bab iv analisis dan pembahasan -...
TRANSCRIPT
25
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan analisis atau hasil
penelitian beserta bahasanya. Hasil analisis dan pem-
bahasannya merupakan jawaban atas persoalan pene-
litian yang terdapat dalam bab satu. Pembahasan bab
ini berkaitan dengan kinerja guru wiyata bhakti SD
Negeri di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran
Kabupaten Temanggung.
4.1 Gambaran Responden
Penelitian ini melibatkan 6 Sekolah Dasar Negeri
di wilayah dabin 1 Kecamatan Kaloran. Responden
dalam penelitian ini 36 orang yang terdiri dari 6 kepala
sekolah, 12 guru negeri (PNS), 12 guru wiyata bhakti
dan 6 siswa sekolah dasar di lingkungan UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Kaloran.
Jadi masing-masing kepala sekolah diikutserta-
kan sebagai responden, sementara guru yang diambil
dari PNS, tiap-tiap SD hanya beberapa orang begitu
juga dengan guru yang masih wiyata bhakti, yakni:
guru PNS atau wiyata bhakti yang diambil hanya 2
sampai 3 orang tiap-tiap sekolah dasar. Untuk siswa
masing-masing sekolah dasar 1 siswa.
26
Latar belakang responden bila dilihat dari usia,
pendidikan dan masa kerja seperti yang tersaji dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Daftar Usia, Pendidikan dan Masa Kerja Responden
Responden Kepala Sekolah
USIA Pendidikan Masa Kerja
20-30
31-40
41-50
51-60
Jumlah
SLTA
D 2
S 1
S
2
Jumlah
1-10 11-20
21-30
31-40
Jumlah
- - 4 2 6 - - 6 - 6 - - 5 1 6
Responden Guru PNS
2 1 7 2 12 - 2 10 - 12 3 2 6 1 12
Responden Guru Wiyata Bhakti
9 2 1 12 1 3 8 - 12 11 - 1 - 12
Sumber: hasil wawancara, 2013
Bila dilihat dari sisi usia kepala sekolah yang
berusia 20 sampai 40 tahun tidak ada, yang berusia di
antara 41 tahun sampai 50 tahun ada 4 orang, usia 51
sampai 60 tahun ada 2 orang. Bisa disimpulkan
bahwa di usia muda pada Sekolah Dasar Negeri
hampir tidak ada yang menjadi kepala sekolah.
Dikarenakan beberapa faktor, karena persyarat-
an yang sulit dan tunjangan kepala sekolah yang tidak
sesuai dengan harapan. Melihat usia guru PNS
(Pegawai Negeri Sipil) yang usia muda juga sangat
27
sedikit sekali yang berada pada usia 20 sampai 30
tahun, yaitu sebanyak dua orang; usia 31 sampai 40
tahun hanya 1 orang, tetapi yang usia 41 tahun
sampai 51 tahun menunjukkan angka yang cukup
tajam yaitu 7 orang. Dari tahun ke tahun selalu ada
yang pensiun tetapi tidak seimbang dengan pengang-
katan CPNS, bahkan dua tahun belakangan ini tidak
ada pendaftaran CPNS. Hanya akhir tahun 2013 ada
tes CPNS diambilkan dari guru wiyata bhakti yang
sudah wiyata sampai tahun 2005. Hal tersebut meng-
akibatkan sangat sedikit sekali guru PNS yang masih
berusia muda atau kurang dari 35 tahun.
Guru wiyata bhakti bila kita lihat dari tabel di
atas terlihat jelas bahwa usia mereka masih sangat
muda yaitu antara 20 sampai 30 tahun (9 orang), dua
orang berada pada usia 31 sampai 40 tahun, dan 1
orang di usia 52 tahun. Kenyataan di atas baru kita
ketahui dari satu gugus terlihat jelas dan semangat
dalam bekerja, tetapi pemerintah seakan-akan tidak
memperhatikan nasib mereka.
