bab iii upaya lobi dan kerjasama malala fund ...eprints.umm.ac.id/53274/4/bab iii.pdfkonsep global...
TRANSCRIPT
85
BAB III
UPAYA LOBI DAN KERJASAMA MALALA FUND DALAM
MENGATASI PERMASALAHAN PENDIDIKAN ANAK-ANAK
PEREMPUAN PENGUNGSI SURIAH DI LEBANON
Pada bab ini penulis akan menjelaskan beberapa upaya yang dilakukan oleh Malala
Fund dalam mengatasi berbagai permasalahan pendidikan anak-anak perempuan
pengungsi Suriah di Lebanon dimulai dengan upaya pendekatan kepada pemerintah
hingga dengan berbagai organisasi dan institusi diluar Malala Fund sesuai dengan
Konsep Global Civil Society pada strategi Lobbying dan Networking yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian ini.
3.1 Upaya lobi kepada pihak pemerintah Lebanon
Seluruh pendidikan terutama pendidikan menengah merupakan tahun-tahun
penting bagi anak muda untuk memulai pembentukan karakter cita-cita mereka di
masa depan. Menjadi dokter, insinyur, atau pengusaha, dimana komunitas dan
negara dibangun. Jika hak-hak sekolah tidak segera diberikan, maka akan terlambat
untuk mengembalikan dampak dari tahun-tahun sekolah yang terlewat. Sebagai
upaya untuk menemukan solusi politik untuk konflik yang berkelanjutan ini,
investasi generasi muda Suriah, akan merepresentasikan harapa terbaik untuk masa
depan Suriah. Meskipun demikian, kesenjagan antara pendanaan yang dibutuhkan
86
dan pendanaan yang diterima tumbuh lebih besar setiap tahun. Donasi hanya
memenuhi 37% dari pendanaan pendidikan yang dibutuhkan pada tahun 2015.99
Pemerintah telah membuka kesempatan dan sekolah-sekolah mereka untuk
anak-anak Suriah tetapi dibiarkan menanggung banyak biaya karena sebagai
pendonor, beberapa negara-negara kaya di dunia gagal memegang komitmen
mereka untuk membantu. Tanpa peningkatan pedanaan selama tiga tahun setelah
tahun 2015, pemerintah tidak akan dapat membuat kebijakan perubahan yang
diperlukan untuk mempertahankan dan memperluas dukungan mereka untuk anak-
anak pengungsi Suriah. Dengan kemauan politik, pendanaan yang memadai dan
perubahan kebijakan yang berani, tantangan ini akan teratasi. Tetapi itu haya akan
terpenuhi bila melalui cara yang benar, adanya kerjasama dan kepercayaan mitra
yang menempatkan harapan generasi muda di pusat.100
3.1.1 Upaya lobi melalui Gulmakai Network
Malala Fund berupaya untuk memberikan beberapa saran komitmen kepada
pemerintah Lebanon dan pemerintah negara-negara yang menjadi host country
pengungsi Suriah terkait permasalahan pendidikan anak-anak pengungsi Suriah.
Malala Fund menggunakan platform yang dibentuknya yaitu Gulmakai Network,
untuk menjembatani upaya lobi ini. Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya,
Gulmakai Network adalah program yang mendukung para aktivis terpilih di negara-
negara berkembang tersebut dan mempercepat kemajuan terhadap sekolah
menengah. Aktivis perwakilan Malala Fund ini bertugas di masing-masing negara
99Ibid,. Hal.28 100 Ibid,.
