volume 226.pdf

2
IPB P a r i w a r a PARIWARA IPB/ Mei 2015/ Volume 226 Penanggung Jawab : Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Rio Fatahillah Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Ahsan S, Awaludin, Waluya S, Nabila Rizki A Layout : Devi Fotografer: Cecep AW, Bambang A, Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Darmaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected] Terbit Setiap Senin-Rabu-Jum’at ORASI ILMIAH GURU BESAR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Rabu, 13 Mei 2015 Prof. Dr. Ir. Satriya Ilyas, MS, Guru Besar Tetap Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Hadi Sukadi Alikodra, MS Guru Besar Tetap Fakultas Kehutanan Prof. Dr. Ir. Fransisca Rungkat Zakaria, M.Sc Guru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian RRI Pro 2 Goes to Campus Selasa, 12 Mei 2015 “Kontribusi dan Langkah Solutif Mahasiswa Bogor dalam Mengatasi Kemacetan di Bogor” Produk Hukum Internal IPB kini bisa diakses melalui website http://law.ipb.ac.id/ International Trade Analysis and Policy Studies (ITAPS) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB) menggelar Focus Group Discussion (FGD) terkait Undang‐ undang Hortikultura Nomor 13 tahun 2010, Senin (4/5) di Kampus IPB Gunung Gede Bogor. Peneliti ITAPS, Prof. Dr. Rina Oktaviani mengatakan, dalam UU ini, tepatnya pasal 100 ayat 3 menyebutkan bahwa investasi asing di sektor usaha hortikultura dibatasi paling banyak 30 persen. Bunyi pasal tersebut mengundang berbagai persepsi dari beragam kalangan mulai dari pengusaha dalam negeri, asing, pemerintah, petani dan masyarakat. Menurutnya, investor atau pengusaha memiliki pandangan yang berbeda antara Penanam Modal Asing (PMA) dengan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN). PMA berpersepsi UU ini menghambat investasi asing di Indonesia. Sedangkan PMDN mempersepsikan keterbukaan peluang industri dalam negeri di sektor hortikultura. “Pemerintah berargumentasi bahwa UU ini akan mendorong kemandirian industri benih. Sementara petani memiliki kekhawatiran dengan pembatasan investasi asing, berdampak pada hengkangnya perusahaan asing sehingga output benih akan mengalami kontraksi dan berdampak pada menurunnya ketersediaan benih. Masyarakat memiliki kekhawatiran bahwa dampak lanjutan dari kontraksi output adalah kenaikan harga benih. Kenaikan harga benih akan berdampak terhadap harga produk hortikultura. Tidak hanya kenaikan harga, kekhawatiran yang muncul adalah kelangkaan produk hortikultura,” papar Prof. Rina. Untuk itu, tambahnya, diperlukan Peraturan Pemerintah (PP) teknis tentang regulasi dengan time frame yang jelas, misalnya terjadi transfer teknologi, pola 30 persen dilakukan secara gradual dan pengaturan teknis tentang penentuan area ragam benih yang menjadi basis dari PMA dan PMDN. Terkait hal tersebut, Prof. Dr. Muhamad Syukur, pakar pemuliaan tanaman dari IPB sangat optimis dengan berlakunya UU No. 13 ini. Pasalnya, Indonesia sudah mampu membuat bibit unggul secara mandiri. Hal tersebut berdasarkan pengalamannya dalam hal pemuliaan tanaman. Hal senada ditandaskan oleh Erizal Jamal dari Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian RI. Menurutnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan berlakunya UU No 13 tahun 2010 ini. Ia mencontohkan bibit bawang 95 persen dikuasai oleh Balitbangtan. Demikian juga dengan bibit hortikultura lainnya seperti kentang dan cabe. Sebelumnya, Dekan FEM IPB Dr. Yusman Syaukat menyatakan, “Petani Indonesia sering kali menggunakan benih yang tidak berkualitas. Demikian pula untuk tanaman hortikultura. Keluarnya Undang‐ undang No 13 ini untuk melindungi petani di dalam negeri. Namun tidak dipungkiri saat ini benih masih banyak dikuasai oleh asing. Untuk itu dengan melihat kondisi tersebut ITAPS melakukan studi dengan menggunakan analisis Regulatory Impact Assasment (RIA)”. Turut menjadi narasumber dalam FGD yang dimoderatori oleh Prof. Dr. M. Firdaus ini diantaranya Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumberdaya Alam Lainnya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Hanung Harimba Rachman, mantan Menteri Pertanian RI Prof. Dr. Bungaran Saragih, serta Direktur Manajemen dan Bisnis (MB) IPB Dr. Arief Daryanto. (dh) FGD ITAPS IPB: Indonesia Siap untuk Mandiri Benih Hortikultura Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia Laksamana Madya TNI Didit Herdiawan menjalani Sidang Terbuka untuk Promosi Doktor (S3) Program Studi Manajemen dan Bisnis Sekolah Pascasarjana (SPs) Institut Pertanian Bogor (IPB), Rabu (6/5), di Auditorium Andi Hakim Nasoetion Kampus IPB Dramaga Bogor. Dalam sidang terbuka ini, ia mempresentasikan disertasinya yang berjudul “Industri Maritim dan Peranannya terhadap Distribusi Pangan di Wilayah Terpencil dalam Rangka Memperkokoh Ketahanan Pangan Nasional”. Variabel industri maritim dan distribusi menjadi fokus bahasan yang dilihat pengaruhnya terhadap sistem ketahanan pangan nasional. Didit menyampaikan bahwa ia menggunakan tiga indikator pengukuran dalam penelitian yang dilakukannya yakni availibility, affordability, dan quality and safety. Didit menyelesaikan disertasinya di bawah bimbingan Dr. Arief Daryanto, Prof. Dr. Hermanto Siregar, dan Dr. Harianto. Hadir juga dosen penguji luar komisi, Prof. Dr. Budi Susilo Soepandji. Sidang terbuka ini antara lain dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerjasama IPB Prof. Dr. Anas Miftah Fauzi dan sejumlah pejabat IPB(NRA) Wakil Gubernur Lemhannas RI Jalani Ujian Doktor di IPB

