bab iv analisis data penelitian - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/838/6/bab 4.pdf ·...

34
122 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN Banyak cara atau langkah-langkah yang dipakai dalam pembinaan mental santri narkoba di pesantren Ulul Albab. Berikut adalah analisis penulis dari pola pembinaan mental santri narkoba yang ada di pesantren Ulul Albab. Di bab ini juga penulis paparkan faktor pendukung dan penghambat serta tanggapan dari para santri narkoba dan masyarakat sekitar, terkait pembinaan mental yang ada di pesantren Ulul Albab. A. Pola Pembinaan Mental Santri Narkoba di Pesantren Ulul Albab Pelaksanaan pembinaan mental santri narkoba di pondok pesantren Ulul Albab ini menggunakan suatu pola atau model kerja yang telah dipikirkan dan dikonsep secara seksama agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam konteks ini, seorang pembina harus memperhatikan tujuan yang hendak dicapai, kondisi santri (fisik dan psikis), usia santri, kemampuan dasar santri, fasilitas pendukung dan situasi saat pembinaan berlangsung. Sehingga pola yang digunakan merupakan pola yang terbaik dan yang paling dekat juga paling cocok dalam penyampaian materi. Adapun pola atau bentuk dalam pembinaan mental santri narkoba di pesantren Ulul Albab adalah sebagi berikut: 1. Keteladanan. Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya yang berjudul: Tradisi pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai) mengatakan:

Upload: vulien

Post on 12-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

122

BAB IV

ANALISIS DATA PENELITIAN

Banyak cara atau langkah-langkah yang dipakai dalam pembinaan mental

santri narkoba di pesantren Ulul Albab. Berikut adalah analisis penulis dari pola

pembinaan mental santri narkoba yang ada di pesantren Ulul Albab. Di bab ini

juga penulis paparkan faktor pendukung dan penghambat serta tanggapan dari

para santri narkoba dan masyarakat sekitar, terkait pembinaan mental yang ada di

pesantren Ulul Albab.

A. Pola Pembinaan Mental Santri Narkoba di Pesantren Ulul Albab

Pelaksanaan pembinaan mental santri narkoba di pondok pesantren

Ulul Albab ini menggunakan suatu pola atau model kerja yang telah

dipikirkan dan dikonsep secara seksama agar dapat mencapai tujuan secara

efektif dan efisien. Dalam konteks ini, seorang pembina harus memperhatikan

tujuan yang hendak dicapai, kondisi santri (fisik dan psikis), usia santri,

kemampuan dasar santri, fasilitas pendukung dan situasi saat pembinaan

berlangsung. Sehingga pola yang digunakan merupakan pola yang terbaik dan

yang paling dekat juga paling cocok dalam penyampaian materi.

Adapun pola atau bentuk dalam pembinaan mental santri narkoba di

pesantren Ulul Albab adalah sebagi berikut:

1. Keteladanan.

Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya yang berjudul: Tradisi

pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai) mengatakan:

123

“Bahwasannya para kyai dengan kelebihan dalam Islam, sering kali

dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat mengetahui keagungan

Tuhan dan rahasia alam, hingga demikian mereka dianggap memiliki

kedudukan yang terjangkau,terutama oleh kebanyakan orang awam.

Dalam beberapa hal, mereka menunjukan kekhususan mereka dalam

bentuk-bentuk pakaian yang merupakan simbol yaitu kopiah dan

surban”.1

Seorang pembina dalam pelaksanaan pembinaan mental, harus

dapat memberikan contoh kepada santri tentang bagaimana pelaksanaan

pembinaan tersebut. Dalam metode ini, pembina haruslah berhati-hati, baik

dalam hal bersikap maupun dalam ucapan dan perbuatan, pembina harus

mencerminkan akhlak yang baik serta menjauhkan diri dari sikap yang

kurang terpuji. Hal ini sangat penting bagi seorang pendidik karena sebaik-

baiknya ilmu adalah ilmu kha>l2, dan setiap tingkah laku dari seorang

pendidik akan menjadi sorotan yang sering kali dijadikan panutan oleh para

santri.

Kiai yang notabene adalah seorang ulama‟, pada hakikatnya adalah

penerus perjuangan Nabi dalam menegakkan syari‟at Islam. Adapun salah

satu tugas utama Nabi diutus Allah SWT. Adalah untuk menyempurnakan

akhlak. Rasulullah SAW. Bersabda:

م ار ك ا م م م ت ل ت ث ع ب إنما ق ل خ ال

Artinya: Bahwasannya Aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan

budi pekerti. (HR. Turmudzi).

Sehingga di sini sudah menjadi hal yang wajib bagi seorang Kiai untuk

mempunyai akhlak yang baik, sebelum menjadi suri tauladan bagi para

1 Zamarkashi Dhofier, Tradisi pesantren (Jakarta: LP3ES,PT Matahari Bakti, tt),56

2 Syekh az-Zarnuji, Ta’lim al-Mutaallim (Surabaya: Al-Hidayah, tt), 4

124

santri-santrinya. Hal ini senada dengan apa yang ditulis oleh Muhammad

Suwaid dalam bukunya Mendidik Anak Bersama Nabi mengatakan

bahwasannya:

Keteladanan dan kecintaan yang kita pancarkan kepada anak, serta

modal kedekatan yang kita bina dengannya, akan membawa mereka

mempercayai pada kebenaran perilaku, sikap dan tindakan kita.

Dengan demikian, menabung kedekatan dan cinta kasih dengan anak,

akan memudahkan kita nantinya membawa mereka pada kebaikan-

kebaikan. Bagaimana tips mendidik ala Nabi SAW? Setidaknya ada

tiga cara bagaimana mendidik anak menurut Nabi SAW, yaitu: Metode

mendidik dengan memberi keteladanan (perbuatan), metode yang

berpengaruh terhadap akal, metode yang berpengaruh terhadap anak.3

Rasulullah merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin

beliau ajarkan melalui tindakannya. Sebagaimana telah difirmankan dalam

al-Qur‟an:

Artinya: Sungguh telah ada pada diri Rasullah itu suri tauladan

yang bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah

dan hari akhir dan dia banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab(33):21).4

Keteladanan ini mendukung dalam setiap pelaksanaan pembinaan

mental, dengan model ini santri lebih mudah untuk memahami, cepat

mengerti, terutama bagi mereka yang kurang pengetahuan tentang Agama

Islam, karena santri hanya menirukan apa yang dicontohkan oleh pembina.

Oleh karena itu, dengan mudahnya memahami, santri diharapkan lebih

3 Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi (Panduan Lengkapan PendidikanAnak

disertakan teladan kehidupan para salaf), Penerjemah: Salafudin Abu Sayyid, (Solo: Pustaka

Arafah, 2006), 453. 4 Depag RI, al-Quran dan Terjemahnya (Semarang: Diponegoro, 1995), 336

125

mudah pula dalam mengamalkannya, dan diharapkan dapat mempercepat

kesembuhan santri.

