pembangkit pertama dari proyek 35.000 MW,telah diresmikan Presiden Joko Widodo pada Juli 2016. Dengan adanyaPLTG Gorontalo yang mulai beroperasi sejak Januari 2016, pasokanlistrik PT PLN Wilayah Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo(Suluttenggo) mencapai 414 MW, sementara beban puncak 330 MW.Artinya, ada cadangan sebesar 84 MW, tidak ada masalah denganpasokan listrik lagi.

- Terkait dengan Bidang Sumberdaya alam dan Lingkungan Hidupadalah Pengelolaan Sumberdaya Air berbasis DAS Terpadu diantaranyaDAS Limboto-Bone-Bolango yang melintasi Provinsi Sulawesi Utara danProvinsi Gorontalo, serta Kawasan Konservasi Dumoga, KawasanLindung berupa Taman Nasional Bogani Nani Wartabone harusmendapat perhatian khusus dalam strategi pembangunan untukmelindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdayaalam mendukung kegiatan pembangunan di dua provinsi ini..

B. ISU STRATEGIS PROVINSI SULAWESI UTARA

4.2.1. PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN

Dalam Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019 disebutkan bahwadalam konstelasi pengembangan bermasyarakat dan bernegara, persoalanketimpangan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menggambarkanmasih besarnya kemiskinan dan kerentanan. Hal ini dicerminkan oleh angkakemiskinan yang turun melambat dan angka penyerapan tenaga kerja yangbelum dapat mengurangi pekerja rentan secara berarti. Tiga kelompokrumah tangga yang diperkira-kan berada pada 40 persen pendudukberpendapatan terbawah adalah: (1) angkatan kerja yang bekerja tidak penuh(underutilized) terdiri dari penduduk yang bekerja paruh waktu (part timeworker), termasuk didalamnya adalah rumah tangga nelayan, rumah tanggapetani berlahan sempit, rumah tangga sektor informal perkotaan, dan rumahtangga buruh perkotaan; (2) usaha mikro kecil termasuk rumah tangga yangbekerja sebagai pekerja keluarga (unpaid worker); dan (3) penduduk miskinyang tidak memiliki aset maupun pekerjaan.

Ukuran kualitas pekerjaan berdasarkan status pekerjaan rumah tanggadi atas, memberikan gambaran tentang kondisi peker- jaan dan kerentanankehidupan masih mewarnai pekerjaan yang menyumbang sekitar 65,8 persendari pekerja. Sehingga wajar jika pertumbuhan kelompok 40 persen terbawah

Page 40: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 40

relatif rendah, dibawah rata-rata nasional. Dengan kondisi seperti ini, lajupertumbuhan ekonomi pada kisaran 6,0-7,0 persen per tahun akan tetapmenempatkan persoalan tenagakerja menjadi masalah penting pembangunan.Pertumbuhan ekonomi setinggi demikian relatif hanya mengun- tungkanbeberapa kelompok tertentu, setidaknya tenaga kerja upahan. Dengandemikian upaya mengisolasi persoalan tenaga kerja pada mereka yangmenganggur dan mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal, sertapeningkatan akses dan produktivitas mesti segera diupayakan jalankeluarnya. Untuk itu, tantangan dalam menghilangkan kesenjanganpembangunan yang mampu meningkatkan standar hidup penduduk 40persen terbawah dan memastikan bahwa penduduk miskin memperolehperlindungan sosial adalah:

a. Menciptakan pertumbuhan inklusif. Pola pertumbuhaninklusif memaksimalkan potensi ekonomi dan menyertakansebanyak-banyaknya angkatan kerja dalam pasar kerja yang baik(Decent Work) dan ramah keluarga miskin akan dapat mendorongperbaikan pemerataan, dan pengurangan kesen- jangan. Terciptanyadukungan terhadap perekonomian inklusif dapat mendorongpertumbuhan di berbagai sektor pembangun- an, seperti pertanian,industri, dan jasa, untuk menghindari pertumbuhan yang cenderungke sektor padat modal dan bukan padat tenaga kerja;

b. Memperbesar investasi padat pekerja. Terbukanya lapangan kerjabaru menjadi salah satu sarana meningkatkan pendapatan penduduk.Diperlukan investasi baru untuk terciptanya lapangan kerja dankesempatan kerja baru untuk menyerap seluas- luasnya angkatankerja yang berpendidikan SMP dan SLTP.

