bab iii tinjauan pustaka 3.1 analisis keselamatan...
TRANSCRIPT
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Analisis Keselamatan Pekerjaan
Analisa Keselamatan Pekerjaan adalah identifikasi potensi secara
sistematis terhadap risiko di tempat pekerjaan oleh personil sebagai langkah
pertama untuk mengendalikan risiko yang mungkin terjadi. Bahaya adalah
semua yang mempunyai potensi menjadikan kerugian. Sedangkan Risiko
adalah kemungkinan seseorang yang terkena bahaya dan kemudian menjadi
dirugikan. Analisa Keselamatan Pekerjaan perlu menilai resiko yang mungkin
terjadi dalam semua aktivitas pekerjaan, dan boleh mengidentifikasi pada area
agar lebih terperinci dan spesifik.
Analisa Keselamatan Pekerjaan/Job Safety Analisis (JSA) adalah
suatu alat evaluasi dan pelatihan digunakan dalam menaksir resiko
keselamatan pribadi (pekerja), hak milik (aset), dan peralatan. Di mana jika
terdapat peralatan baru diperkenalkan, pelaksanaan JSA juga mungkin
diperlukan tergantung pada resiko pekerjaan terhadap karyawan atau aset. Jika
suatu kecelakaan serius terjadi, maka JSA harus dilakukan pada kecelakaan
yang terjadi. Sebagai tambahan, berbagai kecelakaan yang terjadi pada
pekerjaan yang sama harus diidentifikasi faktor resikonya dengan penggunaan
JSA, jika suatu prosedur pekerjaan dengan resiko yang tinggi akan dikerjakan,
maka JSA harus dilakukan sebagai bagian dari perencanaan untuk pekerjaan
itu. JSA adalah suatu metoda yang sistematis dalam mengevaluasi tugas atau
8
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
9
proses untuk meminimalkan resiko, dan digunakan sebagai suatu alat pelatihan
untuk karyawan.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu
analisis pekerjaan pada suatu perusahaan diantaranya ialah : (Freeport
Indonesia, 1995).
1. Harus dibuat secara memadai
2. Harus diketahui dan dimengeri oleh seluruh karyawan yang bersangkutan
3. Pastikan diikuti oleh seluruh karyawan yang bersangkutan
3.2 Langkah – Langkah Pembuatan Analisa Pekerjaan
Pembuatan Analisis Keselamatan Pekerjaan dibagi menjadi dalam
beberapa tahapan atau langkah.
1. Memilih Jenis Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud di dalam Analisis Keselamatan Pekerjaan
ialah rangkaian suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan kriteria pemilihan jenis pekerjaan yang dianalisa ialah (Iswahyudi,
2004).
a. Jumlah kecelakaan terbanyak.
b. Menimbulkan cidera yang banyak.
c. Jenis pekerjaan yang baru atau modifikasi mesin dan prosedur kerja.
Selain itu pemilihan jenis pekerjaan juga harus memikirkan faktor lain,
sehingga kegiatan tersebut bisa diintegrasikan (Sahab, 1997), misalnya:
a. Pembaharuan peralatan produksi.
b. Perubahan tempat kerja.
c. Pengembangan metode kerja.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
10
d. Penyempurnaan instruksi kerja.
Tenaga pelaksana harus terlebih dahulu mempelajari objek yang akan di
analisis dengan mengumpulkan informasi tentang perlengkapan mesin,
peralatan pengaman, pelindung mesin serta alat pelindung mesin serta cara
pengoperasiannya (Sahab,S.,1997). Begitu juga perlu dipelajari modus
penyimpanan dari keadaan pengoperasian normal dan sumber informasi
bisa didapatkan dari :
a. Manual mesin atau peralatan.
b. Petunjuk kerja.
c. Petunjuk keselamatan kerja.
d. Manual peralatan.
e. Informasi dari operator, pimpinan unit dan tenaga tehknik
pemeliharaanserta laporan kecelkaan dan analisis kecelakaan.
2. Menguraikan Jenis Pekerjaan
Penguraian jenis pekerjaan menjadi beberapa tahapan pekerjaan
didasarkan pada :
1. Setiap tahapan pekerjaan hendaknya jangan terlalu mendetail atau
sempit, jangan terlalu luas dan jangan terlalu umum dilakukan.
Contoh penguraian pekerjaan mengganti ban bocor yang terlalu
mendetail/sempit (Freeport Indonesia,1995).
a. Parkir mobil.
b. Keluar dari mobil.
c. Membuka kotak perkakas.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
11
Contoh penguraian pekerjaan yang terlalu luas (Freeport
Indonesia,1995).
a. Melepas roda yang bocor.
b. Memasang roda serep.
2. Dalam uraian tahapan pekerjaan ini jangan disebutkan bahaya atau
kehati-hatian yang diperlukan
3. Uraian tahapan pekerjaan harus dibuat menurut normal pelaksanaan
pekerjaan tersebut.
Contoh penguraian pekerjaan yang benar (Freeport Indonesia,1995).
a. Parkir mobil.
b. Lepas ban serep.
c. Memasang dongkrak ban serep.
d. Menaikkan dongkrak.
e. Melepas baut roda ban yang bocor.
f. Melepas roda yang bocor.
g. Pasang roda serep.
h. Pasang baut roda.
i. Turunkan dongkrak.
j. Simpan dongkrak dan ban yang bocor.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
12
3. Mengidentifikasi bahaya atau potensi kecelakaan yang mungkin
timbul dari tahapan kegiatan.