Dilihat dari pendidikan, dari 6 sekolah dasar
negeri yang menjadi tempat penelitian, hampir semua
kepala sekolah sudah sarjana, walau dulu pada waktu
pengangkatan menjadi kepala sekolah masih memiliki
ijazah Diploma II. Adapun guru PNS yang memiliki
ijazah Diploma II ada 2 orang, yaitu guru-guru ang-
katan lama yang belum sempat meneruskan S1 kare-
na beban biaya sekolah anaknya yang menjadi ken-
dala, sehingga mereka belum berani meneruskan per-
28
kuliahan. Dengan demikian, dari 12 responden yang
diteliti, sebagian besar sudah lulus sarjana pendidik-
an, hanya dua orang yang berijasah Diploma II.
Hampir sama antara kedudukan PNS dan guru
wiyata bhakti bila dipandang dari segi pendidikan.
Yang masih berijasah SLTA satu orang, itu karena
letak tempat tinggal yang jauh dari kota. Beliau adalah
guru agama Islam yang sampai saat ini belum
diangkat walau usia sudah lebih dari 50 tahun.
Adapun responden yang memiliki ijazah Diploma II
masih 3 orang, akan tetapi mereka tetap menguasai
IPTEK, sedangkan guru wiyata bhakti yang sudah
berijazah sarjana pendidikan sebanyak 8 orang.
Masa kerja kepala sekolah yang memiliki masa
kerja 10 tahun tidak ada, bahkan mereka yang
memiliki masa kerja antara 11 sampai 12 tahun.
Mereka yang mendaftar kepala sekolah sebagian besar
yang sudah mengabdi kepada bangsa dan negara
cukup lama. Sebagian besar memiliki masa kerja
antara 21 sampai 30 tahun, yaitu sebanyak 5 orang
dari 6 orang.
Masa kerja guru PNS bervariasi, yang masa
kerja 1 sampai 10 tahun sebanyak 3 orang, tetapi
sebagian besar sebagai guru PNS. Mereka memiliki
masa kerja antara 21 sampai 30 tahun (6 orang guru),
sedangkan untuk guru wiyata bhakti mereka masih
memiliki masa kerja yang sangat sedikit yaitu antara 1
sampai 10 tahun berjumlah 11 orang dari 12 orang
29
yang menjadi responden,
Dari data di atas jelas kita ketahui bahwa usia
mereka masih relatif muda dan masih mempunyai
masa kerja sedikit, tentu saja semangat kerja mereka
juga baik. Sementara untuk responden dari siswa,
oleh peneliti tidak dibuat dalam tabel karena usia
siswa Sekolah Dasar rata-rata hampir sama, yaitu
antara 6 sampai 12 tahun. Ada juga siswa yang sudah
berusia lebih dari 12 tahun karena sering tidak naik
kelas. Umumnya mereka adalah siswa yang memiliki
kemampuan kurang, namun ada juga yang karena
diajak oleh orang tuanya bekerja di luar pulau, dan di
rantau tidak bersekolah.
4.2 Analisis
4.2.1 Kinerja Guru Wiyata Bhakti
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada
kepala sekolah, guru PNS (Pegawai Negeri Sipil), guru
wiyata bhakti dan siswa di lingkungan UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung, sebagian besar dilakukan dengan cara
wawancara. Adapun wawancara dilakukan pada saat
istirahat, sedangkan untuk wawancara dengan kepala
sekolah tidak harus pada jam istirahat, karena kepala
sekolah memiliki waktu mengajar hanya 6 jam per
minggu. Jadi untuk melakukan wawancara peneliti
tidak mengalami kesulitan, yang penting ada waktu
dan kesempatan peneliti langsung melakukan wawan-
30
cara dengan kepala sekolah. Dapat diidentifikasikan
beberapa faktor yang termasuk dalam kinerja guru
wiyata bhakti tentang kedisiplinan, komitmen dan
tanggung jawab para guru wiyata bhakti Sekolah
Dasar Negeri di Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung.
