peningkatan kemampuan menyusun kalimat …... · gambar dapat meningkatkan kemampuan menyusun...

76
i PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS IV SLB-C BAGASKARA SRAGEN TAHUN AJARAN 2008 / 2009 Oleh : Yan Dwi Hartati NIM X5107702 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Upload: phungtruc

Post on 01-Apr-2018

236 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT

BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR

PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS IV

SLB-C BAGASKARA SRAGEN

TAHUN AJARAN 2008 / 2009

Oleh :

Yan Dwi Hartati

NIM X5107702

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT

BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR

PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS IV

SLB-C BAGASKARA SRAGEN

TAHUN AJARAN 2008 / 2009

Oleh :

Yan Dwi Hartati

NIM X5107702

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hermawan, M.Si Drs. R. Djatun, M.Pd

NIP. 19590818 198603 1 002 NIP. 130 814 588

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

diterima untuk memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 4 Agustus 2009

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs.A. Salim Choiri, M.Kes ...............................................

Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag ...............................................

Anggota I : Drs. Hermawan, M.Si ...............................................

Anggota II : Drs. R. Djatun, M.Pd ...............................................

Disyahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

v

ABSTRAK

Yan Dwi Hartati 2009, PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN

KALIMAT BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA

ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS IV SLB-C BAGASKARA

SRAGEN TAHUN AJARAN 2008 / 2009.

Skripsi, Surakarta; Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret, Juli 2009

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menyusun

kalimat Bahasa Indonesia melalui media gambar pada anak tunagrahita ringan

kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen tahun ajaran 2008/2009.

Subyek penelitian ini adalah Anak Tunagrahita Kelas IV SLB-C

Bagaskara Sragen Tahun Ajaran 2008/2009 yang berjumlah 5 anak.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,

tes dan dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kritis dan

deskriptif komparatif. Hasil yang diperoleh dengan penggunaan media gambar

pada refleksi siklus I diperoleh nilai rata-rata 6 dan pada siklus ke II diperoleh

nilai rata-rata 7 dan meningkatnya keaktifan serta tingkat kemampuan menyusun

kalimat Bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media

gambar dapat meningkatkan kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia

anak tuna grahita kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen tahun ajaran 2008/2009.

vi

MOTTO

Ketahuilah bahwa setelah kesulitan itu akan ada kemudahan dan setelah kesulitan itu akan ada jalan keluar (penulis).

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk

1. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah mengasuh dan mendidikku

2. Suami dan anak-anakku tercinta yang telah mendoakanku dan memberikan

dukungan serta motivasi.

3. Almamater

.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-NYA. Dengan kemurahanNya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia

Melalui Media Gambar Pada Anak Tuna Grahita Ringan Kelas IV SLB-C

Bagaskara Sragen Tahun Ajaran 2008/2009”.

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang lain, sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin penyusunan skripsi.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas

pemberian ijin penyusunan skripsi.

3. Drs. Salim Choiri, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa

jurusan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian ijin penyusunan skripsi.

4. Drs. Hermawan, M.Si, selaku pembimbing I atas bimbingan dan dukungannya

dari awal sampai akhir penyusunan skripsi.

5. Drs. R. Djatun, M.Pd, selaku pembimbing II atas bimbingan dan dukungannya

dari awal sampai akhir penyusunan skripsi.

6. Para Dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah banyak

memberikan pengetahuan selama mengikuti pendidikan serta seluruh

staff/karyawan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan bantuan demi keberhasilan penulis.

ix

7. Zain Siyamto, S.Pd, selaku kepala SLB-C Bagaskara Sragen yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SLB

Bagaskara Sragen.

8. Rekan-rekan guru SLB-C Bagaskara Sragen yang telah banyak membantu

dalam penulisan skripsi ini.

9. Keluarga, suami dan anak-anakku tercinta, yang memberikan dorongan dan

motivasi kepada penulis.

10. Rekan-rekan mahasiswa yang banyak meluangkan waktunya untuk kerja

kelompok dalam penyelesaian tugas-tugas perkuliahaan.

11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan mereka

mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran dari berbagai pihak.

Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis sendiri, dunia

pendidikan pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Surakarta, …………………2009

Peneliti

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

MOTTO ............................................................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

TINDAKAN ........................................................................................ 7

A. Kajian Pustaka ............................................................................... 7

1. Tinjauan Anak Tuna Grahita ................................................... 7

a. Pengertian Anak Tuna Grahita .......................................... 7

b. Karakteristik Anak Tuna Grahita ...................................... 8

c. Klasifikasi Anak Tuna Grahita ......................................... 10

d. Faktor Penyebab Anak Tuna Grahita ................................ 14

2. Tinjauan Kalimat Bahasa Indonesia ....................................... 17

a. Pengertian Kalimat Bahasa Indonesia .............................. 17

b. Macam – Macam Unsur Kalimat Bahasa Indonesia .......... 18

xi

c. Ciri – Ciri Unsur Kalimat Bahasa Indonesia ..................... 18

d. Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia ............................... 20

3. Tinjauan Media Gambar ......................................................... 21

a. Pengertian Media Gambar ................................................ 21

b. Manfaat Media Gambar .................................................... 21

c. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar ...................... 22

B. Kerangka Pikir .............................................................................. 23

C. Hipotesis Tindakan ........................................................................ 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 27

A. Setting Penelitian .......................................................................... 27

B. Subyek Penelitian .......................................................................... 28

C. Data dan Sumber Data ................................................................. 28

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 28

E. Validitas Data ................................................................................ 30

F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 30

G. Indikator Kinerja ........................................................................... 31

H. Prosedur Penilaian ......................................................................... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 34

A. Deskripsi Kondisi Awal ................................................................ 34

B. Deskripsi Hasil Siklus I ................................................................ 35

C. Diskripsi Hasil Siklus II ................................................................ 39

D. Pembahasan ................................................................................... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ....................................................................................... 46

B. Saran .............................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 47

LAMPIRAN ....................................................................................................... 48

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Urutan Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitan .......................... 27

Tabel 2 : Nilai Awal Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia .... 35

Tabel 3 : Data Hasil Pengamatan Siklus I .................................................... 37

Tabel 4 : Data Tes Hasil Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa

Indonesia Siklus I .......................................................................... 38

Tabel 5 : Hasil Pengamatan Siklus II ........................................................... 41

Tabel 6 : Nilai Hasil Tes Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa

Indonesia Siklus II ........................................................................ 41

Tabel 7 : Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Sklus I dan Siklus II .......... 44

Tabel 8 : Rekapitulasi Nilai Awal, Siklus I, Siklus II ................................... 44

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Grafik 1 : Nilai Awal Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia ... 35

Grafik 2 : Nilai Hasil Tes Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa

Indonesia Siklus I .......................................................................... 38

Grafik 3 : Nilai Hasil Tes Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa

Indonesia Siklus II ........................................................................ 41

Grafik 4 : Rekapitulasi Nilai Awal, Siklus I, Siklus II .................................. 45

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Foto – foto kegiatan dalam Proses Pembelajaran ......................................... 48

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................ 50

3. Lembar Pengamatan Keaktifan Proses Pembelajaran .................................. 56

4. Lembar pengamatan kreatifitas anak dalam menyusun kalimat bahasa

Indonesia ..................................................................................................... 57

5. Lembar Pengamatan daya serap siswa ......................................................... 58

6. Soal Tes Siklus I .......................................................................................... 59

7. Soal Tes Siklus II ......................................................................................... 60

8. Contoh gambar yang di pakai dalam proses pembelajaran .......................... 61

9. Surat ijin penelitian dari fakultas ................................................................. 63

10. Surat ijin sekolah penelitian ......................................................................... 67

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perhatian pemerintah terhadap pendidikan mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan upaya penyediaan sarana dan prasarana

pendidikan, perbaikan kurikulum pendidikan, maupun upaya pembinaan tenaga

kependidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu usaha

yang strategis dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional, tidak

terkecuali bagi anak luar biasa berupa pendidikan khusus, sebagaimana ditegaskan

dalam undang-undang No. 2/1989, tentang sistem pendidikan nasional,

menegaskan bahwa “Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan yang disesuaikan

dengan kelainan peserta didik berkenan dengan penyelenggaraan pendidikan yang

bersangkutan” (Penjelasan Ps. 8 : 1)

Peraturan Pemerintah No. 72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa,

menegaskan bahwa “Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan yang khusus

diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau

mental”.

Tujuan dari pendidikan luar biasa, tersebut membantu peserta didik yang

menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan

sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota

masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan

sosial, budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan

dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. (Pasal 2).

Kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan disemua

jenis dan jenjang pendidikan yang selenggarakan oleh pemerintah terus

dikembangkan secara merata diseluruh tanah air dengan memberikan perhatian

khusus kepada peserta didik yang berasal dari keluarga yang kurang mampu,

penyandang cacat serta bertempat tinggal di daerah terpencil. “Peserta didik yang

memiliki tingkat kecerdasan luar biasa perlu mendapat perhatian lebih khusus

agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya”. (GBHN, 1993).

2

2

Sedangkan menurut UU. RI No. 4/1950 Jo. No. 12 1954 tentang dasar-

dasar pendidikan dan pengajar di sekolah.

1. Pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus

terhadap mereka yang membutuhkannya.(Bab V Pasal 6.,2)

2. Pendidikan dan pengajaran luar biasa bermaksud memberikan pendidikan

dan pengajaran pada orang-orang yang dalam keadaan kekurangan, baik

jasmani maupun rohaninya supaya mereka memiliki kehidupannya lahir

dan batin yang layak.

Menurut UU RI No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan”. (Pasal 5)

Pendidikan luar biasa merupakan salah satu bentuk pendidikan khusus

yang berupaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan terhadap anak luar

biasa, seperti murid tuna grahita. Tuna grahita adalah kata lain dari retardasi

mental (mental retardation). Arti harfiah dari perkataan tuna adalah merugi sedang

grahita artinya pikiran seperti namanya, tuna grahita ditandai oleh ciri utamanya

adalah kelemahan dalam berfikir atau bernalar. Akibat dari kelemahan tersebut

tunagrahita memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada dibawah rata-

rata.