2. Ceramah

Model ceramah di pesantren Ulul Albab ini adalah pemberian

siraman rohani terkait akidah, syari‟at dan akhlak kepada santri, sehingga

diharapkan dapat menambah keimanan kepada Allah. Dengan model

ceramah, pembina mengajak santri untuk berfikir dan merenungkan tentang

hakikat, makna dan tujuan hidup ini, sehingga membawa mereka kepada

kesadaran untuk kembali ke jalan yang benar, yakni di jalan Allah.

Hal ini sesuai dengan arti dakwah itu sendiri yaitu dakwah adalah

pengetahuan yang dapat memberikan segenap usaha yang bermacam-

macam, yang mengacu kepada upaya penyampaian ajaran Islam kepada

seluruh manusia, yang mencakup akidah, syariat, dan akhlak.5

Model ceramah terhadap santri-santri pengguna narkoba tidaklah

semudah ceramah kepada orang pada umumnya, karena dari sisi psikis

mereka masih “sakit” yang menyebabkan daya tangkap dan emosi mereka

tidak stabil. Sehingga Kiai dalam ceramahnya sangat berhati-hati dan

kondisional. Cara yang digunakan oleh KH. Abdul Malik ini sesuai dengan

apa yang dikatakan oleh Nur Syam dalam bukunya bahwa:

“Dakwah adalah proses merealisasikan ajaran Islam dalam tataran

kehidupan manusia dengan strategi, metodologi dan system dengan

mempertimbangkan dimensi religio sosio-psikologis individu atau

masyarakat agar target maksimalnya tercapai”.6

5 Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), 6

6 Nur Syam, Filsafat Dakwah, (Surabaya: Jenggala Pustaka Utama, 2003), 12

126

Jadi pertimbangan dari kaca mata psikis santri, sangatlah penting bagi Kiai

dalam penyampaian ceramah agar bisa diterima dengan baik dan tepat

sasaran.

Dalam al-Qur‟an sendiri juga telah diatur cara-cara dalam

berdakwah yaitu firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125:

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk. (An-Nahl: 125).7

Firman Allah di atas, menjelaskan bahwa prinsip-prinsip dalam

dakwah Islam tidaklah mewujudkan kekakuan, akan tetapi menunjukkan

fleksibilitas yang tinggi. Ajakan dakwah tidak mengharuskan cepatnya

keberhasilan dengan satu metode saja, melainkan dapat menggunakan

bermacam-macam cara yang sesuai dengan kondisi dan situasi mad’u

sebagai objek dakwah. Dalam hal ini kemampuan masing-masing da‟i

sebagai subyek dakwah dalam menentukan penggunaan metode dakwah

amat berpengaruh bagi keberhasilan suatu aktivitas dakwah.8

KH. Abdul Malik dalam penyampaian ceramahnya, juga

menggunaka metode tanya jawab, namun hal ini tak lepas dari kekurangan,

lebih-lebih yang dihadapi adalah orang yang mentalnya (psikis) terganggu,

7 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 224

8 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), 96-97

127

sehingga kurang bisa menangkap nasehat-nasehat yang disampaikan oleh

Pembina. Tapi dalam prakteknya, ternyata ada beberapa santri yang

bertanya, ini menunjukkan bahwa sebagian santri ada yang mampu

menangkap pembicaraan dari pembina. Model ceramah dua arah ini

sangatlah penting, dengan tujuan agar materi dakwah benar-benar diserap,

dipahami dan mendukung dalam pembinaan mental santri.9

Sikap penyabar, menarik dalam perangai, serta luwes dalam

berbicara merupakan modal penting bagi pembina santri narkba. Model ini

dapat dijadikan sebagai wahana memberikan rangsangan atau motivasi

kepada para santri agar dirinya mempunyai bekal dan memperbanyak

pengetahuan agama, dengan ini maka santri dapat mengetahui dan

membedakan antara perbuatan baik dan buruk dalam perspektif agama,

sehingga santri mengetahui dan menyadari kesalahan yang dilakukannya.

3. Kedisiplinan.

Disiplin adalah kepatuhan serta ketaatan terhadap berbagai aturan

dan tata tertib yang berlaku. Berbicara masalah kedisiplinan kiranya sudah

tidak asing lagi dalam dunia pendidikan, tidak terkecuali di lingkup

pesantren, bahkan seringkali kedisiplinan dianggap sebagai faktor utama

dalam mencapai sebuah keberhasilan dalam dunia pendidikan. Idri Shaffat

dalam bukunya mengatakan:

Salah satu penunjang keberhasilan dalam belajar siswa adalah

kedisiplinan, dan perbuatan disiplin membutuhkan upaya tertentu

seperti kontinuitas dan ajeg (istiqomah), tepat waktu, melaksanakan

perintah dengan baik, dan taat susila. Sebaliknya pelanggaran terhadap

9 Asmuni Syukir, Dasar- Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) 105 - 107

128

disiplin dapat berupa terlambat, membolos, tidak sopan dan berlaku

asusila.10

Model kedisiplinan dalam konteks pendidikan santri narkoba ini

sangat ditegakkan, dengan harapan santri mematuhi semua aturan yang

berlaku di Pondok Pesantren. Dalam kedisiplinan ini terdapat hukuman

bagi santri yang melanggar peraturan-peraturan pondok. Misalnya, jika

datang waktu shalat ada santri yang masih tidur maka pembina akan

memberikan hukuman dengan percikan air. Hukuman tersebut disesuaikan

dengan tingkat kesembuhan santri dan juga kesalahan yang dilakukan oleh

santri.

Islam mengajarkan bahwa disiplin dapat melahirkan sikap

istiqomah, dan istiqomah lebih baik dari seribu karomah.

ة ام ر ك ف ل ا ن م ر خ ة ام ق ت س ال

Artinya: Istiqomah itu lebih baik dari pada seribu karomah

Maqolah di atas mengatakan bahwa betapa urgenya sikap istiqomah yang

merupakan buah dari disiplin.

Disiplin juga dituntut dalam melakukan kegiatan apapun, terutama

dalam hal pembinaan mental yang merupakan kunci pokok jika santri ingin

segera sembuh dari sakitnya. Pada hakekatnya pembinaan mental adalah

bagian dari pendidikan, dan sikap disiplin tidak bisa dilepaskan dari dunia

pendidikan, karena disiplin merupakan bagian dari pendidikan. Tanpa ada

disiplin tidak akan ada pendidikan, sedangkan kaitan antara disiplin dan

10

Idri Shaffat, Optimized Learning Strategy (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2009) ,40

129

pendidikan adalah bahwa disiplin yang semula sebagai prasyarat dalam

proses pendidikan, pada akhirnya akan menjadi baku dan membudaya,

sehingga disiplin itu merupakan hasil dari pendidikan. Dalam penerapan

disiplin belajar, fungsi otak, baik otak kiri maupun otak kanan akan

berfungsi secara maksimal.11

Disiplin merupakan wujud dari suatu peraturan yang bertujuan

untuk menguatkan pedoman atau suatu ukuran dari sebuah organisasi.