Berikut pendapat responden yang dikemukakan
oleh kepala sekolah, guru yang sudah menjadi PNS,
guru wiyata bhakti sendiri dan 6 siswa tentang
kedisiplinan, komitmen dan tanggung jawab guru
wiyata bhakti di Sekolah Dasar Negeri di dabin 1
Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.
Tabel 4.2
Pendapat responden tentang disiplin, komitmen dan tanggung jawab guru wiyata bhakti di
lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan
Kaloran Kabupaten Temanggung
Kompo-nen
Guru Wiyata Bhakti
Kepala Sekolah
Guru PNS
Siswa
Kedi-siplinan
Kami berusaha datang sebelum jam pelajar-an mulai dan pulang sesuai jadwal yang sudah ada dan ditentu-kan
Kami me-makai seragam sesuai tata tertib yang dibuat
Kedisi-plinan mereka sangat baik. Datang sebelum pelajaran dimulai pulang sesuai jam kerja.
Berpa-kaian seragam sesuai jadwal yang
Jarang ijin tidak masuk kerja
Berpakain rapi sesuai dengan aturan dan jadwal yang ditentukan Pemda.
Datang tepat waktupulang sesuai jam kerja yang sudah di tentukan
Disiplin terhadap
Jarang tidak masuk kerja
Berpakaian seragam
Datang sebelum jam pelajaran dimulai, pulang setelah murid-murid pulang
Tugas dikerjakan dengan baik, membantu menjaga dan mendidik
31
Pemda.
Semua tugas beru-saha saya selesaikan dengan tepat waktu.
ditentu-kan Pemda.
Selalu buat ad-ministrasi kelas
Jarang ijin tidak me-laksana-kan tugas
Mematuhi tata tertib yang ada
tugas yang diberikan yaitu mengajar
Komitmen Saya sangat menikmati pekerjaan ini walau gaji yang sangat minim
Mengajar adalah salah satu ibadah yang harus kami lakukan dengan ikhlas
Mereka bekerja penuh tanggung jawab tanpa ada unsur paksaan, selalu berkomitmen ingin menjadi guru
Mereka bekerja tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun
Melaku-kan tugas walau gaji rendah
Tetap sema-ngat dalam bekerja sebagai pengajar
Semangat dalam men-jalankan tugasnya
Menjalankan tugas sesuai Toproksi
Mengerjakan tugasnya sebagai seorang pengajar
Rajin dalam menjalankan tugas-tugas-nya
Tidak pernah mengeluh dalam men-jalankan tugasnya
Sepenuhnya iklas menjadi guru
Melaksanakan tugas sebagai wali kelas
Membimbing, mengajar dengan tulus
Tetap bekerja keras sesuai tugas pokok dan fungsi walau peng-hasilan tida sesuai harapan
Mengajar pernuh dengan kesabaran
32
33
Kinerja guru wiyata bhakti di lingkungan UPT
Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran, mereka mem-
punyai tugas yang sungguh berat yaitu:
Tugas-tugas yang mereka kerjakan adalah sebagai panitia PSB(Panitia Penerimaan Siswa Baru),
membuat soal-soal UTS (Ujian Tengah Semester),
entri nilai UAS juga sebagai guru kelas secara otomatis mengerjakan admnistrasi kelas juga.
Kedisiplinan adalah latihan atau pendidikan,
disiplin akan menitik beratkan pada bantuan para
pegawai untuk mengembangkan sikap yang baik ter-
hadap pekerjaan, disiplin yang baik akan memper-
cepat tercapainya tujuan yang diinginkan pada suatu
lembaga pendidikan. Kedisiplinan mereka tidak dira-
gukan lagi. Berikut pendapat guru PNS tentang
kediplinan guru wiyata bhakti di SD tempat mereka
bekerja:
Mereka datang sebelum jam pelajaran mulai
pulang sesuai jam kerja. Jarang ijin tidak masuk kerja, disiplin berpakaian rapi sesuai aturan dan
jadwal yang dintentukan Pemda. Mengerjakan
tugas rutin sebagai guru kelas, semua tugas dikerjakan dengan baik.
