bab iii skill ikmt ppm

35
BAB III ANALISIS INTERVENSI KEGIATAN A. Analisis Mendalam Terhadap Intervensi ASI merupakan makanan paling utama dan paling sesuai untuk bayi, dimulai sejak lahir sampai usia bayi enam bulan, seperti yang direkomendasikan oleh The American Academy of Pediatrics. Akan tetapi besaran ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif sampai dengan enam bulan lamanya, masih sangat kecil sekali persentasenya, yakni 15%. Di Indonesia, pemberian ASI eksklusif sebesar 52% dan rata-rata lamanya pemberian ASI eksklusif 1,7 bulan. Persentase tersebut dapat menggambarkan pemberian minuman selain ASI dan MP-ASI pada usia lebih dini (1). Berdasarkan data SDKI 2012, hanya 27,1 % saja bayi yang memperoleh ASI eksklusif selama 6 bulan. Sedangkan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-1 bulan sebesar 50,8 %. Antara usia 2-3 bulan sebesar 48,9 % dan pada usia 7-9 bulan sebesar 4,5 %. Berbanding terbalik dengan pemberian MP-ASI atau minuman selain ASI yang cenderung meningkat seiring bertambahnya usia bayi, maka pemberian ASI akan menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, seperti yang terlihat dari proporsi pemberian ASI pada bayi kelompok usia 0 bulan sebesar 73,1%,

Upload: andini-octaviana-putri

Post on 23-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

analisis mendalam

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III Skill Ikmt Ppm

BAB III

ANALISIS INTERVENSI KEGIATAN

A. Analisis Mendalam Terhadap Intervensi

ASI merupakan makanan paling utama dan paling

sesuai untuk bayi, dimulai sejak lahir sampai usia bayi enam

bulan, seperti yang direkomendasikan oleh The American

Academy of Pediatrics. Akan tetapi besaran ibu yang

menyusui bayinya secara eksklusif sampai dengan enam

bulan lamanya, masih sangat kecil sekali persentasenya,

yakni 15%. Di Indonesia, pemberian ASI eksklusif sebesar

52% dan rata-rata lamanya pemberian ASI eksklusif 1,7

bulan. Persentase tersebut dapat menggambarkan

pemberian minuman selain ASI dan MP-ASI pada usia lebih

dini (1).

Berdasarkan data SDKI 2012, hanya 27,1 % saja bayi

yang memperoleh ASI eksklusif selama 6 bulan. Sedangkan

pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-1 bulan sebesar

50,8 %. Antara usia 2-3 bulan sebesar 48,9 % dan pada usia

7-9 bulan sebesar 4,5 %. Berbanding terbalik dengan

pemberian MP-ASI atau minuman selain ASI yang cenderung

meningkat seiring bertambahnya usia bayi, maka pemberian

ASI akan menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi,

seperti yang terlihat dari proporsi pemberian ASI pada bayi

kelompok usia 0 bulan sebesar 73,1%, kemudian pada

kelompok bayi usia 1 bulan 55,5%, pada kelompok bayi usia

2 bulan sebesar 43%, pada kelompok bayi usia 3 bulan

ditemukan sebesar 36% dan kelompok bayi usia 4 bulan

hanya sebesar 16,7%. Dengan kata lain, dengan

Page 2: BAB III Skill Ikmt Ppm

bertambahnya usia bayi maka terjadi penurunan pola

pemberian ASI sebesar 1,3 kali atau sebesar 77,2% (2,3,1).

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pelaksanaan

pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sulit dilaksanakan

(Fikawati dan Syafiq, 2009). Rendahnya pemberian ASI

eksklusif di Indonesia juga masih ditemukan pada hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, yaitu persentase

bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan adalah

15,3%. Inisiasi dini menyusui kurang dari satu jam setelah

bayi lahir adalah 29,3 %. Sebagian besar proses mulai

menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi

lahir, tetapi masih ada 11,1% proses mulai disusui dilakukan

setelah 48 jam. Pemberiankolostrum dilakukan oleh 74,7%

ibu kepada bayinya (1).

Dermer (2001) mengemukakan bahwa faktor yang

mempengaruhi keputusan ibu memberikan ASI adalah

paparan informasi tentang manfaat ASI dan cara menyusui.

Kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif

dan persepsi yang kurang tepat tentang ASI eksklusif akan

mempengaruhi praktek ibu untuk memberikan ASI eksklusif

kepada bayi. Oleh karena itu ibu perlu memperoleh informasi

yang tepat tentang ASI eksklusif. Konseling menurut WHO

(1993) dan Guise JM et al (2003) merupakan pendekatan

komunikasi interpersonal yang sering digunakan dalam

peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap dan

perilaku di bidang kesehatan, salah satunya terkait dengan

masalah pemberian ASI eksklusif (3).