Disiplin mengandung beberapa unsur, unsur tersebut adalah adanya sesuatu

yang ditaati atau ditinggalkan. Dalam kaitan pembinaan mental, disiplin

merupakan prasyarat utama untuk mencapai keberhasilan dalam

memperoleh kesembuhan. Tanpa disiplin yang kuat, maka kegiatan

pembinaan mental hanya merupakan aktifitas yang kurang bernilai, tidak

mempunyai makna dan target apa-apa.

Upaya-upaya untuk meningkatkan disiplin dalam menaati peraturan

pesantren dan nasehat pembina adalah hal yang penting dan harus

dilakukan dalam rangka mencapai keberhasilan pembinaan mental. Disiplin

dalam aturan atau perintah pembina penting artinya dalam proses

penyembuhan mental santri narkoba, hal ini menunjukkan bahwa disiplin

turut menentukan motivasi, kegiatan, dan keberhasilan santri narkoba.

Tujuan utama digalakkannya kedisiplinan sampai diberikan

hukuman bagi yang melanggarnya, tidak lain adalah untuk melatih santri

menjadi teratur dalam melaksanakan kewajiban sehari-hari dan

11

Colin Rose Malcolm S. Nicholl, Accelered Learning (Bandung: Penerbit Nuansa, 2003), 54.

130

terbentuknya sifat santri yang diharapkan, yakni disiplin, berakhlak dan

berkarakter.

Ketiga pola pembinaan mental di atas adalah adalah sebuah metode

yang digunakan oleh KH. Abdul Malik dalam membina mental dan ketiga

metode tersebut harus dilaksanakan dengan baik oleh semua santri narkoba

agar cepat sembuh dari sakitnya. Adapun materi-materi yang diberikan kepada

santri narkoba di pesantren Ulul Albab adalah sebagai berikut:

1. Mandi Taubat12

Mandi taubat termasuk amalan sunah yang biasa dilakukan oleh

para sufi dan ahli tarekat.13

Mandi taubat ini sangat penting dalam proses

penyembuhan korban pecandu narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab.

Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 02.00 dini hari. Seseorang yang

mengkonsumsi narkoba dan dalam keadaan mabuk, sebelum menjalankan

dzikir, haruslah terlebih dahulu disadarkan dari keadaan mabuk tersebut

dengan mensucikan diri (thoharoh) dengan mandi taubat. Karena sifat

pemabuk adalah pemarah, sedangkan sifat pemarah adalah perbuatan

syetan yang berasal dari api, maka pemadamnya adalah menggunakan air.

Mandi taubat dilakukan dengan niat bertaubat atau menghilangkan

dosa seluruh anggota tubuh, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Terkait niat untuk bertaubat ini al-Jailani menyatakan:

12

Menurut al Muhasibi, taubat adalah penyesalan terhadap perbuatan-perbuatan jelek pada masa

lalu dan berkeinginan tidak akan mengulanginya lagi, serta menghindar dari hal-hal yang

mengajak untuk berbuat dosa. Lihat, Abi Abdullah al-Harith bin Asad al-Muhasibi, al-Wasaya

(Bairut: Da >r al-Kutub al„Ilmiyah,1986), 222-223. 13

Tentang sifat sunah dalam mandi taubat ini dapat dilihat dalam, abd. Rahman al-jaziri, al-fiqh

„ala madzhibi al-arba‟ah, jilid 1 (Mesir: al-maktabah al-tijariyah, tt), 119. Wahbah al-zuhailiy, al-

fiqh al-islamiy wa adillatuhu, jilid 1 (Damaskus: Da >r al-Fikr), 391

131

(Wahai kaumku) berebutlah dan capailah pintu kehidupan selama

masih terbuka, karena dalam waktu dekat akan tertutup

untukmu.Berebutlah untuk mencapai pintu taubat, masuklah kalian

didalamnya, selama masih terbuka bagi kalian. Berebutlah untuk

mencapai pintu do‟a, selama masih terbuka bagi kalian. Berebutlah

kalian untuk mencapai pintu, berdesa-desaklah dengan saudara-saudara

kalian yang shalih, selama pintu tersebut masih terbuka bagi

kalian.(Wahai kaumku) bangunlah apa yang telah kalian hancurkan,

sucikanlah apa yang telah kalian najiskan, perbaikilah apa yang telah

kalian rusak, bersihkanlah apa yang telah kalian keruhkan,

kembalikanlah apa yang telah ambil, kembalikan ia kepadaAllah…14

Dari ungkapan di atas, kiranya dapat kita pahami bahwa taubat adalah suatu

usaha untuk membangun dan memperbaiki jiwa yang kotor agar bersih dan

suci kembali, salah satunya adalah dengan mandi taubat.

Kebanyakan orang memahami bahwa, mandi tengah malam ini

dapat menyebabkan sakit atau gangguan pada fisik seperti paru-paru basah

dan reumatik. Tapi dalam pandangan kaum sufi metode ini diyakini sebagai

metode ampuh untuk meningkatkan kesadaran diri (self consiousnees) dan

penyembuhan dari berbagai macam penyakit, termasuk gangguan-

gangguan psikologis yang diakibatkan oleh gangguan setan, seperti lemas,

gelisah, susah, stress dan lain-lain.15

Selain mempunyai manfaat dari sisi psikologis, mandi taubat juga

memiliki manfaat tereupatik terhadap penyakit atau gangguan-gangguan

biologis (fisik) yang bersifat psikomatif. Mandi taubat ini juga diyakini

sebagai hydrotherapy. Menurut Simon Baruch (Dokter Amerika), air

memang memiliki daya penenang jika suhu air sama dengan suhu kulit, dan

14

Abdul Qodir al-Jailani, al-Fath al-Rabbani wa al-Faid al-Rahmani (Bairut: Da >r al-Kutub al-

„Ilmiyah, 2006),31. 15

Lihat, Kharisudin Aqib, Inabah (Jalan Kembali dari Narkoba, Stress dan Kehampaan Jiwa

(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2005), 178

132

memiliki daya rangsang jika suhu air tidak sama dengan suhu kulit.

