bab iv analisa pengamatan
TRANSCRIPT
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
BAB IV
ANALISA PENGAMATAN PROYEK
IV.1 Uraian Umum
Kondisi proyek pembangunan Menara Prima 2 pada awal kerja praktek pada
tanggal 13 Maret 2011, sudah sampai daerah zone 1-4 pada lantai 3. Adapun
perkerjaan struktur yang dilaksanakan pada saat itu meliputi pekerjaan plat lantai
(slab) dan balok, kolom, core wall, shear wall, retaining wall, serta soil nailing.
Karena keterbatasan waktu kerja praktek tersebut serta melihat area proyek yang
luas, maka penulis tidak dapat melakukan pengamatan pelaksanaan pekerjaan secara
mendetail dan menyeluruh. Secara khusus penulis membahas mengenai pelaksanaan
pekerjaan soil nailing.
Gambar 4. 1 Lokasi denah soil nailing dan shotcrete tahap 2
Hafiz Fauzi (08110008) 92
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
Pelaksanaan pekerjaan soil nailing dilakukan dalam 2 tahap pekerjaan. Yang
penulis amati adalah proses pelaksanaan pekerjaan soil nailing tahap ke-2. Analisa
pengamatan proyek yang dilakukan penulis untuk menyelesaikan kerja praktek ini
yaitu dengan:
Melihat langsung pekerjaan dilapangan
Bertanya kepada pembimbing dilapangan sehingga didapatkan hal – hal
yang yang diperlukan untuk menyusun laporan kerja praktek ini.
Pengumpulan data dan informasi dari literatur sebagai bahan
pembanding.
Soil nailing pertama kali diaplikasikan sebagai perkuatan untuk sebuah
dinding penahan tanah di Perancis (1961). Kemudian dikembangkan oleh Rabcewicz
(1964,1965), untuk digunakan dalam galian terowongan.
Gambar 4. 2 Gambar sket soil nailing terhadap bidang longsor
Soil nailing merupakan metode untuk memperkuat tanah dengan cara
memasang nail dengan kedalaman dan jarak tertentu untuk memperkuat kestabilan
tanah dengan meningkatkan kekuatan geser tanah secara keseluruhan serta menahan
kemungkinan terjadinya gejala pergerakan tanah atau displacement, sehingga
stabilitas lereng terjaga. Metode ini mengkombinasikan perkuatan dari nail (batang
baja) dan shotcrete (adukan beton yang ditembakkan dengan tekanan tinggi pada
suatu permukaan). Panjang soil nailing harus melewati dari bidang longsor pada
Hafiz Fauzi (08110008) 93
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
lereng sehingga adanya perkuatan dari lereng tersebut. Pemasangan soil nailing pada
bagian atas dinding galian lebih panjang dari pada didasar karena jarak tepi dinding
ke bidang longsornya lebih panjang dibandingkan di dasar dinding galian.
IV.2 Elemen Dinding Soil Nailing
Secara umum elemen-elemen pada pekerjaan soil nailing adalah sebagai
berikut:
(a)
(b)Gambar 4. 3 (a) Gambar melintang soil nailing, (b) Gambar detail
a. Nail Bars
Hafiz Fauzi (08110008) 94
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
Batang baja yang umum digunakan untuk soil nailing adalah baja ulir. Pada
proyek Menara Prima 2 diameter tulangan yang diapakai adalah jenis D25 BJTD 400
Mpa.
b. Nail Head
Komponen nail head terdiri dari bearing plate (pelat penahan), hex mut (mur
persegi enam), washer (cincin yang terbuat dari karet atau logam), dan head stud.
Bearing plate yang dipakai berbentuk persegi dengan ukuran 15 x 15 cm dengan
tebal 10 mm.
c. Grout (cor beton)
Cor beton yang dipakai untuk soil nailing berupa adukan semen, air dan
additive. Komposisi bahan yang dipakai untuk 1 m3 grout adalah 40 kg PC tipe 1, 20
liter air, dan 180 gr cebex 100.
d. Centralizer (penengah)
Centralizer adalah alat yang dipasang pada sepanjang batangan baja dengan
jarak tertentu (0.5-2,5 m). Centralizer berfungsi untuk menahan agar nail bars tetap
pada center lubang dan memastikan tebal selimut beton sesuai dengan rencana.Alat
ini terbuat dari bahan PVC atau material sintetik lainnya.