c. Memberikan perhatian khusus kepada usaha mikro kecil menengahdan industri rumahtangga. Usaha mikro perlu memperoleh dukunganpenguatan teknologi, pemasaran, permodalan, dan akses pasar yangbagus. Dukungan semacam ini perlu diberikan mengingat sebagianbesar usaha mikro tidak memiliki lokasi permanen dan tidak berbadanhukum, sehingga rentan terhadap berbagai hambatan yang dapatmenghalangi potensinya untuk tumbuh kembang;

d. Menjamin perlindungan sosial bagi pekerja informal.Perluasan kesempatan kerja dan usaha yang baik perludiciptakan untuk penduduk kurang mampu dan pekerja rentan,termasuk penyandang disabilitas dan lanjut usia potensial. Kelompokpenduduk ini umumnya memiliki kesempatan terbatas dalam sektorformal dan tidak memiliki sumber-sumber alternatif untukmenghidupi ekonomi keluarga. Peluang kerja yang dapat diakseskelompok penduduk ini kurang dapat memenuhi standar hidup yanglayak dan tidak berkesinam- bungan. Keterpaduan berbagai asistensisosial untuk mendukung penduduk kurang mampu agar dapatmengelola berbagai risiko, pembukaan kesempatan dan lingkunganyang inklusif agar masyarakat kurang mampu memiliki penghidupanyang layak, dan jaminan sosial yang memadai;

e. Meningkatkan dan memperluas pelayanan dasar bagimasyarakat kurang mampu. Perluasan pemenuhan hak dan

Page 41: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 41

kebutuhan dasar perlu menjadi perhatian untuk peningkatan kualitashidup terutama bagi masyarakat kurang mampu. Peme- nuhan hakdasar ini meliputi hak untuk mendapatkan identitas/ legalitas,pelayanan kesehatan, kecukupan gizi, akses terhadap pendidikan,rumah tinggal yang layak, penerangan yang cukup, fasilitas sanitasi,dan akses terhadap air minum. Tantangan dalam hal pemenuhan hakdan kebutuhan dasar ini menyangkut ketersediaan layanan dasar(supply side), penjang-kauan oleh masyarakat miskin (demand side),serta kelembagaan dan efisiensi sektor publik;

f. Memperluas ekonomi perdesaan dan mengembangkan sektorpertanian. Isu lain yang masih tertinggal dan memerlu- kan perhatianadalah upaya meningkatkan produk-tivitas pertanian petani miskin,usaha perikanan tangkap maupun budi daya, dan usaha skala mikrolainnya yang menunjang rantai produksi usaha kecil yang menjadipotensi di wilayah. Perhatian juga perlu ditujukan pada peningkatanakses terhadap lahan dan aset produktif yang seringkali membatasipeningkatan produksi dan skala usaha masyarakat kurang mampu.Ketersediaan sarana dan prasarana perekonomian di daerah pedesaan,akses pada kredit jasa keuangan dan sumber permodalan lainnya bagipelaku ekonomi di pedesaan, serta pemanfaatan riset dan teknologipertanian, diseminasi dan penyediaan informasi teknologipertanian juga menjadi faktor penting dalam mendorongekonomi perdesaan; dan

g. Menjaga stabilitas harga dan menekan laju inflasi. Kelompokmasyarakat kurang mampu, rentan terhadap goncangan ekonomidibandingkan kelompok masyarakat berpendapatan tinggi. Untukitu, inflasi perlu dipertahankan untuk tetap rendah dan stabil untukmenjaga daya beli masyarakat berpenghasilan rendah yang rentanterhadap goncangan kenaikan harga. Selain itu, perlu untuk memonitorperkembangan harga bahan makanan dan menjaga ketersediaan bahanpokok melalui operasi pasar. Perlunya membangun instrumen untukmenekan harga terutama bahan makanan serta melakukan verifikasiharga di pasar.

