bab iv
DESCRIPTION
bab ivTRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil dan pembahasan penelitian
tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar di sungai
masyarakat usia(21-40 tahun)” dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus – 3
September 2012, di Dusun Candi Desa Sidomulyo Kecamatan Megaluh
Kabupaten Jombang.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Data Umum
a. Karakteristik Lokasi Penelitian
1) Geografi
Dusun Candi merupakan salah satu dari Dusun yang ada di Desa
Sidomulyo KecamatanMegaluh Kabupaten Jombang Propinsi Jawa
Timur. Terletak ± 15 km dari Kabupaten Jombang, dengan batas batas
sebagai berikut
Sebelah utara : Dusun Segunung
Sebelah selatan : Desa Budug Sidorejo
Sebelah Timur : Dusun Ploso Rejo dan Dusun Beluk
Sebelah Barat : Desa Pojokrejo
2) Demografi
Jumlah penduduk Desa Candi sampai dengan bulan April 2012,
mulai usia nol sampai lansia sebanyak 5.399 jiwa dengan rincian setiap
dusun adalah sebagai berikut :
62
63
a) Jombok : Jumlah penduduk sebanyak1.615 jiwa
b) Ploso Rejo : Jumlah penduduk sebanyak 1.712 jiwa
c) Beluk : Jumlah penduduk sebanyak 884 jiwa
d) Segunung : Jumlah penduduk sebanyak 1.188 jiwa
b. Karakteristik Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 40 orang.
Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 29 Agustus – 03 September
2012. Data dari 40 responden dikelompokkan menjadi data umum meliputi
;
a) Jenis Kelamin
b) Umur
c) Pendidikan
d) Pekerjaan
e) Informasi tentang perilaku buang air besar di sungai.
Sedangkan data khusus dari penelitian ini adalah perilaku buang air
besar di sungai (usia 21-40 tahun) di Dusun Candi Desa Sidomulyo
Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang.
1) Karakteristik Responden berdasarkan Jenis kelamin
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Jenis kelamin masyarkat di Dusun Candi Desa Sidomulyo Kecamatan Megaluh tanggal 29 Agustus-03 September 2012
No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)1. Laki-laki 19 47,52. Perempuan 21 52,5
Jumlah 40 100 Sumber : Data primer 2012
64
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40
responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 21
orang (52,5%).
2) Karakteristik Responden berdasarkan Umur
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Umur masyarkat (usia 21-40 tahun) di Dusun Candi Desa Sidomulyo Megaluh tanggal 29 Agustus-03 September 2012
No. Umur Frekuensi Prosentase (%)1. 21-25 tahun 9 22,52. 26-30 tahun 10 253. 31-35 tahun 16 404. 36-40 tahun 5 12,5
Jumlah 40 100 Sumber : Data primer 2012
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40
responden hampir setengahnya berumur 31-35 tahun sebanyak 16
orang (40%).
3) Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Pendidikan masyarakat di Dusun Candi Desa Sidomulyo Megaluh tanggal 29 Agustus-03 September 2012
No. Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)1. SD 8 202. SMP 20 503. SMA 11 27,54. Perguruan Tinggi 1 2,5
Jumlah 40 100 Sumber : Data primer 2012
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40
responden sebagian besar berpendidikan SMP sebanyak 20 orang
(50%).
65
4) Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Pekerjaan masyarakat di Dusun Candi Desa Sidomulyo Megaluh tanggal 29 Agustus-03 September 2012
No. Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)1. Tidak bekerja 3 7,52. Swasta 11 27,53. Wiraswasta 25 62,54. PNS 1 2,55. TNI/POLRI 0 0
Jumlah 40 100 Sumber : Data primer 2012
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40
responden hampir setangahnya wiraswasta, sebanyak 25 orang
(62,5%).
5) Karakteristik Responden berdasarkan Informasi yang didapatkan
sebelumnya tentang perilaku buang air besar di sungai.