Gambar 4. 4 centralizer dari bahan PVC
e. Wall facing (muka/tampilan dinding)
Wall facing yang dipakai terbuat dari shotcrete. Shootcrete berfungsi sebagai
perkuatan antar batang-batang baja (nail bars) dan sebagai proteksi permukaan
galian tanah terhadap erosi.
Ada dua macam metode pelaksanaan shotcrete, yaitu :
Hafiz Fauzi (08110008) 95
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
Metode kering
Pada metode ini, semen kering dan agregat (pasir dan kerikil) dicampur
terlebih dahulu, kemudian disemprotkan dengan tekanan udara melalui pipa dan
air ditambahakan pada nozzle (bagian ujung pipa).
Metode basah
Pada metode ini, campuran beton segar (semen, agregat dan air)
disemprotkan langsung dengan tekanan udara dari concrete pump melalui pipa-
pipa.
f. Drainage system (sistem drainase)
Untuk mencegah meningkatnya tekanan air tanah pada lereng di belakang
dinding, dipasangkan lembaran vertikal geokomposit di antara muka dinding dan
permukaan galian.
IV.3 Tahap Konstruksi
Pekerjaan sistem DPT dengan soil nailing dilakukan dalam 2 tahap pekerjaan.
Pada saat penulis memulai kerja praktek tahap konstruksi sistem DPT dengan soil
nailing pada tahap-1 telah rampung, jadi yang penulis amati adalah pekerjaan sistem
DPT dengan soil nailing pada tahap ke-2. Pekerjaan soilnailing dan shotcrete tahap
ke-2 dilakukan pada area yang awalnya dipakai sebagai direksi keet dari proyek
Menara Prima 2. Ketika konstruksi struktur pada lantai P1 rampung, direksi keet
kemudian dipindahkan ke area tersebut. Setelah area soilnailing dan shotcrete tahap
ke-2 bebas dari bangunan direksi keet, maka proses penggalian baru dapat dilakukan.
Tahap-tahap pekerjaan sebuah kontruksi dinding soil nailing secara umum
digambarkan secara skematik seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.5.
Hafiz Fauzi (08110008) 96
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
Gambar 4. 5 Tahap konstruksi dinding soil nailing secara umum
IV.3.1 Tahap Galian Tanah
Galian tanah dilakukan secara bertahap sampai pada elevasi – 11,50 m.
Kedalaman galian tiap tahap harus disesuaikan dengan kemampuan tanah, sehingga
muka galian dapat berdiri tanpa perkuatan, dalam periode waktu yang singkat
(umumnya 24-48 jam).
Hafiz Fauzi (08110008) 97
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
Gambar 4. 6 Skema tahap penggalian
Untuk lapisan ke-1, tanah digali sampai kedalaman 1 m, dan untuk lapisan
berikutnya tanah digali dengan kedalaman per 1,5 m hingga sampai dasar galian
yang ditentukan.
Gambar 4. 7 Proses penggalian
IV.3.2 Tahap Pengeboran Lubang Nail
Hafiz Fauzi (08110008) 98
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
Dalam pekerjaan soil nailing pada proyek ini metode pengeboran dengan
lubang terbukan (tanpa casing/selubung) yang digunakan. Metode ini digunakan
karena pekerjaannya relatif lebih cepat dan biaya yang relatif lebih murah. Sebelum
pengeboran dimulai ratakan tanah sebagai landasan mesin bor sehingga dapat
duduk/diset dengan benar dan sempurna. Buat lubang penampungan air untuk
persiapan sirkulasi air pengeboran.
Gambar 4. 8 Markingan titik untuk soil nailing
Kemudian marking elevasi dan posisi titik pengeboran. Tanah dibor sampai
kedalaman yang direncanakan (6-12 m) dengan kemiringan sudut 150 dan diameter
lubang sebesar 20 cm. Lubang yang sudah dibor harus dibersihkan dari kotoran dan
lumpur. Indikator untuk memastikan tidak ada kotoran dan lumpur yang ada dalam
lubang bor adalah melihat secara visual kejernihan air pada sirkulasi air pengeboran.
