bab iv analisa data - smartlib.umri.ac.id · dari gambar 4.7 dari pengamatan struktur mikro,...
TRANSCRIPT
48
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Analisa Uji Metalografi
Pengujian Metalorgrafi untuk struktur mikro pada Balance Shaft , dengan
diketahuinya jenis struktur mikro pada material. Maka akan diketahui pula sifat
dari material itu sendiri. Pengamatan struktur mikro dilakukan setelah specimen
yang telah dipotong dilakukan pembingkaian, pemolesan dan pengetsaan.
Pengujian struktur mikro yang menggunakan Micro Hardenes Tester alat
ini digunakan untuk mengukur kekerasan suatu material dan dilengkapi dengan
mikroskop mikro,sehingga alat ini juga dapat digunakan untuk melakukan foto
mikro dengan pembesaran 10kali, 50 kali dan 100 kali.
Pengamatan struktur mikro dilakukan setelah sepesimen yang telah
dipotong, dilakukan pembingkaian, pemolesan, dan pengetsaan.
Gambar 4.1 Pembingkaian specimen pengujian metalografi
Setelah dilakukan pengetsaan pada specimen dengan tujuan untuk
menghilangkan batas butiran, maka selanjutnya .Pengujian dilakukan dengan
beberapa kali pembesaran untuk mengamati struktur mikro yang terdapat pada
sepesimen material balance shaft.
49
Berikut hasil pengujian struktur mikro pada Balance Shaft :
1. Pengamatan struktur mikro Balance Shaft dengan pembesaran normal.
Berikut hasil pengujian struktur mikro pada pembesaran 10x
Gambar 4.2 Spesimen1 struktur mikro dengan pembesaran 10x
Dari gambar 4.2 pembesaran 10x. batas butiran pada permukaan terlihat
jelas fasa ferrit dan perlit dengan diketahui fasa perlit (berwana gelap), dan
sisanya ferrit (berwarna terang), fasa ferrit terjadi pada temperatur 400ºC dengan
kelarutan karbon 0,008%
Gambar 4.3 Spesimen 1 strukturmikrodenganpembesaran50x
Dari gambar 4.3 pembesaran50x. batas butiran terlihat jelas fasa perlit dan
ferrit dengan diketahui fasa perlit (berwana gelap), ferrit (berwarnaterang) tetap
Pearlite
Ferrite
Pearlite
ferrite
Ferrite
Ferrite
50
masih mendominasi pada sisi permukaan untuk kelarutan kadar karbon pada ferrit
sebesar 0,008% pada temperatur 723ºC
Gambar 4.4 Spesimen 1 struktur mikro dengan pembesaran 100x
Dari gambar 4.4 pembesaran 100x. batas butiran terlihat jelas fasa perlit,
ferrit dengan diketahui fasa perlit (berwana gelap), Nampak jelas pada suatu
tempat terbentuk pada temperature dibawah 723ºC sampai 300ºC dengan kadar
karbon sebesar 0,8%. Sedangkan fasa ferrit (berwarna terang) masih terlihat
dominan pada setiap tempat permukaan dengan hitam untuk kelarutan karbon
0,008%
Gambar 4.5 Spesimen 2 struktur mikro dengan pembesaran 10x
Ferrite Perlite
pearlite
ferrite
51
Dari gambar 4.5 pembesaran 10x. batas butiran terlihat jelas fasa perlit dan
ferrit dengan diketahui fasa perlit (berwana gelap), fasa ferrit (berwarna terang)
Nampak jelas pada suatu tempat berbentuk pada temperature dibawah 723ºC
sampai 300ºC dengan kadar karbon sebesar 0,8%. Sedangkan fasa ferrit (berwarna
terang) masih terlihat dominan pada setiap tempat permukaan dengan hitam untuk
kelarutan karbon 0,008%
Gambar 4.6 Spesimen 2 struktur mikro dengan pembesaran50x
Dari gambar 4.6 pembesaran 50x. batas butiran pada permukaan
semangkin jelas fasa perlit dan ferrit. Untuk fasa perlit (berwana gelap), daerah
permukaan terlihat jelas dan untuk fasa ferrit (berwarna terang) tetap masih
mendominasi pada setiap sisi permukaan untuk kelarutan kadar karbon pada ferrit
sebesar 0,008% pada temperatur 723ºC.