Komitmen mereka adalah melaksanakan tugas
pokok sebagai pengajar, apapun yang terjadi. Mereka
tetap bekerja penuh tanggung jawab tanpa ada unsur
paksaan dari pihak manapun. Berikut pendapat salah
satu guru PNS:
Tetap semangat dalam bekerja sebagai pengajar, melaksanakan semua tugas yang dikerjakan walau
gaji mereka jauh dari harapan sangat kecil sekali,
34
tanpa mengeluh. Sepenuhnya ikhlas menjadi
guru.
Mereka mempunyai tanggung jawab penuh pada
tugas yang dibebanan, tugas diselesaikan tepat
waktu sesuai yang ditentukan. Tanggung jawab penuh pada kelas yang dipegangnya, menjalankan
administrasi kelas dengan penuh kesungguhan,
mengajar penuh kesabaran, mengoreksi PR yang
diberikan kepada siswa, bila ada siswa yang sakit rela menolong dan merawat ketika disekolah.
Tugas pokok tetap dilaksanakan yaitu mendidik,
mengajar dan mengasuh, bahkan mengajar ekstra-kulikuler (pramuka, seni tari, dan lain-lain).
Tanggung jawab yang begitu besar, mereka
laksanakan, kesabaran dan kegigihan mereka pantas
mendapat perhatian dari pemerintah, tetapi mereka
belum merasakan kesejahteraan yang setimpal dengan
apa yang mereka laksanakan, dengan upah yang
berkisar Rp. 200.000,00 tiap bulan, hanya cukup
untuk beli bensin bagi mereka yang dekat, kalau
mereka yang jauh bisa mengeluarkan dari sakunya
sendiri.
Kinerja guru Wiyata Bhakti di lingkungan UPT
Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung, mereka tetap mempunyai kemauan dan
semangat dalam menjalankan pekerjaannya. Berikut
hasil wawancara dengan responden salah satu guru
Pegawai Negeri Sipil tentang komitmen mereka dalam
menjalankan tugas:
Menurut pengamatan kami para guru wiyata bhakti di sekolah ini tetap berkomitmen dalam
menjalankan tugas, penuh semanggat bahkan
kebanyakan mereka sebagai wali kelas dan
35
Tidak pernah merasa terpaksa bila diberi tugas
tambahan, jiwa mereka sudah sepenuhnya ikhlas menjadi guru, walau masih menjadi guru wiyata
bhakti.
Mereka juga tidak pernah terpaksa dalam menjalan-
kan tugas, bagi mereka menjadi guru sudah tekad
untuk mengabdikan kepada bangsa dan negara.
Kepercayaan diri yang dimiliki para guru wiyata
bhakti di lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamat-
an Kaloran rata-rata sudah ada dan mantap. Setiap
mengerjakan tugas-tugas mereka selalu selesai dapat
menyelesaikan tepat waktu dan tingkat kebenarannya
sudah hampir seratus persen. Contoh: mereka dapat
menyelesaikan Dapodik dengan sukses, terbukti kalau
tidak selesai data sertifikasi tidak akan cair karena
harus melewati beberapa tingkatan penyelesaian, yaitu
sudah update, siap Surat Keputusan, baru keluar
Surat keputusan Mendikbud. Kepercayaan diri pada
para guru wiyata bhakti di Kecamatan Kaloran dikate-
gorikan baik sekali.
Kompetensi guru wiyata bhakti di Kecamatan
Kaloran secara aktual dapat dilihat baik dari segi
personal maupun sosial. Dari segi personal mereka
mempunyai cukup kemampuan (ability); pengetahuan
(knowledge); dan kesanggupan (capable). Mereka
mampu menggunakan pengetahuan dan keterampilan
dalam pembelajarannya sebagai guru wiyata, antara
lain mempersiapkan anak-anak untuk maju lomba
atau kegiatan jambore. Kegiatan ini banyak dikelola
36
oleh guru wiyata Bhakti, dan hasilnya adalah anak
didik mereka mendapat juara, khususnya di tingkat
Kecamatan Kaloran.