Murid tunagrahita adalah salah satu jenis murid berkebutuhan khusus yang

memiliki intelegensi di bawah rata-rata sehingga pada umumnya mereka

mengalami kekurangan dalam bidang akademik. Tunagrahita disebut juga moron

atau debil, kelompok ini memiliki IQ antara 68 - 52 menurut Binet, sedangkan

menurut skala Wescher (QISC) memiliki IQ 69 – 55. mereka masih dapat belajar

membaca, menulis dan berhitung sederhana.

Sistem pengajaran dan pendidikan pada anak tunagrahita mampu didik

lebih bersifat individual, fleksibel dengan cara informal, bahkan yang harus

diberikan harus bersifat kongkrit dan dapat menarik perhatian sehingga membantu

mempermudah anak dalam menerima pelajaran. Seperti pelajaran anak-anak pada

umumnya, maka pembelajaran bagi anak tunagrahita pun media pembelajaran dan

3

3

alat bantu pelajaran memegang peranan penting, hal ini disebabkan anak tuna

grahita kurang mampu berfikir abstrak, mereka membutuhkan hal-hal kongkrit.

Media bagi anak tuna grahita ringan sangat membantu dalam

mempermudah proses belajar mengajar. Mengingat karakteristik anak tuna

grahita ringan mengalami kesulitan menerima pelajaran secara abstrak, mereka

membutuhkan hal-hal yang kongkrit. Agar terjadinya tanggapan tentang obyek

yang dipelajari, maka dibutuhkan alat pelajaran yang memadai dalam pelajaran

bahasa Indonesia dalam menyusun kalimat. Maka sangat diperlukan media

pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam menerima pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan satu elemen penting yang tidak dapat terpisahkan

dari proses pembelajaran secara keseluruhan dan dapat lebih meningkatkan

kualitas belajar siswa, kualitas mengajar guru, di samping itu dapat meningkatkan

kualitas proses dan hasil pembelajaran baik di sekolah umum maupun di SLB

termasuk bagi anak-anak tuna grahita. Untuk itu sudah sewajarnya bila dalam

proses pembelajaran media pembelajaran harus benar-benar direncanakan dan

digunakan dengan sebaik-baiknya oleh semua guru

Maka dari itu peneliti mencoba membantu para peserta didik dalam

menyusun kalimat bahasa Indonesia melalui media gambar, dengan

menggunakan media gambar peserta didik dapat melihat secara langsung obyek

sehingga akan dapat mempermudah peserta didik menerima pelajaran. Selain itu

membangkitkan semangat untuk belajar dan menghilangkan kejenuhan dalam

kegiatan pembelajaran. Dengan berbagai fariasi media gambar dapat

mempermudah peserta didik menerima pelajaran terutama penyusunan kalimat

bahasa Indonesia

Teknik dalam pembelajaran siswa tunagrahita harus memperhatikan

karakteristik yang ada pada siswa tunagrahita. Teknik pembelajaran pada siswa

tunagrahita dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Berlahan-lahan. Kalau siswa belum memahami bahan yang diajarkan, guru

harus bersedia meremidinya sampai siswa memahami betul tentang materi

yang diajarkan, karena daya tangkap siswa sangat lemah.

4

4

2. Dengan menggunakan media atau contoh yang kongkrit. Hal ini harus

dilakukan mengingat daya abstraksi dan daya konsentrasi pada siswa

tunagrahita rendah. Dengan contoh dan media pembelajaran yang kongkrit

siswa akan semakin tertarik pada pembelajaran sehingga menimbulkan gairah

atau minat untuk belajar. Jika siswa sudah terangsang minatnya untuk belajar

maka siswa akan tahan lama dalam mengikuti pembelajaran. Jika siswa sudah

tidak berminat maka pembelajarannya yang diberikan pada siswa kurang

bermakna.

3. Harus banyak menggunakan latihan-latihan. Karena daya konsentrasi dan

ingatan pada siswa tunagrahita yang lemah maka dalam pembelajarannya

perlu mengadakan latihan-latihan sesering mungkin.

4. Banyak menggunakan metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif

dan mengambil bagian dalam pembelajarannya. Jika siswa dalam proses

pembelajarannya tidak aktif maka apa yang diajarkan oleh guru akan sia-sia.

Maka diusahakan dalam proses pembelajaran siswa dilibatkan secara aktif

agar siswa tidak mempunyai kegiatan selain dalam kegiatan belajar itu sendiri.

Selain teknik di atas perlu juga di dalam pembelajaran diciptakan iklim

belajar yang kondusif. Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan

pemimpin yang dapat menciptakan belajar yang menarik, aman, nyaman dan

kondusif di kelas, dapat mencairkan kebekuan, karena iklim yang tidak kondusif

berdampak negatif pada :

1. Proses pembelajaran

2. Sulit tercapainya pembelajaran dan siswa merasa gelisah, bosan, resah serta

jenuh. sehingga perlu diciptakan iklim yang kondusif

Iklim belajar yang kondusif dan menarik dapat :

1. Mudah tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Proses pembelajaran yang dilakukan menyenangkan bagi peserta didik

Lingkungan kondusif menurut Mulyasa (2005 : 16 – 17), layanan sebagai berikut :

5

5

1. Memberikan pilihan bagi siswa yang lambat maupun yang cepat dalam

melakukan tugas pembelajaran.

2. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, aman,

bagi perkembangan potensi siswa secara optimal penyediaan bahan yang

tepat, efektif dan efisien.

3. Menciptakan kerja sama baik antara siswa dengan guru dan pengelola

pembelajaran lainnya

4. Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan

pembelajaran dalam Martinis Yamin (2006 : 111).

Mengingat karakteristik yang ada pada siswa tunagrahita tersebut maka

diperlukan media pembelajaran dan situasi kelas yang kondusif sehingga mampu

mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Media pembelajaran kartu

gambar dapat dilakukan secara berulang-ulang oleh siswa baik dalam jam

pelajaran di sekolah maupun di luar jam pelajaran sekolah. Berkaitan dengan

permasalahan yang dihadapi oleh siswa SLB tunagrahita ringan kelas IV di SLB-

C Bagaskara Sragen dalam belajar cara menyusun kalimat bahasa Indonesia masih

kurang. Maka penulis mencoba memberikan pemecahan masalah dengan

pembuatan media gambar dan penulisannya dalam bahasa Indonesia sebagai suatu

cara untuk meningkatkan kemampuan penyusunan kalimat bahasa Indonesia

secara benar.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas maka problematika

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apakah media gambar dapat meningkatkan kemampuan Menyusun kalimat

Bahasa Indonesia pada siswa tuna grahita ringan kelas IV SLB-C Bagaskara

Sragen pada tahun ajaran 2008/2009?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk meningkatkan kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia melalui

media gambar pada anak tunagrahita ringan kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen

tahun ajaran 2008/2009.

6

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Untuk meningkatkan pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita ringan

khususnya dalam hal media pembelajaran.

b. Untuk mengembangkan media pembelajaran khususnya pada pelajaran

bahasa Indonesia.

c. Menambah kasanah manfaat media gambar pada anak tunagrahita ringan.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini merupakan usaha pengenalan lebih dekat bagi peneliti

terhadap karakteristik anak tuna grahita ringan.

b. Menemukan alternatif pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan kelas IV

SLB-C Bagaskara Sragen khususnya yang berkaitan dengan kemampuan

menyusun kalimat Bahasa Indonesia.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,

HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Anak Tuna Grahita

a. Pengertian Anak Tuna Grahita

Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa referensi

disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, feebleminded, mental

subnormal, tuna grahita. Semua makna dan istilah tersebut sama, yakni

menunjukkan kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental di bawah

normal. Batasan tentang anak berkelainan mental subnormal atau tuna grahita para

ahli dalam beberapa referensi mendefinisikan secara berbeda. Dari berbagai

variasi tersebut muncul berbagai definisi tentang anak tunagrahita, tetapi secara

subtansial tidak mengurangi makna pengertian anak tuna grahita itu sendiri,

meskipun dalam tilikan mereka menngunakan pendekatan berbeda.

Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tuna grahita,

jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah

normal) sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau

layanan secara spesifik termasuk dalam program pendidikannya (Bratanata,1979

dalam Mohammad Effendi, 1994: 88).

Pengertian tunagrahita menurut American Association on Mental

Deficiency (AAMD) yaitu “menyatakan bahwa tuna grahita mengacu pada adanya

penyimpangan fungsi intelektual umum yang nyata di bawah rata-rata bersamaan

dengan kekurangan dalam perilaku adaptif dan tampak pada masa perkembangan”

(Groosman et al, dalam Kirk & Gallagher,1979;p.104).

Menurut Japan League for the Mentally Retarded (1992:p.22) dalam

Mulyono Abdurrachman (1994 ; 20). yang dimaksud dengan retardasi mental

ialah “(1) fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes

8

8

intelegensi baku, (2) kekurangan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi pada masa

perkembangan yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun”.

Hendeschee memberikan batasan bahwa anak tuna grahita adalah “anak

yang tidak cukup daya pikirnya, tidak dapat hidup dengan kekuatan sendiri

ditempat sederhana dalam masyarakat. Jika ia dapat hidup, hanyalah dalam

keadaan yang sangat baik” (Setia Rahman 1955). Edgar Doll dalam Mohammad

Effendi (1995 ; 89) berpendapat seseorang dikatakan tunagrahita jika “(1) secara

social tidak cakap, (2) secara mental dibawah normal, (3) kecerdasannya

terhambat sejak lahir atau pada usia muda, (4) dan kematangannya terhambat”

(krik, 1970). Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa seseorang

dikatakan tuna grahita menunjukan fungsi intelegensi di bawah rata-rata secara

jelas disertai dengan ketidak mampuan menyesuaikan perilaku dan terjadi masa

pada masa perkembangan. Anak tuna grahita atau terbelakang mental

membutuhkan layanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan jenis

keterbelakangan anak tersebut untuk mencapai perkembangan yang optimal

b. Karakteristik Anak Tuna Grahita

Ada beberapa karakteristik yang dapat kita pelajari sebagai berikut:

1. Keterbatasan intelegensi

Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan

sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan ketrampilan-

ketrampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi

kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif,

dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi

kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak

tuna grahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut. Kapasitas belajar

anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar berhitung,

menulis, dan membaca juga terbatas kemampuan belajarnya cenderung tanpa

pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

9

9

2. Keterbatasan sosial

Disamping memiliki keterbatasan intelegensi anak tunagrahita juga

memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh

karena itu mereka memerlukan bantuan. Anak tuna grahita cenderung

berteman dengan anak yang lebih muda dari usianya, ketergantungan terhadap

orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan

bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga

mudah dipengaruhi. cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan

akibatnya.

3. Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya

Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk melaksanakan

reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi

terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin yang secara konsisten dialaminya

dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan

atau tugas dalam jangka waktu lama.

Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.

Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi akan tetapi pusat

pengolahan (perbendaharaan kata yang kurang berfungsi sebagaimana

mestinya). Karena itu mereka membutuhkan kata-kata kongkrit dan sering

didengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara

berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar

dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua, dan terakhir, perlu menggunakan

pendekatan yang kongkrit.

Selain itu anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan

sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan membedakan

yang benar dengan yang salah. Ini semua karena kemampuannya yang

terbatas, sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih

dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.

Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang

perbendaharaan kata-katanya. Mereka mengalami kesulitan berfikir abstrak,

tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah

10

10

biasa maupun di sekolah khusus. Pada umur 16 tahun , baru mencapai umur

kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun, tetapi itu pun hanya

sebagian dari mereka. Sebagian tidak dapat mencapai umur kecerdasan

setinggi itu. Sebagaimana tertulis dalam The New American Webster

(1956:301) bahwa : “Moron (debile) is a person whose mentality does not

develop beyond the 12 years old level”. Maksudnya, kecerdasan berpikir

seseorang tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan kecerdasan anak

normal usia 12 tahun.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan karakteristik anak tuna

grahita a ) Anak tuna grahita kecerdasanya dibawah normal. b) Sukar berfikir

abstrak c) Masih mampu mengikuti pelajaran akademik sederhana. d)

Ketergantungan terhadap orang tua, e) kurang mampu mempertimbangkan

sesuatu.

c. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan ( 1 ) medis / biologis, (2) sosial

psikologis, dan (3). Klasifikasi untuk keperluan pembelajaran.

1. Klasifikasi medis biologis

Menurut pandangan medis tunagrahita dipandang sebagai suatu akibat

dari beberapa penyakit atau kondisi biologis yang tidak sempurna . Sifat dari

suatu klasifikasi medis didasarkan pada faktor penyebabnya atau faktor

ethiologis. Grossman ( 1973 ) dalam Mulyono Abdurrachman (1994 ; 24).

Menyusun daftar katagori etheologis penyakit sebagai berikut:

(1) Akibat infeksi dan / atau intoxikasi

(2) Akibat ruda paksa dan / atau sebab fisik lain

(3) Akibat ganguan metabolesma, pertumbuhan atau gizi ( nutrition ),

(4) Akibat penyakit otak yang nyata ( kondisi postnatal ),

(5) Akibat penyakit / pengaruh prenatal yang tidak diketahui,

(6) Akibat kelainan kromosomal,

(7) Gangguan waktu kehamilan ( gistationnal disorders ),

(8) Ganguan paska –psikiatrik ( post-psyciatrikdisorders ),

(9) Pengaruh – pengaruh lingkungan, dan

(10) Akibat kondisi –kondisi lain yang tak tergolongkan.

11

11

Klasifikasi tersebut juga digunakan oleh para psikiater di Indonesia

seperti tampak pada penggolongan diaknosis gangguan juwa di Indonesia ke

1, tahun 1973 yang dikutip oleh Roan ( 1979;P.11 dalam Mulyono

Abdurrachman, 1994 ; 25) berikut ini:

Retardasi Mental

310 Retardasi mental taraf pembatasan ( IQ;68-85 );

311 Retardasi mental ringan ( IQ; 52-67 );

312 Retardasi mental sedang ( IQ; 36-51 )

313 Retardasi mental berat ( IQ; 20-35 )

314 Retardasi mental sangat berat ( IQ; kurang dari 20 );dan

315 Retardasi mental tak tergolongkan

Kode tambahan angka ke empat digunakan untuk katagari 310-315 yaitu ;

(0) Akibat infeksi dan / atau intoxikasi

(1) Akibat ruda paksa dan / atau sebab fisik lain

(2) Akibat ganguan metabolesma, pertumbuahan atau gizi (nutrition),

(3) Akibat penyakit otak yang nyata (kondisi postnatal),

(4) Akibat penyakit / pengaruh prenatal yang tidak diketahui,

(5) Akibat kelainan kromosomal,

(6) Akibat prematuritas

(7) Akibat gangguan jiwa berat

(8) Akibat deprivasi psikososial (lingkungan )

2. Klasifikasi Sosial-psikologis

Klasifikasi sosial psikologis menggunakan dua kriteria, yaitu kriteria

psikometrik dan kriteria perilaku adaptif.

Untuk dapat diklasifikasikan sebagai retardasi mental seorang individu

harus memperlihatkan adanya penyimpangan – penyimpangan baik dalam

fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang terukur. Menurut Grossman

seperti dikutip oleh Kirk dan Gallaghaer ( 1979; P.109 ) ada empat taraf

retardasi mental meenurut skala intelegensi Wechsler (dalam Mulyono

Abdurrachman, 1994 ; 26), yaitu ;

(1) Retardasi mental ringan ( mild mental retardation), IQ 55-69,

(2) Retardasi mental sedang (moderate mental retardation), IQ 40-54;

(3) Retardasi mental berat ( severe mental retardation ) IQ 25-39; dan

(4) Retardasi mental sangat berat ( profouhd mental retardation ), IQ 24- ke

bawah.

12

12

Taraf retardasi mental berdasarkan perilaku adaptif juga terdiri dari

empat macam, yaitu;

1) ringan,

2) sedang

3) berat, dan

4) sangat berat

Mengelompokkan anak tunagrahita berdasarkan perilaku adaptif tidak

semudah berdasarkan taraf intelegensi. Skala kematangan sosial Vineland

(The Vineland Social Maturity Scale) merupakan salah satu alat yang dapat di

gunakan untuk mengukur social quotient. Taraf retardasi mntal berdasarkan

perilaku adaptif diestimasikan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ahli

klinis dan kurang memiliki gradasi yang baik seperti halnya yang diukur oleh

tes intelegensi yang menghasilkan IQ.

3. Klasifikasi untuk Keperluan Pembelajaran

Untuk keperluan pembelajaran anak-anak berintelegensi rendah

umumnya diklasifikasikan berdasarkan taraf subnormalitas intelektual mereka.

Ada empat kelompok pembedaan untuk keperluan pembelajaran dalam

Mulyono Abdurrachman (1994 ; 26) yaitu;

(1) Taraf perbatasan atau lamban belejar (the borderline or the slow learner)

(IQ 70-85)’

(2) Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) (IQ 50-70 atau

75)’

(3) tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) (IQ 30 atau sampai

50 atau 55),

(4) tunagrahita mampu rawat(dependent or profoundlyretarded) (IQ di bawah

25 atau 30)

Pengelompokan pada umumnya berdasarkan pada taraf intelegensinya

yang terdiri dari terbelakang ringan, sedang, dan berat. Kemampuan

intelegensi anak tunagrahita kebanyakan diukur degan tes Stanford Binet dan

Skala Weschler (WISC)

13

13

1. Tunagrahita ringan

Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil.Kelompok ini

memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala

Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar

membaca, menulis dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan

pendidikan yang baik anak terbelakang mental ringan pada saatnya akan

dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.

Anak terbelakang mental ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja

semi-skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan

rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak

tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit

pengawasan.

Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan

fisik. Mereka secara fisik seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena

itu agak sukar membedakan secara fisik anak tunagrahita dengan anak

normal.

Bila dikehendaki mereka masih dapat bersekolah di sekolah anak

berkesulitan maka ia akan dilayani pada kelas khusus dengan guru dari

pendidikan luara biasa.

2. Tunagrahita sedang

Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini

memiliki IQ 51-36 berdasarkan skala Binet sedangkan menurut skala

Weschler (WISC)memiliki IQ 54-40. Anak terbelakang sedang bisa

mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat

dididik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti

menghindari kebekaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan, dan

sebagainya.

Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar

secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung,

walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial misalnya menulis

14

14

namanya sendiri, alamatnya dll., dapat dididik mengurus diri sendiri

seperti mandi, berpakaian, makan, minum, mengerjakan pekerjaan rumah

tangga sederhana seperti menyapu, membersihkan perabot rumah tangga,

dan sebgainya.Dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan pengawasan

yang trus-menerus,

3. Tunagrahita berat

Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok

ini dapat dibedakan lagi antara lain anak tunagrahita berat dan sangat

berat, Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut skala

Binet dan antara 39-25 menurut Skala Wechler (WICH). Tunagrahita

sangat berat (Profound) memiliki IQ 19 menurut Skala Binet dan IQ di

bawah 24 menurut Skala Wechler (WICH) . Kemampuan mental atau MA

maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun

Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total

dalam hal berpakaian, mandi, makan, dll. Bahkan mereka memerlukan

perlindungsn dari bahaya seumur hidupnya.

Level keterbelakangan IQ

Stanford Binet Skala Wechler

Ringan 68 - 52 69 - 55

Sedang 51 - 36 54 - 40

Berat 32 - 20 39 - 25

Sangat berat 19 24

Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan Derajat

Keterbelakangannya (Sumber; Blake, 1976)

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa

klasifikasi anak tunagrahita dapat dikelompokkan menjadi :anak tunagrahita

mampu didik (debil), anak tunagrahita mampu latih (imbisil) dan anak

tunagrahita mampu rawat (idiot), kelompok ini dapat dibedakan lagi antara

tuna grahita berat dan sangat berat.