87
prioritas Malala Fund, yaitu Pakistan, Lebanon, Kenya dan Nigeria. Tujuan dari
Gulmakai Network sendiri ialah untuk mempercepat dan memperkuat dampak dari
advokat negara berkembang di negara-negara di mana anak perempuan paling
mungkin kehilangan pendidikan menengah. Karena mereka menyadari bahwa
ancaman terhadap pendidikan anak perempuan seperti kemiskinan, perang dan
diskrimminasi gender, berbeda antara negara dan komunitas. Pendidik dan aktivis
lokal lebih memahami tantangan di komunitas mereka dan merekalah yang paling
tepat untuk mengidentifikasi, berinovasi dan mengadvokasi kebijakan dan solusi
terprogram. Program ini dinamakan Gulmakai Network karena nama tersebut
merupakan nama samaran yang digunakan Malala Yousafzai ketika berusia 11
tahun dan menulis blog untuk BBC tentang kehidupan di bawah Taliban.101
Salah satu pendekar Gulmakai Network yang mewakilkan Malala Fund
untuk melobi pihak pemerintah Lebanon adalah Hiba Hamzi. Ia mengadvokasi
untuk menaikkan usia minimum menikah hingga 18 tahun dan mengurangi jumlah
gadis Suriah yang dipaksa untuk menikah muda. Untuk mencapai tujuan ini, ia
melobi anggota parlemen, menteri, pemimpin partai dan pemimpin agama untuk
mengangkat reservasi Lebanon ke pasal 16 CEDAW. Dia juga mengadakan
lokakarya untuk mengajar anak perempuan tentang resiko pernikahan dini dan
pentingya pendidikan.102
101 Gulmakai Network, diakses dalam https://www.malala.org/gulmakai (12/4/2018, 12:40 WIB) 102 Ibid.
88
Gambar 3.1: Hiba Hamzi mewakili Malala Fund dalam UNGA 2018
(United Nations General Assembly)
Sumber: https://pbs.twimg.com/media/Dn-jM_8W0AAg811.jpg
Melalui Hiba, terdapat beberapa komitmen yang juga dilobi Malala Fund
agar pemerintah Lebanon khususnya Kementerian Pendidikan dapat
mengakomodir kebutuhan pendidikan anak-anak perempuan pengungsi Suriah
yang tinggal di negaranya. Komitmen pertama, negara pendonor harus memberikan
bantuan setidaknya 1,4 miliar untuk pendidikan per tahun dari minimum tiga tahun
untuk memastikan anak-anak pengungsi Suriah yang tidak bersekolah yang terkena
konflik mampu mengakses penuh 12 tahun pendidikan menengah dan kualitas
primer.103 Berdasarkan dana yang diterima untuk pendidikan pada tahun 2015,
Malala Fund menyerukan kepada negara donatur untuk secara kolektif
meningkatkan pendanaan mereka pada pendidikan lima kali lipat sebagai bagian
103 Ibid,. Hal. 25.
89
dari kesempatan baru bagi anak-anak pengungsi Suriah yang belum mendapatkan
pendidikan dengan rencana berani dan ambisius host country untuk memberikan
pendidikan bagi setiap aak Suriah di tahun ajaran 2016/2017. Menurut Malala Fund
semua ini adalah masalah prioritas dan kemauan politik. Dalam mengambil
pendapatan nasional bruto negara-negara donor sebagai penentu utama kontribusi
mereka, Malala Fund meminta komitmen untuk membuat pendanaan ini melalui
kombinasi dari pembangunan dan bantuan kemanusiaan lainnya untuk mendukung
pendidikan dari krisis Suriah ini.104
Komitmen kedua, negara pendonor harus setuju dan mengerjakan prinsip
utama untuk pendanaan mereka pada krisis edukasi pengungsi Suriah ini. Hal-hal
ini termasuk ketepatan waktu pencairan dana. Untuk mengatasi kebutuhan dan
memenuhi target tahun ajaran 2016/2017, pendanaan harus disalurkan pada
semester pertama, sedangkan pencairan berikutnya harus disesuaikan dengan tahun
sekolah. Kemudian pendanaan oleh pemerintah harus predictable (dapat diprediksi)
di tahun-tahun berikutnya untuk memungkinkan pemerintah setempat mengambil
pendekatan jangka panjang untuk memperluas penyediaan sekolah publik dan
meningkatkan kualitasnya. Maka dari itu tingkat pendanaan harus dijamin selama
minimum tiga periode.
Lalu kontribusi negara pendonor untuk pendidikan ini tidak seharusnya
dengan mengorbankan sektor lain atau mewakili pergeseran pembangunan atau
bantuan kemanusiaan dari bidang prioritas lainnya. Sebaliknya, mereka harus
benar-benar mewakili peningkatan bantuan donor yang dikhususkan untuk sektor
104 Ibid,.
90
pendidikan dan peningkatan bantuan kemanusiaan secara keseluruhan untuk
mengatasi permasalahan pendidikan anak-anak pengungsi Suriah ini.105
Pemerintah juga diharuskan untuk meningkatkan koordinasi degan berbagai
pihak terkait. Hampir 80 juta dolar dalam pendanaan pendidikan untuk pengungsi
Suriah telah diberikan diluar koordinasi PBB, sebagian telah dijelaskan oleh
preferensi untuk mendanai mitra orgaisasi lainnya seperti Palang Merah atau Bulan
Sabit Merah diluar PBB dan untuk menyumbangkan bantuan bilateral secara
langsung kepada host country. Untuk memastikan bahwa tanntangan pendidikan
yang diuraikan diatas telah ditangani secara efisien dan se-koheren mungkin,
negara pendonor seharusnya mengkoordinasikan pendanaan mereka disamping
rencana pendidikan dengan mekanisme yang mereka pilih untuk memberikan donor
bantuan tersebut.106
Komitmen ketiga, negara-negara host country harus mengambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk membuka kualitas pendidikan, khususnya di tingkat
sekolah menengah dan menghapus hambatan kebijakan yang menjadikan anak-
anak perempuan dan laki-laki terhalang dari akses 12 tahun pendidikan penuh.
Selain upaya berkelanjutan untuk memperluas layanan pendidikan dan
meningkatkan akses anak-anak Suriah ke pendidikan di semua tingkatan termasuk
program kejuruan, host country harus mengatasi beberapa kebijakan yang
membatasi anak-anak pengungsi Suriah untuk bersekolah.107
105 Ibid,. Hal.28. 106 Ibid., 107 Ibid., Hal. 30.
91
Perhatian khusus terkait komitmen ketiga ini diperlukan dalam tiga bidang.
Yang pertama, menghapus persyaratan restriktif untuk penerimaa dan sertifikasi
pembelajaran. Kedua, memperkuat kerangka kebijakan dan kapasitas sistem
pendidikan formal termasuk anak-anak pengungsi Suriah di semua tingkatan
termasuk memungkinkan guru-guru Suriah bekerja di sekolah umum sebagai
sukarelawan dan mengembangkan kerangka kebijakan yang memungkinkan
mereka untuk menerima kompensasi keuangan, pengembangan profesional dan
sertifikasi. Ketiga, memperluas akreditasi dan kualitas penyediaan pendidikan non-
formal di semua tingkatan termasuk mengizinkan dan mengakreditasi program
pendidikan non-formal yang lebih luas untuk kelompok usia sekolah dasar dan
menengah, dalam kerangka peraturan yang memperomosikan kualitas sehingga
lebih banyak anak-anak pengungsi Suriah yang belum mendapatkan hak
pendidikan memiliki kesempatan untuk mengejar ketinggalan sekolah dan kembali
memasuki pendidikan formal.108
Komitmen kelima, host country harus mengembangkan dan menyetujui
sertifikasi belajar regional yang mengizinkan orang muda untuk membawa
pendidikan mereka dan diakui di Suriah dan wilayah mereka. Kementerian
Pendidikan Lebanon dan Suriah saat ini mempertahankan pengakuan timbal balik
atas sertifikat yang diterbitkan di negara mereka. Pendekatan jenis ini harus
diperluas dan dikembangkan menjadi kerangka kerja regional yang umum untuk
108 Ibid.,
92
sertifikasi pembelajaran yang mengakreditasi semua program pembelajaran
berkualitas yang ditawarkan kepada anak-anak pengungsi Suriah.109
Pendidikan bukanlah jawaban untuk semua masalah Suriah, tetapi
pendidikan adalah investasi terbaik di masa depan. Pendidikan adalah obat penawar
untuk “hilangnya generasi” di Suriah. Anak-anak pengungsi Suriah membutuhkan
pemimpin dunia untuk tetap berani dan membuat komitmen yang sesuai dengan
tekad mereka sendiri. Cara yang ditawarkan kepada pemerintah sudah jelas, dan
sumber daya juga telah tersedia dan itu akan menjadi masalah pilihan prioritas.