Dari dimensi sosial mereka telah membuat
kontribusi dari satuan pendidikan tempat mereka
kerja. Hasil dapat dirasakan semua warga sekolah
karena tugas yang diperintahkan dinas kepada satuan
pendidikan kebanyakan merekalah yang mengerjakan.
Sekolah juga menjadi terbantu pekerjaannya dengan
kompetensi yang dimiliki oleh para guru wiyata bhakti.
Hampir semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh
mereka apalagi data yang dibutuhkan dinas akhir-
akhir ini sering dengan sisten online. Berikut hasil
wawancara dengan responden tentang hal-hal yang
dikerjakan guru wiyata bhakti:
Menurut pengamatan kami, mereka mengemban
tugas-tugas di antaranya:
sebagai guru kelas, secara otomatis juga menger-
jakan adsministrasi kelas, bila akan jambore pramuka mereka juga menjadi pelatih atau mem-
bina lomba-lomba lain yang secara rutin tiap
tahun pasti ada di tingkat kecamatan sebagai contoh Popda, mengerjakan inventaris barang,
operator NUPTK, operator Dapodik dan Adminis-
trasi Bos, bahkan masih ada pekerjaan kelas.
Kontingensi merupakan lingkungan fisikal dan
interpersonal di dalam pekerjaan. Suatu kondisi yang
memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaan,
tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak mana pun,
mereka tetap melaksanakan tugas sesuai apa yang
diperintahkannya. Mereka mendapatkan sarana dan
37
prasarana yang diperlukan, dengan ketulusan mereka
bekerja disertai peralatan yang lengkap dan situasi
teman-teman guru yang kompak, menjadikan guru
wiyata bhakti mampu bekerja dengan maksimal.
Berikut hasil wawancara dengan responden:
......saya menikmati pekerjaan ini, karena bersama anak-anak adalah pekerjaan yang menyenangkan ,
karena bekerja dengan tulus dan ikhlas akan
mendatangkan rejeki tersendiri walau tidak harus
dari sekolah,saya juga tidak terpaksa menjalani pekerjaa ini,karena sudah menjadi cita-cita saya
menjadi guru.
Para responden memiliki gambaran ideal dalam
profesi, mereka mengungkapkan bahwa statusnya
sebagai Guru Wiyata Bhakti juga perlu diperhatikan
oleh pemerintah. Pelaksanaan UU tentang Guru dan
Dosen pun diharapkan dapat berjalan dengan baik.
Beberapa responden mengatakan memiliki pe-
kerjaan sambilan yang ditekuninya. Ini adalah untuk
menambah penghasilan dan untuk mencukupi kebu-
tuhan hidupnya. Seperti yang diungkapkan salah satu
responden berikut ini:
“….karena untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, jika hanya mengandalkan gaji dari
Guru Wiyata Bhakti jelas tidak cukup…”
Hal ini bisa dimaklumi karena penghasilan yang
diterima oleh responden sebagai Guru Wiyata Bhakti
bisa dikatakan masih belum bisa mencukupi kebu-
tuhan keluarga sepenuhnya. Responden yang memiliki
38
pekerjaan sambilan melukis menyatakan selain untuk
dapat menambah penghasilan, melukis juga merupa-
kan hobinya.
Pada saat peneliti menanyakan pada responden
tentang keberadaannya sebagai guru wiyata bhakti,
misalnya ada profesi lain yang lebih menggiurkan
secara finansial, apakah mereka akan meninggalkan
pekerjaan sebagai guru wiyata bhakti? Sebagian besar
responden menyatakan tetap ingin menggeluti profesi
guru bagaimana pun keadaannya. Beberapa respon-
den bahkan dengan tegas menyatakan tidak akan
berpindah ke profesi lain ataupun tidak terpikirkan
sama sekali. Ada responden yang mempertimbangkan
menerima profesi lain namun tetap tidak meninggal-
kan profesinya sebagai guru. Ini berarti para respon-
den memiliki komitmen yang tinggi terhadap profesi
guru. Hal ini menegaskan bahwa masalah penghasilan
tidak menyurutkan komitmen para responden sebagai
guru wiyata bhakti.