15

15

d. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita

Menelaah sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun

waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen)

Kirk (1970) berpendapat bahwa “ketunagrahitaan karena faktor endogen,

yaitu faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen.

sedangkan faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis

dari perkembangan normal”.

Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan

menurut Davenport dapat dirinci melalui jenjang berikut: (1) kelainan atau

ketunaan yang timbul pada benih plasma, (2) kelainan atau keturunan yang

dihasilkan selama penyuburan telur, (3) kelainan atau ketunaan yang dikaitkan

dengan implantasi, (4) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio, (5)

kelainan atau ketunaan yang timbul dari luka saat kelahiran, (6) kelainan atau

ketunaan yang timbul dalam janin, dan (7) kelainan atau ketunaan yang timbul

pada masa bayi dan masa kanak-kanak.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tunagrahita dapat disebabkan

oleh berbagai faktor, yaitu;

1. Genetic

2. Sebab-sebab pada masa prenatal,

3. Sebab-sebab pada masa perinatal.

4. Sebab-sebab pada masa postnatal, dan

5. Faktor-faktor sosio- cultural.

1. Faktor Genetik

a. Kerusakan / Kelainan Biokimia

“Menurut Waisman dan Gerritsen yang dikutip oleh Kirk dan

Gallagher (1979; p, 166) pada saat ini ada lebih kursng 90 penyakit yang

dapat menyebabkan kelainan metabolisme sejak kelahiran dan hal-hal

tersebut dapat diturunkan secsra genetic dalam arti suatu penurunan”.

Para ahli biokimia telah mengidentifikasi sejumlah substansi kimia

yang dapat berpengaruh terhadap kondisi genetig abnormal misalnya

materi kimia berupa karbohidrat, lemak dan asam amino.

b. Abnormalisasi Kromosomal

16

16

Abnormalitas kromosom paling umum ditemukan adalah sindroma

Down atau sindroma mongol (mongoliswm). Keadaan penyakit ini

dikemukakan oleh Langdon Down. Pada mulanya penyakit ini disebut

penyakit Down, tetapi karena penderita memiliki mata sipit, maka ada

yang menyebut sebagai mongolisme. Bentu lain dari abnormalisasi

kromosom bagi anak dengan syndromn down bersal dari translokasi, yaitu

anak memiliki 46 kromoswom tetapi satu pasang dari kromosom tersebut

mengalami kerusakan dan bagian yang lain tergantung kromosom yang

lain.

2. Penyebab Tunagrahita pada Masa Prenatal

a. Infeksi Rubella (Cacar)

Pada awal tahun 1940-an telah ditemukan bahwa virus rubella yang

mengenai ibu selama tiga bulan kehamilan pertama kemungkinan

menyebabkkan kerusakan kognimental dari kemungkinan terjadinya

retardasi mental pada anak. Kerusakan-kerusakan yang dapat ditimbulkan

oleh penyakit tersebut misalnya, gangguan penglihatan, tuli, penyakit hati,

mikrosefali, dan retardasi mental.

b. Faktor Rhesus (Rh)

Pada manusia 86% memiliki Rh – positif dan Rh-negatif

merupakan pasangan yang saling menolak. Jika keduanya bertemu dalam

satu aliran darah yang sama, akan terbentuk anglutinin, yang menyebabkan

sel darah menggumpal dan menghasilkan sel-sel darah yang tidak dewasa

dan gagal menjadi sel yang dewasa di dalam sumsum tulang belakang.

Hasil penelitian Yannet dan Lieberman seperti dikutip oleh Kirk

dan Gallagher (1979;p.119)menunjukkan adanya hubungan antara

keberadaan Rh darah yang tidak kompatibel pada penderita retardasi

mental.

17

17

3. Penyebab Tuna Grahita Pada Masa Perinatal

Perbagai peristiwa pada saat kelahiran yang memungkinkan

terjadinya retardasi mental yang terutama adalah luka-luka saat kelahiran,

sesak nafas, dan prematuritas..

Diagnosis kerusakan otak pada anak-anak sering berhubungan

dengan kejadian-kejadian pada saat kelahiran (perinatal), yang kemudian

berhubungan dengan retardasi mental. Penyebab lain dari kerusakan otak

adalah sesak nafas, yang disebabkan oleh kekurangan oksigen dalam otak

selama proses kelahiran. Frederich Schreibre seperti dikutip oleh Kirk dan

Gallagher (1979;p.120) telah meneliti problema ini secara ekstensif dan

mengemukakan data bahwa kerusakkan mental pada anak-anak kadang-

kadang merupakan akibat dari kekurangan oksigen pada otak.

4. Penyebab Tuna Grahita Pada Masa Postnatal

Penyakit-penyakit akibat infeksi dan problema nutrisi yang diderita

pada masa bayi dan pada awal kanak-kanak dapat menyebabkan retardasi

mental adalah encephalitis dan meningitis. Malnutrisi kronis sebagai

penyebab retardasi mental. Kekurangan malnutrisi sering dianggap sebagai

pengaruh utama terjadinya retardasi mental

5. Faktor-Faktor Sosio-cultural

Para psikolog dan pendidik pada umumnya mempunyai bahwa

lingkungan budaya berpengaruh terhadap kemampuan intelektual seperti

telah digambarkan dalam anak laki-laki, Perancis yang dikemukan oleh

Itard.

Berdasarkan dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

penyebab ketunagrahitaan adalah faktor genetik, sebab-sebab pada masa

prenatal, sebab-sebab pada saat kelahiran, sebab-sebab pada postnatal, dan

arena devresi lingkungan

18

18

2. Tinjauan Kalimat Bahasa Indonesia

a. Pengertian Kalimat Bahasa Indonesia

Kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud lisan atau

tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Pada umumnya kalimat berupa

kelompok kata. Namun demikian, tidak sedikit pula yang hanya terdiri atas satu

kata.

Menurut Bloofield kalimat adalah “sesuatu bentuk bahasa yang bebas,

yang oleh karena suatu konstruksi gramatikal tidak termasuk dalam suatu bentuk

bahasa yang lebih besar.” Inti definisi Bloomfield dapat dinyatakan dengan lebih

singkat sebagai berikut: kalimat adalah satuan deskripsi bahasa yang paling

besar. Kalimat adalah satuan gramatikal yang diantara bagian-bagian

konstituennya dapat ditetapkan pembatasan dan keterikatan distribusi, tetapi yang

tidak dapat dimasukkan sendiri ke dalam suatu kelas distribusi.

Kalimat didefinisikan juga oleh para ahli bahasa tradisional sebagai satuan

yang mempunyai sebuah subjek (subject) dan predikat (predicate).

b. Macam - Macam Unsur Kalimat Bahasa Indonesia

Sebuah kalimat terbentuk dari beberapa komponen tertentu yang disebut

unsur kalimat. Unsur tersebut dapat berupa kata atau kumpulan kata (frasa).

Masing-masing unsur mempunyai jabatan atau fungsi tersendiri. Jabatan yang

dimaksud adalah subjek, predikat, dan objek. Berikut ini penjelasan tentang unsur-

unsur yang ada dalam kalimat.

1) Subjek

Subjek adalah pokok pembicaraan atau inti pikiran yang dibicarakan.

Dalam kalimat bahasa Indonesia pada umumnya subjek diletakkan di depan

kalimat.

2) Predikat

Predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat

dapat dicari dengan mengajukan pertanyaan mengapa, bagaimana, berapa?

Jawaban yang muncul merupakan predikat.

19

19

3) Objek

Objek merupakan pelengkap sebuah kalimat. Untuk itu kehadirannya

tidak wajib atau tidak harus ada.

c. Ciri - Ciri Unsur Kalimat Bahasa Indonesia

1) Ciri-ciri subjek adalah

a) Berjenis kata benda

Contoh : Presiden akan meresmikan pabrik

Subjek kalimat di atas adalah kata benda.

b) Dapat diikuti –nya.

Contoh : Rumahnya bagus.

c) Dapat diikuti kata ini dan itu.

Contoh : Ibu itu ramah.

Buku ini mahal.

2) Ciri-ciri predikat adalah

a) Terletak di sebelah kanan subjek

Contoh : Ayah pergi

b) Jawaban yang muncul merupakan predikat

Contoh : Ayah pergi

Mengapa ayah?

Jawaban: pergi (predikat)

3) Ciri-ciri objek adalah

a) Terletak di sebelah kanan predikat

Contoh : Tono menulis surat

b) Dapat dipasifkan dan berubah menjadi subjek

Contoh : Surat ditulis oleh Tono.

20

20

d. Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia

Menyusun kalimat bahasa Indonesia terdiri dari :

1) Urutan dasar

Urutan unsur – unsur kalimat bahasa Indonesia seperti subyek,

predikat, obyek amat memegang peranan yang penting dalam bahasa

Indonesia. Penulisan urutan kalimat dapat mengubah makna kalimat. Jika

urutan kalimat Anjing menggigit anak itu, diubat Anak itu menggigit anjing,

makna kalimat itu akan berubah. Urutan itu dapat diubah, tetapi ada syarat –

syarat tertentu.

Pada dasarnya ada urutan dasar dan urutan variasi. Urutan yang

dianggap dasar adalah urutan S-P-O.

Contoh :

Rian Membawa tas

S P O

2) Urutan variasi

Di dalam kenyataan bahasa Indonesia ternyata terdapat berbagai urutan

variasi, tidak hanya urutan dasar saja. Dengan demikian, perubahan urutan

dapat terjadi. Tentunya, perubahan urutan itu dapat di lakukan, tetapi ada

syarat – syarat yang perlu diperhatikan supaya kalimat yang dihasilkan tetap

memenuhi syarat gramatikal.

a) Urutan P-S

Perubahan urutan dasar (P-S) dapat dilakukan sehingga dihasilkan

variasi urutan. Perubahan urutan yang umumnya dilakukan ialah dengan

mendahulukan predikat. Kalimat yang mempunyai urutan P-S biasanya

dikenal dengan istilah tradisional kalimat inversi. Unsur predikat

menduduki paling depan beserta unsur lain di belakang dengan sendirinya

subyek terletak di belakang sendiri. Hal ini dilakukan biasanya jika penulis

ingin menonjolkan perbuatan yang dinyatakan predikat, sebagaimana

gejala umum bahwa unsur yang ditonjolkan ditempatkan di bagian awal

kalimat.