Sedangkan menurut Ewalt, pasien yang mengalami delirium alcohol, dan

pasien yang menunjukkan keresahan, agitasi, overitik, kecemasan yang

akut dan tumor akibat keracunan obat-obatan menunjukkan respon yang

baik terhadap hydrotherapy.16

Mandi taubat ini sangat mendukung dalam proses penyembuhan

para korban pecandu narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab. Tubuh

diguyur air sehingga pembuluh darah dipermukaan tubuh menciut dan

darah mengalir lebih banyak keotak serta tubuh bagian dalam. Mandi taubat

ini akan membantu mengendorkan syaraf yang tegang. Secara garis

besarnya, mandi taubat ini menjadi sebuah hydrotherapy (terapi dengan

media air) yang sangat efektif untuk menyegarkan pikiran, jiwa dan raga

yang pernah tersiksa akibat racun narkoba.

Setelah mandi dan jernih fikirannya, seseorang korban pecandu

narkoba menjadi sadar akan dirinya sehingga lebih berkonsentrasi dalam

menjalankan ibadah shalat dan dzikir, serta mendekatkan diri pada Allah

SWT.

2. Ibadah Shalat

Sebagai salah satu ibadah, sholat merupakan bentuk peribadatan

ritual yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam, tentunya yang

mukallaf. Dalam sholat seseorang bermunajat langsung kepada Allah tanpa

harus ada perantara, disamping itu dapat digunakan sebagai media untu

16

Ibid., 179

133

mencurahkan segala problema hidup serta berserah diri sepenuhnya kepada

Dzat yang telah menciptakannya, karena pada dasarnya hakekat sholat

adalah menyatakan hajat dan kebutuhan seseorang hamba terhadap

Kholiqnya sebagai Dzat yang patut disembah melalui perbuatan, perkataan

atau keduanya dengan sepenuh hati dan jiwa yang mendatangkan rasa

keagungan dalam jiwa atas kebesaran dan kesempurnaan-Nya.17

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah diambil suatu

kesimpulan atau pengertian bahwa yang dimaksud dengan sholat bukanlah

sekedar do‟a dan melaksanakan perbuatan yang diawali dengan takbir dan

diakhiri dengan salam, tetapi lebih dalam lagi adalah perbuatan yang

dilakukan atas kesadaran dan dengan sepenuh hati dan khusyu‟ sehingga

dapat menimbulkan rasa takut, kagum atas kebesaran-Nya dan keagungan-

Nya, serta rela terhadap sesuatu yang datang dari Allah, untuk selanjutnya

membawa manusia kepada taqwa dan sabar, dapat terhindar dari perbuatan

keji dan munkar.

Secara spesifik, manfaat dari pada shalat itu sendiri dapat mencegah

perbuatan keji dan munkar, seperti firman Allah dalam al-Qur‟an, Surat al-

Ankabut, ayat 45.

Artinya: Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah

perbuatan keji dan munkar.” (Qs. Al-Ankabut: 45).18

17

Hasbi Ash- Shidiqie, Pedoman Sholat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), 63

18

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang : Diponegoro, 1995), 321

134

Seperti telah disebutkan dalam ayat di atas, bahwa manusia saat

sholat mengkonsentrasikan pikiran dan perasaan, pensucian jiwa dan badan,

serta khusuknya anggota badan. Keadaan seperti ini akan mengangkat jiwa

manusia di atas dorongan-dorongan jasmani, membebaskan diri dari

belenggu-belenggu hawa nafsu dan menutup pintu syetan. Sebab dalam

shalat yang dilakukan dengan khusyuk akan mengarahkan seluruh jiwa dan

raganya kepada Allah, berpaling dari problema dunia, sehingga akan

memperoleh banyak manfaat antara lain, ketenangan hati, perasaan aman

dan terlindung serta berperilaku saleh.19

Shalat merupakan salah satu bentuk pembinaan mental sebagai

dasar terapi bagi pecandu narkoba, yang dikerjakan dengan niat ikhlas

karena Allah dan disertai dengan harapan dapat tercegah dari perbuatan keji

dan munkar, yang salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba. Shalat

merupakan media hubungan dan komunikasi antara manusia dengan Tuhan

disamping merupakan do‟a. Hal ini biasa membawa dan menimbulkan

tenaga rohani yang menyebabkan ketenangan jiwa, sebab dalam shalat

manusia membaca do‟a-do‟a dan kalam Ilahi dan tidak memikirkan

persoalan dunia, ini berarti memalingkan muka sejenak terhadap persoalan

dunia. Dr. Ustman Najati, dalam bukunya mengatakan bahwa:

Keterpalingan penuh dari berbagai persoalan dan problem

kehidupan dan tidak memikirkannya selama shalat, dengan sendirinya

akan menimbulkan itu keadaan yang tentram, jiwa yang tenang dan

fikiran yang bebas dari beban” Keadaan yang tentram dan jiwa yang

tenang yang dihasilkan oleh shalat mempunyai dampak terapi yang

19

Dadang Hawari, Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Jakarta: Dana Bhakti

Bina Yasa), 273

135

penting dalam meredakan ketegangan syaraf yang timbul akibat

berbagai tekanan kehidupan sehari-hari dan menurunkan kegelisahan

yang diderita oleh sebagian orang.20

Shalat yang dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah, akan menjadikan

keadaan yang tentram dan jiwa yang tenang, sehingga bisa melepaskan diri

dari ketegangan syaraf yang ditimbulkan oleh berbagai persoalan

kehidupan.21

Shalat dapat dijadikan sarana untuk mengobati penyakit jiwa.

Pelaksanaan shalat tersebut diutamakan secara berjamaah, disamping

pahalanya lebih besar, juga untuk melatih hidup berkelompok dalam

kebersamaan. Selain itu shalat berjamaah juga menimbulkan perasaan

“tidak sendirian” dalam hati santri, sehingga berakibat positif dalam

jiwanya. Karena sebagaimana dikemukakan beberapa ahli psikologi bahwa

perasaan “keterasingan” dari orang lain adalah penyebab utama terjadinya

gangguan kejiwaan. Dalam shalat berjamaah perasaan terasing dari orang

lain ataupun dari dirinya sendiri dapat hilang.22

3. Dzikir

Dzikir ialah ingat kepada Allah, yang dapat dinyatakan dengan hati

dan lisan. Ada juga berpendapat bahwa dzikir tidak hanya dengan hati dan

lisan, tetapi dengan perbuatan, seperti melakukan shalat, puasa dan lain-

lain.23

Dzikir ini akan mengajak seseorang selalu kembali dan bertaubat,

20

M. Ustman Najati, Al-Qur'an dan Ilmu Jiwa (Bandung: Pustaka, 1997), 308 21

Lihat, Ibid., 317 22

Djamaluddin Ancok dan Suroso, Psikologi Islam: Solusi Berbagai Problem Problem Psikologi,

(Yogyakarta, 1995), 100 23

Hasan, Ali, Do’a Penenang Jiwa Diangkat dari al-Qur’an dan Sunnah (Jakarta: Srigunting,

1996), 85

136

hati menjadi dekat serta menghidupkan hati nurani dan mendorong

seseorang untuk selalu melaksanakan perintah Allah dan menjahui

larangan-Nya.