Teknik dalam melakukan identifikasi bahaya ialah (Iswahyudi, 2004).
1. Observasi langsung.
a. Observasi terhadap tindakan tidak aman ( unsafe action) yaitu
tindakan yang tidak mengindahkan persyaratan keselamatan.
b. Observasi terhadap kondisi tidak aman (unsafe condition) yaitu
keadaan yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan.
2. Diskusi.
3. Monitoring
a. Lingkungan kerja yaitu mengadakan pemantauan terhadap adanya
bahaya-bahaya ditempat kerja.
b. Biologi yaitu untuk mengetahui jumlah zat yang terabsosi oleh
tubuh.
c. Kesehatan adalah untuk mengetahui dan menentukan orang yang
sensitif.
4. Survei lingkungan kerja
3.3 Faktor-faktor yang harus diperhatikan agar diperoleh JSA yang memuaskan
1. Memusatkan pada faktor penilaian
Suatu penilaian resiko bukanlah suatu latihan teoritis. Bagaimanapun
juga, banyak hal bisa dilakukan secara tertulis berdasarkan pengetahuan
dimiliki karyawan atau wakil mereka dari tempat kerja mereka.
Berkeliling/Inspeksi pada tempat kerja sangat diperlukan untuk
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
13
mengkonfirmasikan, mengembangkan atau menambahkan secara detil
pandangan yang telah ada.
2. Mengidentifikasi aktivitas
Untuk mengidentifikasi semua potensi yang berresiko di tempat
kerja, sangat perlu untuk memperhatikan segala aktivitas yang
dilaksanakan. Jangan hanya berdasarkan memperhatikan operasi sehari-
hari. Pertimbangkan semua aktivitas yang mungkin terjadi, termasuk
dalam pemeliharaan dan kunjungan oleh pihak ketiga.
3. Mengidentifikasi resiko
Membuat daftar semua resiko yang mungkin untuk terjadi untuk
masing-masing aktivitas. Mengabaikan yang sepele dan berkonsentrasi
pada resiko penting. Perhatikanlah resiko yang mungkin secara normal
tidak berhubungan dengan aktivitas tertentu misalnya api
4. Siapakah berhadapan dengan resiko
Tentukan (misalnya. karyawan, pemborong, pengunjung, dll) yang
kemungkinan besar dalam bahaya di tempat kerja, dan catat penempatan
mereka dalam hubungan dengan peralatan PPPK dan rute evakuasi.
5. Evaluasi resiko
Mengevaluasi resiko timbul dan memutuskan apakah keselamatan
yang ada sudah sesuai atau atau harus lebih ditingkatkan lagi agar lebih
baik dalam pengendalian dan kontrol hazard.
6. Peninjauan ulang alat kendali
Lihat kembali alat pengendali yang digunakan mengukur untuk
masing-masing resiko dan menilai apakah alat pengendali tersebut sudah
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
14
cukup atau apakah alat tersebut dapat lebih ditingkatkan penggunaannya.
Atau apakah perlu digunakan alat kendali baru.
7. Mencatat semua keputusan.
Dari proses ini akan Menghasilkan suatu JSA yang berisikan hasil
penemuan secara rincian menyangkut tindakan diambil sebagai hasil dari
penyelidikan. Karyawan juga harus diberitahu tentang penemuan dengan
membagi-bagikan atau menerbitkan laporan. Menyiapkan suatu
manajemen keadaan darurat. Menginformasikan, menginstruksikan dan
melatih karyawan tentang prosedur Kesehatan dan Keselamatan kerja,
termasuk juga PPPK.
8. Meninjau ulang JSA secara teratur
Menjaga penilaian selalu terkontrol dan lakukan peninjauan kembali
manakala diperlukan. Perubahan material, tenaga kerja atau peralatan perlu
dipertimbangkan untuk melakukan suatu analisa keselamatan pekerjaan
yang baru.
3.3.1 Perumusan JSA Berdasarkan Langkah-Langkah Pekerjaan
Melengkapi JSA bukanlah suatu proses yang diperumit. Hal itu bisa
disederhanakan dengan menulis beberapa poin-poin titik sesuai dengan topik
yang diamati kedalam suatu format JSA kosong. Pengambilan yang dilakukan
pada satu langkah kerja dan pada satu waktu akan membuat keseluruhan proses
perumusan lebih mudah. Hal tersebut lebih baik dilaksanakan oleh orang yang
terbiasa melaksanakan pekerjaan tersebut karena mereka mengetahui pekerjaan
tersebut dengan baik.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
15
Untuk menentukan pekerjaan mana yang akan di JSA seluruh langkah
kerja yang ada di tempat kerja di bagi menjadi tahapan-tahapan pekerjaan
kemudian dilakukan identifikasi bahaya dari suatu langkah kerja yang
dianggap dapat menimbulkan suatu kecelakaan kerja. Penentuan prioritas JSA
dapat dilakukan dengan menggunakan teori klasifikasi berdasarkan
kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan dan konsekuensi menurut Sahab
(1997), yaitu :
Tabel II.1 Klasifikasi berdasarkan kemungkinan
Nilai Kemungkinan terjadi kecelakaan 0 Bahaya bias dihilangkan 1 Kemungkinan terjadi kecelakaan sangat kecil
(kurang dari 1 kali dalam 10 tahun) 2 Kemungkinan terjadi kecelakaan kecil
(kurang dari 1 kali dalam 10 tahun) 3 Ada kemungkinan terjadi kecelakaan
(kemungkinan 1 kali dalam 3 tahun) 4 kemungkinan terjadi kecelakaan cukup besar
(kemungkinan 1 kali dalam 1 tahun) 5 kemungkinan terjadi kecelakaan besar
(kemungkinan lebih dari 1 kali dalam 1 tahun)
Tabel II.2 Klasifikasi berdasarkan kosekuensi
Nilai Kosekuensi 1. Tidak begitu berarti ( hanya P3K) 2. Kecil (1 – 2 hari) 3. Cukup berarti (3 – 21 hari) 4. Serius (22 – 300 hari) 5. Sangat serius ( lebih dari 300 hari)
3.4 Instruksi Kerja
Instruksi kerja adalah dokumen yang berisikan instruksi kerja yang
harus dilaksanakan oleh seorang operator untuk menjalankan suatu mesin atau
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
16
peralatan produksi (Petrokima, 2004). Dalam intstruksi kerja terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya ialah :
1. Berfungsi sebagai tata cara kerja yang aman
2. Idealnya sebelum membuat instruksi kerja hrus didahului job safety
analysis.
