bab iii proses pemanfaatan tubuh mayat untuk...
TRANSCRIPT
25
BAB III
PROSES PEMANFAATAN TUBUH MAYAT UNTUK PRAKTEK ANATOMI
DI RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG
A. PROFIL RUMAH SAKIT KARIADI
1. Sejarah Berdirinya RS. Dr. Kariadi
Pada tahun 1919 (masa pemerintahan Hindia Belanda) tercetuslah
gagasan dan rencana dari dr. N.F. Liem untuk mengganti dan menggabungkan
rumah sakit kota (stadverband ziekenhius) yang ada di Tawang dengan rumah
sakit kota pembantu (hulp stadverband ziekenhius) di alun-alun Semarang.
Rencana tersebut dapat diwujudkan dengan membangun sebuah
rumah sakit yang lebih besar di Kota Semarang. Pembangunan Rumah Sakit
dimulai pada tahun 1920 dan selesai lima tahun kemudian. Tepatnya pada
tanggal 9 September 1925 lahirlah Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting yang
terkenal dengan CBZ.
Pada waktu itu kapasitas rumah sakit adalah 500 tempat tidur.
Beberapa spesialis sudah ada, yaitu bagian penyakit dalam, bagian bedah
bagian kebidanan dan penyakit kandungan. Bagian mata, THT, dan kulit
kelamin muncul kemudian. Pada waktu itu direkturnya adalah dr. N.F. Liem.
Pendidikan paramedis yang dijalankan oleh suster-suster Belanda sangat keras
dan disiplin, kalaupun begitu tidak menyurutkan minat anak-anak bumi putera
untuk mengikutinya.
26
Pada masa pendudukan Jepang sejak tahun 1924 – 1945 Rumah Sakit
tidak banyak mengalami perubahan. Hanya saja tidak satupun orang Jepang
yang bekerja di rumah sakit ini. Hal ini sangat menguntungkan, karena
dengan demikian pemuda-pemuda rumah sakit dapat lebih leluasa
menggabungkan diri dengan pejuang-pejuang lainnya di Kota Semarang.
Dokter-dokter Belanda ditawan dan sebagai direkturnya yaitu dr.
Notokuworo. CBZ juga diganti nama dengan PURUSURA, singkatan dari
“PUSAT RUMAH SAKIT RAKYAT”.
Pada masa kemerdekaan 17 Agustus 1945, pihak Jepang tidak rela
melepaskan kekuasaannya sehingga pada tanggal 14 Oktober 1945 terjadilah
pertempuran lima hari. Di antara karyawan Rumah Sakit yang meninggal
adalah dr. M. Kariadi.
Untuk mengenang jasa dr. M. Kariadi, maka pada tanggal 14 April
1964 rumah sakit ini berganti nama menjadi RUMAH SAKIT DOKTER
KARIADI, yang sebelumnya bernama RUMAH SAKIT UMUM PUSAT.1
2. Perangkat Organisasi RS. Dr. Kariadi
Perangkat organisasi adalah alat untuk mengatur pengelolaan Rumah
Sakit secara keseluruhan. Pimpinan tertinggi dalam pengelolaan Rumah Sakit
disebut Direktur Utama. Kemudian seorang direktur utama dibantu beberapa
orang direktorat yang bekerja sesuai dengan jabatannya masing-masing.