(a)
Hafiz Fauzi (08110008) 99
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
(b)
Gambar 4. 9 (a) kemiringan lubang bor, (b) Proses penggeboran lubang Nail
IV.3.3 Tahap Pemasangan Nail Bars
Batang baja dipasang centralizer terlebih dahulu. Centralizer diseting sesuai
besar lubang bor nail. Centralizer dipasang pada sepanjang batangan baja dengan
jarak 3 m. Centralizer berfungsi untuk menahan agar nail bars tetap pada center
lubang dan memastikan tebal selimut beton sesuai dengan rencana. Nail bars yang
telah terpasang dengan centralizers, dimasukkan ke dalam lubang bor. Diameter
batang baja yang dipakai adalah diameter 25mm BJTD 40.
Gambar 4. 10 Pemasangan centralizer
Hafiz Fauzi (08110008) 100
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
Gambar 4. 11 Pemasangan nail bars
IV.3.4 Tahap Grouting
Lubang bor yang sudah ada batang bajanya dipasang pipa tremi untuk di-
grouting. Komposisi bahan yang dipakai untuk 1 m3 grout adalah 40 kg PC tipe 1, 20
liter air, 180 gr cebex 100. Pompa material grouting melalui pipa tremi sampai
lubang bor penuh, ditandai dengan keluarnya cairan grouting dari lubang bor dan
dicatat volume yang masuk kemudian cross check dengan volume grouting rencana.
Selama proses pengisian tadi pipa tremi ditarik pelan-pelan keluar sesuai sesuai
dengan volume material grouting yang sudah masuk di lubang bor.
Gambar 4. 12 Proses grouting ke lubang soil nailing
Hafiz Fauzi (08110008) 101
ISTN
geokomposit
drain pipe
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
IV.3.5 Tahap Pemasangan Sistem Drainase
Aliran air kedalam dinding galian harus dicegah. Oleh karena itu, metode
konvensional dalam pengendalian air permukaan dan drainase diperlukan selama
masa konstruksi. Penambahan lembaran geokomposit vertikal digunakan untuk
mencegah peningkatan tekanan air tanah pada muka lereng. Lembaran vertikal
geokomposit diletakkan di antara muka dinding dan permukaan galian. Pada kaki
lereng harus disediakan saluran pembuangan (weephole) untuk air yang telah
dikumpulkan oleh lembar geokomposit. Lebar lembar geokomposit 50 cm dengan
jarak pemasangan per 1,5 m.
(a)
(b)Gambar 4. 13 (a)Pemasangan lembaran geokomposit, (b) detail pemasangan lembar
geokomposit
Hafiz Fauzi (08110008) 102
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
IV.3.5 Tahap Pembuatan Wall Facing (Muka Tampilan Dinding)
Muka tampilan dinding soil nailing yang dipakai adalah shotcrete, dengan
ketebalan 100 mm . Wiremash digunakan sebagai perkuatan shotcrete. Lapisan
shotcrete akan menjadi perkuatan antar batang-batang baja (nail bars) dan
melindungi permukaan galian dari erosi serta sebagai pengisi rongga-rongga yang
terbentuk akibat keretakan tanah. Metode shotcrete yang digunakan adalah metode
kering. Pada metode ini, semen kering dan agregat (pasir dan kerikil) dicampur
terlebih dahulu, kemudian disemprotkan dengan tekanan udara melalui pipa dan air
ditambahakan pada nozzle (bagian ujung pipa).
Gambar 4. 14 Gambar kerja tampak muka soil nailing
Gambar 4. 15 Proses pencampuran agregat dan semen
Hafiz Fauzi (08110008) 103
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
Komposisi bahan yang dipakai untuk 1 m3 shotcrete adalah 450 kg PC tipe 1,
1000 kg pasir, 540 agregat (dengan ukuran antara 10-15 mm), 200-205 ltr air, 18 kg
sigunit 49 AF. Untuk kekuatan shotcrete yang direncanakan adalah 225 kg/cm2.