3. Tidak terlalu lengkap tetapi dapat dipakai sebagai cara kerja yang aman.
4. Tidak terdapat penjelasan tipe – tipe bahaya.
5. Tidak dapat dipakai untuk menganalisis JSA.
Selain instruksi kerja juga dapat memberikan informasi yang lengkap
tentang bagaimana melaksanakan suatu pekerjaan dan menjamin metode kerja
yang konsisten dan aman untuk mencapai ketaatan dari yang dikehendaki (
Iswahyudi, 2004).
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang karyawan umumnya
mengikuti Instruksi Kerja (IK) yang sudah ada. Instruksi Kerja tersebut berisi
langkah per langkah yang harus dilakukannya guna melaksanakan tugasnya
dengan baik.(Gilbert, 2007)
3.5 Prosedur Kerja
Prosedur kerja adalah Suatu standar/pedoman tertulis yang
dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi dan merupakan tatacara atau tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
17
3.5.1 Tujuan Prosedur Kerja
1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas/pegawai terkait.
4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek
atau kesalahan administrasi lainnya.
5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefisiensi
3.5.2 Fungsi Prosedur Kerja
1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
3.6 Syarat – Syarat Keselamatan Kerja ( UU No. 1 Tahun 1970)
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan
kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah,mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
18
e. Memberi APD pada para pekerja.
f. Mencegah dan megendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic
maupun phychis, peracunan dan penularan.
g. Memperoleh penerangan yang cukup sesuai.
h. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
3.7 Bentuk dan Tabel Analisis Keselamatan Pekerja
Analisis keselamatan pekerjaan ( Job Safety Analysis) mempunyai
bentuk atau format yang berupa table yang dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 3.1 Lembar check list Job Safety Analysis
Job Safety Analysis Division : Machine operation : Job Description : 2.Task step : 3. potensial 4. Safety control
Date : Riview Date : Approved ; Sumber : Diberardinis, L.J. 1999
3.8 Bahaya
Bahaya adalah suatu pernyataan terhadap suatu keadaan atau perbuatan yang
memungkinkan terjadi kecelakaan.
3.8.1 Potensi Bahaya
Potensi bahaya adalah bahaya potensial pada suatu proses,
alat,mesin,bahan,atau cara kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan/bahaya
tetapi bahaya itu belum muncul.
3.9 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang timbul tiba-tiba, tidak diduga dan
tidak diharapkan. Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
19
diduga, tidak dikehendaki dan dapat menyebabkankerugian baik jiwa maupun
harta benda (Rachman, 1990). Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan akibat
kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan,
artinya bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada
waktu melaksanakan pekerjaan.
Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada
sebabnya. Untuk analisa sebab – sebab kecelakaan akibat kerja ada dua
golongan penyebab. Golongan pertama adalah factor mekanis dan lingkungan.
Golongan kedua adalah manusia itu sendiri.
Faktor mekanis, misalnya mesin dengan proses berputas tranpa
pengaman atau terbuka, alat pencegahan kecelakaan tidak berfungsi dengan
baik.
Faktor manusia, misalnya seorang pekerja tidak mematuhi peraturan
yang ada saat belerja. Misalnya membuka pagar pengaman atau pelindung
mesin, bekerja bekerja dengan pakaian longgar, lengan panjang dekat mesin
serta bekerja tanpa alat pelindung diri yang diisyaratkan, jadi penyebabnya
apabila terjadi kecelakaan adalah factor manusianya sendiri.
3.9.1 Sebab-sebab kecelakaan Kerja
ILO (1989) mengemukakan bahwa kecelakaan akibat kerja pada
dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor pekerja, pekerjaannya dan
faktor lingkungan di tempar kerja.
Dari ILCI, dengan memodifikasi teori dari Heinrich yang terkenal
dengan nama teori domino yaitu tentang terjadinya kecelakaan kerja sebagai
berikut:
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
20
1. Kurangnya terhadap pengendalian oleh manajemen (Lack of Control
Management) meliputi : Perencanaan, Pengorganisasian,
Kepemimpinan, dan Pengendalian
2. Basic Causes
Sebab dasar dapat terjadi karena faktor personal atau faktor pekerja. Faktor
personal yang dimaksud meliputi kemampuan fisik atau psikologi pekerja
tidak layak melakukan pekerjaan yang dilakukan, kemampuan mental
yang tidak layak, stress fisik dan mental juga dapat terdapat pada tenaga
kerja karena pekerjaan. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga
kerja sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pekerjaan yang sedang
dilakukan dan motovasi yang tidak layak dari tenaga kerja yang
bersangkutan.