1 Buku Sejarah RSUP Dr. Kariadi, tidak diterbitkan, 1999, hlm. 1-7
27
Perangkat Organisasi RS. Dr. Kariadi
BAGAN ORGANISASI PERUSAHAAN JAWATAN RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI (RSDK) SEMARANG2
2 Lampiran Keputusan Direksi Perjan RS Dr. Kariadi Nomor: OT.01.01.1529, Semarang, 21 Desember 2002
DIREKTUR UTAMA Dr. H. Gatot Suharto, MKes
DIREKTORAT KEUANGAN Dr. Irma Binarso M,Sp.KK(K),MARS
DIREKTORAT PENUNJANG Dr. Soleh Kosim, Sp.A(K)
DIREKTORAT PELAYANAN Dr. Budi Riyanto,MSc,SpPD,KPTI
DIREKTORAT SDM Dr. R Rochmanadji W, SpA(K),MARS
Bag. Keuangan Dr. Suhardiningsih, Apt., MARS
Bag. Akuntansi Drs. EC Subur
Bag. Rumah Tangga Dr. Alifiani H Putranti, SpA
Bag. Kesekretariatan M Munawar, SH, MARS
Bag. Perenc. Mon. & Ev Daniel Manurung, SH, MKes
Div. SIMR & KOM Dr. Anantyo Binarso M, Sp OG
Div. Rkm Mdk & Medicolegal Dr. Dwi Wastoro D, SpA(K)
KOMITE MEDIK
Staf
Medik Fungsional
Divisi Radiologi Dr. Eko Kuncoro, SpRAD
Divisi Laboratorium Dr. Tjahjati DM, SpPK
Divisi Laundry & CSSD Dr. Taufik Rahman, Apt
Divisi Gizi Dr. Darmono, SS, MPH
Divisi Pem. Jenazah & For Dr. Bambang Prameng N, SpKF
Divisi Farmasi Dr. Bambang Triwara, Apt, SpFRS
Divisi PSRS & Sanitasi Drg. Perry Yandri, MKes
Divisi Rehab Medik Dr. Setyowati B Utami, SpRM
Divisi Rawat Inap Dr. Bambang S, SpA
Divisi Rawat Jalan Dr. Siti Sundari S, SpM
Divisi Rawat Darurat Dr. Soebianto, Sp.Bonk
Div. Bdh. Sent & R.Shari Dr. Jhonny Syoeib, SpBD
Divisi Rawat Intensif Dr. Marwoto, SpAn
Divisi Geriatri Dr. Kris Pranarka, SpPD
Divisi Jantung Sodiqur Rifqi, SpJP
Divisi Garuda Drg. F Hanum, MKes
Divisi CDC Dr. Riece Hariayati S, SpTHT
Bagian Personalia / SDM Rumiyati, SKM, MM
Bagian Pemasaran Drs. M. Djajadi
Bagian Pengembangan Mutu Dr. Elly Deliana, SpA
Bagian Ortala M. Alfan, SH,MKes
Bag PSDM Kep & Non KeprwtnPoniatun, Skp
Divisi Diklit Dr. Banteng HW, SpPD
SPI
28
B. KONSEP DASAR TENTANG BEDAH MAYAT ANATOMIS
Bedah mayat ada dua macam, yaitu bedah mayat anatomis dan bedah
mayat klinis. Dalam pembahasan di sini penulis memfokuskan pada persoalan
bedah mayat anatomis.
Bedah menurut bahasa Inggris adalah operation3, sedangkan menurut
bahasa Arab adalah badha’a - yabdha’u ( Dalam bahasa 4.( يبضع–بضع
Indonesia pembedahan berarti melakukan bedah atau irisan.5
Mayat berasal dari bahasa Arab "mayyitun" (ميت), yaitu orang /
manusia yang telah meninggal dunia.6
Anatomi berasal dari bahasa Yunani Anatome; ana artinya
menguraikan, dan tome artinya memotong. Jadi anatomi adalah ilmu yang
mempelajari struktur / susunan tubuh dengan jalan memotong dan
menguraikan bagian-bagian tubuh.7 Sedangkan Ensiklopedi Kesehatan
mendefinisikan anatomi sebagai struktur tubuh setiap makhluk hidup dan telah
mengenai tubuh itu.8
3 John M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Indonesia - Inggris, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1976, hlm. 61 4 Asad M. Alkalali, Kamus Bahasa Indonesia - Arab, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987,
hlm. 53 5 Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Cet. 3, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hlm. 91 6 Asad M. Alkalali, op. cit., hlm. 339 7 Juslam Samihardja dkk., Osteologia, Semarang: Laboratorium Anatomi Fakultas
Kedokteran Undip, 1987 8 Hermaya, Ensiklopedi Kesehatan, t.t.: Cipta Adi Pustaka, 1992, hlm. 39
29
Seseorang yang dikatakan mati apabila mempunyai tanda-tanda
sebagai berikut:9
1. Fungsi spontan pernapasan jantung telah berhenti secara pasti atau
irreversible, atau
2. Bila terbukti telah terjadi kematian batang otak.
Atau dalam PP No. 18 tahun 1981 mengatakan bahwa pengertian meninggal
dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang
berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan, dan atau denyut jantung telah
berhenti.10
Jadi bedah mayat anatomis adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan cara pembedahan terhadap mayat untuk keperluan pendidikan di
bidang ilmu kedokteran.11
Menurut ilmu anatomi pembedahan di sini adalah pembedahan tubuh
mayat yang dikerjakan oleh mahasiswa fakultas kedokteran untuk
mempelajari jaringan-jaringan dan susunan alat-alat tubuh manusia dalam
keadaan sehat (normal).
