madrasah diniyah sebagai wadah pembentukan ummat berlandaskan syari

30
MADRASAH DINIYAH SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN UMMAT BERLANDASKAN SYARI’AT (Laporan Pengabdian Masyarakat di Desa Imbanagara Raya Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis) Oleh: Kelompok KKN IAID Ciamis Lokasi Desa Imbanagara Raya Kecamatan Ciamis

Upload: siti-anisah

Post on 10-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

laporan pendidikan KKN

TRANSCRIPT

Page 1: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

MADRASAH DINIYAH SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN UMMAT

BERLANDASKAN SYARI’AT (Laporan Pengabdian Masyarakat di Desa

Imbanagara Raya Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis)

Oleh:

Kelompok KKN IAID Ciamis

Lokasi Desa Imbanagara Raya Kecamatan Ciamis

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMISCIAMIS JAWA BARAT

TAHUN 2015

Page 2: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORANKULIAH KERJA NYATA (KKN)

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMISDESA IMBANAGARA RAYA KECAMATAN CIAMIS

KABUPATEN CIAMISTAHUN 2015

Oleh :

Siti Anisah (12.07.0407)

Sri Nenden Rahayu(12.07.0412)

Asep Ahmad Mukarom (12.07.0361)

Mengetahui/Menyetujui

Dosen Pembimbing Lapangan

Lilis Nurteti, S.Pd.I,M.Pd

Page 3: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

ABSTRAK

Madrasah Dhiniyah merupakan pendidikan non formal dalam bidang

keagamaan dibawah naungan Kementrian Agama. Sebagai lembaga pendidikan

yang berkonsentrasi pada bidang keagamaan, Madrasah Diniyah didesain untuk

mencetak akhlak generasi bangsa yang sesuai dengan syariat. Madrasah memiliki

poin penting untuk diusung sebagai kekuatan dalam menciptakan akhlak yang

berjiwa islami.Kesadaran spiritual tinggi yang dimiliki oleh masyarakat indonesia

pulalah yang memotivasi dalam proses pembentukan ummat berlandaskan syariat

tersebut. Pendidikan keagamaan sebagai sarana bagi penanaman nilai-nilai sosial

dan budaya masih cukup relevan dan strategis dalam membangun bangsa ini.

Dengan begitu madrasah sebagai wadah pembentukan ummat akan bisa

diwujudkan.

Dalam realita dilapangan, masyarakat menilai bahwa Madrasah Diniyah

masih belum efektif dalam kegiatannya, hal ini terkait dengan kurangnya fasilitas

yang memadai bagi kegiatan proses belajar mengajar. Kurangnya perhatian

pemerintah dalam hal ini membuat masyarakat bertanya-tanya, apa dan

bagaimana sebenarnya status Madrasah Diniyah dimata pemerintah. Sebab

disadari atau tidak, pembentukan karakter anak bangsa dimulai dari pemahaman

keagamaan yang kuat dari sejak dini. Hal ini akan terwujud apabila Madrasah

Diniyah mampu menjalankan perannya sebagai wadah pembentukan generasi-

generasi yang bermoral tinggi berdasarkan syariat islam.

Kata kunci : Madrasah diniyah, Pendidikan non formal, syariat

A. Pendahuluan

Sejarah Islam di Indonesia memperlihatkan bahwa pendidikan keagamaan

tumbuh dan berkembang seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat muslim.

Selama kurun waktu yang panjang pendidikan keagamaan Islam berjalan secara

tradisi berupa pengajian al-quran dan pengajian kitab, dengan metode yang

dikenal` (terutama di Jawa) dengan nama sorogan, bandungan dan halaqah.

Tempat belajar yang digunakan, umumnya adalah ruang-ruang mesjid atau tempat

sholat umum yang dalam istilah setempat disebut: surau, dayah, madrasah,

langgar, rangkang, atau mungkin nama lainnya.

Page 4: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

Perubahan kelembagaan paling penting terjadi setelah berkembangnya sistem

klasikal, yang awalnya diperkenalkan oleh pemerintah kolonial melalui sekolah-

sekolah umum yang didirikannya diberbagai wilayah Nusantara.di Sumatra Barat

pendidikan keagamaan klasikal itudipelopori oleh Zainuddin Labai el-Junusi

(1890-1924), yang pada tahun 1915 mendirikan sekolah agama sore yang diberi

nama Madrasah Diniyah (Diniyah School, al-madrasah al-diniyah).(Noer,

1991:49).

Sistem klasikal seperti yang dikenalkan Zainuddin berkembang pula di

wilayah Nusantara lainnya, terutama yang mayoritas penduduknya muslim.

