bab iii · web viewuntuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan...
TRANSCRIPT
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek penelitian Sistem Informasi Pelayanan
Publik pada Polsek Kota Utara yang berlamatkan di jalan Rusli Datau Kec. Kota
Utara Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo
3.2 Metode Penelitian
3.2.1. Metode Yang Digunakan
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif,
yaitu penelitian yang berusaha untuk memecahkan masalah yang ada sekarang
secara sistematis berdasarkan data-data yang ada. Metode deskriptif dirancang
untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata (sementara
berlangsung).
Gay (1976) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan
yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari
pokok suatu penelitian.
Tujuan utama dalam menggunakan metode ini adalah untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian
dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Traves:1978)
3.2.2. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya
Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan yaitu :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan jalan melakukan pengamatan
langsung pada objek yang diteliti dan wawancara langsung dengan staf di
bagian Bataud, Pulbaket, Reskrim pada Polsekta Kota Utara.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk dokumen-dokumen,
catatan-catatan, laporan-laporan, arsip-arsip dan buku-buku pendukung/
pedoman yang terkait yang berasal dari instatnsi terkait.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan
fakta/data (fac finising technique) yang efektif untuk mempelajari suatu
sistem. Obesevasi adalah pengamatan langsung kegiatan yang sedang
dilakukan, untuk mendapatkan data, penulis mengadakan penelitian langsung
kegiatan yang sedang berlangsung pada tempat penelitian.
b. Wawancara
Wawancara (interview) telah diakui sebagai teknik/metode pengumpulan
data/fakta yang penting dan banyak dilakukan dalam pengembangan sistem
informasi. Wawancara memungkinkan peneliti (interviewer) mengumpulkan
data secara tatap muka langsung dengan orang yang diwawancara.
(interviewer).
74
c. Kepustakaan
Mempelajari buku dan bahan-bahan bacaan yang mempunyai korelasi dengan
masalah yang akan dibahas, guna mendapatkan data yang diperlukan dalam
penelitian.
3.2.3. Desain Penelitian
Desain penelitian dapat digambarkan dalam bagan metode perancangan
system berikut.
Gambar 3.1 Bagan Metode Perancangan Sistem
75
Perancangan Sistem Informasi Pelayan Publik Berbasis Web Dengan Fasilitan Intranet Pada
Polsek Kota Utara
Study Pustaka
Pengumpulan Data dan Informasi
Analisa Sistem Yang Berjalan Analisa Kebutuhan Sistem
Perancangan Basis Data Perancangan Interface
Perancangan Program dan Implementasi
Perancangan Sistem Informasi Pelayanan Publik Berbasis Web Dengan Fasilitas Intanet
Desain Sistem
Analisa Sistem
Konsep dasar perancangan sistem adalah dengan tahap pengumpulan data
baku kemudian diolah menjadi sebuah informasi yang berguna bagi pemakainya.
Pengolahan data adalah pengolahan kombinasi-kombinasi dari berbagai data yang
diolah menjadi informasi yang tepat dan berguna.
Hasil akhir dari pengolahan data adalah informasi yang merupakan suatu
kesatuan yang saling berhubungan dan berkerja sama. Dengan adanya
perancangan sistem yang dilakukan akan memberikan informasi yang cepat, tepat
dan akurat.
Adapun tahap dalam merancang sistem informasi perencanaan dan
pemenuhan kebutuhan, yaitu sebagai berikut :
3.2.4. Prosedur Pengujian Sistem
Sebelum Program diterapkan maka program harus bebas terlebih dahulu
dari kesalahan-kesalahan. Oleh sebabitu program harus dites untuk menemukan
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Kesalahan yang mungkin terjadi dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) bentuk kesalahan yaitu sebagai berikut :
1. Kesalahan Bahasa (Language Error), atau disebut juga dengan kesalahan
penulisan (syntax error) atau kesalahan tata bahasa (grammatical error) adalah
kesalahan di dalam penulisan source program yang tidak sesuai dengan yang
telah disyaratkan. Kesalahn ini relative mudah ditemukan dan diperbaiki,
karena compiler akan memberitahukan letak dan sebab kesalahannya sewaktu
program dikompilasi.