4.2.2 PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA YANGBERDAYA SAING MELALUI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DANKESEHATAN

Sumber Daya manusia (SDM) adalah modal utama dalampembangunan nasional. Oleh karena itu kualitas sumber daya manusiaperlu terus ditingkatkan sehingga mampu memberikan daya saing yangtinggi yang antara lain ditandai dengan meningkatnya Indeks PembangunanManusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan IndeksPemberdayaan Gender (IDG), yang dicapai melalui pengendalian penduduk,peningkatan taraf pendidikan, dan peningkatan derajat kesehatan dan gizimasyarakat. Tantangan pembangunan SDM meliputi:

a) Pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah

Page 42: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 42

meningkatkan upaya promotif dan preventif; meningkatkanpelayanan kesehatan ibu anak, perbaikan gizi (spesifik dansensitif), mengendalikan penyakit menular maupun tidak menular,meningkatkan pengawasan obat dan makanan, sertameningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan. Disampingitu pembangunan kesehatan juga dihadapkan pada upaya untukmenurunkan disparitas akses dan mutu pelayanan kesehatan,pemenuhan sarana prasarana dan tenaga kesehatan. Secarakhusus tantangan utama dalam lima tahun ke depan adalahdalam meningkatkan keper- sertaan Jaminan Kesehatan Nasional,penyiapan provider dan pengelolaan jaminaan kesehatan untukmendukung pencapaian sasaran nasional;

b) Tantangan dalam pembangunan pendidikan adalah mempercepatpeningkatan taraf pendidikan seluruh masyarakat untukmemenuhi hak seluruh penduduk usia sekolah dalam memperolehlayanan pendidikan dasar yang berkualitas, dan meningkatkanakses pendidikan pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi;menurunkan kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompoksocial ekonomi, antarwilayah dan antarjenis kelamin, denganmemberikan pemihakan bagi seluruh anak dari keluarga kurangmampu; serta meningkatkan pembelajaran sepanjang hayat.Dalam rangka melakukan revolusi karakter bangsa, tantanganyang dihadapi adalah menjadikan proses pendidikan sebagaisarana pembentukan watak dan kepribadian siswa yang matangdengan internalisasi dan pengintegrasian pendidikan karakterdalam kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaiandalam pendidikan;

c) Tantangan utama yang dihadapi dalam rangka memperkukuhkarakter dan jatidiri masyarakat Sulawesi Utara, menekanberkembangnya intoleransi, serta upaya pengurangankesenjangan antarwilayah. Persoalan meningkatkan kemampuanmasyarakat dalam mengadopsi budaya global yang positif danproduktif serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran akanpentingnya bahasa, adat, tradisi, dan nilai-nilai kearifan lokal yangbersifat positif sebagai perekat rasa persaudaraan dan symbolsitou timou tumou tou; meningkatkan promosi budaya antarsuku/etnis dan diplomasi budaya antar negara;danmeningkatkan kualitas pelindungan, pengembangan danpemanfaatan warisan budaya.

d) Tantangan dalam mempercepat peningkatan kesetaraan genderdan peranan perempuan dalam pembangunan adalahmeningkatkan pemahaman, komitmen, dan kemampuan para

Page 43: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 43

pengambil kebijakan dan pelaku pembangunan akan pentingnyapengintegrasian perspektif gender di semua bidang dan tahapanpembangunan, penguatan kelembagaan pengarusutamaan gendertermasuk perencanaan dan penganggaran yang responsif gender.

e) Tantangan dalam peningkatan perlindungan perempuan dananak dari tindak kekerasan dan perlakuan salah lainnya adalahmerubah sikap permisif masyarakat dan praktek budaya yangtoleran terhadap kekerasan dan perlakuan salah lainnya, sertamelaksanakan sistem perlindungan perempuan dan anak secaraterkoordinasi dan menyeluruh mulai dari upaya pencegahan,penanganan, dan rehabilitasi.

f) Tantangan terhadap penanggulangan narkotika dan obat terlarangyang semakin kompleks mengingat hasil evaluasi Badan narkotikaNasional Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan peningkatanpengguna narkoba yang signifikan.

g) Tantangan untuk mempertahankan capaian Millenium DevelopmentGoals yang sudah tercapai pada tahun 2015 sambil mengejar tagetpembangunan yang belum tercapai. Lebih daripada itu,pemerintah dan masyarakat Sulawesi Utara akan mendorongpenrcepatan pencapaian Sustainable Development Goals padatahun 2030.

h) Tantangan untuk mengambil manfaat dalam kerjasamaMasyarakat Eknomi Asean (MEA) yang seharusnya dapatmemperluas kesempatan masyarakat Sulawesi Utarameningkatkan daya saing untuk berkompetisi dengan sumberdayamanusia unggul di Negara ASEAN lainnnya.