Dalam rangka memecahkan permaslahan ini, perlu

dilakukan pemberdayaan langsung terhadap kader posyandu,

dimana kader adalah orang yang paling sering berinteraksi

Page 3: BAB III Skill Ikmt Ppm

dengan ibu terutama pada saat posyandu. Menurut World

Health Organization (WHO), kader adalah laki-laki atau

perempuan yang dipilih masyarakat dan dilatih untuk

menangani masalah-masalah kesehatan baik perseorangan

maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan

yang amat dekat dengan tempat-tempat pelayanan

kesehatan dasar. Kader merupakan perwujudan dari usaha-

usaha secara sadar dan terencana untuk menumbuhkan

prakarsa dan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan

taraf hidup. Dalam usaha ini kader diberikan keterampilan

tertentu untuk menjadi “agent of change” yang akan

membawa norma baru yang sesuai dengan norma yang ada

di daerah setempat (4).

Pemberdayaan kader telah dilakukan oleh semua

posyandu di tiap-tiap daerah. Kader posyandu dalam hal ini

diberdayakan untuk memberitahu hari dan jadwal Posyandu

kepada para ibu pengguna Posyandu, menyiapkan peralatan

untuk menyelenggarakan Posyandu sebelum dimulai,

melakukan pendaftaran bayi dan balita, ibu hamil, ibu usia

subur yang hadir di Posyandu, melakukan penimbangan bayi

dan balita, mencatat hasil penimbangan ke dalam Kartu

Menuju Sehat (KMS), melakukan penyuluhan perorangan dan

kelompok, menyiapkan dan membagi makanan tambahan

untuk bayi dan balita (bila ada), melakukan kunjungan rumah

khususnya pada ibu hamil, ibu bayi dan balita serta pasangan

usia subur untuk menyuluh dan mengingatkan agar datang

ke Posyandu (5).

Saat ini, kegiatan pemberdayaan kader semakin

ditingkatkan kualitasnya. Kader diharapkan tidak hanya

melakukan tugas rutin di Posyandu seperti menimbang, dan

Page 4: BAB III Skill Ikmt Ppm

mencatat berat badan balita, tapi juga dapat memberikan

pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan status

kesehatan ibu dan anak, terutama terkait dengan pemberian

ASI eksklusif. Kader juga diharapkan dapatmenjelaskan dan

memberikan informasi kepada ibu tentang ASI eksklusif,

bagaimana menyelsaikan permasalahan dalam menyusui,

serta masalah-masalah kesehatan lainnya. Dengan ini, kader

dapat berperan aktif dalam menyongsong Indonesia Sehat

dan membantu pembangunan sumber daya generasi penerus

bangsa. Dalam rangka menunjang kegiatan kader dalam

memberikan informasi kepada masyarakat, maka

pengetahuan kader juga perlu ditingkatkan melalui kegiatan

pelatihan kader (5).

Kegiatan pelatihan kader terkait permasalah ASI

eksklusif berfokus pada pemberian informasi guna

meningkatkan pengetahuan kader, dimana informasi yang

diberikan mencakup semua informasi terkait ASI Eksklusif.

Menurut Sulastyawati dkk. (2012) menyatakan bahwa kader

kesehatan merupakan salah satu sumber informasi bagi

masyarakat yang memegang peranan penting dalam

kebenaran informasi yang diterima oleh masyarakat sebagai

modal dalam pembentukan perilakunya terutama di bidang

kesehatan dan sangat dipercaya oleh masyarakat.

Kepercayaan tersebut bisa jadi merupakan motivasi tersendiri

bagi para kader kesehatan untuk lebih meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilannya melalui proses belajar,

dalam hal ini melalui pelatihan. Menurut Sunaryo (2004)

dalam Sulastyawati dkk. (2012) menyatakan bahwa belajar

merupakan bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri

Page 5: BAB III Skill Ikmt Ppm

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang

baru berkat pengalaman dan pelatihan (6).

Pelatihan kader ini memiliki tujuan penting untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai

kriteria keberhasilan program kesehatan secara keseluruhan.

Setelah dilakukan pelatihan diharapkan kader dapat

memberikan informasi sederhana tentang penatalaksanaan

pemberian ASI eksklusif dan cara mengatasi hambatan dalam

pemberian ASI pada bayi dan balita. Menurut Sunaryo (2004)

dalam Sulastyawati dkk. (2012) bahwa kondisi individu atau

subyek belajar secara fisiologis maupun psikologis akan

memengaruhi proses belajar. Selain itu, alat peraga yang

digunakan dalam memberikan materi berupa modul

memungkinkan pemahaman yang beragam dari kader

kesehatan. Sehingga jika terjadi peningkatan pengetahuan

para kader maka diharapkan juga akan meningkatkan

pengetahuan masyarakat sekitar. Jika terjadi peningkatan

pengetahuan maka dapat dipastikan akan terjadi

peningkatan derajat kesehatan dari masyarakat itu sendiri.