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Informasi masyarakat yang didapatkan sebelumnya tentang perilaku buang air besar di sungai di Dusun Candi Desa Sidomulyo Megaluh tanggal 29 Agustus-03 September 2012
No. Informasi Frekuensi Prosentase (%)1. Belum pernah 11 27,52. Pernah dari petugas
kesehatan4 10
3. Pernah dari TV 3 7,54. Pernah dari Koran 0 05. Pernah dari
Masyarakat sekitar22 55
Jumlah 40 100 Sumber : Data primer 2012
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40
responden sebagian besar belum pernah mendapatkan informasi
sebelumnya tentang perilaku buang air besar di sungai, sebanyak 11
orang (27,5%).
66
4.1.2 Data Khusus
Setelah data terkumpul dari 40 responden, kemudian data ditabulasi.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar di sungai
masyarakat usia(21-40 tahun) di Dusun Candi Desa Sidomulyo Megaluh
tanggal 29 Agustus-03 September 2012
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar di sungai masyarakat usia(21-40 tahun)di Dusun Candi Desa Sidomulyo Megaluh tanggal 29 Agustus-03 September 2012
No. Faktor Frekuensi Prosentase (%)1. Sikap 3 7,52. Panutan 8 203. Ketiadaan Fasilitas 19 47,54. Kebiasaan Turun Temurun 10 25
Jumlah 40 100 Sumber : Data primer 2012
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40 responden
menunjukan bahwa ketiadaan fasilitas merupakan faktor yang menyebabkan
perilaku buang air besar disungai sebanyak 19 orang ( 47,5 %)
b. Tabulasi silang faktor dengan jenis kelamin
Tabel 4.7 Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar di sungai masyarakat usia(21-40 tahun) di Dusun Candi Desa Sidomulyo Megaluh tanggal 29 Agustus-03 September 2012
No Faktor
Jenis kelamin
Sikap Panutan Ketiadaan Fasilitas
Kebiasaan Turun
Temurun
Jumlah
f % F % f % f % F %1. Perempuan 2 5 5 12,5 12 30 2 5 21 52,52. Laki-laki 1 2,5 3 7,5 7 17,5 8 20 19 47,5
Jumlah 3 7,5 8 20 19 47,5 10 25 40 100
Sumebr : Data Primer 2012
67
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40 responden hampir
setengahnya (30%) yaitu 12 responden yang berperilaku buang air besar
disungai faktor ketiadaan fasilitas berjenis kelamin perempuan.
68
c. Tabulasi silang faktor dengan Umur
Tabel 4.8 Tabulasi silang antara Umur dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar di sungai masyarakat usia(21-40 tahun) di Dusun Candi Desa Sidomulyo Megaluh tanggal 29 Agustus-03 September 2012
No Faktor
Umur
Sikap Panutan Ketiadaan Fasilitas
Kebiasaan Turun Temurun
Jumlah
f % f % F % f % F %
1. 21-25 tahun
1 2,5 3 7,5 4 5 1 2,5 9 22,5
2. 26-30 tahun
0 0 3 7,5 7 17,5 0 0 10 25
3. 31-35 tahun
1 2,5 1 2,5 8 20 6 15 16 40
4. 36-40 tahun
1 2,5 1 2,5 0 0 3 7,5 5 12,5
Jumlah 3 7,5 8 20 19 47,5 10 25 40 100
Sumebr : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40 responden
hampir setengahnya (20%) yaitu 8 responden yang berperilaku buang air
besar disungai faktor ketiadaan fasilitas berumur 31-35 tahun.
d. Tabulasi silang faktor dengan pendidikan
Tabel 4.9 Tabulasi silang antara pendidikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar di sungai masyarakat usia(21-40 tahun) di Dusun Candi Desa Sidomulyo Megaluh tanggal 29 Agustus-03 September 2012
No Faktor
Pendidikan
Sikap Panutan Ketiadaan Fasilitas
Kebiasaan Turun
Temurun
Jumlah
f % F % f % f % F %1. SD 2 5 1 2,5 3 7,5 2 5 8 202. SMP 1 2,5 5 12,5 11 27,5 3 7,5 20 503. SMA 0 0 2 5 4 10 5 12,5 11 27,54. Perguruan
Tinggi0 0 0 0 1 2,5 0 0 1 2,5
Jumlah 3 7,5 8 20 19 47,5 10 25 40 100
Sumebr : Data Primer 2012
69
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40 responden
hampir setengahnya (27,5%) yaitu 11 responden yang berperilaku buang
air besar disungai faktor ketiadaan fasilitas berpendidikan SMP.