Upaya Malala Fund dalam melobi pemerintah ini menunjukkan strategi lobbying
dari Global Civil Society yang melakukan pendekatan ke pemerintah dengan
mengawal terus bahwa pemerintah Lebanon harus menggali lebih dalam dan lebih
berani dalam rencana mereka untuk memberikan pendidikan bagi semua.
109 Ibid., Hal. 31
93
3.2 Upaya kerjasama dengan berbagai aktor
Dalam mencapai upaya untuk mengatasi masalah pendidikan anak-anak
perempuan pengungsi Suriah di Lebanon, strategi networking yang dilakukan
Malala Fund sebagai Global Civil Society adalah kerjasama dengan berbagai aktor
baik itu negara, dan organisasi serta komunitas lainnya. Tentu dalam mencapai
upayanya Malala Fund tidak bisa bekerja sendiri tanpa bantuan dan donasi dari
aktor-aktor lainnya yang membantu. Pada sub-bab ini akan dijelaskan aktor mana
saja yang membantu Malala Fund dalam mencapai upayanya mengatasi masalah
pendidikan anak-anak pengungsi Suriah di Lebanon.
3.2.1 Kerjasama dengan berbagai negara
Akses untuk pendidikan menengah sangat penting bagi perdamaian dan
stabilitas. Tentu dalam melaksanakan upayanya, Malal Fund tidak hanya
melakukan upaya pendekatan ke negara host-country pengungsi dalam hal ini
Lebanon, tetapi Malala Fund juga menerima kerjasama dengan berbagai negara.
Melalui data yang ditunjukkan dari laporan Malala Fund tahun 2015 dengan
menggandakan persentase pemuda dengan pendidikan menengah dari 30% menjadi
60% memiliki potensi untuk mengurangi konflik hingga setengahnya. Peningkatan
10% dalam tingkat pendaftaran untuk pendidikan menengah dapat mengurangi
resiko konflik sebesar 3%.110 Dengan pendidikan menengah, anak-anak pengungsi
memiliki peluang lebih besar untuk menjadi mandiri, memenuhi potensi mereka
110 #YesAllGirls Education and the Global Refugee Response, REAL Centre at Cambridge
University and Malala Fund, 2015, Hal. 5 Diakses dalam:
https://downloads.ctfassets.net/xnpfvoz3thme/3glLQIbFjiSGwK0CauUoOm/45821ea0b6aa8a0a63
7f08228a147d8e/YesAllGirls_Report.pdf (12/05/2018, 12.30 WIB)
94
dan berkontribusi terhadap komunitas tuan rumah mereka. Namun saat ini,
beberapa negara tuan rumah pengungsi terbesar tidak dapat menawarkan
pendidikan kepada semua warga mereka sendiri apalagi pengungsi.
Akibatnya, pendanaan dari negara-negara kaya sangat penting untuk
mendukung negara-negara yang menampung banyak pengungsi dan membangun
sistem pendidikan yang dapat mengakomodasi anak-anak pengungsi. Tetapi
negara-negara terkaya di dunia sejauh ini belum menawarkan dukungan yang
memadai untuk pendidikan pengungsi terutama pendidikan menengah masih
diabaikan baik dalam bantuan kemanusiaan dan pembangunan.111
Kontribusi sumbangan untuk pendidikan anak-anak pengungsi pada Malala
Fund melalui negara-negara anggota DAC (Development Assistance Committee)
yang merupakan forum kemanusiaan PBB dimana para pemerintah negara-negara
anggota untuk menyumbangkan bantuannya. Kontribusi sumbangan tersebut yang
disalurkan per tahun 2015 berjumlah $531 juta. Tetapi hanya 19% - 100% yang
diterima. Dari 28 negara anggota DAC, hanya tiga (Irlandia, Norwegia dan Swedia)
yang memenuhi atau melampaui bagian mereka sesuai dengan dasar kekayaan
global dari bantuan kemanusiaan untuk pendidikan pada tahun 2015. Korea dan
Selandia Baru mendapatkan persentase terendah dari bagiannya pada tahun 2015.112
Gambar 3.2: Tabel List Negara-Negara Anggota dan Non-Anggota
DAC donor untuk pendidikan anak-anak perempuan.
111 Ibid,. 112 Ibid, Hal. 6.
95
Sumber:https://downloads.ctfassets.net/xnpfvoz3thme/3glLQIbFjiSGwK0CauUoOm/458
21ea0b6aa8a0a637f08228a147d8e/YesAllGirlsReport.pdf
Gambar diatas menunjukkan data negara pendonor dari anggota DAC
maupun non-DAC beserta jumlah donasinya. Negara-negara yang berwarna hijau
merupakan negara yang mencapai atau melampaui batas donasi sesuai dengan
kekayaan negaranya. Untuk warna kuning adalah negara-negara yang berdonasi
96
lebih dari 50% dari pembagian berdasarkan kekayaan negara, warna oranye kurang
dari 50%, sedangkan warna merah muda adalah yang kurang dari 25%.