Dengan demikian, kader tidak hanya melakukan tugas rutin

di Posyandu seperti menimbang dan mencatat berat badan

balita, tetapi juga dapat memberikan pengetahuan tentang

bagaimana pemberian ASI eksklusif yang tepat bagi anak

(6,4).

Setelah dilakukan pelatihan bagi kader, maka kader-

kader yang sudah berkompeten nantinya akan diberdayakan

dan berpartisipasi secara aktif untuk melakukan konseling

secara berkelanjutan kepada ibu melalui “POJOK ASI”. Dermer

(2001) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi

keputusan ibu memberikan ASI adalah paparan informasi

Page 6: BAB III Skill Ikmt Ppm

tentang manfaat ASI dan cara menyusui. Kurangnya

pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif dan persepsi

yang kurang tepat tentang ASI eksklusif akan mempengaruhi

praktek ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi.

Oleh karena itu ibu perlu memperoleh informasi yang tepat

tentang ASI eksklusif. Konseling menurut WHO (1993) dan

Guise JM et al (2003) merupakan pendekatan komunikasi

interpersonal yang sering digunakan dalam peningkatan

pengetahuan serta perubahan sikap dan perilaku di bidang

kesehatan. Melalui konseling yang dilakukan oleh kader

diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan

memperbaiki sikap ibu dalam memberi ASI kepada anaknya,

sehingga dapat meningkatkan jumlah cakupan pemberia ASI

eksklusif (3).

Untuk melakukan analisis mendalam terhadap

intervensi yang dilakukan dapat digunakan analisis SWOT

dimana dengan melakukan analisis SWOT dapat ditarik

kesimpulan apakah program dapat dijalankan atau tidak.

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan atau

lembaga pemerintahan dalam melakukan suatu kegiatan,

dimana setiap kegiatan harus bisa dimaksimalkan dengan

melihat kekuatan (Strength) dan peluang (Oppourtunities)

dan bisa meminimalkan kelemahan (Weakness) serta

ancaman (Threats). Analisis ini akan sangat membantu di

dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang sifatnya

strategi bagi perusahaan (7).

Kekuatan adalah kondisi suatu perusahaan yang

mampu untuk melakukan semua tugasnya secara baik

Page 7: BAB III Skill Ikmt Ppm

dikarenakan semua sarana dan prasarana sangat

mencukupi (umumnya diatas rata-rata industri) (6).

Kelemahan adalah sebagai dari analisis lingkungan

internal perusahaan yang membantu manajemen untuk

membantu adanya kelemahan-kelemahan penyimpangan

yang membuat posisi perusahaan tidak menguntungkan

sehingga mempengaruhi tingkat kemampuan bersaing

dengan para pesaing dalam industry manufaktur (7).

Peluang adalah bagian dari analisis lingkungan

eksternal perusahan yang membantu manajemen dalam

mencari dan mengetahui apa saja yang menjadi peluang

dan kesempatan bagi perusahaan dalam menjalankan

bisnisnya sehingga perusahaan tersebut dapat meraih

pangsa pasar dengan keuntungan yang lebih besar (7).

Ancaman adalah bagian dari analisis lingkungan

eksternal perusahaan yang membantu manajemen untuk

mengetahui tantangan yang akan dan telah dihadapi

perusahaan yang timbul karena karena adanya suatu

kecenderungan atau perkembangan yang tidak

menguntungkan di luar perusahaan (7).

Adapun anilisis SWOT terhadap intervensi pelatihan

kader mengeenai ASI Eksklusif adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strength):

a) Perubahan yang terjadi akan melekat dalam waktu

yang lama.

b) Intervensi dapat dilakukan dalam sekali tahapan.

c) Tersedianya SDM yang cukup untuk melakukan

intervensi.

d) Mahasiswa dapat terjun langsung sebagai fasilitator

untuk memperkenalkan ASI eksklusif kepada kader

Page 8: BAB III Skill Ikmt Ppm

untuk nantinya kader akan menyampaikan kepada

masyarakat.

Page 9: BAB III Skill Ikmt Ppm

2. Kelemahan (Weakness):

a) Perubahan perilaku melalui proses belajar, biasanya

berlangsung lebih lambat.

b) Tidak semua materi pelatihan dapat tersampaikan

kepada peserta.

c) Bebrapa Peserta akan sulit memberikan feed back.

