bab i,ii,iii, daftar pustaka koreksi

30
BAB I PENDAHULUAN I. Definisi Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi kompleks yang mengakibatkan hilangnya fungsi normal akibat kerusakan kartilago artikuler. Penyakit ini merupakan hasil dari peristiwa mekanik dan biologi yang mengganggu stabilitas proses degradasi sintesis kondrosit dan matriks ekstrasel kartilago artikuler dan tulang subkondral. 1,2 Penyakit ini ditandai oleh kehilangan tulang rawan sendi secara progresif dan terbentuknya tulang baru pada trabekula subkondral dan tepi tulang (osteofit). Setiap sendi memiliki risiko untuk 1

Upload: denis-christian-lampus

Post on 27-Oct-2015

144 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

bjbjbj bjbjjbjbu j ujb

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

BAB I

PENDAHULUAN

I. Definisi

Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi

kompleks yang mengakibatkan hilangnya fungsi normal akibat kerusakan

kartilago artikuler. Penyakit ini merupakan hasil dari peristiwa mekanik dan

biologi yang mengganggu stabilitas proses degradasi sintesis kondrosit dan

matriks ekstrasel kartilago artikuler dan tulang subkondral.1,2

Penyakit ini ditandai oleh kehilangan tulang rawan sendi secara progresif

dan terbentuknya tulang baru pada trabekula subkondral dan tepi tulang

(osteofit). Setiap sendi memiliki risiko untuk terserang. Sendi yang paling

sering terkena adalah ujung jari tangan, ibu jari, leher, punggung bawah, lutut,

dan panggul.3,4

Gambar 1. Osteoartritis

1

Page 2: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

II. Epidemiologi

Insidens dan prevalensi OA bervariasi pada masing-masing negara, tetapi

data pada berbagai negara menunjukkan bahwa artritis jenis ini adalah yang

paling banyak ditemui, terutama pada kelompok usia dewasa dan usia lanjut.

Prevalensinya meningkat sesuai pertambahan usia.3

Berdasarkan data prevalensi dari National Centers for Health Statistics,

diperkirakan 15,8 juta (12%) orang dewasa antara 25-74 tahun mempunyai

keluhan sesuai OA. Prevalensi dan tingkat keparahan OA berbeda-beda antara

rentang usia dewasa dan usia lanjut. OA lutut terjadi pada < 0,1% pada

kelompok usia 25-34 tahun, tetapi terjadi 10-20% pada kelompok 65-74 tahun.

OA lutut moderat sampai berat dialami 33% penderita usia 65-74 tahun.3,7

World Health Organization (WHO) melaporkan 40% penduduk dunia

lanjut usia menderita OA lutut, dimana 80% dari jumlah tersebut akan

mengalami keterbatasan gerak sendi.2

Berdasarkan pemeriksaan radiologi, prevalensi osteoartritis lutut di

Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada

wanita. Sendi yang paling sering terkena adalah ujung jari tangan, ibu jari,

leher, punggung bawah, lutut, dan panggul.1,2,3

III. Etiologi dan Faktor Risiko

Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan

yang tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang

berpendapat bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan hemostasis

dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago

yang penyebabnya belum jelas diketahui. Untuk penyakit yang penyebabnya

tidak jelas, istilah faktor risiko adalah lebih tepat. Adapun faktor risiko

terjadinya OA adalah sebagai berikut:1,3

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Suku bangsa

2

Page 3: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

4. Genetik

5. Obesitas

6. Nutrisi

7. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

8. Faktor lain

IV. Manifestasi Klinis

Pada umumnya penderita OA mengatakan bahwa keluhan-

keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-

lahan. Adapun keluhan yang biasanya muncul adalah sebagai berikut:1

1. Nyeri sendi

2. Hambatan gerak sendi

3. Kaku pagi

4. Krepitasi

5. Pembesaran sendi

6. Perubahan gaya berjalan

V. Tes Provokasi

Tes-tes provokasi yang dapat dilakukan untuk memeriksa sendi lutut

antara lain:10,11,12,13

1. Anterior drawer test

Tes ini untuk mendeteksi ruptur atau instabilitas ligamentum

krusiatum anterior. Penderita berbaring terlentang dengan salah satu lutut

difleksikan. Pemeriksa duduk di tepi meja periksa, bersandar pada kaki

penderita untuk menstabilkannya. Pemeriksa meletakkan kedua tangannya

di proksimal tungkai bawah dengan ibu jari pada kedua sisi tibia anterior

distal dan jari-jari lainnya melingkar ke belakang tungkai bawah.

