bab iv analisis dan pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2008-2-00017-ak bab...
TRANSCRIPT
61
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Ruang lingkup audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan
persediaan suku cadang PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter sebagai
berikut: bagaimana Sistem Pengendalian Intern atas fungsi pembelian dan
pengelolaan persediaan suku cadang, bagaimana fungsi pembelian suku cadang
dibatasi pada prosedur dan kebijakan pembelian suku cadang pada supplier
lokal, bagaimana pengelolaan persediaan suku cadang dibatasi dari prosedur
dan kebijakan penerimaan, pencatatan persediaan dengan cara stock opname
dan pengeluaran persediaan suku cadang, dan apakah telah tercapai efisiensi
dan efektifitas dalam fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan suku
cadang.
IV.1 Survei Pendahuluan
Pelaksanaan audit operasional di PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter
dimulai dari tahap survei pendahuluan. Survei pendahuluan dilaksanakan untuk
memperoleh informasi dan data mengenai perusahaan yang menjadi objek
penelitian dalam waktu relatif singkat mengenai latar belakang, aspek kegiatan
organisasi, program atau prosedur yang dipertimbangkan untuk diperiksa agar
dapat diperoleh gambaran yang memadai mengenai obyek penelitian dalam hal
ini adalah fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan suku cadang pada PT
KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter.
62
Tujuan dari kegiatan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis
dimaksudkan untuk :
a. Mengetahui situasi dan kondisi perusahaan yang akan diperiksa, cara kerja
dari fungsi-fungsi yang berkaitan dengan pemeriksaan operasional.
b. Meminta informasi mengenai prosedur dan kebijakan perusahaan atas
pembelian dan pengelolaan persediaan suku cadang
c. Mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
kuesioner.
d. Mengenal lebih jauh tentang kegiatan perusahaan.
Dengan adanya indikasi mengenai permasalahan yang dihadapi perusahaan
dalam pelaksanaan fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan suku cadang,
maka perlu dilakukan survei pendahuluan untuk memperoleh informasi
mengenai apa yang terjadi dalam fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan
PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter. Adapun prosedur survei pendahuluan
yang dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan pembicaraan terlebih dahulu dengan administration head sebagai
wakil dari perusahaan dan beberapa karyawan dari berbagai tingkat
organisasi yang dapat memberikan informasi yang diperlukan serta pada
pertemuan ini dijelaskan pula mengenai tujuan dan sasaran pemeriksaan ini.
2. Mengumpulkan data dan informasi keuangan mengenai:
Sejarah perusahaan
Produk yang diperdagangkan
63
Struktur organisasi dan uraian tugas.
Kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan fungsi pembelian
dan pengelolaan persediaan suku cadang.
3. Melakukan wawancara dengan bagian pembelian, bagian gudang serta bagian
penjualan untuk mengetahui kebijakan maupun prosedur yang diterapkan dan
penulis juga mewawancarai bagian personalia untuk memperoleh gambaran
umum dan latar belakang PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter.
4. Mengunjungi gudang parts center dan gudang PT KIA Mobil Indonesia
Cabang Sunter serta kantor perusahaan yang bersangkutan dan mengamati
secara langsung cara kerja karyawan yang terkait.
5. Mengamati tata cara penyimpanan dan tata letak persediaan di gudang PT
KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter.
6. Mempelajari prosedur pemesanan pembelian suku cadang, penerimaan,
penyimpanan dan pengeluaran persediaan suku cadang.
7. Memberikan kuesioner yang berkaitan dengan pemesanan, penerimaan,
penyimpanan, tata letak, pendistribusian dan pengawasan fisik persediaan
suku cadang kepada staff pembelian dan bagian spareparts.
8. Mengevaluasi hasil wawancara, kuesioner dan pengamatan yang dilakukan.
9. Membuat ikhtisar atas temuan-temuan penting yang diperoleh.
IV.2 Evaluasi Atas Pengendalian Intern Fungsi Pembelian dan Pengelolaan
Persediaan suku cadang
Dalam melakukan penilaian sistem pengendalian intern atas fungsi
pembelian dan pengelolaan persediaan suku cadang di PT KIA Mobil Indonesia
64
Cabang Sunter, maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap hasil
wawancara, pengamatan dan kuesioner
Berdasarkan dari hasil kuesioner dapat disimpulkan, bahwa PT KIA Mobil
Indonesia Cabang Sunter pada dasarnya sudah memiliki sistem dan prosedur
yang cukup memadai. Hal ini dilihat dari jawaban yang diperoleh, mengindikasi
adanya kebaikan-kebaikan maupun kelemahan-kelemahan dalam fungsi
pembelian dan pengelolaan suku cadang. Begitu pun halnya, dari hasil
wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan mengindikasi bahwa,
sebenarnya perusahaan memiliki sistem pengendalian yang cukup baik.
Dengan memiliki suatu sistem pengendalian yang baik, bukan berarti tidak
terdapat kelemahan-kelemahan dalam pengendalian fungsi pembelian dan
pengelolaan persediaan suku cadang yang selama ini diterapkan perusahaan.
Kelemahan-kelemahan yang ditemukan ini mustinya akan diberikan saran-saran
perbaikan. Adapun kebaikan yang ditemukan dalam fungsi pembelian dan
pengelolaan persediaan suku cadang di PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter
seperti berikut:
1. Prosedur pembelian barang selalu dilengkapi dengan formulir yang
mendukung dan dan formulir tersebut harus diotorisasi oleh pejabat yang
berwenang yang selanjutnya diarsip oleh bagian pembelian.