3. Peluang (Oppurtunities) :

a) Pelatihan dapat menjadi sebuah proses untuk

pemberdayaan masyarakat.

b) Penyuluhan dapat menjadi tempat pemasaran

inovasi (teknis dan sosial) dalam hal ini pelatihan

kader

c) Tersedianya sarana dan prasarana yang cukup

lengkap untuk menunjang intervensi

4. Ancaman (Threats):

1. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat,

khususnya kader dapat menghambat keberhasilan

intervensi ini.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat, khususnya kader

dalam menanggulangi permasalahan ASI eksklusif.

Strategi-strategi SWOT yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Strategi S-O

1. Meningkatkan kerjasama dengan aparat setempat

agar proses pemberdayaan masyarakat dapat

terlaksana dengan baik.

2. Meningkatkan kerjasama dengan pihak kader dan

puskesmas banjarbaru utara untuk melaksanakan

pelatihan kader.

Page 10: BAB III Skill Ikmt Ppm

2. Strategi W-O

a) Optimalisasi penggunaan sarana dan prasarana

yang ada dalam kegiatan pelatihan kader.

b) Merencanakan secara matang kegiatan intervensi

agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

3. Strategi S-T

a) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya kegiatan pelatihan kader ini dalam

meningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif

dengan cara memperlihatkan manfaat dari kegiatan

ini.

b) Memaksimalkan proses pelatihan kader dengan

memanfaatkan semua sarana dan prasana yang

ada.

4. Strategi W-T

1. Meningkatkan peran serta kader dan aparat

ataupun organisasi masyarakat untuk mendukung

kegiatan pelatihan kader.

2. Meningkatkan kerjasama dengan puskesmas untuk

mem-follow-up kader. Setelah itu bekerjasama

dengan kader dan puskesmas untuk mem-follow-up

masyarakat saat menjalankan pojok ASI.

Berdasarkan analisis lebih mendalam terhadap

intervensi yang telah dipaparkan diatas dan dengan

menggunakan analisis SWOT, penggunaan metode ini

untuk dapat melihat kekuatan (Strength), kelemahan

(Weakness), peluang (Oppurtunities), ancaman (Threats)

dan melihat strategi-strategi SWOT didapatkan bahwa

intervensi ini dapat dilakukan.

Page 11: BAB III Skill Ikmt Ppm

B. Prosedur Intervensi Kegiatan

1. Metode Pelaksanaan Kegiatan Intervensi

Kegiatan intervensi yang dilakukan adalah pelatihan

kader dengan melakukan penyuluhan kepada kader-kader

di posyandu Seroja Kelurahan Loktabat Utara. Penyuluhan

kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang

dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan

keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu

dan mengerti, tetapi juga mau dan mampu melakukan

anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (8).

Machfoed (2005) menyatakan bahwa Penyuluhan

kesehatan merupakan aspek penting dalam

meningkatkan pengetahuan keluarga, dengan melakukan

penyuluhan kesehatan berarti petugas kesehatan

membantu keluarga dalam usaha untuk meningkatkan

derajat kesehatan (9)

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah

(10):

a) Ceramah

Metode ceramah yang dimaksud disini adalah

ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi.

Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan

dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan

yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno,

penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang

dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung

interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya

tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat

dan pengalaman peserta.

b) Diskusi dan Tanya Jawab

Page 12: BAB III Skill Ikmt Ppm

Metode ini bertujuan untuk tukar menukar

gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara

peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok

pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai

kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling

beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta

lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian

ditulis sebagai hasil diskusi. Sedangkan, melalui tanya

jawab akan memperluas dan memperdalam pelajaran

dan informasi tersebut

c) Pre-Post Test

Metode ini digunakan untuk mengetahui dan

menjadi bahan evaluasi jangka pendek, apakah ada

perubahan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

2. Sasaran Intervensi Kegiatan

Sasaran dari kegiatan intervensi ini adalah kader

Posyandu Seroja Kelurahan Loktabat Utara. Kader

dijadikan sasaran intervensi karena kader kesehatan

merupakan salah satu sumber informasi bagi masyarakat

yang memegang peranan penting dalam kebenaran

informasi yang diterima oleh masyarakat sebagai modal

dalam pembentukan perilakunya terutama di bidang

kesehatan dan sangat dipercaya oleh masyarakat. selain

itu, kader posyandu seroja kebanyakan adalah kader

senior dan jumlah kader di posyandu seroja paling banyak

dibandingkan kader-kader di posyandu lain (6).

3. Pengorganisasian Intervensi Kegiatan

a) Sumber Daya Manusia dan Potensi Wilayah

Page 13: BAB III Skill Ikmt Ppm

Jumlah penduduk di Kelurahan Loktabat Utara

pada tahun 2012 sebesar 20.653 jiwa dan terdiri dari

6.274 KK. Sedangkan populasi yang kami ambil

berdasarkan permasalahan kesehatan reproduksi ini

adalah ibu hamil, bayi lahir dan balita, yaitu berjumlah

400 orang ibu hamil, 368 bayi lahir, dan 1.442 balita.

Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kelurahan

Loktabat Utara terdiri atas 11 Posyandu balita, 3

Posyandu lansia, 1 Poskeskel, 1 Puskesmas, 16 Rumah

Praktek Dokter, 11 Rumah Praktek Bidan, 4 Balai

Pengobatan Alternatif Swasta, 8 Apotek dan 7 Toko

Obat (11).

Berdasarkan hasil survei lapangan, Kelurahan

Loktabat Utara memiliki penduduk terbanyak dengan

tingkat pendidikan tamat D-IV / S-I, sehingga tidak

begitu efektif jika dilakukan penyuluhan kepada

masyarakat mengingat luasnya wilayah dan

banyaknya jumlah penduduk. Partisipasi kader dalam

kegiatan posyandu sangat memiliki peran. Oleh sebab

itu, pemberdayaan kader merupakan kegiatan yang

efektif untuk menyelesaikan masalah kesehatan di

Keluruhan Loktabat Utara.

Berikut merupakan faktor-faktor penunjang

kegiatan intervensi antara lain adalah:

1) Kader yang memiliki peran aktif dalam kegiatan-

kegiatan posyandu.

2) Kesadaran sebagian masyarakat dan peningkatan

pengetahuan masyarakat untuk bisa berpartisipasi

terhadap kegiatan yang akan dilakukan.

Page 14: BAB III Skill Ikmt Ppm

3) Kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat dan

tokoh agama sebagai tokoh yang disegani hingga

mereka dapat menjadi pelopor dan panutan

perubahan perilaku bagi masyarakat.

4) Hubungan kemitraan yang baik dengan pejabat

pemerintahan dan tenaga kesehatan di instansi

kesehatan setempat.

5) Kondisi masyarakat yang terbuka terhadap hal

yang baru untuk membuat kehidupan mereka

menjadi lebih baik dan lebih memperhatikan

kesehatan.

b) Organisasi Pelaksana dan Susunan Acara

Kegiatan Intervensi

Organisasi pelaksana kegiatan pelatihan kader

posyandu di Kelurahan Loktabat Utara digambarkan

pada bagan di bawah ini:

Masyarakat

KetuaJunaidi

Penanggung JawabLurah Loktabat Utara

Kepala Puskesmas Banjarbaru UtaraLenie Marlinae, SKM, MKL

PembimbingMusafaah, SKM, MKM

SekretarisSepty Amorrinda

BendaharaMeidiandini Ayu Fatimah

Sekbid. Perlengkapan dan

LogistikM. Rusbiandi

Gita Ayu Fatimah

Sekbid. Humas dan Dana Usaha

Riky HamdaniDenik Eliyada

Sekbid. Pemberdayaan dan

KegiatanAndini Octaviana Putri

Lidya Ariani

Kader

Page 15: BAB III Skill Ikmt Ppm

Dalam rangka melaksanakan kegiatan intervensi,

diperlukan pembagian tugas dari setiap panitia

pelaksana, agar pada saat kegiatan acara berjalan

sesuai dengan perencanaan yang ada. Joblist panitia

pelaksana pelatihan kader adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Joblist Panitia Pelaksana Pelatihan Kader

Page 16: BAB III Skill Ikmt Ppm

Selain pembagian joblist, suatu kegiatan juga

penting untuk dibuat rangkaian acaranya agar acara

tersebut berjalan lancar dan sistematis. Susunan acara

pelatihan kader di Posyandu Seroja Kelurahan loktabat

utara adalah sebagai berikut:

N

oNama Uraian Tugas

1 Junaidi

- Melakukan koordinasi antar

anggota

- Moderator acara

2 M. Rusbiandi Penanggung jawab perlengkapan

3 Riky Hamdani

- Koordinasi lapangan

(puskesmas)

- Penanggung jawab pretest-

posttest

4Septy

Amorrinda

Menyiapkan administrasi

kelengkapan intervensi

5Andini

Octaviana P

- Penanggung jawab acara

intervensi

- Moderator acara

6 Lidya Ariani Membuat buku saku

7Meidiandini

Ayu F

- Menganggarkan biaya

intervensi

- MC Acara Intervensi

8 Denik Ellyada Koordinasi lapangan (posyandu)

9Gita Ayu

Fitriana

Penanggung jawab konsumsi

intervensi

Page 17: BAB III Skill Ikmt Ppm

Tabel 2. Susunan Acara Pelatihan Kader

N

OKEGIATAN WAKTU

PENANGGU

NG JAWAB

1 Pembukaan09.00-

09.05MC (Ayu)

2 Pretest09.05-

09.45Riky

3

Sambutan-Sambutan:

1. Ketua Pelaksana

(Junaidi)

2. Ketua Prodi (Lenie

Marlinae, SKM,

MKL)

3. Pembimbing

Akademik

( Musafaah, SKM,

MKM)

4. Kepala Puskesmas

(Bahrul Ilmi, SKM,

MM)

5. Lurah Loktabat

Utara

09.45-

10.00 MC (Ayu)

4

Materi 1: Langkah-

Langkah Menjadi

Konselor ASI yang

Baik dan Peduli

10.00-

10.30

Septy

Pemateri:

Bagian

Promkes

5 Materi 2 : ASI Eksklusif10.30-

11.00

Andin

Pemateri:

Bidan

Page 18: BAB III Skill Ikmt Ppm

N

OKEGIATAN WAKTU

PENANGGU

NG JAWAB

6 Sesi Tanya Jawab11.00-

11.15

Septy dan

Andin

7 Postest11.15-

11.55Denik

8 Penutup11.55-

12.00MC (Ayu)

c) Sumber Daya yang Terlibat

1) Koordinasi Organisasi dalam Pelaksanaan

Program Intervensi Masalah Kesehatan

Reproduksi Kelurahan Loktabat Utara

Koordinasi organisasi dalam pelaksanaan

program intervensi masalah kesehatan reproduksi

di Kelurahan Loktabat Utara dimulai pada saat

kelompok melakukan konsultasi kepada

pembimbing, mengenai program intervensi yang

telah dipilih berdasarkan prioritas masalah. Setelah

para pembimbing menyetujui program intervensi,

kelompok diarahkan oleh pembimbing dalam

melanjutkan dan melaksanakan program intervensi

tersebut.

Selanjutnya, ketua kelompok meminta

persetujuan kepada pelindung/penasihat untuk

melakukan program intervensi yang telah dipilih.

Jika perizinan telah diberikan maka ketua akan

memulai kegiatan intervensi dengan menggerakan

Page 19: BAB III Skill Ikmt Ppm

anggota dan meminta partisipasi kader posyandu

setempat dalam melaksanannya.

2) Peran Serta Kader dan Masyarakat dalam

Pelaksanaan Program Intervensi Masalah

Kesehatan Reproduksi Kelurahan Loktabat

Utara

Pelaksanaan program intervensi masalah

kesehatan reproduksi di Kelurahan Loktabat Utara

tidak terlepas dari peran kader dan masyarakat

setempat. Dalam kegiatan ini kader berperan

sebagai objek dalam pelatihan kader. Selanjutnya

kader akan menjadi subjek utama dalam

melaksanakan pojok ASI, dan masyarakat akan

menjadi suatu objek.

3) Kerjasama Lintas Sektoral dalam

Pelaksanaan Program Intervensi Masalah

Kesehatan Reproduksi Kelurahan Loktabat

Utara

Pelaksanaan program intervensi masalah

kesehatan tentunya tidak terlepas dari kerjasama

lintas sektoral. Kerjasama lintas sektoral dapat

memudahkan pelaksanaan program intervensi.

Adapun kerjasama yang akan dilakukan yaitu

kerjasama dengan Kantor Kelurahan Loktabat

Utara dan Puskesmas Banjarbaru Utara. Bentuk

kerjasama yang akan dilakukan bertujuan agar

pihak terkait dapat mendukung dalam kegiatan

Pojok ASI dan advokasi langsung. Pihak Puskesmas

dalam pelaksanaan kegiatan intervensi juga

Page 20: BAB III Skill Ikmt Ppm

dilibatkan dalam pemberian materi mengenai ASI

Eksklusif dan Cara Menjadi Fasilitator yang Baik.

4. Rancangan Pengembangan Media dalam Kegiatan

Intervensi

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi

menyampaikan pesan. Media juga merupakan alat bantu

dalam proses belajar mengajar baik dalam pendidikan

formal maupun informal. Dalam proses pembelajaran

medi a adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran),

sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan

perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai

tujuan belajar (12).

Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi,

misalnya menggunakan papan tulis dengan photo dan

sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik

secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang

harus diperhatikan, yaitu : Alat peraga harus mudah

dimengerti oleh masyarakat sasaran

a) Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus

dapat diterima oleh sasaran

b) Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan

keuntungan-keuntungan sebagai berikut (12):

1) Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman

atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah

disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa

salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk

plengsengan dapat dihindari.

Page 21: BAB III Skill Ikmt Ppm

2) Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan

dapat lebih mudah ditangkap.

3) Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat,

terutama hal-hal yang mengesankan.

4) Dapat menarik serta memusatkan perhatian.

5) Dapat memberi dorongan yang kuat untuk

melakukan apa yang dianjurkan.