Sebagian besar responden menyatakan “Guru
adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, hanya cocok
untuk para Guru Wiyata Bhakti dengan alasan gaji
Guru Wiyata Bhakti yang minim tetapi beban pekerja-
an sama dengan PNS yang gajinya jauh lebih besar.
Ketika peneliti menanyakan tentang hal terberat
yang pernah dialami responden selama menjadi guru,
beberapa responden menyatakan, hal yang terberat
yang pernah dialami adalah ketika melihat anak didik
39
mengalami kegagalan dan ketika anak didik tidak
mampu menyerap ilmu yang telah disampaikan.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden:
“…..sangat prihatin ketika siswa atau anak didik kita tidak mampu menyerap ilmu yang telah kita
sampaikan….”disamping itu malah menjadi anak
yang sulit diatur,bertindak semaunya sendiri di kelas,,apalagi ketahuan dia mencuri uang milik
temannya.
Beberapa responden menyatakan, hal yang
paling berkesan adalah ketika siswa dapat berprestasi,
misalnya dapat meraih juara dalam suatu lomba, atau
dapat peringkat satu dalam Ujian Nasional, atau siswa
mampu menyerap ilmu yang telah diberikan serta
dapat mengaplikasikan ilmu tersebut. Beberapa res-
ponden lainnya menyatakan hal yang paling berkesan
adalah ketika menghadapi siswa dalam proses KBM,
karena mereka harus menghadapi karakter siswa yang
berbeda-beda.
4.2.2 Faktor Pendukung Guru Wiyata Bhakti
Peneliti ingin mengetahui faktor pendukung para
guru wiyata bhakti Sekolah Dasar Negeri dalam
menjalankan tugasnya sehingga mempunyai kinerja
yang baik di lingkungan UPT Dinas Pendidikan
kecamatan Kaloran kabupaten Temanggung. Berikut
ini daftar faktor pendukung, guru wiyata bhakti dalam
menjalankan tugas-tugasnya:
40
Tabel 4.3 Faktor Pendukung Guru Wiyata Bhakti dalam
Menjalankan Tugasnya
Faktor Pendukung Jumlah
Ingin menjadi PNS 12
Dukungan Keluarga 12
Memanfaatkan ijasah 7
Panggilan Jiwa 8
Dukungan Kepala sekolah dan rekan kerja yang PNS 10
Kebutuhan ekonomi 3
Sumber: Hasil Wawancara 2013
Sebagian besar responden menyatakan faktor
pendukung utama adalah dukungan dari keluarga.
Dukungan dari keluarga sangat dominan bagi guru
wiyata bhakti dalam menjalankan tugasnya. Ketika
ditanya tentang tanggapan keluarga terhadap profesi
responden sebagai guru, semua responden menyata-
kan bahwa sebagian besar keluarga para responden
mendukung profesinya sebagai guru, siapa tahu suatu
saat terjaring menjadi PNS (pegawai Negeri Sipil).
Keluarga para responden menyatakan bangga
menjadi bagian dari keluarga seorang guru. Selain itu,
keluarga yang tidak banyak menuntut juga merupa-
kan bentuk dukungannya pada profesi responden.
Responden lainnya menyatakan faktor pendu-
kung utama dalam menjalankan tugas sebagai Guru
Wiyata Bhakti adalah latar belakang pendidikan yang
sesuai dengan bidangnya sehingga responden meman-
faatkan ijazah yang dimilikinya. Beberapa responden
41
lainnya menyatakan ingin menyalurkan ilmu yang
dimilikinya kepada orang lain (siswa). Sedangkan
responden lainnya menyatakan faktor pendukung
Guru Wiyata Bhakti dalam menjalankan tugasnya
adalah kebutuhan hidup yang menyebabkan respon-
den memilih profesi guru wiyata bhakti.
