bab iii (rubah)

61
MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN JIWA GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN PADA NY.C DIRUMAH SAKIT DUREN SAWIT DisusunOleh : 1. ARLINA AFRIANI 2. DEVI TIAS M 3. MAHARANI MALABAR 4. RISNAWATI HARIS AMIN

Upload: muhammad-hasnul-fahmy

Post on 03-Dec-2015

247 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: Bab III (Rubah)

MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN JIWA

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN

PADA NY.C DIRUMAH SAKIT DUREN SAWIT

DisusunOleh :

1. ARLINA AFRIANI

2. DEVI TIAS M

3. MAHARANI MALABAR

4. RISNAWATI HARIS AMIN

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN

JAKARTA

2015

Page 2: Bab III (Rubah)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa

bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di

butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta

mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya.

Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)

Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii

Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap

negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi

informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat.

Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan

dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina

Pelayanan Keperawatandan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).

Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak

permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study

terbaru IBU SHO di 14 negara menunjukkan bahibu Sa pada negara-negara berkembang,

sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun

utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiw merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada

dimasyarakat.

Dari 150 juta populasi orang diIndonesia, berdasarkan data Departemen

Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional.

Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat

kurangnya layanan untuk penyakit kejiibu Saan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin

berat mendorong jumlah penderita gangguan jiibu Sa di dunia, dan Indonesia khususnya

Page 3: Bab III (Rubah)

kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia

mengalami gangguan jiibu Sa (Nurdibu Siyanti, 2008).

Berdasarkan keadaan umum semua pasien yang ada di ruangan Yudistira RS. Dr.

H. Marzoeki Mahdi Bogor yaitu berjumlah 31 orang. Dimana pasien terbagi atas berbagai

macam masalah diagnose keperawatan yang berbeda dari 31 orang pasien terdapat 3

masalah utama pasien dimana 58% pasien menderita gangguan sensori persepsi:

Halusinasi, 24% pasien menderita Isolasi social, dan 18% pasien menderita gangguan

pola pikir: IBU Saham.

Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas

halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk

menyelesaikan praktek klinik di RS. Duren sawit.

1.2 Tujuan.

1.Tujuan Umum.

Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperaibu Satn jiwa pada klien dengan

perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruangan berry duren sawit.

2 Tujuan khusus

1) Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran

2) Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi

3) Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi sensori:halusinasi

pendengaran

4) Melakukan tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran

Page 4: Bab III (Rubah)

5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatanpada klien perubahan persepsi sensori:

halusinasi pendengaran

6) Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran

7) Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis

dapatkan.

1.3 Metode

Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah :a. Studi kasusMelakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien dengan masalah Defisit peraibu Satan diri / personal hygine di ruang Berry RSKD. Duren Saibu Sitb. ObservasiMengobservasi gejala – gejala perilaku yang dialami klien dengan gangguan defisit peraibu Satan diri dan observasi keberhasilan standart asuhan keperawatanyang di berikan.c. Studi perpustakaanDengan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan Devisit peraibu Satan diri termasuk bahan – bahan perkuliahan agar makalah ini mempunyai nilai ilmiah untuk dipertahankan.

1.2 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut :

Bab I Berisi tentang pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II Berisi tentang tinjauan teori meliputi pengertian, etiologi, faktor predisposisi, faktor presipitasi, tanda dan gejala, mekanisme koping, rentang respon, masalah keperaibu Satan, pohon masalah, diagnosa keperaibu Satan, fokus intervensi.

Bab III Berisi tentang tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data, masalah keperaibu Satan, pohon masalah, diagnosa keperaibu Satan, rencana keperaibu Satan, implementasi dan evaluasi keperaibu Satan.

Bab IV Berisi tentang pembahas.Bab V Berisi tentang penutup meliputi kesimpulan dan saran.

Page 5: Bab III (Rubah)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya

penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara

bisikan itu (Haibu Sari, 2001).

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,

2002).

Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya

rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat

kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien

dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien

berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat

dibuktikan (Nasution, 2003).

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari

luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus

eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat,

mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang

tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

Kesimpulannya, halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap

lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

Page 6: Bab III (Rubah)

2.2 MACAM-MACAM HALUSINASI

1.Pendengaran

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang

kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan

lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien

mendengar perkataan bahibu Sa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat

membahayakan.

2.Penglihatan

Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar kartun,bayangan yang

rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

3.Penghidu

Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak

menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

4.Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

5.Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang

datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

6.Cenesthetic

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau

pembentukan urine

7.Kinisthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

Page 7: Bab III (Rubah)

2.3 ETIOLOGI

A. FAKTOR PREDIPOSISI

Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:

1. Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis

yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang

berikut:

a.Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam

perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan

dengan perilaku psikotik.

b.Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-

masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

c.Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang

signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan

pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).

Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi

psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,

konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi

disertai stress.

Page 8: Bab III (Rubah)

B. FAKTOR PRESIPITASI

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya

hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak

berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan

kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1 Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta

abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk

diinterpretasikan.

2.Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk

menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3.Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

2.5 MANIFESTASI KLINIK

1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan

Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien mungkin

melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan

kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol

kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.

Page 9: Bab III (Rubah)

Perilaku klien : tersenyum atau tertaibu Sa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa

bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan

halusinasinya dan suka menyendiri.