Selain faktor personal juga terdapat faktor pekerjaan yaitu meliputi
pengawasan atau kepemimpinan, engineering, pengadaan, kurangnya
peralatan yang dimiliki, perawatan yang dilakukan tidak tepat dan standar
kerja yang salah. Dari seluruh kondisi di atas dapat menjadi sebab dasar
dari segala kesalahan suatu pekerjaan dan nantinya dapat menyebabkan
kecelakaan atau kerugian.
3. Immediate Causes
Penyebab tidak langsung terjadinya suatu kecelakaan kerja diakibatkan
oleh perbuatan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe
condition). Perbuatan tidak aman meliputi operasi suatu alat kerja tanpa
otorisasi, gagal dalam memperingatkan dan mengamankan tenaga kerja
yang melakukan pekerjaan tidak aman, kecepatan yang dilakukan tidak
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
21
layak, alat pengaman tidak berfungsi, memakai alat yang sudah rusak,
mengangkat dalam keadaan yang tidak layak. Posisi tidak aman tenaga
kerja dalam melakukan proses kerja sampai saat ini masih sering didapati
seorang operator yang sedang beroperasi dalam hal yang sangat
berbahaya, banyak tenaga kerja yang bercanda dan main-main pada saat
bekerja atau bahkan banyak pula dijumpai pekerja yang bekerja dalam
keadaan mabuk.
Sedangkan untuk kondisi tidak aman bisa dikarena pelindung atau
pembatas yang sudah tidak layak, APD yang tidak layak, peralatan rusak,
ruang kerja yang sempit sehingga dapat menghambat proses produksi,
sistem peringatan yang dimiliki perusahaan kurang memadai, bahaya
kebakaran yang sangat tinggi di suatu proses produksi, kebersihan dan
kerapian kurang. Selain itu juga karena kebisingan yang tinggi dapat
mengakibatkan kondisi yang tidak aman serta terpapar radiasi, temperatur
yang terlampau dingin atau panas, penerangan dan ventilasi yang tidak
layak, serta lingkungan yang tidak aman sangat mendukung kondisi tidak
aman bagi tenaga kerja.
4. Insiden
Kejadian kontak dengan energi atau bahan dan zat. Kontak yang dimaksud
misalnya menabrak dengan benda diam atau bergerak, terpukul atau
tertabrak oleh benda bergerak, jatuh dari tempat yang lebih tinggi, jatuh di
tempat yang datar, tertusuk atau terjepit dengan benda runcing, terpotong
atau bahkan remuk, kontak dengan bahan-bahan yang mengandung listrik,
kimia dan radiasi, kesalahan dan kegagalan dari mesin dan peralatan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
22
5. Loss
Kecelakaan atau kerusakan yang sangat tidak diharapkan oleh tenaga kerja
(manusia), peralatan, material ataupun lingkungan.
Pengendalian kerugian yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen yaitu
lack of control, basic causes, dan immediate causes dapat dikendalikan
dengan cara pengembangan dan peninjauan sistem manajemen, pelatihan,
penetapan program dan pemeliharaan. Sedangkan pada insiden dapat
dikendalikan dengan cara subtitusi dan minimalisasi energi, barricade,
perbaikan permukaan objek penyebab terjadinya insiden. Namun jika sudah
terjadi kerugian maka yang harus dilakukan oleh pihak manajemen adalah
menerapkan rencana penanggulangan darurat. (Bird G.,1985)
3.9.2 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :
(Suma’mur, 1989).
a. Peraturan perundangan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkn
mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya.
b. Standarisasi, yaitu penetapan standar, standar resmi, setengah resmi atau
tidak resmi.
c. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang-
undangan yang diwajibkan.
d. Penelitian bersifat teknis yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan berbahaya,
pengujian APD, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
23
e. Riset medis, yang meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis dan
patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis dan keadaan – keadaan
fisik yang mengakibatkan terjadinya bahaya.
f. Penelitian seacara stastistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa
sebabnya.
g. Latihan-latihan, yaitu pelatihan praktik bagi tenaga kerja khususnya tenaga
kerja yang baru.
h. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
yang lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
i. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan.
j. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran
utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.
3.10 Keselamatan Kerja
Keselamtan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat-alat kerja, bhan dan proses pengolahannya. Landasan tempat
kerja dan lingkungan, serta cara melakukan pekerjaan. (Suma’mur,. 1989)
Keselamatan kerja juga merupakan sarana utama untuk pencegahan
kecelakaan, cacat serta kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
24
3.10.1 Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut : (Suma’mur,. 1989)
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produk serta
produktivitas.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain di tempat kerja.
c. Sumber produksi dapat digunakan secara efesian dan aman.
3.11 Manfaat Penerapan JSA
Adapun manfaat yang diambil dari penerapan Job Safety Analysis di
perusahaan, yaitu :
a. Standar kerja
Penetapan standar kerja yang aman akan menyakinkan setiap tenaga
kerja dalam melaksanakan pekerjaannya secara konsisten dan aman.
b. Melakukan perencanaan pengamatan K3
JSA dapat digunakan sebagai daftar periksa pada saat mengevaluasi
kinerja K3 di tempat kerja.
c. Menurunkan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Setipa bahaya yang muncul dapat diidentifikasi dan perusahaan
menetapkan pengendalian risiko, sehingga apabila penerapannya
terkendali maka hal tersebut dapat menurunkan kecelakaan.
d. Dapat membantu penyelidikan kecelakaan
Apabila suatu kejadian terjadi pada suatu pekrjaan yang telah dianalisis
maka dengan menggunakan hasil analisis tersebut, perusahaan dapat
mengetahui penyebab timbulnya kecelakaan serta menetapkan perbaikan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
25
yang diperlukan. Apabila terdapat bahaya yang belum teridentifikasi
dengan JSA bahaya tersebut dapat diketahui.