Pemeriksa mencoba untuk menarik tibia ke depan. Bila ditemukan tulang

tibia yang menggeser ke depan dari bawah tulang femur, maka dianggap

anterior drawer test positif.

3

Page 4: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

Gambar 4. Anterior drawer test

2. Posterior Drawer Test

Tes ini untuk mendeteksi instabilitas ligamentum krusiatum

posterior. Sama seperti anterior drawer test, hanya saja menggenggam

tibia kemudian didorong ke belakang.

Gambar 5. Posterior drawer test

3. McMurray’s Test

Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan

lesi meniskus bagian medial atau lateral. Pada tes ini penderita berbaring

terlentang. Satu tangan pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan

lainnya memegang lutut. Kemudian tungkai ditekuk pada sendi lutut.

Lakukan eksorotasi tungkai bawah dan secara perlahan diekstensikan.

Kalau terdengar bunyi ‘klek’ dan nyeri sewaktu lutut diluruskan berarti

tes bernilai positif.

4

Page 5: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

Gambar 6. McMurray’s Test

4. Apley’s Grinding or Compression Test

Penderita dalam posisi telungkup dengan lutut difleksikan 90.

Lakukan penekanan pada telapak kaki penderita ketika melakukan rotasi

internal dan eksternal tibia. Tes ini dilakukan untuk menilai lesi pada

meniskus. Tes ini dikatakan positif jika penderita merasakan nyeri

sepanjang sendi tibiofemoral.

Gambar 7. Apley’s Grinding or Compression Test

5. Lachman’s Test

Pada tes ini penderita berbaring terlentang dengan lutut pada posisi

fleksi kira-kira dalam sudut 10º – 20º dengan tungkai diputar secara

eksternal. Satu tangan dari pemeriksaan mestabilkan tungkai bawah

dengan memegang bagian akhir atau ujung distal daritungkai atas, dan

5

Page 6: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

tangan yang lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia,kemudian

usahakan untuk digerakkan ke arah anterior.

Gambar 8. Lachman’s Test

6. Test for lateral stability

Tes ini untuk menilai instabilitas ligamen kolateral lateral.

Penderita dalam posisi berbaring telentang dengan lutut ekstensi penuh.

Pegang ekstremitas bawah dengan satu tangan diletakkan pada lutut

bagian posterior medial saat memaksakan bagian distal tungkai bawah ke

medial. Buatlah daya varus pada lutut dan tekanan pada ligamentum

kolateral lateral. Manuver dilakukan pada 0 dan fleksi lutut 30. Tes

bernilai positif jika nyeri dan atau peningkatan celah pada garis sendi

lateral.

Gambar 9. Test for lateral stability

7. Test for Medial Stability

Tes ini untuk menilai instabilitas ligamen kolateral medial.

Penderita tidur telentang dengan lutut ekstensi penuh. Pegang ekstremitas

bawah dengan satutangan diletakkan pada lutut bagian posterior lateral

saat memaksakan bagian distal tungkai bawah ke lateral. Buatlah daya

valgus pada lutut dan tekanan pada ligamentum kolateral medial.

6

Page 7: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

Manuver dilakukan pada 0 dan fleksi lutut 30. Tes bernilai positif jika

nyeri dan atau peningkatan pemisahan pada garis sendi medial.

Gambar 10. Test for Medial Stability

VI. Diagnosis

Diagnosis OA ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dan

radiologis. Keluhan nyeri merupakan gejala klinik utama penderita OA.