2.Fase Kedua / comdemming

Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien

berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol,

gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut

apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat

jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang

dari orang lain.

Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut

jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan

dengan realitas.

3. Fase Ketiga / controlling

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak

berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.

Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol

klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit

atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi

perintah.

4. Fase Keempat / conquering/ panik

Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi

yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi

klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya

klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam ibu Saktu singkat, beberapa jam atau

selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.

Page 10: Bab III (Rubah)

Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi,

menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak

mampu berespon lebih dari satu orang.

Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan

pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba

marah atau menyerang oranglain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati

sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya ( apa

yangdilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan

halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :

1. Tahap I : halusinasi bersifat menyenangkan

Gejala klinis :

a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai

b. Menggerakkan bibir tanpa bicara

c. Gerakan mata cepat

d. Bicara lambat

e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2. Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis :

a. Cemas

b. Konsentrasi menurun

c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

Page 11: Bab III (Rubah)

3. Tahap 3 : halusinasi yang bersifat mengendalikan

Gejala klinis :

a. Cenderung mengikuti halusinasi

b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain

c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)

4. Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis :

a. Pasien mengikuti halusinasi

b. Tidak mampu mengendalikan diri

c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata

d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2.6 AKIBAT YANG DITIMBULKAN

Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko mencederai

diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan

yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala :

1. Memperlihatkan permusuhan

2.Mendekati orang lain dengan ancaman

3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai

4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan

Page 12: Bab III (Rubah)

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan

diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko mencederai diri sendiri, orang lain

dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, dimana klien mengalami

panic dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan

kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan

bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan. Tanda dan gejalanya adalah

muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak

klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang

2.7 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan klien akibat halusinasi,

sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi

kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik

atau emosional. Setiap peraibu Sat masuk ke kamar atau mendekati klien, bicaralah dengan klien.

Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan

yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang

perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,

gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.

2. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang

diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Peraibu Sat harus mengamati

agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.

3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, peraibu Sat dapat menggali masalah klien yang

merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.

Page 13: Bab III (Rubah)

Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga klien atau orang lain yang dekat

dengan klien.

4. Memberi aktivitas pada klien

Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain

atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata

dan memupuk hubungan dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadibu Sal kegiatan dan

memilih kegiatan yang sesuai.

5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses peraibu Satan

Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada kesatuan

pendapat dan kesinambungan dalam proses keperaibu Satan, misalnya dari percakapan dengan

klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada

orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Peraibu Sat menyarankan agar klien

jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan

ini hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak membiarkan klien

sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.

Farmako:

1. Anti psikotik:

a. Chlorpromazine (Promactile, Largactile)

b. Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)

c. Stelazine

d. Clozapine (Clozaril)

e. Risperidone (Risperdal)

Page 14: Bab III (Rubah)

2. Anti parkinson:

a. Trihexyphenidile

b. Arthan

2.8 POHON MASALAH

Page 15: Bab III (Rubah)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATANTEORITIS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Klien

Meliputi nama,jenis kelamin, umur, alamat lengkap, No. MR, penanggung jawab.

3.1.2 Alasan Masuk

Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak

mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan

di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

3.1.3 Faktor Predisposisi

1) Faktor perkembangan terlambat

• Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.

• Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.

• Usia sekolah mengalami peristiibu Sa yang tidak terselesaikan

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

• Komunikasi peran ganda

• Tidak ada komunikasi

• Tidak ada kehangatan

• Komunikasi dengan emosi berlebihan

• Komunikasi tertutup

• Orangtu yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang otoritas dan konflik

dalam keluarga

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu

tinggi.

4) Faktor psikologis

Page 16: Bab III (Rubah)

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga

diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping

destruktif.

5) Faktor biologis

Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan

besar dan bentuk sel korteks dan limbik.

6) Faktor genetik

Telah diketahui bahibu Sa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu.

Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini

sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah

kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak

kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah

satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %,

seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15%

mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya

menjadi 35 %.

3.1.4 Faktor presipitasi

Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:

1) Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses

informasi di thalamus dan frontal otak.

2) Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan

abnormal).

3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus

asa dan tidak berdaya.

Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah kesehatan,

lingkungan dan perilaku.

1) Kesehatan

Page 17: Bab III (Rubah)

Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian, kelelahan dan infeksi, obat-

obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan.

2) Lingkungan

Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasab

hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan

orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja, dan

ketidakmampuan mendapat pekerjaan.

3) Sikap

Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya kekuatan berlebihan,

merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan

penanganan gejala.

4) Perilaku

Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak

aman, gelisah, bingung, perilaku merusak, kurang perhatian, tidak mampu mengambil

keputusan, bicara sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung

pada jenis halusinasinya. Apabila peraibu Sat mengidentifikasi adannya tanda-tanda dan

perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar

mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang iperlukan

meliputi :

• Isi halusinasi

Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.

• IBU Saktu dan frekuensi

Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari.

• Situasi pencetus halusinasi

Peraibu Sat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul.

Peraibu Sat bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi

untuk memvalidasi pertanyaan klien.

• Respon klien

Page 18: Bab III (Rubah)

Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji dengan apa yang

dilakukan oleh klien saat mengalami pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa

mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.