2. Surat Order Pembelian dibuat oleh bagian pembelian sebagai bukti yang
mendukung transaksi pembelian dan SOP harus diotorisasi oleh pejabat yang
berwenang. Dalam hal ini, perusahaan telah memiliki prosedur pembelian
yang memadai.
65
3. Bagian spareparts membuat Surat Penerimaan Gudang pada waktu suku
cadang yang diterima sesuai dengan pesanan . Dokumen ini digunakan untuk
menunjukkan bahwa suku cadang yang telah diterima dari supplier telah
memenuhi jenis, kuantintas dan kualitas suku cadang yang dipesan.
4. Suku cadang diterima dan disimpan oleh bagian gudang, apabila telah
dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara pesanan dengan barang yang
diterima. Pada saat suku cadang diterima, bagian gudang akan memeriksa
kesesuaian antara suku cadang tersebut dengan Surat Oder Pembelian dan
Surat Jalan. Jika tidak sesuai, maka bagian gudang akan menolak dan
mengembalikan barang tersebut beserta surat jalan.
5. Terdapat otorisasi dari pejabat yang berwenang untuk pengeluaran kas dalam
hal pembelian suku cadang serta pengeluaran lainnya. Hal ini menunjukkan
adanya pengendalian yang baik terhadap transaksi yang terjadi di dalam
perusahaan.
6. Bagian gudang memiliki catatan persediaan memadai yang berfungsi sebagai
dasar pembelian suku cadang.
7. Kartu persediaan dibuat berdasarkan jenis, kuantintas dan kualitas
persediaan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengendalian yang baik atas
setiap jenis persediaan, sehingga pihak manajemen bisa mengetahui jumlah
persediaan dari setiap jenis.
8. Persediaan suku cadang dikelompokkan dan diatur secara rapi. Hal ini,
menunjukkan adanya pengendalian yang baik untuk menghindari terjadinya
kesalahan meletakkan dan kemudahan dalam mencari barang yang
diperlukan
66
9. Terdapat pemisahan antara barang yang rusak dan barang yang baik. Hal ini
dapat mencengah kesalahan dalam penjualan suku cadang yang rusak ke
pelanggan dan tetap menjaga kepercayaan pelanggan kepada perusahaan.
10. Semua persediaan suku cadang di PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter
telah diasuransikan dengan menggunakan asuransi Arta Graha.
11. Fasilitas gudang sudah memadai seperti penerangan yang cukup, tersedianya
alat pemadam kebakaran.
12. Metode pencatatan persediaan menggunakan metode prepetual. Dengan
diterapkannya metode tersebut, perusahaan dapat memantau dan mengetahui
jumlah persediaan setiap saat, hal ini dikarenakan mutasi persediaan dicatat
di kartu persediaan.
13. Stock opname dilakukan setahun sekali dan karyawan yang ditugaskan
melakukan stock opname bukan karyawan yang ditugaskan mengurus dan
menyimpan bahan baku atau yang bertanggung jawab atas pencatatan
persediaan, sehingga idependensi tetap terjaga. Stock opname dilakukan oleh
bagian acconting.
Akan tetapi, juga memiliki kelemahan dalam pembelian dan pengelolaan
persediaan suku cadang. Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan yang dapat
dijadikan indakator ketidakefisienan dan ketidakefektifan operasi perusahaan
meliputi :
1. Bagian pembelian tidak mempunyai daftar supplier atau arsip sebagai
rekanan.
2. Bagian pembelian tidak meminta penawaran harga dari pemasok yang
berbeda sebelum melakukan transaksi pembelian.
67
3. Tidak ada pengawasan yang ketat terhadap siapa saja yang dapat masuk ke
gudang sparepart.
4. Lokasi gudang yang kurang tepat dan rawan akan pencurian.
5. Pemrosesan yang tertunda terhadap penemuan suku cadang yang rusak dan
kurang laku di pasaran.
Inventory turnover merupakan rasio yang mengukur frekuensi pergantian
persediaan dalam satu tahun, serta menunjukkan tingkat aktivitas penjualan.
Secara umum, semakin besar tingkat perputaran persediaan dalam perusahaan
akan mengurangi resiko terhadap kerugian yang disebabkan oleh biaya
penyimpanan persediaan, perubahan selera konsumen. Berdasarkan data laporan
keuangan PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter tahun 2004-2005 serta 2005-
2006 maka dapat diketahui, rasio perputaran persediaan ( inventory turnover) :
Tahun 2006 = Harga Pokok Penjualan Rata-rata Persedian
= Rp 284.802.283.696
Rp 153.435.372.669 : 2
= Rp 284.802.283.696
Rp 76.717.686.334,5
= 3,71 x
Tahun 2005 = Harga Pokok Penjualan Rata-rata Persedian
= Rp 586.990.061.463
Rp 160.851.778.549 : 2
= Rp 586.990.061.463
Rp 80.425.889.274,5
= 7,29 x
Rasio perputaran persediaan (inventory turnover) pada tahun 2005 adalah 7,29x.
Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menjual persediaan suku
68
cadang sebanyak 7,29x. Tahun 2006 rasio perputaran persediaan menurun
menjadi 3,71x. Hal ini berarti bahwa, perputaran inventory PT KIA Mobil
Indonesia Cabang Sunter pada tahun 2006 tidak efektif dibandingkan dengan
tahun 2005 karena inventory turnover mengalami penurunan sebesar 49,11%
Average days inventory adalah salah satu rasio aktivitas yang mengukur
jangka waktu persediaan yang berada di gudang sebelum dijual. Berdasarkan
data laporan keuangan PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter tahun 2004 -
2005 dan 2005-2006 maka dapat diketahui, rata-rata lamanya persediaan
(averange days inventory) :
Tahun 2006 = Rata-rata persediaan x 360 Harga Pokok Penjualan
= Rp 76.717.686.334,5 x 360
Rp 284.802.283.696
= 96 hari.