3.12 Efektifitas
Efektifitas adalah pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-
tujuan yang ditentukan. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana
makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.
Sedangkan efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah
seberapa besar tingkatan kelekatan output yang dicapai dengan output yang
diharapkan dari sejumlah input
Sebagia contoh, jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan
cara-cara yang sudah ditentukan, maka efektifitas terhadap cara tersebut
telah dilakukan dengan baik.
(Permenaker 05/Men/ 1996) sistem manajemen secara keseluruhan
yang meliputi stuktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan
prosedur kerja, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, efektif dan
produktif yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
26
3.13 Definisi Las
Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat
dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa
logam dengan menggunakan energi panas.(Harsono Wirycsumarto, Toshie
Okumura, 1979)
Pengertian lainnya bahwa pengelasan adalah proses penyambungan
antara bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Sumber
energi panas yang digunakan bermacam-macam misalnya : busur nyala
listrik, nyala dari campuran gas yang dibakar (las oxy-acctylene).(Disnaker
Jatim)
Las gas, yang dilapangan lebih dikenal dengan istilah las karbit,
sebenarnya adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2
jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam
proses las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen
(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang
paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas
Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan
yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api
lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara
ataupun Oksigen.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
27
Tabel I : Tabel Daftar Gas Bahan Bakar
Gas Bahan Bakar Sifat Gas Oksigen Asetilen Propane Methan Hidrogen
Rumus Kimia O2 C2H2 C3H3 CH4 H2 Massa jenis (kg/m3) 1 1,17 1,88 0,67 0,09 Titik didih (oC) -183 -84 -42 -162 -253 Temp. Kritis (oC) - 35 97 -82 -240 Temp. Nyala (oC) - 2325 1925 1875 2045 Temp. Nyala api (oC) - 3150 2850 2750 2850
Sumber: indonesia-mekanikal.blogspot.com/2008/06/teknik-pengelasan welding-bag-2.html
Dari table diatas, gas-gas lain yang juga berperan adalah gas propane
(LPG), methane dan hydrogen. Karena temperature nyala api yang
dihasilkan lebih rendah dari gas asitilen maka ketiga jenis gas ini jarang
dipakai sebagai gas pencampur. Seperti disebutkan, gas Asetilen merupakan
jenis gas yang paling banyak digunakan sebagai bahan pencampuran dengan
gas Oksigen. Jikagas Asetilen digunakan sebagi gas pencampur maka
seringkali proses pengelasan disebut dengan las karbit. Gas Asetilen ini
sebenarnya dihasilkan dari reaksi batu Kalsium KARBIDA (orang-orang
menyebut karbit) dengan air. Jadi jika Kalsium Karbida ini disiram atau
dicelupkan ke dalam air maka akan terbentuk gas Asetilen.Jadi penyebutan
nama las karbit hanya untuk mencirikan bahwa gas yang digunakan salah
satunya adalah gas Asetilen. Selain dikenal dengan nama las karbit, kadang-
kadang masyarakat umum menyebut kan juga dengan nama lain yaitu las
MDQ. Penyebutan nama MDQ ini sesungguhnya mengacu pada satu merk
batu karbit. Jadi nama las karbit atau las asetilen atau las MDQ sebenarnya
adalah satu nama proses las yang sama.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
28
Untuk dapat melakukan pengelasan dengan caralas gas, diperlukan
peralatan seperti tabung gas Oksigen dan tabung gas Asetilen, katup tabung,
regulator (pengatur tekanan gas), selang gas dan torch (brander). Kedua gas
Oksigen dan Asetilen keluar dari masing-masing tabung dengan tekanan
tertentu, mengalir menuju torch melalui regulator dan selang gas. Setelah
sampai di torch kedua gas tercampur dan akhirnya keluar dari ujung nosel
torch. Dengan bantuan pematik api, campuran gas yang keluar dari ujung
nosel membentuk nyala api denagn intensitas tertentu.
Bentuk tabung oksigen dan asetilen diperlihatkan pada gambar 1.
Gambar 1. Tabung asetilen dan oksigen untuk pengelasan oksiasetilen. Sumber :Disnaker Jatim
3.13.1 Peralatan dalam Proses Las Gas
Proses las gas yang dimaksud adalah las yang melibatkan campuran
gas Oksigen dan gas bahan bakar yang umumnya dipakai secara manual
yaitu dikerjakan oleh tangan juru las. Pengaturan panas dan pemberian
kawat las dilakukan oleh kombinasi kedua tangan juru las. Oleh karena itu,
kualitas sambungan nantinya akan diperngaruhi oleh ketrampilan dan
keahlian si juru las. Sebenarnya sudah ada pengembangan dari proses las
gas ini menjadi semi-otomatis atau “dimensikan”. Tentu saja hal itu
dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mendapatkan kualitas sambungan
yang lebih baik. Dengan sistem yang sudah otomatis maka pengaturan panas
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
29
dan pemberian kawat las akan lebih baik lagi. Kebanyakan otomatis system
diterapkan pada operasi-operai pemotongan pelat logam dimana pada sitem
itu kecepatan pemotongan dapat diatur.