Dzikir menjadi salah satu materi wajib, dengan harapan santri selalu

mengingat Allah, sehingga menjadi sadar akan potensinya sebagai makhluk

Allah dan mempunyai ketergantungan spiritual yang hanya didapat melalui

pendekatan diri kepada Allah. Para santri korban penyalahgunaan narkoba

yang dirawat di Pondok Pesantren Ulul Albab merupakan individu yang

berada dalam keadaan kecanduan narkoba. Untuk menanggulangi keadaan

tersebut, maka diarahkan atau dialihkan kepada kecanduan dzikir, supaya

mereka selalu ingat dan mendekatkan diri pada Allah. Karena dengan selalu

mengingat Allah maka hati akan tenang.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur‟an Surat Ar-

Ra‟du:

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka

menjadi tentram dengan mengingat Allah, Ingatlah hanya dengan

mengingat Allahlah hati menjadi tentram.(Q.S. Ar-Ra’du: 28).24

Adapun pelaksanaan dzikir ini dikerjakan pada waktu setiap habis

melaksanakan shalat, apabila kebiasaan dzikir sudah melekat, mereka akan

selalu ingat pada Allah yang akhirnya ia bisa melupakan problem-problem

dunia, selanjutnya ia akan menemukan ketenangan batin karena mereka

merasa dekat dengan Allah dan merasa di bawah perlindungan-Nya. Dan

24

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 201

137

karena mengingat Allah maka perbuatan atau tingkah lakunya merasa

betul-betul diperhatikan oleh Allah, dimanapun dan kapanpun.

Dzikir dan do‟a dari sudut ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa

merupakan terapi psikiatrik, setingkat lebih tinggi dari psikoterapi biasa,

karena keduanya mengandung unsur spiritual kerohanian yang dapat

membangkitkan harapan, rasa percaya diri dari orang sakit, yang pada

gilirannya kekebalan tubuh meningkat, sehingga mempercepat proses

penyembuhan.25

Pelaksanaan pembinaan mental dari segi materi teoritis bagi

pecandu narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab dapat dijadikan dan

mendukung dalam proses terapi bagi korban penyalahgunaan narkoba.

Namun semua itu tergantung kepada bagaimana pengamalan materi itu

sendiri, apakah santri menghayati dalam pengamalan materi tersebut.

4. Qiyam al-lail

Qiyam al-lail (bangun malam) adalah sebuah amalan bangun di

malam hari untuk melaksanakan shalat sunah dan dzikir. Bahkan dimasa

Rasulullah, qiyam al-lail ini seperti pernah berstatus hokum wajib. Hal ini

di dasarkan pada firman Allah:

25 Dadang Hawari, Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta : Dana

Bhakti Prima Yasa, 1996), 9

138

Artinya: Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah

(untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu)

seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari

seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.

Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang berat.

Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk)

dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang

hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). (Q.S. Al-Muzammil (73):

1-7).26

Qiyam al-Lail atau bangun di sepertiga malam terakhir adalah salah

satu materi wajib yang harus dilakukan oleh santri narkoba di pesantren

Ulul Albab. yaitu dimulai sekitar pukul 02.00 WIB (dini hari). Materi ini

diwajibkan karena diyakini bahwa dalam qiyam al-lail banyak mengandung

manfaat, yang pastinya waktu-waktu sepertiga malam ini adalah waktu

yang sangat tepat dan kondusif untuk membersihkan jiwa, bermunajat pada

Allah dan tentunya terhadap efek terapi psikologis santri narkoba. Dalam

al-Qur‟an Allah berfirman:

Artinya: Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang

tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-

mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.(Q.S.Al-

Isra’ (17): 79).27

26

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 458 27

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang : Diponegoro, 1995), 231

139

Bermunajat di waktu malam hari saat kebanyakan orang terlelap

tidur sangat kondusif untuk bisa berkonsentrasi dan khusuk. Suasana sepi

senyap di malam hari secara psikologis cukup kondusif untuk melakukan

tafakkur atau kontemplasi dalam rangka mengungkap makna dan hakikat

hidup.28

Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Artinya: Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat

(untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.(Q.S. al-Muzammil

(74): 6).29

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam qiyam al-lail di pesantren

Ulul Albab adalah dimulai dengan mandi taubat, dilanjutkan dengan sholat

sunat taubat, tahajjud, witir dan selanjutnya adalah dzikir sebanyak-

banyaknya.

Selain keempat materi di atas, pembinaan mental di pesantren Ulul

Albab juga memberikan materi penunjang yaitu puasa dan olah raga.

1. Puasa

Banyak cara yang ditawarkan oleh agama untuk menyucikan jiwa,

di antaranya melalui puasa. Seperti ibadah-ibadah lainnya, hikmah

ibadah puasa tidak terhitung banyaknya yang kebanyakan tidak bisa

diketahui terutama hikmah yang bersifat ruhaniah. Misalnya bagaimana

puasa menjadi benteng terhadap api neraka, dapat menghapuskan dosa

fitnah, dan dapat mengantarkan manusia ke gerbang kerajaan Ilahi,

28

Kharisudin Aqib, Inabah (Jalan Kembali dari Narkoba, Stress dan Kehampaan Jiwa., 189-190 29

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 574

140

merupakan hikmah-hikmah ruhaniah yang tidak dapat diketahui

prosesnya.

Beberapa manfaat puasa di atas tidak mengherankan, karena

masalah ruh adalah urusan Allah, dan puasa adalah ibadah untuk Allah

semata-mata yang mendapat pahala langsung, dan tidak terbatas dari

Allah SWT sendiri. Dengan demikian, kalaupun terdapat hikmah dan

faedah puasa untuk kesehatan tubuh dan kematangan jiwa serta

meningkatkan keakraban sosial, hal itu sama sekali tidak menggantikan

fungsi puasa sebagai perbuatan ibadah yang hikmahnya bersifat

ruhaniah. Dalam al-Qur‟an Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

(Q.S. al-Baqarah: 184).30

Menurut Adz Dzaky hikmah atau buah-buah ruhaniah dari ibadah

berpuasa adalah suatu kondisi yang bersifat batin yang terdapat dalam

diri, dimana kondisi itu mengandung potensi ketuhanan yang suci.

Dengan potensi itulah seseorang yang berpuasa akan mengalami suatu

perubahan yang positif dalam jiwa dan ruhaninya. Adapun hikmah-

hikmah dari ibadah puasa yang dimaksud adalah:31

a. Dengan berpuasa, maka diri ini dapat merasakan kenikmatan-

kenikmatan dan kasih sayang Allah Swt, sehingga hadir kekuatan

untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya.