Tahun 2005 = Rata-rata persediaan x 360 Harga Pokok Penjualan
= Rp 80.425.889.274,5 x 360
Rp 586.990.061.463
= 49 hari.
Average Days Inventory pada tahun 2005 adalah 49 hari yang berarti persediaan
berada di gudang selama 49 hari sebelum adanya penjualan, sedangkan Average
Days Inventory meningkat pada tahun 2006 menjadi 96 hari. Hal ini berarti
bahwa, Average Days Inventory PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter pada
tahun 2006 tidak efektif dibandingkan dengan tahun 2005 karena suku cadang
lama tersimpan di gudang selama 96 hari sebelum djual dan dan dapat
menimbulkan biaya penyimpanan atas persediaan suku cadang.
69
IV.3 Prosedur Audit Atas Fungsi Pembelian.
Prosedur audit merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pemeriksaan akuntansi. Prosedur audit harus direncanakan dan dilaksanakan
dengan baik guna mendapatkan bukti-bukti audit yang diperlukan auditor dalam
pemeriksaannya.
Tujuan pelaksanaan audit operasional atas pembelian di PT KIA Mobil
Indonesia Cabang Sunter antara lain mengetahui ketaatan pelaksanaan dari
kegiatan pembelian suku cadang telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang berlaku dalam perusahaan, memahami dan mengevaluasi pengendalian atas
pembelian suku cadang dan memungkinkan mendeteksinya kelemahan yang
terjadi, mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dalam perusahaan serta
memberikan saran dan rekomendasi mengenai tindakan korektif atau perbaikan
yang perlu dilakukan
Berdasarkan hasil evaluasi pengendalian intern diatas, dapat disusun prosedur
audit atas fungsi pembelian yang dapat digunakan dalam pelaksanaan audit
terinci sebagai berikut :
1. Pemeriksaan atas prosedur pembelian suku cadang
Tujuan pemeriksaan:
Untuk memastikan bahwa prosedur pembelian suku cadang dilakukan dengan
benar sehingga proses pembelian dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Prosedur audit:
1.1 Dapatkan prosedur pembelian suku cadang secara tertulis.
1.2 Periksa dan pastikan bahwa bagian pembelian yang dapat melakukan
transaksi pembelian.
70
1.3 Periksa dan pastikan kegiatan pembelian dilakukan berdasarkan permintaan
dari bagian yang membutuhkan.
1.4 Pastikan bagian pembelian membuat Surat Permintaan Penawaran Harga
kepada supplier.
1.5 Pastikan bagian pembelian melakukan perbandingan penawaran harga untuk
menentukkan penawar terbaik.
1.6 Bandingkan prosedur pembelian tersebut dengan pelaksanaannya.
1.7 Analisis kelemahan yang terjadi dalam prosedur pembelian suku cadang.
1.8 Buat simpulan audit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas didadapatkan temuan yaitu bagian
pembelian tidak membuat surat permintaan penawaran harga kepada supplier
sehingga tidak dapat melakukan perbandingan penawaran harga. Hal ini
dilakukan karena perusahaan sudah percaya kepada satu supplier yaitu PT KIA
Motor Indonesia yang merupakan pemasok tetap perusahaan dan PT KIA Motor
Indonesia juga telah memberikan daftar harga suku cadang. Dalam hal ini, untuk
menciptakan pengendalian yang baik bagian pembelian harus membuat dan
mengirimkan surat permintaan penawaran harga ke beberapa pemasok di luar
pemasok tetap perusahaan sehingga memberikan kesempatan ke pemasok lain
untuk memberikan daftar harga suku cadang dan bahan penolongdan dapat
melakukan perbandingan harga.
2. Pemeriksaan atas pelaksanaan pembelian
Tujuan pemeriksaan:
Untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi dari pelaksanaan pembelian yang
dilakukan perusahaan serta menjaga kelancaran kegiatan operasi penjualan
71
dengan menjamin tersedianya persediaan suku cadang dalam jumlah yang
optimal.
Prosedur audit:
1.1 Periksa dan pastikan bagian pembelian melaksanakan pembelian sesuai
dengan spesifikasi permintaan dari bagian gudang dengan mencocokkkan
surat permintaan barang dengan Purchase order.
1.2 Pastikan terdapat otorisasi atas permintaan pembelian oleh pejabat
berwenang untuk mengecek keabsahannya.
2.3 Pastikan bahwa bagian pembelian menentukkan jumlah pesanan ekonomis
setiap kali melakukan pembelian.
2.4 Pastikan di bagian pembelian pernah melakukan seleksi terhadap supplier
mengenai harga, kualitas dan jangka waktu pengiriman.
2.5 Buat simpulan audit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan bagian pembelian di PT KIA Mobil
Indonesia Cabang Sunter tidak pernah melakukan seleksi pemasok baik untuk
suku cadang utama dan bahan penolong sehingga tidak mempunyai daftar
supplier. Daftar supplier hanya dimiliki oleh PT KIA Motor Indonesia. Dalam
menciptakan pengendalian dalam kegiatan pembelian sangatlah baik, apabila PT
KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter melakukan seleksi pemasok dan
mempunyai daftar supplier sebagai rekanan sehingga dapat membantu dalam
menganilisa harga, mengetahui kemampuan supplier dalam memenuhi
pemesanan.