Dikemudian hari, lembaga-lembaga pendidikan keagamaan itulah yang menjadi

cikal bakal bagi madrasah-madrasah diniyah formal yang berada pada jalur seolah

sekarang. Meskipun sulit untuk memastikan kapan madrasah diniyah didirikan

dan nama madrasah yang pertama kali berdiri, namun Kementrian Agama dahulu

mengakui bahwa setelah Indonesia merdeka sebagian sekolah agama berpola

madrasah diniyahlah yang berkembang menjadi madrasah-madrasah formal

(Asrohah, 1999:193). Dengan perubahan tersebut, berubah pula status

kelembagaannya, dari jalur-jalur sekolah yang dikelola penuh oleh masyarakat,

menjadi sekolah dibawah pembinaan Kementrian Agama.

Meskipun demikian, tercatat masih banyak pula madrasah diniyah yang

mempertahankan ciri khasnya yang semula, meskipun dengan status sebagai

pendidikan keagamaan luar sekolah. Pada masa yang lebih kemudian, mengacu

pada Peraturan Mentri Agama Nomor 13 Tahun 1964, tumbuh pula madrasah-

madrasah diniyah tipe baru sebagai pendidikan tambahan berjenjang, bagi murid-

murid sekolah umum. Madrasah diniyah itu diatur mengikuti tingkat-tingkat

pendidikan sekolah umum, yaitu, Madrsaha Diniyah Awaliyah untuk murid

Sekolah Dasar, Wustha untuk tingkat SLTP dan Ulya untuk tingkat SLTA.

Madrasah diniyah dalam hal itu dipandang sebagai lembaga pendidikan

keagamaan klasikal jalur luar sekolah bagi murid-murid sekolah umum data EMIS

mencatat jumlah madrasah diniyah di Indonesia pada Tahun Jaran 2005/2006

seluruhnya mencapai 15,579 buah dengan jumlah murid 1.750,010 orang.

B. Kerangka Konseptual

Page 5: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

1. Pengertian Madrasah Diniyah

Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah.

Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk

memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah

termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk

mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama

Islam.UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

ditindaklanjuti dengan disyahkannya PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan

agama dan keagamaan memang menjadi babak baru bagi dunia pendidikan agama

dan keagamaan di Indonesia. Karena itu berarti negara telah menyadari

keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di bumi nusantara ini.

Keberadaan peraturan perundangan tersebut seolah menjadi ”tongkat penopang”

bagi madrasah diniyah yang sedang mengalami krisis identitas. Karena selama ini,

penyelenggaraan pendidikan diniyah ini tidak banyak diketahui bagaimana pola

pengelolaannya. Tapi karakteristiknya yang khas menjadikan pendidikan ini layak

untuk dimunculkan dan dipertahankan eksistensinya.

Secara umum, setidaknya sudah ada beberapa karakteristik pendidikan

diniyah di bumi nusantara ini. Pertama, Pendidikan Diniyah Takmiliyah

(suplemen) yang berada di tengah masyarakat dan tidak berada dalam lingkaran

pengaruh pondok pesantren. Pendidikan diniyah jenis ini betul-betul merupakan

kreasi dan swadaya masyarakat, yang diperuntukkan bagi anak-anak yang

menginginkan pengetahuan agama di luar jalur sekolah formal. Kedua, pendidikan

diniyah yang berada dalam lingkaran pondok pesantren tertentu, dan bahkan

menjadi urat nadi kegiatan pondok pesantren. Ketiga, pendidikan keagamaan yang

diselenggarakan sebagai pelengkap (komplemen) pada pendidikan formal di pagi

hari. Keempat, pendidikan diniyah yang diselenggarakan di luar pondok pesantren

tapi diselenggarakan secara formal di pagi hari, sebagaimana layaknya sekolah

formal.

2. Ciri-ciri Madrasah Diniyah

Dengan meninjau secara pertumbuhan dan banyaknya aktifitas yang

diselenggarakan sub-sistem Madrasah Diniyah, maka dapat dikatakan ciri-ciri

ekstrakurikuler Madrasah Diniyah adalah sebagai berikut:

Page 6: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

1. Madrasah Diniyah merupakan pelengkap dari pendidikan formal.

2. Madrasah Diniyah merupakan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan dan tidak

memerlukan syarat yang ketat serta dapat diselenggarakan dimana saja.

3. Madrasah Diniyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara ketat.

4. Madrasah Diniyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus.

5. Madrasah Diniyah waktunya relatif singkat, dan warga didiknya tidak harus

sama.

6. Madrasah Diniyah mempunyai metode pengajaran yang bermacammacam.

3. Kurikulum Madrasah Diniyah

Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dna Peraturan pemerintah no 73

tahun 1991 pada pasal 1 ayat 1 disebutkan “Penyelenggaraan pendidikan diluar

sekolah boleh dilembagakan dan boleh tidak dilembagakan”. Dengan jenis

“pendidikan Umum” (psl 3. ayat.1). sedangkan kurikulum dapat tertulis dan

tertulis (pasl. 12 ayat 2). Bahwa Madrasah DIniyah adalah bagian terpadu dari

system pendidikan nasional yang diselenggarakan pada jalur pendidikan luar

sekolah untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madarsah

Diniyah termasuk kelompok pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang

dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai

pengetahuan agama Islam, yang dibina oleh Menteri Agama (PP 73, Pasal 22 ayat

3). Oleh karena itu, maka Menteri Agama d/h Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam menetapkan Kurikulum Madrasah Diniyah dalam

rangka membantu masyarakat mencapai tujuan pendidikan yang terarah,

sistematis dan terstruktur. Meskipun demikian, masyarakat tetap memiliki

keleluasaan unutk mengembangkan isi pendidikan, pendekatan dan muatan

kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan leingkungan madrasah.