21

21

Contoh :

Pergi // Anak itu

P S

Meninggalkan // desanya // gadis itu

P O S

b) Urutan P-S dalam kalimat pasif

Di dalam kenyataan kalimat pasif itu tidak banyak digunakan orang.

Urutan itu (S-P) memang merupakan urutan dasar. Namun, dalam kalimat

pasif orang lebih banyak memilih uraian P-S.

Contoh :

Kami beritahukan // bahwa hari ini saya tidak masuk sekolah.

P S

3. Tinjauan Media Gambar

a. Pengertian Media Gambar

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Asosiasi

Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Associationof Education and

Cummunication Tecnology/AECT) di Amerika misalnya, ”Media sebagai segala

bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi”

Menurut Gagne (1970) menyatakan “Bahwa media adalah berbagai jenis

komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”.

Sementara Briggs (1970) berpendapat bahwa “Media adalah segala alat fisik yang

dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”.

Sedangkan media gambar adalah hasil potretan dari berbagai

peristiwa/kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar.

b. Manfaat Media Gambar

Ada beberapa manfaat dari Media Pembelajaran menurut Kemp dan

Deyton, yaitu sebagai berikut :

22

22

a) Penyampaian materi bias diseragamkan

b) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

c) Proses pembelajaran lebih interaktif

d) Efisien waktu dan tenaga

e) Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

f) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan

saja

g) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses

belajar.

h) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan kreatif.

Disamping itu ada manfaat praktis lain yaitu sebagai berikut:

a) Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih kongkrit.

b) Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu.

c) Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia.

d) Media juga dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda tau peristiwa

langka dan berbahaya ke dalam kelas.

e) Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan memberi

kesan mendalam dan lebih lama tersimpan dalam diri siswa.

DerekRowntrie (1982; 168) funnsi medeia adalah:

a) Membangkitkan motivasi belajar.

b) Mengulang apa yang telah dipejari.

c) Menyediakan stimulasi belajar.

d) Mengaktifkan respon peserta didik.

e) Memberikan balikan dengan cepat / segera.

f) Menggalakkan latihan yang serasi.

c. Kelebihan dan Kekurangan Media gambar

Kelebihan media gambar ;

a) Menunjukkan peristiwa dan keadaan secara realistic dan kongkrit.

b) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

c) Murah dan dapat digunakan.

Beberapa kelebihan yang lain adalah :

a) Sifatnya kongkrit. gambar/foto realistis menunjukkan pokok masalah

dibandingkan dengan media verbal semata.

23

23

b) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.” Tidak semua benda,

obyek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas., dan tidak selalu bisa. Untuk itu

gambar atau foto dapat mengatasi.

Kekurangan media gambar :

a) Tidak dapat dirasakan secara nyata suasana sebenarnya.

b) Menekankan kemampuan indra penglihatan.

c) Untuk kelas yang jumlahnya peserta didiknya besar sangat sulit karena

terbatas ukurannya.

d) Dapat hilang, mudah rusak, dan musnah bila tidak dirawat dengan baik,

sehingga memerlukan perawatan yang intensif.

Kekurangan media gambar menurut buku media pendidikan adalah:

a) Gambar hanya menekankan persepsi indra mata.

b) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran

c) Ukurannya sangat terbatasan untuk kelompok besar.

B. Kerangka Pikir

Secara konvensional terdapat empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu ;

mendengarkan atau menyimak, membaca, berbicara, sering pula disebut sebagai

keterampilan reseptif. Keterampilan berbicara dan menulis disebut keterampilan

produktif.

Pembelajaran keempat aspek tersebut tidak dapat selalu seimbang

bobotnya pada semua situasi, apalagi anak tunagrahita Khususnya pada

keterampilan berbicara dan menulis perlu sekali di ajarkan kepada anak. Mata

pelajaran bahasa Indonesia menurut siswa kurang menarik dan membosankan.

Oleh sebab itu peneliti berusaha untuk mencari jalan keluar yang dapat digunakan

untuk mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia kepada siswa di sekolah agar siswa

tertarik untuk mengikuti dan bersemangat dalam proses pembelajaran khususnya

penyusun kalimat.

24

24

Cara atau solusi yang dipilih oleh penulis yaitu dengan menggunakan

media gambar sebagai media pembelajaran. Dengan bertujuan agar dapat

membangkitkan semangat anak untuk mengikuti pelajaran, dan meningkatkan

kualitas siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia cara menyusun kalimat.

Pemilihan media gambar dengan pertimbangan, media gambar adalah

media yang umum digunakan, media gambar harganya cenderung terjangkau dan

tidak memakan tempat. Selain itu media gambar adalah penyajian dua dimensi

yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan kehidupan

sehari-hari, misalnya menyangkut manusia, peristiwa, benda-benda, tempat dan

sebagainya.

Media gambar mempunyai manfaat yang sangat besar bagi siswa karena

media gambar dapat membantu siswa mengingat nama-nama benda atau orang

yang mereka lihat, membantu siswa dalam memahami materi pelajaran dan

memahami konsep-konsep dari materi secara kongkrit.

25

25

Adapun gambar dari alur kerangka pikir dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Minat

belajar siswa

rendah

Guru mengalami kesulitan dalam

menemukan solusi yang tepat untuk

meningkatkan minat belajar siswa

Kemampuan

menyusun kalimat bahasa Indonesia

siswa rendah

Siswa kurang tertarik dan mengalami kesulitan dalam

memahami materi pelajaran bahasa

Indonesia

Masalah yang dihadapi sebelum

tindakan

Perencanaan

Tindakan penelitian Penggunaan media gambar sebagai media

pembelajaran

Pengamatan

Refleksi

Hasil akhir setelah dilakukan tindakan

Minat belajar siswa

meningkat

Guru menemukan solusi yang tepat terhadap masalah

yang ada

Kualitas kemampuan

menyusun kalimat bahasa Indonesia menjadi

meningkat

Tertarik dan memahami pelajaran

bahasa Indonesia

26

26

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “penggunaan media gambar dapat

meningkatkan kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia pada siswa Kelas

IV tunagrahita ringan di SLB-C Bagaskara Sragen tahun ajaran 2008 / 2009”.

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Bagaskara Sragen, yang beralamat di

jalan mawar No. 469 Sragen.

Adapun alasan penelitian di SLB Bagaskara Sragen denga pertimbangan

sebagai berikut :

a. Efisien tenaga, biaya dan waktu, sebab penelitian berada di tempat tugas

peneliti.

b. Sesuai dengan kondisi siswa.

c. Peneliti mengambil subyek penelitian kelas IV tunagrahita ringan

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan lima bulan mulai dari bulan februari sampai

bulan Juni 2009 yaitu mulai dari persiapan awal, pembuatan proposal hingga

persetujuan total skripsi. Adapun urutan waktu pelaksanaan kegiatan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Urutan Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian

No Kegiatan

Waktu

Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penulisan Proposal

2. Persetujuan proposal oleh

pembimbing

3. Perijinan penulisan skripsi

tingkat prodi, jut, FKIP

4. Penulisan Bab I, II, III

5. Persetujuan bab I, II dan III

28

28

oleh pembimbing

6. Perijinan penelitian

7. Pelaksanaan penelitian

8. Penulisan Bab IV dan V

9. Konsultasi dan persetujuan

Bab II dan V oleh

pembimbing

10. Persetujuan total skripsi oleh

pembimbing

B. Subyek Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini sebagai subyek penelitian adalah siswa

dan guru kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen. Yang berjumlah 5 siswa dan peneliti

sebagai guru.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan

menyusun kalimat, motivasi siswa dalam menyusun kalimat, serta kemampuan

guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran

(termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas.

Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Siswa sebagai subyek penelitian

2. Guru sebagai kolaborator dan;

3. Peneliti

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi:

observasi, wawancara, kajian dokumen, tes

1. Observasi

Observasi dibedakan menjadi observasi non partisipatif dan observasi

partisipatif.

29

29

Observasi non partisipatif artinya kegiatan orang yang melakukannya

tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diamati. Misalnya pada waktu

mengamati proses berlangsungnya proses pembelajaran, pengamat tidak

berperan sebagai guru atau murid melainkan sebagai pengamat saja.

Observasi partisipatif adalah jenis observasi yang pengamatannya

terlibat pada sebagai kegiatan atau seluruh kegiatan yang diamati. Misalnya

dalam pengamatan proses pembelajaran dalam penyelesaian keaktifan siswa

dalam mengerjakan tugas.

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif

yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di

kelas. Wawancara digunakan untuk menggali dan mengumpulkan data yang

hanya dapat diungkapkan secara tepat dengan kata-kata seperti ide, pendapat,

pemikiran wawasan dari orang yang diamati.

3. Kajian dokumen

Kegiatan juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang

ada seperti kurikulum rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh

guru, buku atau materi pelajaran, hasil tulisan siswa dan nilai ulangan yang

diberikan oleh guru yaitu:

(a) Nilai ulangan

(b) Nilai ulangan siklus I

(c) Nilai ulangan siklus II

4. Tes

Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang

diperoleh siswa setelah kegiatan perbaikan pembelajaran. Tes menyusun

kalimat Bahasa Indonesia diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran ini

bertujuan untuk mengetahui peningkatan mutu hasil menyusun kalimat bahasa

Indonesia. Dengan kata lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui

tingkat perkembangan kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia

sesuai dengan siklus yang ada.

30

30

E. Validitas Data

Teknik pemeriksaan validitas data yang digunakan untuk memeriksa

validitas adalah triangulasi dan review informan kunci.

“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan

memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

perbandingan data itu” (Leny J. Moloeng, 1995 : 178). Teknik triangulasi yang

digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode

pengumpulan data. Misalnya, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi

siswa dalam kegiatan menyusun kalimat bahasa Indonesia.