72
IV.4 Prosedur Audit Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan
Prosedur audit merupakan rincian langkah-langkah yang dilakukan oleh
auditor dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti.
Tujuan pelaksanaan audit operasional atas persediaan di PT KIA Mobil
Indonesia Cabang Sunter antara lain mengetahui ketaatan pelaksanaan dari
kegiatan pengelolaan suku cadang telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang berlaku dalam perusahaan, memahami dan mengevaluasi pengendalian atas
pengelolaan suku cadang dan memungkinkan mendeteksinya kelemahan yang
terjadi, mengetahui apakah pengelolaan persediaan telah dilakukan secara efisien
dan efektif, mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dalam perusahaan serta
memberikan saran dan rekomendasi mengenai tindakan korektif atau perbaikan
yang perlu dilakukan.
Dalam mendapatkan bahan bukti yang kompeten, serta untuk mengetahui
sejauh mana efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan pengelolaan
persediaan suku cadang yang diterapkan PT KIA Mobil Indonesia Cabang
Sunter, maka ditetapkan tujuan dan prosedur audit sebagai berikut:
1. Pemeriksaan atas kebijakan pengelolaan persediaan suku cadang
Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengetahui apakah kebijakan pengelolaan persediaan suku cadang yang
telah ditetapkan oleh top management telah cukup memadai, sehingga
memungkinkan pelaksanaan pengelolaan persediaan suku cadang yang efektif,
efisien dan ekonomis.
Prosedur audit :
73
1.1 Melakukan wawancara dengan administration head untuk mengetahui di
perusahaan telah memiliki kebijakan pengelolaan persediaan suku cadang
baik secara lisan maupun tertulis.
1.2 Mempelajari dan mengevaluasi kebijakan pengelolaan persediaan suku
cadang baik lisan maupun tulisan serta mendeteksi kemungkinan adanya
kelemahan dalam kebijakan tersebut yang menyebabkan pelaksanaan
pengelolaan persediaan suku cadang menjadi inefektif dan inefesien.
1.3 Buat simpulan audit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengamatan di lapangan didapatkan temuan
seperti tidak ada pengawasan yang ketat terhadap siapa saja yang dapat masuk ke
gudang sparepart sehingga mekanik dapat keluar masuk gudang, pemrosesan
yang tertunda terhadap penemuan suku cadang yang rusak dan kurang laku di
pasaran. Dalam menciptakan pengendalian yang baik, harus terdapat pengawasn
yang ketat dari petugas keamanan di sekitar gudang dan hanya pihak tertentu
yang sudah menciptakan izin dari parts coordinator, suku cadang yang rusak dan
kurang laku di pasaran harus segera ditindaklanjuti oleh bagian gudang.
2. Pemeriksaan atas penerimaan persediaan
Tujuan pemeriksaan :
Untuk memastikan bahwa barang yang diterima perusahaan sesuai dengan yang
dipesan.
Prosedur audit :
2.1 Melakukan wawancara dengan partsman mengenai proses penerimaan
persediaan suku cadang.
74
2.2 Mempelajari dan mengevaluasi mekanisme penerimaan persediaan suku
cadang serta mendeteksi kelemahan yang terdapat pada mekanisme itu.
2.3 Melakukan observasi atas pelaksanaan penerimaan persediaan suku cadang
untuk mengetahui cara bagian gudang menerima barang dari jasa
pengiriman dan melakukan penghitungan atas suku cdang yang diterima.
2.4 Dapatkan Purchase order yang berfungsi sebagai pesanan pembelian, dan
Surat Penerimaan Gudang serta Surat Jalan yang berfungsi sebagai surat
bukti penerimaan barang secara sampling.
2.5 Lakukan crosscheck antara Purchase Order dengan Surat Jalan untuk
mengetahui kemungkinaan terjadinya ketidaksesuaian spesifikasi dan
kuantitas barang yang dipesan dengan barang yang diterima.
2.6 Periksa dan pastikan dalam Surat Penerimaan Gudang yang dipilih secara
sampling tersebut terdapat otorisasi dari pejabat gudang.
2.7 Bandingkan jenis dan kuantintas suku cadang dengan Surat Jalan.
2.8 Bandingkan Surat Jalan dengan Surat Penerimaan Gudang untuk
memastikan bahwa bagian gudang telah melakukan pencatatan yang sesuai
atas persediaan yang diterima dari supplier.
2.9 Buat simpulan audit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas tidak ditemukan temuan.
3. Pemeriksaan atas penyimpanan suku cadang yang ada di gudang.
Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengetahui secara pasti bahwa persediaan suku cadang telah disimpan
dan diatur penempatannya di gudang. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
proses penempatan dan keluar masuknya suku cadang di gudang.
75
Prosedur audit :
3.1 Melakukan peninjauan ke gudang sparepart untuk mengetahui proses
penyimpanan persediaan suku cadang dan fasilitas yang tersedia di gudang
serta penyusunan suku cadang yang masuk dan keluar gudang.
3.2 Mempelajari dan mengevaluasi proses penyimpanan persediaan suku
cadang serta mendeteksi kemungkinan adanya kelemahan dalam proses
tersebut.
3.3 Periksa dan pastikan di gudang telah melakukan pemisahan dalam hal
penyimpanan suku cadang reguler dengan suku cadang emergency order.
3.4 Memilih secara random persediaan suku cadang dan memeriksa persediaan
suku cadang tersebut tetap terjaga dengan baik atau tidak.