70
e. Tabulasi silang faktor dengan pekerjaan
Tabel 4.10 Tabulasi silang antara pekerjaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar di sungai masyarakat usia(21-40 tahun) di Dusun Candi Desa Sidomulyo Megaluh tanggal 29 Agustus-03 September 2012
No Faktor
Pekerjaan
Sikap Panutan Ketiadaan Fasilitas
Kebiasaan Turun
Temurun
Jumlah
f % F % f % f % F %1. Tidak
bekerja1 2,5 0 0 2 5 0 0 3 7,5
2. Swasta 1 2,5 1 2,5 6 15 3 7,5 11 27,53. Wiraswasta 1 2,5 7 17,5 11 27,5 6 15 25 62,54. PNS 0 0 0 0 0 0 1 2,5 1 2,55. TNI/POLRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 3 7,5 8 20 19 47,5 10 25 40 100
Sumebr : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40 responden
hampir setengahnya (27,5%) yaitu 11 responden yang berperilaku buang air
besar disungai faktor ketiadaan fasilitas wiraswasta.
71
f. Tabulasi silang faktor dengan informasi yang didapat sebelumnya tentang
perilaku buang air besar di sungai.
Tabel 4.11 Tabulasi silang antara informasi yang didapatkan sebelumnya tentang perilaku buang air besar di sungai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar di sungai masyarakat usia(21-40 tahun) di Dusun Candi Desa Sidomulyo Megaluh tanggal 29 Agustus-03 September 2012
No Faktor
informasi
Sikap Panutan Ketiadaan Fasilitas
Kebiasaan Turun
Temurun
Jumlah
f % F % f % f % F %1. Belum
pernah16 21,3 24 32 11 27,5
2. Pernah dari petugas kesehatan
3 4 1 1,3 4 10
3. Pernah dari TV
5 6,7 0 0 3 7,5
4. Pernah dari Koran
0 0 0 0 0 0
5. Pernah dari Masyarakat sekitar
9 12 17 22,7 22 55
Jumlah 3 7,5 8 20 19 47,5 10 25 40 100
Sumebr : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 40 responden
hampir setengahnya (32%) yaitu 24 responden yang berperilaku buang air
besar di sungai karena faktor ketiadaan fasilitas belum pernah mendapatkan
informasi sebelumnya tentang perilaku buang air besar di sungai.
4.2 Pembahasan
72
Pada pembahsaan ini akan menjelaskan hasil penelitian yang meliputi
faktor-faktor yang mempengaruhi buang air besar di sungai masyarakat usia
(21-40 tahun).
Hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi buang air
besar di sungai masyarakat (usia 21-40 tahun) diperoleh gambaran pada
tabel 4.6 yang menunjukkan bahwa dari 40 responden sebagian besar
(47,5%) menyatakan bahwa ketiadaan fasilitas menjadi faktor utama yang
menyebabkan mereka melakukan buang air besar di sungai, dibandingkan
dengan faktor-faktor lain seperti sikap,panutan, maupun kebiasaan turun
temurun.
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Pemanfaatan jamban keluarga oleh
masyarakat belum sesuai dengan harapan, karena masih ada yang buang
hajat di tempat-tempat yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan, Misalnya
sungai, kebun, atau sawah. Hal ini karena kebiasaan (pola hidup) atau
fasilitas yang kurang terpenuhi serta pengetahuan, sikap dan prilaku dari
masyarakat itu sendiri maupun kurang informasi yang mendukung terhadap
pemanfaatan jamban keluarga (Mutmainna, 2008).