Proses las gas dapat dilaksanakan dengan pemberian kawat las (atau
istilah logam pengisi) atau tidak sama sekali. Satu syarat dimana diperlukan
logam pengisi atau tidak adalah dilihat dari ketebalan pelat yang akan di las.
Jika pelat itu tipis maka untuk menyambungnya dapat dilakukan tanpa
memberikan logam pengisi, sedangkan untuk pelat-pelat tebal diperlukan
logam pengisi untuk menjamin sambungan yang optimal. Jika pada pelat
tipis dipaksakan harus diberi logam pengisi maka hal itu mungkin saja
dilakukan. Akan tetapi pada daerah sambungan akan nampak tonjolan
logam las yang terlihat kurang baik. Nyala api dari hasil reaksi gas Oksigen
dan gas bahan bakar tidak hanya dimanfaatkan untuk keperluan mengelas
saja. (Disnaker Jatim)
Perlengkapan yang diperlukan untuk mengelas terdiri atas :
1. Tangki Pembentuk Gas Karbit.
Tangki pembuat gas karbit biasa disebut sebagai generatorsistem tetes.
Cara penggunaan generator sistem tetes sebagai berikut :
a. Isilah ruang air sampai air mengalir dari lubang ceret atau sampai
batas yang telah ditentukan, lalu rapatkan kembali tutupnya.
b. Kunci air diisi pula sampai air mengalir dari lubang ceret kunci air
dan tutuplah kran ceret rapat-rapat.
c. Keluarkan laci karbit dari dalam retor lalu didisi dengan karbit dan
dimasukkan kembali serta tutup retor itu rapat-rapat.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
30
d. Perhatikan pada alat yang terpasang (manometer) bila jarumnya
sudah bergerak bereti gas sudah masuk dalam ruangan gas.
e. Sekarang gas telah berada dalam kunci air dan siap dipakai untuk
mengelas. (Daryanto,2001)
2. Tabung Gas Asam
Tabung gas asam berisi gas asam atau oksigen yang dipadatkan sampai
bertekanan 150 kg/1cm2. Tabung ini dibuat dari baja karbon, dengan
tutup yang dilengkapi katup balik. Apabila katup balik. Apabila katup
tersebut dibuka maka saluran gas ke regulator (alat pengatur tekanan
gas) akan terbuka. Biasanya warna cat yang digunakan sebagai tanda
botol gas ini adalah hijau, biru, atau abu-abu, sedangkan pada botol
asetilin umumnya berwarna merah. Tabung gas ini umumnya
mempunyai ukuran 1,295 mm dengan diameter 228 mm
(Daryanto,2001)
3. Botol Asetilin
Tabung asetilin mengandung gas asetilin di dalamnya dan sifatnya
sangat mudah terbakar bila tercampur dengan oksigen. Jangan berdiri
didepan manometer ketika membuka katup botol serta jangan gunakan
regulator bilamana manometer tersebut telah pecah atau rusak.
(Daryanto,2001)
4. Regulator
Regulator adalah alat untuk menurunkan dan mengatur tekanan isi
menjadi tekanan kerja yang besarnya sesuai dengan kehendak pekerja
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
31
las tersebut. Pada regulator terdapat dua macam manometer pengukur
tekanan isi dan manometer tekanan kerja (Daryanto,2001).
5. Pembakar ( Brander)
Pembakar las adalah alat untuk mencampur asetilin dan zat asam serta
mencampur pengeluaran gas campur tersebut ke mulut pembakar.
Brander atau pembakar las terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
moncong, saluran nosel, tangkai atau gagang. Di dalam tangki ada dua
saluran oksigen dan asetilin. Ada beberapa macam jenos brander yang
dipakai dalam pengelasan, diantaranya ialah pembakar potong,
pembakar tekanan rendah, dan pembakar tekanan rata (Daryanto,2001).
Pemeliharaan dan cara pengamanan brander yang perlu diketahui
sebagai berikut :
a. Janganlah memegang atau menggunakan dengan tangan atau sarung
tangan yang berminyak.
b. Mulut brabder jangan digunakan untuk memukul atau mancangkul,
sebab kerusakan pada brander dapat berakibat adanya nyala balik.
c. Jika lubang brander tersumbat tusuklah dengan alat tersendiri yang
pasti ukurannya.
d. Brander harus dirawat dengan baik dan selalu bersih agar hasil las
selalu baik.
e. Matikan nyala api pada brander bila sudah tidak dipakai lagi.
f. Antara brander dan selang las harus selalu dipasang katup anti
balik agar tudak terjadi nyala balik (Daryanto,2001).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
32
6. Selang Las
Untuk menghubungkan silinder atau botol pada kedua gas tersebut ke
brander maka dipakai suatu selang yang terbuat dari karet tiga atau
empat lapis yang diperkuat terhadap tekanan gas. Biasanya selang
diberi warna merah untuk menghubungkan pada tabung asetilin
danwarna biru atau hitam pada gas asam (oksigen) (Daryanto, 2001)
7. Korek Api Las
Untuk menyalakan brander saat mulai mengelas biasanya digunakan api
yang berasal dari korek api khusus untuk pekrjaan las. Berbahaya jika
menyalakan api dengan korek api biasa yang digunakan sehari-hari.