3.5 Periksa suku cadang perusahaan yang layak jual dipisahkan dengan suku
cadang yang sudah usang dan kurang laku di pasaran.
3.6 Buat simpulan audit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengamatan di lapangan didapatkan temuan
yaitu terjadi pemrosesan yang tertunda terhadap penemuan suku cadang yang
rusak dan kurang laku di pasaran sehingga tidakdilanjuti secara cepat khusus
untuk regular stock dan akan dikirimkan kembali ke parts center paling lambat
tiga bulan sejak ada laporan kerusakan suku cadang. Dalam hal ini, bagian
gudang harus menindaklanjuti secara cepat terhadap penemuan suku cadang
yang rusak dan kurang laku di pasaran sehingga tidak merugikan perusahaan.
4. Pemeriksaan atas penghitungan fisik persediaan
Tujuan pemeriksaan :
76
Untuk mengetahui penghitungan fisik persediaan suku cadang benar-benar
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Prosedur audit :
4.1 Melakukan wawancara dengan pihak yang melakukan stock opname
persediaan suku cadang guna mengetahui mekanisme yang diterapkan
oleh perusahaan dalam melakukan penghitungan persediaan.
4.2 Melakukan wawancara dengan parts coordinator untuk mengetahui
pelaksanaan stock opname dapat dilakukan dalam satu hari.
4.3 Mempelajari dan mengevaluasi mekanisme penghitungan fisik persediaan
suku cadang, serta mencari kelemahan yang mungkin terdapat dalam
mekanisme tersebut.
4.4 Melakukan reconciliation antara hasil penghitungan fisik persediaan suku
cadang dengan jumlah yang tertera dalam kartu stock dan kartu gudang.
4.5 Melakukan pemeriksaan terhadap selisih kuantintas persediaan suku
cadang yang signifikan.
4.6 Buat simpulan audit.
Berdasarkan hasil data yang penulis dapatkan dari data stock opname :
No Nama Sparepart Hasil stock
opname
record 1
Hasil stock
opname
record 2
Harga per
unit
Selisih
kuantintas
1. Motor – Radiator Cooling Fan 2 unit 18 unit Rp 200.000,- 16 unit
2. Bearing Outer 1 unit 13 unit Rp 85.000,- 12 unit
3. Cartridge Fuel 2 unit 12 unit Rp 500.000,- 10 unit
77
Hasil stock opname record 1 diperoleh dalam waktu sehari dan beberapa hari
kemudian dilakukan perhitungan kembali atas jumlah persediaan suku cadang
tersebut dan dicatat dalam hasil stock opname record 2. Akhirnya, ditemukan
selisih yang cukup jauh dan harga suku suku cadang tersebut cukup mahal.
5. Pemeriksaan atas pencatatan persediaan suku cadang.
Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengetahui metode pencatatan dan penilaian persediaan yang diterapkan
perusahaan mendukung terciptanya pengelolaan persediaan suku cadang yang
efisien dan efektif serta mengetahui bagian pencatatan persediaan telah mencatat
sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum.
Prosedur audit :
5.1 Melakukan wawancara dengan bagian accounting untuk mengetahui
metode pencatatan dan penilaian persediaan yang diterapkan oleh
perusahaan.
5.2 Mengevaluasi metode pencatatan dan penilaian persediaan tersebut.
5.3 Melakukan perbandingan antara jumlah persediaan yang tercatat di buku
besar dengan jumlah fisik persediaan yang rusak atau usang maupun
jumlah yang tertera dalam kartu gudang dan kartu persediaan.
5.4 Buat simpulan audit.
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan diatas tidak didaptakan temuan.
6. Pemeriksaan atas pengeluaran persediaan suku cadang.
Tujuan pemeriksaan :
78
Untuk memastikan bahwa persediaan suku cadang yang dikeluarkan oleh
bagaian gudang sesuai dengan permintaan dari mekanik.
Prosedur audit :
6.1 Melakukan wawancara dengan pihak bagian gudang yang terlibat dalam
proses pengeluaran persediaan suku cadang untuk mengetahui mekanisme
pengeluaran persediaan suku cadang yang diterapkan perusahaan.
6.2 Mempelajari dan mengevaluasi mekanisme pengeluaran persediaan suku
cadang yang diterapkan perusahaan serta mendeteksi kemungkinan
kelemahan yang terdapat di dalamnya.
6.3 Melakukan observasi atas pelaksanaan pengeluaran persediaan suku
cadang dari gudang oleh pihak-pihak yang terkait untuk memastikan bahwa
mereka telah mantaati kebijakan dan prosedur yang berlaku.
5.3 Periksa surat perintah kerja yang dibuat oleh bagian customer advisor
untuk mengambil suku cadang di gudang benar-benar dibuat berdasarkan
kebutuhan mekanik yang diperlukan.
6.4 Pastikan suku cadang yang diperlukan oleh bagian mekanik benar-benar
tersedia di gudang.
6.5 Pastikan setiap pengeluaran suku cadang selalu didasarkan atas bukti
pengeluaran barang yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
6.6 Dapatkan kartu stock suku cadang.
6.7 Bandingkan jumlah persediaan suku cadang yang tercantum dalam bukti
pengeluaran suku cadang dengan jumlah persediaan yang terdapat dalam
bukti permintaan suku cadang .
6.8 Buat simpulan audit.
79
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan diatas tidak didaptakan temuan.
IV.5 Laporan Atas Temuan Permasalahan dan Rekomendasi Perbaikan.