Kebiasaan masyarakat yang tidak mau menggunakan jamban
merupakan faktor utama meluasnya penyakit. Kebiasaan masyarakat yang
lebih suka membuang hajat di sembarangan tempat membuat mereka
enggan membuat jamban di rumah masing-masing. Rendahnya pendidikan
dan kesadaran masyarakat membuat kebiasaan buang air besar di sembarang
tempat sulit dihilangkan, karena warga lebih suka membuat WC helicopter
73
dari pada membuat jamban di rumah akibat ketiadaan biaya untuk membuat
septic tank yang mahal (Mutmainna, 2008).
Ini sangat berkaitan dengan prilaku masyarakat sendiri yang sudah
menjadi kebiasaan bertahun-tahun. Upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat itu sebenarnya sudah dilakukan sejak lama dengan bantuan
pembangunan jamban di beberapa tempat yang membutuhkannya (Aryani,
2008).
Ketika perilaku masyarakat berubah dalam hal buang air besar maka
akan ada dampak ke arah yang lebih baik. Merajuk kepada ketentuan
organisasi kesehatan dunia (WHO). Sanitasi yang aman mampu
menurunkan resiko diare hingga 36%. Biaya pengobatan pun akan
berkurang, hanya perlu komitmen yang kuat dari masyarakat dan
pemerintah untuk harus mendorong upaya peningkatan
sanitasi (Mutmainna, 2008).
Di negara berkembang masih banyak terjadi pembuangan tinja secara
sembarangan akibat tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan
dibidang kesehatan lingkungan yang kurang dan kebiasaan buruk dalam
pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke generasi. kondisi
tersebut terutama ditemukan pada masyarakat di pedesaan dan daerah
kumuh perkotaan (Chandra B., 2007).
.
Faktor lain yang mempengaruhi sikap adalah umur. Berdasarkan hasil
penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4.8 didapatkan dari 40 responden
74
hampir setengahnya (20%) yaitu 8 responden yang berperilaku buang air
besar disungai faktor ketiadaan fasilitas berumur 31-35 tahun.
Menurut Notoatmodjo (2007) umur mempengaruhi daya tangkap dan
pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh
semakin membaik. Sedangkan menurut Huclok, pada usia dewasa muda
yaitu usia 20-40 tahun terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri
individu, merupakan masa dimana individu tidak lagi harus bergantung
secara ekonomis, sosiologis, maupun psikologis pada orangtuanya, serta
masa untuk bekerja, terlibat dalam hubungan masyarakat, dan menjalin
hubungan dengan lawan jenis.
Sesuai teori di atas bahwa pada umur 31-35 tahun merupakan tahap
dewasa muda dimana mempunnyai tugas perkembangan untuk
mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan dengan lainnya dan lebih
matang dalam befikir dan bersikap, hal ini lah yang memicu pemikiran
untuk lebih mementingkan urusan lain yang lebih mendesak daripada
mengutamakan kepentingan kebersihan, seperti membangun jamban atau
sarana MCK yang layak. Logika berfikir mereka mengatakan bahwa
kepentinga lain, seperti: nutrisi, tempat tinggal, dan materi adalah beberapa
kepentingan yang harus lebih dahulu diutamakan.
Selain umur faktor yang berpengaruh adalah tingkat pendidikan.
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 40 responden hampir
setengahnya (27,5%) yaitu 11 responden yang berperilaku buang air besar
disungai faktor ketiadaan fasilitas berpendidikan SMP.
75
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi. Sebaliknya jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan
(Mubarok, 2007). Pendidikan seseorang dapat diperoleh secara formal,
informal dan non formal. Pendidikan disebut juga dengan pendidikan
prasekolah dan berupa rangkaian jenjang yang telah baku. Misalnya SD,
SMP, SMA dan PT (Perguruan Tinggi). Pendidikan non formal lebih
difokuskan pada pemberian keahlian dan skil yang berguna untuk terjun ke
masyarakat. Sedangkan pendidikan informal merupakan pendidikan yang
berada disamping pendidikan formal dan nonformal. Menurut UU RI No.2
Tahun 1989 ada tiga jenjang dari pendidikan yaitu pendidikan dasar jika
pendidikan (SD dan SMP), menengah (SMA) dan tinggi jika pendidikan ibu
PT (Perguruan Tinggi) (Umar & S.L La Sulo, 2005).