Gambar 4.7 Spesimen 2 struktu rmikro dengan pembesaran100x
ferrite
ferrite
perlite
pearlite
52
Dari gambar 4.7 Dari pengamatan struktur mikro, memiliki fasa beragam
mulai dari ferrit dan perlit semangkin jelas pada pembesaran 100x. terlihat bercak
putih yang menandakan keberadaan ferrit (berwarna terang) pada struktur mikro
tersebut, temperatur 400ºC dengan kelarutan karbon 0,8% dengan fasa perlit
berwarna gelap terbentuk temperature dibawah 723º sampai 300ºC
Gambar 4.8 Spesimen 3 struktur mikro dengan pembesaran 10x
Dari gambar 4.8 pengamatan struktur mikro dengan pembesaran 10x.
batas butiran terlihat jelas fasa perlit dan ferrit dengan diketahui fasa perlit
(berwana gelap), Nampak jelas pada satu tempat terbentuk pada temperatur
dibawah 723ºC sampai 300ºC dengan kadar karbon sebesar 0,8%. Sedangkan fasa
ferrit (berwarna terang) masih terlihat dominan pada setiap tempat permukaan
dengan hitam kelarutan 0,008%
Gambar 4.9Spesimen 3 strukturmikrodenganpembesaran50x
Perlite
ferrite
ferrite
Perlite
Ferrite
53
Dari gambar 4.9 pengamatan struktur mikro dengan pembesaran 50x.
batas butiran terlihat jelas fasa perlit dan ferrit dengan diketahui fasa perlit
(berwana gelap), fasaferrit (berwarna terang) tetapi masih mendominasi pada
setiap sisi permukaan untuk kelarutan kadar karbon pada ferrit sebesar 0,008%
pada temperatur 723ºC
Gambar 4.10 Spesimen 3 struktur mikro dengan pembesaran 100x
Dari gambar 4.10 pengamatan struktur mikro dengan pembesaran 100x.
batas butiran terlihat jelas fasa perlit dan ferrit dengan diketahui fasa perlit
(berwana gelap), ferrit (berwarna terang) tetapi masih mendominasi pada setiap
sisi permukaan untuk kelarutan kadar karbon pada ferrit sebesar 0,008% pada
temperatur 723ºC.
Setelah melakukan pengamatan dari hasil uji metalografi dengan
pembesaran 10, 50 dan100 kali pembesaran bahwa material tersebut memiliki
banyak struktur mikro berjenis ferrit. Dimana apabila suatu material tersebut
memiliki struktur mikro ferrit maka sifat mekanis material tersebut memiliki
kekerasan yang lebih rendah karna kekuatannya kecil.
Pada gambar terlihat jelas banyak batas butiran tapi dengan ukuran yang
kecil. Ukuran batas butir ini mempengaruh kekuatan suatu bahan. Semangkin
kecil ukuran butirannya, semangkin halus permukaannya, maka semangkin kuat
material tersebut. Penguatan ini terjadi karena semangkin kecil ukuran butiran
maka akan semngkin kecil akan meningkatkan jumlah batas butiran yang
menghambat dislokasi
Ferrite
Perlite
54
4.2 Analisa Uji Bending
Berikut tabel dari hasil uji bending dengan spesimen material balance
shaft yang di lakukan di Politeknik Kampar.
Specimen Area
(mm^2)
Max.Force
(N)
0.2% Y.S
(N/mm^2)
Yield strengh
(N/mm^2)
Bending
Strengh
(N/mm^2)
Elongation
(%)
Sampel 1 210.960 22114.5 61.55 57.66 1310.35 17.02
Sampel 2 193.050 15294.4 18.33 43.05 1056.34 17.02
Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji Bending
Pada pengujian bending ini menggunakan Three point bending adalah cara
pengujian yang menggunakan 2 tumpuan dan 1 penekan.
Pada pengujian bending spesimen 1 pada batang uji face bend tidak terdapat
retak dan porosity untuk batang uji root bend tidak terdapat retak, tidak terdapat crack.