Upload: nguyenkiet

Post on 18-Jan-2017

260 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Volume 226.pdf

IPBP a

r i

w a

r a

PARIWARA IPB/ Mei 2015/ Volume 226

Penanggung Jawab : Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Rio Fatahillah

Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Ahsan S, Awaludin, Waluya S, Nabila Rizki A Layout : Devi Fotografer: Cecep

AW, Bambang A, Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion,

Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Darmaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected]

Terbit Setiap Senin-Rabu-Jum’at

ORASI ILMIAH GURU BESAR INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Rabu, 13 Mei 2015

Prof. Dr. Ir. Satriya Ilyas, MS, Guru Besar Tetap Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Hadi Sukadi Alikodra, MSGuru Besar Tetap Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Fransisca Rungkat Zakaria, M.ScGuru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian

RRI Pro 2 Goes to Campus

Selasa, 12 Mei 2015

“Kontribusi dan Langkah Solutif Mahasiswa Bogor

dalam Mengatasi Kemacetan di Bogor”

Produk Hukum Internal IPB

kini bisa diakses melalui website

http://law.ipb.ac.id/

International Trade Analysis and Policy Studies (ITAPS) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB) menggelar Focus Group Discussion (FGD) terkait Undang‐undang Hortikultura Nomor 13 tahun 2010, Senin (4/5) di Kampus IPB Gunung Gede Bogor. Peneliti ITAPS, Prof. Dr. Rina Oktaviani mengatakan, dalam UU ini, tepatnya pasal 100 ayat 3 menyebutkan bahwa investasi asing di sektor usaha hortikultura dibatasi paling banyak 30 persen. Bunyi pasal tersebut mengundang berbagai persepsi dari beragam kalangan mulai dari pengusaha dalam negeri, asing, pemerintah, petani dan masyarakat.