Pengukuran nyeri dilakukan berdasarkan pola pribadi penderita. Visual Analog

Scale (VAS) adalah metode yang akurat untuk mengukur rasa nyeri.1,5

Diagnosis OA lutut ditetapkan berdasarkan kriteria Subcommittee

American College of Rheumatology (ACR). Kriteria tersebut adalah sebagai

berikut:14

1. Nyeri lutut

2. Memenuhi 3 dari 6 hal berikut:

a. Umur > 50 tahun

b. Kaku sendi < 30 menit

c. Krepitasi

d. Nyeri tulang

e. Pembengkakan tulang (bone enlargement)

f. Tidak teraba hangat pada perabaan

3. Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria

Kellgren & Lawrence.

Derajat 0 : Radiologi normal

Derajat 1 (meragukan OA) : Penyempitan celah sendi meragukan dan

kemungkinan adanya osteofit

7

Page 8: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

Derajat 2 (OA minimal) : Osteofit moderat dan multipel,

penyempitan celah sendi yang jelas

Derajat 3 (OA moderat) : Osteofit moderat dan multipel, penyempitan

celah sendi, sklerosis moderat dan

kemungkinan deformitas kontur tulang

Derajat 4 (OA berat) : Osteofit yang besar, penyempitan celah

sendi yang nyata, sklerosis yang berat dan

deformitas kontour tulang yang nyata.

Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah:1

Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian

yang mengandung beban)

Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral

Kista tulang

Osteofit pada pinggir sendi

Perubahan struktur anatomi sendi

VII. Rehabilitasi Medik pada Osteoartritis

Tujuan dilakukannya rehabilitasi medik pada osteoartritis adalah:2,16

1. Mengurangi nyeri dan spasme

2. Memperbaiki lingkup gerak sendi

3. Meningkatkan kekuatan otot

4. Memperbaiki fungsi

5. Meningkatkan kualitas hidup

Mobilisasi sendi bila dikombinasikan dengan fisioterapi konvensional

dapat mengurangi nyeri pada penderita dengan OA lutut. Fisioterapi yang

dapat dilakukan antara lain:2,3,17,18,19

1. Terapi panas

2. Terapi dingin

3. Terapi latihan

4. Stimulasi listrik

8

Page 9: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

5. Hidroterapi

Okupasi terapi adalah suatu treatment medis yang menggerakkan

aktivitas konstruktif yang direncanakan dan disesuaikan, yang ditujukan untuk

penderita dengan kondisi fisik maupun mental yang bertujuan untuk membantu

restorasi dan fungsional penderita. Penderita akan menerima pelajaran dan

latihan bermacam-macam aktivitas untuk pertolongan diri (self help activities),

misalnya makan, minum, memakai pakaian, menulis, dan menggunakan alat

penolong. Penderita juga akan mendapat treatment yang khusus untuk tujuan

restorasi fungsi-fungsi fisik, antara lain menambah dan meningkatkan gerak

sendi, kekuatan otot, dan koordinasi. 18

Ortotik prostetik fungsinya untuk mengembalikan fungsi, mencegah

kecacatan, mengoreksi kecacatan, mengontrol gerakan bawah sadar,

menyangga berat badan, dan menambah kekuatan. Pada penderita OA biasa

dilakukan rencana penggunaan knee brace atau knee support.18

Psikologi mempunyai dua tujuan. Tujuan umum adalah membimbing

seseorang dalam usahanya untuk mencapai kepuasan dan kesejahteraan hidup

dalam status, relasi, dan perkembangannya. Sementara tujuan khusus yaitu

membebaskan seseorang dari masalah tertentu yang dianggap mengganggu

kesehatan jiwa dan diharapkan dapat memperkuat dalam menghadapi

kesulitan-kesulitan selanjutnya.18

Sosial medis dikategorikan dalam jenis pelayanan sosial untuk tujuan

penyembuhan, pemberian bantuan, rehabilitasi, dan perlindungan sosial.