Dari sini maka pengertian umum dari pembedahan mayat itu adalah
melakukan pengirisan atau pembedahan pada tubuh manusia yang sudah
meninggal dunia baik mengenai bagian luar maupun dalam, dikerjakan secara
9 Soetedjo, dkk, Pedoman Profesi Dokter Masa Kini dan Mendatang, Semarang: BP
Undip, hlm. 1995 10 Lembaran Negara RI, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat
Klinis Dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat Atau Jaringan Tubuh Manusia, Jakarta: tp., 1981, Pasal 1.g, hlm. 115
11 Ibid., pasal 1.b., hlm. 116
30
ilmiah untuk mengetahui susunan anatomi normal dalam hubungannya dengan
fungsi untuk pendidikan.
Maka dari pengertian baik etimologi maupun istilah tersebut di atas
dapatlah diambil kesimpulan pengertian tentang unsur-unsur dari pembedahan
mayat sebagai berikut:
1. Melakukan pengirisan atau pembedahan secara ilmiah.
2. Pada tubuh mayat yang diperlukan.
3. Dengan adanya tujuan tertentu.
C. PROSES PELEGALAN MAYAT SEBELUM ANATOMI
Mengenai mayat untuk praktikum kedokteran itu diperoleh dari
manusia yang meninggal dunia di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang,
yang telah diumumkan hingga selama 2 x 24 jam tidak ada yang mengurus
baik dari keluarganya maupun mayat tersebut tidak diketahui keluarganya,
maka rumah sakit tersebut dapat memanfaatkan mayat tersebut untuk
kepentingan pendidikan kedokteran. Kadang-kadang mayat juga diperoleh
atas dasar dari persetujuan keluarga / ahli warisnya untuk dibuat praktikum
kedokteran atas dasar kerelaan dan kepentingan pendidikan yang sangat
diperlukan bagi umat manusia yang masih hidup.
Kemudian mayat tersebut diawetkan dengan jalan membuat incise /
irisan pada salah satu paha antara kanan dan kiri pada daerah depan dalam.
Dari incisi tersebut kemudian dicari pembuluh darah permukaan (vena
31
superfisial) atau vena shaphena magna. Setelah diketemukan, baru vena
tersebut diiris sampai putus kemudian dimasukkan jarum suntik / jarum pungsi
yang dihubungkan oleh selang dengan tabung terletak 2-3 meter di atas.
Tabung tersebut berisi larutan formalin yang jumlah perbandingannya sama
dengan satu liter formalin dicampur dengan empat liter air. Jadi prosentase
formalin tersebut adalah ¼ x 90% = 22,5%. Sedang jumlah yang diperlukan
antara 18 s/d 20 liter. Campuran formalin tersebut akan mengalir dan masuk
ke seluruh pembuluh darah mayat. Dari sini kadang-kadang mayat tersebut
mengeluarkan darah lewat lubang-lubang yang ada; misalnya hidung, kuping,
mata dan lain-lain.12
Setelah formalin tersebut masuk sampai pada ukurannya terus vena
yang diiris itu dijahit lagi, kemudian direndam dalam bak berisi formalin yang
jumlah perbandingannya sama dengan 1 liter formalin ditambah 9 liter air.
Jadi prosentase formalin tersebut 1/9 x 90% = 10%. Sedangkan yang
diperlukan isi bak tersebut permeter kubiknya dicampur dengan 1 liter phonel,
dan direndam selama enam bulan.
Setelah pengawetan dilakukan, baru mayat tersebut dibuat praktikum
mahasiswa kedokteran. Untuk lebih mudah penggunaan mayat dalam
praktikum bedah anatomi tersebut, biasanya dibagi ke dalam beberapa daerah
anatomi menurut regio (daerahnya) sebagai berikut:13
12 Wawancara dengan Kepala Bagian Pemulasaran Jenazah RS. Dr. Kariadi, Semarang, 3
Agustus 2005 13 Wawancara dengan Nadia, Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNDIP Angkatan 2002,
Semarang, tanggal 5 Agustus 2005
32
a) Regio Facialis (daerah muka) sekaligus tentang membuka tengkorak untuk
mengetahui otak yang ada di dalamnya.