4.3 Pembahasan
Pada penelitian ini, ada berbagai latar belakang
yang dijadikan faktor pendukung oleh para responden
yang memiliki kinerja yang baik, yaitu berkeinginan
kuat untuk menjadi guru dengan status PNS, selain
kepastian status kepegawaian dan masalah kesejah-
teraan yang mendorong para responden menjadi guru
PNS. Hal tersebut juga didukung oleh teori yang
disebutkan oleh Muchtar Lubis (dalam Marzali, 2007)
yang merupakan salah satu ciri masyarakat Indonesia
adalah jadi pegawai negeri merupakan sebuah idaman.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa sebagian
besar manusia Indonesia berkeinginan menjadi pega-
wai negeri.
Menurut Sarwono (2001), di Indonesia status
pegawai negeri sipil diyakini lebih memberikan perasa-
an aman dibandingkan dengan status pegawai swasta.
Selain itu kinerja mereka baik karena dukungan
keluarga yang baik, orang tua ada yang bangga memi-
liki anak sebagai guru walau masih status wiyata
bhakti. Tanpa dorongan keluarga seseorang tidak
42
dapat bekerja dengan maksimal. Keluarga tidak
banyak menuntut hidup mewah, seperti yang diung-
kapkan salah satu guru wiyata bhakti ketika peneliti
tanya tentang kebutuhan hidup.
...saya setelah pulang sekolah kerja tambahan
juga dirumah,rejeki ada saja.Tuhan senantiasa
memenuhi kebutuhan umatnya bila dia selalu bekerja dan berharap kepadaNya,
Pemanfaatan ijasah juga sebagai alasan mereka
mengabdi, kata mereka ilmu yang tidak digunakan
akan hilang/lupa. Di samping itu mereka merasa tidak
nyaman di lingkungan masyarakat, karena sudah
kuliah tetapi belum bekerja, atau dia dulu sekolah di
jurusan guru sekarang bekerja menjadi petani. Itu
yang dialami bagi mereka yang hidup di pedesaan.
Mereka bertahan pada pekerjaan guru wiyata karena
ingin memberi motivasi kepada teman-teman atau
anak mereka yang masih kuliah tetap semangat, dan
bisa menyelesaikan kuliah dengan baik. Di samping
itu mereka memanfaatkan kemampuan yang mereka
miliki.
Menurut Robbins (2008), kemampuan (ability)
adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh ke-
mampuan tersusun dari dua faktor yakni kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan inte-
lektual kalau tidak pernah digunakan juga akan
mengalami hambatan dalam perkembangan dalam
berfikir, karena kemampuan intelektual juga akan
43
melemah kalau fisik kita juga lemah. Hal inilah yang
menjadikan alasan mereka untuk tetap bekerja untuk
memanfaatkan ijasah yang nereka miliki.
Di samping berbagai alasan tersebut di atas, ada
juga yang memilih menjadi guru wiyata sebagai
panggilan jiwa, karena jiwa mereka sudah ikhlas
menjadi abdi negara. Dengan tulus bekerja lebih baik,
mereka tetap berkomitmen apa pun yang terjadi tetap
pada pekerjaan guru, karena guru adalah pekerjaan
yang mulia, sambil beramal selama hidup di dunia.
Mereka berpendapat, penghasilan sedikit cukup tetapi
dengan penghasilan banyak bisa kurang, semua itu
tinggal bagaimana kita memilah-milah kebutuhan
hidup dan mensyukuri apa yang kita miliki, yang
penting bisa selalu hidup nyaman dengan kedamaian
hati. Didasari bahwa menjadi guru adalah panggilan
jiwa, maka mereka tetap bekerja dengan kedisiplinan
tinggi dan bertanggung jawab penuh pada tugas-tugas
yang dibebankan padanya, meskipun masih berstatus
sebagai guru wiyata bhakti.