Sebagai tindak lanjut dilakukannya evaluasi dan analisa terhadap hasil
wawancara, pengamatan, dan kuesioner di PT KIA Mobil Indonesia Cabang
Sunter yang telah disajikan sebelumnya, penulis menemukan adanya beberpa
permasalahan dalam proses pengendalian pembelian dan pengelolaan persediaan
suku cadang, yaitu:
1. Bagian Pembelian tidak mempunyai daftar supplier untuk bahan penolong.
Berdasarkan tanggung jawab yang dibebankan, pemilihan pemasok yang
tepat merupakan salah satu tanggung jawab bagian pembelian perusahaan.
Dalam melakukan pembelian persediaan suku cadang, PT KIA Mobil Indonesia
Cabang Sunter melakukan transaksi pembelian suku cadang dengan satu supplier
yang sudah ditentukan oleh perusahaan yaitu PT KIA Motor Indonesia untuk
suku cadang utama, sedangkan suku cadang bahan penolong tidak melakukan
pembelian dengan PT KIA Motors Indonesia tetapi dengan supplier lain.
Dalam menciptakan pengendalian dalam kegiatan pembelian sangatlah baik,
apabila perusahaan memiliki daftar supplier sebagai rekanan. Adanya daftar
supplier dapat membantu perusahaan untuk melakukan pemilihan pemasok.
Daftar supplier dibuat tidak hanya untuk menganalisa harga belaka akan tetapi,
harus juga diperhatikan masalah kemampuan atau karakter dari supplier yang
akan dipilih seperti kemampuan supplier untuk memenuhi permintaan kebutuhan
perusahaan, kualitas suku cadang yang baik.
80
Pembelian suku cadang baik yang utama maupun bahan penolong yang
selama ini dilakukan dengan supplier utama, telah memberikan hasil yang
optimal baik dari kualitas barangnya, waktu pengirimnya selama 3 sampai 11
hari dan harga serta diskon pembelian sebesar 25 % untuk regular stock dan 15%
untuk emergency stock . Salah satu contohnya PT KIA Motors Indonesia menjual
suku cadang motor radiator colling fan ke PT Mobil Indonesia Cabang Sunter
seharga Rp 170.000,- dan PT KIA Mobil Indonesia Cabang sunter menjual suku
cadang tersebut ke customer seharga Rp 200.000,-
Perusahaan menjadi bergantung kepada satu supplier, sehingga tidak
mengetahui perkembangan harga yang berlaku di pasaran serta perusahaan juga
tidak mengetahui apakah transaksi pembelian suku cadang yang selama ini
terjalin dengan PT KIA Motors Indonesia itu sudah benar-benar menguntungkan
atau belum. Hal ini disebabkan perusahaan tidak pernah melakukan
perbandingan dengan supplier lain baik dilihat dari segi harganya, kualitasnya
dan jangka waktu dan diskon pembelian. Tidak tertutup kemungkinan bahwa
terdapat supplier lain yang ternyata lebih menguntungkan dibandingkan dengan
PT KIA Motors Indonesia.
Dalam menciptakan pengendalian yang baik dalam kegiatan pembelian,
perusahaan sebaiknya tidak bergantung hanya pada satu supplier. Untuk itu,
perusahaan sebaiknya membuat dan memiliki daftar supplier sebagai rekanan
untuk pembelian suku cadang bahan penolong yang berisi prestasi supplier
sehingga dapat memudahkan perusahaan untuk melakukan pemilihan pemasok
serta dapat memenuhi permintaan perusahaan. Dalam hal ini, harus ada
kerjasama antara branch manager, pembelian dan sales executive untuk
81
mendapatkan nama pemasok di luar pemasok tetap dan mengumpulkan katalog
harga spareparts yang diberikan oleh sales dari pemasok lain. Selain itu, jangan
terlalu bergantung pada satu supplier karena supplier utama seperti PT KIA
Motors Indonesia juga pernah mengalami keterlambatan dalam memenuhi
permintaan disebabkan keterlambatan datang dari pemasok lain dan gangguan
cuaca. Mengingat pemasok yang tepat bukanlah pemasok yang dapat
memberikan suatu harga pembelian yang terendah, waktu pengiriman yang
tercepat, biaya angkutan yang murah dan kualitas yang terbaik saja, serta
customer care melainkan harus suatu kombinasi yang optimal secara
keseluruhan.
2. Bagian Pembelian tidak membuat Surat Permintaan Penawaran Harga.
Pada waktu melakukan pembelian suku cadang utama maupun penolong,
bagian pembelian tidak membuat surat permintaan penawaran harga ke berbagai
pemasok. Hal ini dilakukan, karena perusahaan sudah percaya kepada satu
supplier yang merupakan pemasok tetap perusahaan dan PT KIA Motors
Indonesia juga telah memberikan daftar harga atau katalog suku cadang.
Pemesanan suku cadang dilakukan melalui email dan faksimili.
Bagian pembelian harus membuat dan mengirimkan surat permintaan
penawaran harga ke beberapa pemasok di luar pemasok tetap perusahaan
sehingga memberikan kesempatan ke pemasok lain untuk memberikan daftar
harga suku cadang dan bahan penolong sehingga dapat melakukan perbandingan
harga.