Malala Fund menuntut diantara negara non-DAC, negara-negara BRIC
(Brazil, Rusia, India, China) harus membuat sebagian dari komitmen pembagian
dasar donasi keseluruhan mereka yang terbesar untuk disumbangkan ke bidang
pendidikan karena kontribusi aktual mereka untuk bantuan kemanusiaan pada
pendidikan tergolong sangat rendah. Arab Saudi dan Kuwait adalah satu-satunya
negara pendonor non-DAC yang memenuhi kriteria pembagian dasar donasi pada
tahun 2015 sebagian besar karena negara-negara yang paling membutuhkan
bantuan kemanusiaan terutama pendidikan berada di Timur Tengah, yaitu Suriah
dan Yaman.
Pendidikan menengah untuk anak-anak perempuan pengungsi Suriah sangat
kekurangan sumber daya. Karena krisis pendidikan pengungsi pada umumnya
masih dianggap sebagai krisis sementara, baik pemerintah nasional maupun negara
pendonor yang tidak mau mengucurkan sumber daya yang diperlukan untuk
pendidikan menengah.113
Malala Fund terus mengawal upaya ini salah satunya dengan menghadiri
tiap forum PBB seperti pada UN Summit for Refugees 2016 di New York pada
September 2016 untuk terus mengingatkan dan medekati para pemimpin dunia agar
memenuhi komitmennya. Pada pertemuan tersebut Malala menyebutkan negara-
negara pendonor harus meghormati janji mereka kepada semua anak dan
113 Ibid,.
97
menawarkan dukungan jangka panjang untuk pendidikan anak-anak pengungsi
Suriah.114
Malala Fund mendesak tindakan di tiga area penting yang harus dipenuhi
sebelum tahun 2019 dimana mereka aka mengadaka pertemuan lagi untuk meilai
kemajuan komitmen pendidikan yang dibuat pada Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan atau SDG’s (Sustainable Development Goal’s), yaitu yang pertama
adalah Framework (Kerangka), denga membawa kerangka kerja global dan
nasional untuk respon pengungsi sesuai dengan realitas saat ini untuk memastikan
akses sekolah untuk semua aak-anak pengugsi Suriah. Hal ini didasarkan pada
Konvensi Pengungsi 1951 yang menjamin pendidikan dasar untuk semua anak;
sejalan dengan komitmen SDG. Kerangka kerja ini harus mencerminkan keadaan
jangka panjang krisis pengungsi dan melampaui dasar-dasar untuk memberi setiap
akses 12 tahun pendidikan yang berkualitas untuk anak-anak pengungsi. Pada
pertemuan ini juga negara-negara pendonor harus mengeluarkan komitmen baru
demi pendekatan alteratif untuk pendidikan pengungsi yang mencakup pendidikan
dasar dan menengah bagi anak-anak yang tertinggal sekolah, dengan mengikuti
negara Uganda sebagai contoh, karena ia telah memperpanjang Undang-Undang
Pengungsinya pada tahun 2006 tentang hak pendidikan yang sama seperti warga
negaranya.115
Yang kedua, adalah Funding (Pendanaan) yaitu berkomitmen untuk
menyediakan $29 miliar pada September 2019 untuk mendukung pendidikan lebih
114 Ibid,. Hal. 10 115 Ibid,.
98
dari 25 juta anak, termasuk hampir empat juta anak-anak pengungsi yang belum
bersekolah. Funding ini diberi judul “Education Cannot Wait Fund”. Tujuan
Education Cannot Wait Fund yag diluncurkan ini adalah untuk memobilisasi
pengembangan, kemanusiaan dan tambahan pendanaan untuk pendidikan pada
semua krisis, dimulai dengan anak-anak dan pemuda yang termarginalkan,
termasuk pengungsi, anak-anak terlantar, anak-anak disabilitas dan mereka yang
tinggal di negara-negara konflik. $29 miliar diperlukan dalam tiga tahun pertama
operasi dana untuk meyediakan pendidikan mereka. Pada 2019, pemerintah –
pemerintah negara donor harus memastikan bahwa dan ini disediakan secara adil.
Program ini akan membutuhkan banyak negara donor DAC dan semua negara-
negara BRIC untuk meningkatkan pendanaan yang diperuntukkan bagi pengungsi
dan anak-anak terpinggir lainnya.116
Yang ketiga adalah data, yaitu menempatkan sistem nasional dan global
untuk merekam data pada anak-anak pengungsi Suriah yang belum sekolah terpilah
berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Jutaan anak-anak pengungsi
tidak terdaftar di UNHCR; data yang dapat diandalkan tentang pengungsi dan anak-
anak terlantar yang membutuhkan pendidikan dipilah berdasarkan gender dan
tingkat pendidikan, tidak tersedia. Hampir tidak ada data tentang apakah anak-anak
pengungsi telah belajar di sekolah. Demikian juga pengeluaran untuk pedidikan
pengungsi berdasarkan level pendidikan tidak secara sistematis dilacak dan
transparan dilaporkan.117
116 Ibid,. 117 Ibid,.
99
Untuk memantau kemajuan hal-hal ini, negara tuan rumah, donor dan PBB
harus bekerjasama untuk mengumpulkan dan mempublikasikan lebih baik data-
data tersebut. Selain itu, negara tuan rumah juga hrus meningkatkan upaya
termasuk anak-anak pengungsi dalam sistem manajemen pendidikan seperti yagn
ada di Chad, Rwanda, dan Yordania. Negara pendonor seharusnya mencatat
pendanaan khusus untuk mendukung pendidikan pengungsi. Upaya oleh beberapa
negara tuan rumah dan badan-badan PBB hingga saat ini menunjukkan bahwa data
yang lebih baik dapat dikumpulkan. Bagaimana mereka mengumpulkannya dan
mengungkapkan sejauh mana masalah pendidikan terdengar, sebagian besar
keputusannya masih bersifat politis. Sampai kita memiliki data yang dapat
dipercaya tentang anak-anak pengungsi yang bersekolah dan belajar, mereka akan
terus diusahakan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan untuk
pendidikan.