Pelayanan sosial seringkali ditujukan untuk pemulihan kemampuan,

pelaksanaan peranan-peranan sosial sejauh mungkin, apabila kemungkinan

penyembuhan menjadi sempurna seperti sediakala sulit dilakukan.18

9

Page 10: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas Penderita

Nama : Ny. Deitje Pandairoh

Umur : 64 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Ranotana

Pekerjaan : IRT

Agama : Kristen Protestan

Suku : Minahasa

Pendidikan Terakhir : S1

Tanggal periksa : 3 September2013

II. Anamnesis

a. Keluhan utama : Nyeri kedua lutut.

b. Riwayat penyakit sekarang :

Nyeri kedua lutut sudah dialami sejak 2 minggu yang lalu sebelum

datang ke rumah sakit ketika penderita ingin berdiri. Nyeri baru

dirasakan untuk pertama kalinya. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-

tusuk, bersifat hilang timbul. Nyeri menjalar dari lutut hingga ke tumit.

Nyeri bertambah hebat saat penderita berubah posisi dari duduk dan

mau berdiri, berubah posisi dari jongkok ke berdiri dan penderita juga

merasa nyeri apabila berjalan jauh atau berjalan dalam waktu yang

lama. Nyeri berkurang pada saat penderita beristirahat dan

mengonsumsi obat analgetik. Penderita merasa kaku pagi hari kira-kira

10

Page 11: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

selama 5-10 menit. Ada bengkak. Bengkak timbul Tidak ada riwayat

trauma pada lutut.

c. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat diabetes mellitus ada sejak ± 4 tahun lalu terkontrol dengan

obat insulin, riwayat hipertensi tidak ada, riwayat sakit ginjal, hati,

asam urat, kolesterol, jantung tidak diketahui. Riwayat mengonsumsi

minuman beralkohol tidak ada, merokok tidak ada, makan makanan

berlemak tidak ada.

d. Riwayat penyakit dalam keluarga

Tidak ada yang sakit seperti ini selain penderita

e. Riwayat kebiasaan

Penderita tidak pernah mengalami trauma pada lutut, tidak memiliki

kebiasaan olahraga yang membebani lutut seperti badminton.

f. Riwayat sosial ekonomi

Penderita tinggal bersama suami dan2 orang anak, di rumah

permanen1 lantai, lantai tehel, penderita tidur di lantai 1, kamar mandi

dengan kloset jongkok. Biaya pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas.

g. Riwayat Psikologi

Penderita merasa cemas karena penyakitnya

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 150/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,0C

11

Page 12: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

Tinggi badan : 153cm

Berat badan : 71kg

IMT : 30,33 kg/m2(Obesitas)

Kepala : Mesocephal

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, pupil bulat isokor 3 mm/3mm,

refleks cahaya langsung kiri dan kanan

positif, refleks cahaya tidak langsung kiri

dan kanan positif.

Leher : Trakea letak di tengah, pembesaran

kelenjar getah bening negatif.

Thoraks : Simetris kiri = kanan

Cor dan Pulmo dalam batas normal

Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien

tidak teraba, bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Akral hangat, edema (+) region genu dextra

et sinistra

Status lokalis regio genu dextra et sinistra :

Inspeksi : Rubor (-/-), edema (-/-), genu varus (+/+),

genu valgus (-/-)

Palpasi : Kalor (+/+), edema (+/+), nyeri tekan

(-/-), ballottement (-/-), krepitasi (-/-)

Gerakan : Nyeri gerak aktif (+/+) , nyeri gerak pasif

(+/+), krepitasi (-/-)

12

Page 13: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

ROM genu

Dekstra Sinistra

aktif pasif Aktif Pasif

Flexi 0-135 0-135 0-135 0-135

Extensi 0 0 0 0

Visual Analog Scale:

0 6 10

(Genu dekstra)

0 6 10

(Genu sinistra)

Pengukuran Panjang Tungkai

Pengukuran D S Normal

ALL 83 cm 83 cm -

TLL 89 cm 89 cm -

Q angle dextra et sinistra : 20o

13

Page 14: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

Status motorik:

Ket:

L.P.A: Lingkar Paha Atas (Pengukuran dari basis patella ke atas 10-15 cm)

L.P.B: Lingkar Paha Bawah (Pengukuran dari basis patella ke bawah 10-15 cm)

Tes provokasi:

Dextra Sinistra

Anterior drawer test - -

Posterior drawer test - -

Mc murray test - -

Appley grinding test

Lachman’s test

-

-

-

-

Test for lateral stability - -

Test for medial stability - -

14

Ekstremitas superior Ekstremitas inferior

Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Gerakan Normal Normal Normal Normal

Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5

Tonus otot Normal Normal Normal Normal

Refleks

fisiologisNormal Normal Normal Normal

Refleks patologis - - - -

Sensibilitas

Atrofi

Normal Normal Normal

L.P.A: 38 cm

L.P.B: 34 cm

Normal

L.P.A: 38 cm

L.P.B: 34 cm

Page 15: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

IV. Pemeriksaan Penunjang

Foto Rontgen Genu Dekstra et Sinistra AP

Foto Rontgen Genu Dekstra et Sinistra Lateral

15

Page 16: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

RESUME

Perempuan, 64 tahun, keluhan utama nyeri pada kedua lutut sejak 2 minggu yang

lalu. Nyeri baru dirasakan untuk pertama kalinya. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-

tusuk, bersifat hilang timbul. Nyeri menjalar dari lutut hingga ke tumit. Nyeri

disertai kekakuan pada pagi hari selama ± 5-10 menit. Nyeri berkurang pada saat

penderita beristirahat dan mengonsumsi obat analgetik. Dari inspeksi didapatkan

genu varus (+/+), pada palpasi ditemukan kalor (+/+) dan edema (+/+).

Didapatkan nyeri gerak aktif (+/+) dan nyeri gerak pasif (+/+). Pada foto rontgen

genu dekstra dan sinistra AP lateral ditemukan kesan OA genu bilateral.

IV. Diagnosis Kerja

Diagnosis klinis : Knee Pain

Diagnosis etiologis : Osteoarthritis

Diagnosis topis :Regio genu bilateral

Diagnosis fungsional :

- Gangguan AKS

- Gangguan ambulasi

V. Problem Rehabilitasi Medik

Problem fisik :

1. Nyeri pada kedua lutut (VAS dekstra 6, VAS sinistra 6)

2. Gangguan ambulasi

3. Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)

Problem psikologik :Penderita merasa cemas karena penyakitnya

16

Page 17: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

VI. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

1. Obat Anti Inflamasi Non-Steroid

b. Non medikamentosa

Rehabilitasi medik

1. Fisioterapi :

Evaluasi :

- Nyeri kedua lutut(VAS dekstra 6, VAS sinistra 6)

- Gangguan ambulasi

Program :

- Cryotherapy pada region genu dekstra et sinistra dengan 3x

evaluasi

2. Okupasi terapi

Evaluasi :

- Nyeri kedua lutut(VAS dekstra , VAS sinistra 6)

- Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari.

- Gangguan ambulasi

Program :

Latihan atau edukasi melaksanakan Aktivitas Kehidupan Sehari-

hari dengan prinsip mengurangi beban pada sendi lutut (joint

protection).

17

Page 18: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

3. Ortotik prostetik

Evaluasi :

- Nyeri kedua lutut(VAS dekstra 6, VAS sinistra 6)

- Gangguan ambulasi

Program :

Rencana penggunaan knee brace.

4. Psikolog

Evaluasi :

Penderita merasa cemas dengan sakitnya.

Program :

- Memberi dukungan kepada penderita agar rajin berlatih di

rumah dan kontrol secara teratur

- Memberi support mental pada penderita dan keluarga agar tidak

cemas dengan sakitnya

5. Sosial Medik

Evaluasi :

- Biaya hidup sehari-hari cukup

- Biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah menggunakan

jaminan kesehatan masyarakat (JAMKESMAS)

Program :

Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga mengenai

penyakit penderita dan memberikan dukungan agar penderita rajin

melakukan terapi dan home program.

6. Home Program atau edukasi

- Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti

naik turun tangga.

18

Page 19: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

- Kompres pada lutut atau daerah yang nyeri dengan es selama

20 menit.

VII. Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanatioam : Dubia ad bonam

19

Page 20: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

DAFTAR PUSTAKA

1. Soeroso J, Harry I, Handono K, dkk. Osteoartritis. Dalam : Aru WS, editor.

Buku ajar penyakit dalam. Jilid II, Edisi IV, Jakarta. Pusat Penerbitan IPD-

FKUI, 2007: 1195-1201.

2. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam : Standar

operasional prosedur. DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18.

3. DEPKES. 2006. Pharmateutical care untuk penderita penyakit artritis rematik.

Diunduh dari http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361337229.pdf,

diakses tanggal 29 Juli 2013.

4. Institut Pertanian Bogor. Manfaat glukosamin dan kondrotin sulfate untuk

terapi osteoartritis. Diunduh dari http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDUQFjAB&u

rl=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle

%2F123456789%2F60203%2FBAB%2520I%2520Pendahuluan.pdf

%3Fsequence

%3D2&ei=mM73UdDcLcWGrgfEhIHwDQ&usg=AFQjCNEbirXWMzz6ER

djkS4cHC0Z0yjcUQ&sig2=-svs-j3yDwWHw6GKsnDEwg, diakes tanggal 30

Juli 2013.

5. Lukum EM, Muhammad Ilyas, Bachtiar M, dkk. Hubungan derajat nyeri

berdasarkan Visual analogue scale (vas) dengan derajat radiologik

berdasarkan kellgren lawrence score pada foto konvensional lutut penderita

osteoartritis sendi lutut. Diunduh dari

pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/856a11420db1bdc1540c72e8dd67d9f5.pdf,

diakses tanggal 10 Juni 2013.

6. Fini M, G Giaveresi, A Carpi, et al. Effects of pulsed electromagnetic fields

on articular hyaline cartilage: review of experimental and clinical studies.

Biomed & Pharmacotherapy 2005; 59: 388-394.

20

Page 21: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

7. Hamono Sundoyo. Osteoartritis. Diunduh dari

http://www.mitrakeluarga.com/bekasibarat/osteoartritis/, diakses tanggal 30

Juli 2013.

8. Sumual Angela S, Vennetia RD, Fransiska L. Pengaruh berat badan terhadap

gaya gesek dan timbulnya osteoartritis pada orang di atas 45 tahun di RSUP

Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik 2013; 1(1); 140-146.

9. Erwinati Endang. Perbandingan terapi osteoartritis lutut menggunakan short

wave diathermy (SWD) dengan atau tanpa latihan di RSUP Dr. Kariadi

Semarang. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/12192/1/1999KSP259.pdf,

diakses tanggal 30 Juli 2013.

10. Cuccurullo Sara. Physical medicine and rehabilitation board view. USA.

Demos, 2004: 210-229.

11. Miller Alan, Kimberly DH, Brian AD. The 3-minute musculoskeletal and

peripheral nerve exam. USA. Demos, 2009: 65-75.

12. Sidharta Priguna. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta. Penerbit

Dian Rakyat, 2005: 499-501.

13. Priyonoadi Bambang. Berbagai macam tes untuk menentukan tingkat

kestabilan sendi lutut. Diunduh dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131453189/Tes-

Snd.Lutut_.Medkr_.Akhir_.pdf, diakses tanggal 11 Juni 2013.

14. Eka Imbawan IGN, Tjokorda RP, Gede K. Korelasi kadar matrix

metalloproteinase 3 (MMP-3) dengan derajat beratnya osteoartritis lutut. J

Peny Dalam, 2011; 12(3): 181-192.

15. Anonymous. Osteoartritis. Diunduh dari

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/0810211008/BAB

%20II.pdf, diakses tanggal 29 Juli 2013.

16. NICE. Osteoartritis: The care and management of osteoartritis in adults.

National institue for Health and Clinical Excellence. 2008.

21

Page 22: Bab I,II,III, Daftar Pustaka Koreksi

17. Azlin Nor. Effects of passive joint mobilization on patients with knee

osteoartritis. Sains Malaysiana 2011; 40(12): 1461-1465.

18. Rahaswanto Hendro. Mengatasi masalah sendi dengan terapi ESWT. Diunduh

dari http://www.suyotohospital.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=8:mengatasi-masalah-sendi-dengan-

terapi-eswt&catid=3:artikel&Itemid=2, diakses tanggal 29 Juli 2013.

19. Sengkey LS, dkk. Diktat Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. FK

UNSRAT Manado, 2006.

22