Alat-alat peraga atau media promosi kesehata dapat

dibagi dalam 4 kelompok besar, yaitu (12)

a) Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik

hidup maupun mati. Merupakan alat peraga yang

paling baik karena mudah serta cepat dikenal,

mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi

alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah

dibawa ke mana-mana.

b) Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda

sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai

media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal

ini dikarena menggunakan benda asli tidak

memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu

besar, terlalu berat, dan lain-lain. Benda tiruan dapat

dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah,

kayu, semen, plastik dan lain-lain.

c) Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar

karikatur, lukisan, modul, dan lain-lain.

Dalam suatu media harus mengandung sebuah

pesan-pesan terutama kaitannya dengan pesan

kesehatan. Pesan adalah terjemahan dari tujuan

komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai

untuk khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus

Page 22: BAB III Skill Ikmt Ppm

efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-

hal sebagai berikut:

a) Kembangkan suatu ide atau pesan pokok yang

merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu

banyak ide, hal tersebut akan membingungkan

khayalayak sasaran dan mereka akan mudah

melupakan pesan tersebut.

b) Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan

yang effektif harus memberikan informasi yang

relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan

dalam media diremehkan oleh sasaran, secara

otomatis pesan tersebut gagal.

c) Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan

terjangkau. Katakanlah masyarakat percaya cuci

tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare,

dan untuk itu harus dibarengai bahwa harga sabun

terjangkau dan mudah didapat didekat tempat

tinggalnya.

d) Hasil pesan diharapkan akan memberikan

keuntungan. Khalayak sasaran termotivasi membuat

jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh

keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena

penyakit diare misalnya

e) Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu

pesan utama di media apapaun secara berulang, misal

di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap

sama.

f) Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal

dan rasa. Komunikasi yang effektif tidak hanya

sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga

Page 23: BAB III Skill Ikmt Ppm

harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan

kebutuhan nyata.

g) Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong

khlayak sasaran untuk bertindak sesuatu. “ Ayo,

buang air besar di jamban agar anak tetap sehat”

adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah

suatu tindakan.

Media yang digunakan dalam kegiatan pelatihan

kader ini adalah buku modul “ASI Eksklusif”. Sejalan

dengan era desentralisasi dan melihat banyak pihak yang

melaksanakan pelatihan bagi kader atau konselor, maka

dalam rangka memperoleh standar pelatihan yang

berkualitas disusunlah sebuah modul “ASI Eksklusif”. Dari

modul ini diharapkan agar peserta pelatihan dapat

memperoleh informasi yang bermanfaat serta dapat

dijadikan pedoman nantinya dalam meneruskan informasi

kepada masyarakat. sehingga, dapat dihasilkan konselor-

konselor ASI yang berkualitas.

Sasaran yang akan diberikan modul “ASI Eksklusif”

ini adalah kader-kader posyandu Seroja yang menjadi

objek dari pelatihan kader. Isi dari modul “ASI” Eksklusif

tersebut adalah mengenai inisiasi menyusui dini,

pemberian ASI Eksklusif, cara menyusui yang baik dan

benar, mitos-mitos mengenai ASI yang salah, ASI eksklusif

bagi ibu bekerja, dan lain sebagainya.

Modul merupakan salah satu jenis media khususnya

untuk promosi kesehatan yaitu Media grafis. Pesan yang

disampaikan dalam modul “ASI Eksklusif” ini sudah

hampir memenuhi persyaratan dari suatu pesan yang

efektif, yaitu sebagi berikut:

Page 24: BAB III Skill Ikmt Ppm

a) Ide yang dikembangkan hanya satu yaitu terkait

pemberian ASI pada anak, sehingga pada saat para

kader membaca mereka hanya fokus pada satu buah

tema pembahasan.

b) Pesan yang disampaikan melalui materi yang ada

dalam buku modul dikemas dengan sederhana dan

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Selain

itu, materi yang tertulis juga disertai dengan gambar

yang dapat membantu kader untuk lebih memahami

materi.

c) Pesan yang disampaikan dalam modul dapat

dipercaya karena sumber materi berasal dari jurnal-

jurnal penelitian ilmiah. Selain itu, pesan yang

disampaikan juga terjangkau bagi kader ataupun

masyarakat karena disesuaikan dengan keadaan

masyarakat secara umum.

d) Hasil yang diharapkan akan memberikan keuntungan,

dimana dengan adanya modul ini dapat menjadi

media dalam meningkatkan pengetahuan kader

mengenai ASI eksklusif. Setelah itu, kader akan

mampu menyampaikan informasi yang mereka dapat

kepada masyarakat. hal ini akan membantu dalam

upaya meningkatkan cakupan ASI eksklusif.

e) Pesan yang disampaikan pada modul ini sudah cukup

konsisten, dimana makna dari semua pemaparan yang

ada adalah sangat penting memberikan ASI eksklusif

bagi anak, karena ASI banyak memeberikan manfaat

bagi ibu ataupun sang anak.

f) Pesan yang disampaikan juga cukup dapat mendorong

kader, karena melalui modul ini pengetahuan kader

Page 25: BAB III Skill Ikmt Ppm

akanmeningkat dan pengetahuan akan mempengaruhi

perubahan sikap dan tindakan.