b) Regio Colli (daerah leher)
c) Regio Thoracis (daerah dada) sekaligus tentang alat-alat yang ada di
dalamnya
d) Regio Abdomen (daerah perut) sekaligus juga tentang masalah urogenital
e) Regio Extremitates (daerah otot-otot yang ada di tangan dan kaki)
D. PRAKTEK PEMANFAATAN TUBUH MAYAT UNTUK ANATOMI
Sebelum pembedahan mayat dilakukan terlebih dahulu harus
diperiksakan baik mengenai ruangan maupun alat-alat yang akan diperlukan
guna pelaksanaan pembedahan mayat, antara lain sebagai berikut:14
1. Tempat pembedahan mayat diperlukan ruangan yang cukup lebar dengan
penerangan dan persediaan air yang cukup banyak. Di samping itu
diperlukan juga meja kecil dari kayu untuk memeriksa dan memotong alat-
alat tubuh mayat dan sepotong kayu dengan ukuran kurang lebih 15 x 30
cm yang diletakkan di bawah pundak mayat tersebut.
2. Alat-alat pengukur :
a. Timbangan sampai tiga kilogram
b. Alat pengukur cairan
c. Alat pengukur panjang
3. Alat-alat pembedahan :
14 Thomas F. Nealon, Keterampilan Pokok Ilmu Bedah, Edisi IV, Jakarta: Buku
Kedokteran, 1996, hlm. 13-24
33
a. Pisau Bedah (scalpel).
b. Pinset, minimal berupa alat jepit jaringan
c. Gunting
- gunting bedah,
- gunting benang,
- gunting perban,
- gunting umum.
d. Retraktor, digunakan untuk menarik tepi luka agar lapangan operasi
menjadi lebih luas.
e. Pemegang Jarum
f. Alat Pengisap (Suction Apparatus), digunakan untuk mengisap darah
yang keluar dari luka, untuk mengosongkan viskus yang berongga, atau
untuk mengumpulkan cairan dari rongga peritoneum / pleura.
g. Gergaji, dalam hal ini bentuk gergaji apapun dapat digunakan untuk
membuka tengkorak, di antaranya:
- Gergaji yang melengkung bentuknya (backsaw, boor zaag)
- Gergaji yang berdaun (blade saw)
- Gergaji listrik yang berputar (rotary bone saw)
- Gergaji listrik dengan daun yang berosilasi
h. Jarum yang besar serupa jarum goni
i. Tali atau benang untuk mengikat dan menjahit.
4. Alat dan bahan-bahan tambahan
a. Botol-botol atau kantong-kantongan plastik kecil maupun besar
34
b. Alkohol 96% minimal lima liter, antara lain dipergunakan untuk
pemeriksaan racun-racun
c. Formalin 10% minimal lima liter, untuk pemeriksaan jaringan-jaringan
tubuh. Hal ini diperoleh dari campuran satu bagian commercial
formalin yang terdiri dari (37-40 % formal dehyde) dengan 9 bagian air
d. Kaca-kaca dan benda-benda penutup, untuk pemeriksaan mikroskopik
e. Sabun dan desinfesian (lisol) dan sebagainya
f. Jika memungkinkan disediakan sarung tangan karet, talk, loupe, spon,
schep (penunduk kecil), alat-alat suntik dari 20cc, gunting usus
(interotome), gunting tulang iga, beitel tengkorak, palu besi dan bahan-
bahan steril untuk pemeriksaan bacteriologic seperti swab (keelwace),
tabung reaksi dengan vadings media tertentu.
g. Formalin 90 %
h. Phenol
Seperti dikemukakan di awal bahwa sebelum mayat digunakan untuk
bedah anatomi, terlebih dahulu diawetkan selama 6 (enam) bulan. Dalam
pembedahannyapun dibagi ke dalam lima regio (daerah) yaitu :
1. Regio Facialis (daerah muka) sekaligus tentang otak yang ada di dalam
tengkorak
Pada Regio Facialis ini bagian anatomi mengadakan pembukaan
kulit muka dengan cara membuat irisan dengan scapel mulai dari daerah
sudut tulang rahang bawah ke arah depan bawah tengah. Kemudian arah
irisan pada bidang tengah ini, menjadi vertikal sampai satu / satu setengah
35
centimeter di bawah bibir bawah, lalu irisan tersebut dibuat melingkari
setengah bagian mulut yang sebelah kanan atau kiri. Untuk hal yang sama,
dibuat irisan yang melingkari setengah bagian dari hidung dan mata.
Biasanya bagian muka 3 cm di atas dari alis mata (super cilia) sudah tidak
ada, karena sudah terambil waktu membuka atap tengkorak untuk
mengambil otak.