3.2.2 Kerjasama dengan NGO dan INGO
Malala Fund juga bekerjasama dengan beberapa organisasi lokal maupun
internasional non-pemerintah dalam mencapai upayanya mengatasi masalah
pendidikan anak-anak perempuan pengungsi Suriah di Lebanon. Organisasi-
organisasi tersebut membantu Malala Fund dalam bentuk donasi, kampanye,
maupun bantuan langsung seperti sekolah dan fresh money. Pada sub-bab ini akan
dijelaskan kerjasama yang dibangun oleh Malala Fund bersama organisasi lokal
dari Lebanon, Kayany Foundation yang membantu pembangunan sekolah di area
kamp pengungsi serta Spanx by Sara Blakely yang membantu mengkoordinir dan
100
memfasilitasi donasi yang masuk dari berbagai komunitas yang berdonasi untuk
Malala Fund.
3.2.2.1 Kerjasama dengan organisasi lokal Lebanon Kayany Foundation
Kayany Foundation merupakan organisasi lokal non-pemerintah dari
Lebanon yang berkomitmen untuk membantu memberikan pendidikan dan
menyediakan tempat yang aman untuk anak-anak pengungsi Suriah. Pada 2013
mereka bermitra dengan American University of Beirut dan Kementerian Sosial
Lebanon dan mulai membangun seklah portabel (GHATA) di kamp-kamp
pengungsi Suriah. Hal itu memungkinkan mereka untuk mendapatkan akses
pendidikan formal bagi ribuan anak pengungsi di kamp pengungsian Lembah
Bekaa. Sekolah-sekolah yang di bangun oleh Kayany Foundation adalah
lingkungan belajar yang aman dan bersih yang menawarkan satu kali makan sehari
untuk membantu dari kesulitan kehidupan di kamp pengungsian. Selain itu, sekolah
menawarkan dukungan psikososial kepada siswa dan keluarga mereka.118
118 Malala Education and Vocational Centers, Kayany Foundation, 2016, diakses dalam
http://kayany-foundation.org/malala-education-and-vocational-center/ (02/06/2018, 13.47 WIB)
101
Gambar 3.3: Malala ketika membuka sekolah untuk anak-anak
perempuan pengungsi Suriah di Lebanon.
Sumber: http://nna-leb.gov.lb/en/show-news/46598/Malala-Yousafzai-celebrates-her-birthday-in-
refugee-camp-in-the-Bekaa-inaugurating-the-first-school-in-her-name
Kerjasama Malala Fund dengan Kayany Foundation dimulai dengan
mendirikan sekolah khusus perempuan pertama bagi para pengungsi Suriah di
Lebanon pada tahun 2015. Kayany Foundation menganggap bahwa Malala Fund
memiliki suara dan komunitas yang didengar oleh seluruh dunia yang
memungkinkan untuk dijadikan contoh pentingnya terus emperjuangkan
pendidikan anak perempuan pengungsi Suriah. Malala Yousafzai merayakan hari
ulang tahunnya yang ke 18 tahun dengan pergi ke sekolah dan bertemu dengan para
siswa baru dan membuka sekolah itu dengan sebuah upacara pemotongan pita.
Sejak saat itu Malala Fund melanjutkan kerjasamanya dengan Kayany Foundation
dan bersama-sama mendirikan sekolah Malala kedua bagi para pengungsi Suriah.
Pada bulan September 2015 juga, Malala Yousafzai mengundang mahasiswa
Suriah dari Malala Education and Vocational Center untuk bergabung dengannya
102
pada sesi ke-70 Majelis Umum PBB dan untuk peluncuran film ‘He Named Me
Malala’119
Sekolah-sekolah yang dibangun menyediakan pendidikan tingkat
menengah yang berdasarkan kurikulum resmi Lebanon, serta program
perlindungan anak dan wanita yang memperkuat ketahanan terhadap berbagai jenis
eksploitasi dan meningkatka peluang untuk mencari pekerjaan yang berkualitas
serta menghindari pernikahan dini. Sekolah-sekolah ini juga menyediakan
pelatihan keterampilan kerja dan keterampilan melalui kursus melek komputer,
asisten keperawatan, menjahit, bordir, hingga tata rambut dan kosmetik. Kemudian
setelah para siswi mencapai kelulusan, mereka akan menerima sertifikat akreditasi
dari Kementerian Pendidikan dan Pendidikan Tinggi Lebanon.120
Secara lebih rinci, sekolah-sekolah yang dibangun Kayany Foundation
menyediakan pendidikan dasar dan menengah menggunakan kurikulum resmi
Lebanon dengan mata pelajaran yang disediakan untuk kelas 1 hingga 6 termasuk
Bahasa Arab, Bahasa Inggris, ilmu pengetahuan, matematika dan geografi. Di kelas
menengah, siswi menerima mata pelajaran tambahan seperti fisika, biologi, dan
kimia. Program pendidikan di sekolah dasar dirancang untuk memperkealkan
kembali siswa ke kelas mereka masing-masing melalui kelas persiapan. Kemajuan
mereka dipantau dengan melakukan penilaian di dalam kelas secara tertulis dan
lisan dalam dua bulan.
119 Ibid., 120 Ibid.,
103
Sekolah menengah juga termasuk kursus kejuruan yang meingkatkan daya
layak kerja dan meningkatkan keuntungan pasar kaum muda. Para siswa belajar
keterampilan tambahan yang nantinya dapat membantu mereka di pasar kerja
berkualitas dengan berbagai kursus yang tadi telah disebutkan. Kayany Foundation
juga mengakui pentingnya melindungi anak-anak di saat krisis. Perlindungan anak
adalah komponen penting dari program pendidikan pegungsi, memastikan bahwa
anak-anak, terutama mereka yang telah menyaksikan peristiwa traumatis diberikan
perhatian yang pantas dan perhatian yang mereka butuhkan. Sesi dukungan
psikososial tersebut diberikan pada basis mingguan melalui staf pendidikan di
masing-masing sekolah. Selain itu anak-anak diamati oleh guru dan mereka yang
membutuhkan lebih banyak dukungan psikologis dirujuk ke pekerja sosial yang
menyediakanm manajemen kasus.
Di setiap sekolah, siswa diberikan makanan sehat yang disiapkan oleh para
wanita dari kamp pengungsian sekitar yang telah dilatih oleh American University
of Beirut tentang keamanan makanan, kebersihan dan nutrisi makanan. Makanan
yang disediakan termasuk man’oushi (sandwich tradisional yang baru dipanggang)
dengan produk susu, sayuran, dan buah-buahan musiman. Selain itu para siswi juga
menerima sesi mingguan tentang kebiasaan makan yag sehat dan pentingnya diet
seimbang. Program nutrisi ini dirancang oleh Departemen Gizi dan Ilmu Pangan
dari American University of Beirut. Staf pendidikan di Kayany Foundation yang
direkrut telah melewati wawancara primer, penilaian secara tertulis dan kinerja
dalam kelas. Meskipun demikian, para guru terus menerima pelatihan sepanjang
tahun akademik dari para profesor American University of Beirut. Pelatihan
104
tersebut mencakup metode-metode lanjutan mengenai perencanaan pelajaran dan
pembelajaran yang berpusat pada anak. Mereka juga diberikan pelatihan mata
pelajaran dan metode mengamati serta bagaimana merujuk anak-anak dengan
trauma.
Penulis menganggap bahwa kerjasama Malala Fund dengan Kayany
Foundation merupakan upaya terbaik yang dilakukan karena sesuai dengan masalah
pendidikan anak-anak perempuan pengungsi Suriah di Lebanon, kurangnya
kapasitas sekolah terutama untuk anak perempuan bisa teratasi. Anak-anak
perempuan juga lebih nyaman dan semangat belajar jika satu sekolah dengan anak
perempuan lain sehingga mereka bisa lebih yakin bahwa perempuan juga
membutuhkan pendidikan lengkap serta berfikir modern demi menciptakan masa
depan yang cerah untuk mereka.
3.2.2.2 Kerjasama dengan Spanx by Sara Blakely Foundation
Spanx by Sara Blakely adalah NGO pemberdayaan perempuan yang
didirikan oleh Sara Blakely, millioner Amerika pendiri perusahaan pakaian dan
kain Spanx. Ia membuat Spanx tidak hanya menjadi perusahaan, tetapi juga
tempatnya berbagi dan membuat aksi-aksi sosial serta mendukung pemberdayaan
perempuan di seluruh dunia. Mereka juga bekerjasama dengan berbagai organisasi
yang mendukung perempuan melalui entrepreneurship, pendidikan dan kesenian.
Dimulai pada tahun 2006, berbagai kegiatan pemberdayaan perempuan dan
advokasi serta kerjasama dengan berbagai organisasi, diantaranya American Heart
Association, One Million Rising, The Giving Pledge, The Empowerment Plan,
105
Habitat for Humanity, Women’s Empowerment International, Cool Girls, Global
Village Projects: A School for Refugee Girls, Rainbow Villages, Inc., Girls on the
Run, Women for Women International, African’s Womens Development Fund, Let
Girls Learn dan banyak komunitas lainnya, termasuk Malala Fund.121
Spanx memulai kerjasama dengan Malala Fund sejak tahun 2016. Mereka
terinspirasi dari perjalanan Malala, hingga akhirnya menyumbangkan $150.000
untuk mensupport Malala Fund.122 Kemudian Spanx menjadi official partnership
Malala Fund. Kegiatan selanjutnya adalah bekerjasama dengan Malala Fund dalam
mengadakan #GivingTuesday pada 29 November 2017. Mereka mengumpulkan
donasi-donasi dari ribuan dukungan yang masuk dan mereka salurkan untuk
program fasilitas pendidikan bagi anak-anak perempuan pengungsi Suriah di
Lebanon berbasis STEM (Science, Technology, Education, Mathematics),
mengadvokasi diskriminasi gender di Nigeria dan training aktifis untuk anak-anak
perempuan di Pakistan agar mereka bisa menjadi pemimpin.123
Fasilitas berbasis STEM ini dibantu juga oleh Nayla Fahed, salah satu pilot
Gulmakai Network Malala Fund untuk Lebanon yang menciptakan Tabshoura in a
Box. Tabshoura adalah platform pendidikan baru yang bekerja secara independen
dari internet dan listrik yang menyediakan hotspot dimana siswa dapat
menghubungkan komputer dan mengakses sumber belajar digital. Nayla
menginisiasi teknologi baru ini dengan para siswa di organisasinya. Kemampuan
121 Our Journey, Spanx by Sara Blakely Foundation, diakses dalam:
http://www.spanxfoundation.com/journey/ (17/09/2018, 11.00 WIB) 122 Ibid,. 123 We can’t thank you enough, Girls’ education was on the line- and you answered!. Malala Fund,
Diakses dalam: https://blog.malala.org/we-cant-thank-you-enough-3137199e7b3c (17/09/2018,
10.30 WIB)
106
untuk bekerja tanpa internet atau listrik adalah kunci untuk lingkungan sumber daya
rendah seperti komunitas pengungsi. Kotak ini dilengkapi dengan program
pendidika Tabshoura yang mengajarkan siswa pemecahan masalah, penalaran dan
komunikasi untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis.124 Program e-
learning seperti ini dapat menawarkan jalan kembali untuk para anak-anak
perempuan pengungsi untuk bisa ke kelas dan membuka masa depan mereka untuk
peluang yang lebih besar. Hal ini memberikan platform baru bagi pendidikan anak-
anak perempuan pengungsi Suriah.
3.2.3 Kerjasama dengan perusahaan
Tidak hanya komunitas atau organisasi saja yang turut membantu Malala
Fund dalam upaya mengatasi masalah pendidikan anak-anak perempuan pengungsi
Suriah di lebanon, tetapi juga terdapat perusahaan-perusahaan yang berdonasi dan
menyediakan berbagai layanan untuk membantu pendidikan disana. Pada sub-bab
ini akan dijelaskan bagaimana Apple.Inc sebagai perusahaan raksasa teknologi dan
Celebrity Cruises, perusahaan kapal pesiar dan pariwisata terbesar membantu
Malala Fund.
3.2.3.1 Kerjasama dengan Apple Inc.
Pada 21 Januari 2018, Apple Inc. yang merupakan salah satu perusahaan
teknologi terbesar di dunia bersama Malala Fund mengumumkan dengan press
release bahwa Apple akan menjadi mitra Malala Fund yang akan mendukung upaya
124 Thinking outside the box for refugee girls’ education: Gulmakai Champion pilots a new
educational platform for Syrian refugee girls, Malala Fund, 2018, Diakses dalam:
https://www.malala.org/newsroom/tabshoura (22/09/2018 13.30 WIB)
107
Malala untuk mendukung pendidikan perempuan dan mengadvokasi agar mereka
mendapatkan kesempatan belajar yang sama. Dengan dukungan Apple ini Malala
Fund berharap dapat menggandakan jumlah hibah yang diberikan oleh Gulmakai
Network dan memperpanjang program pendanaan ke India dan Amerika Latin juga
dengan tujuan awal memperluas peluang pendidikan menengah ke lebih dari
100.000 anak perempuan.
108
Gambar 3.4: Malala Yousafzai bersama Tim Cook, CEO Apple Inc.
bersama dua perwakilan anak perempuan pengungsi Suriah di Lebanon.
Sumber: https://www.apple.com/newsroom/2018/01/apple-teams-with-malala-fund-to-
support-girls-education/
Apple Inc. akan membantu Malala Fund dengan akses teknologi, kurikulum
dan penelitian dalam perubahan kebijakan yang dibutuhkan untuk membantu anak
perempuan dimana saja ia bersekolah dan menyelesaikan pendidikan mereka. Tim
Cook, CEO Apple, juga akan bergabung dengan dewan pimpinan Malala Fund.
Malala Yousafzai mengatakan melalui inovasi dan filantropi mereka, Apple telah
membantu mendidik dan memberdayakan orang di seluruh dunia. Apple tahu nilai
investasi pada anak perempuan dan bergabung dengan Malala Fund dalam
perjuangan untuk memastikan semua gadis dapat belajar dan memimpin tanpa rasa
takut.
Tim Cook mengatakan bahwa mereka, Apple Inc. percaya bahwa
pendidikan adalah kekuatan penyetaraan yang hebat dan mereka berbagi komitmen
dengan Malala Fund untuk memberikan setiap gadis kesempatan untuk pergi ke
109
sekolah. Ia menganggap Malala adalah gadis yang berani untuk memperjuangkan
kesetaraan dan merupakan salah satu tokoh paling inspiratif di zaman kita dan
mereka merasa terhormat untuk membantunya memperluas pekerjaa penting yang
Malala lakukan untuk memberdayakan perempuan di seluruh dunia.125
Tim Cook bertemu Malala Yousafzai ketika Malala sedag belajar di Oxford
University, tepatnya ketika Malala sedang membaca tentang Filsafat, Politik dan
Ekonomi di Lady Margaret Hall Oxford University pada bulan Oktober 2017.
Kemudian mereka berdua memulai kerjasama secara official 4 bulan setelah itu.
Pada 21 Januari 2018 Malala mengajak Tim Cook mengunjungi anak-anak
perempuan pengungsi Suriah di Beirut Lebanon dan berbincang-bincang dengan
mereka tentang pendidikan anak-anak perempuan. Meskipun Tim Cook adalah
seorang CEO dari Apple Inc., ia tidak seperti seorang CEO kebanyakan. Ia hanya
berpakaian rapi dengan kemeja biru pucat, demi menghindari klise kepemimpinan
dan ia juga seseorang dengan pendekatan yang lembut. Sementara itu Malala,
memiliki energi yang tetap yang dirancang oleh kecerdasan tajam dan memiliki
tujuan. Keduanya benar-benar tenang bersama seperti bertemu dengan teman lama.
Apple Inc. yang merupaka raksasa teknologi dunia menawarkan dukungan
pendanaan dan sumber daya untuk kampanye hak-hak perempuan kepada Malala
Fund dalam rangka mewujudkan tujuan dana yang didapatkan untuk 100.000 anak
perempuan di berbagai tempat khususnya Afghaistan, Pakistan, Lebanon, Turki dan
125 Apple Inc., Newsroom, Apple teams with Malala Fund to support girls education, 2018,
diakses dalam https://www.apple.com/newsroom/2018/01/apple-teams-with-malala-fund-to-
support-girls-education/ (03/06/2018, 16:56 WIB)
110
Nigeria. Angka 100.000 adalah tujuan awal mereka, tetapi mereka tidak akan
berhenti disitu.126
3.2.3.2 Kerjasama dengan Celebrity Cruises.
Celebrity Cruises adalah perusahaan yang melayani perjalanan wisata
dengan menggunakan kapal pesiar. Mereka memberikan pelayanan liburan terbaik
dan juga fokus pada positive lifestyle, kepedulian sosial serta lingkungan. Celebrity
Cruises juga telah terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi dan kegiatan amal
dari beragam komunitas dan bekerja untuk membuat kehidupan masyarakat dunia
lebih baik dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.127
Sejumlah kegiatan sosial yang mereka lakukan diantaranya adalah bekerja
sama dengan Columbia University untuk pendidikan anak-anak perempuan disana
melalui program STEM. Kemudian mereka juga bekerja sama dengan Red Cross
Barbuda dan komunitas lokal lainnya untuk menyediakan bantuan untuk para
korban Badai Irma dan bekerjasama dengan Mandela Fellowship. Celebrity Cruises
juga melakukan program-program revolusioner yang ramah lingkungan salah
satunya dengan menjadi kapal pesiar pertama dari setiap jalur pelayaran utama yang
berlayar tanpa membawa botol plastik dan sedotan plastik. Mereka juga mengambil
langkah-langkah besar untuk mengurangi konsumsi energi (gas rumah kaca)
126 Independent, News, Education, Malala and Apple Launch Partnership to get at least 100.000
underprivileged girls into school, 2018, diakses dalam
https://www.independent.co.uk/news/education/malala-yousafzai-fund-tim-cook-apple-
underprivileged-girls-education-lebanon-pakistan-afghanistan-a8171031.html (03/06/2018, 17:12
WIB) 127 Celebrity Cares, Celebrity Crusises, Diakses dalam:
https://www.celebritycruises.com/int/about-us/celebrity-cares (17/09/2018, 13.20 WIB)
111
dengan menggabungkan energi Ultra Bow yang dirancang untuk memotong gas
tersebut lebih efisien dengan air serta pengurangan emisi gas danefisiensi energi
20% lebih besar dari kapal-kapal sebelumnya.128
Demi upayanya untuk membantu mengkampanyekan gerakan-gerakan
lingkungan tersebut, Celebrity Cruises berkomitmen untuk melakukan inisiatif
lingkungan seperti melindungi sumber lingkungan, tindakan preventif terhadap
polusi dan meningkatkan manajemen lingkungan. Celebrity Cruises juga bekerja
sama dengan komunitas-komunitas lingkungan seperti World Wildlife Fund untuk
dedikasinya terhadap konservasi laut serta langkah-langkah berkelanjutan lainnya
untuk laut yang lebih bersih.129
Celebrity Cruises memulai kerjasamanya dengan Malala Fund pada press
release 27 April 2017. Dengan komitmen bersama untuk keragaman, pendidikan
serta kesetaraan gender, mereka bermitra dengan Malala Fund yang misinya adalah
untuk melindungi pendidikan 12 tahun yang aman dan berkualitas untuk anak-anak
perempuan yang ada di seluruh dunia. Karena terinspirasi dari Malala dalam
semangat melanjutkan pendidikan, Celebrity Cruises menjadikan Malala Yousafzai
sebagai ‘Ibu Peri’ untuk hak pendidikan global dari kapal terbaru mereka yang
dikhususkan untuk kampanye sosial berkelanjutan, yang dinamai Celebrity Edge
yang akan memulai debutnya di akhir tahun 2018. Mereka berkomitmen untuk terus
mengungkap rincian tentang kerjasama mereka. Peran ‘Ibu Peri’ yang dibarikan
Malala Fund adalah gelar seumur hidup dan kehormatan. Selama peluncuran kapal
128 Sustainability Efforts, Celebrity Cruises, Diakses dalam:
https://www.celebritycruises.com/int/about-us/sustainability-efforts (17/09/2018, 14.00 WIB) 129 Ibid,.
112
Celebrity Edge ‘Ibu Peri’ bertanggung jawab untuk membuka upacara secara
simbolis dengan memecahkan botol diatas haluan dan memimpin upacara.130
Dalam upaya-upaya kerjasama ini penulis melihat komitmen Malala Fund
yang sejalan dengan strategi networking dari Global Civil Society dalam usahanya
bekerjasama menarik aktor-aktor yang memungkinkan untuk membantu mengatasi
masalah pendidikan anak-anak perempuan pengungsi Suriah di Lebanon. Mulai
dari negara-negara pendonor dari DAC, NGO Kayany Foundation, hingga Spanx
by Sara Blakely sebagai INGO yang terus mendukung dengan bantuan donor
hingga fasilitas sekolah yang mereka sediakan. Bantuan-bantuan ini tentu
membantu Malala Fund. Anak-anak perempuan pengungsi Suriah dapat bersekolah
lagi dengan dukungan mereka tanpa harus menghabiskan waktu dan jarak yanngn
jauh untuk pergi ke sekolah karena sudah ada sekolah di lingkungan kamp
pengungsian sehingga mereka dapat belajar dengan efektif.
130 Ibid,.