Madrasah diniyah mempunyai tiga tingkatan yakni : Diniyah Awaliyah,

Diniyah Wustha dan Diniyah Ulya. Madrasah DIniah Awaliyah berlangsung 4

tahun (4 tingkatan), dan Wustha 2 tahun (2 tingkatan). Input Siswa Madrasah

Diniyah Awaliyah diasumsikan adalah siswa yang belakar pada sekolah Dasar dan

SMP/SMU. Sebagai bagian dari pendidikan luar sekolah, Madrasah Diniyah

bertujuan :

Page 7: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

1. Melayani warga belajar dapat tumbuh dan berkembangn sedini mungkin dan

sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupanya.

2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap

mental yang diperluakan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah

atau melanjutkan ketingkat dan /atau jenjang yang lebih tinggi, dan

3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam

jalur pendidikan sekolah (TP 73 Pasal.2 ayat 2 s.d 3).

Untuk menumbuh kembangkan ciri madrasah sebagai satuan pendidikan

yang bernapaskan Islam, amka tujuan madrasah diniyah dilengkapi dengan

“memberikan bekla kemampuan dasar dan keterampilan dibidang agama Islam

untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim, anggota

masyarakat dan warga Negara”. Dalam program pengajaran ada bebarapa bidang

studi yang diajarkan seperti Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah

Kebudayaan Islam, Bahasa Arab, dan Praktek Ibadah. Dalam pelajaran Qur’an-

Hadits santri diarahkan kepada pemahaman dan penghayatan santri tentang isi

yang terkandung dalam qur’an dan hadits. Mata pelajaran aqidah akhlak

berfumgsi untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada santri agar

meneladani kepribadian nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul dan hamba Allah,

meyakini dan menjadikan Rukun Iman sebagai pedoman berhubungan dengan

Tuhannya, sesame manusia dengan alam sekitar, Mata pelajaran Fiqih diarahkan

untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina santri untuk

mengetahui memahami dan menghayati syariat Islam. Sejarah Kebudayaan Islam

merupakan mata pelajaran yang diharapkan dapat memperkaya pengalaman santri

dengan keteladanan dari Nabi Muhammad SAW dan sahabat dan tokoh Islam.

Bahasa Arab sangat penting untuk penunjang pemahaman santri terhadap ajaran

agama Islam, mengembangkan ilmu pengetahuan Islam dan hubungan antar

bangsa degan pendekatan komunikatif. Dan praktek ibadah bertujuan

melaksanakan ibadah dan syariat agama Islam.

Kurikulum Madrasah Diniyah pada dasarnya bersifat fleksibel dan

akomodatif. Oleh karena itu, pengembangannya dapat dilakukan oleh Departemen

Agama Pusat Kantor Wilayat/Depag Propinsi dan Kantor Departemen Agama

Kabupaten/Kotamadya atau oleh pengelola kegiatan pendidikan sendiri. Prinsip

Page 8: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

pokok untuk mengembangkan tersebut ialah tidak menyalahi aturan perundang-

undangan yang berlaku tentang pendidikan secara umum, peraturan pemerintah,

keputusan Menteri Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan

penyelenggaraan madrasah diniyah.

4. Administrasi madrasah

Administrasi Madrasah Diniyah ialah segala usaha bersama untuk

mendayagunkan sumber-sumber, baik personil maupun materil secara efektif dan

efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di Madrasah Diniyah

secara optimal.

1. Prinsip Umum Administrasi Madrasah Diniyah

a. bersifat praktis, dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan situasi nyata

di madrasah Diniyah.

b. Berfungsi sebagai sumber informasi bagi peningkatan pengelolaan

pendidikan dan proses belajar mengajar.

c. Dilaksanakan dengan suatu system mekanisme kerja yang menunjang

realisasi pelaksanaan kurikulum.

2. Ruang Lingkup

Secara makro administrasi pendidikan di Madrasah Diniyah mencakup :

a. kurikulum

b. Warga belajar

c. Ketenagaan

d. Keuangan

e. Sarana/prasarana/gedung dan perlengkapan lainnya

f. Hubungan kerjasama dengan masyarakat

5. Klasifikasi Madrasah Diniyah dan Syarat Penerimaan

1. Pendidikan Diniyah Formal

Page 9: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang NOMOR 55

TAHUN 2007 tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan pada pasal

15 mengenai Pendidikan Diniyah Formal yang berbunyi “Pendidikan diniyah

formal menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran

agama Islam pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal ini diatur dalam pasal”. Tindak

lanjut dari penjelasan di atas terdapat pada pasal 16 ayat 123 dan 17 ayat 1234.