Dengan scapel dan pinset kulit dipisahkan dari bawahnya dan
disisihkan ke arah pinggir, demikian juga platysme disisihkan sesuai
dengan penyisihan kulit. Setelah itu baru dapat dicari bagian-bagian syaraf
yang ada di bawahnya, di daerah muka yang terdapat pada daerah bagian
kulit. Kemudian jaringan-jaringan lemak dibersihkan dengan cara hati-hati,
dari sini dapat diketahui antara lain:
a. Lemak buchal yang terdapat pada selaput otak otot anak kelenjar
gondok otot pengunyah
b. Kelenjar parotis dengan salurannya yang disebut saluran stenson
(ductus stenson)
c. Otot masseter (otot pengunyah)
d. Pembuluh nadi pada arah pelipis bagian muka yang keluar dari
substansia (jaringan) kelenjar parotis dari tepi atasnya dan dapat dicari
di sebelah depan dari tragus (anak daun telinga).
e. Jaringan-jaringan otot yang lain
Pada daerah muka ini, walau pada hakekatnya tidak berada di
daerah tersebut, akan tetapi berada di kepala misalnya otak berada di
36
dalam tengkorak, kami masukkan juga pembahasannya dalam regio ini
agar dapat lebih mudah.
Sebelum tengkorak dibuka, terlebih dahulu rambut di kepala
dibersihkan atau digunting pendek untuk memudahkan membuka kulit
tengkorak. Untuk membuka tengkorak dibuat irisan dahulu pada kulit
kepala mulai dari puting tulang karang melintasi daerah tulang pendinding
(os parietale) pada garis pertengahan, sedikit di belakang ubun-ubun,
menuju puting tulang karang pada sisi lainnya. Sedang dalam melakukan
pengirisan dilakukan dengan sedalam-dalamnya hingga sampai pada
selaput tulangnya yakni selaput jaringan ikat pembalut tulang. Baru kulit
dikupas ke depan sampai pada satu centimeter garis di atas lekuk mata, dan
kebelakang sampai pada benjolan bagian kepala belakang. Dari sini dapat
dipelajari macam-macam jaringan dan otot-otot yang melekat pada kulit
kepala, demikian juga bentuk-bentuk dari atap tulang tengkorak. Setelah
itu baru tulang tengkorak digergaji dengan garis potong mulai dari
pertengahan tulang dahi ke arah kanan dan kiri terus ke arah dasar puting
tulang karang.
Dari belakang ke atas menuju pada suatu titik yang letaknya
sedikit di atas benjolan tulang kepala belakang. Untuk menghindari agar
tidak terpotongnya duramater (selaput otak tebal) dan jaringan-jaringan
otak, maka sebelumnya harus dibuat garis ancer-ancer dahulu dengan
pisau. Sedang otot-otot yang mengarah pada pelipis dipotong menjadi dua.
Kemudian atap tengkorak dilepas, dari sini dapat diketahui dan dipelajari
37
bagian-bagian yang ada dalam atap tengkorak, bagian-bagian dari selaput
otak keras, selaput otak lemah serta permukaan otak besar dan otak kecil.
Kemudian otak dikeluarkan dengan jalan memotong selaput otak
tebal (duramater) sepanjang potongan tulang tengkorak dan dilepaskan
dari perlekatannya. Di samping itu juga yang harus dipotong adalah
pembuluh nadi, pembuluh darah serta serabut-serabut syaraf otak yang
keluar. Setelah itu, baru otak dapat dikeluarkan dengan melepaskan selaput
otak tebal dari dasar tengkorak. dalam keadaan ini dipelajari tentang dasar
tulang tengkorak dan keadaan otak secara keseluruhan. Baru dilakukan
pemotongan-pemotongan penampang dan diketahui serta dipelajari bagian-
bagian yang ada di dalam otak tersebut.