Gambar 4.11 Hasil uji bending sampel 1
Gambar 4.12 Grafik tegangan dan regangan spesimen 1 uji bending material
55
Grafik diatas menunjukan beban maksimal sebesar 12164.5 N untuk specimen
uji bending pada Yield Strength dimana tidak terdapat cacat pada specimen uji.
Untuk Spesimen uji bending pada Tensile Strength beban Max. Force sebesar
22114.5 N tidak terdapat cacat pada specimen uji.
Pada pengujian bending spesimen 2 pada batang uji face bend tidak terdapat
retak dan porosity untuk batang uji root bend tidak terdapat retak, tidak terdapat crack..
Gambar 4.12 Hasil uji bending sampel 2
Gambar 4.14 Grafik tegangan dan regangan spesimen 2 uji bending material
56
Grafik diatas menunjukan beban maksimal sebesar 8311.6 N untuk specimen
uji bending padaYield Strength dimana tidak terdapat cacat pada spesimen uji.
Untuk Spesimen uji bending pada Tensile Strength beban Max. Force sebesar
15294.4 N tidak terdapat cacat pada spesimen uji.
4.3 Hasil Uji Komposisi Kimia
Pengujian komposisi kimia bertujuan untuk mengetahui komposisi apa
saja yang terkandung pada Balance shaft, dengan mengetahui komposisi material
yang terkandung pada specimen uji.
UNSUR PERSENTASE %
Al 21,334 %
Si 27,633 %
P 39,587 %
Cl 1,032 %
Ca 8,626 %
Ti 0,099 %
Cr 0,046 %
Fe 1,341 %
Ba 0,293 %
Tabel 4.2 hasil uji komposisi kimia pada Balance Shaft.
Dari hasil pengujian komposisi kimia pada specimenbalance shaftdan
adapun unsur-unsur yang ada pada spesimen balance shaft.Berikut ini pengaruh
unsur – unsur kimia terhadap baja paduan sebagai senyawa dengan unsur lainnya.
57
4.3.1 Aluminium ( Al )
Dari hasil penelitian didapatkan hasil kandungan aluminium ( Al ) adalah
21,344 %, Pengaruh Unsur aluminium dalam baja dapat berfungsi sebagai
penstabil ferrite. Penambahan aluminium dalam baja akan meningkatkan
ketahanan terhadap oksidasi dan Kekuatan baja paduan Al sangat tinggiakan
tetapi ketangguhan sangat rendah, sedangkan ketahanan korosi baja paduan
Alsangat tinggi setara dengan baja tahan karat konvensional.
4.3.2 Silikon ( Si )
Dari hasil penelitian didapatkan hasil kandungan nilai komposisi silikon
(si) adalah 27,633 %, nilai komposisi ini tidak sesuai dengan nilai komposisi yang
telah di tentukan. Pada baja dengan kandungan Silikon ( Si ) tinggi, atom-atom
yang menyusun unit sel akan tertata secara merata dan membentuk struktur jenuh
yang memiliki karakteristik seragam,serta sekaligus juga tingkat kerapuhan
bahandan sudah kehilangan kemampuan bentuknya.
4.3.3 Fosfor ( P )
Dari hasil penelitian didapatkan hasil kandungan fosfor (P) adalah 39,587
% , nilai komposisi ini tidak sesuai dengan nilai komposisi yang telah di tentukan.
Pada paduan baja-karbon, kandungan P juga menjadi penyebab perapuhan baja
pada keadaan dingin yang ditunjukkan dengan peningkatan kekuatan namun
dengan demikian menurunkan mampu tariknya sebagaimana ditunjuKandungan P
tinggi (sampai dengan 0,6%) didalam baja, sebab P meningkatkan fluiditas cairan
sehingga mampu alirnya meningkat cukup tinggi.
4.3.4 Klorin ( Cl )
Dari hasil penelitian didapatkan hasil kandungan klorin ( Cl ) adalah 1,032
%,Sifat klorin sebagai oksidator kuat, memudahkan klorin berikatan dengan
senyawa lain , Membentuk senyawa-senyawa yang bersifat racun seperti senyawa
organo klorin yang memiliki efek karsinogen.
4.3.5 Kalsium ( Ca )
Dari hasil penelitian didapatkan hasil kandungan kalsium ( Ca ) adalah
8,626 %, Penambahan kalsium membuat struktur mikro yang dihasilkan lebih
halus dan jumlah fasa intermetalik meningkat dengan semakin meningkatnya
kandungan kalsium..