2. Pendidikan Diniyah Nonformal

Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan diniyah

nonformal, dijelaskan secara detail pada pasal 21, 22, 23, 24 dan 25 dalam

Undang-Undang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan Nomor 55

Tahun 2007 .

6. Kurikulum yang digunakan Madrasah Diniyah

Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan pemerintah no 73

Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari system pendidikan nasional yang

diselenggarakan pada jalur pendidikan luar sekolah untuk memenuhi hasrat

masyarakat tentang pendidikan agama. Madarsah Diniyah termasuk kelompok

pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang dilembagakan dan bertujuan untuk

mempersiapkan peserta didik menguasai pengetahuan agama Islam, yang dibina

oleh Menteri Agama.

Oleh karena itu, Menteri Agama dan Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam menetapkan Kurikulum Madrasah Diniyah dalam

rangka membantu masyarakat mencapai tujuan pendidikan yang terarah,

sistematis dan terstruktur. Meskipun demikian, masyarakat tetap memiliki

keleluasaan untuk mengembangkan isi pendidikan, pendekatan dan muatan

kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan madrasah.

Madrasah diniyah mempunyai tiga tingkatan yakni : Diniyah Awaliyah,

Diniyah Wustha dan Diniyah Ulya. Madrasah Diniah Awaliyah berlangsung 4

tahun (4 tingkatan), dan Wustha 2 tahun (2 tingkatan). Input Siswa Madrasah

Diniyah Awaliyah diasumsikan adalah siswa yang berasal dari sekolah Dasar dan

Page 10: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

SMP serta SMU. Sebagai bagian dari pendidikan luar sekolah, Madrasah Diniyah

bertujuan :

1 Melayani warga belajar dapat tumbuh dan berkembangn sedini mungkin

dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu

kehidupanya.

2 Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan

sikap mental yang diperluakan untuk mengembangkan diri, bekerja

mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan /atau jenjang yang lebih

tinggi

3 Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi

dalam jalur pendidikan sekolah

Untuk menumbuh kembangkan ciri madrasah sebagai satuan pendidikan

yang bernapaskan Islam, maka tujuan madrasah diniyah dilengkapi dengan

“memberikan bekal kemampuan dasar dan keterampilan dibidang agama Islam

untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim, anggota

masyarakat dan warga Negara”.

Dalam program pengajaran ada beberapa bidang studi yang diajarkan seperti

(Abdullah dkk, Laporan Penelitian ,studi Evaluasi Penyelenggaraan Madrasah

Diniyah,:4) :

1. Al-Qur’an Hadits

2. Aqidah Akhlak

3. Fiqih

4. Sejarah Kebudayaan Islam

5. Bahasa Arab

6. Praktek Ibadah.

Dalam pelajaran Qur’an-Hadits santri diarahkan kepada pemahaman dan

penghayatan santri tentang isi yang terkandung dalam qur’an dan hadits. Mata

pelajaran aqidah akhlak berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan

kepada santri agar meneladani kepribadian nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul

dan hamba Allah, meyakini dan menjadikan Rukun Iman sebagai pedoman

berhubungan dengan Tuhannya, sesama manusia dengan alam sekitar, Mata

Page 11: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

pelajaran Fiqih diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan

membina santri untuk mengetahui memahami dan menghayati syariat Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang diharapkan dapat

memperkaya pengalaman santri dengan keteladanan dari Nabi Muhammad SAW

dan sahabat dan tokoh Islam. Bahasa Arab sangat penting untuk penunjang

pemahaman santri terhadap ajaran agama Islam, mengembangkan ilmu

pengetahuan Islam dan hubungan antar bangsa degan pendekatan komunikatif.

Dan praktek ibadah bertujuan melaksanakan ibadah dan syariat agama Islam.

Kurikulum Madrasah Diniyah pada dasarnya bersifat fleksibel dan

akomodatif. Oleh karena itu, pengembangannya dapat dilakukan oleh Departemen

Agama Pusat Kantor Wilayah/Depag Propinsi dan Kantor Departemen Agama

Kabupaten/Kotamadya atau oleh pengelola kegiatan pendidikan sendiri. Prinsip

pokok untuk mengembangkan tersebut ialah tidak menyalahi aturan perundang-

undangan yang berlaku tentang pendidikan secara umum, peraturan pemerintah,

keputusan Menteri Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan

penyelenggaraan madrasah diniyah.

7. Status Madrasah Diniyah dalam Undang-undang dan Hukum Islam

Lembaga pendidikan Islam  pertama di Indonesia adalah mesjid. Mesjid

merupakn pusat proses kegiatan, termasuk proses blajar mengajar. Setelah

berkembangnya Zaman mulailah Madrasah menjadi sebuah Instansi pendidikan

yang terpisah dari mesjid, walaupun ada yang masih menggunakan mesjid

menjadi pusat pendidikan. Istilah Madrasah lazimnya digunakan untuk menyebut

sekolah dasar ilmu Al-Quran, namun setelah abad kesepuluh dan kesebelas

mulailah madrasah menjadi pusat kajian ilmu-ilmu Agama yang lainnya. 