3.1.5 Pemeriksaan fisik

- Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan

rambut yang kusam, keadaan tekstur.

- Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.

- Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah

- Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa

- Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan

- Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi

- Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi

- Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, ibu Sarna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.

- Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum,

testis pada pria, cairan yang dikeluarkan

3.1.5 Analisa Data

No Data Masalah

1 Data subyektif

–         Mendengar suara/kegaduhan

–         Menyurh melakukan sesuatu yang

berbahaya

–         Mendengar suara yang mengajak bercakp-

cakap.

Gangguan

Sensori Persepsi:

Halusinasi

Pendengaran

Page 19: Bab III (Rubah)

Data obyektif

–          Bicara atau tertaibu Sa sendiri

–         Marah-marah tanpa sebab

–         Menutup telinga

2Data subyektif :

Klien mengatakan Malas berinteraksi, tidak

mampu, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik

diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

Data obyektif :

- Klien terlihat Mengurung diri

- Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang

lain

ISOLASI

SOSIAL

3 Data subyektif :

- Klien mengatakan pernah melakukan

tindak kekerasan

- Informasi dari keluarga yang dilakukan

oleh pasien

- Mendengar suara-suara

Data obyektif :

- Ada tanda/jejas perilaku kekerasan pada

Resiko Perilaku

Kekerasan

Page 20: Bab III (Rubah)

anggota tubuh

- Tampak tegang saat bercerita

3.1.4 Masalah keperawatanyang mungkin muncul

1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran

2. Isolasi Sosial

3. Resiko Perilaku Kekerasan

3.1.7 Pohon masalah

 

3.2 Diagnosa Keperawatan

Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran

3.3 Rencana Tindakan Keperawatan

(Terlampir)

Page 21: Bab III (Rubah)

BAB IV

LAPORAN KASUS

RUANGAN : BERRY           TANGGAL DIRAWAT : 22-08-2015

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial       : Ny.R                                    Tanggal Pengkajian     : 31-08- 2015

Umur        : 44 Tahun                            RM No.                       : 03-95-65

Informan  : Pasien, Rekam Medic

II. ALASAN MASUK

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan dibawa oleh tetangganya ke panti laras

karena telah memukul salah satu tetangganya. Kemudian klien dipindahkan ke RSKD Duren

Sawit karena saat di panti laras klien suka menyendiri dan suka mendengar suara yang

menyuruhnya memukul orang disekitarnya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiiwa dimasa lalu:  Ya

2. Pengobatan sebelumnya:  Kurang berhasil karena klien putus minum obat, karena merasa

bosan dengan minum obat secara terus-menerus, klien merasa dia sudah sembuh

3. Pengalaman

a. Aniaya fisik :

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan pernah melakukan aniaya fisik.

Klien mengatakan pernah memukul orang, klien mengatakan pernah dipukul orang

Page 22: Bab III (Rubah)

dan orang tuanya, klien mengatakan juga ada suara yang menyuruhnya untuk

memukul.

b. Aniaya Seksual : 

Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual

c. Penolakan : 

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan dirinya sering diejek oleh tetangga

dilingkungan rumah karena gangguan jiwa yang dialaminya, oleh sebab itu klien

lebih senang menyendiri dan tinggal di panti.

d. Kekerasan dalam keluarga :

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan

dalam keluarga

e. Tindakan kriminal :

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak pernah melakukan tindakan

criminal

Masalah keperawatan :

a. Resiko perilaku kekerasan

b. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran

c. Isolasi Sosial

d. Regimen terapeutik inefektif

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: Tidak

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Pada saat dikaji klien mengatakan pernah dipululi ibunya, klien juga pernah dipukuli oleh

orang sampai jidatnya berdarah

Masalah keperawatan :

a. Resiko perilaku kekerasan

IV. FISIK

1. TandaVital : TD: 110/70mmHg  Nadi : 88x/menit  Suhu :36oC  P : 18x/menit

2. Ukur : TB :145cm BB : 45kg

3. Keluhan fisik : Ya

Page 23: Bab III (Rubah)

Jelaskan : Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan lutut kanan kanan

klien nyeri jika ditekuk, dan jika sholat tidak semakin terasa nyeri jika sujud

Masalah Keperawatan : Nyeri

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Jelaskan : 

Klien mengatakan anak ke-1 dari 9 bersaudara, dan mempunyai 2 anak perempuan. Klien

sudah bercerai dengan suaminya, dan ditinggal menikah dengan perempuan lain.

Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

2. Konsep diri

a. Gambaran diri : Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan menyukai

seluruh bagian tubuhnya

b. Identitas diri : Pada saat dilakukan pengkajian klien mampu menyebutkan nama,

usia, tempat tanggal lahir, dan alamat tempat tinggal

c. Peran : Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan klien disini

sebagai seorang pasien

d. Ideal diri : Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan setelah keluar

dari RS Duren Sawit dirinya hanya ingin tinggal di panti

e. Harga diri : Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan malu pada

dirinya karena memili gangguan jiwa

Page 24: Bab III (Rubah)

Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : 

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan paling dekat dengan temannya di

panti

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak pernah ikut dalam kegiatan

dilingkungan tempat ia tinggal

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan klien mengatakan malu karena

mempunyai gangguan jiwa. Dan klien juga merasa dikucilkan oleh tetangga karena

gangguan jiwanya

Masalah keperawatan :

a. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

b. Isolasi Sosial

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakianan :

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan dirinya beragama Islam

b. Kegiatan Ibadah :

Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan melakukan sholat 5 waktu

Masalah keperwatan : Belum ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL

1. Berpakaian sesuai

Jelaskan : Pada saat dikaji penampilan klien rapi, memakai baju sesuai.