Menurutnya, investor atau pengusaha memiliki pandangan yang berbeda antara Penanam Modal Asing (PMA) dengan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN). PMA berpersepsi UU ini menghambat investasi asing di Indonesia. Sedangkan PMDN mempersepsikan keterbukaan peluang industri dalam negeri di sektor hortikultura.

“Pemerintah berargumentasi bahwa UU ini akan mendorong kemandirian industri benih. Sementara petani memiliki kekhawatiran dengan pembatasan investasi asing, berdampak pada hengkangnya perusahaan asing sehingga output benih akan mengalami kontraksi dan berdampak pada menurunnya ketersed iaan benih . Masyarakat memiliki kekhawatiran bahwa dampak lanjutan dari kontraksi output adalah kenaikan harga benih. Kenaikan harga benih akan

berdampak terhadap harga produk hortikultura. Tidak hanya kenaikan harga, kekhawatiran yang muncul adalah kelangkaan produk hortikultura,” papar Prof. Rina.

Untuk itu, tambahnya, diperlukan Peraturan Pemerintah (PP) teknis tentang regulasi dengan time frame yang jelas, misalnya terjadi transfer teknologi, pola 30 persen dilakukan secara gradual dan pengaturan teknis tentang penentuan area ragam benih yang menjadi basis dari PMA dan PMDN. Terkait hal tersebut, Prof. Dr. Muhamad Syukur, pakar pemuliaan tanaman dari IPB sangat optimis dengan berlakunya UU No. 13 ini. Pasalnya, Indonesia sudah mampu membuat bibit unggul secara mandiri. Hal tersebut berdasarkan pengalamannya dalam hal pemuliaan tanaman. Hal senada ditandaskan oleh Erizal Jamal dari Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian RI. Menurutnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan berlakunya UU No 13 tahun 2010 ini. Ia mencontohkan bibit bawang 95 persen dikuasai oleh Balitbangtan. Demikian juga dengan bibit hortikultura lainnya seperti kentang dan cabe.

Sebelumnya, Dekan FEM IPB Dr. Yusman Syaukat m e nyata ka n , “ Peta n i I n d o n e s i a s e r i n g ka l i menggunakan benih yang tidak berkualitas. Demikian pula untuk tanaman hortikultura. Keluarnya Undang‐undang No 13 ini untuk melindungi petani di dalam negeri. Namun tidak dipungkiri saat ini benih masih banyak dikuasai oleh asing. Untuk itu dengan melihat kondisi tersebut ITAPS melakukan studi dengan menggunakan analisis Regulatory Impact Assasment (RIA)”.

Turut menjadi narasumber dalam F G D yang dimoderatori oleh Prof. Dr. M. Firdaus ini diantaranya Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumberdaya Alam Lainnya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Hanung Harimba Rachman, mantan Menteri Pertanian RI Prof. Dr. Bungaran Saragih, serta Direktur Manajemen dan Bisnis (MB) IPB Dr. Arief Daryanto. (dh)

FGD ITAPS IPB: Indonesia Siap untuk Mandiri Benih Hortikultura

Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional

(Lemhannas) Republik Indonesia Laksamana

Madya TNI Didit Herdiawan menjalani Sidang

Terbuka untuk Promosi Doktor (S3) Program Studi

Manajemen dan Bisnis Sekolah Pascasarjana (SPs)

Institut Pertanian Bogor (IPB), Rabu (6/5), di

Auditorium Andi Hakim Nasoetion Kampus IPB

Dramaga Bogor. Dalam sidang terbuka ini, ia

mempresentasikan disertasinya yang berjudul

“Industri Maritim dan Peranannya terhadap

Distribusi Pangan di Wilayah Terpencil dalam

Rangka Memperkokoh Ketahanan Pangan

Nasional”.

Variabel industri maritim dan distribusi menjadi

fokus bahasan yang dilihat pengaruhnya terhadap

s istem ketahanan pangan nasional . Didit

menyampaikan bahwa ia menggunakan tiga

indikator pengukuran dalam penelitian yang

dilakukannya yakni availibility, affordability, dan

quality and safety.