Selain itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu diarahkan untukmenciptakan lulusan pendidikan yang lebih berkualitas, mening-katkanketerampilan tenaga kerja, serta mendorong sertifikasi kom-petensi pekerjaagar dapat berdaya saing di pasar ASEAN maupun internasional.Sulawesi Utara sementara menikmati ‘bonus demografi’, yaitu percepatanpertumbuhan ekonomi akibat berubahnya struktur umur penduduk yangditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio)penduduk non-usia kerja kepada penduduk usia kerja. Perubahan strukturini memungkinkan bonus demografi tercipta karena meningkatnya suplaiangkatan kerja (labor supply), tabungan (saving), dan kualitas sumber dayamanusia (human capital). Rasio ketergantungan telah menurun danmelewati batas di bawah 50 persen pada tahun 2012 dan kemungkinanmencapai titik terendah sebesar 46,9 persen antara tahun 2028 dan 2031.Sulawesi Utara mempunyai potensi untuk memanfaatkan bonus demografibaik di tingkat nasional maupun regional.

Page 44: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 44

Bonus demografi yang dialami juga disertai dengan dinamikakependudukan lain yang juga berdampak luas, yaitu: (1) meningkatnyajumlah penduduk; (2) penuaan penduduk (population ageing) yang ditandaidengan meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia; (3) urbanisasi yangditandai dengan meningkatnya proporsi penduduk perkotaan; dan (4) migrasiyang ditandai dengan meningkatnya perpindahan penduduk antardaerah.Selain itu pertumbuhan dan perubahan struktur penduduk yang tidak samaantar kabupaten-kota, sehinga pemanfaatan bonus demografi tersebut harusdisesuaikan dengan situasi dan kondisi kewilayahan. Untuk itu, peluangbonus demografi ini juga harus diketahui dan dipahami dengan baik olehseluruh pemangku kebijakan di daerah sehingga dapat dimanfaatkandengan maksimal. Apabila tidak didukung dengan kebijakan yang tepat,bonus demografi tidak akan dapat diraih, bahkan dapat menimbulkanberbagai dampak yang tidak diinginkan. Penduduk yang besar akanmeningkatkan tekanan pada kebutuhan pangan dan energi serta kelestariandan kualitas lingkungan.

Pertumbuhan penduduk lanjut usia (population ageing) memerlukanjaminan perlindungan sosial, perlindungan hari tua dan pelayanan penyakitketuaan (senecsent diseases) dan degeneratif. Urbanisasi dan migrasimenuntut ketersediaan infrastruktur perkotaan yang memadai dan pada saatyang sama berpotensi memunculkan konflik sosial, pengangguran dankriminalitas. Tingginya kepadatan penduduk juga berpotensimeningkatkan polusi dan penyebaran berbagai penyakit menular. Oleh karenaitu, kebijakan sumber daya manusia, kependudukan, kesehatan,pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan, infrastruktur dan sumber dayaalam serta politik hukum dan keamanan harus diarahkan dengan tepatuntuk meraih manfaat sebesar-besarnya dari bonus demografi.

Sumberdaya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnyaakses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan denganmemberikan perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerahkepulauan/perbatasan; meningkatnya kompetensi guru sesuai sertifikasiyang diperoleh, meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan,terutama kepada para ibu hamil, anak, remaja dan lansia; meningkatnyapelayanan gizi masyarakat yang berkualitas, meningkatnya efektivitaspencegahan dan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, sertaberkembangnya jaminan kesehatan.

4.2.3. INFRASTRUKTUR

Ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatankemajuan ekonomi relative masih belum optimal. Kondisi jalan provinsi dalamkondisi mantap baru mencapai 70 % pada akhir tahun 2015, sementaraakses air bersih di seluruh wilayah provinsi Sulawesi Utara baru mencapai56%. Keterbatasan ketersediaan infrastruktur selama ini merupakanhambatan utama untuk memanfaatkan peluang dalam peningkatan investasi

Page 45: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 45

serta menyebabkan mahalnya biaya logistik. Penguatan struktur ekonomi,berupa penguatan sektor primer, sekunder dan tersier secara terpadu,dengan sektor sekunder menjadi penggerak utama perubahan tersebut. Halini berarti infrastruktur yang menunjang aktifitas sector pertanian,perkebunan, perikanan dan kelautan, serta pariwisata menjadi sectorandalan. Kemajuan sektor industri pengolahan masih berjalan lambat.Padahal agar perekonomian bergerak lebih maju sektor industri pengolahanharus menjadi motor penggerak. Pembangunan infrastruktur seharusnyadiarahkan untuk memperkuat konektivitas antar kabupaten-kota dan antarpulau di wilayah Sulawesi Utara untuk mencapai keseimbanganpembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur perumahan dankawasan permukiman (air minum dan sanitasi) serta infrastrukturkelistrikan, menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukungketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massalperkotaan. Kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan denganmeningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta.