2. Regio Colli (daerah leher)
Pada cadaver di bawah lehernya ditaruh kayu sehingga kepalanya
dalam keadaan tertekuk ke belakang. Setelah itu baru diadakan pengirisan
kulit dari dagu sampai pada sternum (tulang dada) di garis tengah. Dari
irisan mediana pada dagu sepanjang pangkal rahang bawah sampai pada
puting tulang karang. Kemudian dari irisan tengah pada sternum sepanjang
tulang selangkang sampai pada ujung belikat. Baru kulit dilepaskan dari
arah medial (tengah) ke pinggir dari otot platysma di bawahnya sampai
pinggir depan otot trapezius terlihat. Dari sini dapat dipelajari bagian-
bagiannya dan arah-arah tersebut yang ada serta perlekatan-perlekatan dan
syaraf-syaraf kulit yang menembus selaput otot leher bagian luar serta
bagian-bagian di daerah leher termasuk segi tiga leher dan beberapa
38
selaput otot. Di bagian depan leher dapat dipelajari tentang sekat rongga
gaum dan hulu kerongkongan.
a. Bagian kelenjar gondok (Glandula Thyroidea)
Selaput otot yang membungkus kelenjar gondok terlebih dahulu diiris
dan dibuka, dari situ baru nampak capsula fibrosa (bungkus jaringan
ikat) dari kelenjar ini. diantara kedua capsula terletak pembuluh darah
dan pembuluh nadi. Kemudian pada kelenjar gondok apakah terdapat
bagian-bagian yang berbentuk piramid dan pada dinding belakang
kerongkongan dan hulu kerongkongan diiris dalam arah membujur
pada garis tengah, baru dapat dipelajari selaput lendir kerongkongan
dan lipatan-lipatannya. Dari sini selaput lendir kerongkongan
dilepaskan dari cartilago thyreodea (tulang rawan gondok).
b. Bagian lidah (Lingua)
Pada bagian lidah pembuluh nadi diikuti sejauh mungkin sampai masuk
ke dalam otot lidah terus dipelajari di luar, kemudian lidah dipotong
melintang kurang lebih pertengahan, jadi tidak sampai putus. Di sini
yang dapat dipelajari adalah tentang otot-otot intrinsik lidah, pembuluh
nadi lidah dan septum fibrosum lingua (dinding pembatas jaringan ikat
lidah).
c. Bagian pangkal tenggorokan (larynx)
Dipelajari dahulu bentuk-bentuk luar keseluruhan dan ketidaksesuaian
antara bentuk luar dan bentuk ruangnya. Kemudian dipelajari pintu
pangkal tenggorokan. Setelah itu lipatan-lipatan untuk bersuara diiris
39
sedikit untuk melihat ikat suara dan otot yang berhubungan dengan
suara. Di samping itu dapat juga dipelajari organ-organ atau bagian-
bagian lainnya misalnya macam-macam otot, mengenai asalnya, zat
lekatnya, arah serabut dan fungsi-fungsinya.
d. Bagian batang tenggorokan (trachea)
Dinding belakang tak bertulang rawan dan diperkuat oleh otot-otot
yang membujur. Kemudian kulit muka dibuka kurang lebih 2 cm di
bawah lengkung zygomaticus dalam arah melintang dicari bagian yang
ada. Kulit yang ada di bawah daun telinga dibuka dalam arah
melintang, terus dapat dicari n. facialis. Kemudian kulit tepat di muka
telinga dibuka dalam arah membujur, di sini dicari syaraf-syarafnya
dan pembuluh nadi arah pelipis bagian luar.
3. Regio Thorachis (daerah dada)
Sebelum kulit di kupas dibuat incise terlebih dahulu, kemudian
kulit dikupas mulai dari sebelah tengah ke arah pinggir dan papilla mamae
ditinggalkan. Dari sini dapat dilihat lapisan kulit dari luar ke dalam yaitu
kulit dan lapisan di bawah kulit. Setelah itu lapisan-lapisan bagian bawah
kulit dibersihkan hingga selaput otot dada sebelah luar terlihat dengan
jelas. Kemudian diperhatikan permukaan selaput otot dada yang ke atas
disebut fascia colli superficialis, ke arah bawah disebut fascia abdominis
superficialis, sedang yang ke pinggir muka adalah fascia deltoidea dan
yang ke pinggir belakang disebut fascia superficialis dorsi, sedang yang ke
arah ketiak adalah fascia axillaries. Kemudian fascia pectoralis
40
superficialis dibuka, di situ nampak arah serabut-serabut otot di bawahnya.
Dari sini dapat dipelajari macam-macam otot, baik yang mempunyai
perlekatan pada tulang lengan atas maupun yang mempunyai perlekatan
pada gelang bahu. Ruang antara iga yang berada di dekat hubungan costa
dan tulang rawan dibersihkan otot-ototnya, lalu selaput otot dinding dalam
dada dan selaput dada pendinding dilepaskan dari iganya dengan jalan
dorongan ujung jari secara tumpul. Dari sini dapat dipelajari bangunan-
bangunan yang ada misalnya ; pembagian rongga dada dan isinya.