Korek api las dapat dinyalakan dengan mudah, cepat, dan aman
(Daryanto,2001)
3.13.2 Bahaya Pengelasan
Dalam proses pengelasan terdapat beberapa bahaya yang mungkin
terjadi. Adapun bahaya-bahaya tersebut antara lain :
a. Electrical Shock ( shock karena aliran listrik)
Proses pengelasan yang canggih umumnya memerlukan aliran listrik
dari berbagai tegangan dan amper. Tingkat atau berat ringannya shock
tergantung dari:
1. Tegangan dan amper.
2. Jalan masuknya aliran listrik ke dalam tubuh.
3. Lamanya shock berlangsung. (Siswanto,A.1991)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
33
b. Bahaya radiasi
Suhu yang dihasilkan pada las busur listrik dapat mencapai 12.000oF,
dan keadaan ini dapat menyebabkan timbulnya radiasi infra merah dan
ultraviolet. Pada paroses ini radiasi akan diserap oleh uap dan asap yang
dihasilkan pembungkus elekroda (Siswanto,A. 1991).
Efek radiasi terhadap kesehatan :
1. Ultarviolet
Peradangan pada selaput lendir atau konjungtiva dan kornea. Pada kulit
radiasi UV dapat menyebabkan luka bakar, elastosis (kulit kering dan
keriput), keratosis, perubahan warna kulit dan kanker kulit. Efek
sekunder dari radiasi UV aadalah transisi kimia ( Cemical transtition)
melalui fotoionisasi (Siswanto, A.1991).
2. Inframerah
Pengaruh radiasi inframerah adalah terutama pada mata dan kulit. Pada
mata dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh dan dapat
menyebabkan luka bakar pada bagian posterior (belakang) dari lensa
mata. Pada kulit dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah, dan
pada pemaparan berulang dan menahun dapat menyebabkan perubahan
warna kulit (Siswanto,A. 1991).
3. Bahaya kebakaran
Kebakaran dapat terjadi karena adanya bahan-bahan mudah terbakar
(bensin,solar, cat, oli, dan fas asetilin) dan sumber panas
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
34
(api, percikan bunga api, logam yang panas, kabel yang menjadi panas
karena hubungan yang kurang baik atau kabel yang tidak sesuai).
(Siwanto, A.1991).
4. Bahaya ledakan
Ledakan terutama akan terjadi pada pengelasan tangki yang
mengandung minyak, gas atau cat yang mudah terbakar.
(Siswanto,A. 1991).
c. Bahaya kimia (Chemical Hazard)
Pada las karbon (Oxy-Acitelin Welding), oksigen digunakan untuk
membakar asetillin (C2H2), den reaksi kimia yang terjadi antara oksigen
dan asetilin adalah sebagai berikut :
21/2 O2 + C2H2 H2O + 2 CO2 + Energi Panas
Panas yang dihasilkan oleh reaksi ini digunakan untuk
melebur/mencairkan atau memotong logam. Adapun bahaya yang kimia
yang dihasilkan sebagai berikut :
1. Karbon Dioksida (CO2); NAB 500 ppm
CO2 ini bisa menyebabkan afiksia pada penbapasa dan pada sistem
syaraf pusat ( central nervous system). Gejala-gejala keracunan
karbon dioksida adalah sebagai berikut : sakit kepala dan sesak nafas
pada saat melakukan aktivitas ringan,mengeluarkan banyak
keringat,gelisah, kesemutan, dan kehilangan kesadaran.
2. Karbon Monoksida (CO)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
35
Karbon monoksida merupakan produk lain yang penting yang
dihasilkan las karit ( Oxy-asetilin Welding). Gas ini dihasilkan dari
pembakaran tidak sempurana dari asetilin.
Karbon monoksida mempunyai efek didalam tubuh dapat mengikat
hemoglobin dan membentuk kompleks karbonsihemoglobin
(HbCO), dan daya ikat CO tehadap Hemoglobin kurang lebih 210-
240 kali dari afinitas oksigen terhadap hemoglobin sehingga apabila
terjadi kercunan di dalam tubuh dapat menyebabkan rasa berat di
kepala, pelebarab pembuluh darah kulit, deprasi pada jantung dan
pernafasan, denyut nadi dab frekuensi pernafasan dapat meningkat
kemungkinan penderita dapat meninggal.
3. Asetilin (C2H2) NAB = 1000 ppm
Efek dari asitilin dapat menyebabkan asfiksia pada kadar yang
tinggi, asetilin dapat menyebabkaniritasi pada sistem saraf pusat
dengan ditunjukkan tanda-tanda sebgai berikut : pusing , sakit
kepala, mual, cyanosis, kesadaran menurun dan akhirnya koma.
4. Fosfin ( NAB = 0,3 ppm)
Gas ini tidak berwarna , mudah terbakar ( dapat terbakar secara
spontan pada suhu 380 C), sangat toksin dan tidak stabil. Inhalasi dari
gas ini dapat menyebabkan : sakit kepala, pusing ,batuk, sesak, rasa
penuh di dada, sembab paru, pulmonary edema biasanya terjadi
setelah 24 jam pemamparan,hidung berdrah, kerusakan gijal.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
36
5. Arsin (NAB= 0,05 ppm ) AsH3
Zat ini berbau seperti bawang putih, lebih berat dari udara, larut
dalam air. Gas ini dapat terbentuk bila logam-logam yang
mengandung arsen kontak dengan asam sulfat atau asam klorida
encer. Toksisitas dari gas ini adalah gas ini mempunyai toksisitas
yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal
(Hemorhagic, Hepatitits dan Nephritis, Nekrosis pada Tabulus
Ginjal) depresi pada sistem saraf pusat, hemolisis sel-sel darah
merah.