Sigunit 49 AF berguna untuk meningkatkan kekuatan campuran shotcrete sehingga
kestabilitasan lerengya terjaga. Dalam pembuatan adukan untuk shotcrete ada dua
syarat yang saling berlawanan, dan harus dipenuhi, yaitu kemampuan ditembakkan
(shootability) dan kemampuan dipompa (pumpability). Shootability adalah
kemampuan adukan untuk menempel pada permukaan hingga ketebalan tertentu, dan
tidak mengelupas. Pumpability adalah kemampuan adukan untuk mengalir seperti
cairan, sehingga mudah dipompa. Pelaksanaan shotcrete dilakukan setiap dua layer
selesai dilakukan pemasangan nail bars.
Gambar 4. 16 Pekerjaan shotcrete
IV.3.6 Pemasangan Nail Head
Setelah wall facing selesai dilakukan kemudian barulah dipasang komponen
nail head. Komponen nail head terdiri dari bearing plate (pelat penahan), hex mut
(mur persegi enam), washer (cincin yang terbuat dari karet atau logam), dan head
stud. Bearing plate yang dipakai berbentuk persegi dengan ukuran 15 x 15 cm
dengan tebal 10 mm. Kemudian hex mut diujung dari nailing dikencangkan. Beban
rencana ultimate untuk soil nailing adalah 10 ton.
Hafiz Fauzi (08110008) 104
ISTN
Hex mut
Bearing plat
washer
Head stud
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
Gambar 4. 17 Gambar Nail Head
IV.4 Quality Control
Untuk memastikan kualitas pekerjaan soil nailing perlu diadakannya
pengawasan dan pengontrolan pekerjaan yang dilakukan. Adapun pengawasan dan
pengontrolan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pengecekan kedalaman lubang hasil pengeboran soil nailing.
2. Pengecekan kebersihan lubang soil nailing dari kotoran dan lumpur
sebelum dilakukan grouting.
3. Memastikan kualitas campuran yang dipakai untuk grouting dan
shotcrete sesuai dengan yang direncanakan.
4. Memastikan lubang bor terisi penuh dengan cairan grouiting agar tidak
terjadi keropos dengan mencatat volume cairan grouting yang masuk
ke lubang bor untuk di cross check dengan volume rencana.
5. Memastikan kekuatan soil nailing dengan cara melakukan pull out test
dengan beban ultimate 10 ton.
Hafiz Fauzi (08110008) 105
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
IV.4.1 Uji Tarik (Pull Out Test) pada Soil Nailing
Pengujian pull out test dimaksudkan untuk mengetahui reaksi nail terhadap
beban tarik. Dengan pengujian ini akan diperoleh kapasitas beban tarik yang
sebenarnya dari nail.
Berikut ini peralatan yang digunakan untuk pull out test :
1. Beban : Sistem reaksi dengan menggunakan 1 (satu) buah nail yang sudah
ada
2. Hydraulic Pulling Jack : 1 (satu) unit Enerpac Model RCH 302 Kap-32,74 ton
3. Dial Penetration Gauge : 2 (dua)Unit Mitutoyo, dia 2” kap 50mm, skala
0.01mm
4. Pressure Gauge : 1 (satu) Unit Enerpac GP 10S 0-10.000 psi
5. Connector : Available Cylindrical steel
6. Timer : Stopwatch
Proses pengujian :
a. Setting alat pull out test
b. Pastikan semua system hydraulic dan deflection monitoring bekerja dengan
baik
c. Posisikan base plate beam sedemikian rupa sehingga tegak lurus sempurna
dengan besi nail yang akan diuji.
d. Posisikan pulling jack sedemikian rupa sehingga besi nail tepat berada
ditengahnya.
e. Posisikan hydraulic jack sedemikian rupa sehingga dalam satu garis gaya
dengan nail teruji, pasang double plate dan kunci dengan dua buah baut.
f. Pasang dial indicator pada ujung nail untuk monitoring nail displacement.
g. Bebaskan areal Uji dari kegiatan yang menimbulkan getaran, pergerakan
angin, hujan dan sebagainya agar tidak mengganggu proses pengujian.
h. Estimasi Pull Out Failure TL = 10 ton.
i. Pengujian dilakukan dengan melakukan pembebanan secara bertahap yaitu
0.5 , 2.5 , 5.0 , 7.5 ,dan 10 ton.
j. Masing-masing pembebanan dilakukan dua kali pembacaan dial gauge.