30

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 88 31

Adz Dzakiey, Prophetic Intelligence (Kecerdasan Kenabian), Menumbuhkan Potensi Hakiki

Insani Melalui Pengembangan Kesehatan Ruhani (Yogyakarta: Islamika, 2005), 396

141

b. Dengan berpuasa, diri ini dapat senantiasa memelihara syahwat perut

dan seks, sehingga mental akan sehat dan jiwa akan terasa tenang.

c. Dengan berpuasa, diri ini senantiasa dapat membangun jiwa toleransi

atau ada kepedulian terhadap orang-orang yang miskin lagi lemah.

d. Dengan berpuasa, diri ini senantiasa akan berada dalam kondisi suci

dan sehat secara mental, spiritual, moral, dan sosial. Dengan

berpuasa, diri ini memiliki kekuatan untuk membangun hubungan

yang sangat khusus dan rahasia dengan Allah SWT.

e. Dengan berpuasa, diri ini menjadi bersih, bercahaya, dan wangi di

hadapan Allah SWT.

Selain beberapa manfaat di atas, puasa juga dipercaya memberikan hasil

yang sangat baik bagi pecandu narkoba karena dapat melemahkan nafsu

untuk mengkonsumsi narkoba dengan skala besar.32

Pada saat yang sama

pula, puasa berperan membersihkan tubuh dari racun. Ini bisa

memantulkan energy positif bagi stabilitas kondisi psikologis orang yang

berpuasa.33

Disadari ataupun tidak, puasa akan memberi pengaruh positif

kepada rasa (emosi), cipta (rasio), karsa (will), karya (performance),

bahkan kepada ruh manusia, apabila rukun dan syaratnya dipenuhi dan

32

Abdel Daem Al-Kaheel, Rahasia dalam Alquran dan Hadis (Jakarta: Amzah, 2012), 13 33

Abdel Daem Al-Kaheel, Pengobatan Qur’ani, Manjurnya Berobat dengan Al-Quran (Jakarta:

Amzah, 2012), 50

142

dilakukan dengan penuh sabar dan ikhlas. Bila digali lebih dalam akan

ditemukan lebih banyak lagi hikmah psikologis dari ibadah puasa.34

2. Olah Raga

Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat (Men Sana in

Corpore Sano). Kata-kata sakti ini begitu populer di telinga kita,

semenjak kita duduk di bangku sekolah dasar sudah diperkenalkan

dengan kata sakti ini, dan mungkin hal ini adalah salah satu alasan

kenapa perawatan kesehatan jiwa di pesantren Ulul Albab juga

dilakukan dengan berolah raga. Langkah perawatan kesehatan dengan

berolah raga ini juga dianjurkan oleh ajaran Islam yaitu dengan

menggerakkan tubuh agar menjadi sehat dan segar. Dalam hal ini,

Rasulullah SAW bersabda:

ىل ع ص ر ح ا ,ر خ ل ك ف و ف ع الض ن م ؤ م ال ن م ى للا ل إ ب ح ا و ر خ ي و ق ال ن م ؤ م ال

....ز ج ع ت ل و الل ب ن ع ت اس و ك ع ف ن ا م

Artinya: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai

Allah daripada orang mukmin yang lemah. Pada keduanya memang ada

kebaikan. Raihlah apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah

pertolongan kepada Allah, dan janganlah bersikap lemah....” (HR.

Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Olahraga sedikitnya 10 menit setiap hari membuat mental menjadi

lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya

perasaan bahagia. Bahwa olahraga membuat peredaran darah menjadi

34

Sihotang, Aslim D.,Hubungan Puasa dengan Kesehatan Jasmani dan Rohani (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2001), 251-254

143

lancar, membakar lemak dan kalori, serta mengurangi risiko darah tinggi

dan obesitas merupakan suatu hal yang diketahui umum.

Manfaat berolahraga dapat dilihat dari dua aspek. Salah satunya

manfaat olah raga terhadap otak yang diungkapkan oleh Daniel Landers,

profesor pendidikan olahraga dari Arizona State University (Muhammad

Tamyiz, 2008) , antara lain:

a. Meningkatkan kemampuan otak.

Latihan fisik yang rutin dapat meningkatkan konsentrasi,

kreativitas, dan kesehatan mental. Karena olahraga bisa

meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran

darah menuju otak. Para ahli percaya bahwa hal-hal ini dapat

mendorong reaksi fisik dan mental yang lebih baik

b. Membantu menunda proses penuaan.

Riset membuktikan bahwa latihan sederhana seperti jalan

kaki secara teratur dapat membantu mengurangi penurunan mental

pada wanita di atas 65 tahun. Semakin sering dan lama mereka

melakukannya, maka penurunan mental kian lambat. Kabarnya,

banyak orang merasakan manfaat aktivitas itu setelah sembilan

minggu melakukannya secara teratur tiga kali seminggu. Latihan ini

tidak harus dilakukan dalam intensitas tinggi. Cukup berupa jalan

kaki di sekitar rumah.

c. Mengurangi stres.

144

Olahraga dapat mengurangi kegelisahan. Bahkan lebih jauh

lagi, bisa membantu mengendalikan amarah. Latihan aerobik dapat

meningkatkan kemampuan jantung dan mempercepat mengatasi

stres. Aktivitas seperti jalan kaki, berenang, bersepeda, dan lari

merupakan cara terbaik mengurangi stres

d. Menaikkan daya tahan tubuh.

Olahraga meski tak terlalu lama namun sering atau lama

namun dengan santai melakukannya, maka aktivitas itu bisa

meningkatkan hormon-hormon baik dalam otak seperti adrenalin,

serotonin, dopamin, dan endorfin. Hormon ini berperan dalam

meningkatkan daya tahan tubuh. Studi yang dilakukan di Inggris

memperlihatkan bahwa 83 persen orang yang memiliki ganguan

mental, mengandalkan olahraga untuk meningkatkan mood dan

mengurangi kegelisahan.

Memperbaiki kepercayaan diri, umumnya semakin mahir

seseorang dalam suatu jenis aktivitas, maka kepercayaan diri pun

akan meningkat. Bahkan suatu riset membuktikan bahwa remaja

yang aktif berolahraga merasa lebih percaya diri dibandingkan

dengan teman-temannya yang tidak melakukan kegiatan serupa.35

Beberapa materi pembinaan mental di atas bisa juga di katakan

sebagai tahap-tahap yang harus di lakukan oleh para santri sebagai upaya

35

Siti Wardah, Nilai-Nilai Keislaman dalam Pendidikan Renang di SMP Al-Hikmah Surabaya

(Skripsi__IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011), 83-85

145

dalam riadhatun nafsi. Dan beberapa materi tersebut di atas, bisa di

klasifikasikan menjadi 2 tahap:

1. Takhalli

Takahlli di sini adalah upaya membersihkan (mengosongkan) diri

dari sifat-sifat tercela, kotoran hati, maksiat lahir dan maksiat batin.

Karena sifat-sifat tercela ini sebagai penghalang utama manusia dalam

berhubungan dengan Allah.36

Adapaun materi-materi yang dapat di

kelompokkan ke dalam tahap ini adalah mandi taubat, shalat dan puasa.