Motivasi dari kepala sekolah yang selalu mem-
berikan arahan tetap berkinerja baik, semua itu
sebagai wahana untuk latihan bekerja, latihan bergaul
dengan dunia kerja, juga latihan bekerjasama dengan
orang-orang yang berbeda latar belakang. Mungkin
beda agama dan beda tempat tinggal, tetapi dengan
selalu bekerjasama denan baik akan meningkatkan
rasa satu keluarga dengan sesama guru, apalagi yang
sudah lama menjadi satu sekolahan. Jika terjalin rasa
44
kekeluargaan yang baik, kita akan merasa nyaman
bekerja karena hampir tidak ada pertengtangan antara
kepala sekolah, guru PNS, dan guru wiyata bhakti.
Kepala sekolah selalu mendorong, menyemangati dan
berpesan kepada mereka yang masih berstatus wiyata
bhakti: bila nanti sudah diangkat menjadi PNS,
hendaknya prestasi selalu meningkat.
Seseorang akan tetap termotivasi berkinerja baik
bila telah mendapatkan apa yang diinginkan Mas’ud
(2002). Hal ini sebagai penilai perasaan atau sikap
umum guru terhadap pekerjaan yang meliputi antara
lain: gaji, hubungan sosial di tempat kerja, lingkungan
kerja, dan pekerjaan itu sendiri. Jadi gaji bukan satu-
satunya pemacu mereka berja baik, tetapi juga ling-
kungan tempat kerja.
Alasan yang terakhir karena faktor ekonomi.
Menurut mereka, karena mencari pekerjaan lain sulit,
maka mereka mengikuti suami atau istri. Biasanya
tempat tinggal mereka juga tidak jauh dari tempat
kerja, jadi cukup jalan kaki sudah sampai pada
tempat kerja. Alasan mereka walau sedikit tapi dapat
membantu kebutuhan keluarga, di samping itu jika
hanya tinggal di rumah kadang membuat kejenuhan,
apalagi mereka mempunyai ilmu, kemampuan dan
tingkat pendidikan yang tinggi.
Pendapat-pendapat di atas merupakan faktor
pendukung mereka memilih pekerjaan sebagai guru
wiyata bhakti dengan kinerja yang baik di lingkungan
45
UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran Kabupaten
Temanggung, yang mereka tunjukkan melalui kedi-
siplinan, komitmen dan tanggung jawab kerja yang
tinggi.
Kedisiplinan menurut Moekijat (2005) adalah
kesanggupan menguasai diri yang diatur. Disiplin
berasal dari bahasa Latin yaitu diciplina yang berati
latihan, kependidikan, kesopanan, kerohanian serta
pengembangan tabiat. Sedangkan komitmen dalam hal
ini adalah apa pun yang akan terjadi mereka tetap
bekerja sesuai dengan tupoksi dan membawa nama
baik guru. Mereka bertanggung jawab penuh pada
tugas-tugas yang diberikan dan menyelesaikannya
dengan baik dan tepat waktu. Di samping itu merka
juga bertanggung jawab penuh pada kelas yang
dipegangnya.
Alasan lain adalah mereka terpacu oleh kebijak-
an pemerintah tentang sertifikasi guru. Dengan ada-
nya program sertifikasi guru, semakin menambah
minat para responden menjadi guru wiyata bhakti.
Siapa tahu kebijakan pemerintah suatu saat berpihak
pada guru wiyata bhakti, karena guru-guru yang
mengabdi di sekolah swasta sudah ada yang bisa
mendapat sertifikasi, kenapa yang wiyata di sekolah
negeri tidak? Kenapa pemerintah memandang sebelah
mata terhadap guru wiyata bhakti?
Dengan kinerja yang baik mereka terus ber-
harap, suatu saat akan ada kebijakan baru dari
46
pemerintah. Paling tidak para guru wiyata bhakti bisa
memperoleh gaji yang layak, kesejahteraan yang baik,
bisa diangkat menjadi PNS, sehingga nantinya dapat
memperoleh sertifikat pendidik dan dapat menikmati
program pemerintah tentang sertfikasi guru.