(Mahmud, 2011: 250). Dalam lembaga ini para ulama memberikan pengajaran

keilmuan melalui bebrbagai pendekatan, sampai akhirnya para santri mampu

menyerap pengetahuan Agama Islam. Setelah mereka sudah dianggap mampu,

mereka disebar kekampungnya masing-masing, sehingga memunculkan

pendidikan islam yang baru dan mulai bertambahlah pendidikan Islam (Murodi,

2008: 198).

Akan tetapi pada masa selanjutnya kemajuan Ilmu pengetahuan dan

teknologi modern dibarat segera memasuki dunia islam, yaitu pada permulaan

Page 12: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

abad ke 19 M. Priode tersebut sbagai priode modern. Kontak dengan barat

memunculkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru kedunia islam, seperti

rasionalisme, nasionalisme, sekurelisme, demokrasi dan lain sebagainya. Dan hal

tersebut banyak mempengaruhi terutama pendidikan dalam islam (Badri,  2010:

25). Sejak permulaan abad 20 pendidikan Islam mulai mengembangkan satu

model pendidikan sendiri yang berbeda dan terpisah dari sistem pendidikan

Belanda maupun sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh departemen

pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Dari sini nampak, sebagaimana Mahmud

Yunus (1979) melihat, bahawa sistem pendidikan umum di Indonesia, bukanlah

muncul akibat penyesuaiannya dengan sistem pendidikan Islam tradisonal.

Sebaliknya sistem pendidikan Islam yang pada akhirnya lama kelamaan akan

menyesuaikan diri dan masuk ke dalam sistem pendidikan umum atau sistem

pendidikan Nasional (oongfaturrahman.wordpress.com).

Lembaga pendidikan Islam, setelah disahkannya UU No 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan Nasional memiliki legistimasi sebagai salah satu lembaga

integral dalam sitem pendidikan Nasional.  Lembaga pendidikan Islam tersebut

adalah Madrasah diniyyah.

Madrasah Diniyah adalah salah satu jenis pendidikan keagamaan Islam.

Dalam konteks nasional Madrasah Diniyah terdapat dalam dua kategori yaitu jalur

sekolah dan jalur luar sekolah. jalur sekolah adalah madrasah diniyah yang byang

berfungsi sebagai pendamping MI/SD Mts/SMP dan MA/ SMA yang dinamakan

dengan Madrasah diniyah Awaliyah, Wustha dan ‘ula.Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia nomor 55 Tahun 2007 Tentang pendidikan Agama dan

Pendidikan Keagamaan. pada pasal 15 sampai dengan pasal 20 berisi tentang

regulasi pendidikan Madrasah Diniyah yang berhubungan dengan  jenjang

pendidikan,  kurikulum,  standar kompetensi ilmu-ilmu yang bersunber dari 

ajaran Islam, dan tenaga pendidik dan kependidikan Jenjang Madrasah Diniyah

sendiri meliputi; Diniyah Ula (SD/MI), Diniyah \wustho  (MTs SMP), dan

Diniyah Ulya (MA/SMA). Dergan demikian maka fungsi utama Madrasah

Diniyah adalah sebagai pelengkap dari sekolah yang berbasis umum (SD, SMP,

SMA) dan Madrasah Diniyah murni. Madrasah diniyah awaliyah berlangsung 4

tahun, wustha dan ulya berlangsung 2 tahun .(saha , 2005 :42). Dengan demikian

Page 13: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

maka Madrasah diniyah adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang berfokus

pada pendidikan Agama Islam yang meruakan lembaga yang bertugas melengkapi

pendidikan Islam di sekolah dasar.

Ada beberapa peraturan Daerah yang diwajibkan untuk memiliki ijazah

diniyah akan tetapi tidak semua daerah melaksanakan hal tersebut. Haya beberapa

daerah yang telah mengesahkan PERDA tersebut salah satunya adalah kabupaten

bandung Peraturan Bupati Bandung Nomor 34 Tahun 2010 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar

Diniyah Takmiliyah.Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2010

Tentang Pendidikan Diniyah Takmiliyah  Pendidikan Diniyah Takmiliyah

berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Pasal 3 Diniyah

Takmiliyah berkedudukan sebagai satuan pendidikan agama Islam non formal

yang menyelenggarakan pendidikan Islam sebagai pelengkap bagi siswa pada

jenjang pendidikan Dasar dan menengah/Sederajat. Pasal 4    Pendidikan Diniyah

Takmiliyah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tambahan Pendidikan Agama

Islam bagi siswa yang belajar di Sekolah Dasar/Sederajat. Pasal 5Pendidikan

Diniyah Takmiliyah bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar Agama Islam

kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai warga muslim

yang beriman, bertaqwa, beramal shaleh dan berakhlak mulia serta warga negara

Indonesia yang berkepribadian, percaya pada diri sendiri, sehat jasmani dan

rohani.