Permasalahan krusial terkait dengan infrastruktur adalah percepatanpembangunan infrastruktur di kawasan Kawasan Ekonomi Khusus Bitung(KEK Bitung) mengingat batas waktu pembangunan oleh Pemerintah pusatditargetkan selesai pada tahun 2017. Sampai saat ini pemerintah ProvinsiSulawesi Utara masih dalam tahapan pematangan lahan, untuk segeramewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana kawasan penunjangkegiatan di dalam Kawasan Ekonomi Khusus maupun distribusi barang keluar Kawasan Ekonomi Khusus. Permasalahan yanb terkait dengan haltersebut adalah upaya menyediakan lahan yang siap untuk dikelola melaluiperencanaan matang;, dan bagaimana upaya strategis dalam menjalinkoordinasi yang baik untuk meningkatkan kualitas kegiatan perencanaanpembangunan dalam kawasan ekonomi khusus, termasuk didalamnya upayamerumuskan percepatan pembangunan infrastruktur transportasi, energi, airbersih sebagai penunjang kegiatan industry.

Sebagai bagian dari cita-cita Pemerintah Sulawesi Utara untukmewujudkan pembangunan Sulawesi Utara Hebat sebagai pintu gerbangIndonesia di kawasan Pasifik, maka pembangunan infrastruktur akandilakukan secara holistic, spatial dan focus pada tujuan membangunkonektifitas antar wilayah. Berkaitan dnegan hal tersebut, pemerintahSulawesi Utara bermaksud akan mendorong percepatan pembangunan jalantoll Manado-Bitung, pembangunan bendungan Kuwil, inisiasi Jalan tolManado-Tomohon, serta percepatan pembangunan rel kereta api yangnantinya akan menghubungan Manado dengan kota-kota besar di wilayahPulau Sulawesi.

4.2.4. PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN DAN KEPULAUANPermasalahan pokok yang ditemui dalam upaya pembangunan

kawasan perbatasan dan kepulauan adalah keamanan laut dan daerahperbatasan dalam rangka menjamin kedaulatan dan integritas wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia, serta mengamankan sumber daya alam danZona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Kejahatan terorisme yang telah meminta

Page 46: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 46

korban warga MAsyarakat Sulawesi Utara yang masih disandera oleh terorismembuktikan betapa pentingnya persoalan harga diri bangsa terkait dengankeamanan wilayah. Selama ini, wilayah kepulauan dan perbatasankhususnya Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten KepulauanSangihe dan kabupaten Kepulauan Talaud cenderung dianggap sebagaidaerah terpencil, terluar dan daerah tertinggal. Seharusnya di wilayah iniperlu dilakukan pengembangan kawasan perbatasan Negara sebagaimanifestasi dari pola ruang yang sudah ditetapkan sebagai Pusat KawasanStrategis Nasional.

Selama ini kawasan perbatasan dianggap sebagai pinggiran negara,agarmenjadi halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman.Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan selama ini dilakukan secaraparsial, dan sangat berbau sektoral. Seharusnya wilayah kepualuan danperbatasan dikelola dengan dua pendekatan yaitu terdiri: (i) pendekatankeamanan (security approach), dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraanmasyarakat (prosperity approach).

Tantangan lainnya adalah aktivitas illegal fishing, illegal logging,human trafficking,dan kegiatan ilegal lainnya, termasuk mengamankansumberdaya maritim dan Zona Ekonomi Esklusif (ZEE) dan persoalan wargaSulawesi Utara asal Sangihe dan Talaud yang status kewarganegaraannya diFilipina masih belum dipastikan. Permasalahan lainnya adalah bagaimanaupaya meningkatkan kerjasama dan pengelolaan perdaganganperbatasan dengan negara Filipina, mendorong perdagangan ekspor-impor diperbatasan, dan upaya menurunnya kegiatan perdagangan ilegal diperbatasan.

4.2.5 PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup sangat strategisdalam mengamankan kelangsungan pembangunan karena fungsinya sebagaitulang punggung kehidupan, i penyedia pangan, energi, air dan penyanggasistem kehidupan. Seluruh potensi sumberdaya alam dan lingkungan hiduppada dasarnya merupakan modal pembangunan untuk membangunsumberdaya manusia dan keberlanjutan kehidupan generasi mendatang.Perhatian terhadap jasa lingkungan untuk menunjuang ekonmi kerakyatanmenjadi vital dan signifikan pengaruhnya dalam upaya adaptasi dan mitigasiiklim.