Pertama, mandi taubat di sini merupakan langkah awal bagi para

santri narkoba dalam berniat dan membulatkan tekad untuk insaf dan

tidak akan mengulangi kesaahan-kesalahannya di masa yang akan

datang. Kedua, kondisi seseorang ketika sedang sholat (khusuk) maka

seluruh fikirannya terlepas dari segala urusan dunia yang membuat

jiwanya gelisah. Setelah menjalankan sholat ia senantiasa dalam keadaan

tenang sehingga secara bertahap kegelisahan itu akan mereda. Dan yang

pasti dengan sholat, seseorang dapat terhindar dari perbuaan keji dan

munkar. Ketiga, puasa sebagai suatu intuisi dalam Islam, dijadikan

disiplin spiritual, moral dan fisik yang tinggi, juga sebagai alat

meningkatkan kualitas rohani manusia. Dengan berpuasa maka kita akan

terjaga dari berbagai macam maksiat. Karena hakikatnya puasa tidak

sekedar menahan makan dan minum saja (puasa lahir), tetapi juga

menghindarkan diri dari segala macam maksiat (puasa bathin).

36

M. Saifullah al-Aziz S. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf (Surabaya: Terbit Terang, 1998), 87

146

2. Tahalli

Tahap tahalli yaitu merupakan tahap pengisian diri dengan

kebaikan, yang dapat di masukkan dalam tahap tahalli adalah sholat,

puasa dan dzikir. Sholat, puasa dan dzikir ini adalah amal-amal baik

yang dapat digunakan oleh para santri narkoba untuk mengisi atau

menghiasi diri setelah mereka mengosongkan atau membersihkan diri

dari amal perbuatan yang buruk.

Sholat, puasa dan dzikir bisa digunakan oleh para santri

narkoba sebagai media untuk selalu bisa mengingat Allah SWT dan

akan membuat hati mereka menjadi tenang serta kehidupan menjadi

lebih damai dan tentram.

Menurut KH. Abdul Malik selain dari beberapa pola pembinaan

mental di atas, yang tidak kalah penting adalah pembacaan ayat Khirsi.

Pada ayat-ayat tersebut dipercaya mengandung 100 obat dari berbagai

macam penyakit seperti penyakit buduk (sejenis penyakit kulit), penyakit

belang dan berbagai penyakit lainnya. Diriwayatkan dari Muhammad bin

Ali R.A. “Bila ayat Khirsi ini dibacakan pada orang tua yang sedang sakit,

niscaya Allah akan memberikan kesembuhan padanya”.37

Segelas air ini diberikan pada setiap santri narkoba yang baru

datang, baik yang dalam kategori kelas ringan maupun kelas berat dan air

ini diminumkan setiap hari sebanyak satu gelas pada penderita kelas ringan,

37

Lihat, Syekh Ahmad al-Dairobi, Mujarrobat al-dairobi al-kabir,, 40

147

dan tiga kali sehari pada penderita kelas berat, sampai santri narkoba benar-

benar sembuh total dari sakitnya.

Sudah menjadi rahasia umum, terutama dalam dunia islam bahwa

do‟a-do‟a atau ayat-ayat Qur‟an yang dibacakan pada segelas air dapat

mendatangkan (dijadikan) sebuah obat bagi seseorang yang sakit. Dalam

hal ini, al-Qur‟an sendiri telah mengajarkan kepada kita bahwa ia adalah

obat, penyembuh, penghibur duka lara, penunjuk dan seterusnya. Dengan

kata lain, ia adalah sarana di alam ruhani bagi seluruh umat manusia.38

Allah SWT berfirman:

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu

pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang

berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang

beriman.(Q.S. Yunus: 57).39

Artinya: dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi

penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu

tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain

kerugian.(Q.S. al-Isra’: 82).40

Dalam ayat lain Allah SWT juga telah berfirman.

38

M. Reza Karimi, Pengobatan dengan Al-Qur’an (Jakarta: Cahaya, 2006), 6 39

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 171 40

Ibid.,232

148

Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui

bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang

padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami

jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada

juga beriman?(QS. Al-Anbiya’: 30).41

Dari ayat di atas juga di sebutkan bahwa air adalah sumber kehidupan di

muka bumi, dan tanpa air niscaya semua makhluk hidup dapat bertahan di

bumi.

Penjelasan secara ilmiah tentang bagaimana air yang dibacakan

do‟a-do‟a dapat dijadikan obat, mungkin bisa dibuktikan melalui penelitian

Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama. Pada tahun 2005, ia telah

menemukan suatu teori bahwa ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa

“membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan. Dalam bukunya The

Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air

bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di

air. Ia mengemukakan bahwa medan elektromagnetik dari molekul air

sangat dipengaruhi oleh suara, dan nada-nada tertentu yang bisa

mempengaruhi molekul-molekul air dan menjadikannya lebih teratur.42

Hasil penemuan ini mungkin bisa menjelaskan, kenapa air putih

yang didoakan bisa menyembuhkan orang sakit. Banyak orang yang masih

41

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 259 42

Lihat, Abdel Daem Al-Kaheel, Pengobatan Qur’ani, Manjurnya Berobat dengan al-Quran, 11

149

beranggapan, hal ini bisa mendatangkankan kemusyrikan, atau paling tidak

hanya dianggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap

pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada

molekul air lain yang ada di tubuh orang yang sakit.

Selain ayat Khirsi di atas juga di bacakan surat al-Fatihah sebanyak

1.011 kali oleh Kiai dan orang tua santri. Dan menurut keterangan dari KH.

Abdul Malik, jika orang tua dari santri narkoba kurang serius dalam

membacakan surat Fatikhah, maka akan berakibat pada lambatnya proses

penyembuhan santri narkoba. Dari sini dapat disimpulkan bahwa peran

orang tua dalam proses penyembuhan sangatlah penting dan sangat

berpengaruh dalam proses penyembuhan santri narkoba.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan Mental Santri

Narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab

Pembinaan mental pada korban pecandu narkoba tidak selamanya

berjalan sesuai dengan harapan pembina maupun santri itu sendiri. Di Pondok

Pesantren Ulul Albab, terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung dan

menghambat proses penyembuhan santri narkoba, baik dari diri sendiri

maupun dari pihak lain, yaitu:

1. Faktor-faktor pendukung

a. Keseriusan orang tua dalam keikutsertaan pembinaan mental santri

narkoba (membacakan surat al-Fatikhah 1.011 kali setiap malam).

150

b. Kemauan kuat Santri untuk sembuh, sehingga mengikuti semua aturan

dan nasehat Pembina pesantren.

c. Adanya hubungan baik dengan keluarga (orang tua) Santri.

d. Situasi Lingkungan masyarakat yang cukup representatif sebagai tempat

pembinaan mental.

e. Hubungan yang baik antar santri dengan santri lain dan santri dengan

Pembina.

f. Pangetahuan agama santri sebelum masuk pesantren.