Klien mandi 2 kali sehari. Rabut tidak berantakan. Klien bisa

makan sendiri dan tidak berantakan.

Masalah keperawatan : Belum ada masalah keperawatan

2. Pembicaraan

Pembicaraan klien mudah beralih

Page 25: Bab III (Rubah)

Jelaskan : Pada saat dikaji pembicaraan klien mudah beralih. Pembicaraan

klien tidak cepat atau lambat. Klien dapat menjawab pertanyaan

perawat.

Masalah keperawatan : Belum ada masalah keperawatan

3. Aktivitas Motorik

Klien aktif

Jelaskan : Pada saat dikaji klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri

Masalah keperawatan : Belum ada masalah keperawatan

4. Alam Perasaan

Afek sesuai

Jelaskan : Pada saat dikaji ekspresi klien sesuai saat klien sedang bercerita

Masalah keperawatan : Belum ada masalah keperawatan

5. Alam perasaan

Sedih

Jelaskan : Pada saat dikaji klien merasa sedih karena tidak ada yang

menjenguknya di RS

Masalah keperawatan : Belum ada masalah keperawatan

6. Interaksi selama wawancara

Kontak mata (+)

Jelaskan : Pada saat dikaji klien tampak kooperatif dan kontak mata (+)

Masalah Keperawatan: Belum ada masalah keperawatan

7. Persepsi

Pendengaran

Jelaskan : Pada saat dikaji klien mengatakan mendengar suara-suara yang

mengganggunya. Klien mengatakan suara tersebut menyuruhnya

memukul jika ada yang mengganggu klien

Masalah keperawatan :

a. Gangguan senaori persepsi : Halusinasi pendengaran

b. Resiko perilaku kekerasan

8. Proses pikir

Pengulangan pembicaraan/persevarsi

Page 26: Bab III (Rubah)

Jelaskan : Pada saat dikaji klien mengatakan yang sama saat bertemu yaitu

ada suara-suara yang mengganggu klien

Masalah keperawatan : Perubahan proses fikir

9. Isi pikir

Fobia

Jelaskan : Pada saat dikaji klien mengatakan takut suara itu muncul karena

sangat mengganggu dirinya

Masalah keperawatan : Perubahan proses fikir

10. Tingkat kesadaran

Jelaskan : Pada saat dikaji klien sadar penuh dan dapat berinteraksi dengan

baik

Masalah keperawatan : Belum ada masalah keperawatan

11. Memori

Jelaskan : Pada saat dilakukan pengkajian klien ingat kejadian masa lalu

yang tidak menyenangkan. Klien dapat menceritakan kembali

mengapa dirinya bisa berada di RS Duren Sawit

Masalah Keperawatan: Belum ada masalah keperawatan

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Jelaskan : Pada saat dilakukan pengkajian klien mampu berhitung dan tidak

mudah beralih

Masalah keperawatan :

13. Kemampuan penilaian

Jelaskan : Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan memilih mandi

dulu baru makan karena sudah terbiasa dan aturannya

Masalah keperawatan : Belum ada masalah keperawatan

14. Daya tilik diri

Jelaskan : Pada saat dilakukan pengkajian klien mengetahui penyakitnya

dan menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa

Masalah keperawatan : Belum ada masalah keperawatan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

Page 27: Bab III (Rubah)

1. Makan : Bantuan minimal

2. BAB/BAK : Bantuan minimal

Jelaskan : Pada saat dilakukan pengkajian klien dapat melakukan aktivitas sehari-

hari dengan mandiri

Masalah keperawatan : Belum ada masalah keperawatan

3. Mandi : Bantuan minimal

4. Istirahat dan tidur

Tidur siang lama : 13.00 s/d 14.00

Tidur malam lama : 19.00 s/d 06.00

Kegiatan sebelum/sesudah tidur : Berdo’a/Mandi, mencuci pakaian

5. Berpakaian/berhias : Bantuan minimal

6. Penggunaan obat : Bantuan minimal

7. Pemeliharaan kesehatan :

Perawatan lanjutan : Ya

Perawatan pendukung : Ya

8. Kegiatan di dalam rumah

Mempersiapkan makanan : Ya

Menjaga kerapihan rumah : Ya

Mencuci pakaian : Ya

Pengaturan keuangan : Ya

VIII. MEKANISME KOPING

1. Adaptif : Bicara dengan orang lain

2. Maladaptif : Menyendiri

Masalah keperawatan : Isolasi social

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien Mengatakan suka ikut doa

kelompok

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien mengatakan lebih enak dipanti

daripada dirumah

Page 28: Bab III (Rubah)

3. Masalah dengan pendidikan, spesifik : Klien mengatakan klien hanya tamat SMA

4. Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Klien mengatakan klien tidak mempunyai pekerjaan