Hal ini terjadi karena bagian pembelian PT KIA Mobil Indonesia Cabang
Sunter sudah menjalin kepercayaan kepada PT KIA Motors Indonesia sebagai
82
supplier utama perusahaan dan harga suku cadang yang dijual oleh PT KIA
Motors Indonesia lebih menguntungkan dibandingkan dengan supplier lain
sehingga tidak perlu melakukan permintaan penawaran harga ke beberapa
supplier. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala parts center PT
KIA Motors Indonesia dan administration head PT KIA Mobil Indonesia
Cabang Sunter bahwa harga suku cadang yang dijual oleh PT KIA Motors
Indonesia lebih menguntungkan dari supplier lain seperti PT KIA Motors
Indonesia menjual suku cadang bearing outer ke PT KIA Mobil Indonesia
Cabang Sunter seharga Rp 85.000,00 sedangkan dari supplier lain yaitu PT
Indoprima Gemilang menjual dengan harga Rp 100.000,00
Perusahaan tidak memiliki informasi mengenai perbandingan harga suku
cadang dari beberapa pemasok, sehingga kemungkinan perusahaan tidak dapat
memperoleh harga suku cadang yang ekonomis dan kehilangan kesempatan
untuk mendapatkan penawaran dari pemasok lain yang mungkin memberikan
penawaran yang lebih kompetitif. Walaupun harga yang suku cadang yang
diberikan oleh PT KIA Motors Indonesia lebih murah dibandingkan dengan
beberapa supplier, namun tidak tertutup kemungkinan harga dari supplier lain
bisa lebih murah dari supplier tetap perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara
dan crosscheck yang dilakukan penulis dengan kepala parts center dan beberapa
pemasok, bahwa terdapat harga suku cadang yang dijual oleh PT KIA Motors
Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan supplier lain seperti harga cartridge
fuel dijual seharga Rp 500.000,00 oleh PT KIA Motors Indonesia ke PT KIA
Mobil Indonesia Cabang Sunter, sedangkan dari supplier lain yaitu PT Kayaba
Indonesia menjual dengan harga Rp 400.000,00
83
Dalam menciptakan pengendalian yang baik, sebaiknya perusahaan dalam
hal ini bagian pembelian harus melakukan analisis harga terhadap beberapa
supplier, dengan cara membuat dan mengirimkan surat permintaan penawaran
harga ke beberapa pemasok lain di luar pemasok tetap perusahaan. Selain itu,
perusahaan sebaiknya juga memberikan kesempatan kepada pemasok lain untuk
memberikan daftar harga sehingga perusahaan memiliki pilihan pemasok yang
lebih banyak yang mungkin memberikan penawaran yang lebih baik serta
sebaiknya perusahaan tidak hanya mendasarkan analisis pemilihan pemasok
hanya berdasarkan harga dan potongan harga yang ditawarkan oleh supplier
berdasarkan surat permintaan penawaran harga yang diterima namun juga, harus
mempertimbangkan kemampuan supplier seperti kualitas suku cadang yang
dikirim oleh pemasok, ketepatan waktu pengiriman. Selain itu, dengan surat
permintaan penawaran harga ini akan membantu perusahaan untuk mengetahui
perkembangan harga yang terjadi di pasaran. Dengan adanya pengendalian
tersebut maka setiap proses pembelian yang dilakukan perusahaan akan berjalan
secara efektif dan efisien.
3. Tidak ada pengawasan yang ketat terhadap siapa saja yang dapat masuk ke
gudang sparepart.
Berdasarkan hasil pengamatan oleh penulis di gudang PT KIA Mobil
Indonesia Cabang Sunter, terlihat bahwa tidak adanya pengawasan yang ketat
dari petugas gudang terhadap siapa saja yang dapat keluar masuk ke gudang
tanpa harus minta otorisasi dari parts coordinator terlebih dahulu. Hal ini
terbukti pada waktu penulis melakukan survei lapangan ke gudang PT KIA
Mobil Indonesia Cabang Sunter terlihat bahwa petugas mekanik dapat langsung
84
masuk ke gudang sparepart tanpa harus minta izin terlebih dahulu ke parts
coordinator, akan tetapi yang mengambil suku cadangnya petugas gudang.
Dalam menciptakan pengendalian intern yang baik, harus adanya
pengawasan ketat dari petugas keamanan di sekitar gudang dan hanya pihak-
pihak tertentu yang sudah mendapatkan izin dari parts coordinator yang
diperbolehkan masuk ke gudang dan pihak manajemen sangat membatasi pihak-
pihak yang berhak masuk keluar gudang.
Parts coordinator dan partsman kurang tegas terhadap siapa saja yang dapat
keluar masuk ke gudang spareparts dan hal ini tidak mentaati kebijakan yang
telah diterapkan oleh perusahaan, mengenai pihak yang diperbolehkan keluar
masuk gudang serta kurangnya pengawasan dari pihak manajemen seperti
branch manager untuk melakukan inspeksi mendadak ke gudang spareparts.
Dengan adanya kebijakan perusahaan yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya, maka pihak-pihak yang tidak berkepentingan dapat keluar masuk
secara bebas ke dalam gudang. Hal ini membuat fungsi gudang menjadi tidak
efektif karena tidak dapat memberikan perlindungan terhadap suku cadang dan
dapat menimbulkan tindakan pencurian suku cadang.
Pihak manajemen dalam hal ini branch manager, harus memberikan surat
teguran terlebih dahulu kepada parts coordinator jika melanggar kebijakan
perusahaan dan jika surat teguran masih dilanggar maka akan diberikan sangsi.
Selain itu, pihak manajemen juga harus membuat id card yang berisikan barcode
khusus bagi karyawan yang berhak masuk ke dalam gudang dan kartu tersebut
harus discan terlebih dahulu oleh parts cordinator jika ingin masuk ke gudang.