58
4.3.6 Titanium ( Ti )
Dari hasil penelitian didapatkan hasil kandungan titanium ( Ti ) adalah
0,099 %, nilai komposisi ini tidak sesuai dengan nilai komposisi yang telah di
tentukan.Sifat Karbid Titanium memiliki kekerasan yang tinggi dan titik lebur
yang tinggi karena merupakan unsur logam keras.
4.3.7 Kromium ( Cr )
Dari hasil penelitian didapatkan hasil kandungan kromiuim (Cr) adalah
0,046 %, nilai komposisi ini tidak sesuai dengan nilai komposisi yang telah di
tentukan. Kadar kromium di dalam besi mulai dari 1,5% dan dikeraskan dalam
oli. Kromium juga menyebabkan baja memiliki struktur butiran yang lebih halus,
dan kromium juga menyebabkan turunnya kecepatan pendinginan kritis yang
sangat besar. Salah satu pengaruh yang sangat signifikan dari kurangnya nilai
komposisi dapat menyebabkan menurunnya tetahanan korosi pada baja.
4.3.8 Besi ( Fe )
Dari hasil penelitian didapatkan hasil kandungan besi ( Fe ) adalah 1,341
%, nilai komposisi ini tidak sesuai dengan nilai komposisi yang telah di
tentukan.Pada dasarnya komposisi baja ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur
Karbon ( C ) sampai dengan 1.67% (maksimal). Dari hasil penelitian nilai
komposisi kimia pada besi ( Fe ) rendah mengakibatkan baja menurunnya
kekuatan tariknya dan kekuatan leleh pada baja.
4.3.9 Barium ( Ba)
Dari hasil penelitian didapatkan hasil kandungan barium ( Ba ) 0,293 %,
Unsur barium ini berpengaruh sebagai pengeras pada baja, dan merupakan unsur
metalik, lunak. Kandungan unsur barium yang rendah juga menjadi penyebab
perapuhan baja pada keadaan dingin yang ditunjukkan dengan meningkatkan
fluiditas cairan sehingga mampu alirnya meningkat cukup tinggi.
Dari hasil penelitian yang di lakukan dapat di analisa akibat terjadinya
unbalance pada spesimen Balance Shaft adalah pengaruh kandungan unsur Fosfor
( F ) yang ada pada material balance shaft terlalu tinggi yaitu Fosfor (P)
39,587%,dimana sifat dari unsur tersebut yakni rapuhyang membuat nilai
kekerasan tiap masing masing balance shaft berbeda yakni ketika balance shaft
59
berkerja didalam silinder dimana temperatur bisa mencapai 82ºC - 92ºC didalam
silinder blok.jika terjadi panas yang berlebih maka akan terjadi pemuaian, pada
temperatur tersebut fasa ferrit mulai terbentuk.sehingga dianalisa nilai kekerasan
yang di peroleh masing-masing komponen memiliki sifat ulet. yang disebabkan
jumlah fasa ferrit terlalu dominan yang bisa dilihat pada pengujian metalorgrafi
sehingga kekerasan yang ada pada material tidak tinggi.
Sedangkan paduan unsur aluminium 21,334 % dan unsur silikon 27,633 %
, Panduan unsur aluminium dengan unsur silikon yang tinggi akan memberikan
kekerasan dan kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525 MPa pada
aluminium paduan yang dihasilkan pada perlakuan panas. Jika konsentrasi silikon
lebih tinggi dari 15%, tingkat kerapuhan baja akan meningkat secara drastis akibat
terbentuknya kristal granula silika.
Pada unsur Khrom (Cr) hanya memiliki jumlah yang sangat rendah hanya
(Cr) 0,046% dan tidak sesuai dengan standar Kadar kromium di dalam baja mulai
dari 1,5%, memiliki pengaruh yang hampir sama dengan mangan yaitu
meningkatkan ketangguhan, kemampuan untuk dikeraskan dan tahan terhadap
temperatur tinggi. Salah satu pengaruh yang sangat signifikan dengan
penambahan krom pada baja adalah meningkatkan ketahanan korosi .