Adapun permasalahan pokok dalam hal pengelolaan sumberdaya alamdan lingkungan hidup adalah produktivitas lahan pertanian dan luas lahanbaku sawah yang semakin menurun, ditambah lagi dengan permasalahanpada sistem irigasi yang pada saat musim kemarau relative tidak dapatdiharapkan dapat mengairi lahan persawahan. Terkait dengan pengelolaandan pemanfaatan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, harus jugadiakui bahwa produktivitas dan daya saing hasil perikanan belum optimal,sementara pemanfaatan wilayah maritime masih terbatas pada kegiatanpatrol dan keamanan. Sumber daya air belum terkelola dengan baik,

Page 47: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 47

bahkan hamper semua sungai di Sulawesi Utara sudah tercemar, begitu puladanau-danau yang berada di wialyah Sulawesi Utara sudah tergolong cemarberat.

Pada tahun 2015, terjadi kemarau panjang sebagai akibat daripengaruh el nino sehingga luas hutan dan lahan kritis menjadi sangat tinggi,semnetara di pihak lain, laju deforestrasi yang masih relatif tinggi karenaalasan ekonomi. Pada intinya, kualitas lingkungan hidup di Sulawesi Utarasemakin menurun dan dalam hal pengelolaan limbah/beban pencemaransampai saat ini belum dilakukan secara optimal. Hal ini menunjukkan bahwapengelolaan pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati masihharus didorong, sehingga dampak perubahan iklim dapat diminimalisir danfrekuensi kejadian bencana, kerentanan wilayah dan masyarakat terhadapbencana semakin menurun.

4.2.6. TATA KELOLA: BIROKRASI EFEKTIF DAN EFISIEN

Kualitas tatakelola pemerintahan (good governance) adalah prasyarattercapainya sasaran pembangunan daerah, baik jangka pendek,menengah, maupun jangka panjang. Penerapan tata kelolapemerintahan yang baik secara konsisten ditandai denganberkembangnya aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas,efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi masyarakat.Dari sisi penguatan kapasitas pemerintahan (birokrasi), pemerintah daerahSulawesi Utara terus berupaya memantapkan kualitas pelaksanaanreformasi birokrasi nasional (RBN) di segala area perubahan yang disasar,baik kebijakan, kelembagaan, SDM aparatur, maupun perubahan mindsetdan culture set. Reformasi birokrasi diharapkan dapat menciptakanbirokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitaspelayanan publik akan meningkat sehingga berkontribusi padapeningkatan daya saing dan keberhasilan pembangunan di berbagaibidang.

Birokrasi pemerintahan belum efisien dan budaya pelayananmasih lemah. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan telahdijalankan, akan tetapi belum sepenuhnya dapat mencegah munculnyadistorsi produk-produk kebijakan publik, karena proses yang belumsepenuhnya transparan dan akuntabel baik pada saat penyusunan,pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasinya. Pada umumnyamasyarakat berpendapat bahwa birokrasi pemerintahan tidak efisien danpelayanan publik belum optimal.

Prinsip dasar good governance seperti partisipasi, transparansi, danakuntabilitas belum sepenuhnya dijalankan dalam birokrasi pemerintahandan jabatan- jabatan publik. Masalah ini diperburuk oleh belumterbangunnya sistem rekrutmen pejabat publik berdasarkan prinsipmeritokrasi. Pemantapan akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerjasecara bertahap memang sudah ditingkatkan. Hal ini tercermin dari makin

Page 48: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 48

meningkatnya pemerintah Kabupaten/Kota yang mendapatkan opiniWajar Tanpa Pengecualian (WTP) berdasarkan audit yang dilakukan olehBadan Pemeriksa Keuangan (BPK). Meskipun demikian harus diakuibahwa pencapaian Opini WTP belum mencerminkan birokrasi yang bersihdan bebas KKN, manajemen aset barang milik daerah belum dikelolasecara tertib administrasi dan tertib hukum; dan sistem pengendalianinternal belum berjalan efektif.