Pada paru-paru dipotong akar paru-paru dekat pintu, terus
diperhatikan pada masing-masing akar dan urut-urutan batang
tenggorokan. Pembuluh nadi paru-paru dan pembuluh darah balik paru-
paru dari atas ke bawah dan dari muka ke belakang. Pada jantung bagian
selaput luar jantung dikupas dengan hati-hati hingga nampak otot-otot
jantung, bangunan-bangunan dalam alur jantung dan alur yang membujur,
juga pembuluh jantung.
Serambi jantung pada bagian kanan dicari pembuluh darah yang
bermuara ke dalamnya. Pada bagian ini terdapat bangunan-bangunan pada
dinding dalam serambi jantung kanan, kemudian selaput dalam jantung
dikupas baru dapat diperhatikan otot-ototnya. Pada serambi jantung kiri
diiris pada bagian dinding belakang serambi jantung yang akhirnya
dinding serambi dapat dibuka dan bangunan-bangunan pada dinding
dalamnya dapat dilihat. Bilik jantung kiri pada nadi utama antara katup
yang membulan sabit baik kanan maupun kiri diiris, dari sini dapat
41
diketahui bangunan-bangunan pada dinding dalamnya semisal tebal
dindingnya, katup kelopak dua dan lain-lain.
4. Regio Abdomen (daerah perut)
Pada daerah ini dilakukan pengirisan kulit mulai dari pucuk
tulang dada bawah sampai pada pertautan tulang kemaluan dengan
melingkari daerah pusat perut ke sebelah kiri. Kemudian kulit diiris yakni
tonjolan kiri dan kanan menuju pusat perut, terus kulit diangkat ke pinggir
dan ke bawah. Dari sini dapat dicari dan dipelajari bagian-bagian serta
bangunan-bangunan yang ada seperti pembalikan-pembalikannya serta
rongga atau ruang selaput perut. Lalu pada bagian-bagian permukaan
dalam dinding dapat dipelajari tentang orientasi dan pemeriksaan khusus
organ-organ dalam abdomen misalnya : hati, selaput perut besar, selaput
perut kecil dan lainnya. Dinding perut besar diiris sepanjang lengkung
dinding lambung sebelah atas. Dari sini dapat dicari lipatan perut besar
(lambung) dan lekuk kecil perut besar.
Pada bagian hepar (hati) yang dapat diperhatikan yaitu tentang
muka sekat rongga badan dan bentuk alat-alat dalam yang dikeluarkan.
Dan mempelajari pembuluh organ dalam rongga perut seperti limpa, usus
dua belas jari, kelenjar perut, usus halus kosong dan usus besar.
Daerah ini juga mempelajari ginjal dan kelenjar anak ginjal. Pada
salah satu ginjal terdapat bangunan yang melebar diiris untuk mengetahui
perbedaan antara lemak para dan peri renalis (lemak dekat dan sekitar
ginjal), juga dapat dicari pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi anak
42
ginjal. Jaringan-jaringan ikat yang ada dalam serambi ginjal dibersihkan
dan dari muka mendekati tampuk dibuat irisan yang diusahakan agar
pembuluh-pembuluh darah tidak ikut terpotong. Setelah itu ginjal diiris
dari tepi ke arah tengah baru secara macroscopis susunan ginjal dapat
diketahui.
Kandung kencing yang dapat dipelajari adalah bangunan-
bangunan yang ada di dalamnya, juga penebalan-penebalan lapis otot-otot
dalam selaput otot pinggul. Pada bagian kandung buah pelir diiris pada
bagian kulit dari lingkaran lipatan paha cetek ke bawah, melalui
permukaan sekitar pinggir kandung buah kemih dengan secukupnya.
Kemudian kulit yang telah terkelupas diiris sesuai dengan irisan kulit, baru
dilepaskan dari jaringan dalamnya / rongga kandung, lalu buah pelir
dengan pembungkusnya bersama tali mani dikeluarkan seluruhnya. Untuk
mempelajarinya tali mani dan buah pelir dipisahkan dengan irisan secara
tumpul.