Didit menyelesaikan disertasinya di bawah

bimbingan Dr. Arief Daryanto, Prof. Dr. Hermanto

Siregar, dan Dr. Harianto. Hadir juga dosen penguji

luar komisi, Prof. Dr. Budi Susilo Soepandji. Sidang

terbuka ini antara lain dihadiri oleh Wakil Rektor

Bidang Riset dan Kerjasama IPB Prof. Dr. Anas

Miftah Fauzi dan sejumlah pejabat IPB(NRA)

Wakil Gubernur Lemhannas RI Jalani Ujian Doktor di IPB

Page 2: Volume 226.pdf

Seminar Kesehatan Tutup Rangkaian Peringatan Hari Kartini 2015 di IPB

Agrianita Institut Pertanian Bogor ( I P B) menyelenggarakan seminar kesehatan yang d i l a k s a n a k a n d i A u d i t o r i u m S u m a r d i Sastrakusumah, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Kampus IPB Dramaga Bogor, Selasa (5/5). Seminar ini merupakan penutupan dari serangkaian kegiatan Agrianita IPB dalam rangka memperingati Hari Kartini 2015.

Seminar dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor bidang Sumberdaya dan Kajian Strategis IPB Prof. Dr. Hermanto Siregar. Dalam sambutannya Prof. Hermanto menyampaikan pentingnya kegiatan yang menunjang kesehatan seperti ini. “Terkait kualitas sumberdaya manusia, United Nations Development Programme (UNDP) menggagas konsep Human Development Index (HDI), yang meliputi kesehatan, pendidikan dan pendapatan. Ketiganya harus menjadi concern kita, terlebih IPB sebagai institusi pendidikan. Topik kegiatan yang digagas Agrianita sangat relevan dengan konsep UNDP ini, oleh karena itu kegiatan semacam ini sangat penting dan dibutuhkan,” papar Prof. Hermanto.

Ketua Agrianita IPB, Enny H. Suhardiyanto, SE mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kartini setiap tahunnya. “Pada peringatan Hari Kartini tiap tahunnya, Agrianita selalu menyelenggarakan kegiatan yang menunjang kesehatan . Tahun in i merupakan tahun ke‐13 dilaksanakan kegiatan seperti ini. Harapannya, seluruh staf wanita dan istri staf IPB dapat memanfaatkan kegiatan ini untuk meningkatkan kesehatan,” harapnya.

Hadir sebagai pembicara dalam seminar ini adalah Dr. dr. Sri Budiarti, Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB yang juga dokter Poliklinik IPB ini yang menyampaikan materi seminar dengan tema “Awas Salah Makan, Bisa Sakit”. Pembicara lainnya adalah nutripreneur yang juga alumni Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) Fakultas Pertanian IPB, Wied Harry yang memberikan materi dengan tema “Makan Enak, Tetap Sehat, Bugar dan Menawan”. Dalam kegiatan seminar kesehatan ini juga diisi dengan demo masak dan diberikan tips senam praktis. (AS)

Mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB), Aflaha Abdul Munib (ITK 49) dan Siti Khairina (ITK 48) yang merupakan wakil Fisheries Diving Club (FDC)‐IPB turut serta dalam kegiatan Jambore VI Forum Penyelam Mahasiswa Indonesia (FopMI) pada Tanggal 23‐27 April 2015 di Lampung. Klub selam Anemon (Universitas Lampung), berkolaborasi dengan Polinela Diving Club (Politeknik Negeri Lampung), serta FoPMI menyelenggarakan Jambore FoPMI ke‐6 di Provinsi Lampung. Jambore kali ini disertakan dengan kongres kedua

setelah dua tahun sebelumnya kongres pertama yang diadakan di Kepulauan Seribu, Jakarta.