2. Faktor Penghambat

a. Kurang seriusnya orang tua dalam keikutsertaan mendoakan

(membacakan surat al-Fatikhah 1.011 kali setiap malam) kepada

anaknya yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba.

b. Adanya beberapa santri yang kurang serius dalam mengikuti peraturan

pesantren.

c. Latar belakang budaya santri yang berbeda-beda, sehingga kadang

terjadi kesalahpahaman antar santri.

d. Kurangnya pengetahuan agama santri sebelum mengikuti pembinaan

mental.

Beberapa faktor pendukung dan penghambat di atas, sering dijumpai di

pesantren Ulul Albab. Berdasarkan pada jenis-jenis masalah yang dihadapi

dalam pembinaan mental santri narkoba di atas, dapat penulis analisis bahwa

sumber utamanya adalah kurangnya tenaga Pembina yang ada di pesantren.

Hal ini menyebabkan kurangnya kontrol terhadap para santri dalam aktivitas

151

kesehariannya. Hal ini akan berdampak pada banyaknya santri yang tidak

mengikuti aturan pesantren dengan tertib dan disiplin.

Adanya konflik antar santri narkoba merupakan hal yang wajar terjadi,

mengingat perbedaan latar belakang dan lingkungan asal mereka dan disisi

lain lebih dikarenakan adanya gangguan psikis pada diri santri narkoba. Hal

ini berdampak pada kuatnya ego masing-masing santri dan santri juga kurang

bisa berfikir secara jernih dalam menghadapi perbedaan yang ada pada

masing-masing santri. Di sinilah sebenarnya kehadiran seorang Pembina

sangat dibutuhkan, sehingga bila terdapat konflik bisa segera terselesaikan.

Minimnya pengetahuan agama dari santri narkoba juga menjadi faktor

penghambat dalam pembinaan mental santri narkoba. Faktor ini berdampak

pada kurang tanggapnya santri dalam memahami instruksi atau nasehat dari

Pembina. Terlepas dari semua faktor penghambat tersebut, hal terpenting

dalam pembinaan mental santri narkoba adalah seberapa besar kemauan atau

tekad dari masing-masing santri untuk bisa segera sembuh dari ketergantungan

barang haram tersebut, serta keinginan dan keseriusan yang kuat dari orang

tua agar anaknya segera sembuh. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum

sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan

apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada

152

yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain

Dia.(QS. Ar-Ra’du: 11).43

C. Tanggapan Santri dan Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pembinaan

Mental Santri Narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab

1. Tanggapan Santri terhadap Pelaksanaan Pembinaan Mental Santri Narkoba

Data tentang tanggapan santri terhadap pelaksanaan pembinaan

mental di Pondok Pesantren Ulul Albab, penulis peroleh dengan cara

mengadakan wawancara dengan 30 orang santri korban penyalahgunaan

narkoba di Pondok pesantren tersebut. Tanggapan secara umum dan

manfaat yang dirasakan akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Tanggapan Umum

Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 responden mayoritas

mereka menyatakan senang dengan Pembinaan mental yang diterapkan

di Pondok Pesantren Ulul Albab. Hal ini dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.1: Tanggapan Santri Secara Umum

No Jenis jawaban Frekuensi %

1

2

Senang

Biasa saja

25

5

83,3%

16,6%

Jumlah 30 100%

43

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 199

153

Dari tabel di atas dapatlah diketahui bahwa tanggapan santri secara

umum adalah senang karena 83,3% dari jawaban mereka menyatakan

senang dengan pembinaan mental yang ada di Pesantren Ulul Albab.

b. Manfaat yang dirasakan

Santri merasakan adanya manfaat dari pembinaan mental di

Pondok pesantren Ulul Albab. Dari hasil wawancara, tanggapan mereka

bervariasi dalam memberikan jawaban yang penulis lontarkan, yakni

ada yang menjawab terdorong melaksanakan ajaran agama, menunjang

kesembuhan, merasa tenang, merasa menyesal dengan masa lalu, biasa-

biasa saja, tidak dirasakan.

Dari beberapa jawaban di atas kemudian penulis buat skala atau

3 varian jawaban, yaitu sangat baik, baik,biasa saja. Yang hasilnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2: Manfaat yang Dirasakan Santri Secara Umum

No Jenis jawaban Frekuensi %

1

2

3

Sangat baik

Baik

Biasa saja

24

5

1

80%

16,6%

3,3%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa santri korban

penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab sebagian

besar merasakan manfaat dari proses Pembinaan mental tersebut.

154

2. Tanggapan Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pembinaan Mental Santri

Narkoba

Tanggapan masyarakat sekitar pesantren terhadap pelaksanaan

pembinaan mental di Pondok Pesantren Ulul Albab, penulis dapatkan

dengan mengadakan wawancara terhadap 20 orang, yang terdiri dari ketua

RT, tokoh agama, tokoh masyarakat dan penduduk sekitar pesantren.

Dengan adanya pembinaan mental di Pondok pesantren Ulul Albab

ini, masyarakat sekitar merasakan adanya manfaat baik dari segi

keagamaan maupun sosial. Dari segi keagamaan, masyarakat merasakan

adanya budaya religius di lingungan sekitar karena selain para santri datang

ke pesantren guna untuk pembinaan mental, selanjutnya mereka juga

menimba ilmu agama di pesantren. Dari sini tampak adanya budaya religius

dari para santri saat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, baik dalam

bentuk tutur kata maupun tingkah laku.

Dari segi sosial kemasyarakatan, para orang tua khususnya sekitar

pesantren merasa terbantu dengan adanya pesantren yang dapat

menampung dan mendidik para remaja yang menjadi korban

penyalahgunaan narkoba. Karena tidak sedikit juga dari para orang tua

menitipkan anaknya yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba untuk

mendapatkan perawatan dan pendidikan di Pesantren Ulul Albab.

Tanggapan masyarakat bervariasi dalam memberikan jawaban

yang penulis lontarkan, yakni ada yang menjawab sangat senang, senang,

biasa-biasa saja dan tidak senang. Dari beberapa jawaban di atas kemudian

155

penulis buat skala atau 3 varian jawaban yaitu senang, biasa saja dan tidak

senang. Yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3: Manfaat yang Dirasakan Masyarakat secara Umum

No Jenis jawaban Frekuensi %

1

2

3

Senang

Biasa saja

Tidak senang

14

4

2

70%

20%

10%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tanggapan dari

masyarakat terhadap pembinaan mental korban penyalahgunaan narkoba di

Pondok Pesantren Ulul Albab sebagian besar merasakan senang dan

antusias terhadap proses Pembinaan mental tersebut.