Pada bagian buah pelir dapat dipelajari tentang kepala, akar,
badan anak buah pelir, umbai testis dan umbai anak pelir. Terhadap
kadaver laki-laki, otot yang melintang pada kulit dan jaringan cetek
dipotong mulai dari titik tengah mengarah ke urat kerampang dan
disisihkan ke pinggir. Terhadap kadaver wanita otot selaput biji diambil
dan diperhatikan biji bagian serambi yang ada di atasnya. Selanjutnya akar
kepala zakar atau kelentit dipotong dan dilepaskan dari tulang, dan secara
hati-hati ditarik ke arah perut agar dapat dilihat pembuluh nadi dalam
43
kepala zakar dan kelentit yang menembus dataran atas dari akar tersebut,
baru dapat dicari bagian-bagian lainnya.
Invitro pada laki-laki, terdapat bangunan-bangunan yang ada pada
dinding belakang aliran kandung kencing dalam kelenjar semisal serambi
bagian kelenjar. Pada perempuan, dapat dipelajari dan dicari muara saluran
rahim, selaput lendir tengkuk, vagina dan lainnya.
5. Regio Extrimitates (daerah otot-otot yang ada di tangan dan kaki)
Pada bagian tangan dilakukan incise dahulu sebelum pemotongan,
setelah kulit di kupas dan lapisan lemak di bawah kulit dibersihkan, baru
dapat dipelajari selaput otot cetek mengenai perlekatannya, otot yang
dibungkusnya, perluasannya, dan hubungannya dengan selaput otot
belakang bagian pinggang. Setelah otot-otot dibersihkan baru nampak otot
yang ada pada gelang bahu maupun yang perlekatannya pada pangkal
tulang lengan, otot bahu mempunyai perlekatan pada tulang lengan atas.
Kemudian dibuat irisan kulit melintang pada pergelangan tangan daerah
siku. Setelah kulit dibuka, lapisan lemak di bawah kulit dibersihkan.
Selaput otot lengan atas dibersihkan dan diperhatikan dimana selaput otot
itu membentuk, dan selaput otot-otot sekitar lengan atas dibersihkan
setelah dipelajari robekan-robekan serabut, baru dapat dipelajari otot-otot
lainnya.
Pada bagian kaki, terdapat otot-otot pangkal paha, otot-otot
tangkai atas, otot-otot tangkai bawah, otot-otot kaki dan lainnya. Setelah
kulit dikupas dan lemak dibersihkan, baru dapat dipelajari selaput-selaput
44
otot, otot pangkal paha bagian dalam atau depan, otot tangkai atas atau
paha baik otot-otot yang melintang maupun otot yang bagian tengah
demikian juga otot pangkal paha bagian luar atau belakang. Begitu juga
pada tangkai bawah, terlebih dahulu kulit dikupas dan lemak-lemak
dibersihkan, barulah dapat dilihat selaput-selaput otot yang ada, seperti
selaput otot tangkai belakang, urat penyambung otot betis dan tumit, otot
bagian belakang, otot-otot bagian telapak kaki baik yang ada di sisi tengah,
pinggir dan macam-macam otot yang ada di tengah.
E. PENYELESAIAN SETELAH KADAVER DIADAKAN PEMBEDAHAN
Penyelesaian mayat yang dimaksud di sini yaitu dikemanakan serta
dibuat apa sisa-sisa mayat setelah dibuat praktek bedah anatomi itu? Dalam
hal ini akan dikemukakan tentang penyelesaian setelah mayat dibuat praktek
bedah anatomi oleh mahasiswa kedokteran:
Sesudah mayat digunakan praktikum kedokteran maka sisanya terdiri
dari:
1. Bagian-bagian yang lunak antara lain otot-otot dan alat-alat dalam tubuh
mayat. Dari bagian ini dipilih mana yang masih baik diawetkan untuk
persediaan museum. Sedang sisa-sisa yang telah rusak, dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam lubang tanah atau kubur.
2. Bagian tulang-tulang, yang dalam hal ini tulang tersebut dimasak dengan
tekanan udara, terus dibersihkan dari sisa-sisa otot dan urat-urat yang
masih melekat. Setelah tulang-tulang tersebut bersih, baru dimasak dengan
45
bensin berulang kali sampai sisa-sisa lemak dalam tulang dapat
dihilangkan. Kemudian tulang-tulang tersebut dijemur hingga kering, baru
disimpan dalam tromol seng. Tulang-tulang ini kemudian disusun menjadi
rangka lengkap manusia yang akan dipergunakan dan diperlukan untuk
pengajaran yang tidak hanya sebagai keperluan mahasiswa saja, akan
tetapi juga untuk siswa-siswa sekolah menengah dan para juru rawat di
rumah sakit. Disamping itu juga tulang-tulang tersebut diperlukan untuk
penyelidikan antropologi.