Jambore kali ini dimaksudkan sebagai ajang berkumpul, sharing sesama penyelam Indonesia, diskusi mengenai program kerja dan struktur organisasi yang akan mereka jalankan serta fun diving bersama. Fun diving yang dilakukan di Pulau Sabesi dan lagoon cabe di Pulau Rakata. Selain itu para peserta Jambore VI diberi kesempatan untuk merasakan sensasi menyelam dan mendaki di area gunung Anak Krakatau. “Mengikuti Jambore VI kali ini ingin mencari pengalaman baru dan teman baru. Selain itu pengalaman tersendiri bisa menginjakkan kaki di Cagar Alam Kepulauan Krakatau,” ujar Siti Khairina.***

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar kuliah perdana pembekalan Kuliah Kerja Nyata Berbasis Profesi (KKN‐P), Sabtu (2/5) di Grha Widya Wisuda (GWW) Kampus IPB Dramaga Bogor. KKN‐P merupakan bentuk pendidikan yang dilakukan dengan memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah masyarakat di luar kampus, yang secara langsung bersama masyarakat mengidentifikasi dan menangani masalah pertanian dan lingkungan serta permasalahan lain yang dihadapi di wilayah pedesaan. Dalam laporannya, Ketua Panitia

KKN‐P IPB 2015, Dr. Yayat Hidayat menjelaskan, “Kuliah Kerja Nyata (KKN) IPB telah dilaksanakan sejak tahun 1970‐an. Hingga tahun 2002, KKN wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa program sarjana IPB. Tahun 2002‐2010, KKN dilakukan oleh Fakultas Pertanian (Faperta) yang bertransformasi menjadi Kuliah Kerja Profesi ( KKP) IPB. Pada tahun 2010, KKP menjadi terintegrasi antara Faperta, Fakultas Ekologi Manusia (Fema), dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Tahun 2014 KKP kemudian terintegrasi lagi menjadi Faperta, Fema, FEM dan Fakultas Peternakan (Fapet). Tahun 2015 KKP IPB berubah menjadi Kuliah Kerja Nyata Berbasis Profesi (KKN‐P). KKN‐P IPB ke depan merupakan KKN tematik didesain secara terintegrasi antar fakultas dan dilaksanakan di lapang secara team work (interprofesional) antar profesi di lingkungan IPB”.

KKN‐P IPB 2015 diikuti oleh 1.600 mahasiswa, masing‐masing 444 mahasiswa Faperta, 400 mahasiswa Fema, 529 mahasiswa FEM, 219 mahasiswa Fapet, 5 mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), serta 3 mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof. Dr. Yonny Kusmaryono membuka secara resmi Kuliah Pembekalan KKN‐P ini. Ia menyampaikan harapan, KKN‐P 2015 ini menjadi awal dari KKN‐P yang akan diberlakukan untuk seluruh fakultas di IPB pada tahun berikutnya. Sementara itu, kuliah pembekalan umum disampaikan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) IPB Prof. Dr. M.A. Chozin yang mengusung tema “Urgensi Kuliah Kerja Nyata Berbasis Profesi (KKN‐P) dalam Mendukung Akselerasi Pembangunan Pedesaan”. Sesi berikutnya menghadirkan Dr Ninuk Purnaningsih dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) Fema IPB, dengan materi yang disampaikan “Penyusunan Program Kuliah Kerja Nyata Berbasis Profesi (KKN‐P)”. Hadir pula Dr. Sugeng Santoso, Kepala Sub Direktorat Minat dan Bakat Direktorat Kemahasiswaan IPB yang menyampaikan materi “Etika Mahasiswa di Masyarakat Lokasi Kuliah kerja Nyata Berbasis Profesi (KKN‐P)”.

Lokasi KKN‐P IPB 2015 berada di 22 Kabupaten, 56 Kecamatan, dan 261 Desa. Untuk Provinsi Jawa Barat: Bekasi, Karawang, Purwakarta, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Subang, Indramayu, Cirebon, Kuningan, Sumedang, Majalengka, dan Garut. Kemudian Provinsi Jawa Tengah: Cilacap, Tegal, Brebes, Sukoharjo dan Jepara. Provinsi Banten: Pandeglang dan Lebak. Provinsi Kepulauan Riau: Natuna dan Meranti. (Awl).

1.600 Mahasiswa IPB Ikuti KKN‐P di 261 Desa

Penyelam IPB Ikut Sukseskan Jambore FopMI