Tantangan ke depan yang perlu ditindaklanjuti, diantaranyapeningkatkan kualitas dan independensi pemeriksaan keuangan;pengembangan sistem dan pemantapan pemeriksaan kinerja;memperbaiki manajemen pengelolaan aset secara modern berbasisTIK; dan peningkatan efektifitas Sistem Pengendalian Intern (SPI).Berdasarkan hasil penilaian kementerian Pendayaagunaan AparaturNegara-Reformasi Birokrasi, Kinerja Pemerintah Daerah masih rendahterkait dengan signifikansi input anggaran dengan kinerja organisasi;lemahnya orientasi pada pencapaian indikator hasil (outcome);lemahnya akuntabilitas kinerja instansi kabupaten/kota. Oleh karena itu,diperlukan komitmen pimpinan instansi untuk menghasilkan kinerja yanglebih baik.

Terkait dengan Politik Pemerintahan; Provinsi Sulawesi Utaraakan melanjutkan upaya Pembentukan Daerah Otonom Baru yatuProvinsi Bolaang Mongondow Raya, Kota Langowan, Kota Tahuna,dan Kabupaten Talaud Selatan.

4.2.7. KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

Disparitas kualitas kehidupan masyarakat yang masih lebar sertakondisi masyarakat yang belum mampu secara optimal mengatasi masalahekonomi dan sosial seperti iklim investasi yang kondusif, kemiskinan, ataupengangguran merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinyatindak kriminal. Hal yang masih dihadapi dalam upaya menciptakankeamanan dan ketertiban masyarakat adalah masih tingginya angkakriminalitas seperti pencurian, penipuan, perampokan, kekerasan dalamrumah tangga, kejahatan susila, sampai dengan kasus-kasus pembunuhan.Tingkat kepercayaan masyarakat juga mengalami dinamika terkait denganberbagai pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota Polri termasuktindakan yang berlebihan dalam menangani aksi demonstrasi,kekurangtaatan prosedur peindakan, atau masih mengemukanya arogansisebagian anggota Polri dalam menghadapi kasus-kasus hukum di masyarakatakan berpengaruh terhadap validitas angka kriminalitas yang terjadi.penegakan hukum nondiskriminatif yang dapat merangsang/ meningkatkanrasa kepercayaan masyarakat untuk mematuhi hukum dan pengaitan peranaktif masyarakat dalam penciptaan dan pemeliharaan kamtibmas melaluiupaya pemolisian masyarakat (community policing).

Page 49: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 49

Diakui juga bahwa meskipun upaya pengawasan dan pengamananterus ditingkatkan, kegiatan illegal logging, illegal mining, ataupun illegalfishing intensitasnya masih cukup tinggi. Selain itu human trafikking sertaperedaran dan penggunaan narkoba cenderung meningkat. Persoalanrendahnya pelayanan rehabilitasi korban narkotika dan menekan aktivitassupply dan demand narkotika menjadi tantangan pemerintah dan masyarakatSulawesi Utara. Tantangan utama dalam hal in iadalah peningkatankemampuan mencegah, menangkal, dan menindak kejahatan transnasionalmelalui upaya deteksi dini dan interdiksi darat, laut atau udara serta kerjasama internasional; peningkatan upaya pencegahan dan penindakan kegiatanillegal logging melalui penguatan kapasitas kelembagaan perlindunganhutan, melaksanakan operasi pengamanan hutan secara terus menerus, danmenyelesaikan kasus hukum kejahatan dengan hukuman yang dapatmemberikan efek jera, termasuk penanganan kegiatan illegal mining danillegal fishing secara tuntas untuk menjaga sustainabilitas pemanfaatansumber daya alam.

4.2.8. PENGELOLAAN BENCANA DAN MITIGASI IKLIM

Pengurangan Resiko Bencana telah dimasukkan dalam Kerangka kerjaSendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015 – 2030 yang bertujuanuntuk 1. mencegah timbulnya dan mengurangi risiko, 2. mencegah &menurunkan keterpaparan dan kerentanan, 3. meningkatkan resiliensimelalui peningkatan kesiapsiagaan, tanggapan dan pemulihan, dimana halini juga dikaitkan dengan implementasi SDG’s.

Penanggulangan bencana dalam RPJMN 2015-2019 adalah untukmengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah,pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. Beberapakebijakan yang dilakukan adalah internalisasi pengurangan risikobencana d i l aku kan melalui pengarusutamaan pengurangan risikobencana dalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah,Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melaluipenyusunan kajian dan peta risiko skala 1:50.000 pada kabupaten dan skala1:25.000 untuk kota, yang difokuskan pada kabupaten/kota risiko tinggiterhadap bencana serta pemanfaatan kajian dan peta risiko bagipenyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten/Kota danRencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB), yang menjadireferensi untuk penyusunan RPJMD Kabupaten/Kota.