Hafiz Fauzi (08110008) 106
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
k. Pull out selesai pada puncak beban yaitu 10 ton.
Dari hasil Pull Out Test akan didapat :
a. Kurva lengkung beban dan displacement
b. Max pull out force
c. Displacement total masa beban terhadap penurunan dapat dilihat.
Untuk hasil dari pull out test soil nailing pada proyek Menara Prima 2 dapat
dilihat pada lembar lampiran.
Gambar 4. 18 Pelaksanaan pull out test
IV.5 Permasalahan Dilapangan dan Solusinya
Pada pelaksanaan pekerjaan soil nailing dan shotcrete terdapat permasalahan
yang terjadi di lapangan. Adanya permasalahan ini dapat mengganggu kelancaran
pekerjaan sehingga apabila tidak di tangani dengan baik akan memperlambat waktu
penyelesaiian pekerjaan dan memperbesar biaya yang dikeluarkan.
Berikut ini permasalahan yang ditemui di lapangan pada saat pelaksanaan
pekerjaan soil nailing dan shotcrete beserta solusi yang dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut :
Hafiz Fauzi (08110008) 107
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
a. Faktor cuaca
Faktor cuaca yang sangat mempengaruhi pada saat pekerjaan soil nailing
dan shotcrete adalah hujan. Pada saat hujan dengan intensitas sedang hingga
lebat pekerjaan akan dihentikan sehingga menghambat pekerjaan.
Permasalahan :
Pada saat proses penggalian menggunakan excavator, air hujan akan
mengakibatkan tekstur tanah menjadi lebih lunak sehingga landasan
excavator menjadi amblas dan tanah lebih sulit untuk dipindahkan.
Air hujan juga akan mengakibatkan dinding galian yang telah disiapkan
untuk membuat soil nailing mengalami keruntuhan sehingga proses
penggalian harus diulang.
Solusi :
Plat landasan excavator yang terbuat dari lempengan baja digunakan
sebagai alas dari excavator agar tidak amblas. Pencegahan keruntuhan pada
dinding galian akibat air, dinding galian yang telah dibuat ditutup
sementara dengan terpal. Untuk mengejar keterlambatan pekerjaan akibat
hujan, dilakukan penambahan jam kerja.
Gambar 4. 19 Pemasangan terpal pada dinding galian
Hafiz Fauzi (08110008) 108
ISTN
BAB IV ANALISA PENGAMATAN PROYEK
Laporan Kerja PraktekMenara Prima II, Jakarta
b. Faktor air tanah
Permasalahan :
Pada lubang yang telah dilakukan pengeboran sering terjadi keruntuhan di
dalam lubang bor sehingga pekerjaan dilakukan berulang, hal ini karena
adanya air rembesan dari sekitar lubang boing.
Solusi :
Selama pekerjaan pengeboran pekerjaan dewatering tidak boleh berhenti,
sehingga tidak ada air rembesan dari sekeliling lubang boring yang akan
mengganngu dan mengakibatkan keruntuhan pada lubang boring.
Gambar 4. 20 Pompa yang digunakan untuk dewatering
c. Faktor kebersihan lubang boring
Permasalahan :
Pada saat pengeboran lubang terdapat kotoran dan lumpur pada lubang
boring. Lubang boring harus bebas dari kotoran dan lumpur sehingga tidak
mengganggu kualitas bahan grouting.
Solusi :
Selama pengeboran air pembilasan harus terus dijalankan untuk membuang
lumpur dan kotoran lain dari lubang yang telah dibor. Indikator untuk
memastikan tidak ada kotoran dan lumpur yang ada dalam lubang bor
adalah melihat secara visual kejernihan air pada sirkulasi air pengeboran.
Hafiz Fauzi (08110008) 109