5. Masalah dengan perumahan, spesifik : Klien mengatakan hanya ingin tinggal dipanti

6. Masalah ekonomi, spesifik : Klien Mengatakan klien kurang mampu karena tidak

mempunyai penghasilan

7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : Klien mengatakan di panti tidak rutin

minum obat, tetapi di RS Duren Sawit teratur

8.  Masalah lainya, spesifik : Tidak ada

Masalah keperawatan : Belum ada masalah keperawatan

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

1. Koping

Penjelasan : Pada saat melakukan pengkajian klien mengetahui tentang

penyakitnya namun klien kurang mengetahui cara mengendalikan

halusinasinya

Masalah keperawatan : kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan ketidak patuhan

minum obat

XI. ASPEK MEDIK

Diagnosa Medik       : ( skizofrenia)

Terapi Medik            :  Trihezipenidyl 1x1mg (THP)

Olandos 1x5 mg

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran

2. Isolasi Sosial

3. Resiko Perilaku Kekerasan

4. Regiment Taraupeutik Inefektif

5. Harga Diri Rendah

Page 29: Bab III (Rubah)

Resiko Perilaku Kekerasan

core problem

Isolasi sosial Defisit Peraibu Satan Diri: Mandi/ kebersihan Diri

Regiment Teraupeutik Inefektif HDR

Koping Keluarga Inefektif

Analisa Data

No ANALISA DATA MASALAH

1 Data subyektif

–    Klien mengatakan mendengar suara- suara

–    Klien mengatakan suara laki-laki dan

perempuan

–    klien mengatakan suaranya menyuruh pukul

jika ada orang jahat pada dirinya

- Klien mengatakan lamanya suara 1-2 menit

Gangguan sensori persepsi

halusinasi pendengaran

Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran

Page 30: Bab III (Rubah)

Data obyektif

–    Klien bicara mudah beralih

–    Klien tampak dapat melakukan menghardik

–    Klien tampak Menutup Telinganya.

2 Data subjektif:

- Klien mengatakan tidak menyukai seluruh

bagian tubuhnya

- Klien mengatakan ia tidak percaya diri dan

malu

Data objektif:

- Klien tampak menyendiri

- Klien tidak mau berinteraksi dengan

temannya

Harga diri rendah

3 Data subjektif:

- Klien mengatakan malas bergabung dengan

teman yang lain

- Klien mengatakan lebih suka menyendiri

Data objektif:

- Klien tampak menyendiri

- Klien tidak bergabung dengan teman yang

lain

Isolasi social

4 data subjektif:

- Klien mengatakan pernah memukul orang

- Klien mengatakan pernah di pukuli ibunya

- Klien mengatakan pernah dipukul orang

Data objektif:

- Klien tampak gelisah

Resiko perilaku kekerasan

5 Data subjektif:

- Klien mengatakan pernah masuk ke RS

Regiment Terapeutik Inefektif

Page 31: Bab III (Rubah)

Duren Sawit

- Klien mengatakan sudah sering keluar

masuk RS Duren Sawit

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAWATANKLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI:

HALUSINASI PENDENGARAN

Hari                       : Senin, 31 agustus 2015.

Pertemuan             : 1

Sp/Dx                    : 1/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran.

Ruangan                : Berry

Nama Klien           : Ny.R

A.    Proses Keperawatan

1.      Kondisi Klien.

Data subjektif :

         Klien mengatakan mendengar suara-suara

         Klien mengatakan suara mengganggu

Klien mengatakan lamanya suara 1-2 menit

Klien mengatakan suara menyuruh pukul jika ada yang jahat

Data objektif

         Pembicaraan klien mudah beralih

2.      Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

3.      Tujuan Tindakan Keperawatan

Pasien mampu :

a.       Membina hubungan saling percaya.

b.      Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.

c.       Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.

d.      Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

e.       Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.

4.      Tindakan Keperawatan

a.       Membina hubungan saling percaya.

b.      Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.

c.       Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.

Page 32: Bab III (Rubah)

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL HALUSINASI.

B.     Strategi Komunikasi.

1.      Fase Orientasi.

a.       Salam terapeutik : Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu… perkenalkan nama

saya Suster D. Saya mahasiswa praktek dari Fakultas Keperawatan Profesi Ners

Binawan Saya yang akan dinas di ruangan Berry ini selama 2 minggu. Hari ini

saya dinas siang dari jam 13:00 sampai jam 19:00. Saya akan merawat ibu selama

di rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya ibu di panggil apa ?

b.      Evaluasi/validasi : Bagaimana keadaan Ny R hari ini ?

c.       Kontrak :

  Topik : Baiklah Ny R, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang

suara yang mengganggu Ny R dan cara mengontrol suara-suara

tersebut, Apakah  bersedia?

  IBU Saktu : Berapa lama Ny R mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau

20 menit?

  Tempat : Ny R mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di

ruang tamu? Baiklah N y R.

2.      Fase Kerja .

Apakah Ny.R mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya Ny R.

mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apakah Ny

R mendengar suara itu terus menerus ? Kapan yang paling sering Ny R mendengar

suara itu? Berapa kali dalam sehari Ny R mendengarnya? Pada keadaan apa suara itu

terdengar? Apakah pada watu ibu sendiri? Apa yang Ny R rasakan ketika mendengar

suara itu?  Bagaimana perasaan Ny R ketika mendengar suara tersebut? Kemudian

apa yang Ny R lakukan? Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang? Apa

yang Ny R alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol

halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas.

Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan

menghardik, apakah Ny R bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah saya

akan mempraktekan dahulu baru Ny R mempraktekkan kembali apa yang telah saya

lakukan. Begini Ny R jika suara itu muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi saya

tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga Ny R seperti ini

ya Ny R. coba sekarang  Ny R ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi. Bagus

sekali Ny R, coba sekali lagi. Ya, bagus sekali Ny R.

Page 33: Bab III (Rubah)

3.      Terminasi.

a.       Evaluasi subjektif dan objektif :

Bagaimana perasaan Ny R setelah kita kita bercakap-cakap? Jadi suara-suara

itu menyuruh Ny R untuk mengejek, terus menerus terjadi dan terutama kalau

sendiri dan Ny R merasa kesal. Seperti yang telah kita perlajari bila suara-suara itu

muncul Ny R bisa mengatakan “ pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara

palsu”

b.      RTL :

Ny R lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu selama 3

kali sehari yaitu jam 90:00, 14:00 dan jam 20:00 cara mengisi buku kegiatan harian

adalah sesuai dengan jadwal keegiatan harian yang telah kita buat tadi ya Ny R? .

Jika Ny R melakukanya secara mandiri makan Ny R menuliskan huruf M, jika Ny R

melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka Ny R menulis

huruf B. dan jika Ny R tidak melakukannya sama sekali maka Ny R menulis huruf T

apakah Ny R sudah mengerti? Coba Ny R ulangi? Naah bagus Ny R.

c.       Kontrak yang akan datang :

  Topik :

Baiklah Ny R bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara

yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul,

apakah Ny R bersedia?

  Waktu :

Ny R mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ?

  Tempat :

Ny R maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu? Baiklah Ny R besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa besok

Ny R. saya permisi Assalamualaikum.

Page 34: Bab III (Rubah)

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : ENAM BENAR MINUM OBAT

Hari                       : Selasa, 1 september 2015.

Pertemuan             : 2

Sp/Dx                    : 2/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar.

Ruangan                : Berry

Nama Klien           : Ny R

A.    Proses Keperawatan

1.      Kondisi Klien.

Data subjektif :

         Klien  mengatakan mendengaar suara-suara.

         Klien mengatakan suara laki laki dan perempuan

Klien mengatakan lamanya suara 1-2 menit.

Data objektif :

         Bicara klien mudah beralih.

         Klien kooperatif

Kontak mata +.

2.      Diagnosa Keperawatan.

Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi pendengaran

3.      Tujuan Tindakan Keperawatan.

a.       Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar minum

obat.

4.      Tindakan Keperawatan

a.       Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b.      Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.

c.       Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.

d.      Jelaskan akibat bila putus obat.

e.       Jelaskan cara mendapatkan obat.

f.       Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar

pasien, benar cara, benar ibu Saktu, benar dosis dan kontinuitas.

B.     Strategi Komunikasi.

1.      Fase Orientasi.

a.       Salam Terapeutik.

Assalamualaikum Ny R, masih ingat dengan saya? bagaimana perasaan Ny R hari

ini?

b.      Evaluasi/validasi.

Page 35: Bab III (Rubah)

Apakah Ny R Halusinasinya masih ada? Apakah Ny R telah melakukan apa yang

telah kita pelajari kemarin? Bagaimana Apakah dengan menghardik suara-suara

yang Ny R dengar berkurang? Bagus sekarag coba praktekkan pada saya

bagaiman Ny R melakukannya. Bagus sekali Ny R. coba lihat jadwal kegiatan

hariannya bagus sekali Ny R.

c.       Kontrak.

  Topik :

Baiklah Ny R sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang

kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu cara minum

obat yang benar, Apakah  bersedia?

  Waktu :

Berapa lama Ny R mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?

  Temapat :

mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu? Baiklah

Ny R.

2.      Fase Kerja.

Ny R sudah dapat obat dari ibu perawat? Ny R perlu minum obat ini secara

teratur agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga

macam, yang ibu Warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya rilaks

dan tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini namanya Olandoz gunannya untuk

menghilangkan suara-suara yang Ny R dengar. semuanya ini harus Ny R minum 3

kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti mulut Ny R

terasa kering, untuk membantu mengatasinya Ny R bisa menghisap es batu yang bisa

diminta pada perawat . Bila Ny R merasa mata berkunang-kunang, Ny R sebaiknya

istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan minum obat

sebelum berkonsultasi dengan dokter ya Ny R.

Sebelum Ny R minum obat lihat dulu label yang menempel di bungkus obat,

apakah benar nama Ny R yang tertulis disitu. Selain itu Ny R perlu memperhatikan

jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa

saja obatnya harus diminum, dan cara meminum obatnya. Ny R harus meminum obat

secara teratur dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang

kita memasukan meminum obat kedalam jadwal harian ya Ny R. cara mengisi

jadwalnya adalah jika Ny R minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh perawat

atau teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika Ny R meminum obatnya

diingatkan oleh perawat atau oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika Ny R

tidak minum obatnya maka di isi T artinya tidak melakukannya. Mengerti Ny R ?

coba Ny R ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan? Nah bagus, Ny R sudah

mengerti.

Page 36: Bab III (Rubah)

3.      Fase Terminasi.

a.       Evaluasi subjektif dan objektif :

Bagaimana perasaan Ny R setelah kita berbincang-bincang tentang obat? Sudah

berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara? Coba Ny R sebutkan.

b.      RTL :

Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan 19:00 pada jadwal

kegiatan Ny R. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal minum obat yang

telah kita buat tadi ya Ny R. jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya .

c.       Kontrak yang akan datang :

  Topik :

Baik lah Ny R bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melihat

manfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang

ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. apakah Ny R bersedia?