2. Kesalahan Waktu Proses ( Run Time Error), yaitu kesalahan yang terjadi
sewaktu executable program dijalankan. Kesalahan ini akan menyebabkan
76
proses program berhenti sebelum selesai pada saatnya, carena compiler
menemukan kondisi-kondisi yang belum terpenihi yang tidak bias dikerjakan.
Kesalahan ini relative mudah untuk ditemukan dan diperbaiki karena juga
ditujukkan letak dan sebab keselahannya sewaktu program dikompilasi.
3. Kesalahan Logika (Logical Error), yaitu kesalahan dari logika program yang
dibuat, Kesalahan ini sulit ditemukan karena tidak ada pemberitahuan
mengenai kesalahan dan akan tetap didapatkan hasil dari suatu proses
program, tapi hasilnya salah. Kesalahan seperti ini merupakan kesalahan yang
berbahaya, karena tidak disadari dan ditemukan, hasil yang salah dapat
menyesatkan bagi yang menggunakannya. Cara mencari kesalahan logika
dapat dilakukan dengan test data yaitu dengan menjalankan program dengan
menggunakan data tertentu dan membandingkan hasil pengolahannya dengan
hasil yang sudah diketahui. Bila hasilnya berbeda, berarti mengalami
kesalahan dan harus dilacak dan menemukan sebab-sebabnya.
Program dapa dites untuk tiap-tiap modulnya dan dilanjutkan dengan
pengetesan untuk semua modul yang telah dirangkai. Dengan demikian terdapatr
2 (dua) tingkat pengetesan yang dilakukan yaitu :
1. Pengetesan Modul
Pengetesan untuk tiap-tiap modul program (dapat berupa program utama,
subroutime, subprogram), disebut dengan stub testing. Pengetesan suatu modul
dapat saja dilakukan walaupun modul lainnya yang berhubungan dengannya
belum tertulis. Modul dipanggil yang disimulasi ini disebut dengan stub. Modul
Stub dapat berupa subroutime atau sub program.
77
2. Pengetesan Unit atu Pengetesan Program
Setelah semua program selesai ditulis dan dites secara independent sampai
bebas dari kesalahan dan telah dirangkai menjadi satu unit program ini perlu dites
kembali. Pengetesan ini disebut dengan unit testing atau program testing yang
dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa semua modul telah bekerja terintegrasi
tanpa mengalami kesalahan.
Pengujian sistem ini biasanya dilakukan setelah pengetesan program.
Pengetesan sistem (system testing) dilakukan untuk memeriksa kekompokan
antara kelompok sistem yang diimplementasi. Tujuan utama dari pengetesan
sistem ini adalah untuk memastikan bahwa elemen-elemen atau komponen-
komponen dari sistem telah berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Kumpulan
dari semua program yang telah diintegrasikan perlu dites kembali untuk melihat
apakah suatu program dapat menerima input data dengan bai, dapat
memprosesnya dengan baik serta dapat memberikan output yang dinginkan.
3.3 Gambaran Umum Polsek Kota Utara
3.3.1 Profil Polsek Kota Utara
Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut Polri,
adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan
peran memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
78
Dalam rangka melaksanakan ketentuan dimaksud, dan optimalisasi
pencapaian sasaran fungsi dan peran Kepolisian Negara Republik Indonesia, serta
kepentingan pelaksanan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka
disusun Peraturan Pemerintah tentang Pembagian Daerah Hukum Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Pembagian daerah hukum kepolisian tersebut diusahakan harmonis, sesuai
dan serasi dengan pembagian wilayah administrasi Pemerintahan Daerah dan
perangkat sistem peradilan pidana terpadu, namun demikian untuk daerah tertentu
berdasarkan pertimbangan kepentingan pelaksanaan fungsi dan peran kepolisian,
kemampuan Kepolisian Negara Republik Indonesia, luas wilayah serta keadaan
penduduk, daerah hukum kepolisian berbeda dari wilayah administrasi
Pemerintahan Daerah.
Polsekta Kota Utara yang berada diwilayah Polres Kota Gorontalo
bertugas menyelenggarakan tugas pokok polri dalam pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum dan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat serta tugas-tugas Polri lain dalam wilayah
hukumnya, sesuai ketentuan hukum dan peraturan/kebijakan yang berlaku dalam
organisasi Polri.
Utara Adapun Wilayah hukum Polsekta Kota Utara yaitu 1 (satu)
kecamatan Kota Gorontalo yaitu Kota Utara yang didalamnya memiliki 10
(sepuluh) Kelurahan yang sebagai berikut :
79
1. Kelurahan Tapa
2. Kelurahan Wokaditi Barat
3. Kelurahan Wongkaditi Timur
4. Kelurahan Bulotadaa Barat
5. Kelurahan Bulotadaa Timur
6. Kelurahan Molosipat U
7. Kelurahan Dembe II
8. Kelurahan Dembe Jaya
9. Kelurahan Dulomo Utara
10. Kelurahan dulomo Selatan
Adapun batas wilayah Polsek Kota Utara yaitu sebelah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Bone Bolango, sebelah Selatan Kota Tengah, sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Limboto sedangkan sebelah Timur Berbatasan
dengan Bone Bolanggo.
3.3.2 Struktur Organisasi Polsekta Utara
Dalam sebuah instansi, pembagian suatu pekerjaan kepada setiap individu
sangatlah penting, karena setiap instansi mempunyai tujuan yang ingin dicapai
dan untuk mencapai tujuan tersebut maka organisasi merupakan alat manajemen
80
dalam menciptakan suatu:kerja sama yang baik atantra bagian dalam instansi
dapat tercapai. Berikut adalah struktur organisasi Polsek Kota Utara
Gambar 3.2 Gambar Struktur Polsek Kota Utara
Fungsi Struktur Organisasi
1. KAPOLSEK
Kapolsek bertugas Memimpin, membina dan mengawasi/mengendalikan
satuan-satuan organisasi dalam lingkungan Polsek serta memberikan saran
pertimbangan dan melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolres.
2. KANIT RESKRIM
Kanit Reskrim bertugas menyelenggarakan/membina fungsi penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana, dengan memberikan pelayanan/perlindungan
khusus kepada korban/pelaku, remaja, anak dan wanita, serta
81
menyelenggarakan fungi identifikasi, baik untuk kepentingan penyidikan
maupun pelayanan umum, dan menyelenggarakan koordinasi & pengawasan
operasional dan administrasi PPNS, sesuai ketentuan hukum dan perundang-
undangan.
3. KANIT PRATOLI
Kanit Pratoli bertugas menyelenggarakan/membina fungsi kesamaptaan
kepolisian/tugas polisi umum dan pengamanan obyek khusus, termasuk
pengambilan tidakan pertama di tempat kejadian perkara dan penanganan
tindak pidana ringan, pengendalian massa dan pemberdayan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa masyarakat dalam rangka pemeliharaan keamaan dan
ketertiban masyarakat.
4. KANIT PULBAKET
Unit Pulbaket bertugas menyelenggarakan/membina fungsi Intelijen bidang
keamanan, termasuk persandian, dan pemberian pelayanan dalam bentuk
surat izin/keterangan yang menyangkut orang asing, senjata api dan bahan
peledak, kegiatan sosial/politik masyarakat dan surat keterangan rekaman
kejahatan (SKRK)/Criminal Record) kepada warga masyarakat yang
membutuhkan serta melakukan pengawasan/pengamanan atas
pelaksanaannya.
5. BATAUD
Taud bertugas melaksanakan ketatausahaan dan urusan dalam meliputi
korespondensi, ketatausahaan perkantoran, kearsipan, dokumentasi,
penyelenggaraan rapat, apel/upacara, kebersihan dan ketertiban serta urusan
82
perbengkelan/pemeliharaan kendaraan roda 2 (dua) maupun roda 4 (empat)
dan urusan persenjataan.
6. BINAMITRA
Bag Binamitra bertugas mengatur penyelenggaraan dan
mengawasi/mengarahkan pelaksanaan penyuluhan masyarakat dan
pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa oleh satuan-satuan fungsi
yang berkompeten, membina hubungan kerja sama dengan
organisasi/lembaga/tokoh sosial/kemasyarakatan dan instansi pemerintah,
khususnya instansi Polsus/PPNS dan pemerintah daerah dalam kerangka
otonomi daerah, dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga
masyarakat pada hukum dan peraturan perundang-undangan, pengembangan
pengamanan swakarsa dan pembinaan hubungan Polri – Masyarakat yang
kondusif bagi pelaksanaan tugas Polri.
83