Dalam kerangka perencanaan Rencana Aksi Nasional - PenguranganResiko Bencana terkait dengan beberapa kerangka kerja yang relevan (otherrelevant action frame) baik tingkat internasional maupun regional, diantaranya adalah aspek (1). tata ruang; (2). lingkungan; (3). perubahan iklim;dan (4). pengurangan kemiskinan. Secara umum pengelolaan bencana dapatdilakukan secara holistik melalui tiga tahap yaitu 1. Pra Bencana, 2.Penanganan Darurat dan 3. Pasca Bencana. Program dan kegiatan padatahap Pra Bencana dapat menunjang program prioritas Adaptasi PerubahanIklim dan Pembangunan Berkelanjutan, pada tahap Penanganan Darurat akan

Page 50: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 50

menunjang program prioritas Penanggulangan Kemiskinan, dan pada tahapPasca Bencana akan menunjang program prioritas Pembangunan danPengembangan Infrastruktur Dasar dan Penanggulangan Kemiskinan sertaPembangunan Berkelanjutan.

Berdasarkan sasaran strategis nasional yang diamanatkan pada RPJMN2015-2019, fokus penanggulangan bencana yaitu menurunnya indeks risikobencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang berisiko tinggi. Strategipenanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana di provinsiSulawesi Utara mengacu pada strategi penanggulangan bencana nasionalyaitu :1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka

pembangunan berkelanjutan di pusat dan daerah, melalui :a. Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam perencanaan

pembangunan sektoral dan kewilayahan;b. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui

penyusunan kajian dan peta risiko skala 1:50.000 pada kabupatensasaran dan skala 1:25.000 untuk kota sasaran.

c. Pemanfaatan kajian dan peta risiko bagi penyusunan RencanaPenanggulangan Bencana (RPB) Kab/Kota dan Rencana AksiDaerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB), yang menjadireferensi untuk penyusunan RPJMD Kab/Kota.

d. Integrasi kajian dan peta risiko bencana dalam penyusunan danreview RTRW Provinsi/Kabupaten/ Kota.

e. Harmonisasi kebijakan dan regulasi penanggulangan bencana di pusatdan daerah;

f. Penyusunan rencana kontinjensi pada kabupaten/kota sasaransebagai panduan kesiapsiagaan dan operasi tanggap darurat dalammenghadapi bencana.

2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana, melalui:a. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana serta

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan.b. Peningkatan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana

kepada masyarakat baik melalui media cetak, radio dan televisi.c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra pembangunan, Organisasi

Masyarakat Sipil (OMS), dan dunia usaha untuk mengurangikerentanan sosial dan ekonomi masyarakat.

d. Peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah pasca bencana,melalui percepatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi.

e. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di daerah rawan bencana alam.f. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam membangun dan

mitigasi bencana.g. Pengembangan Desa Tangguh Bencana di kawasan risiko tinggi

bencana untuk mendukung Gerakan Desa Hebat

3. Peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana,melalui:a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan

bencana di pusat dan daerah.

Page 51: BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - sulutprov.go.id · K4 kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Utara tahun 2015. Pada tahun 2015, pencapaian indikator kinerja “ persentase ibu hamil

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAHPROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021

BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 51

b. Meningkatkan koordinasi antar pemerintah pusat dan pemerintahdaerah serta antar pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana.

c. Penyediaan sistem peringatan dini bencana kawasan risiko tinggi sertamemastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik.

d. Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK dan pendidikan untukpencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana.

e. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secaraberkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan.

f. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempatevakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi)menghadapi bencana, yang difokuskan pada kawasan rawan dan risikotinggi bencana.

g. Membangun dan memberikan perlindungan bagi prasarana vital yangdiperlukan untuk memastikan keberlangsungan pelayanan publik,kegiatan ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban pada situasidarurat dan pasca bencana.

h. Melaksanakan upaya pengurangan risiko bencana berbasis komunitasdan ekonomi lokal melalui pengembangan Desa Tangguh Bencanauntuk mendukung Gerakan Desa Hebat.

i. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistickebencanaan, melalui pembangunan pusat logistik kebencanaan dimasing-masing wilayah pulau yang dapat menjangkau wilayah yangterkena bencana dengan cepat.

j. Pembentukan dan penguatan kapasitas forum pengurangan risikobencana di daerah.