Latar belakang pendidikan responden pada penelitian ini hampir
setengahnya adalah SMP, dimana SMP merupakan pendidikan dasar
sehingga responden lebih sulit untuk memahami informasi yang diterima
terutama tentang dampak dari perilaku buang air besar di sungai.
Faktor lain yang mempengaruhi sikap adalah pekerjaan. Berdasarkan
tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 40 responden hampir setengahnya
76
(27,5%) yaitu 11 responden yang berperilaku buang air besar disungai
faktor ketiadaan fasilitas wiraswasta.
Menurut Mubarok (2009), mengatakan bahwa lingkungan pekerjaan
dapat menjadikan sesorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini salah satu faktor pemicu
bagi masyarakat, terutama yang bekerja wiraswasta, dalam mempraktekan
kehidupan kesehatannya. Individu yang bekerja sebagai wiraswasta akan
selalu berusaha seekonomis mungkin dalam kesehariannya. Terkadang
faktor dana yang tidak mencukupi membuat mereka lebih mengarahkan
aliran dana untuk mendapatkan barang yang bisa digunakan untuk
mendapatkan uang(misal: belanja kebutuhan warung), daripada untuk
sekedar membangun jamban atau fasilitas MCK yang layak.
Selain umur, pendidikan dan pekerjaan sumber informasi juga
mempengaruhi sikap individu. Berdasarkan hasil penelitian masyarakat
cenderung bersikap negatif hal ini karena hampir setengahnya mereka
adalah masyarakat yang tidak bekerja. Karena keseharian dari mereka lebih
banyak menggunakan waktu luang, untuk bercengkrama dengan tetangga,
sehingga informasi yang diterima juga belum tentu benar.
Berdasarkan sumber informasi yang diperoleh sebelumnya tentang
penyakit kusta yang ditunjukkan pada tabel 4.11 bahwa dari 40 responden
hampir setengahnya (32%) yaitu 24 responden yang berperilaku buang air
besar di sungai karena faktor ketiadaan fasilitas belum pernah mendapatkan
informasi sebelumnya tentang perilaku buang air besar di sungai.
77
Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut
Azwar (2011) adalah media massa dan pengaruh orang lain yang dianggap
penting. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan
opini dan kepercayaan individu. Media massa memberikan pesan-pesan
yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah
sikap tertentu. Kurangnya atau belum pernah mendapatkan informasi
sebelumnya juga menyebabkan penilaian yang berbeda terhadap sikap
individu.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting salah satu contohnya
adalah petugas kesehatan yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan
serta pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada masyarakat. Masyarakat
cenderung memiliki sikap yang conformis atau searah dengan sikap orang
yang dianggap penting, yaitu petugas kesehatan yang memang mengerti
tentang kesehatan sehingga pengaruh kepercayaannya lebih kuat.
Pada penelitian ini hampir setengahnya responden menyatakan belum
pernah mendapatkan informasi sebelumnya tentang perilaku buang air besar
di sungai. Banyak responden yang berperilaku buang air besar di sungai
yang merasa tidak mendapatkan informasi mengenai dampak yang
ditimbulkan dari perilaku tersebut, sehingga mereka beranggapan bahwa
perilaku buang air besar di sungai tidak memiliki dampak apapun dan boleh
78
dilakukan. Ada beberapa responden yang menyatakan pernah mendapatkan
informasi tentang perilaku buang air besar di sungai dan cenderung tidak
melakukan perilaku tersebut, jadi sumber informasi yang didapatkan
sebelumnya dapat mempengaruhi sikap seseorang.
Berdasarkan penjelasan pada pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar di sungai
dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi yang
diperoleh, sehingga dapat dikatakan bahwa sikap setiap individu satu sama
lain berbeda.