  Waktu

Ny R mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ?

  Tempat :

Ny R maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu? Baiklah besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa besok Ny R.

saya permisi Assalamualaikum wR,wB.

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : BERCAKAP-CAKAP.

Hari                       : Rabu, 2 september 2015.

Pertemuan             : 3

Sp/Dx                    : 3/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.

Ruangan                : Berry

Nama Klien           : Ny R

A.    Proses Keperawatan.

1.      Kondisi Klien.

Data subjektif :

         Klien mengatakan mendengar suara-suara

         Klien mengatakan mendengar suara saat mencaci

Klien mengatakan jarang mendengar suara

Page 37: Bab III (Rubah)

Data objektif :

         Klien bicara mudah beralih

         Klien kooperatif

Kontak mata +

2.      Diagnosa Keperawatan.

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.

3.      Tujuan Tindakan Keperawatan.

a.       Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain.

4.      Tindakan Keperawatan.a.     Evaluasi ke jadwal harian

b.      Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain.

c.       Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian

klien.

B.     Strategi Komunikasi.

1.      Fase Orientasi.

a.       Salam Terapeutik.

Asalamualaikum Ny R.. selamat sore..

b.      Evaluasi/validasi.

Bagaimana perasaa Ny R hari ini? Apakah Halusinasinya masih muncul? Apakah

Ny R telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk menghilangkan

suara-suara yang menganggu? Coba saya lihat jadwal kegiatan harian Ny R ?

bagus sekali Ny R, sekarang coba lihat obatnya. Ya bagus Ny R minum obat

dengan teratur jam 07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik suara-suara

juga dilakukan dengan teratur.

Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi suara-suara yang

Ny R dengarkan berkurang? Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-

suara yang telah kita pelajari. Coba ceritakan perbedaan minum obat secara

teratur dengan yang dulu tidak teratur? Dan jelaskan kembali pada saya cara

minum obat dengan benar. Bagus sekali Ny R.

c.       Kontrak.

  Topik :

Baiklah Ny R sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara ketiga

dari empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu bercakap-

cakap dengan orang lain, Apakah bersedia?

  Waktu :

Page 38: Bab III (Rubah)

Berapa lama Ny R mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?

  Tempat :

Ny R mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

Baiklah Ny R.

2.      Fase Kerja.

Caranya adalah jika Ny R mulai mendengar suara-suara, langsung saja Ny R

cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman Ny R untuk berbicara dengan Ny R.

contohnya begini Ny R : tolong berbicara dengan saya.. saya mulai mendengar suara-

suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau Ny R minta pada ibu perawat untuk

berbicara dengannya seperti “ buk tolong berbicara dengan saya karena saya mulai

mendengar suara-suara:. Coba ibu S praktekkan, bagus sekali Ny R.

3.      Fase Terminasi.

a.       Evaluasi Subjektif dan Objektif :

Bagaimana perasaan Ny R setelah kita berlatih tentang cara mengontrol suara-

suara dengan bercakap-cakap. Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk

mengontrol suara-suara? Coba sebutkan! Bagus sekali Ny R .mari kita masukan

kedalam jadwal kegiatan harian ya Ny R.

b.      RTL :

berapa kali Ny R akan bercakap-cakap. Ya dua kali Ny R. jam berapa saja Ny R ?

baiklah Ny R jam 09:00 dan 16:00. Jangan lupa Ny R lakukan cara yang ketiga

agar suara-suara yang Ny R dengarkan tidak mengganggu Ny R lagi.

c.       Kontrak yang akan datang :

  Topik :

Baiklah Ny R bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang

manfaat bercakap-cakap dan berlatih cara keempat untuk mengontrol suara-

suara atau halusinasi Ny R yaitu dengan cara melakukan kegiatan aktivitas

fisik, apakah Ny R bersedia?

  Waktu:

Ny R mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ? Berapa lama Ny R mau

berbincang-bincang?

  Tempat :

Ny R maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu? Baiklah Ny R besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa besok

IBU S. saya permisi Assalamualaikum.

Page 39: Bab III (Rubah)

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl

dan

Jam

Diagnosa Tindakan

Keperaibu Satan

Evaluasi Paraf

28-

Sep-

15

Jam

09.00

Gangguan

sensori

persepsi :

Halusinasi

Pendengaran

1. Mengidentifikas

halusinasi: isi,

frekuensi, waktu

terjadi, situasi,

pencetus,

perasaan, respon,

2. Jelaskan cara

mengontrol

halusinasi;

menghardik,

obat, bercakap-

cakap,

melakukan

kegiatan

3. Melatih cara

mengontrol

halusinasi

dengan

menghardik

4. Memasukkan

pada jadwal

kegiatan untuk

latihan

menghardik

S :

- klien mengatakan mendengar

suara-suara

- Klien mengatakan suara muncul

pada saat sendiri

- klien mengatakan saat

mendengar suara itu takut

- klien mengatakan suara itu

muncul pada malam hari pada saat

mau tidur

O:

- Klien tampak komat kamit

- Klien tampak mondar mandir

- Klien tampak menutup

telinganya

A : SP 1 Halusinasi

P : melanjutkan SP 2 : Halusinasi

Perawat: Evaluasi cara

menghardik

Pasien:

- Melakukan cara mengontrol

Page 40: Bab III (Rubah)

halusinasi dengan menghardik

- masukkan pada jadwal kegiatan

CATATAN PERKEMBANGAN (SP2)

Tgl

dan

Jam

Diagnosa Tindakan

Keperaibu Satan

Evaluasi Paraf

29-

Sep-

15

Jam

10.00

Gangguan

sensori

persepsi :

Halusinasi

Pendengaran

1. Mengevaluasi

kegiatan

menghardik.beri

pujian

2. Melatih cara

mengontrol

halusinasi dengan

obat (jelaskan 6

benar, jenis, guna,

dosis, frekuensi,

cara, kontinuitas,

minum obat)

3. Memasukkan

pada jadwal

kegiatan untuk

latihan kegiatan

untuk lkatihan

menghardik dan

minum obat

S :

- klien mengatakan masih

mendengar suara-suara

- klien mengatakan suara itu

muncul pada malam hari pada saat

mau tidur

- klien mengatakan takut saat

mendengar suara itu muncul

- klien mengatakan suara itu

muncul pada saat sendiri

- Klien mengatakan jika

mendengar suara dia langsung

tutup telinga dan menghardik

O:

- Klien tampak komat kamit

- Klien tampak komat kamit

- Klien tampak menghardik

A : SP 2 Halusinasi : pendengaran

P : melanjutkan SP 3 : Halusinasi

Perawat: Evaluasi cara mengontrol

halusinasi dengan obat (6 benar

Page 41: Bab III (Rubah)

obat, jenis, guna, dosis, frekuensi,

kontinuitas minum obat)

Klien: Menyebutkan cara

mengontrol halusinasi dengan obat

4 Masukkan dalam jadwal

kegiatan

CATATAN PERKEMBANGAN (SP3)

Tgl

dan

Jam

Diagnosa Tindakan

Keperaibu Satan

Evaluasi Paraf

30-

Sep-

15

Jam

09.00

Gangguan

sensori

persepsi :

Halusinasi

Pendengaran

1. Mengevaluasi

kegiatan latihan

menghardik dan

obat. Beri pujian

2. Latih cara

mengontrol

halusinasi dengan

bercakap-cakap

saat terjadi

halusinasi

3. Masukkan pada

jadwal kegiatan

untuk latihan

menghardik,

minum obat, dan

bercakap-cakap

S : klien mengatakan masih

mendengar suara-suara

- klien mengatakan suara itu

muncul pada malam hari pada saat

mau tidur

- klien mengatakan takut saat

mendengar suara itu muncul

- klien mengatakan suara itu

muncul pada saat sendiri

- Klien mengatakan jika

mendengar suara dia langsung

tutup telinga dan menghardik

O : Klien tampak komat kamit

- Klien tampak komat kamit

- Klien tampak menghardik

A : SP 3 Halusinasi : pendengaran

Page 42: Bab III (Rubah)

P :lanjutkan SP 3 : Halusinasi

Pasien :Evaluasi kegiatan latihan

menghardik dan minum obat

Klien: lakukan cara menghardik

dan minum obat

5 Masukkan dalam jadwal

kegiatan

Page 43: Bab III (Rubah)

BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa

ada stimulus atau rangsangan yang nyata. (Stuart, 2007).

Penyebab dari halusinasi itu ada 2 yaitu Faktor Predisposisi dan Presipitasi.

Adapun gejala klinis dari halusinasi yaitu .

a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai

b. Menggerakkan bibir tanpa bicara

c. Gerakan mata cepat

d. Bicara lambat

e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

4.2 Saran

1. Bagi perawat

Hendaknya dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi perlu dilakukan secara intensif dengan lebih memperhatikan keadaan

klien, melakukan interaksi yang singkat tapi sering dengan komunikasi terapeutik sehingga

masalah- masalah yang dialami klien dapat teratasi dengan baik, serta perlu mengutamakan

kemampuan dalam membina hubungan saling percaya dengan klien.

1. Bagi klien dan keluarga

Page 44: Bab III (Rubah)

Hendaknya klien mampu berlatih dan melaksanakan interaksi sosial secara bertahap,

mengikuti program terapi, serta dibutuhkan pemahaman keluarga tentang perawatan klien

dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dirumah secara tepat agar klien selalu dapat

berinteraksi dengan orang lain dan merasa mendapatkan perhatian dari lingkungan sekitar.

2. Bagi Instansi Rumah Sakit

Banyak klien dirumah sakit jiwa yang jarang dikunjungi keluarga, dalam hal tersebut,

pihak rumah sakit harus melibatkan keluarga dalam proses perawatan klien,

memperhatikan keadaan klien dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.

 

 

Page 45: Bab III (Rubah)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan(terjemahan), Edisi

8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Stuart GIBU S, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th

ed.).St.Louis Mosby Year Book, 1995

Keliat Budi Ana, Proses KeperawatanKesehatan Jiibu Sa, Edisi I, Jakarta : EGC,

1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan KeperawatanJiibu Sa Semarang :RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Kesibu Sa, Standar Asuhan KeperawatanJiibu Sa, Edisi 1, Bandung,

RSJP Bandung, 2000