Dengan pemaparan diatas, modul “ASI Eksklusif”

yang diberikan kepada kader dapat dikatakan cukup

efektif apabila digunakan sebagai suatu media promosi

kesehatan.

5. Indikator Keberhasilan

Kegiatan intervensi yang akan dilaksanakan yaitu

pelatihan kader posyandu yang nantinya bertujuan agar

dapat memberdayakan kader untuk melaksanaka Pojok

ASI. Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah:

a) Input seperti tenaga (sumber daya manusia) yang

dapat dikerahkan untuk kegiatan ini, sumber dana,

dan bantuan masyarakat.

b) Proses kegiatan pelatihan dimana ada partisipasi aktif

dan respon positif kader dapat menjadi indikator

keberhasilan. Produktikvitas dan inisiatif kader yang

tinggi dalam pelaksanaan Pojok ASI juga merupakan

indikator keberhasilan kegiatan jangka panjang, baik

adanya hambatan atau faktor penunjang kegiatan.

c) Keluaran atau hasil dari kegiatan intervensi dilihat dari

hasil pre-post test kader. Apabila mengalami

peningkatan pengetahuan, berarti memberikan hasil

yang postif. Pengetahuan yang sudah didapatkan

kader akan diaplikasikan secara langsung saat

melaksanakan pojok ASI di kegiatan Posyandu.

Page 26: BAB III Skill Ikmt Ppm

Partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan Pojok ASI

juga menjadi indikator keberhasilan.

d) Dampak dari kegiatan intervensi akan dilihat pada

pengetahuan dan sikap kader dalam menanggulangi

permasalahan ASI eksklusif. Setelah kegiatan akan

ada lanjut seperti pengawasan, pengendalian dan

penilaian untuk memantau keberhasilan kegiatan

intervensi yang akan kita laksanakan. Dengan cara

monitoring baik secara langsung ataupun tidak

langsung setiap kegiatan intervensi jangka panjang

yaitu Pojok ASI. . Diharapkan setelah intervensi ini,

cakupan ASI eksklusif di Kelurahan Loktabat Utara

khususnya wilayah posyandu seroja mengalami

peningkatan.

Page 27: BAB III Skill Ikmt Ppm

DAFTAR PUSTAKA

1. Komalasari. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Persepsi Ketidakcukupan ASI Pada Ibu yang Memiliki Bayi Umur 0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok. 2012.

2. Mursyida, A. Hubungan Umur Ibu dan Paritas Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Berusia 0-6 Bulan Di Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2013. Politeknik Kesehatan Palembang. 2013

3. Nurhayati, AI. Pengaruh Intervensi Konseling Gizi Pada Ibu Keluarga Miskin Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Institut Pertanian Bogor. 2007.

4. Sandi, Faradhiba. Pengaruh Pelatihan Terhadap Keterampilan Kader Dalam Pembuatan PMT Modisco di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan. 2012. –66

5. Merdawati, L., Sabri, R., Upaya Perbaikan Gizi Balita Melalui Gerakan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) di RW 01 Kelurahan Gurun Laweh Kecamatan Nanggalo Padang. Fakultas Kedokteran. Universitas Andalas. 2008.

6. Sulistyawati, Nataliswati T., Hidayah N., Pengaruh Pelatihan Promosi Kesehatan Tentang DHF Terhadap Peningkatan Keterampilan Penyuluhan Kader Kesehatan. Program Studi Keperawatan. Malang. 2012.

Page 28: BAB III Skill Ikmt Ppm

7. Afifah, Diana Nur. Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif. Semarang: Universitas Diponegoro, 2007.

8. Nada, Fatty. Efektivitas Penyuluhan Dengan Media Poster dan Animasi Bergambar Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Usia 7-10 Tahun di MI. NU Maudluul Ulum Kota Malang. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang. 2013.

9. Nuranto, DD. Hubungan Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Sebelum dan Setelah Pemberian Penyuluhan Kesehatan di Desa Karangmulyo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2010.

10. Widyawati. Metode Pembelajaran. Universitas Negeri Padang. 2010.

11. Kelurahan Loktabat Utara. Profil Kelurahan Loktabat Utara Tahun 2012. Banjarbaru: Kelurahan Loktabat Utara. 2012.

12. Anonim. Bagaimana Membuat Media Promosi Kesehatan. 2013