Review informan kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interprestasi

temuan kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan

informan tentang data atau interprestasi temuan tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah

berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif dan analisis

kritis.

Teknik deskriptif komperatif digunakan untuk data kuantitatif, sedangkan

analisis kritis digunakan untuk data kualitatif.

a. Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif, data

diperoleh dari hasil tes performance menyusun kalimat bahasa Indonesia

melalui siklus I dan siklus II. Hasil menyusun kalimat bahasa Indonesia nilai

tersebut dari siklus I dibandingkan dengan hasil siklus II, sehingga diketahui

peningkatan ketrampilan menyusun kalimat bahasa Indonesia.

b. Teknik Kualitatif

Tehnik kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil, wawancara, observasi.

Hasil observasi, wawancara dari siklus I dan II dibandingkan. Dari hasil

31

31

perbandingan tersebut akan diketahui peningkatan ketrampilan menyusun

kalimat bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar. Kegiatan ini

diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan menyusun kalimat bahasa

Indonesia.

G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu rumusan kinerja yang akan dijadikan

acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Dalam

penelitian ini yang menjadi indikator kinerja adalah adanya peningkatan

kemampuan menyusun kalimat bahasa Indonesia. Misalnya:

Anak yang memperoleh nilai 7 lebih dari 80 %, nilai rata-rata

kemampuan menyusun kalimat meningkat. (Menyusun kalimat bahasa

indonesia siswa meningkat dari 6 menjadi 7).

H. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian tersebut penulis uraikan sebagai berikut:

Siklus I

Perencanaan

Kegiatan :

4. Membuat rencana pembelajaran

5. Menentukan dan mempelajari materi yang akan diajarkan

dalam perencanaan siklus I.

6. Menganalisis materi pelajaran

7. Melengkapi media pembelajaran.

8. Membuat lembar pengamatan penelitian berupa : keaktifan,

kreativitas dan daya serap anak dalam menyusun kalimat

bahasa Indonesia.

9. Menyusun alat test

32

32

Tindakan

Observasi

Refleksi

1. Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang materi

yang akan diberikan yaitu menyusun kalimat bahasa Indonesia.

2. Guru meminta siswa untuk mengamati gambar, siswa

memberikan jawaban dengan kalimat sesuai dengan gambar

yang dilihatnya.

3. Guru meminta siswa untuk menanyakan tugas atau materi

yang belum jelas.

Guru (kolaborator dan peneliti) :

1. Aktivitas penerapan media gambar sebagai penunjang dalam

meningkatkan kemampuan menyusun kalimat bahasa

Indonesia.

2. Untuk mendapatkan data tentang kemampuan menyusun

kalimat bahasa Indonesia.

Setelah memperoleh kesimpulan, peneliti merefleksi bagian mana

yang harus diperbaiki atau disempurnakan untuk siklus berikutnya.

Siklus II

Perencanaan

Tindakan

Kegiatan :

1. Guru mengadakan apersepsi perbaikan materi yang telah

diajukan pada siklus I.

2. Memperbaiki kesalahan yang terjadi pada siklus ke I.

3. Siswa dibagi 2 kelompok untuk memainkan kartu gambar.

1. Siswa memainkan kartu gambar dengan bimbingan dan

pengamatan guru.

33

33

Observasi

Refleksi

2. Guru mendemonstrasikan cara menyusun kalimat bahasa

Indonesia berdasarkan gambar.

3. Guru meminta siswa mengerjakan tugas.

4. Guru mengadakan tanya jawab yang berkaitan dengan

menyusun kalimat bahasa Indonesia.

5. Guru meminta siswa mengerjakan tugas.

Guru (kolaborator dan peneliti) :

1. Aktivitas penerapan media gambar sebagai penunjang dalam

meningkatkan kemampuan menyusun kalimat bahasa

Indonesia.

2. Untuk mendapatkan data tentang kemampuan menyusun

kalimat bahasa Indonesia.

Data diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis,

demikian untuk hasil evaluasi. Dari hasil yang diperoleh dapat

disimpulkan tentang kemampuan menyusun kalimat bahasa

Indonesia dilakukan selama dua siklus, untuk menjadi laporan

peneliti.

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti

melakukan refleksi untuk mengetahui keadaan nyata pada peserta didik. Hasil

dari refleksi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Siswa Kurang Tertarik pada Pelajaran Bahasa Indonesia

Berdasarkan hasil pengamatan siswa kurang tertarik pada pelajaran Bahasa

Indonesia. Hal ini terbukti pada saat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia,

siswa menunjukan sikap yang kurang kooperatif dan tidak memperhatikan

pelajaran Bahasa Indonesia dengan baik dan kurang maksimal. Selain itu

siswa yang seenaknya sendiri, berbicara dengan temannya, sehingga pelajaran

yang disampaiakan oleh guru berlalu begitu saja.

2. Siswa Kurang Tertarik Ketika Guru Mengajarkan

Tanpa Media

Bagi siswa sudah menjadi suatu hal yang biasa ketika guru menjelaskan

materi pelajaran hanya dengan metode ceramah, sebab siswa tidak dilibatkan

dalam pembelajaran tersebut. Guru terkesan menguasai kegiatan belajar

mengajar tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk aktif berpendapat dan

menarik perhatian siswa dengan hal-hal yang menarik atau media-media yang

berbeda dengan apa yang mereka lihat dan mereka pergunakan selama ini.

3. Siswa Mengalami Kesulitan dalam Memahami Kalimat

Dalam memahami kalimat siswa mengalami kesulitan karena siswa kurang

begitu memahami cara menyusun kalimat bahasa indonesia yang berdasarkan

unsur kalimat seperti subyek, predikat dan obyek. Urutan unsur kalimat dalam

bahasa Indonesia seperti diatas sangat penting peranannya dalam bahasa

Indonesia.

35

35

4. Nilai Awal Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia

Yang diperoleh siswa sebelum dilaksanakan siklus 1 dapat dilihat dalam tabel

dan grafik di bawah ini :

Tabel 2

Nilai Awal Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia

No Nama Nilai KKM

1. Ari Prasetyo 6 6

2. Tanjung Danang 6 6

3. Andik Wanuri 5 6

4. Muh. Gufron 5 6

5. Prasetyo 5 6

Grafik 1

Nilai Awal Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia

B. Deskripsi Hasil Siklus I

Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing terdiri

4 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan tahap

refleksi

0

1

2

3

4

5

6

Ari P Tanjung D Andik W M. Gufron Prasetyo

36

36

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan hasil tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali

pertemuan yaitu pada hari Senin 4 Mei 2009 dan Jumat 8 Mei 2009.

Adapun tahapan perencanaan siklus I meliputi kegiatan sebagai

berikut :

1. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk

materi menyusun kalimat berdasarkan unsur kalimat subyek, predikat.

2. Peneliti mempersiapkan media pembelajaran yang berupa gambar

untuk membantu siswa dalam menyusun kalimat bahasa Indonesia.

3. Peneliti menyusun instrument penelitian yang berupa tes dan non tes.

Instrument tes diambil dari hasil pelajaran siswa dalam menyusun

kalimat bahasa Indonesia. Sedangkan instrument non tes dinilai

berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan

keaktifan dan kreatifitas siswa selama proses belajar mengajar

berlangsung.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus ini direncanakan selama dua kali

pertemuan, yakni pada hari Senin 4 Mei 2009 dan Jum’at 8 Mei 2009.

pertemuan dilaksanakan selama 2 x 30 menit, sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah menyusun kata acak

menjadi kalimat yang benar berdasarkan gambar.

Urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut :

1. Peneliti memotivasi siswa, hal ini bertujuan untuk mendorong siswa

agar bergembira dan tumbuh minat belajarnya.

2. Peneliti menjelaskan mengenai materi penyusun kalimat bahasa

Indonesia yang akan di ajarkan pada hari ini dan siswa diminta untuk

menyimak dengan baik.

3. Peneliti mendemontrasikan salah satu gambar.

37

37

4. Peneliti meminta salah satu siswa untuk mengambil gambar dan siswa

memperhatikannya.

5. Peneliti meminta siswa untuk menyusun kalimat bahasa Indonesia

berdasarkan gambar.

6. Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar

yang telah di lakukan pada hari ini.

7. Peneliti memberikan tugas kepada semua siswa.

c. Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar

menyusun kalimat bahasa Indonesia pada siklus I dapat diperoleh

gambaran sebagai berikut :

1. Terdapat 3 siswa (60%) yang aktif dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan kartu gambar.

2. Terdapat 2 siswa yang (40%) yang kreatif dalam proses pembelajaran.

3. Terdapat 2 siswa (40%) yang mampu menyusun kata acak menjadi

kalimat yang benar.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel : 3

Data Hasil Pengamatan Siklus I

Aspek pengamatan Jumlah Siswa yang melakukan

≤ 70% benar

Jumlah Siswa Prosentase Ket

1 Keaktifan dalam proses

pembelajaran 3 60%

2 Kreatifitas dalam menyusun

kalimat 2 40%

3 Kemampuan menyusun kata

acak menjadi kalimat yang benar 2 40%

38

38

Tabel 4

Nilai Hasil Tes Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia Siklus I

No Nama Nilai KKM

1. Ari Prasetyo 6 6

2. Tanjung Danang 7 6

3. Andik Wanuri 6 6

4. Muh. Gufron 5 6

5. Prasetyo 6 6

Grafik 2

Nilai Hasil Siklus 1

d. Refleksi

Proses pembelajaran menyusun kata menjadi kalimat bahasa Indonesia

dengan menggunakan media gambar pada siklus I dilaksanakan dalam dua

pertemuan dapat berjalan dengan lancar tetapi belum memperoleh nilai

yang baik. Kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam pertemuan pertama

belum dapat diatasi semua. Siswa yang sebelumnya pasif pada pertemuan

kedua ini diharapkan mulai aktif, sehingga diperlukan perbaikan pada

siklus II.

0

1

2

3

4

5

6

7

Ari P Tanjung D Andik W M. Gufron Prasetyo

39

39

C. Diskripsi Hasil Siklus II

Dalam hasil siklus II terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap

tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan tindaklan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan

yaitu hari Senin 11 Mei 2009 dan Jumat 15 Mei 2009.