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 12 Ahun 2011 Tentang

Pendidikan Wajib Diniyah Takmiliyah. Serta Pelaturan Pemrintah Kabupaten

Bandung Barat No 9 Tahun 2009 Tentang Wajib Diniyah Takmiliyah. Peraturan

Daerah Kota Cilegon Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar Madrasah

Diniyah Awaliyah. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2011

Tentang Pendidikan Diniyah Di Kota Tasikmalaya.Dari berbagai pelaturan daerah

tersebut kita dapat memastikan bahwa madrasah diniyah memiliki peran yang

penting dalam pembentukan masyarakat yang faham akan Agama. Kebanyakan

sekolah dasar tidak memberikan landasan yang jelas untuk pengetahuan Agama

sehingga madrasah diniyah dijadikan objek untuk menyempurnakan pembelajaran

PAI di SD untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional.Hanya disayangkan tidak

Page 14: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

semua daerah di Indonesia menetapkan diniyah sebagai pendidikan pelengkap

yang diwajibkan. Padahal diniyah memiliki peran yang sangat strategis dalam

pembentukan akhlaq kepribadiuan seorang anak

1. GAMBARAN UMUM DESA

1. Kondisi Objektif

a. Kondisi Geografis

1) LuasWiayahdan Batas Desa

a) Luas Wilayah : 199,86 Ha, terdiri dari:

Pesawahan : 86 Ha

Perkebunan: 30 Ha

Daratan : 95 Ha

b) Jumlah Dusun : 4 Dusun

Dusun: Warung Kulon

Dusun: Majalaya

Dusun: Sukasari

Dusun: Selaawi

2) Jumlah Penduduk : 7400 Jiwa

a. Muslim : 7326 Jiwa

b. Non Muslim : 4 Jiwa

3) Sarana Peribadatan

a. Mesjid Jami’ : 8 Buah

b. Mushala : 20 Buah

4) Hasil ZIS 2014 : Rp. 95.840.000

5) SaranaPendidikan :

Pendidikan Anak Usia Dini : 4 Buah

Taman Kanak-kanak/TPA : 4 Buah

Madrasah Diniyah : 7 Buah

Sekolah Dasar Negeri : 4 Buah

Sekolah Menengah Pertama Negeri : 1 Buah

Pesantren : 1 Buah

6) SaranaPerkantoran :

Page 15: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

BalaiDesa : 1 Buah

BalaiDusun : 1 Buah

7) SaranaOlah Raga :

LapanganSepak Bola : 1 Lapang

Lapangan Bola VOLI : -

LapanganBulutangkis : 1 BH.

8) Organisasi Keagamaan:

Nahdatul Ulama; 80%

Muhammadiyah: 2,15%

9) Sarana Pengajian :

Khusus Ibu-Ibu: BMKM, Majelis Ta’lim tiap Dusun

Anak-anak ; Pengajian Maghrib/Dusun

10) Sarana Penerangan 100% PLN

11) Kebudayaan/ Kesenian Tradisional: Reog, Pencaksilat

12) Mata Pencaharian:

Buruh: 20 %

Petani: 70 %

Pegawai Negeri: 10 %

13) Organisasi Kepemudaan

Karang Taruna : Saluyu

Kelompok Tani

14) Organisasi Kewanitaan dan Kesehatan Masyarakat :

PKK : Desa Kartini

Pos Yandu : Tiap RW

Desa Sehat Siaga Paguyuban

15) Potensi dan Prestasi yang dicapai :

Dalam bidang Keagamaan: Antusiasme masyarakat terhadap

hal-hal yang bersangkutan dengan keagamaana bagus.

Dalam bidang Sosial: Desa Imbanagara Raya pernah meraih

juara lomba tingkat provinsi.

Dalam bidang Kebudayaan : Kesenian desa, visi-visi islami

masuk ke semua sekolah.

Page 16: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

Dalam pemerintahan Desa/Kelurahan ; Desa Imbanagara Raya

ini pernah merain juara lomba desa percontohan tingkat

provinsi.

2. Permasalahan yang terjadi di Masyarakar Desa Imbanagara Raya

a. Permasalahan dalam Bidang keagamaan

Sebagai mayoritas penduduk muslim, pada dasarnya masyarakat Desa

Imbanagara Raya dikategorikan sebagai desa yang religius. Ini terlihat dari

bagaimana antusiasme masyarakat Desa Imbanagara Raya dalam pelaksanaan

kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti dalam pelaksaan tarling atau tarawih

keliling yang diadakan oleh aparatur Desa Imbanagara Raya, serta kegiatan

keagamaan lainnya seperti pengajian diberbagai majelis ta’lim Desa Imbanagara

Raya dan lain sebagainya.

Namun, dibalik itu semua masih banyak permasalahan keagamaan yang

dihadapi oleh masyarakat di Desa Imbanagara Raya, diantaranya adalah:

1. Keterbatasan jumlah ustadz/ustadzah

Walau sebagai masyarakat mayoritas muslim, Desa Imbanagara Raya

masih kekurangan ustadz-ustadzah sebagai subjek pembimbing bagi masyarakat

dalam masalah keagamaan. Ini dapat terlihat dari berbagai pengajian khususnya di

Dusun Warung Kulon tepatnya di wilayah tanah wakaf Darussalam. Setiap hari

senin ba’da ashar disana selalu rutin diadakan pengajian ibu-ibu, namun

ustadz/ustadzah yang dihadirkan dalam pengajian tersebut adalah dari Ponpes

Darussalam. Kendati demikian, bukan berarti di wilayah ini tidak ada

ustadz/ustadzah yang mempuni dalam bidangnya, namun karena keterbatasan

SDA yang kemudian harus menghadirkan ustadz dari Pondok Pesantren

Darussalam. Selain itu, tenaga pengajar ditiap madrasah diniyah juga sangat

minim sehingga terkadang satu pengajar mengajar dua kelas dalam satu ruangan.

Kurangnya fasilitas baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta kurangnya

perhatian pemerintah terhadap madrasah diniyah merupakan salah satu alasan

masyarakat terhadap kurangnya SDA pengajar ditiap madrasah.

2. Kurangnya kesadaran berhijab

Page 17: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

Sebagai Desa yang maju dan berada didaerah yang umumnya lebih

mendekati pada perkotaan, kesadaran masyarakat akan berhijab sangatlah kurang.

Hijab dianggap wajib hanya ketika berada dalam pengajian-pengajian keagamaan

saja. Melihat problematika diatas, solusi yang kami lakukan adalah sebagai

berikut:

a. Bermusyawarah dengan aparatur Desa serta ustadz setempat.

b. Mengisi jadwal mengajar ke berbagai DTA.

c. Mengisi pengajian di majlis ta’lim serta memberikan materi dalam bidang

keagamaan.

d. Memberikan pemahan tentang hijab serta tutorial cara memakai hijab yang

sesuai dengan syariat islam kepada anak-anak dan remaja putri.

b. Permasalahan dalam bidang sosial dan ekonomi

Sebagai Desa percontohan se-Kabupaten Ciamis, tentunya Desa

Imbanagara Raya tidak memiliki permasalahan yang berarti terkait dalam bidang

sosial dan ekonomi. Masyarakat Desa Imbanagara Raya mayoritas berprofesi

sebagai petani, disamping banyak pula yang berprofesi sebagai PNS dan pekerja

kantoran lainnya. Hanya saja akibat cuaca yang kering terkadang masyarakat Desa

Imbanagara Raya mengalami gagal panen karena kurangnya kadar air yang

mengalir dipesawahan mereka.

c. Perencanaan dan Program

Dari berbagai permasalahan diatas, salah satunya adalah dalam segi

keagamaan yaitu terkait masalah Madrasah Diniyah, kami memberikan

pemahaman seputar kemadrasah diniyahan yang dikemas dalam sebuah workshop

dengan pemateri langsung dari Kementrian Agama Kabupaten Ciamis yakni

Bapak Ahmad Farhani, S.Ag.,M.Pd.I. beliau merupakan stap PD Pontren

Kementrian Agama Kabupaten Ciamis yang tentunya sangat memahami berbagai

masalah keagamaan baik dalam masalah kepesantrenan ataupun lembaga-lembaga

lain yang terkait dalam masalah keagamaan yaitu madrasah diniyah.

d. Implementasi Program

Salah satu program yang telah direncanakan oleh Kuliah Kerja Nyata

(KKN) yaitu workshop Bimtek Madrasah Diniyah Takmiliyah dengan pemateri

Bapak Ahmad Farhani, S.Ag.,M.Pd.I yang diselenggarakan pada hari Selasa

Page 18: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

tanggal 11 agustus 2015, bertempat di Aula Desa Imbanagara Raya alhamdulillah

berjalan dengan lancar. Peserta workshop yang terdiri dari tenaga pengajar

madrasah diniyah Se-Desa Imbanagara Raya berperan aktif dan sangat antusias.

Permasalahan-permasalahan yang dirasakan peserta workshop yang

notabene adalah para tenaga pengajar madrasah diniyah khususnya di Desa

Imbanagara Raya adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap

keberlangsungan dan perkembangan madrasah diniyah. Akibatnya, antusiasme

siswa-siswi madrasah diniyah terhadap proses belajar mengajar ditiap madrasah

sangatlah kurang. Lebih dari itu sikap orang tuapun terkadang acuh karena

menganggap banhwa pendidikan dimadrasah diniyah hanyalah pendidikan non

formal yang kurang penting bagi masa depan anak dan lebih mementingkan

kegiatan ekstrakulikuler umum seperti les balet, basket, les bahasa inggris dan

laim-lain.

Jawaban dari permasalahan tersebut adalah bahwasannya pemerintah telah

melakukan pengawasan semaksimal mungkin terkait dengan masalah pendidikan

non formal madrsah diniyah, namun kurangnya sosilaisasi menjadi hambatan

yang sangat urgen, sehingga masyarakat menganggap bahwa tidak adanya

perhatian khusus terkait dengan masalah ini. Padahal sudah sangat jelas dalam

Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Lembaga

pendidikan Islam, memiliki legistimasi sebagai salah satu lembaga integral dalam

sitem pendidikan Nasional.  Lembaga pendidikan Islam tersebut adalah Madrasah

diniyyah sertaPeraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 55 Tahun

2007 Tentang pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. pada pasal 15

sampai dengan pasal 20 berisi tentang regulasi pendidikan Madrasah Diniyah

yang berhubungan dengan  jenjang pendidikan,  kurikulum,  standar kompetensi

ilmu-ilmu yang bersunber dari  ajaran Islam, dan tenaga pendidik dan

kependidikan Jenjang Madrasah Diniyah sendiri meliputi; Diniyah Ula (SD/MI),

Diniyah \wustho  (MTs SMP), dan Diniyah Ulya (MA/SMA).

e. Evaluasi Program

Workshop Bimtek Madrasah Diniyyah yang dilaksanakan di Aula Desa

Imbanagara Raya hari Selasa, 11 Agustus 2015 dengan pemateri Bapak Ahmad

Page 19: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

Farhani, S.Ag.,M.Pd.I dengan dihadiri oleh kurang lebih 50 peserta berjalan

dengan tertib dan lancar. Peserta workshop terdiri dari tenaga pengajar dan

aparatur pemerintah Desa Imbanagara Raya serta dihadiri oleh Bapak Ketua MUI

Desa Imbanagara Raya. Kegiatan ini sangat aktif karena antusiasmenya para

peserta workshop yang hadir.

f. Kelemahan Program

Kegiatan yang kami selenggarakan tentunya masih banyak kekurangan,

khususnya dalam workshop Bimtek Madrasah Diniyah. Salah satu kelemahan

yang dirasakan adalah molornya waktu terkait dengan acara ini yang diakibatkan

karena keterlambatan kehadiran para peserta ke Aula Desa Imbanagara Raya.

Masalah kedisiplinan seperti keterlambatan datang ketika menghadiri acara

dianggap hal yang biasa ,tapi sebenarnya itu mencerminkan kepribadian dari

masing-masing individu yang hal itu haruslah diperbaiki agar tidak menjadi

kebiasaaan yang buruk.

g. Tindak Lanjut

Tindak lanjut dari kegiatan ini khususnya bagi Desa Imbanagara Raya lebih

meningkatkan lagi perhatian baik dari aparatur pemerintah setempat maupun

tenaga pengajar terhadap perkembangan Madrasah Diniyyah. Serta terbangunnya

motivasi bagi para pendidik dalam kegiatan belajar mengajar di Madrasah

Diniyyah.

C. Penutup

Sebagai Desa percontohan Se-Kabupaten Ciamis, Desa Imbanagara Raya

pada dasarnya merupakan desa yang maju dengan beragam potensi yang

dimilikinya. Masyarakat yang notabene pemeluk agama Islam tentu sangat

memahami norma dan moral yang dianut dalam ajaran Islam. Perhatian

masyarakat terhadap keagamaan pun sudah cukup baik, hanya saja ada beberapa

masalah yang harus diperbaiki dan lebih ditingkatkan lagi. Kehidupan sosial di

Desa Imbanagara Raya terjalin sangat baik sehingga sebagai peserta KKN kami

merasa bahwa kami tidak sedang berada di rumah orang melainkan di rumah kami

sendiri, itu karena keramahan dan keterbukaan masyarakat dan juga aparatur

Page 20: Madrasah Diniyah Sebagai Wadah Pembentukan Ummat Berlandaskan Syari

pemerintah yang senantiasa membantu dalam berbagai pelaksanaan kegiatan yang

kami selenggarakan.

D. Daftar Pustaka

Departemen Agama, Kurikulum madrasah diniyah Awaliyah, Direktorat jendral

Pembinaan Kelembagaan Agama Isalm, 1997.

Departemen Agama,sejarah Perkembangan Madrasah, direktorat Jenderal

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,1998.

Mal An Abdullah dkk, Laporan Penelitian ,studi Evaluasi Penyelenggaraan

Madrasah Diniyah,h.4

M.Ishom Saha, Dinamika madrasah Diniyah di Indonesia : menelusuri akar

sejarah Pendidikan NoN Formal (Jakarta : Pustaka Mutiara,2005)h.42

Undang-undang Dasar Republik Indonesia

Http://wasiat-jakarta.blogspot.com/2008/10/mengembangkan-pendidikan-diniyah-

di.html

http://www.anekamakalah.com/2012/06/madrasah-diniyah-problema-dan-

solusi.html