3.14 Upaya Pencegahan Bahaya Pada Perlengkapan gas Bertekanan
3.14.1 Pencegahan Secara Teknis
1. Tangki Pembentuk gas Karbit
Untuk keselamatan kerja, penempatan generator pembangkit gas asetilin
harus memprhatikan petunjuk-petunjuk sebagai berikut :
a. Tempat generator asetilin agak jauh dari tempat pengelasan.
b. Hindarkan nyala api, benda-benda panas dan terik matahari yang
mengenai generator pembangkit asetilin tersebut.
c. Periksa sewaktu-waktu tinggi air dalam kunci tersebut.
d. Bila ada kebocoran gas, harap barhati-hati.
e. Buanglah sisa gas dalam regulator bila pengelasan telah selasai.
(Daryanto,2001).
2. Botol Asetilin
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan pengaman botol
asetilin sebagai berikut :
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
37
a. Hindarkan minyak, pelumas, atau gemuk dari silinder (terutama zat
asam).
b. Lindungilah silinder dari terik matahari.
c. Hindarkan silinder tidak jatuh atau kejatuhan benda lain.
d. Pemakaian gas harus selalu melalui regulator.
e. Bukalah regulator bila tidak digunakan.
f. Jangan mencabut, menukar dan merubah silinder.
g. Tempatkanlah silinder asetilin dengan posisis berdiri tegak, baik berisi
maupun kosong.
h. Posisi silinder harus berdiri/ tegak.
i. Bila botol ini tiba-tiba panas segeralah tutup katup silender.
Perintahkan semua orang keluar ruangan. Semprot atau siram silinder
dengan air sampai dingin atau kalau tidak diatasi, maka kosongkan
saja silindernya. Sebab bila dibiarkan saja botol akan meledak dan
mungkin akan berakibat kebakaran (Daryanto,2001).
3. Regulator
Dalam menjaga keamanan dan keselamatan maka perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
a. Janganlah memegang regulatordengan tangan atau sarung tangan yang
berminyak.
b. Peganglah regulator pada badanya, jangan manometernya.
c. Pasanglah regulator zat asam untuk silinder gas asam dan asetilin
untuk silinder asetilin.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
38
d. Sebelum membuka katup silinder, tutuplah dahulu katup regulator
dengan memutar buat pengatur berlawanan arah jarum jam sampai
terasa longgar.
e. Putarlah baut pengatur perlahan-lahan searah jarum jam ketika
mengatur tekanan kerja.
f. Regulator yang rusak sebaiknya diganti saja, jangan dipaksakan.
(Daryanto, 2001).
4. Selang Las
Agar selang las yang dipakai aman dan tahan lama maka perlu pula
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Selang hendaknya tidak mengganggu aktivitas kerja serta tidak
menekuk waktu dipergunakan.
b. Jangan memakai kawat atau isolasi untuk mengikatnya dan menutup
adanya kebocoran.
c. Gunakan alat penyambung khusus untuk selang yang bocor. (Daryanto,
2001).
3.14.2 Pencegahan Administratif
Beberapa pencegahan administratif diantaranya adalah : (Daryanto,2001)
1. Rotasi kerja
2. Ketatarumahtanggaan (house keeping)
3. Pemerikasaan kesehatan
4. Pemasangan rambu peringatan atau papan peringatan khusus.
5. Hiegene perongan.
6. APAR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
39
3.14.3 Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri diberikan kepada pekerja jika terpaksa harus terus
menerus terpapar dengan faktor bahaya yang ada. Alat pelindung diri
melindungi pekerja dari paparan langsung yang tidak dapat dihindari dan
setelah melalui keseluruhan pengendalian.
Contoh alat pelindung diri yang harus digunakan pekerja pengelasan adalah :
1. Alat pelindung mata
Pelaksanaan pengendalian di setiap faktor bahaay diperlukan ketelitian
dalam pemaparannya, sehingga pengendalian tersebut dapat
mengendalikan bahaya habya secara efektif dan tepat sasaran. Paparan
langsung pada proses pengelasan seperti, paparan sinar UV, sinar infra
merah, dan percikan bunga api berakibat langsung pada kesehatan
pekerja.
Secara umum alat pelindung mata menurut bentunya dibadakan menjadi 3
(Siswanto,A. 1991) :
a. Kacamata (spectectles) dengan atau tanpa pelindung mata samping
(side shield).
b. Googles (cup types atau box types)
c. Temeng muka (face screen)
Untuk perlindungan mata dari radiasi elektromagnetik yang tidak
mengion, lensa dari kacamata pengaman dilapisi dengan oksida dari
kobalt dan diberi warna hijau yang berfungsi untuk melindungi mata dari
bahaya radiasi elektomagnetik. Untuk bahaya dari radiasi yang mengion
dapat menggunakan glasses safety dimana dilapisi oleh timah hitam (Pb).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro
40
2. Pakaian Pelindung
Digunakan untuk melindungi tubuh dari percikan bunga pai dan
menghindari bagian panas pada saat mengelas.
3. Alat Pelindung Telinga
Digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan yang disebabkan
suara bising dari proses pengelasan.
Syarat APT harus memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi, syarat
tersebut antara lain :
a. Adekwat
b. Ringan
c. Fleksibel
d. Tidak mudah rusak
e. Tidak menyebabkan bahaya tambahan
f. Memenuhi ketentuan (standart)
g. Tidak membatasi gerak
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
skripsi Analisis Efektifitas Prosedur Kerja ... Agni Syah Sutoyo Putro