Tahap perencanaan siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk

materi menyusun kalimat berdasarkan unsur kalimat subyek, predikat

dan obyek.

2. Peneliti mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar dan pias

kata.

3. Peneliti menyusun instrument penelitian yang berupa tes dan non tes.

Instrument tes di nilai dari hasil pekerjaan siswa. Sedangkan non tes

dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti

dengan mengamati keaktifan, kreatifitas selama kegiatan pembelajaran

berlangsung.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu

pada hari Senin 11 Mei 2009 dan Jumat 15 Mei 2009.

Dalam kegiatan ini peneliti menyampaikan materi menyusun

kalimat bahasa Indonesia berdasarkan unsur kalimat subyek, predikat dan

obyek.

Urutan Pelaksanaan Tindakan Siklus II sebagai berikut :

1. Kegiatan belajar mengajar diawali dengan tanya jawab untuk

mengingatkan materi yang telah disampaikan.

2. Peneliti menjelaskan secara sekilas materi pada hari ini.

3. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 3 dan 2 siswa.

40

40

4. Peneliti meminta perwakilan kelompok untuk mengambil gambar.

5. Peneliti meminta menyusun kalimat berdasarkan gambar yang di

lihatnya.

6. Setelah selesai kegiatan tersebut dilanjutkan dengan membaca kalimat

yang telah disusun.

7. Peneliti memberikan rived pada kelompok yang dapat mengerjakan

dengan benar.

8. Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar

yang telah di lakukan pada hari ini.

9. Peneliti memberikan tugas kepada semua siswa sebagai tugas individu.

c. Pengamatan

Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran. Dari kegiatan ini

peneliti mencatat bahwa proses pembelajaran bahasa Indonesia berjalan

dengan baik. Siswa kelihatan aktif dan bersemangat dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Kebanyakan siswa sudah mampu menyusun

kalimat.

Adapun data hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran pada

siklus II adalah sebagai berikut :

1. Terdapat 5 siswa (100%) yang aktif dalam proses pembelajaran.

2. Terdapat 4 siswa (80%) yang kreatif dalam proses pembelajaran.

3. Terdapat 4 siswa (80%) yang mampu menyusun akata secara acak

menjadi kalimat yang benar.

41

41

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel dan grafik dibawah ini :

Tabel : 5

Hasil Pengamatan Siklus II

Aspek pengamatan

Jumlah Siswa yang melakukan

> 70% benar

Jumlah Siswa Prosentase Ket

1 Keaktifan dalam proses

pembelajaran 5 100%

2 Kreatifitas dalam menyusun

kalimat 4 80%

3 Kemampuan menyusun kata

acak menjadi kalimat yang benar 4 80%

Tabel 6

Nilai Hasil Tes Kemampuan Menyusun Kalimat Bahasa Indonesia Siklus II

No Nama Nilai KKM

1. Ari Prasetyo 7 6

2. Tanjung Danang 8 6

3. Andik Wanuri 6 6

4. Muh. Gufron 7 6

5. Prasetyo 7 6

Grafik 3

Nilai Hasil Siklus I1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Ari P Tanjung D Andik W M. Gufron Prasetyo

42

42

d. Refleksi

Pada kegiatan siklus II dapat terlihat bahwa kemampuan menyusun

kalimat bahasa Indonesia siswa sudah meningkat. Peneliti sudah berhasil

membangkitkan keaktifan dan kekreatifan siswa dalam pembelajaran.

Peningkatan indicator individu ini dapat dilihat dari nilai siswa

pada tes yang di lakukan pada siklus I dan II.

D. PEMBAHASAN

Subyek penelitian ini adalah anak tunagrahita ringan kelas IV SLB

–C Bagaskara Sragen tahun ajaran 2008/2009. Di dalam mengajar saya

menemukan kesulitan anak dalam mnyusun kalimat Bahasa Indonesia terbukti

dengan nilai awal rendah yaitu rata-rata 5,4.

Dengan adanya nilai yang rendah saya merenung bagaimana agar

nilai anak menjadi baik, akhirnya saya menemukan solusi yaitu dengan media

gambar. Media gambar adalah hasil potretan dari berbagai peristiwa/kejadian,

objek yang dituangkan dalam gambar. Media gambar dapat membangkitkan

motivasi belajar, proses pembelajaran menjadi jelas dan menarik.

Kemudian saya laksanakan pada siklus I dengan menggunakan

media gambar, ternyata dengan menggunakan media gambar nilai anak dalam

menyusun kalimat bahasa Indonesia menjadi meningkat tetapi belum

memperoleh nilai yang baik sehingga perlu perbaikan pada siklus II.

Pada siklus II nilai siswa dalam menyusun kalimat bahasa

Indonesia meningkat terbukti dengan nilai siklus I rata-rata 6 meningkat pada

siklus II rata-rata 7. Dengan demikian nilai kemampuan menyusun kalimat

bahasa Indonesia meningkat, dan telah mencapai indikator kinerja.

Kelebihan

Dilihat dari hasil penelitian terdapat kelebihan antara lain:

a. Siswa aktif dan partisipasi dalam menjawab pertanyaan dari guru

43

43

b. Siswa kreatif dalam menyusun kalimat Bahasa Indonesia

c. Siswa mau menyusun kalimat Bahasa Indonesia dengan baik, dengan

bimbingan guru.

Kelemahan

Dilihat dari hasil penelitian terdapat kelemahan antara lain:

a. Ketika guru menjelaskan materi pelajaran ada siswa yang ramai dan tidak

memperhatikan pelajaran dari guru

b. Siswa belum berani dalam mengemukakan pendapatnya

Tabel : 7

Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Siklus I dan Siklus II

Aspek Pengamatan

Jumlah Siswa Yang Melakukan > 70% Benar

Siklus I Siklus II

Jumlah

Siswa Presentase

Jumlah

Siswa Presentase

1 Keaktifan Dalam Proses

Pembelajaran 3 60% 5 100%

2 Kreatifitas Dalam

Menyusun Kalimat 2 40% 4 80%

3

Kemampuan Menyusun

Kata Acak Menjadi

Kalimat Yang Benar

2 40% 4 80%

Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan siswa selama dua

siklus. Pada siklus I siswa yang aktif dalam proses pembelajaran dari 60%

kemudian meningkat pada siklus II menjadi 100%. Untuk kreatifitas siswa

dalam menyusun kalimat pada siklus I hanya 40% kemudian pada siklus II

meningkat menjadi 80%, sedangkan kemampuan menyusun kata acak

menjadi kalimat pada siklus I dari 40% kemudian meningkat pada siklus II

menjadi 80%.

44

44

Tabel 8

Rekapitulasi Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II

No Nama Nilai Awal Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2

1. Ari Prasetyo 6 6 7

2. Tanjung Danang 6 7 8

3. Andik Wanuri 5 6 6

4. Muh. Gufron 5 5 7

5. Prasetyo 5 6 7

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perkembangan nilai siswa dari

awal, nilai siklus I dan nilai siklus II. Dari nilai awal dapat dilihat kemampuan

siswa masih rendah di bawah KKM. Kemampuan pada siklus I nilai siswa

meningkat namun hasilnya masih minimal. Dan pada siklus II nilai

kemampuan menyusun kalimat Bahasa Indonesia meningkat dibandingkan

dengan siklus I.

Grafik 4

Rekapitulasi Nilai Awal, Siklus I, Siklus II

0

2

4

6

8

Nilai Awal Siklus I Siklus II

Ari Prasetyo Tanjung Danang Andik Wanuri

Muh. Gufron Prasetyo

45

45

Dari tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

menyusun kalimat Bahasa Indonesia siswa pada nilai awal masih rendah terbukti

hasil nilai di bawah standart KKM. Sedangkan pada siklus I nilai siswa meningkat

tetapi belum memperoleh nilai yang baik, sehingga perlu perbaikan siklus II.

Dalam siklus II ini nilai siswa sudah dapat mencapai target, ketercapaian indikator

kinerja. Dengan demikian indikator kinerja benar-benar tercapai.

46

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari uraian pembahasan bab IV sebelumnya dan hasil penelitian tindakan

kelas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Media gambar dapat meningkatkan kemampuan menyusun kalimat bahasa

Indonesia pada anak tunagrahita ringan kelas IV SLB-C Bagaskara Sragen tahun

ajaran 2008/2009. Hal ini diperoleh adanya peningkatan kemampuan menyusun

kalimat bahasa Indonesia dari siklus I ke siklus II. Data hipotesis yang ditentukan

dari siklus I nilai rata-rata 6,00 meningkat menjadi rata-rata 7,00 pada siklus II.

Jadi terbukti indikator kinerja telah tercapai.

B. Saran

1. Untuk siswa

a. Dengan media gambar yang menarik diharapkan siswa termotivasi untuk

mengikuti kegiatan belajar mengajar menyusun kalimat Bahasa Indonesia.

b. Siswa belajar menyusun kalimat Bahasa Indonesia secara rutin dan

berulang-ulang di sekolah maupun di rumah.

2. Orang tua

a. Diharapkan orang tua berperan serta dalam belajar menyusun kalimat

Bahasa Indonesia.

b. Hendaknya orang tua membimbing anak dalam belajar menyusun kalimat

Bahasa Indonesia di rumah.

47

DAFTAR PUSTAKA

Agus Priyanto. 2004. Bahasa Indonesia Strategi Tembus SMP Favorit dan Sukses

UAS SD/MI. Yogyakarta : Penerbit Andi

Arief S. S. Diman, R. Rahaidi, Anung Haryono. 1996. Media Pendidikan Edisi Ke

6. Pustekom Dibbud.

Dendy Sugono. 1999. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta : Pustaka

Pembangunan Swadaya Nusantara.

H.T. Sutjihati Sumantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Proyek Pendidikan

Tenaga Guru.

Gunanzah Priyatna. 2006 September 19. Seminar tentang Media Pembelajaran.

Bandung.

John Lyons. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta : PT. Gramedi Pustaka

Utama.