85
Hal ini dilakukan karena peranan suku cadang sangat besar dalam kelangsungan
operasional perusahaan yang dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
4. Lokasi gudang yang kurang tepat dan rawan akan pencurian.
Lokasi gudang PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter berada di dekat pintu
gerbang masuk sehingga sering dilewati oleh banyak customer maupun
karyawan lain dan tidak ada pos penjagaan di depan pintu gudangnya.
Lokasi gudang yang idealnya harus berada dekat dengan bagian bengkel
(perawatan dan perbaikan mobil) dan jangan terlalu depan dekat pintu gerbang
masuk serta jangan terlalu banyak dilalui oleh banyak orang.
Hal ini terjadi karena kurangnya perencanaan dari pihak manajemen dalam
penentuan lokasi gudang dan terbatasnya area untuk gudang karena sebagian
besar area digunakan untuk service dan perbaikan mobil.
Lokasi gudang yang terlalu dekat dengan pintu gerbang utama PT KIA Mobil
Indonesia Cabang Sunter, maka rawan akan tingkat pencurian.
Pihak manajemen PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter sebaiknya
melengkapi pintu masuk gudang dengan menggunakan sistem kode akses
tertentu dan juga menggunakan kamera CCTV (kamera pengamatan) di dalam
gudang sehingga dapat mengetahui aktivitas yang terjadi di dalam gudang.
5. Pemrosesan yang tertunda terhadap penemuan suku cadang yang rusak
dan kurang laku di pasaran.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis ke pihak patsman,
bahwa jika ditemukan barang-barang rusak maupun kurang laku di pasaran tidak
langsung diproses dan tidak ditindaklanjuti secara cepat khusus untuk reguler
stock. Dalam hal ini, untuk suku cadang yang rusak akan ditindaklanjuti oleh
86
bagian gudang jika bagian mekanik melaporkan ada kerusakan suku cadang dan
jika ada pengaduan dari customer akan kerusakan pada fasilitas mobil. Biasanya,
bagian gudang akan melakukan retur ke bagian parts center untuk mengganti
suku cadang yang rusak paling lama tiga bulan sejak ada pengaduan dari
mekanik sedangkan untuk suku cadang yang kurang laku di pasaran akan
disimpan saja di dalam gudang dan bisa menjadi suku cadang yang sia-sia.
Barang yang rusak dan kurang laku di pasaran harus segera ditemukan dan
ditindaklanjuti oleh oleh bagian gudang. Stock opname yang dilakukan oleh
pihak accounting dapat membantu parts coordinator dalam mengontrol barang-
barang yang rusak maupun kurang laku di pasaran. Namun penemuan tersebut
tidak akan berpengaruh banyak bagi perusahaan tepatnya bagian gudang, jika
tidak ada tindak lanjut untuk memperbaiki hal tersebut.
Bagian gudang tidak melakukan tindak lanjut terhadap penumpukan barang-
barang rusak maupun kurang laku di pasaran di gudang barang karena
berdasarkan hasil wawancara penulis dengan partsman bahwa barang yang rusak
akan dikembalikan tiga bulan sekali ini untuk reguler stock, sedangkan untuk
emergency stock akan dikembalikan ke parts center keesokkan harinya. Hal ini,
dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan bila terus menumpuk suku cadang
yang rusak maupun suku cadang yang kurang laku di pasaran.
Hal ini tentu akan menghambat perputaran penjualan suku cadang dan
barang yang menumpuk tersebut lama kelamaan menjadi usang serta tidak
memiliki nilai jual bagi perusahaan. Selain itu, penumpukan barang-barang yang
rusak dan kurang laku di gudang dapat mengambil banyak tempat di gudang dan
mungkin perusahaan akan kehilangan pelanggan karena produk yang dijual
87
banyak yang sudah rusak. Hal tersebut diketahui pada saat stock opname bulan
Desember 2005 telah ditemukan sejumlah suku cadang yang rusak dan kurang
laku di pasaran sebanyak 36 kardus suku cadang, dan ketika dilakukan kembali
stock opname pada bulan Desember 2006 barang yang rusak serta kurang laku di
pasaran tersebut tetap ditemukan kembali sebanyak 46 kardus, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada tindak lanjut atas penemuan-penemuan yang telah
terjadi pada bulan Desember 2007. Berikut ini daftar nama suku cadang yang
kurang laku dan suku yang rusak berdasarkan sampel bulan Maret tahun 2008:
No Nama Sparepart Jumlah yang tersisa di gudang
1. Short Engine 2 unit
2. Etwis 2 unit
3. Bakel 6 unit
Hal pertama yang perlu ditindaklanjuti oleh manajemen perusahaan yaitu
dengan mengadakan pertemuan antara branch manager beserta parts
coordinator, administration head dan kepala bengkel serta sales executive untuk
merundingkan dan merencanakan langkah-langkah yang tepat, cermat dan efektif
guna memperoleh jalan keluar terbaik. Cara yang sebaiknya dilakukan untuk
mengatasi barang yang rusak dan barang kurang laku di pasaran adalah
melakukan peramalan atau suvei dari suku cadang yang dibeli dominan dibeli
oleh pelanggan, menjual suku cadang yang kurang laku dan sisa di gudang
dengan harga yang murah, Bagian gudang mengembalikan stock death ke parts
center untuk segera dilakukan proses penghancuran (proses disposal). Selain itu,
88
bagian PDI juga ikut terlibat dalam proses penerimaan suku cadang yang baru
dibeli sehingga dapat membantu bagian gudang dalam proses penerimaan dan
pengecekan suku cadang yang baru diterima dari supplier. Perusahaan juga
harus memperbaiki kebijakan perusahaan mengenai jangka waktu retur barang
yang dari tiga bulan menjadi satu bulan
89