Moch, Sholeh, YA. J, Sunardi & Munawir Yusuf. 1994. Pengantar Pendidikan

ALB (1). Surakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Universitas Sebelas Maret.

Mohammad Efendi. 1995. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta :

Bumi Aksara.

Moh Amin, Dipi H P. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Proyek Pendidikan

Tenaga Guru.

Mulyana Sumantri, H Johan Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:

CV. Maulana

Mulyono Abdurrachman. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Proyek

Pendidikan Tenaga Akademik.

Sarwiji, Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya

Ilmiah. Surakarta.

Sunarti, Yani Manjani. 2002. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka

Setia.

Syahwin Nikelas. 1998. Pengantar Linguistik untuk Guru Bahasa. Jakarta :

Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

48

PEMBELAJARAN SIKLUS I

49

PEMBELAJARAN SIKLUS II

50

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SLB-C Bagaskara Sragen

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : IV – C / II (Dua)

Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (2 x 30 menit)

Pelaksanaan : Senin, 4 Mei 2009 dan Jumat, 8 Mei 2009

Siklus I

Standar Kompetensi : 8. Menyusun teks pengumuman sederhana

Kompetensi Dasar : 8.1. Menyusun kalimat sederhana

berdasarkan bahan yang disediakan guru

Indikator : Mampu menyusun kalimat sederhana

I. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menyusun kata acak menjadi

kalimat yang benar

2. Siswa dapat menulis kalimat dengan benar

II. Materi Ajar : 1. Penjelasan tentang menyusun kalimat

sederhana berdasarkan unsur kalimat

subyek dan predikat

2. Menulis kalimat sederhana

III. Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran :

Pertemuan Pertama

Kegiatan awal : (5 menit)

1. Apersepsi dengan cara berdoa dan mengucapkan salam

2. Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang anggota keluarga

dan benda-benda di sekitar kita

3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya

51

Kegiatan Inti : (15 menit)

1. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang menyusun kalimat

sederhana berdasarkan unsur kalimat subyek dan predikat

2. Siswa memperhatikan contoh guru cara menyusun kalimat

sederhana yang terdiri dari subyek dan predikat

3. Siswa maju satu persatu menyusun kalimat sederhana

4. Siswa menulis kalimat sederhana

Kegiatan Akhir : (10 menit)

Siswa diberi tugas menyusun kalimat sederhana

Pertemuan Kedua

Kegiatan awal : (5 menit)

Apersepsi : mengulangi materi yang kemarin.

Kegiatan Inti : (15 menit)

1. Siswa menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar

2. Siswa diberi motivasi agar bersemangat dan aktif dalam pembelajaran

3. Siswa diberi reward jika mengerjakan tugas dengan benar

Kegiatan Akhir : (10 menit)

1. Siswa mencatat hal-hal yang penting

2. Menyimpulkan materi.

3. Siswa diberi tugas (PR)

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Buku Bahasa Indonesia 3A Kelas III Yudistira 1999, gambar, pias-pias

kalimat.

VI. Penilaian

1. Tehnik : Tes Tertulis

52

2. Bentuk : Tes Perbuatan

3. Instrumen :

Tes Tertulis

Susunlah kalimat di bawah ini menjadi kalimat yang benar !

1. pergi – bapak

2. membawa – ani

3. menyiram –bibi

4. menyapu – saya

5. mendengarkan – ia

Kunci Jawaban

1.Bapak pergi

2.Ani membawa

3.Bibi menyiram

4.Saya menyapu

5.Ia mendengarkan

Kepala Sekolah

ZAIN SIYAMTO, S.Pd

NIP. 19550109 197903 1 003

Surakarta, 11 Mei 2009

Guru Kelas

YAN DWI HARTATI

NIP. 19640120 198710 2 001

53

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SLB-C Bagaskara Sragen

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : IV – C / II (Dua)

Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (2 x 30 menit)

Pelaksanaan : Senin, 11 Mei 2009 dan Jumat, 15 Mei 2009

Siklus II

Standar Kompetensi : 8. Menyusun teks pengumuman sederhana

Kompetensi Dasar : 8.1. Menyusun kalimat sederhana

berdasarkan bahan yang disediakan guru

Indikator : Mampu menyusun kalimat sederhana

I. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menyusun kata acak menjadi

kalimat yang benar

2. Siswa dapat membaca kalimat dengan

benar

II. Materi Ajar : 1. Penjelasan tentang menyusun kalimat

sederhana berdasarkan unsur kalimat

subyek, predikat, obyek

2. Membaca kalimat sederhana

III. Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran :

Pertemuan Pertama

Kegiatan awal : (5 menit)

1. Apersepsi dengan cara berdoa dan mengucapkan salam

2. Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang anggota keluarga

dan benda-benda di sekitar kita

3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya

54

Kegiatan Inti : (15 menit)

1. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang menyusun kalimat

sederhana berdasarkan unsur kalimat subyek, predikat, obyek

2. Siswa memperhatikan contoh guru cara menyusun kalimat

sederhana yang terdiri dari subyek, predikat, obyek

3. Siswa maju satu persatu menyusun kalimat sederhana

4. Siswa menulis kalimat sederhana

Kegiatan Akhir : (10 menit)

Siswa diberi tugas menyusun kalimat sederhana

Pertemuan Kedua

Kegiatan awal : (5 menit)

Apersepsi : mengulangi materi yang kemarin.

Kegiatan Inti : (15 menit)

1. Siswa menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar

2. Siswa diberi motivasi agar bersemangat dan aktif dalam pembelajaran

3. Siswa diberi reward jika mengerjakan tugas dengan benar

Kegiatan Akhir : (10 menit)

1. Siswa mencatat hal-hal yang penting

2. Menyimpulkan materi.

3. Siswa diberi tugas (PR)

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Buku Bahasa Indonesia 3A Kelas III Yudistira 1999, gambar, pias-pias

kalimat.

VI. Penilaian

1. Tehnik : Tes Tertulis

55

2. Bentuk : Tes Perbuatan

3. Instrumen :

Tes Tertulis

Susunlah kalimat di bawah ini menjadi kalimat yang benar !

6. pergi – ke kantor – bapak

7. buku – membawa – ani

8. menyiram – bunga – bibi

9. lantai – saya – menyapu

10. mendengarkan – berita – ia

Kunci Jawaban

6.Bapak pergi ke kantor

7.Ani membawa buku

8.Bibi menyiram bunga

9.Saya menyapu lantai

10. Ia mendengarkan berita

Kepala Sekolah

ZAIN SIYAMTO, S.Pd

NIP. 19550109 197903 1 003

Surakarta, 11 Mei 2009

Guru Kelas

YAN DWI HARTATI

NIP. 19640120 198710 2 001

56

LEMBAR PENGAMATAN

KEAKTIFAN ANAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Sirklus I

No Nama Aktif Kurang aktif Tidak aktif

1. Ari Prasetyo - -

2. Tanjung Danang - -

3. Andik Wanuri - -

4. Muh. Gufron - -

5. Prasetyo - -

Sirklus II

No Nama Aktif Kurang aktif Tidak aktif

1. Ari Prasetyo - -

2. Tanjung Danang - -

3. Andik Wanuri - -

4. Muh. Gufron - -

5. Prasetyo - -

57

LEMBAR PENGAMATAN

KREATIFITAS ANAK DALAM MENYUSUN KALIMAT

BAHASA INDONESIA

Sirklus I

No Nama Kreatif Kurang kreatif Tidak kreatif

1. Ari Prasetyo - -

2. Tanjung Danang - -

3. Andik Wanuri - -

4. Muh. Gufron - -

5. Prasetyo - -

Sirklus II

No Nama Kreatif Kurang kreatif Tidak kreatif

1. Ari Prasetyo - -

2. Tanjung Danang - -

3. Andik Wanuri - -

4. Muh. Gufron - -

5. Prasetyo - -

58

LEMBAR PENGAMATAN

DAYA SERAP ANAK DALAM MENYUSUN KALIMAT

BAHASA INDONESIA

Siklus I

No Keterangan

Nama Siswa dan daya serap

Ari Tanjung Andik Gufron Prasetyo

B C K B C K B C K B C K B C K

1 Menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar

- - - - - - - - - -

2 Membaca kalimat dengan benar

- - - - - - - - - -

3 Menulis kalimat dengan benar

- - - - - - - - - -

Siklus II

No Keterangan

Nama Siswa dan daya serap

Ari Tanjung Andik Gufron Prasetyo

B C K B C K B C K B C K B C K

1 Menyusun kata acak menjadi kalimat yang benar

- - - - - - - - - -

2 Membaca kalimat dengan benar

- - - - - - - - - -

3 Menulis kalimat dengan benar

- - - - - - - - - -

59

SOAL TES SIKLUS I

Susunlah kata – kata di bawah ini dengan benar!

1. Menyapu – kakak

2. Minum – adik

3. Memasak – ibu

4. Naik – ali

5. Memanjat – paman

6. Menonton – mereka

7. Makan – rani

8. Bermain – mereka

9. Memukul – Rio

10. Melempar – Susi

Kunci Jawaban

1. Kakak menyapu

2. Adik minum

3. Ibu memasak

4. Ali naik

5. Paman memanjat

6. Mereka menonton

7. Rani makan

8. Mereka bermain

9. Rio memukul

10. Susi melempar

60

SOAL TES SIKLUS II

Susunlah kata – kata di bawah ini dengan benar!

1. Menyapu – kakak – lantai

2. Minum – adik – susu

3. Memasak – ibu – sayur

4. Naik – ali – sepeda

5. Memanjat – paman – pohon

6. Menonton – mereka – televisi

7. Makan – rani – roti

8. Bermain – mereka – tali

9. Memukul – Rio – anjing

10. Melempar – Susi – batu

Kunci Jawaban

1. Kakak menyapu lantai

2. Adik minum susu

3. Ibu memasak sayur

4. Ali naik sepeda

5. Paman memanjat pohon

6. Mereka menonton televisi

7. Rani makan roti

8. Mereka bermain tali

9. Rio memukul anjing

10. Susi melempar batu

61

CONTOH MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN

62

CONTOH MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN