bab iii peran angkatan laut mandala dan angkatan … · cara tersebut kemudian berkembang dari...
TRANSCRIPT
62
BAB IIIPERAN ANGKATAN LAUT MANDALA DAN ANGKATAN
UDARA MANDALA DALAM OPERASI MILITERPEMBEBASAN IRIAN BARAT TAHUN 1961-1963
A. Kekuatan Pasukan dan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista)
Suatu bangsa jika ingin menyerang bangsa lain yang letaknya diseberang
perairan atau lautan maka serangan dilakukan dengan menggunakan perahu yang
didayung oleh manusia. Cara tersebut kemudian berkembang dari perahu kecil
menjadi kapal besar yang didayung manusia dengan jumlah banyak, kapasitas
bertambah kemampuan bergerak kapal pun bertambah dengan ditemukannya layar
untuk menggerakan kapal. Fungsi kapal pun dari mendaratkan pasukan kedaerah
musuh berkembang untuk dapat menghancurkan kapal musuh diperairan. Maka
muncul doktrin kekuatan laut (maritime of sea power) bagi pihak-pihak yang
ingin menguasai lautan.1 Pihak yang menggunakan doktrin tersebut salah satunya
adalah Inggris dengan slogan Britannia Rules the Waves (Inggris menguasai
lautan). Perkembangan kapal perang terus meningkat, memasuki pertengahan
abad-17 lahir istilah fregat bagi kapal perang dengan ukuran lebih kecil dari
destroyer untuk tujuan pergerakan yang lincah. Munculnya revolusi industri pada
abad-19 turut mempengaruhi perkembangan kapal, ditemukannya mesin uap
membuat lahir istilah destroyer bagi kapal perusak yang mulai menggunakan
1 Sayidiman Suryohadiprojo., Pengantar Ilmu Perang. (Jakarta: PustakaIntermasa, 2008), hlm. 31.
63
torpedo sejak pertama kali dibuat pada tahun 1866 dan didesain bergerak lincah
dan cepat untuk menyerang kapal-kapal musuh yang besar.2
Wright bersaudara yang pertama kali menemukan pesawat terbang seiring
berjalannya waktu juga turut mengalami perkembangan, dimulai sebagai kegiatan
sipil dan lomba balap udara, kapal terbang mulai digunakan khusus untuk
bertempur pada masa Perang Dunia I. Doktrin udara lahir dengan istilah command
dell’ aria (penguasaan udara) yang dicetuskan oleh Giulio Douhet (Italia), Billy
Mitchell (AS) dan Alexander de Seversky (Prancis). Pesawat terbang juga
mengalami perkembangan dari jenis sayap ganda (biplane) kemudian sayap susun
tiga (triplane) hingga sayap tunggal (monoplane), tidak cukup sampai disitu,
penggunaan mesin dimulai dengan bantuan propeller (baling-baling) hingga
digunakan mesin dengan kecepatan subsonic sampai supersonic (melebihi
kecepatan suara).3
Alat Utama Sistem Pertahanan (alutsista) adalah semua peralatan militer
yang berhubungan dengan teknologi persenjataan, baik yang digunakan secara
individu maupun kelompok. Penggunaan alat-alat tersebut bertujuan
mempermudahkan laju pasukan dalam suatu perang, melalui laut pasukan darat
dapat diangkut untuk diseberangkan guna memasuki suatu wilayah yang dikuasai
musuh, hal yang sama juga digunakan dalam unsur udara, menggunakan pesawat
terbang pasukan diangkut guna diterjunkan kedalam suatu wilayah territorial
2 Majalah Angkasa Edisi Koleksi, No. XXII Warships: Jelajah KapalPerang Dunia. (Jakarta: PT. Gramedia), hlm. 8 dan 13.
3 Majalah Angkasa Edisi Koleksi. Pesawat Tempur Sepanjang Masa.(Jakarta: PT. Gramedia), hlm. 3 dan 42.
64
musuh hingga jauh ketitik-titik strategis musuh. Strategi udara ini sesuai dengan
rumusan Giulio Douhet, seorang perwira Italia yang menyebutkan bahwa
serangan pesawat udara tidak hanya harus tertuju terhadap pasukan musuh di front
pertempuran, melainkan justru harus ditujukan terhadap daerah belakang musuh
untuk melumpuhkan pusat produksinya, baik industri maupun pertanian agar
pasukan musuh di front tidak mendapat perbekalan yang cukup.4 Penggunaan
kedua alat transport ini sangat vital dan saling mempengaruhi guna mencapai
tujuan suatu perang. Hal tersebut juga dilakukan oleh Indonesia ketika
bersengketa dengan Belanda mengenai masalah Irian Barat. Keberadaan wilayah
Irian Barat yang terpisahkan oleh lautan membuat dua matra yaitu Angkatan Laut
dan Angkatan Udara menjadi bagian vital dalam keberhasilan operasi.
Presiden Soekarno segera melakukan langkah-langkah guna melaksanakan
kampanye Trikora yang bertujuan membebaskan Irian Barat dari Belanda. Melalui
musyawarah Dewan Pertahanan Nasional pada tanggal 31 Desember 1961 di
Bogor, dicetuskanlah rumusan pembentukan Komando Pelaksana Utama
Pembebasan Irian Barat. Realisasi dari perumusan tersebut pada tanggal 2 Januari
tahun 1962 dibentuklah Komando Mandala. Komando Mandala merupakan
sebuah Komando Gabungan (Unified Command), yang terdiri Angkatan Darat,
Angkatan Udara dan Angkatan Laut dengan dipimpin masing-masing oleh
seorang panglima. Panglima Angkatan Mandala secara operasional berada
dibawah kendali Panglima Mandala namun secara pembinaan, administratif,
logistik dan personel tetap berada dibawah Menteri/Panglima angkatan masing-
4 Sayidiman Suryohadiprojo., op.cit., hlm. 77.
65
masing. Istilah “Mandala”5 ialah suatu bagian wilayah gelanggang perang atau
medan perang (theater) yang didalamnya meliputi bagian-bagian daratan, lautan
dan udara yang diperlukan untuk operasi-operasi militer. Oleh karena itu, matra-
matra yang tergabung dalam Komando Mandala diberi nama Angkatan Darat
Mandala (ADLA), Angkatan Udara Mandala (AULA) dan Angkatan Laut
Mandala (ALLA).
1. Kekuatan Pasukan Pendarat (Pasrat-45) dan Komando Pasukan Katak(Kopaska) Angkatan Laut Mandala
Pasukan KKO AL (Korps Komando Angkatan Laut) adalah pasukan yang
menjadi bagian integral dari Angkatan Laut. Pasukan ini adalah pasukan marinir
Angkatan Laut Republik Indonesia yang diperbantukan kedalam Angkatan Laut
Mandala. KKO yang mendapat tugas khusus yaitu menjalankan operasi
pembebasan Irian Barat dari matra laut maka oleh Panglima KKO AL dibentuk
Paskomartu (Pasukan Komando Armada Tugas). Pasukan Poskomartu terdiri dari
unsur kesatuan-kesatuan Korps Komando Angkatan Laut yang selanjutnya
dijadikan Pasukan Pendarat (Pasrat).
Pasukan Pendarat-45 (Pasrat-45) berkekuatan satu Brigade yang
sebelumnya merupakan pengembangan Pasukan Komando Armada Tugas I
(Paskomartu) yang dibentuk pada tanggal 5 Februari 1962 karena tidak semua
5 Istilah tersebut diusulkan oleh sejarawan Prof. Muhammad Yamin yangmengatakan istilah tersebut sudah digunakan oleh Majapahit yang menunjukansuatu daerah perang. Majalah Angkasa Edisi Koleksi, Kisah Heroik PertempuranLaut Trikora. (Jakarta: PT.Gramedia. 2011), hlm. 39.
66
unsur Paskomartu melakukan pendaratan. Komandan Pasrat-45 ialah Kolonel
KKO Soewadji dan wakilnya Letkol KKO Imam Soetomo. Pasukan ini terdiri dari
3 batalyon dengan jumlah kekuatan kurang lebih 6.700 personel dari Angkatan
Laut, karena capaian kekuatan pasukan hanya 75% maka diambil dari Angkatan
Darat sebanyak 1 batalyon (kurang lebih 1.400 personel) dari Yonif-509
Brawijaya untuk melengkapinya.6
Angkatan Laut selain membentuk Pasukan Pendarat-45 juga membentuk
pasukan khusus untuk operasi Irian Barat yaitu Komando Pasukan Katak
(Kopaska). Presiden Soekarno setelah mengumumkan Trikora meminta
Menpangal (Menteri Panglima Angkatan Laut) Laksamana Muda R.E Martadinata
untuk membentuk Komando Pasukan Katak. Alasan pembentukan Kopaska
karena kebutuhan atas pasukan khusus yang mampu dikirim dan disusupkan untuk
menyiapkan pantai bagi pendaratan amfibi ke wilayah Irian Barat. Komando
Pasukan Katak secara resmi dibentuk pada tanggal 31 Maret 1962 dengan Surat
Keputusan Men/Kasal.5401.13. Letkol Laut O.P Koesno ditunjuk sebagai
pelaksana dan komandan pertama Kopaska, saat itu Letkol Koesno juga
merupakan eks komandan kapal selam Kelas Whiskey RI-Nanggala (S-02).
Mengenai Kepala Staf Kopaska ditunjuk Mayor Laut Urip Santoso.7
6 Bagian Sejarah KKO., Seperempat Abad Korps Komando AngkatanLaut, (1970), hlm. 131. Keterangan jumlah personel lihat Julius Pour., LaksamanaSudomo Mengatasi Gelombang Kehidupan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1997), hlm.133.
7 Tim Kopaska., Spesialis Pertempuran Laut Khusus: 50 Tahun EmasSatuan Komando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut, (Jakarta: PT. Gramedia,2012), hlm. 46.
67
Ketika Kopaska resmi dibentuk tercatat hanya ada empat orang yang
menyandang kualifikasi penyelam tempur. Maka dilakukan perekrutan dari
personel-personel ALRI, tercatat hanya 150 orang yang terkumpul dan hanya 15
orang yang lolos dari pelatihan standar UDT selama 1.800 jam dan kurun waktu 4
bulan. Sebagian personel selanjutnya dikirim ke Rusia pada tahun 1962 untuk
mendapatkan pendidikan selam dan demolisi. Kurangnya personel yang
memenuhi kualifikasi dan semakin dekatnya dengan pelaksanaan operasi semakin
dekat maka dibuat crash program. Crash program dilakukan dengan merekrut
dari RPKAD untuk dilatih Kopaska, hal itu karena secara teknis RPKAD sudah
mempunyai klasifikasi komando. Selain dari RPKAD ada upaya mendatangkan
dari Kipam (Kompi Intai Para Amfibi) KKO, namun hal itu batal karena pihak
KKO telah dipersiapkan dalam operasi tersendiri. Maka komposisi kekuatan
Kopaska saat itu 40% anggota ALRI sedang 60% dari personel RPKAD. Pasukan
Katak dalam Operasi Jayawijaya mempunyai misi-misi utama yaitu menculikan
Panglima Pasukan Belanda, Laksamana Reeser serta menghancurkan lambung
kapal induk Belanda Karel Doorman dengan torpedo berjiwa.8
8 Ibid., hlm. 61.
68
Gambar. 9Pasukan Katak dalam persiapan latihan operasi amfibi dengan Heli angkut
MI-4 milik ALRI untuk menjangkau daerah operasi yang sulit.Sumber: Buku 50 Tahun Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus.
2. Alat Utama Sistem Pertahanan Angkatan Laut Mandala
Kekuatan maritim erat kaitannya dengan unsur matra yang berperan
didalamnya yaitu angkatan laut. Kemampuan mempertahankan wilayah laut
menjadi tugas wajib dari matra ini, dua kemampuan dasar yang secara tradisional
harus dimiliki oleh kekuatan maritim yaitu pengendalian laut dan proyeksi
kekuatan. Pengendalian laut, artinya mampu mengendalikan di atas permukaan
air, dibawah air, dan udara di atasnya serta kemampuan memproyeksikan
kekuatan maritim dari laut langsung ke daratan yang dikuasai musuh.9
Angkatan Laut Republik Indonesia dalam usahanya untuk memperoleh
kemampuan mengendalikan laut baik diatas permukaan dan dibawah permukaan
9 Mabes TNI AL., Doktrin TNI AL Eka Sasana Jaya. (2001)., hlm. 68-70.
69
serta kemampuan mengangkut pasukan, kemudian melakukan upaya pembelian
alutsista kepada Negara-negara seperti Swedia, Belgia, Jerman Barat, Yugoslavia
dan Uni Soviet. Usaha tersebut dilakukan masa Kabinet Ali Sastroamihoyo
dengan melakukan kontak-kontak kepada negara-negara Timur Tengah dan
Negara Polandia, Cekoslowakia serta Yugoslavia untuk membeli kapal-kapal
perang dan pesawat udara dengan nilai sebesar US $ 60 juta.10 Jenderal A.H
Nasution juga mendapat misi pergi ke Moskow untuk melakuakn kontak
pembelian kapal selam, kapal cepat torpedo dan pesawat-pesawat angkatan udara.
Pembelian ini dilakukan setelah Belanda tetap bersikap menolak menyerahkan
Irian Barat dan memperkuat kekuatan militernya di Irian Barat. Alutsista yang
dimilik Angkatan Laut Mandala yang antara lain Kendaraan Tempur Air
Pitam/BRDM, Kendaraan Tempur BTR 152 P, Kendaraan Tempur Pansam BTR
50 P, Tank Amfibi PT-76, Tank Lapis Baja KAPA K.61, Kapal Penjelajah Ringan
(Light Cruisser Battleship) RI Irian-201, Pesawat Anti Kapal Selam Fairey
Gannet dan Kapal Selam Kelas Whisky.
1) Kendaraan Tempur Amfibi Pitam/BRDM
Kendaraan tempur ini didatangkan dari Uni Soviet dalam kampanye
Trikora untuk memperkuat angkatan laut. Ranpur yang dilengkapi senjata SG.43
ini berkekuatan 90 PK dan mampu melaju di air dengan kecepatan 8-9 km/jam
serta didaratan 75-80 km/jam. Selain itu mampu melakukan manuver menanjak
dengan ketinggian 300 dan kemiringan 250 serta dapat melintasi parit sedalam 1,1
10 A.H. Nasution., Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid V: Kenangan MasaOrde Lama. (Jakarta: PT. Saksama. 1985), hlm. 51.
70
meter. Daya angkut ranpur ini adalah 8 orang (3 personel dan 5 orang awak
kendaraan) dengan kemampuan membawa beban 5.630 kg.
2) Kendaraan Tempur Amfibi BTR 152 P
Kendaraan tempur buatan Uni Soviet ini merupakan kendaraan angkut
pasukan didarat khusus untuk mobilisasi pasukan marinir yang sudah menguasai
daratan. Kemampuan ranpur ini adalah mampu melaju didarat 80 km/jam dan
melewati tanjakan 300 serta kemiringan sebesar 250. Dilengkapi senapan mesin
caliber 12,7 mm ranpur ini dapat mengangkut 1 regu personel dengan kekuatan
mesin 90 PK.
3) Kendaraan Tempur Amfibi Pansam BTR 50 P
Kendaraan tempur angkut pasukan marinir buatan Uni Soviet memiliki
kemampuan melaju di dalam air laut dengan kecepatan 14,2 m/jam serta dapat
melakukan gerak mundur pada kecepatan 5 km/jam guna menghindari tabarakan
dengan ranpur lain. Selain itu dalam kondisi datar dapat melaju dengan kecepatan
44 km/jam dan di medan yang berlumpur dapat melaju 25 km/jam. Diperkuat
dengan mesin diesel 4 tak 6 silinder yang menghasilkan kekuatan 240 PK ranpur
ini mampu mengangkut 20 orang (2 regu).
4) Tank Amfibi PT-76
Tank buatan Uni Soviet ini berfungsi sebagai kendaraan intai dan
pendukung dari pasukan pejalan kaki. Tank ini dilengkapi dengan senapan mesin
D-56T kaliber 76 mm dan SGMT kaliber 7.62 mm. Tank amfibi ini mampu
melaju di dalam air dengan kecepatan 10 km/jam dan didaratan 44 km/jam.
71
5) Tank Amfibi Lapis Baja KAPA K.61
Ranpur buatan Uni Soviet ini dalam sebuah operasi amfibi baru diterjunkan
setelah daerah pantai berhasil dikuasai. Kemampuan melaju dengan keepatan
didalam air 10 km/jam dan di tanah berlumpur 17 km/jam serta dataran 36
km/jam. Kapasitas ruang yang luas membuat ranpur ini mampu membawa mortar
kaliber besar serta 40 personel dengan beban sebesar 12,5 ton.
6) Kapal Penjelajah Ringan (Light Cruisser Battleship ) RI Irian-201
Belanda dalam konflik sengketa Irian Barat mendatangkan kapal induknya
yaitu Hr. Ms Karel Doorman. Kehadiran kapal induk tersebut membuat Indonesia
perlu mendatangkan kapal yang mampu menandingi kehadiran kapal induk
Belanda tersebut. Kesepakatan jual beli senjata dengan Uni Soviet membuat
Indonesia berhasil mendatangkan sebuah kapal perang terbesar tipe penjelajah
ringan (light cruiser). Kapal tersebut didatangkan ke Indonesia dan merupakan
satu-satunya kapal yang belum pernah ada yang memiliki di bumi belahan selatan
selain Indonesia. Hal itu karena Uni Soviet tidak mudah sembarangan melepaskan
kekuatan tempurnya kepada negara lain kecuali sahabat-sahabatnya. Kapal yang
diberi nama RI-Irian sebelumnya bernama Ordzonikidze, sebuah kapal yang
masuk dalam armada laut Baltik dan mulai dinas aktif pada 30 Juni 1952.
72
Gambar. 10Kapal RI-Irian dibeli Indonesia dari Uni Soviet guna mengimbangi Kapal
Induk Belanda, Hr. Ms Karel Doorman.Sumber: Dispen AL.
RI-Irian buatan Uni Soviet ini merupakan kapal kelas Sverdlov dan dibuat
sebanyak 14 buah. Kapal Ordzonikidze merupakan pengembangan dari kapal
penjelajah ringan kelas Chapayev yang ukurannya diperbesar dan disempurnakan.
Sistem persenjataan masih sama namun kapasitas tanki bahan bakar diperbesar
sehingga jarak tempuh semakin jauh. RI-Irian untuk pertahanan bawah air masih
dilengkapi 10 tabung torpedo kaliber 533 mm. Total bobot kapal 16.640 ton
(muatan penuh) dengan jumlah anak buah kapal mencapai 1.250 orang dan
komandan pertamanya Kolonel Frits Suak. RI-Irian dibeli Indonesia setelah
digunakan Uni Soviet bertugas selama 10 tahun, tepatnya 24 Januari 1963 resmi
bertugas di Indonesia dengan nama RI-Irian. Nomor lambung 201, dua angka
depan menunjukan bahwa semakin kecil angkanya bobot dan ukuran kapal
73
semakin besar. Kapal tersebut dalam sejarah TNI-AL baru pertama kali
menggunakan kapal sekelas ini dan belum ada penggantinya sampai sekarang.
Tabel. 2Spesifikasi Kapal Penjelajah Ringan (Light Cruiser) RI-Irian
No Spesifikasi Keterangan1. Karir Pembuat Obedineniye “Admiralteyskiye Verfi”
Leningradskoye.Mulai dibuat 19 Oktober 1949Diluncurkan 17 September 1950 dan bertugas di AL Uni
Sovyet pada 30 Juni 1952Dibeli 1962 dari Uni Soviet
Ditugaskan 24 Januari 1963Nama
sebelumnyaOrdzhonikidze (Орджоникидзе) (Object 055)
2. Karakteristikumum
Berat 13.600 T standar, 16.640 T beban penuh
Panjang 210 m keseluruhan, 205 m garis airLebar 22 mDraft 6,9 m
Tenagapenggerak
2 shaft geared steam turbine, 6 boiler, 110.000HP
Kecepatan 32,5 knotAwak Kapal 1.250 orang
3. Persenjataan 10 Tabung Torpedo anti-kapal selam kaliber 533 mm12 Buah Kanon tipe 57 cal B-38 Kaliber 15.2 cm (6 depan, 6
Belakang)12 Buah Kanon ganda tipe 56 cal Model 1934 6 (twin) SM-5-1
mounts Kaliber 10 cm32 Buah Kanon multi fungsi kaliber 3,7 cm
4 Buah triple gun Mk5-bis turrets kaliber 20 mm (untuk keperluananti-Serangan udara)
Perisai: Belt = 100 mmConning tower = 150 mm
Dek = 50 mmTuret = 75 mm
Sumber: Majalah Angkasa Edisi Koleksi., No. 82, Kisah Heroik
Pertempuran Laut Trikora.
74
7) Pesawat Anti Kapal Selam Fairey Gannet
Pesawat Fairey Gannet dikembangkan setelah berakhirnya Perang Dunia
II oleh Fairey Aviation Company untuk kepentingan AL Inggris. Pesawat ini
memiliki keunikan pada baling-balingnya yang dibuat double atau disebut dengan
contra rotating propellers. Sistem tersebut kedua baling-baling bergerak saling
berlawanan arahnya, maka digunakan dua mesin Amstrong Siddeley Mamba yang
digabungkan menjadi satu dalam gearbox (kemudian dikenal dengan mesin
Double Mamba).
Gambar. 11
Pesawat Gannet AURI sedang formasi terbang patroli di atas Laut dalamOperasi Pembebasan Irian Barat.
Sumber: Angkasa Edisi Koleksi, Kisah Heroik Pertempuran Laut Trikora.
Prototype pesawat dibuat sebanyak 3 buah, prototype pertama terbang
pada tanggal 19 September 1949 dengan kode VR-546. Program kedua
dilanjutkan uji coba pendaratan di landasan kapal induk dengan pilot ujinya
Mayor G. Callingham pada tanggal 19 Juni 1950 dengan menggunakan Kapal
75
Induk HMS Illustrious. Prototype kedua dengan kode VR577 terbang pada
tanggal 6 Juli 1950 dan yang ketiga terbang pada bulan Mei 1951 dengan kode
WE488. Pesawat Fairey Gannet adalah pesawat pertama yang bisa mendarat di
kapal induk dengan menggunakan mesin turbo prop. Pesawat Gannet dirancang
dioperasikan melalui kapal induk, untuk kebutuhan tersebut pesawat didesain
mampu dilipat sayapnya guna penghematan ruang. Pesawat Gannet juga
dilengkapi tailhook (pengait) guna menahan laju pesawat saat pendaratan.
Pesawat Gannet mempunyai tiga operator pesawat, yaitu pilot dengan
posisi paling depan guna mendapat pandangan luas, navigator dengan posisi
ditengah dan observer dengan posisi paling belakang. Pesawat ini terlihat tambun
pada bagian bawah, hal itu karena bagian bawah digunakan untuk menyimpang
torpedo, bom dan roket. Pesawat yang diproduksi di tiga pabrikan milik Fairey
yaitu Hayes, Middlesex dan Manchester sempat dibuat sebanyak 44 buah.
Pesawat Gannet ini hanya digunakan empat negara saja, yaitu Inggris, Jerman,
Australia dan Indonesia. Sedikitnya pengguna pesawat yang mempunyai misi
spesifik anti kapal selam ini karena banyak negara yang luas lautnya hanya
terbatas maka tidak begitu berminat membeli pesawat tersebut. Angkatan Laut
Republik Indonesia membeli Pesawat Gannet dengan rincian 12 pesawat baru dan
6 pesawat reconditiones. Pembayaran dilakukan dengan cara cash dan kredit,
untuk 6 pesawat reconditioned dibayar cash lengkap dengan suku cadangnya
sedang sisasnya 12 pesawat baru dengan credit dalam 3 tahun atau lebih.11
11 Arsip Nota Kepala Staf Angkatan Laut kepada Letnan (P) R.E.B.O.T.Tjokrodiredjo, No.240/Rah/KSAL/58, tanggal 31 Mei 1958. Perihal: Petunjuk-petunjuk untuk persiapak draft contract dengan Fairey’s Aviation Ltd.
76
Tabel. 3Spesifikasi Pesawat Fairey Gannet
No Spesifikasi Keterangan1. Pembuat Fairey Aviation Company, Inggris2. Mulai Dibuat 19 September 19493. Krew 3 Orang terdiri Pilot, Navigator, Observe4. Panjang 13 m5. Panjang Sayap 16.56 m6. Tinggi 4.19 m7. Berat Kosong 6.835 kg8. Mesin Amstrong Siddeley Mamba Double
Mamba ASMD 19. Propeller 2 Kotra Rotasi dan 4 baling-baling10. Kecepatan Maksimum 500 km/jam11. Ketinggian Maksimum 7.600 m12. Persenjataan Bom, Torpedo, Bom Laut dan Roket.13. Negara Pengguna Inggris, Jerman, Australia dan Indonesia
Sumber: Majalah Angkasa Edisi Koleksi., No. 82, Kisah Heroik
Pertempuran Laut Trikora.
8) Kapal Selam Kelas Whisky RI-Pasopati
Gambar. 12Kapal Selam Kelas Whisky sedang dalam operasi pembebasan Irian Barat.
Sumber: Dispen AL.
77
Angkatan Laut Republik Indonesia saat itu adalah satu-satunya negara di
belahan dunia selatan yang memiliki 12 kapal selam kelas Whisky. Whisky class
merupakan kapal selama diesel yang amat ditakuti Belanda karena saat itu tidak
memiliki kapal selam dengan spesifikasi yang sama untuk menandingi Whisky
class. ALRI saat itu juga sudah memiliki jenis torpedo yang terbilang canggih
pada masanya. Jenis torpedo tersebut adalah SAET (Samonavodiashaiasia
Akustisticheskaia Elektricheskaia Torpeda)-50, sebuah torpedo jenis homing
akustik yang ditenagai dengan teknologi elektrik. Kecanggihan SAET-50 yakni
saat diluncurkan dapat langsung mencari sasaran sendiri (fire and forget)
berdasarkan suara baling-baling atau material magnetik yang dipancarkan oleh
badan kapal target. Hal yang menakutkan bagi armada kapal perang Belanda, hulu
ledaknya mencapai berat 375 Kg, dan teknologi homing akustik pasif torpedo ini
dapat mengendus sasaran mulai dari jarak 600-800 meter.
Whisky class mulai diproduksi tahun 1952 di Vladi Rusia dan mulai masuk
jajaran Satuan Selam Maritim (Satselarmatim) ALRI tanggal 29 Januari 1962
dengan tugas pokok menghancurkan garis lintas musuh (anti shipping),
mengadakan pengintaian dan melakukan “silent raids”. Salah satu kapal selam
Whisky class yang dimiliki Indonesia adalah RI Pasopati (yang kemudian
dijadikan monumen kapal selam di Kota Surabaya sejak tahun 1998).
78
Tabel. 4Spesifikasi Kapal Selam Whisky class RI-Pasopati
No Spesifikasi Keterangan1. Panjang 76,6 meter2. Lebar 6, 3 meter3. Kecepatan 18,3 knots di atas air
13,5 knots di bawah air4. Berat penuh 1.300 ton5. Berat kosong 1.050 ton6. Jarak jelajah 8.500 mil laut8. Bahan bakar Solar9. Batere 224 buah10. Persenjataan Torpedo steam 12 buah11. Panjang torpedo 7 meter12. Peluncur torpedo 6 buah13. Awak kapal 63 orang beserta perwira
Sumber: Majalah Angkasa Edisi Koleksi., No. 82, Kisah HeroikPertempuran Laut Trikora.
Alutsista dari Angkatan Laut Republik Indonesia tersebut kemudian
ditempatkan di Armada Tugas I yang menjadi komponen utama Angkatan Laut
Mandala (ALLA). Armada Tugas I memiliki 4 kesatuan tempur. Tercatat jumlah
keseluruhan kekuatan Armada Tugas I adalah 58 Kapal Perang (termasuk kapal
perang kelas destroyer dan fregat serta kapal selam), 22 Kapal Niaga yang
dimiliterisasi, 8 Pesawat Angkatan Laut (Gannet), 3 Batalyon Pasrat-45 sebanyak
6.700 marinir serta 1 Batalyon dari AD yang dikonversi ke Pasrat sebanyak 1.400
personel.12 Total keseluruhan kapal adalah 80 kapal, 8 pesawat dan 8.100 personel
pasukan pendarat. Cadangan strategis dari Angkatan Laut Mandala adalah 6 kapal
selam dan 12 kapal logistik dan tanker. Penempatan alutsista disesuaikan dengan
jenis dan fungsi dari kapal/pesawat terbang tersebut.
12 Julius Pour., Laksamana Sudomo Mengatasi Gelombang Kehidupan.,op.cit., hlm. 133.
79
1) Kesatuan Kapal Cepat Torpedo -10 (KKTT-10)
Kesatuan Kesatuan Kapal Cepat Torpedo -10 (KKTT-10) mempunyai
tugas sebagai kapal patroli dan pengawalan terhadap kapal-kapal strategis seperti
kapal markas dan kapal logistik. Kemampuan melaju cepat dengan dibekali
senjata torpedo membuat kapal ini juga mampu melakukan pertempuran dengan
kapal musuh. Kesatuan ini berkekuatan 8 buah kapal cepat torpedo kelas Rusia
dan 2 buah kapal tender angkatan laut (kapal niaga) Pelni yang dimiliterisasi.13
Kesatuan Kapal Cepat Torpedo-10 diresmikan pada tanggal 1 Juni 1962 dan
beroperasi pada H-60 Operasi Jayawijaya. Kapal-kapal cepat torpedo ini berbobot
60 Ton dan mempuyai kecepatan 20 Knot, kecepatan tersebut bisa bertambah
mencapai 32 knot jika kapal menembakan torpedo. Kapal tersebut dilengkapi
dengan 2 buah tabung peluncur torpedo dengan daya efektif tembakan sejauh 2
mil.
2) Kesatuan Kapal Selam-15 (KKS-15)
Kesatuan Kapal Selam-15 adalah satuan dari unsur-unsur kapal selam
yang bertugas dibawah air dengan misi pengintaian dan penyusupan pasukan
infiltrasi. Kesatuan Kapal Selam-15 (KKS-15) diresmikan pada tanggal 1 Juli
1962. Kesatuan Kapal Selam-15 (KKS-15) mendapat perintah untuk melakukan
tugas patroli diperairan Utara Irian Barat, dalam hal komunikasi dan laporan
operasi ditentukan refrein point sehingga orang lain tidak tahu dan hanya
Komandan Gugus yang tahu. Hubungan komunikasi hanya antara kapal dengan
13 Mabes ABRI., Tri Komando Rakyat Pembebasan Irian Barat(TRIKORA), (Jakarta: Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, 1995), hlm. 173.
80
pangkalan, tidak ada komunikasi antar kapal dengan kapal, namun yang menjadi
hambatan dalam tugas adalah dalam mengenali kapal yang menjadi sasaran.
3) Angkatan Tugas Amfibi-17 (ATA-17)
Angkatan Tugas Amfibi-17 (ATA-17) dipimpin langsung oleh Panglima
ALLA/Armada Tugas-1 yaitu Kolonel Sudomo. ATA-17 terdiri dari satuan unsur
kapal dan satuan pasukan pendarat. Angkatan Tugas Amfibi-17 (ATA-17)
mempunyai lima gugus tugas dengan peran yang berbeda-beda antara lain yaitu
Gugus Tugas Markas adalah sebuah armada dari Angkatan Laut Mandala yang
bertugas sebagai Kapal Markas Panglima Angkatan Laut Mandala Panglima
ALLA/ATA-17 beserta para stafnya. Gugus Tugas Bantuan Tembakan Kapal,
gugus ini terdiri dari satuan unsur kapal Destroyer dan MTB. Gugus tugas ini
mempunyai peran sebagai pelindung pasukan saat pendaratan melalui pantai
dengan tembakan-tembakan ke sasaran-sasaran strategis di pantai musuh. Hal itu
dilakukan guna menghancurkan pertahanan-pertahanan musuh dan
mempermudahkan pasukan untuk mendarat.
Gugus selanjutnya yaitu Gugus Tugas Tabir yang bertugas sebagai tabir
atau pelindung bagi Gugus Tugas lainnya. Konsep tabir/pelindung terlihat dari
unsur-unsur kapal yang berada dalam gugus ini, keberadaan kapal selam sebagai
tabir bawah laut dan keberadaan kapal perusak menjadi pelindung dipermukaan
laut. Gugus Tugas Tabir terdiri atas kapal fregat (2 buah), corvet (2 buah) dan
kapal buru selam (12 buah). Gugus Tugas Angkut adalah Satuan Tugas dalam
Angkatan Laut Mandala yang bertugas sebagai pengangkut/transportasi baik
pasukan atau perbekalan/logistik. Gugus ini terdiri dari Kesatuan Kapal
81
Perusahaan Pelayaraan Nasional yang dimiliterisasi sejak bulan Februari-Agustus
1962. Gugus Tugas Awas adalah Kapal-kapal jenis penyapu ranjau dengan tugas
membersihkan ranjau bagi kelancaran pendaratan pasukan dan juga membuat
tanda pembatas pantai pendaratan.
ATA-17 juga memiliki Gugus Tugas Perawatan yang bertugas sebagai
kapal rumah sakit dan perawatan korban-korban pertempuran. Pembentukan kapal
rumah sakit dikerjakan oleh Armada bersama dengan Direktorat Kesehatan
Angkatan Laut. Kapal rumah sakit mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu dicat dengan
warna putih dan diberi tanda palang merah dengan ukuran besar dilambung kapal
dan dicerobong asap. Kapal-kapal tersebut adalah kapal Perusahaan Nasional
Pelni dan untuk keperluan sebagai kapal rumah sakit diadakan perbaikan dan
perombakan disesuaikan dengan kebutuhan antara lain: kamar perawatan, kamar
operasi/bedah, kamar rontgen, kamar farmasi dan poliklinik. Dalam usaha
memenuhi kebutuhan suatu operasi, Direktorat Kesehatan Angkatan Laut
bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga untuk melakukan
pendidikan kilat selama 6 bulan bagi para dokter Angkatan Laut dan ilmu bedah
perang.14
4) Kesatuan Udara Angkatan Laut Mandala-18 (KUAL-18)
Kesatuan Udara Angkatan Laut dipimpin oleh Mayor (P) Penerbang
Barata dengan kekuatan 6 buah pesawat Gannet dan 2 buah pesawat Albatros.
Tugas dari kesatuan pesawat Gannet adalah untuk memberi perlindungan terhadap
kapal selam serta melakukan patroli-patroli laut sedang tugas kesatuan Albatros
14 Ibid., hlm. 187.
82
adalah sebagai pendukung membawa logistik, obat-obatan, pesawat SAR dan
untuk patroli maka pesawat ini tidak dipersenjatai.
KUAL-18 memiliki skuadron khusus anti kapal selam, yaitu Skuadron
Udara-100 Anti Kapal Selam yang dibentuk pada tanggal 8 Juli 1961 di
Pangkalan Udara Angkatan Laut Morokrembang. Skuadron ini adalah kesatuan
pesawat khusus anti kapal selam milik angkatan laut yang berjumlah 16 buah tipe
AS-4 dan 2 buah tipe latih T-5. Pesawat ini diawaki oleh 4 kru yaitu penerbang,
navigator dan telegrafis. Pesawat Gannet ini dipersenjatai dengan bom laut dan
roket yang berfungsi untuk menghancurkan kapal yang berada di bawah
permukaan maupun diatas permukaan laut.
Tabel. 5Unsur-Unsur Kapal Angkatan Tugas Amfibi-17 (ATA-17)
No Jenis Kapal Jumlah1. Destroyer 2 Buah2. Fregat 2 buah3. Corvet 2 buah4. Kapal Selam 4 buah (6 buah cadangan)5. Kapal Torpedo 2 buah6. Kapal Torpedo Cepat (Motor Torpedo Boat) 12 buha7. Penyapu Ranjau 4 buah8. Landing Ship Tank (LST) 6 buha9. AKA/APA 2 buah10. Kapal Tunda/Salvage 3 buah11. Kapal Tanker 2 buah12. Kapal Rumah Sakit 3 buah13. Kapal Transport meliputi Kapal Evakuasi, Kapal
Markas dan Kapal Cadangan1 Skuadron
Sumber: Mabes ABRI. Tri Komando Rakyat Pembebasan Irian Barat. KoleksiPusat Dinas dan Dokumentasi Pusjarah TNI.
83
3. Kekuatan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) Angkatan Udara Mandala
PGT-AU (Pasukan Gerak Tjepat Angkatan Udara) adalah pasukan khusus
Angkatan Udara Republik Indonesia yang memiliki kemampuan para
(penerjunan). Embrio PGT dimulai pada tahun 1950 dengan diadakannya Sekolah
Terjun Payung (Sekolah Para) yang diikuti oleh para prajurit dalam rangka
pembentukan Pasukan Para AURI. Sekolah Para ini dibuka di Pangkalan Udara
Andir Bandung sebagai kelanjutan dari embrio Sekolah Para di Maguwo. Hasil
didik dari Sekolah Para inilah yang kemudian disusun dalam Kompi-Kompi
Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang dibentuk pada bulan Februari 1952 dan Kapten
Udara RA. Wiriadinata sebagai Komandannya yang saat itu merangkap sebagai
Komandan Pangkalan Udara Andir di Bandung. Pada tahun 1950 an Pasukan TNI
AU terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara) yang
kekuatannya terdiri dari 11 Kompi Berdiri Sendiri (BS) (kurang lebih 2.750
personel), 8 Pleton BS (kurang lebih 240 personel) dan 1 Battery PSU (kurang
lebih 180 personel).15
PGT memasuki tahun 1960 ditugaskan dalam rangka operasi pembebasan
Irian Barat, maka dibentuklah Resimen Tim Pertempuran PGT (RTP PGT) yang
bermarkas di Bandung dan Kapten Udara Soegiri Soekani sebagai Komandannya.
RTP PGT membawahi 2 Batalyon (1.400 personel) PGT yaitu Batalyon A PGT
yang dipimpin oleh Kapten Udara Z. Rachiman dan Batalyon B PGT yang
dipimpin oleh Kapten Udara J.O. Palendeng. PGT AURI dalam operasi Trikora
15 Artikel dalam Website dengan alamat http://tni-au.mil.id/ diakses padatanggal 18 Juni 2015, pukul 14.15.
84
ikut mengambil bagian dengan melibatkan pasukannya sebesar 428 personel dari
jumlah keseluruhan pasukan 1.397 yang terdiri dari Angkatan Darat dan Polisi.
Operasi yang melibatkan pasukan PGT adalah Operasi dengan Sandi
Serigala yang dilakukan pada tanggal 17 Mei 1962. Lokasi penerjunan adalah
daerah Sorong dengan kekuatan pasukan 39 personel PGT dibawah pimpinan
Letnan Udara II Manuhua. Pasukan ini mendarat di asrama Belanda didaerah
Taminabuan dan mengalami kontak senjata, namun pasukan ini adalah pasukan
yang berhasil mengibarkan bendera merah putih di Irian Barat pada tanggal 21
Mei 1962. Operasi Serigala juga kembali dilakukan pada tanggal 19 Mei 1962
dengan pesawat C-130/Hercules yang membawa 81 personel PGT dibawha
Letnan Muda (U) Suhadi di Sanspor. Operasi lain yang melibatkan pasukan PGT
adalah Operasi Naga yang dilaksanakan pada tanggal 2 Jun 1962 dengan sasaran
Merauke. Pasukan PGT yang dipersiapkan sejumlah 55 personel dan 160 personel
dari Kompi-2 Batalyon 530/Brawijaya. Selain itu juga dalam Operasi Alap-Alap
yang melibatkan 1 kompi PGT sebanyak 132 personel dibawah Letnan Udara II
Matitaputty.16
4. Alat Utama Sistem Pertahanan Angkatan Udara Mandala
Kekuatan pertahanan Angkatan Udara Mandala untuk operasi pembebasan
Irian Barat terus mengalami perkembangan. Kesiapan alutsista Angkatan Udara
terbilang berjalan lambat dengan tuntutan cepat untuk segera mampu mencapai
16 Mabes ABRI., Tri Komando Rakyat Pembebasan Irian Barat(TRIKORA)., op.cit., hlm. 246, 247, 251 dan 252.
85
air superiority. Perkembangan kesiapan angkatan udara berdasarkan laporan
Gabungan Kepala Staf dari akhir tahun 1961 hanya mampu siap 31%, pada
pertengahan tahun 1962 meningkat menjadi 51% dan bertambah menjadi 74%
pada akhir tahun 1962. Perhitungan persen tiap tahun berdasarkan presentase
kemampuan Angkatan Udara menyediakan alutsista yang dibutuhkan. Misalnya
kebutuhan pesawat pembom jarak jauh Tu-16 sejumlah 12 pesawat, namun di
tahun 1961 hanya mampu menyediakan 4 pesawat (33% dari keseluruhan yang
harus disediakan). Pada pertengahan tahun 1962 meningkat menjadi 8 pesawat
(naik menjadi 66%) hingga akhir 1962, sehingga dari kebutuhan 12 pesawat
Angkatan Udara hanya mampu menyediakan 8 pesawat (66% dari kebutuhan).
Angkatan Udara juga mampu menyediakan kesiapan hingga 100% seperti
kebutuhan pesawat jet MiG-17, dari kebutuhan MiG-17 sejumlah 12 pesawat pada
akhir tahun 1961 Angkatan udara mampu menyediakan langsung 12 pesawat
(100% dari kebutuhan), pertengahan tahun 1962 hanya dapat menyediakan 6
pesawat (kemampuan menurun 50%) hingga akhir tahun 1962 bertambah lagi 6
pesawat (total peningkatan 100%). Selain pesawat MiG-17, Angkatan Udara juga
mampu menyediakan pesawat IL-28 sebanyak 12 buah, pesawat B-25/B-26
sebanyak 8 buah, pesawat MiG-21 sebanyak 12 buah, pesawat MiG-19 sebanyak
12 buah, pesawat P-51 sebanyak 12 buah dan pesawat C-130 B/Hercules 8
pesawat, total pesawat yang keseluruhan adalah 108 pesawat.17
17 Arsip Laporan Nomor 32-0118/A/GKS-B/61 Ketua Gabungan Kepala-2Staf kepada Presiden/Panglima Tertinggi. Arsip Koleksi Dinas DokumentasiPusat Sejarah TNI, Appendix II, Lampiran E.
86
Tabel. 6Kekuatan Angkatan Udara Tahun 1961-1962
No Jenis Jumlah Akhir 1961 Medio 1962 Akhir 1962Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Pesawat Terbang1 Tu-16 12 4 33 8 66 8 662 IL-28 12 6 50 6 50 12 1003 B-25/26 8 - 75 8 100 8 1004 MiG-21 12 - 0 6 50 12 1005 MiG-19 12 12 100 6 50 12 1006 MiG-17 12 12 100 6 50 12 1007 Misil udara 3 - 0 - 0 1 338 P-51 12 6 50 6 50 12 1009 C-130 10 5 50 8 80 8 8010 C-47 24 20 83 24 100 24 100
Pangkalan Udara11 Morotai 60 60 8012 Amahai 20 50 6013 Letfuan 0 30 6014 Kendari 30 50 8015 Kupang 50 70 8016 Gorontalo 20 50 6017 Jailolo 10 30 5018 Pattimura 60 70 8019 Liang 10 50 6020 Namlea 10 30 5021 Langgur 40 60 8022 Dokabarat 10 30 5023 Selaru 10 30 50
G.C.I24 G.C.I unit 5 - 0 2 40 4 80
Kesiapan dalam % 31% 51% 76%
Sumber: Laporan Gabungan Kepala Staf. Dinas Dokumentasi PusatSejarah TNI.
Kekuatan Alutsista Angkatan Udara Mandala antara lain mencakup
pesawat P-51D Mustang, Pesawat Pembom IL-28, Pesawat Angkut C-47 Dakota,
Pesawat Angkut Raksasa C-130 B/Hercules, Pesawat Jet MiG-17/Fresco, Pesawat
Pembom Jarak Jauh Tu-16 dan Tu-16/KS, Pesawat PBY Catalina serta Pesawat
87
UF-1 Albatros. Angkatan Udara dalam memperkuat unsur-unsur pesawat tempur
juga harus mempersiapkan kemampuan pangkalan udara untuk operasi
pembebasan Irian Barat. Kemampuan pangkalan Angkatan Udara berdasarkan
laporan perkembangan kekuatan udara dari tahun ke tahun oleh GKS bahwa tidak
ada pangkalan udara yang siap 100%. Kemampuan pangkalan udara dari akhir
tahun 1961 hingga akhir tahun 1962 rata-rata mencapai 80% tertinggi yaitu
pangkalan udara Morotai, Kendari, Kupang, Pattimura dan Langgur, sedang
kesiapan terrendah sebesar 50% yaitu pangkalan udara Jailolo, Selaru, Dokabarat
dan Namlea.
1) P-51 D Mustang
Gambar. 13Pesawat Pemburu P-51D Mustang dengan nose art bertema shark teeth
dipersiakan dalam Operasi Pembebasan Irian Barat.
Pada tanggal 21 Maret 1951, sesuai ketetapan KSAU No. 2811/KS/1951,
dinyatakan mengenai grup operasional dari kesatuan-kesatuan pesawat, salah
satunya Pesawat P-51/Mustang yang memperkuat Skuadron 3 yang menjadi salah
satu unsur kekuatan pemburu. Skuadron 3 resmi berdiri dengan komandan
88
pertama Moeljono dengan jumlah pesawat P-51/Mustang sebanyak 40 unit.
Selama kampanye Trikora pesawat P-51/Mustang ini ditempatkan di Laha,
Ambon. Selain di Ambon, pesawat juga dipersiapakan di Pangkalan Udara
Amahao, Latfuan, Bula dan Langgur. Pesawat P-51/Mustang memasuki era jet
mulai dipindahkan dari Halim ke Lanud Abdurahman Saleh, Malang dan masuk
jajaran Wing Operasional 002 Taktis, seiring berjalannya waktu Pesawat P-
51/Mustang mengakhiri masa baktinya pada tahun 1975.
Tabel. 7
Spesifikasi Pesawat P-51 D Mustang
No Spesifikasi Keterangan1. Krew 12. Panjang 32 kaki 9,5 inci3. Panjang Sayap 37 kaki 9,5 inci4. Tinggi 13 kaki 8 inci5. Berat Kosong 7.125 lbs, MTOW 12.0006. Mesin Packrad Merlin V-1650-7
Piston 1.695-hp7. Jarak Jelajah 1.300 mil8. Kecepatan Maksimum 437 mph9. Ketinggian Maksimum 41.900 kaki10. Persenjataan 6 senapan mesin 12,7 mm pada kedua
sayap pesawat2 bom 1.000 lb/6 roket 127 mm
Sumber: Angkasa Edisi Koleksi No. 72. Pesawat Kombatan TNI-AU 1946-2011.
89
2) TU-16 & TU-KS Badger
Gambar. 14Pesawat TU-16 pembom jarak jauh berjejer di Pangkalan Udara Iswayudi,
Madiun sedang dipersiapkan dalam Kampanye Trikora.Sumber. Dok Dispen AU.
Tupolev Tu-16 (dijuluki NATO dengan nama Badger) adalah sebuah
pesawat jet bomber bermesin ganda yang dikembangkan dan digunakan oleh
Angkatan Udara Uni Soviet. Pesawat ini telah beroperasi selama lebih dari 50
tahun, dan masih beroperasi di angkatan udara Tiongkok dengan varian Xian H-6.
Dirancang sebagai pesawat serba bisa, Tu-16 diprodukasi dalam berbagai varian
untuk mata-mata, patroli maritim, pengumpul data elektronik intelijen, dan perang
elektronik. Sebanyak 1.507 pesawat dibangun di tiga pabrik pesawat di Uni Soviet
antara tahun 1954 hingga tahun 1962. Varian untuk sipil, Tu-104 Camel, menjadi
pesawat penumpang untuk maskapai penerbangan Uni Soviet, Aeroflot. Tu-16
sempat diekspor ke Mesir, Indonesia dan Irak. Pesawat pembom strategis ini terus
digunakan oleh angkatan udara dan angkatan laut Uni Soviet hingga tahun 1993.
90
Tu-16 dan TNI-AU 24 unit pesawat bomber ini varian Tu-16KS-1 dimiliki
oleh AURI terdiri dari 12 versi pembom (Badger A), 12 pesawat lagi versi
pembawa rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel). Versi pembom
dioperasikan Skuadron 41, sementara Tu-16 KS di Skuadron 42. Keduanya
beroperasi dibawah kendali Wing-003 di tahun 1961 bermarkas di Pangkalan
Udara AURI Iswahyudi, di Madiun, Jawa Timur. Pesawat-pesawat ini digunakan
dalam Operasi Trikora tahun 1962. Semua pesawat ini direncanakan untuk
menyerang Hr. Ms. Karel Doorman, kapal induk angkatan laut Belanda yang
tengah berlayar dekat Irian Barat.
TU-16 Badger kehadirannya itu menempatkan Indonesia sebagai salah
satu dari empat negara di dunia yang mengoperasikan pengebom strategis. Negara
lainnya adalah Amerika Serikat (AS) dengan B-58 Hustler, Inggris dengan V-
Bomber, dan Rusia. Sikap politik bebas dan aktif kala itu membuat Indonesia
tidak terlalu terpengaruh ketika AS mengembargo suku cadang pengebom B-25
Mitchel yang telah dimiliki. Bahkan, kebijakan pemerintah Soekarno yang
memutuskan membeli TU-16 Badger dan melengkapinya hingga 24 unit, tanpa
lepas dari ambisi politik kala itu, mampu menempatkan Indonesia sebagai satu
negara dengan kekuatan dan kemampuan militer yang ditakuti. Selepas peristiwa
30 September 1965 dan perubahan rezim, kekuatan udara Indonesia berangsur-
angsur menurun. Keberadaan pengebom strategis TU-16 dihapuskan sebagai salah
satu syarat jika Indonesia ingin memperoleh F-86 Sabre dan T-33 T-Bird dari AS.
Perubahan sikap politik perlahan-lahan berdampak pada daya dan kemampuan
91
AURI hingga berbeda 180 derajat. Semua unit Tu-16 tidak diterbangkan lagi di
tahun 1969 dan keluar dari armada AURI di tahun 1970.18
Tabel. 8Spesifikasi Pesawat Tu-16 Badger
No Spesifikasi Keterangan1. Pembuat Tupolev2. Tiba di Indonesia Tahun 19623. Jumlah yang dibeli 24 Pesawat4. Krew 6-75. Panjang 114 ft 2 in (34.8 m)6. Panjang Sayap 108 ft 3 in (32.99 m)7. Tinggi 34 ft (10.36 m)8. Berat Kosong 82,000 lb8. Mesin 2 Mikulin AM-3M turbojets, 20,920 lb
thrust each9. Maksimum Take-off 165,350 lb10. Jarak Jelajah 4,505 miles (7,250 km)11. Kecepatan Maksimum 652 mph(1,050 km/h)12. Ketinggian Maksimum 49,200 ft13. Persenjataan 7 AM-23 23mm cannons in pairs with
single in nose, plus 19,800 lb includingfree-fall weapons and ASMs
AS-1 "Kennel" air-to-ship missileAS-2 "Kipper" air-to-surface missile
AS-5 "Kelt" air-to-surface missileAS-6"Kingfish" air-to-surface missile
14. Negara Pengguna Mesir,Rusia, Irak, Tiongkok dan Indonesia
Sumber: Angkasa Edisi Koleksi., No. 73. Operasi Udara Trikora dan AngkasaEdisi Koleksi No. 72. Pesawat Kombatan TNI-AU 1946-2011.
18 www.militer-review.web.id diakses pada tanggal 4 Agustus 2014, Pukul11.05 WIB. Keterangan lihat juga Majalah Angkasa Edisi Koleksi., No. 73,Operasi Udara Trikora, 2011, hlm. 72-76 dan Angkasa Edisi Koleksi No. 72.Pesawat Kombatan TNI-AU 1946-2011, 2011., hlm. 26-33.
92
3) B-25 Mitchell & B-26 Invander
Pesawat B-25/B-26 memperkuat armada udara Indonesia dibawah
Skuadron Udara I/Pembom AURI. Skuadron dengan logo kijang melompat ini
pertama kali dikomandani oleh Letnan Udara PGO Noordraven, penetapan
komandan dilakukan pada tanggal 26 April 1950. Anak buah Letnan Udara
Noordraven saat itu antara lain Letnan Udara I/Calon Perwira RJ Ismail (pilot),
Sersan Udara Z Pelmelay (teknisi) dan Sersan Udara Hasibun (radio). B-25
pertama diterbangkan pada tanggal 30 April dan dibawah Skuadron Udara I ini B-
25/B-26 bertugas menjadi pembom taktis dan juga sebagai pembantu dalam
operasi darat dan laut.
Gambar. 15Pesawat B-25/B-26 pembom jarak menengah yang digunakan untuk operasi di
Irian Barat.Sumber: Dok Dispen AU.
B-25 Mitchell yang dimiliki AURI terdiri dari berbagai varian yang antara
lain: Varian Foto Udara: 5 unit B-25 tipe C dengan registrasi pesawat M-329, M-
360, M-372, M-378 dan M-408. Varian angkut VIP: 1 unit B-25 tipe C dengan
registrasi M-346. Varian Pembom Taktis : 10 unit B-25 dengan registrasi M-365,
93
M-418, M-444, M-449, M-450, M-451, M-456, M-458, M-459 dan M-464.
Varian serang: 8 unit B-25 tipe J dengan registrasi M-421, M-423, M-433, M-434,
M-437, M-439, M-440 dan M-448.
Tabel. 9Spesifikasi Pesawat Pembom “Mitchell” B-25
No Spesifikasi Keterangan1. Pembuat Amerika Serikat2. Nama North American B-25/C/D/J Mitchell3. Jumlah yang dibeli 24 Pesawat4. Krew 6 orang, 1 penerbang I, 1 penerbang II, 1
pengintai/juru bom, 1 juru radio dan 1penembak udara.
5. Panjang 16,3 m6. Panjang Sayap 20,6 m7. Tinggi 4,6 m8. Luas Sayap 56,6 m2
9. Mesin Motor 2 x 1.700 d.k. Wright CycloneR.2600-13/19.
10. Muatan Bom Maksimum 2.720 kg (jarak dekat)11. Perlengkapan Radio12. Bahan Bakar Jumlah Bensin 1.559 US gall.
(B-25/J=1.524 US gall)Oktaan : 100 oktaan
Jenis : AN-F-28 grade 130Jumlah Minyak 83 US gall.
Jenis : AN-VV-O-446 grade 1.100(B-25/J=grade 1.120)
Pemakaian sejam: 3.44 US gall13. Berat Muatan 5.630 kg14. Maksimum Take-off 165,350 lb15. Jarak Jelajah 2.585 km.
Aksi Radius 1.290 km16. Kecepatan Maksimum 485 kmh17. Ketinggian Maksimum 7.380 m18. Kecepatan Jelajah 354 km19. Kecepatan Mendarat 193 kmh20. Jarak Mendarat 1.300 m21. Persenjataan 6-12 senapan mesin 12,7 mm22. Tipe Pesawat Bomber (khusus pemboman) dan
Strafer (khusus untuk menembak)
Sumber: Angkasa Th II. April 1951.
94
4) C-130 B Hercules
Gambar. 16Pasukan PGT (Pasukan Gerak Tjepat) sebelum penerjunan dengan menggunakan
Pesawat C-130/Hercules.Sumber: Dok Dispen AU.
Pesawat angkut berat C-130 atau dikenal dengan nama Hercules pertama
diterbangkan pada tanggal 23 Agustus 1954 dari pabriknya Lockheed, California.
Pesawat C-130 terus melakukan produksi seperti C-130 A, C-130 B, C-130 E, C-
130 H, C-130 K, C-130 P, C-130 R, C-130 T dan KC-130R/T. Indonesia
merupakan negara pertama diluar Amerika Serikat yang diijinkan menggunakan
Pesawat C-130 tersebut. Proses pembelian pesawat tersebut juga buka merupakan
suatu kebetulan, alasan Indonesia dapat membeli Pesawat C-130/Hercules ini
berlatar belakang politis, yaitu sejak tertangkapnya Alan Pope. Alan Pope pilot
berkewarganegaraan AS yang terlibat dalam pemberontakan Permesta berhasil
95
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Pemerintah Indonesia. Presiden
Sukarno pun membebaskan Alan Pope dan sebagai imbalannya Presiden John F.
Kennedy memberikan hadiah berupa perizinan pembelian Hercules bagi
Indonesia. Sebanyak 10 unit Pesawat C-130/Hercules dibeli Indonesia,
penyerahan pertama dilakukan pada tanggal 18 Maret 1960 oleh Carl Squir wakil
presiden dari Lockheed Corp kepada Men/Pangau Laksamana Udara Suryadarma.
Pesawat C-130/Hercules digunakan dalam operasi pembebasan Irian Barat atas
perintah langsung Panglima Mandala dan ditandatangai pada tanggal 9 Agustus
1962. Pada tanggal 13 Agustus 1962, Pesawat C-130/Hercules mulai menjalankan
misinya yang antara lain Operasi Elang, Operasi Gagak, Operasi Alap-Alap,
Operasi Naga dan Operasi Jatayu.
Tabel. 10Spesifikasi Pesawat C-130/Hercules
No Spesifikasi Keterangan1. Mesin Four Allison T56-A-15 turboprops;
4,300 horsepower, each engine.2. Panjang 29,3 meter3. Lebar sayap 11,4 meter4. Tinggi 39,7 meter5. Kecepatan 374 mph (Mach 0.57) at 20,000 feet
(6.060 meter)6. Ketinggian 10.000 meter dengan bebab 45 ton7. Berat Maximum Takeoff 69.750 kg8. Normal Passenger Seats Available Up to 92 troops or 64 paratroops or 74
litter patients.9. Jangkauan 2.049 nautical miles with maximum
payload, 2.174 nautical miles dengan11.250 kg kargo, dan 5.200 nautical
miles tanpa kargo10. Kru minimum 5 (2 pilots, 1 navigator, flight engineer
and loadmaster)
Sumber: www.wikipedia.com.
96
5) IL-28 Beagle
Gambar. 17Pesawat Ilyushin-28 terbang dalam misi operasi pembebasan Irian Barat.
Sumber: Dispen AU.
Pesawat llyushin-28 (kode NATO: Beagle) adalah sebuah pesawat
pengebom menengah buatan Uni Soviet. Il-28 milik ALRI termasuk dalam jajaran
skuadron udara 500, merupakan jenis pengebom tempur menengah. ALRI
mempunyai 12 pesawat, versinya adalah seri M sebagai pesawat utama dan seri U
sebagai pesawat latih. Kemampuan pembom jarak menengah dan Indonesia yang
mempunyai 12 pesawat membuat Angkatan Udara Republik Indonesia saat itu
disegani.
97
Tabel. 11Spesifikasi Pesawat Pembom llyushin 28 Beagle
No Spesifikasi Keterangan1. Kru Tiga (pilot, pengebom, penembak)2. Panjang 17.65 m (57 ft 11 in (termasuk
meriam))3. Lebar sayap 21.45 m (70 ft 4 ½ in (termasuk tangki
ujung))4. Tinggi 6.70 m (22 ft 11 ¾ in)5. Area sayap 60,80 m² (654,5 sq ft)6. Airfoil TsAGI SR-5S [12]7. Aspek rasio 7.55:18. Berat kosong 12.890 kg (£ 28.417)9. Berat Loaded 18.400 kg (£ 40.565)10. Max. berat lepas landas 21.200 kg (£ 46.738)11. Powerplant 2 × Klimov VK-1 A turbojet , 26,5 kN
(5952 lbf)12. Cruise speed 770 km / h (415 knot, 478 mph)13. Berat Muatan 5.630 kg14. Rentang 2.180 km (1.176 nm, 1.355 mil) di
770 km / h (415 knot, 478 mph) dan10.000 m (32.800 kaki)
Sumber: www.wikipedia.com.
6) MiG-17 Fresco
Gambar. 18Pesawat MiG-17 sedang dipersiapkan dalam misi pembebasan Irian Barat.
Sumber: Dispen AU.
98
Mikoyan-Gurevich MiG-17 (bahasa Rusia: Микоян и Гуревич МиГ-17)
(kode NATO "Fresco") adalah pesawat tempur jet Uni Sovyet yang aktif sejak
tahun 1952. Pesawat ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari MiG-15.
Tercatat Indonesia pernah memiliki pesawat jenis ini. Pesawat ini umumnya
digunakan di negara-negara Pakta Warsawa, Afrika, dan Asia. Produksi berlisensi
juga dilakukan di Jerman Timur, Polandia (PZL-Mielec Lim-6) dan Cina
(Shenyang J-5). AU AS (Departemen Pertahanan AS) memberi nama “Type-38”
dan NATP “Fresco”.
Pesawat varian tempur siang (MiG-17, MiG-17F) dipersenjatai dengan
dua senapan 23mm NR-23 dan satu senapan 37mm N-37, yang dipasang di bawah
intake-udara. Tempan pemasangan senjata ini dapat dengan mudah dilepas untuk
perawatan. Untuk varian yang dilengkapi dengan radar (MiG-17P, MiG-17PF),
senapan N-37 diganti dengan NR-23 untuk mengkompensasi berat radar yang
dibawanya di bagian belakang pesawat. Semua varian dapat membawa 100 kg
bom dan dua pylon di bawah sayapnya dapat membawa 250 kg bom, akan tetapi,
pylon ini biasanya digunakan untuk membawa tangki bahan bakar tambahan (400
liter). MiG-17R dilengkapi dengan dua senapan 23mm. Kebanyakan MiG-17
yang beroperasi di negara ketiga saat ini berperan sebagai pesawat serang darat
dan trainer. Satu-satunya varian MiG-17 yang dilengkapi dengan misil udara-ke-
udara adalah MiG-17PM (atau MiG-17PFU) yang dapat membawa empat misil
K-5. Pesawat ini tidak memiliki senapan. Beberapa negara memodifikasi sehingga
pesawat ini juga dapat membawa roket (tanpa kendali) atau bom pada pylon
tambahan. MiG-17 di Cuba dapat dipersenjatai dengan misil AA-2 “Atoll” MiG-
99
17P dilengkapi dengan radar Izumrud (RP-1), sementara MiG-17PF yang awalnya
dilengkapi dengan radar RP-1, kemudian digati dengan radar Izumrud-5 (RP-5).
MiG-17PM juga dilengkapi dengan radar yang digunakan untuk membidikkan
misilnya. Varian-varian lain tidak memiliki radar.
Tabel. 12Spesifikasi Pesawat MiG-17 Fresco
No Spesifikasi Keterangan1. Kru 12. Panjang 11.36 m (37 ft 3 in)3. Lebar sayap 9.63 m (31 ft 7 in)4. Tinggi 3.80 m (12 ft 6 in)5. Area sayap 22.6 m² (243.2 ft²)8. Berat kosong 3,930 kg (8,646 lb)9. Berat Loaded 5,354 kg (11,803 lb)10. Max. berat lepas landas 5,354 kg (11,803 lb)11. Mesin 1 × Klimov VK-1F afterburning
turbojet, 33.1 kN with afterburner(7,440 lbf)
12. Laju Maksimum 1,144 km/h at 3,000 m (711 mph at10,000 ft (3,000 m))
13. Jangkauan 1,080 km, 1,670 km with drop tanks(670 mi / 1,035 mi)
14. Persenjataan - 1x 37 mm Nudelman N-37 cannon(40 rounds total)
- 2x Nudelman-Rikhter NR-23cannons (80 rounds per gun, 160rounds total)
- Up to 500 kg (1,100 lb) of externalstores on two pylons, including 100kg (220 lb) and 250 kg (550 lb)bombs or fuel tanks.
Sumber: www.wikipedia.com.
100
7) Antena Radar Nysa B
AULA dalam usaha melindungi penerbangan pesawat Indonesia dan
pengawasan penerbangan musuh kemudian menempatkan stasiun-stasiun radar di
daerah operasi. Penempatan stasiun-stasiun radar antara lain di Morotai, yang
dipasang disebuah pegunungan. Selain di Morotai, stasiun radar juga ditempatkan
di Bula. Salah satu unsur radar (radio detection and ranging) yang menjadi bagian
kecil (sub system) dari pertahanan udara AULA adalah penempatan Antena Radar
Nysa B. Tugas peralatan tersebut menuntun pesawat tempur AULA menuju ke
sasaran udara. System ini memiliki 2 buah antena yaitu Nysa B dan Nysa C yang
masing-masing berfungsi mengukur ketinggian dan jarak serta pencegahan
perlawanan eletronik. Selain itu juga sebagai radar peringatan dini (early warning
radar) dan radar pengendali serta penuntun penyergarapan (ground control
interception).
Tabel. 13Spesifikasi Antena Radar Nysa B
No Spesifikasi Keterangan1. Pembuat Polandia2. Type NB/Height Finder3. Jenis Mobile Radar4. Diameter Antena 440 cm5. Panjang 850 cm6. Tinggi Kabin 185 cm7. Berat 5.000 kg8. Daya 800 kw9. Pulse width 1 micro SLc10. PRF 20011. GA 28 dB12. Ketinggian Maksimum 50.000 feet14. Radius 240 km
Sumber: Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI
101
Alutsista Angkatan Udara tersebut digunakan oleh Angkatan Udara
Mandala dengan ditempatkan pada beberapa Kesatuan Tempur (KT) angkatan
udara. Kesatuan Tempur ini mempunyai tugas pokok tersendiri sehingga
penempatan alutsista disesuaikan dengan kebutuhan satuan tempur.
1) Kesatuan Tempur Senopati
Kesatuan Tempur Senopati dibentuk pada awal bulan Februari 1962
dengan komandannya Mayor Udara Ch. Lantang. KT Senopati mempunyai
kedudukan di Pangkalan Udara Morotai dengan unsur kekuatan terdiri dari
pesawat IL-28, MiG-17, B-25/B-26, C-47/Dakota, Albatros/Catalina dan
helikopter. KT Senopati mempunyai tugas pokok untuk mempersiapkan diri
dalam rangka operasi fisik atau terbuka, sehingga pada awal 1 Juni 1962 Kesatuan
Tempur Senopati sudah dalam kondisi siap tempur. Persiapan ditekankan pada
kemampuan pesawat, awak kapal dan rencana dalam suatu perang terbuka. Selain
itu juga dilakukan Latihan-latihan yang dilakukan meliputi penerbangan,
pengintaian dan pemotretan terutama didaerah daratan Irian Barat yang nanti akan
ditetapkan menjadi daerah sasaran penerjunan. Latihan-latihan tersebut juga untuk
mengasah kemampuan tempur dan mempertahankan kekuatan matra udara dalam
rangka mempersiapkan penggempuran kekuatan Belanda di Irian Barat. Kegiatan
ini selain diikuti oleh unsur tempur juga unsur bantuan udara lainnya seperti
satuan radar, perhubungan, search and rescue (SAR) dan kesehatan. Selain itu
juga dilakukan kegiatan pendaratan darurat di Laut (ditching) dan penyelidikan
tumbuhan-tumbuhan dan binatang yang mungkin dapat dimakan dalam keadaan
102
darurat baik untuk keperluan awak pesawat maupun pasukan yang akan
diterjunkan.
2) Kesatuan Tempur Baladewa
Kesatuan Tempur Baladewa merupakan kesatuan tempur yang terdiri dari
6 buah pesawat angkut C-47/Dakota dan dikomandani oleh Mayor Udara Nayoan.
KT Baladewa berkedudukan di Pangkalan Udara Hasanuddin (Makassar) dengan
tujuan melengkapi unsur angkutan udara di daerah mandala. Kemampuan angkut
antar pulau yang optimal baik berupa personel maupun barang
perlengkapan/logistik bertujuan agar tercipta mobilisasi yang besar dan luas dari
satuan-satuan di daerah mandala. KT Baladewa. Selain bidang angkutan personel
dan barang/logistik, KT Baladewa juga mempunyai tugas mengangkut bala
bantuan ke tempat-tempat yang dianggap berbahaya. Selain itu juga mengangkut
korban dengan ambulan ke daerah aman bila terjadi pertempuran udara dan
melakukan tugas SAR bersama satuan udara Albatros dan helikopter.
3) Kesatuan Tempur Bimasakti
Kesatuan Tempur Bimasakti dibentuk dengan tujuan mengimbangi
kekuatan udara Belanda yang dikirim ke Irian Barat usai pertempuran di Pulau
Gag pada tanggal 25 Maret 1962. KT Bimasakti dikomandani oleh Mayor Udara
Soedarman dengan berkedudukan di Pangkalan Udara Letfuan. Kesatuan ini
berkekuatan 4 pesawat B-25, 2 pesawat B-26, 6 pesawat P-51 Mustang dan 1
pesawat Catalina. Tugas pokok Kesatuan Bimasakti antara lain melindungi patroli
Angkatan Laut Mandala di perbatasan. Menghancurkan sasaran-sasaran di Irian
Barat yang akan ditentukan lebih lanjut oleh Panglima AULA serta mengadakan
103
pemoteran udara di atas daratan Irian Barat. Pemotretan dilakuakan dengan tujuan
mendapatkan medan-medan yang jelas guna penerjunan pasukan. Kesatuan
tempur ini mula-mula khusus digunakan untuk mengatasi kebutuhan logistik
namun kemudian juga juga berperan sebagai pesawat pelindung dalam misi-misi
penerjunan pasukan. Selain itu juga bertugas sebagai pesawat penyergap dan
pemotretan udara yang dilaksanakan bersama-sama KT-KT lainnya.
4) Kesatuan Tempur Sorong
Kesatuan Tempur Sorong dibawah komando Mayor Nayoan dengan
diperkuat pesawat tempur P-51/Mustang mempunyai tugas utama menggempur
kekuatan Belanda di Irian Barat. Penggempuran dilakukan dengan melalui
pertempuran udara saat kesatuan tempur ini mengawal pesawat-pesawat angkut
guna infiltrasi.
5) Kesatuan Tempur Parikesit
Kesatuan Tempur Parikesit berkedudukan di Pangkalan Udara Morotai
dengan unsur-unsur Pesawat Albatros (2 Buah), Pesawat MiG-17 (4 Buah),
Pesawat TU-16 (6 Buah) dan Pesawat TU-16 KS (6 Buah). Kesatuan ini adalah
kesatuan dengan unsur paling ditakuti oleh Belanda. Keberadaan TU-16 yang
berkemampuan sebagai pesawat pembom jarak jauh menjadikan kesatuan ini
dilindungi oleh pesawat-pesawat tempur modern seperti MiG-17. Hal ini karena
TU-16 (yang masuk dalam Kesatuan Tempur Wesiaji di Madiun) mampu terbang
dari pangkalan udaranya di Iswahyudi, Madiun ke Irian Barat tanpa melakukan
transit.
104
6) Kesatuan Tempur Antareja
Kesatuan Tempur Antareja berkedudukan di Pangkalan Udara Amahai
dengan unsur-unsur Pesawat P-51/Mustang (6 Buah), Pesawat Albatros (1 Buah),
Pesawat Helikopter (1 Buah), Pesawat MiG-17 (4 Buah), Pesawat IL-28 (6 Buah)
dan Pesawat C-130/Hercules (4 Buah).
7) Kesatuan Tempur Aswatama
Kesatuan Tempur Aswatama berkedudukan di Pangkalan Udara Pattimura
(Ambon) dengan unsur-unsur Pesawat Otter (1 Buah), Pesawat Albatros (1 Buah),
Pesawat Helikopter Mi-4 (1 Buah), Pesawat MiG-17 (2 Buah) dan Pesawat C-
130/Hercules (2 Buah).
8) Kesatuan Tempur Wisanggeni
Kesatuan Tempur Wisanggeni berkedudukan di Pangkalan Udara Letfuan
dengan unsur-unsur Pesawat B-25/B-26 (4 Buah), Pesawat Albatros (2 Buah),
Pesawat Helikopter Mi-4 (1 Buah), Pesawat MiG-17 (6 Buah), Pesawat C-
47/Dakota (12 Buah) dan Pesawat Otter (1 Buah).
9) Kesatuan Tempur Wesiaji
Kesatuan Tempur Wesiaji berkedudukan di Pangkalan Udara Iswayudi
(Madiun) dengan unsur-unsur Pesawat TU-16 (6 Buah) dan Pesawat TU-16 KS (6
Buah).
10) Kesatuan Tempur Anggada
Kesatuan Tempur Anggada berkedudukan di Pangkalan Udara Halim
Perdanakusuma (Jakarta) dengan unsur-unsur Pesawat Avia (4 Buah), Pesawat C-
105
47/Dakota (6 Buah), Pesawat C-130/Hercules (3 Buah) dan Cadangan dari Wing
Garuda berupa pesawat transport.19
B. Strategi Taktik Operasi Militer Membebaskan Irian Barat
Liddell Hart seorang pakar militer Inggris awal abad 20 mendefinisikan
strategi sebagai “seni melakukan distribusi dan menggunakan cara dan alat militer
untuk memenuhi tujuan politik (strategy is the art of distributing and applying
military means to fulfil the ends of policy). Strategi militer dalam pelaksanaannya
didukung dengan kampanye yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan
strategi, karena kampanye dapat membawa dampak yang luas bagi sebuah tujuan
strategi. Taktik adalah sebuah ilmu dan seni tentang pelaksanaan maneuver
pasukan dan penggunaan alat serta senjata untuk memenangkan pertempuran yang
tujuannya telah ditetapkan oleh kampanye. Operasi militer merupakan sebuah aksi
perencanaan dan pengaturan angkatan militer, dalam aksinya operasi militer
sering melibatkan operasi udara, operasi darat, dan operasi laut untuk tujuan
operasinya. Operasi militer merupakan penerapan konsep ilmu militer yang
melibatkan operasi untuk merencanakan manuver pasukan yang diproyeksikan
sesuai ketentuan, layanan, pelatihan, dan fungsi administrasi.
Sebuah strategi militer, operasi militer dan taktik memiliki hubungan yang
berkaitan dan saling mempengaruhi. Pelaksanaan strategi yang termasuk
19 M. Cholil., Sejarah Operasi-operasi Pembebasan Irian Barat, (Jakarta:Departemen Pertahanan – Keamanan Pusat Sejarah ABRI. 1979), hlm. 78-79.
106
didalamnya menentukan poin penting kampanye sangat mempengaruhi perang
dibidang militer. Pelaksanaan operasi termasuk penentuan pertempuran sangat
mempengaruhi kampanye sedang pelaksanaan taktik menentukan keberhasilan
pertempuran. Namun keberhasilan taktik tergantung dari keberhasilan kampanye
dan keberhasilan kampanye sangat berpengaruh terhadap kemengangan strategi
dibidang militer. Upaya ini bisa dilihat dari cara Presiden Sukarno yang
menggelorakan Trikora dihadapan ribuan rakyatnya di Yogyakarta. Presiden
Sukarno paham bagaimana secara psikologis menggelorakan semangat rakyatnya
dengan memilih pada tanggal 19 Desember untuk mengingatkan rakyat Indonesia
akan kebrutalan Belanda dalam Agresi Militer II tahun 1948, sehingga semangat
rakyat terkobarkan untuk kembali melawan Belanda.
Operasi militer merupakan sebuah aksi perencanaan dan pengaturan
angkatan militer, dalam aksinya operasi militer sering melibatkan operasi udara,
operasi darat, dan operasi laut untuk tujuan operasinya. Operasi militer merupakan
penerapan konsep ilmu militer yang melibatkan operasi untuk merencanakan
manuver pasukan yang diproyeksikan sesuai ketentuan, layanan, pelatihan, dan
fungsi administrasi. Komando-komando operasi memainkan peran utama dalam
proyeksi kekuatan militer dengan spektrum konflik di darat, udara, atau laut,
seperti keberadaan Gabungan Kepala Staf yang terdiri dari para kepala staf
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan tugas menentukan kebijakan-
kebijakan operasi yang dipertimbangkan dengan keadaan nasional. Selain GKS
juga terdapat Komando Mandala yang bertugas khusus sebagai komando militer
yang menangani masalah Irian Barat secara hierarki Komando Mandala adalah
107
eksekutor dari pelaksana strategi garis besar yang dirancang oleh GKS.
Keberadaan unsur-unsur komando diatas mempunyai peran vital dalam
menentukan langkah-langkah strategi operasi yang diambil guna membebaskan
Irian Barat. Peran Komando itulah yang menyebabkan lahirnya sebuah operasi
militer yang terkoordinasi sebagai bentuk tindakan militer suatu negara dalam
menanggapi situasi yang membawa ancaman bagai kedaulatan negaranya.
1. Konsep Strategi Operasi Gabungan Kepala Staf
GKS (Gabungan Kepala Staf) telah berupaya merencanakan membebasan
Irian Barat jauh sebelum Komando Mandala dibentuk pada tanggal 2 Januari
1962. Rencana operasi GKS (Gabungan Kepala Staf) dituangkan dalam suatu
penyelidikan staf mengenai usaha “B” (Operasi Militer) dalam rangka
pembebasan Irian Barat. Sebelum penyelidikan mengenai usaha “B” (Operasi
Militer), telah lebih dulu dilakukan kegiatan infiltrasi secara sepontan ke wilayah
Irian Barat. Kegiatan tersebut dilakukan kelompok-kelompok kecil dari
Kepulauan Maluku, kegiatan infiltrasi tersebut biasa disebut sebagai usaha “A”
(Infiltrasi). Tingginya semangat rakyat dan meningkatnya sukarelawan yang
berhasrat menyusup kedaerah Irian Barat, maka para sukarelawan ditampung dan
disalurkan oleh SUAD (Staf Umum Angkatan Darat) I sebagai penanggung jawab
kegiatan tersebut.
GKS (Gabungan Kepala Staf) kemudian menyusun Pantia Penyusunan
Rencana Operasi Gabungan Irian Barat yang bertujuan untuk merumuskan
rancangan operasi-operasi yang hendak dilakukan. Konsep upaya pembebasan
108
Irian Barat melalui operasi militer dari penyelidikan staf GKS (Gabungan Kepala
Staf) dan Panitia Penyusunan Rencana Operasi Gabungan Irian Barat terdiri dari
Operasi B-1, B-2 dan B-3.
1) Operasi B-1
Operasi ini menitikberatkan pada usaha merebut dan mempertahankan
seluruh Irian Barat dalam waktu secepat-cepatnya dengan tujuan memperoleh
kekuasaan de-facto atas seluruh wilayah Irian Barat. Operasi B-1 dianggap paling
baik apabila dilaksanakan, namun membutuhkan persiapan-persiapan yang
matang dan membutuhkan waktu. Diperkirakan membutuhkan paling sedikit dua
divisi infanteri dengan kekuatan laut dan udara yang lazim dapat memberikan
bantuan secukupnya bagi gerakan pasukan-pasukan tersebut. Keunggulan udara
dan laut menjadi syarat mutlak untuk melindungi pangkalan-pangkalan depan,
garis komunikasi, logistik dan daerah-daerah dengan fasilitas-fasilitas yang cukup
kuat.
Peran dan tugas dari Angkatan Laut dalam Operasi B-1 adalah
memperoleh keunggulan laut atas musuh dengan kemampuan tempurnya.
Kemampuan tempur angkatan laut dalam mencapai usaha tersebut disusun suatu
formasi tempur yang terdiri dari Kesatuan penggempur (striking force) yang
terdiri dari kapal-kapal pernjelajah, kapal perusak dan kapal selam. Kesatuan ini
juga didukung oleh Kesatuan escorte (escorte screening group) terdiri dari kapal-
kapal perusak, fregat dan corvet. Dua kesatuan tersebut mempunyai tugas dalam
pertempuran langsung dengan musuh karena itu keberadaan kapal perusak sebagai
unsur penghancur pertempuran diatas air didukung dengan kapal selam sebagai
109
unsur pertempuran bawah laut. Selain dalam pertempuran dilaut, angkatan laut
juga membentuk Kesatuan amphibi (amphibious task force) suatu armada tugas
amfibi yang bertugas mengangkut pasukan untuk didaratkan kepantai musuh,
angkatan laut dalam menunjang kemampuan unsur tempurnya membutuhkan
bantuan dari garis belakang, maka diperlukan Kesatuan perawatan (service force)
yang terdiri dari kapal-kapal angkut perusak, logistik, kapal-kapal tangki, bengkel
dan tender. Selain menyusun kekuatan tempur juga melakuakn penyusunan
pangkalan-pangkalan depan yang mempunyai tugas untuk merawat dan
membetulkan kesatuan-kesatuan operasi angkatan laut dan memberikan bantuan
operasionil dan logistik kepada kesatuan-kesatuan operasi angkatan laut.
Angkatan udara dalam Operasi B-1 mempunyai tugas memperoleh
keunggulan udara atas musuh dan harus mampu melakukan organisasi pertahanan
udara untuk seluruh wilayah Republik Indonesia. Pertahanan tersebut dilakukan
dengan dukungan pesawat-pesawat TU-16 (pesawat jenis pembom jarak jauh) dan
IL-28 (pesawat jarak menengah) untuk melakukan strategical dan tactical raises
and bombing guna melumpuhkan kekuatan militer musuh. Selain unsur pembom,
angkatan udara juga memiliki pesawat-pesawat penempur yang terdiri pesawat-
pesawat MiG-17, MiG-19 dan MiG-21. Pesawat-pesawat tersebut adalah pesawat
tempur yang didesain untuk dapat melakukan pertempuran udara antar pesawat
dengan dilengkapi persenjataan air to air misueles. Unsur lain yang digunakan
dalam mendukung unsur pembom dan penempur adalah unsur supply logistik
yang dibutuhkan dengan diangkut oleh Pesawat-pesawat IL-14, Dakota dan
Hercules.
110
Perhitungan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari Operasi B-1
antara lain dalam waktu yang relatif pendek (kurang dari 1 bulan), sudah dapat
merebut, menduduki dan menghancurkan basis kekuatan Belanda di Irian Barat.
hal itu didasarkan bahwa kemampuan penempur kita mampu menjangkau daerah
musuh tanpa dapat diketahui oleh pihak musuh. Tugas tersebut diemban oleh
pesawat TU-16 yang mampu terbang dari Madiun menuju Irian Barat dan kembali
ke Madiun tanpa melakukan pengisian bahan bakar. Selain itu bantuan militer
yang didatangkan dari Negeri Belanda tidak diberi waktu cukup untuk datang
dengan sempurna karena jarak Irian Barat begitu jauh dan Belanda harus melewati
negara-negara sahabat Indonesia jika ingin menempuh jarak dekat melalui
Terusan Suez.
Perhitungan kerugian-kerugian yang diperoleh dari Operasi B-1 antara lain
kekuatan alutsista untuk pengembangan angkatan laut, angkatan udara dan
angkatan darat baru bisa terlaksana secara kuat sampai akhir tahun 1963 dengan
cara seluruh Anggaran Belanja Negara harus dikerahkan untuk pembiayaan
operasi ini.20 Akibatnya akan berimbas pada pembangunan negara secara
keseluruhan akan terdesak dan tertunda karena pengalihan Anggaran Belanja
Negara.
20 Tercatat Anggaran Belanja Negara yang di alokasikan untuk KampanyeTrikora sampai bulan Desember 1963 sebesar 7.500.000,0. Sumber AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Tahun 1963 dan 1964. Dinas Dokumentasi PusatSejarah TNI.
111
2) Operasi B-2
Operasi tahap ini mengupayakan dalam merebut dan mempertahankan
suatu bagian di daerah Irian Barat dengan tujuan menimbulkan suasana politik
yang menguntungkan bagi Indonesia, serta mendapatkan basis yang lebih di depan
untuk merebut wilayah Irian Barat. Operasi B-2, dalam pelaksanaannya
dibutuhkan satu divisi infanteri lengkap dengan unsur-unsur bantuan tempur dan
bantuan administrasi yang mampu menyerang dan mempertahankan sasaran-
sasaran terbatas dalam jangka waktu 1 tahun. Keunggulan laut dan udara tetap
menjadi syarat mutlak berhasilnya operasi ini, sedangkan bantuan-bantuan taktis
dan logistik bagi kesatuan-kesatuan darat tidak sebesar yang dibutuhkan seperti
untuk keperluan Operasi B-1. Hal tersebut karena daerah-daerah terbatas harus
direbut dan dipertahankan selama 1 tahun lamanya, maka untuk pembiayaan yang
diperlukan jauh lebih banyak dibandingkan dengan biaya untuk Operasi B-1.
Melihat kemampuan-kemampuan ketiga angkatan, hanya angkatan darat yang
mampu melaksanakan Operasi B-2 pada akhir 1962, sedang angkatan laut dan
udara baru bisa mencapai 60% - 75% dari syarat kemampuan yang dibutuhkan
untuk keberhasilan operasi tersebut.
Perhitungan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam Operasi B-2
antara lain jika Operasi B-2 berhasil, akan dapat dilaksanakan kekuasaan de-facto
Pemerintah Indonesia didaerah Irian Barat. Selain itu militer Indonesia yang telah
menjalankan Operasi B-1 akan memiliki pangkalan yang lebih depan untuk
melancarkan operasi selanjutnya. Perhitungan kerugian-kerugian yang diperoleh
dari pelaksanaan Operasi B-2 adalah musuh memperoleh kesempatan untuk
112
memperkuat kedudukannya dengan bantuan kekuatan militer Negara Belanda
dengan alasan mendapat serangan dari Indonesia. Selain itu kesempatan lebih
besar bagi musuh untuk kemungkinan menghantam dan merusak komunikasi
antar Kepulauan Indonesia, efeknya akan merusak perekonomian dan
pembangunan Indonesia.
Besarnya Anggaran Belanja Negara, maka semua kegiatan pembangunan
akan terhenti dan dialihkan untuk pelaksanaan operasi tersebut, yang berarti
penambahan beban Anggaran Belanja Negara. Keunggulan-keunggulan di laut
dan udara yang sudah diciptakan, diperkirakan tidak akan dipergunakan secara
maksimal, karena daerah-daerah tersebut hanya berupa sasaran-sasaran terbatas.
Semua persiapan pembangunan ketiga angkatan baru bisa diselesaikan pada akhir
tahun 1963.
3) Operasi B-3
Operasi tahap selanjutnya, merebut dan mempertahankan seluruh wilayah
Irian Barat atau suatu sasaran yang terbatas/bagain tertentu dalam wilayah konflik
melalui pasukan-pasukan yang didaratkan dengan teknik infiltrasi. Pelaksanaan
Operasi B-3, kebutuhan-kebutuhan operasional hampir sama dengan Operasi B-1
dan Operasi B-2, hanya ada pengurangan pada bantuan taktis dan administrasi
untuk kesatuan-kesatuan pelaksana operasi. Disisi lain, dibutuhkan komando
sebesar 2 atau 3 brigade angkatan laut dan angkatan udara yang berfungsi untuk
pendaratan secara diam-diam (silent landing) dan dropping pasukan-pasukan di
daerah musuh untuk selanjutnya menjamin kelangsungan dari bantuan logistik
untuk pasukan di darat.
113
Perhitungan keuntungan dari pelaksanaan Operasi B-3 adalah pelaksanaan
Operasi B-3 hanya membutuhkan waktu yang lebih pendek karena merupakan
tahap akhir dari dua operasi sebelumnya. Perhitungan kerugian-kerugian dari
pelaksanaan Operasi B-3 antara lain Operasi B-3 sedikit sekali dapat dikendalikan
dan diperhitungkan secara pasti kemenangan-kemenangan yang akan diperoleh
karena penerjunan pasukan di hutan-hutan belantara di Irian Barat. Sehingga
pasukan tidak dapat dipastikan mampu melakukan konsolidasi secara cepat
setelah penerjunan. Kerugian yang lain adalah jika Belanda mengetahui persiapan
pelaksanaan operasi ini, kemungkinan besar akan timbul perang terbuka, sedang
kesiapan di bidang militer Indonesia belum selesai untuk beralih ke Operasi B-1
dan B-2. Maka Belanda akan lebih leluasa melancarkan pemboman ke pedalaman
Indonesia, sehingga dapat merusak atau menghambat kegiatan pembangunan.
Kegagalan Operasi B-3 akan berakibat kegagalan total dari Operasi B seluruhnya
dan inisitif serangan di segala bidang akan beralih ke tangan musuh, akibatnya
akan menimbulkan efek buruk bagi masyarakat. 21
Berdasarkan uraian-uraian perbandingan ketiga jenis operasi tersebut,
dapat diambil kesimpulan bahwa sampai dengan pertengahan tahun 1962 belum
dapat dilaksanakan salah satu operasi tersebut diatas dengan membawa hasil yang
dapat dipertanggung jawabkan. Operasi B-1 diperkirakan dapat dilaksanakan pada
akhir tahun 1963. Kemungkinan besar operasi ini berhasil karena pengembangan
21 Arsip Gabungan Kepala Staf Nomor 01-0117/ROGIB/61. “PenelaahanStaf Mengenai Usaha “B” (Operasi Militer) Dalam Rangka Pembebasan IrianBarat”, tanggal 29 Juni 1961. Arsip Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat SejarahTNI., hlm. 1-6.
114
angkatan sudah mendekati persyaratan yang diperlukan, namun apabila
dilaksanakan pada akhir tahun 1962 kemungkinan berhasil sangat kecil.
Akibatnya, Operasi B-2 tidak berarti dan begitu juga Operasi B-3 walau
dilaksanakan hanya akan berakibat buruk, karena keuntungan dari operasi ini
tidak memuaskan bila dibandingkan dengan kerugian yang akan diperoleh. Maka
GKS (Gabungan Kepala Staf) menyarankan untuk pelaksanaan B-1 dengan jalan
merebut dan mempertahankan seluruh wilayah Irian Barat dalam waktu sesingkat-
singkatnya dengan tujuan memperoleh kekuasaan de-facto seluruh wilayah Irian
Barat.
a. Kegiatan Infiltrasi Menjelang Pembentukan Komando Mandala
Infiltrasi adalah suatu gerakan kekuatan bersenjata memasuki suatu
wilayah yang dikuasai oleh pasukan musuh baik dilakukan sendiri maupun
kelompok dibawah organisasi militer. Gerakan ini dilakukan baik dalam
kelompok kecil maupun individu yang disebar. Interval dan kurun waktu gerakan
penyusupan tidak beraturan sehingga tidak mudah terlacak oleh pihak lawan.
Gerakana penyusupan terhadap daerah yang dikuasai musuh sebisa mungkin
menghindari bentuk kontak dengan musuh. Sesuai dengan doktrin intelijen
militer, instilah infiltrasi militer dipergunakan untuk menyebut tindakan
penempatan (individu atau kelompok) ke daerah sasarah musuh. Kegiatan ini
melibatkan aksi-aksi menyebrangi perbatasan lawan atau daerah yang dikuasai
115
musuh.22 Unsur-unsur yang berhasil memasuki daerah musuh akan melancarkan
serangan-serangan gerilya, sabotase dan gangguan keamanan bagi pihak musuh.
Gerilya berasal dari kata bahas Spayol yaitu guerrilla, gerilya merupakan
perlawanan suatu bangsa terhadap bangsa lain yang mempunyai kekuatan militer
yang unggul. Ketidak sepadanan kekuatan membuat satu pihak melakukan
pertempuran dengan cara selain pertempuran terbuka. Perlawanan dilakukan
terhadap satu titik kekuatan yang unggul ketika dalam kondisi lemah dan rawan
untuk kemudian diserang. Faktor pendadakan (surprise) menjadi unsur yang
menentukan dalam serangan tersebut. Kepulauan Irian Barat yang dikuasai
Belanda terletak di ujung Timur dari rangkaian kepulauan Indonesia. Kelompok-
kelompok kepulauan yang berada di sekitar dan di sekeliling perairan Irian Barat
mempermudah pendekatan-pendekatan secara fisik yang dilakukan oleh pasukan-
pasukan Indonesia baik secara sukarelawan maupun berstatus militer. Kondisi
inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh gerakan-gerakan infiltrasi perseorangan
maupun kelompok-kelompok di bawah koordinasi Komando Mandala dalam
usaha-usaha penyusupan kekuatan gerilya ke wilayah Irian Barat.
Jauh sebelum dicetuskannya Trikora dan pembentuka Komando Mandala,
telah terbentuk sukarelawan-sukarelawan yang tersebar dan siap melakukan
infiltrasi. Pos-pos konsentrasi pemberangkatan penyusupan mulai dibentuk
menjadi tiga tempat, yaitu: Utara di Pulau Gebe, Tengah di Kepulauan Gorong
dan Selatan di Kepulauan Aru. Aktivitas penyusupan ke wilayah Irian Barat
22 Website dengan alamat http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-infiltrasi-bersenjata/ diakses pada tanggal 6 Juli 2015, pukul 00.12.
116
diintensifkan dengan pembentukan Pos Komando baru di Amahai (kemudian
dipindah ke Ambon) di bawah pimpinan Brigade Infanteri-2. Pos-pos konsentrasi
mendapat perubahan-perubahan nama sesuai dengan istilah-istilah kode militer,
seperti di Selatan atau Aru dengan nama Pos 101 atau Hanggada, di tengah
dengan nama Pos 102 atau Kapi Jembawan dan di Utara dengan nama Pos 103
atau Hanila.23
Gambar. 19
Peta Operasi Infiltrasi Melalui Pos 101 Hanggada, Pos 102 KapiJembawan dan Pos 103 Hanila ke Irian Barat.
Sumber: Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI.
1) Penyusupan Pasukan Gerilya 100 (PG-100)
Berdasarkan Perintah Operasi No:1/P.O.D.L/7/1960, pada tanggal 27
November 1960 telah bertolak dari Pos 101 rombongan pertama dengan nama
23 M. Cholil., op.cit., hlm. 55.
117
Pasukan Gerilya 100 (PG-100) yang berjumlah 29 orang dari Buru menuju Teluk
Etna (Kaimana). Pasukan gerilya 100 ini dibekali dengan persenjataan 15 pistol,
13 senapan, 13 Sten gan, 2 Mo.”2”, 116 Gr. M 36, 3 kompas dan 1 Kiyker. Tugas
PG-100 adalah mengadakan infiltrasi kedalam wilayah Irian Barat dengan tujuan
melakukan kegiatan intelligence untuk kepentingan operasi setempat dan usaha
pendaratan secara besar-besaran. Selain itu, PG-100 bertugas membuat daerah
basis gerilya di wilayah Irian Barat sebagai pangkalan untuk daerah gerilya
lainnya dan basis mengatur kegiatan gerilya dengan tujuan perang wilayah di Irian
Barat. Namun PG-100 ini tidak diketahui berita perkembangan berikutnya. 24
2) Penyusupan Pasukan Gerilya 200 (PG-200)
Berdasarkan Perintah Operasi No.3/PODL/5/61, pada tanggal 14
September 1961 Pukul 14.15, setelah kelompok ke satu (PG-100) menyusup
melalui Pos 101/Kepulauan Aru, giliran kelompok ke dua yaitu PG-200. PG-200
terdiri 39 orang yang dipimpin oleh Letnan Djamaludin Nasution kembali
mendapat perintah menyusup dari Pos 103/Pulau Gebe ke Sorong. Misi PG-200
adalah melakukan infiltrasi ke daerah kepala burung dengan tugas-tugas
mengadakan kegiatan gerilya di daerah Sorong/Vagelkop untuk melakukan
gangguan-gangguan terus menerus. Selain itu juga PG-200 dituntut untuk
membentuk kader-kader Pro Republik di Sorong dan daerah sekitarnya untuk
bergerak bersama-sama menentang pemerintahan Belanda. PG-200 dalam misinya
juga harus membuat kantung-kantung gerilya di Manokwari dan Steenkool yang
24 Yayasan Badan Kontak Keluarga Besar Perintis Irian Barat., 25 TahunTrikora, (Jakarta, 1988), hlm. 97.
118
dapat dipergunakan untuk menghubungi PG-100 yang dimungkinkan berada di
daerah Danau Gerian. Satuan-satuan di bawah pimpinan Thomas Faknik
mendapat tugas melakukan sabotase di instalasi minyak yang berada di sekitar
Sorong, namun dalam pelaksanaannya terjadi baku tembak dengan pasukan
Belanda di pinggiran kota Sorong, satu persatu pasukan PG-200 berhasil ditawan
dan dikirim ke Pulau Wundi di Biak. Tercatat PG-200 yang tertawan 26 orang,
gugur 2 orang dan yang tersisa 10 orang. 25
3) Penyusupan Pasukan Gerilya 300 (PG-300) Dipimpin Soeripto
Berdasarkan Perintah Operasi No.5/PODL/1/62, pada tanggal 18 Maret
1961 diberangkatkan dari Pos 101 dengan pasukan sukarelawan di bawah
pimpinan Peltu Soeripto dengan kekuatan 111 orang. PG-300 yang dipimpin
Soeripto mempunyai misi yaitu melakukan infiltrasi ke Pantai Selatan Irian Barat
dengan daerah antara Aldoeni-Oeta di Charles Louis Geberte dengan tugas
membuat kantong-kantong gerilya di daerah antara Aldoeni-Oeta (Charles Louis
Geberte) yang akan digunakan sebagai pangkalan untuk menyusun perlawanan
rakyat, pangkalan untuk mengkoordinir gerakan-gerakan bawah tanah dan
pangkalan untuk menghubungi daerah perbatasan Republik Indonesia. Selain itu
juga digunakan untuk melaksanakan pengacauan di daerah musuh dengan tujuan
untuk propaganda yang bersifat politis maupun untuk mempersiapkan daerah
pertahanan untuk kepentingan gerakan militer yang lebih besar.26
25 Ibid., hlm. 98-99.
26 Ibid., hlm. 100-101.
119
4) Penyusupan Pasukan Gerilya 300 (PG-300/Kompi 191261)
PG-300 di bawah Soeripto setelah mengalami kegagalan kemudian ditarik
dan dibentuk PG-300 yang baru dengan kekuatan dua peleton di bawah pimpinan
Peltu Nana. PG-300 di bawah pimpinan Peltu mendapat perlengkapan antara lain
18 LE, 3 Laouncer, 3 Mo “5”, 4 pistol, 27 P.M, 13 Bren dan 86 Garrand. PG-300
pimpinan Peltu Nana dilepas oleh Mayor Roedjito dan Dinas Khusu SUAD I
satuan operasi “A” dan diberangkatkan pada tanggal 18 Maret 1962 dari Pulau
Gebe ke Pulau Waigeo dan Raja Ampat pada pukul 15.15 waktu setempat.
Penyusupan ini diketahui oleh patroli pesawat Neptune Belanda, sehingga
penyusupan diarahkan ke Pulau Gag yang terletak disebelah barat Pulau Waigeo.
Pasukan PG-300 menjadi sasaran Belanda dengan melakukan patroli darat, udara
dan laut untuk mengucilkan kedudukan pasukan PG-300. Keadaan semakin
memburuk ketika pada tanggal 25 Maret 1962 terjadi kontak antara kapal perang
Belanda karena kapal yang digunakan untuk menyusup tenggelam karena
serangan dari Belanda terpaksa PG-300 menggunakan potongan-potongan kayu
untuk menyebrang, usaha ini gagal dan banyak pasukan PG-300 tertangkap
termasuk Peltu Nana. Pasukan Gerilya 300 (PG-300) setelah dilengkapi kekuatan
dan anggotanya, ditugaskan kembali untuk membuat Base di Pitsjor (Teluk
Majalibit-Pulau Waigeo) dan Makbon (Pantai Utara Vogeikop), selain itu juga
mengadakan operasi dari Base Pitsjor (Base II) ke sasaran di Pulau Waigeo dan
Base Makbon (Base III) ke sasaran sekitar Sorong dan Sausapor. 27
27 Ibid., hlm. 102-105.
120
5) Penyusupan Pasukan Gerilya 300 (PG-300/Kompi 191260)
Pada tanggal 20 Maret 1962, dua peleton dari kompi 191260 PG-300 di
bawah pimpinan Sersan Mayor Boy Thomas telah berangkat dari pulau Yu
menuju Tanjung Dalpele di Pulau Waigeo. Pasukan ini juga kembali diketahui
oleh patroli pesawat Neptune Belanda, maka terpaksa mencari perlindungan di
Pulau Bala-Bala. Selama dua jam menghindari serangan pesawat Belanda,
pasukan ini dapat meneruskan misinya dan mendarat di Tanjung Dalpele, Pulau
Waigeo.28
6) Penyusupan Pasukan Gerilya 400 (PG-400)
Pasukan Gerilya 400 (PG-400) terdiri dari 93 orang yang kebanyakan
berasal dari Maluku dan Irian Barat, sebagian pasukan juga merupakan eks KRI
Macan Tutul yang selamat dari serangan Belanda. Pasukan eks KRI Macan Tutul
setelah diambil oleh Palang Merah Internasional dari penahanan Belanda di Pulau
Wundi Biak kemudian dibawa ke Singapura untuk kemudian diteruskan ke
Jakarta. Pasukan ini setelah diterima di Jakarta kembali mengikuti tambahan
pendidikan dan latihan di Ciawi Bogor, untuk kemudian dikirim kembali melalui
Pos 103 Pulau Gebe dengan Lettu Krisno sebagai Komandan Pos 103. Pasukan
PG-400 dalam menunggu waktu pemberangkatan dilakukan latihan terus menerus
di hutan Pulau Gebe di bawah Komandan Lettu Krisno Djoemar. PG-400
pimpinan Charles Papilaya berhasil didaratkan dengan 4 perahu motor melalui
Lam-Lam. Di Lam-Lam, PG-400 mengalami kontak senjata dengan Kepolisian
Belanda namun tidak ada korban jiwa, setelah gencatan senjata, PG-400 diangkut
28 Ibid., hlm. 56.
121
dengan Kapal Kortenar dan dibawa ke Sorong untuk kembali dikirim ke Ambon
dan diteruskan ke Jakarta.29
7) Penyusupan Pasukan Gerilya 500 (PG-500)
Pada tanggal 15 Juli 1962 dengan penyusupan oleh Pasukan PG-500 di
bawah pimpinan Jonkey Hobert Kumontoy. Pasukan PG-500 terdiri dari 87 orang
yang merupakan eks anggota Permesta. PG-500 berangkat dari Pulau Gebe di
ujung Halmahera melalui Pulau Waigeo dengan menggunakan 4 buah perahu
berukuran 4-5 ton yang dilengkapi outboard berkekuatan 50 PK. Di Pulau
Waigeo, pasukan PG-500 bertemu dengan rombongan lain yang bertugas sebagai
team penerangan sebanyak 1 regu yang terkenal dengan nama Rombongan
Herlina. Pasukan ini berhasil menyusup ke wilayah Irian melalui teluk Arugu di
sebelah barat laut Sorong. PG-500 kemudian memasuki Sansapor pada tanggal 17
Juli 1962 dan menurunkan bendera Belanda untuk kemudian diganti dengan
bendera Republik Indonesia dengan cara menyobek warna biru. Pasukan PG-500
pada tanggal 18 Juli, berhasil melakukan penghancuran instalasi radio Belanda di
daerah tersebut yang mengakibatkan lumpuhnya hubungan komunikasi ke luar
daerah tersebut. Pasukan PG-500 mendapat kontak senjata pada malam hari
dengan korban jatuh 2 orang dari pihak Indonesia. Perlawanan berlanjut di daerah
Kepala Burung, yaitu di Weru, Baturumah dan Wenari antara tanggal 6 dan 15
Agustus 1962. Rencana semula untuk merebut seluruh wilayah Kepala Burung
kemudian dihentikan dengan adanya perintah “Case Fire” dan mengadakan
konsolidasi pasukan ini, serta tetap tinggal di tempat kedudungan masing-masing.
29 ibid., hlm. 106.
122
Pasukan PG-500 pimpinan Rumontoy ini sebelumnya telah dipelopori oleh
pasukan PG-400 sebanyak 200 orang, sedang regu Team Penerangan melakukan
kegiatan-kegiatan penutup dari Pos 103/Hanila dengan penyeberangan ke daratan
Irian pada tanggal 12 Agustus 1962.30
8) Penyusupan Pasukan Gerilya 600 (PG-600)
Pos selatan 101 yang berpusat di Kepulauan Aru telah tercatat kegiatan-
kegiatan infiltrasi pada tanggal 23 Maret 1962 yang dilakukan PG-600. PG-600
dengan 3 perahu bawah pimpinan Maksum dan sepasukan dari Kompi R/XIV
dipimpin oleh Letnan Nussy, masing-masing berangkat dari daerah Ujir dan
Karwi menuju Sungai Jera. Jumlahnya 31 orang, diantara pasukan ini 24 orang di
bawah pimpinan Octavianus Marani dapat mendarat dengan selamat. Pasukan
induk gagal mendarat dan harus kembali karena diketahui oleh pesawat Neptnue
Belanda. Pasukan induk ini dapat kembali dengan selamat, namun 7 orang yang
berada diatas kapal tongkang hilang setelah mendapat tembakan pesawat Belanda,
peristiwa tersebut terjadi di antara Teluk Etna dan Kepulauan Watu Belah.
Pasukan Kompi R/XV kembali mencoba mengadakan infiltrasi pada tanggal 21
April 1962, tetapi kembali mengalami kegagalan karena cuaca dan laut yang
buruk. Kompi ini kemudian ditarik ke Wahai untuk tugas menghadapi kegiatan-
kegiatan di Pulau Misool. 31
30 Ibid., hlm. 107.
31 Ibid., hlm. 108-109.
123
9) Operasi Intelijen
Berdasarkan Perintah Operasi No.2/PODL/1961, tanggal 24 April 1961
telah berangkat dari Base kekuatan yaitu: Sub Base terdiri 3 orang yang dipimpin
Kapten Komontoy, Kelompok IP-001 (Intell Posten/Pos Intelijen) terdiri 12 orang
dipimpin Maksum, IP-002 terdiri 6 orang di bawah pimpinan JA Ganap dan
SOA.SIO terdiri dari 4 orang yang diperbantukan pada Gubernur Irian Barat.
Misi Operasi Intelijen antara lain membuat dan menyempurnakan Intell
Posten (Pos Intelijen) di pulau-pulau perbatasan dengan tujuan: Sebagai
pangkalan dan mengatur infiltrasi kedaratan secara maksimal, sebagai pangkalan
untuk memperlebar daerah sasaran di Irian Barat, sebagai pos untuk
mengamankan daerah-daerah/pulau-pulau dari gerakan subversive/infiltrasi musuh
dan sebagai pos antara dari base ke daerah gerilya. Selain itu juga mengumpulkan
sebanyak mungkin bahan-bahan keterangan (militer, ekonomi dan sosial) untuk
kepentingan persiapan kemungkinan tindakan tegas dilakukan, persiapan tindakan
dalam bidang politik dan penelitian terhadap kemajuan dari gerakan-gerakan
kader-kader di Irian Barat. Operasi intelijen juga bertugas membuat rute jalan
yang terjamin keamanannya dari daerah RI ke daerah Belanda untuk tujuan
menjamin kelancaran kontak terus menerus, membuka jalan logistik dan
membuka jalan infiltrasi kepada base dari sub base.
1) Pelaksanaan Operasi Intelijen
Tim Pengintai Ke-I berangkat pada tanggal 13 Maret 1962 menuju Pantai
Teluk Patipi dengan tugas menyebarkan pamflet untuk menggairahkan semangat
perjuangan rakyat setempat. Tim tersebut kembali ke Pos pada tanggal 19 Maret
124
1962 dengan membawa serta adik Raja Patipi sebagai utusan Kepala Masyarakat
Patipi untuk menyatakan dukungannya terhadap Pemerintah Republik Indonesia.
Selanjutnya Tim Pengintai Ke-II berangkat pada tanggal 13 Maret 1962, tetapi
kurang beruntung karena harus kembali setelah mencapai setengah perjalanan.
Hal itu dikarenakan tim terlalu lelah dan mabuk laut, karena jarak yang ditempuh
sejauh 140 mil, sedang peralatan yang digunakan hanya perahu kole-kole yang
sederhana. Kemudian diberangkatkan Tim Pengintai Ke-III pada tanggal 6 Mei
1962 dengan mencoba rute melalui Bula di ujung timur Pulau Seram dengan
mencari informasi di Pulau Misool. Meski medan yang dihadapi berat, tim ini
berhasil mencapai sasaran dan kembali dengan selamat ke Wahai di Seram Utara.
Sejalan dengan pembentukan Komando Mandala, maka tugas mencari informasi
dengan infiltrasi diteruskan oleh Kompi Batalyon 530/R dan juga oleh Detasemen
Pelopor Brigade Mobil.32
2. Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
a. Keorganisasian Komando Mandala
Pemerintah Indonesia segera melakukan langkah-langkah guna
melaksanakan kampanye Trikora yang dicetuskan pada tanggal 19 Desember
1961 di Yogyakarta. Melalui musyawarah Dewan Pertahanan Nasional pada
tanggal 31 Desember 1961 di Bogor dicetuskanlah perumusan pembentukan
komando pelaksana utama pembebasan Irian Barat. Sebagai realisasi dari
perumusan tersebut, maka pada tanggal 2 Januari tahun 1962 dibentuklah
32 Ibid., hlm. 112-115. Keterangan lihat juga M. Cholil., op.cit., hlm. 57.
125
Komando Mandala. Pembentukan Komando Mandala tersebut berdasarkan Surat
Keputusan Presiden selaku Panglima Tertinggi/Panglima Besar Pembebasan Irian
Barat No. 1 tahun 1962.33 Komando Mandala merupakan sebuah Komando
Gabungan (Unified Command), yang terdiri Angkatan Darat, Angkatan Udara dan
Angkatan Laut. Daerah kekuasaan Komando Mandala meliputi wilayah Indonesia
Bagian Timur yang mencakup kawasan daratan, lautan dan udara untuk dijadikan
sebagai daerah operasi militer. Daerah tersebut meliputi Kodam XIV/Hasanuddin
(Sulawesi Selatan dan Tenggara), Kodam XIII/Merdeka (Sulawesi Tengah),
Kodam XV/Pattimura (Nusa Tenggara), Kodamar V dan Kodamar VI, Korud III
dan Korud-IV dengan Markas Besar Komando Mandala berkedudukan di
Makassar.
Pada tanggal 11 Januari 1962 telah ditetapkan Panglima Mandala yaitu
Brigadir Jenderal Suharto yang sekaligus dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor
Jenderal. Panglima Mandala dibantu oleh dua wakil panglima dari angkatan laut
dan angkatan udara. Sebagai Wakil Satu Panglima Mandala ditetapkan Kolonel
(L) Sudomo dan sebagai Wakil Dua Panglima Mandala diangkat Kolonel (U)
Penerbangan Leo Wattimena, yang masing-masing dinaikan pangkatnya menjadi
Komodor.
33 Dinas Sejarah TNI AD., Sejarah TNI AD 1945-1973 Jilid 3, PerananTNI AD Dalam Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (Jakarta:Dinas Sejarah TNI AD, 1985)., hlm. 123.
126
Bagan 1
Bagan Organisasi Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
Sumber: Bagan Organisasi Komando Mandala, Laporan Komando
Mandala. Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI.
Komando Mandala bertanggungjawab langsung kepada Panglima
Tertinggi/Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat yang
menetapkan struktur kekuatan komando yang harus diberikan kepada tiap-tiap
angkatan. Tiap-tiap angkatan bertanggung jawab tentang administrasi dan bantuan
kekuatan tersebut, yang sepenuhnya berada dalam kendali operasionil Panglima
Mandala. Pemindahan dalam kekuatan tersebut berdasarkan wewenang yang
diatur oleh Panglima Tertinggi/Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan
Irian Barat. Selain bidang operasionil dan strategis, Panglima Mandala
mempunyai wewenang dan tanggung jawab koordinasi bantuan administrasi dan
logistik terhadap pasukan-pasukan tiap Angkatan yang diperlukan untuk
mengadakan kesiapan militer yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.
127
b. Konsep Induk Strategi Operasi Militer oleh Komando Mandala
1) Strategi Perpaduan Perjuangan Militer dengan Perjuangan Diplomasi
Diplomasi adalah sebuah usaha melalui berbagai cara terutama dengan
perundingan dan negoisasi yang bersifat pembicaraan. Melalui cara ini setiap
pihak berusaha agar pihak lawan bersedia dan menyetujui apa yang
disampaikannya. Namun kegagalan diplomasi mampu membuat kekecewaan bagi
satu pihak yang akan menghasilkan suatu niat memaksa bangsa yang
menghalanginya untuk tunduk kepada kehendaknya. Pemaksaan tersebut bisa
dilakukan dengan tindakan kekerasan melalui sebuah upaya penggunaan kekuatan
aspek politik, ekonomi, psikologi dan militer untuk memenuhi keinginannya.34
Perjuangan dalam membebaskan Irian Barat merupakan sebuah
konfrontasi yang melibatkan semua bidang terhadap Belanda. Konfrontasi
dibidang militer dilakukan bersama-sama dengan perjuangan diplomasi. Potensi
kekuatan nasional dikerahkan sebanyak 70% guna operasi dan perang dalam
pembebasan Irian Barat. Pengerahan kekuatan nasional dilakukan juga dalam
memanfaatkan pertarungan kekuatan-kekuatan dunia melalui jalur-jalur
diplomasi. Presiden selaku Panglima Tertinggi ABRI menunjuk Panglima
Mandala sebagai Gubernur Militer Mandala Pembebasan Irian Barat. Hal tersebut
bertujuan pengunaan kekuatan tempur secara efisien. Gagasan Koti Pemirbar yang
mengkombinasikan kerjasama antara militer dan diplomasi untuk menarik
manfaat sebesar-besarnya dari situasi militer baik yang sudah dilancarkan maupun
sedang dipersiapkan. Persiapan operasi dengan disposisi pasukan yang secara
34 Sayidiman Suryohadiprojo., op.cit., hlm. 3.
128
strategis membuka banyak kemungkinan terhadap musuh menjadi alat diplomasi
yang mempunyai manfaat yang besar.35
Bukti bahwa kegiatan-kegiatan operasi militer mempunyai pengaruh
terhadap bidang politik bisa dilihat dari sikap Belanda yang memprotes kegiatan
infiltrasi udara oleh Angkatan Udara Mandala di Irian Barat. Perdana Menteri
Belanda Dr. J. E. De Quay memprotes kepada Sekjen PBB U Thant dan meminta
dikirim Komisi Penyelidikan PBB ke Irian Barat serta merencanakan untuk
mengajukan “agresi” Indonesia kepada Dewan Keamanan PBB. Uni Soviet yang
berada dipihak Indonesia menyatakan akan menggunakan hak veto-nya untuk
mengagalkan tersebut. Menlu Subandrio juga turut menyatakan bahwa kegiatan
infiltrasi akan terus dilakukan sampai Belanda menyetujui usul Bunker. Kejatuhan
daerah Teminabuan di tangan pasukan Indonesia membuat Belanda
mengumumkan menerima usul Bunker dengan syarat Indonesia menghentikan
propaganda permusuhan dan kegiatan infiltrasi melalui laut serta udara. 36 Selain
itu kegiatan armada tempur Angkatan Laut Mandala yaitu ATA-17 yang bertugas
mengangkut pasukan Wibisono, Lesmono dan Hanoman untuk siap didaratkan
merebut Biak dalam Operasi Jayawijaya di Kepulauan Banggai Teluk Peleng,
Sulawesi Selatan membuat Belanda menyetujui usul Bunker.
Bukti bahwa perjuangan militer juga menyesuaikan hasil-hasil dari
perjuangan diplomasi terlihat dari perintah Panglima Mandala yang membatalkan
35 Yayasan Badan Kontak Keluarga Besar Perintis Irian Barat., op.cit.,hlm. 177.
36 Ibid., hlm. 183.
129
Operasi Jayawijaya yang sudah terselenggara.37 Pembatalan operasi dilakukan
karena Belanda telah menyetujui usul Bunker, namun belum tercapainya
kesepakatan final perundingan membuat Panglima Mandala mengeluarkan
perintah Operasi Brajamusti pada tanggal 3 September 1962 No. POPS.07/SR/62
sebagai upaya Komando Mandala menjaga keunggulan yang telah diperoleh
dalam bidang diplomasi dan militer. Penurunan status militer dari tujuan
berperang berubah menjadi pengamanan jalannya penyerahan kekuasaan Irian
Barat menunjukan bahwa walau kekuatan militer telah unggul dan mampu
melakukan serangan militer tetap harus mampu menahan diri ketika dalam bidang
diplomasi sudah tercapai kesepakatan.
2) Konsep Dasar Strategi Militer Komando Mandala
Strategi adalah ilmu dan seni tentang penggunaan kekuatan politik,
ekonomi, psikologi dan militer satu bangsa atau kelompok bangsa yang
memungkinkan dukungan maksimal kepada kebijakan yang telah ditetapkan.38
Sedang Strategi militer pada dasarnya merupakan seni dan ilmu untuk membagi
dan mengaplikasikan kekuatan militer. Pengaplikasian tersebut dilakukan untuk
mencapai tujuan nasional dalam masa perang maupun damai, meliputi seluruh
upaya dengan memanfaatkan sumber daya nasional yang tersedia untuk mencapai
37 Persiapan operasi sudah dilakukan dengan aktifitas unsur Angkatan LautMandala yaitu ATA-17 di daerah Teluk Peleng, Sulawesi Selatan yang dijadikanDaerah Kumpul-I. Unsur yang berkumpul didaerah ini terdiri dari Pasrat-45(berjumlah 6.700 KKO AL dan 1.400 AD yang dikonversi), 40 kapal perang dan21 kapal niaga (dimiliterisasi). Keterangan lihat Julius Pour., Laksamana SudomoMengatasi Gelombang Kehidupan.
38 Sayidiman Suryohadiprojo., op.cit., hlm. 20.
130
tujuan dan sasaran yang ditetapkan oleh negara. Strategi tersebut bisa berupa
strategi penangkal, strategi penindakan dan strategi pemulihan yang disiapkan
untuk menghadapi segala bentuk ancaman baik militer maupun nonmiliter.39
Strategi dalam pelaksanaannya menggunakan seni operasi, yang bermakna sebuah
ilmu dan seni tentang penggunaan kekuatan militer untuk mencapai tujuan dan
sasaran kampanye yang telah ditetapkan.
Strategi Militer bertujuan memenangkan setiap peperangan atau
pertempuran dan menjamin keberhasilan yang dilaksanakan secara terpadu dalam
rangka menjaga kedaulatan sebuah negara, keutuhan wilayah dan keselamatan
bangsa. Dalam menghadapi ancaman militer, strategi yang harus dipersiapkan
adalah strategi pertahanan berlapis dalam kerangka perang total/semesta dengan
menempatkan pertahanan militer sebagai inti kekuatan. Hal tersebut dilaksanakan
melalui pengerahan dan pendayagunaan segenap kekuatan nasional yang
mengintegrasikan segenap kekuatan bersenjatan dan perlawanan rakyat secara
terpadu dan saling berkerjasama.40
Strategi menurut von Clausewitz adalah cara penggunaan pertempuran
untuk mencapai tujuan perang (Die Strategie ist der Gebrauch des Gefechts zum
Zweck des Krieges). Strategi meliputi strategi umum (grand strategy) dan strategi
bidang. Strategi bidang adalah strategi yang menggunakan berbagai aspek seperti
strategi militer, strategi pertahanan, strategi politik dan strategi ekonomi. Sedang
39 Mabes TNI. Strategi Militer, Peraturan Panglima TNI NomorPerpang/66/XI/2010 tanggal 15 September 2010. Dokumen PerpustakaanPusjarah TNI, hlm. 34.
40 Ibid, hlm. 35.
131
strategi umum digunakan untuk menunjang kebijakan atau politik negara yang
telah ditetapkan untuk keberhasilan perang demi tujuan politik bangsa. 41
Komando Mandala berdasarkan instruksi Presiden/Pangti Angkatan
Perang Republik Indonesia/Panglima Besar Koti Pembebasan Irian Barat No. 1
Tahun 1962 dan staf study kemudian menyusun sebuah konsep perencanaan yang
menjadi induk dari strategi Komando Mandala. Konsep tersebut menjadi acuan
dari jalannya operasi yang akan dilaksanakan dan juga menjadi bagian dari
strategi diplomasi. Hal itu agar terjadi kordinasi antara perjuangan diplomasi dan
perjuangan militer, jika perjuangan diplomasi gagal perjuangan militer terus
dilancarkan namun jika perjuangan diplomasi berhasil perjuangan militer akan
menyesuaikan.
Komando Mandala setelah mempelajari bentuk-bentuk dan kajian yang
disarankan oleh Gabungan Kepala Staf Angkatan Perang pada pemerintah.
Komando Mandala bersama stafnya kemudian menyusun konsep Strategi Dasar
Operasi Militer Pembebasan Irian Barat yang dikenal dengan bimbingan
perencanaan. Bimbingan Perencanaan yang menjadi induk dari semua rencana-
rencana operasi yang bertujuan; mengembangkan situasi militer di wilayah Irian
Barat sesuai dengan tahap-tahap perjuangan diplomatik, menciptakan daerah de-
facto bebas di Irian Barat serta mendudukan unsur-unsur kekuasaan pemerintah
Republik Indonesia. Bimbingan Perencanaan mencakup Rencana Operasi “B”
(Operasi Militer) yang menjelaskan mengenai operasi yang akan dilaksanakan
41 Sayidiman Suryohadiprojo., op.cit., hlm. 20-21.
132
dengan tahap-tahap yang bertujuan membuat situasi yang menguntungkan
jalannya operasi.
a) Fase Infiltrasi
Memasukan secara bertahap 10 kompi inti ABRI sampai dengan akhir
tahun 1962, fase ini berguna sebagai pasukan pembuka, terdiri dari pasukan-
pasukan kecil yang menyusup ke daerah musuh dengan misi intelijen dan
mengadakan aksi gerilya untuk mengacaukan musuh. Gerilyawan-gerilyawan
bertugas mengikat sebagian kekuatan musuh, menghancurkan point-point strategis
musuh sambil mengusahakan pencarian kedudukan strategis untuk membentuk
pos-pos terdepan. Fase ini merupakan sebuah persiapan bagi penyerbuan pasukan
yang lebih besar.
Tugas Angkatan Laut Mandala dalam fase ini yaitu menyiapkan Task
Forces terdiri: 2 Batalyon Tempur; 1 Kapal Selam; 1 Tanker, 4 Buru Selam, 3
Penyapu Ranjau dan 1 Salvage/tunda. Selain itu Angkatan Laut Mandala juga
melakukan pengamanan dan perlindungan pasukan infiltrasi serta pengintaian,
penipuan, pendaratan, angkutan laut dan resupply secara infiltrasi. Angkatan Laut
Mandala juga berperan menyediakan semua fasilitas untuk kebutuhan/kesiapan
Task Force yaitu berupa kapal-kapal pengangkut pasukan menuju daerah operasi
serta sebagai tempat koordinasi pasukan sebelum pendaratan ke pantai musuh.
Angkatan Laut Mandala juga berperan menyusun pasukan cadangan strategis
berupa pasukan pemukul dari KKO AL.
Tugas Angkatan Udara Mandala dalam fase ini adalah menyiapkan unsur
tempur berupa pesawat IL-28 Bomber (3 buah), IL-28 Recon (2 buah), MiG-17
133
Interc (4 buah), B-25 Bomber (1 buah) dan Albatros/SAR (1 buah) dengan tugas
pengintaian, pengamanan, pemboman, pertempuran udara, pencarian/penolongan
(SAR), penipuan, angkutan udara dan usaha-usaha resupply secara infiltrasi.
Selain itu juga Angkatan Udara Mandala berperan menyediakan Fasilitas yang
diperlukan dilapangan udara untuk keamanan operasi-operasi udara serta
menyusun dan menyiapkan pasukan cadangan strategis Resimen PGT (Pasukan
Gerak Tjepat).
b) Fase Eksploitasi
Sebuah fase perang terbuka terhadap induk pasukan musuh yang berpusat
di Biak dan mengembalikan wilayah Irian Barat kedalam wilayah Republik
Indonesia. Fase ini diperkirakaan pada permulaan tahun 1963 dengan sasaran
pokok Biak dan sasaran lain yaitu Fak-fak, Sorong, Kaimana, Kota Baru dan
Merauke. Sasaran-sasaran tersebut tidak hanya merupakan sasaran militer saja
namun juga merupakan sasaran politis dan psikologis. Hal tersebut bertujuan
bahwa kemajuan yang dicapai pasukan militer Indonesia di wilayah Irian Barat
akan mempengaruhi diplomasi jika masalah Irian Barat dirundingkan lagi. Pos
pasukan-pasukan terdepan yang akan mengadakan infiltrasi ialah Gebe, Geser dan
Dobo. Pusat Pangkalan Angkatan Laut di Teluk Kau, Ambon dan Elot (Kai) dan
Pangkalan Udara berada di Morotai, Amahai, Ambon dan Letfuan.
Kekuatan Angkatan Laut Mandala yang diperlukan dalam fase ini yaitu
Angkatan Tugas 11 dengan semua unsur-unsurnya, Angkatan Tugas 12 dengan
semua unsur-unsurnya dan Angkatan Tugas baru yang terdiri dari unsur-unsur
kapal : 3 Kapal Penyapu Ranjau, 4 Sub Chaser, 4 MTB dan 1 Salvage/tunda.
134
Penambahan unsur-unsur antara lain : 2 Kapal Korvet dan 4 Buru Selam (BS).
Angkatan Udara Mandala dalam fase ini diperlukan kekuatan yang antara terdiri
dari Unsur Pembom : 6 Buah Pesawat TU-16, 6 Buah Pesawat IL-28 dan 6 Buah
Pesawat B-25. Unsur Pertahanan Udara : 6 Buah Pesawat MiG-17 dan 6 Buah
Pesawat MiG-19/17. Unsur “Ground Attack” : 6 Buah Pesawat P-51 dan Unsur
Pengangkutan : 6 Buah Pesawat C-130 Hercules, 10 Buah Pesawat C-47 Dakota
dan 2 Buah Pesawat Avia.
c) Fase Konsolidasi
Mengkonsolidasi kekuatan Republik Indonesia di seluruh Irian Barat
setelah perjuangan berhasil. Fase ini, setiap komponen Mandala diharapkan
merencanakan dan menyiapkan kesatuan-kesatuannya untuk ditempatkan di
Provinsi Irian Barat. Penempatan tersebut bertujuan agar tiap komponen Mandala
menjadi bagian dari unsur-unsur pasukan Republik Indonesia yang dapat
membantu menjamin keamanan wilayah provinsi tersebut.
Pasukan Angkatan Laut Mandala yang dipersiapkan dalam fase ini terdiri
dari unsur kapal berupa Kapal Buru TorpedoCepat (4 Buah), Kapal Selam (4
Buah), Fregat (2 Buah), Korvet (2 Buah), Buru Selam (10 Buah), Kapal Cepat
Torpedo/MTB (8 Buah), Penyapu Ranjau (8 Buah), Landing Ship Tank/LST (8
Buah), Kapal angkut besar (2 Buah), Salvage/tunda (2 Buah), Tangker Besar (2
Buah), Satu transport skuadron dan Headquarter (markas besar) Ship (1 Buah).
Selain itu juga Unsur Udara berupa 1 Skuadron Pesawat Gannet dan 2 Albatros
serta unsur pasukan: 2 Yon KKO AL dan 1 Ki PARA Amfibi /frogman
135
Angkatan Udara Mandala dalam fase ini juga menyiapkan unsur
tempurnya berupa unsur-unsur pesawat yang terdiri dari Bomber element, Air
Defense, Attack element, Ground Attack element dan Transport element untuk
menghadapi operasi terbuka dan pengembangannya menurut kajian GKS
(Gabungan Kepala Staf) yaitu Operasi B-2.
Sesuai dengan perencanaan Panglima yang tertanggal 6 Februari 1962,
maka diinstruksikan kepada semua komponen untuk berkoordinasi dan
memberikan batasan-batasan jadwal waktu mulai sampai akhir pelaksanaan fase
yaitu mulai awal tahun 1962 fase infiltrasi dimulai, persiapan-persiapan untuk
fase-fase selanjutnya. Akhir tahun 1962 persiapan untuk fase eksploitasi, harus
selesai dengan maksimal. Awal tahun 1963 fase eksploitasi dimulai bila
dikehendaki oleh politik. Meneruskan fase infiltrasi jika diperlukan oleh Panglima
Mandala dan persiapan-persiapan untuk fase terakhir dan mulai akhir tahun 1963
selesai fase eksploitasi bila harus dilancarkan, fase terakhir dilancarkan.
3) Strategi Penentuan Sasaran-Sasaran Operasi
Prinsip-prinsip perang (the principles of war) memuat satu point penting
demi keberhasilan suatu operasi, yaitu konsentrasi dan fokus. Konsentarsi dalam
prinsip perang adalah serangan yang hanya diarahkan pada satu titik atau tempat
yang menentukan dengan kekuatan maksimal. Sedang fokus adalah menjaga
fokus dari hal-hal yang penting dan menentukan serta selalu memegang teguh
sasaran yang hendak dicapai (maintenance of the objective).42 Berdasarkan
perhitungan tercapainya tujuan politik serta kemampuan yang tersedia pada
42 Sayidiman Suryohadiprojo., op.cit., hlm. 23.
136
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia serta pertimbangan memukul langsung
ketitik pertahanan musuh, maka Komando Mandala menyatakan adanya sasaran
operasi. Sasaran operasi terbagi menjadi dua, sasaran pokok dan sasaran “antara”.
Sasaran pokok operasi antara lain yaitu:
a) Sasaran Pokok adalah Biak (sasaran 1/utama)
Biak dijadikan sasaran pokok karena merupakan kedudukan induk
kekuatan Belanda, terdapat pimpinan Komando Militer Belanda, pusat perbekalan
dan supplay cadangan strategis baik laut dan udara, selain itu Biak juga
merupakan pos militer depan Belanda dalam mempertahankan Irian Barat. Biak
memiliki dua sentral listrik dengan kekuatan 220 volt (wissel stroom), instalasi air
bersih, transportasi udara, darat dan laut yang baik dan memiliki pelabuhan untuk
kapal berukuran 8.000 ton. Terdapat lapangan udara Mokmer yang merupakan
lapangan pesawat terbang internasional serta terdapat pusat pengamanan lalulintas
udara seluruh Irian Barat.43
b) Sasaran “Antara”
Sasaran “antara” adalah kota-kota yang merupakan titik kekuatan dengan
tugas sebagai pos pengintai, pendengar dan pertahanan pertama dalam
menghadapai militer Indonesia. Sasaran antara tersebut yaitu (a) Fak-fak dijadikan
sasaran ke-2 karena merupakan kota yang bertugas menguasai lalu lintas yang
masuk ke Teluk Geelvink (Pos Depan bagi basis sentral pertahanan Belanda di
Irian Barat yang berada Biak). (b) Sorong dijadikan sasaran ke-3 karena
43 Laporan Komando Mandala, Lampiran “A” Perkiraan Keadaan SasaranI-III-IV dan V., hlm. 13-15.
137
mempunyai tugas menguasai persimpangan laut ke Timur dan kearah Selatan.
Selain itu, Sorong juga mempunyai tugas menguasai dan menjaga Kepulauan Raja
Empat yang merupakan jembatan masuk ke daerah Irian Barat lewat Utara.
Terdapat pangkalan minyak yang mampu digunakan berlabuh kapal tangki
minyak seberat 30.000 ton. Selain itu terdapat pangkalan udara pesawat pembom
yang terletak di Jetfan dan pangkalan pesawat pemburu di Samato. (c) Kaimana
dijadikan sasaran ke-4 karena merupakan kota yang bertugas menguasai lalu lintas
yang masuk ke Teluk Geelvink (Pos Depan bagi basis sentral pertahanan Belanda
di Irian Barat yang berada Biak). Terdapat pangkalan pesawat pembom sedang di
Kaimana. (d) Hollandia dijadikan sasaran ke-5 karena merupakan pusat
percaturan politik Belanda di Irian Barat dan sebagai pos depan politik Belanda di
Asia Tenggara. Selain itu Hollandia juga merupakan pusat pimpinan umum baik
sipil atau militer Belanda. Terdapat stasiun radio,44 pergudangan umum dan tiga
pangkalan udara untuk pembom berat dan pesawat pemburu. (e) Merauke
dijadikan sasaran ke-6 karena merupakan pusat kekuatan Belanda di Irian Barat
yang bertugas menguasai daerah surplus pertanian terbesar di Irian Barat dan juga
sebagai pos intai Hollandia dan Biak. 45
Sasaran-sasaran pokok dan “antara” masih digolongkan dengan tipe dan
tujuan tertentu. Penggolongan sasaran tersebut antara lain: (a) Sasaran
44 Komunikasi perhubungan mencakup lokal dan internasional, terdapat 6jaringan sentral telekomunikasi dan kemampuan interlokal dengan negara Belandapada hari tertentu. Selain itu terdapat jalur pusat komunikasi dari angkatan lautBelanda.
45 Mabes ABRI., Tri Komando Rakyat Pembebasan Irian Barat(TRIKORA)., op.cit., hlm. 112.
138
Politik/Psychologis, tujuan sasaran ini adalah mengacaukan atau melumpuhkan
jalannya pemerintahan dan organisasi rakyat yang membantu Belanda, melakukan
pembunuhan-pembunuhan politik di kota-kota penting. Daerah yang menjadi
sasaran politik yaitu Hollandia dan Fak-Fak. (b) Sasaran Militer, tujuan sasaran
ini adalah melumpuhkan instalasi militer, pos-pos militer, kendaraan-kendaraan
militer, pesawat-pesawat terbang, kapal-kapal, jalan-jalan, jembatan dan pusat
komunikasi. Daerah yang menjadi sasaran militer yaitu daerah Biak, Sorong dan
Kaimana. (c) Sasaran Ekonomi, menghancurkan atau setidak-tidaknya
melumpuhkan jalannya roda perekonomian dengan jalan mengacaukan jalannya
perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik, pengangkutan, komunikasi, pelabuhan-
pelabuhan laut dan pangkalan-pangkalan udara. Daerah yang menjadi sasaran
ekonomi yaitu pada Daerah Merauke.46
Perebutan daerah pertahanan musuh dengan tipe sasaran golongan
“antara” dimaksudkan untuk mempunyai basis dan bertujuan agar memudahkan
perebutan pada sasaran pokok dan operasi kelanjutannya. Selain itu juga bertujuan
untuk memaksa musuh meninggalkan posisinya (pemusatannya) dan bagi Pasukan
Komando Mandala harus dapat dilaksanakannya dalam waktu yang ditentukan,
dalam batas kemampuan militer Indonesia dengan menguntungkan kegiatan
dibidang politik.
46 Case Study mengenai Kegiatan-kegiatan Komando Mandala, KoleksiDinas Dokumentasi Pusjarah TNI, Arsip Komando Mandala Pembebasan IrianBarat No. 1.746/85, hlm. 7-8.
139
3. Angkatan Laut Mandala (ALLA)
a. Keorganisasian Angkatan Laut Mandala (ALLA)
Angkatan Laut Mandala secara organisasi hierarki dalam struktur
Angkatan Laut masih menjadi satu dengan Angkatan Laut Republik Indonesia
dibawah Menteri Panglima Angkatan Laut Republik Indonesia. Namun secara
operasional Angkatan Laut Mandala terpisah dari Angkatan laut Republik
Indonesia, hal itu karena Angkatan Laut Mandala didirikan dengan tugas dan
wewenang yang berbeda yaitu menjalankan misi membebaskan Irian Barat.
Organisasi Angkatan Laut Mandala (ALLA) ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Panglima Angkatan Laut Nomor: 5401.8, tanggal 15 Februari
1962 dan diresmikan juga pada tanggal tersebut.
Tugas pokok Angkatan Laut Mandala (ALLA) adalah melaksanakan
fungsi Angkatan Laut Republik Indonesia dalam konsep strategi pembebasan Irian
Barat yang telah ditetapkan oleh Komando Mandala. Unsur angkatan laut dalam
Komando Mandala dipimpin oleh seorang Perwira Angkatan Laut yang bergelar
Panglima yaitu Kolonel (P) Sudomo. Kolonel (P) Sudomo dipilih menjadi
Panglima Angkatan Laut Mandala atas pengajuan dari Kepala Staf Angkatan Laut
Laksamana Martadinata. Komando Mandala yang bersifat “Naval Campaign”
maka angkatan laut mempunyai tugas yaitu sebagai penghancur kekuatan musuh
di laut, pembuatan dan perebutan pancang kaki (pangkalan pesisir pantai sebagai
daerah pendaratan pasukan amfibi), pengangkutan pasukan dan logistik dari
pangkalan awal menuju ke pangkalan depan selanjutnya ke daerah sasaran dan
140
kemudian pengawalan/pengawasan dari garis logistik tersebut dan mengganggu
dan menghancurkan objek-objek militer musuh didarat.
b. Konsep Strategi Operasi Militer Angkatan Laut Mandala
Para ahli maritim seperti Vice Admiral Philip Colomb, Rear Admiral
Alfred Thayer Manhan USN, Sir Julian Corbett dan Admiral Sir Herbert
Richmond mengemukakan pentingnya doktin penguasaan laut. Penguasaan laut
adalah kebebasan penggunaan laut untuk kepentingan sendiri dan mencegah
lawan menggunakannya. Penguasaan laut mempunyai tujuan utama dalam
peperangan laut, penguasaan laut mutlak hanya dapat dilaksanakan oleh kekuatan
laut yang tak tertandingi. Usaha untuk mencapai hal tersebut dilakukan
penghancuran dan eliminasi kekuatan lawan dan harus dapat menjamin lawan
tidak mampu melancarakan operasi laut/kegiatan komersil di kawasan laut.47
1) Perencanaan Fase-fase Operasi Militer
Angkatan Laut Mandala (ALLA) mempunyai konsep operasi yang terdiri
dari fase show of force (pamer kekuatan), fase eksploitasi (operasi amfibi) dan
fase konsolidasi. Fase pertama show of force ini bertujuan untuk mengimbangi
kekuatan musuh di perairan perbatasan yang umumnya disebut patroli perang
(war patrol) serta sebagai ajang memamerkan kekuatan angkatan laut kepada
Belanda dengan tujuan memberikan opini bahwa kekuatan Angkatan laut
Indonesia sudah berkembang dan patut diperhitungkan. Fase ini direncanakan
dilakukan mulai tanggal 1 Maret hingga akhir bulan Juli 1962 sebagai reaksi dari
47 Mabes TNI AL., Ibid., hlm. 81.
141
tindakan Belanda yang mulai mempergiat patroli-patroli di perairan Irian Barat.
Keberadaan Angkatan laut digunakan sebagai bantuan armada (fleet support)
untuk operasi infiltrasi melalui laut dalam bentuk pengawalan dan tembakan dari
laut. Dalam tugas ini digunakan kapal-kapal di atas permukaan, kapal selam untuk
dibawah permukaan dan pesawat ALRI sebagai pelindungan udara. Selain sebagai
usaha unjuk kekuatan dengan tujuan musuh mau mempertimbangkan kekuatan
militer dari tahap ini juga diharapkan terkumpul data intelijen kawasan operasi
termasuk kekuatan musuh. Show of force dilancarkan Angkatan Laut Mandala
sebagai operasi pendahuluan (Preliminaire Operations) dalam upaya mencapai
keunggulan di laut yang menjadi tulang punggung operasi amfibi secara besar-
besaran dan juga merupakan salah satu syarat penting menjelang dilancarkannya
operasi amfibi besar-besaran. Tahap pamer kekuatan ini menunjukkan bahwa
belum ada pernyataan resmi berperang secara terbuka dan masih menandakan
dalam status permusuhan (state of hostililties).48
Tahap kedua ini, fase eksploitasi dilakukan dengan mengerahkan segenap
unsur kekuatan yang ada. Operasi militer tersebut berupa operasi amfibi, dalam
menjalankan operasi amfibi Angkatan Laut Mandala harus mempersiapkan
berbagai hal yang mendukung keberhasilan operasi, seperti persiapan di
pangkalan keberangkatan, gerakan ke daerah sasaran, pendaratan dan dilanjutkan
dengan konsolidasi pasukan. Operasi Amfibi yang dilaksanakan Angkatan Laut
Mandala masuk dalam rangkaian operasi gabungan Jayawijaya yang dilakukan
48 Mabes ABRI., Tri Komando Rakyat Pembebasan Irian Barat(TRIKORA)., op.cit.,hlm. 242.
142
secara gabungan dengan Angkatan Udara Mandala untuk air cover Angkatan
Tugas Amfhibi-17 (ATA-17). Angkatan Udara Mandala bertugas melindungi
kapal-kapal pendarat selama di laut dari titik keberangkatan sampai waktu
pendaratan, hal itu karena daerah pantai sangat rawan sergapan musuh.49
Tahap terakhir berupa konsolidasi, fase ini merupakan operasi angkatan
laut lanjutan dalam rangka menunjang konsep strategi militer Komando Mandala
untuk tahap berikutnya. Tahap ini sangat tergantung dengan hasil dari operasi
eksploitasi melalui operasi amfibi dan juga hasil diplomasi Pemerintah Indonesia
dengan Belanda.
2) Strategi Penggunaan Informasi Analisa Daerah Operasi
Angkatan Laut Mandala menggunakan informasi analisa daerah operasi
mengenai hal-hal berkaitan dengan perairan dengan segala aspek-aspeknya.
Informasi data analisa daerah operasi yang diperoleh berupa keadaan mengenai
keadaan perairan (sungai) yang dapat dilalui oleh perahu-perahu dengan ukuran 2-
4 m antara lain sungai-sungai Mamborame, Rauffer, Idengurg dan Digul dari
muara hingga ke pedalaman. Kondisi pasang-surut di Irian Barat yang mempunyai
perbedaan ekstrem yaitu antara 0.60 – 8.00 m terjadi di beberapa tempat dengan
ukuran yang berbeda-beda, seperti disekitar Geelving-baai berkisar 0.50 – 1.30 m,
disekitar Merauke 1.30 – 3.00 m, di Mac Cluer Golf 4.00 dan di Bintumi 7.20 m.
Keadaan gelombang Pantai Utara yang tinggi terjadi pada bulan April-Oktober,
49 Majalah Angkasa Edisi Koleksi no XXVIII, Operasi Amfibi – SelukBeluk Pendaratan Ke Pantai Musuh,(Jakarta: PT. Gramedia), hlm. 37-40.
143
sedang bulan November-Maret relatif tenang. Pantai Selatan bergelombang tinggi
pada bulan Juli, Agustus dan relatif tenang selama bulan Desember-Januari.50
Informasi analisa tersebut digunakan oleh Angkatan Laut Mandala untuk
menentukan kemampuan kapal-kapal yang membawa pasukan infiltrasi agar dapat
menyusup di sungai-sungai tertentu dengan mempertimbangkan bahwa daerah
penyusupan memiliki kedalaman yang dapat dilalui kapal dan jauh dari jaringan
lalu lintas demi kerahasiaan operasi. Selain itu keadaan gelombang laut, aliran laut
dan arah angin digunakan Angkatan Laut Mandala untuk menentukan titik-titik
rawan gelombang agar pasukan yang didaratkan dengan perahu tidak terhempas
gelombang dan terbawa arus ketengah laut. Data-data tersebut memudahkan
Angkatan Laut Mandala dalam menjalankan tugasnya agar keberhasilan infiltrasi
bisa dapat dicapai dengan mempertimbangkan analisa daerah operasi.
3) Strategi Pertahanan Garis Belakang melalui Komando Daerah Maritim
III (Kodamar III)
Serangan dan pertahanan adalah dua kegiatan utama dalam suatu perang
baik untuk tingkat strategis, operasi maupun taktik. Dalam prinsip perang
melakukan serangan dapat diperoleh kondisi yang menentukan guna keberhasilan
apa yang ingin dicapai. Sedang pertahanan adalah kondisi bertahan untuk
mempersiapkan kondisi yang memungkinkan melakukan serangan balasan.
Perlindungan garis belakang sangat diperlukan guna menjaga basis-basis strategis
seperti pusat pemerintahan, industri dan pusat komunikasi.
50 Arsip Laporan Gabungan Kepala Staf, Lampiran: A, “Analisa DaerahOperasi”, tanggal 30 Juni 1961. Arsip Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat SejarahTNI., hlm. 1-3.
144
Komando Mandala menjelang dilancarkannya Operasi Jayawijaya di garis
depan juga mengatur strategi pertahanan di garis belakang, terutama basis-basis
kekuatan militer Indonesia. Strategi pertahanan di garis belakang dilakukan guna
mengantisipasi kekuatan musuh yang akan menjangkau garis belakang militer
Indonesia guna mematahkan serangan. Maka Angkatan Laut melalui Komando
Daerah Maritim III (Kodamar III) bertanggung jawab atas perairan sekitar Jakarta
untuk siap bertempur. Penjagaan di Teluk Jakarta dilakukan dengan menempatkan
meriam-meriam pantai, selain meriam pantai juga ditempatkan meriam-meriam
berkaliber besar dalam jumlah besar untuk mengantisipasi serangan musuh.
Penempatan meriam pantai di Teluk Jakarta diletakkan secara tersembunyi dengan
kamuflase daun-daun kelapa, hal itu untuk menghindari pesawat-pesawat musuh
mengetahui letak-letak meriam tersebut. Penjagaan pasukan meriam diintensifkan
selama 24 jam karena wilayah yang dilindungi adalah pusat pemerintahan.
Pelatihan tempur juga dilaksanakan oleh Kodamar III guna diperoleh kerjasama
yang baik antar anggota awak meriam, termasuk latihan militer bagi pegawai sipil
yang berada di instansi terkait seperti bea-cukai. Pelatihan militer tersebut
berkekuataan sekitar 9 peleton.51
51 Majalah Angkasa Edisi Koleksi., No. 82, Kisah Heroik PertempuranLaut Trikora, 2013, hlm. 47.
145
4. Angkatan Udara Mandala (AULA)
a. Keorganisasian Angkatan Udara Mandala (AULA)
Angkatan Udara Mandala (AULA) merupakan komponen utama Komando
Mandala (KOLA) yang operasional langsung di bawah Panglima Mandala
(Pangla) dan Administrasi dibawah Menteri/Panglima Angkatan Udara. Angkatan
Udara Mandala (AULA) dipimpin oleh Kolonel (Pnb) Leo Wattimena yang juga
merangkap Wakil Panglima-II KOLA. Berbeda dengan ADLA dan ALLA, AULA
tidak memiliki personel staf khusus sebagai pembantu utama Panglima AULA.
Hal itu, karena keterbatasan personel juga berdasarkan pertimbangan tugas yang
diberikan serta sifat operasi udara yang memiliki ciri-ciri mobilitas tinggi dan
perubahan situasi yang cepat. Faktor fleksibilitas dan kesederhanaan menjadi
dasar pemikiran pembentukan organisasi AULA. Staf AULA berkedudukan di
Markas Besar Angkatan Udara dibantu Korud III dan Korud IV sebagai Staf
Komando Depan. Korud III/Maluku berfungsi sebagai staf operasi menyiapkan
pangkalan-pangkalan yang diperlukan untuk operasi. Korud IV/Makassar
berfungsi sebagai staf logistik (tempat stockpiling logistik).
Anggota staf AULA diambil dari Koops (Komando Operasi) dalam bentuk
tim, panglima Angkatan Udara Mandala (AULA) tidak memiliki unit-unit operasi,
semua unit operasi berada di bawah Koops (Komando Operasi). Karena itu semua
rencana operasi AULA yang berdasarkan Perintah Operasi Komando Mandala
dibawah oleh Panglima AULA ke Koops (Komando Operasi) dan MBAU
(Markas Besar Angkatan Udara). Secara teknis rencana operasi AULA dibahas di
Markas Besar dan persiapan operasinya dilaksanakan oleh Koops, sedangkan
146
Panglima AULA sebagai pelaksana saja. Jadi semua operasi udara AULA
ditangani oleh tiga badan, antara lain Deputy Menteri KSAU Urusan Operasi,
Komodor Udara Sri Mulyono Herlambang ditingkat MBAU bertugas menyiapkan
dana yang diperlukan, kemudian Kolonel (Pnb) Roesmin Noerjadin dari Koops
sebagai penyedia peralatan serta Kolonel (Pnb) Leo Wattimena (Panglima AULA)
sebagai perencana dan pelaksana.
Komando Operasi (Koops) Angkatan Udara didirikan menjelang Trikora
dan sebagai Panglima secara fungsional dirangkap oleh Menteri/Panglima
Angkatan Udara. Sebagai Wakil Panglima I dijabat oleh Deputy Menteri KSAU
Urusan Operasi, Komodor Udara Sri Mulyono Herlambang. Wakil Panglima II
dijabat oleh Kolonel (Pnb) Roesmin Noerjadin yang bertindak sebagai pelaksana
harian Panglima Koops. Koops membawahi semua alat utama angkatan udara
serta pembinaan semua pangkalan, di daerah peran Koops didelegasikan kepada
Korud.
b. Konsep Strategi Operasi Militer Angkatan Udara Mandala
1) Perencanaan Fase-fase Operasi Militer
Staf Angkatan Udara Mandala membagi kegiatan operasi Angkatan Udara
Mandala kedalam tiga fase. Pada fase persiapan ini, pada awal bulan Maret 1962
telah mengirim offensive element seperti pesawat terbang dengan kru-nya,
material dan personel secara konvensional. Cara ini dilakukan karena di garis
depan (Daerah Komando Mandala) belum memiliki pertahanan udara, belum
tersedianya bahan-bahan, alat-alat bantuan serta fasilitas pangkalan untuk
147
keperluan operasi yang belum memadai dan juga belum ada pengalaman untuk
kampanye militer besar-besaran.
Fase operasi pada awal Mei 1962 telah cukup tersedia personel dan
material di daerah Mandala dan siap melaksanakan operasi-operasi pendahuluan,
sesuai dengan rencana-rencana kampanye Mandala. Organisasi Angkatan Udara
Mandala segera menyesuaikan untuk tugas tersebut. Korud-III dan Korud-IV
berperan menjadi Staf Angkatan Udara Mandala, sehingga dapat langsung
merencanakan dan memimpin kegiatan operasi di garis depan. Selanjutnya dalam
mendukung pelaksanaan operasi dilakukan perbaikan dan penggunaan lapangan
terbang seperti: Morotai, Amahai, Letfuan (Aru), Liang (Ambon) dan pangkalan
pembantu di Kupang, Kendari dan Makassar. Unsur-unsur Angkatan Udara yang
dipersiapkan antara lain berupa (a) Pemburu (Mustang) dengan komandannya
Mayor Penerbang Luly Wadirman; MiG-17 dengan komandannya Mayor
Penerbang Rusman. (b) Buru Sergap – Bomber (B-26) berpangkalan di Ambon
dengan komandan Mayor Penerbang Sudarman, TU-16 berpangkalan di Morotai
dengan komandan Mayor (Pnb) Saroso Hoerip, IL-28 dengan komandan Mayor
Soewondo yang berkedudukan di Amahai. (c) Transport – menggunakan pesawat
angkut 1 skuadron jenis Hercules dengan komandan Mayor (Pnb) Slamet dan
Dakota dengan komandan Mayor Penerbang Nayoan. (d) Amfibi – berupa
Catalina dan Albatros di bawah pimpinan Mayor (Pnb) Sunardi.
Operasi udara tersebut bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan udara
lawan guna memperoleh keunggulan di udara, berupa pesawat pemburu strategis
dan taktis TU-16 KS, TU-16, IL-28 dan pesawat pembom konvensional B-25 dan
148
B-26. Selain itu juga sebagai upaya mempertahanakan keunggulan di udara yang
telah dicapai pesawat MiG-17 dan MiG-21 dengan perlengkapan peluru kendali
dari udara ke udara untuk menanding pesawat lawan yang menggunakan peluru
kendali jenis sidewinders. Mengenai keperluan angkutan udara dipakai pesawat
traspor jenis C-130/Hercules, C-47/Dakota dan Avia-14.
2) Strategi Memperoleh Air Superiority Atas Wilayah Udara Irian Barat
Komando Mandala setelah menetapkan tiga fase pembebasan Irian Barat,
maka AULA mendapat peran penting dengan tugas memperoleh keunggulan
udara atas wialayah Udara Irian Barat. Keunggulan udara mutlak diperoleh guna
kelancaran operasi-operasi Komando Mandala dari gangguan kekuatan udara
musuh. Peran vital ini bisa dilihat bagaimana kekuatan ALLA membutuhkan
koordinasi dengan AULA dalam menghadapi pesawat pengintai Neptune. Maka
guna melumpuhkan kekuatan garis belakang lawan serta kekuatan udara lawan
dan dalam usaha memperoleh air superiority diperlukan strategical bombing and
tactical, pesawat-pesawat pembom strategis yang digunakan terdiri dari pesawat
pembom jarak jauh TU-16, IL-28 dan pesawat pembom konvensional lainnya.
Selain menggunakan pembom strategis jarak jauh, keunggulan udara juga
diperlukan pesawat-pesawat tempur dan ground attack guna mengimbangi
kekuatan lawan, pesawat yang digunakan antara lain MiG-17, MiG-19 dan MiG-
21. Pesawat logistic transport dan transport support turut digunakan guna
kelancaran penguasaan udara, pesawat-pesawat yang digunakan antara lain C-
130/Hercules, C-47/Dakota dan Avia-14.
149
Strategi udara ini sesuai dengan rumusan Douhet seorang perwira italia
yang menyebutkan bahwa serangan pesawat udara tidak hanya harus tertuju
terhadap pasukan musuh di front pertempuran, melainkan juga justru harus
ditujukan terhadap daerah belakang musuh untuk melumpuhkan pusat
produksinya, baik industry maupun pertanian agar pasukan musuh di front tidak
mendapat perbekalan yang cukup.52 Selain itu juga sasaran ditujukan kepada
pusat-pusat komunikasi, tempat komando dan pengendalian yang menjadi “saraf”
organisasi pertahanan musuh.
AULA dalam merealisasi perannya untuk memperoleh air superiority
kemudian menyusun perencanaan kekuatan udara berikut pangkalannya yang
terdiri dari Bomber Element/unsur pembom yang terdiri TU-16 (12 Buah), IL-28
(12 Buah) dan B-25/B-26 (conventional bomber). Air Defence Element/unsur
perlindungan udara yang terdiri MiG-21 dengan air to air missile (12 Buah),
MiG-19 (12 Buah), MiG-17 (12 Buah) dan Battalion ground to air missile (3
Batalyon). Ground Attack Element/unsur pertempuran yang terdiri 12 buah P-51
(conventional fighter) (12 Buah). Transport Element/unsur transport yang terdiri
dari C-130/Hercules (10 Buah), C-47/Dakota (24 Buah) dan Pesawat Avia-47 (12
Buah). Sedang unsur pangkalan dibagi kedalam tiga basis, yaitu Fighter Base
terletak di Morotai, Amahai dan Letfuan. Bomber Base terletak di Gorontalo,
52 Sayidiman Suryohadiprojo., loc.cit.
150
Kendari dan Kupang. Serta Alternatif Base yang terletak Djailolo, Patimura,
Liang, Namlea, Langgur, Dokabarat dan Selaru.53
3) Penggunaan Informasi Analisa Daerah Operasi
Analisa daerah operasi digunakan untuk menentukan daerah-daerah mana
saja yang mempunyai kemungkinan besar digunakan sebagai daerah penyusupan
baik melalui darat maupun laut. Informasi analisa daerah operasi di Irian Barat
antara lain berupa:
- Relief (Kondisi Permukaan) Irian Barat yang terdiri dari barisan
pengunungan yang tinggi dengan hutan-hutan yang lebat dan luas.
Barisan gunung tertinggi adalah Wilhelminatop (tinggi 4.750 m)
sedang tanah rendah terdapat di pantai Selatan Vogelkop, pantai
Selatan dari Etna-Baai-Merauke. Di pantai Utara dari Geelvinkbaai
atau Timur pengunungan sekitar Hollandia. Dataran tinggi terletak
disekitar Moorvlakte.
- Angin di seluruh daerah kecepatannya kadang-kadang melebihi 45
Km/jam yang datang secara tiba-tiba dan kadang disertai hujan
es/salju namun angin dengan kecepatan 60 km jarang terjadi. Di
pantai Utara angin berkecepatan 10 Km/jam, lebih dari 30 Km/jam
jarang sekali terjadi. Di pantai Selatan angin berkecepatan rata-rata
12-18 Km/jam dan sering terjadi 30 Km/jam.
53 Arsip Laporan Gabungan Kepala Staf, Lampiran “E” dan Appendix “I”,“Kemampuan AURI Dari Tahun ke Tahun”, tanggal 30 Juni 1961. Arsip KoleksiDinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI., hlm. 1-3.
151
- Awan dipedalaman didataran tinggi terdapat banyak awan yang
rendah. Pada semua musin diseluruh Irian Barat terdapat susunan
awan yang lebat dengan ketebalan rata-rata 750 m diatas
permukaan laut dan kadang-kadang turun awan sampai 400 m
dengan variasi sesuai keadaan setempat. Awan rendah banyak
terdapat selama arus Utara dari Barat Laut dan musim peralihan.
- Pengelihatan: pengelihatan mendatar pada umumnya baik kecuali
pada malam hari dikarenakan banyak terdapat halimun, awan atau
kabut terutama didaerah-daerah pedalaman, lembah-lembah,
sungai-sungai, danau-danau atau rawa-rawa.
- Temperatur: Rata-rata 400 C, cuaca buruk terjadi pada jam 11.00
yang berakibat mensulitkan bagi penerbangan.54
Hasil analisa yang diperoleh tersebut digunakan oleh Angkatan Udara
Mandala untuk menentukan titik pendaratan pasukan dengan mencari daerah
rendah seperti di Timur Pegunungan Hollandia. Hal itu dikarenakan agar pasukan
dapat segera melakukan konsolidasi tanpa harus kehilangan rekan-rekannya, jika
diterjunkan didaerah pegunungan mempunyai resiko pasukan akan terpisah-pisah.
Selain itu Angkatan Udara Mandala juga melakukan pertimbangan waktu
penerjunan dengan memperhatikan keadaan iklim, angin dan awan, karena ketiga
hal tersebut jika tidak memungkinkan akan mengagalkan operasi penerjunan.
54 Arsip Laporan Gabungan Kepala Staf, Lampiran: A, “Analisa DaerahOperasi”, tanggal 30 Juni 1961. Arsip Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat SejarahTNI., hlm. 1-3.
152
Hasil analisa daerah operasi tersebut memudahkan Angkatan Udara Mandala
dalam menjalankan tugasnya sebagai saranan penyusupan melalui udara.
5. Strategi Gabungan Angkatan Laut Mandala dan Angkatan Udara
Mandala dalam Operasi Jayawijaya
Rapat Komando Operasi Tertinggi pada tanggal 28 Mei 1962 telah
memutuskan untuk meningkatkan sifat operasi dari operasi militer terbatas (B-1)
menjadi operasi militer terbuka (B-2). Maka diadakan rapat koordinasi antara
Kepala Staf KOTI, Panglima ALLA, AULA dan Komandan Pasukan Pendarat
KKO-AL. Rapat tersebut memutuska bahwa hari H operasi yang bersifat B-2 akan
dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 1962. Pemilihan tanggal tersebut bukan
tanpa alasan, tanggal 12 Agustus dipilih dengan pertimbangan bahwa tanggal
tersebut situasi pasang surut di Pantai Biak sangat menguntungkan untuk operasi
pendaratan. Berdasarkan strategi Komando Mandala, hari H operasi adalah
pelaksanaan dropping pasukan dari udara maka operasi amfibi akan dilancarkan
pada H + 2 dengan ketentuan landing site di Pantai Parai. Keputusan tersebut
kemudian dituangkan oleh Komodor Sudomo dalam Rencana Operasi 001/VI/62
yang berupa Rencana Operasi Amfibi Gabungan Jayawijaya. Rencana
keseluruhan akan selesai tanggal 15 Juli 1962.55
Operasi Jayawijaya direncanakan dengan didahului oleh pelaksanaan suatu
operasi dari Petunjuk Operasi No. POPS-5/SR/4/62, tanggal 7 April 1962 yaitu
55 Majalah Angkasa Edisi Koleksi., No. 82, Kisah Heroik PertempuranLaut Trikora., op.cit., hlm. 43.
153
tentang perebutan sasaran Sorong, Fak-Fak dan Kaimanan untuk tujuan
memudahkan gerakan-gerakan militer selanjutnya dan diperkirakan akan
dilaksanakan pada pertengahan bulan Juni 1962. Selain itu untuk memangfaatkan
situasi yang menguntungkan dengan berhasilnya penerjunan-penerjunan udara
guna mendukung perjuangan diplomasi.
Gambar. 20Peta Serangan dalam Operasi Jayawijaya.
Sumber: Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI.
Angkatan Laut Mandala (ALLA) segera menyusun strategi bersama-sama
dengan Angkatan Udara Mandala (AULA) dan Angkatan Darat Mandala (ADLA)
sebagai pelaksana operasi tersebut. Berdasarkan Petunjuk Operasi Jayawijaya
tanggal 22 Juni 1962, No. Pops-06/SR/6/62, Operasi Jayawijaya merupakan suatu
operasi tiga dimensi dalam upaya merebut Biak sebagai pusat kekuatan Belanda
dan Hollandia (Jayapura) sebagai sasaran untuk gerak tipu. Perintah operasi
154
terwujud dalam PO-13 atau Perintah Operasi Sembrani tertanggal 20 Juli 1962
dengan sasaran Kotabaru apabila Biak gagal direbut.
Operasi Jayawijaya dilaksanakan dengan melalui 5 fase, yaitu: fase
persiapan, pendahuluan, penentuan, lanjutan dan konsolidasi. Komando Mandala
kemudian mengeluarkan empat perintah operasi, antara lain:
1) Operasi Jayawijaya I No. 09/PO/SR/7/62, tanggal 19 Juli 1962
Perintah operasi mengenai pelaksanaan dari babak persiapan dan
pendahuluan untuk menjamin keunggulan udara dan laut. Keunggulan udara ialah
penghancuran sistem radar oleh pasukan komando yang didaratkan dengan kapal
selam dengan jadwal H-3 pelaksanaan dan penghancuran. Pada H-2 dimulai
melakukan serangan udara dan pemboman strategis dengan pesawat konvensional
dan pembom jarak jauh. Keunggulan di laut yaitu menenggelamkan kapal
destroyer dan fregat Belanda dengan kapal selam dalam rangka mencari insiden
perbatasan dimulai pada H-25 sampai H-11. Hal itu karena kapal selam harus
berpindah posisi dengan MTB dalam rangka pengamanan pasukan infiltrasi.
Selain itu penenggelaman destroyer dan fregat Belanda dilakukan dengan TU-
16/KS.
2) Operasi Jayawijaya II No. 10/PO/SR/7/62, tanggal 20 Juli 1962
Perintah Operasi mengenai pelaksanaan dari babak penentuan yakni
dengan serangan vertical (Task Force I & II) dan horizontal (ATA-17). Pada hari
H sampai H+2 penerjunan Pasukan Tempur Seno di Biak untuk mencegah
perbaikan landasan oleh Belanda dan mengamankan pendaratan pasukan amfibi
pada H+2 pendaratan Pasukan Tempur Wibisono (amfibi) dan pada H+3
155
mengadakan link-up dengan Pasukan Tempur Seno. Pada H+3 Komando
Lesmono mendarat dan mengambil alih komando terhadap semua pasukan tempur
di darat. Pada H+4 Hanoman mendarat sebagai susulan.
3) Operasi Jayawijaya III No. 11/PO/SR/7/62, tanggal 20 Juli 1962
Perintah operasi mengenai pelaksanaan dari babak lanjutan, pada hari yang
ditentukan setelah babak penentuan terjamin hasilnya. Pasukan tempur Gatotkaca
yang tadinya menjadi cadangan diterjunkan di Hollandia untuk merebut dan
mendudukinya.
4) Operasi Jayawijaya IV No. 12/PO/SR/7/62, tanggal 20 Juli 1962
Perintah operasi mengenai pelaksanaan babak konsolidasi menentukan
kegiatan-kegiatan komponen dalam bidang militer, politik, ekonomi dan sosial.
Operasi ini pasukan tempur Gatotkaca diperkuat Divisi Lesmono untuk
pendudukan di Kotabaru (Hollandia). 56
a. Konsep Koordinasi Angkatan Laut Mandala (ALLA) dengan
Angkatan Udara Mandala (AULA) dalam Operasi Jayawijaya
1) Operasi Pendahuluan
Mulai H - 30 Angkatan Laut Mandala (ALLA) dengan unsur satuan kapal
selam melakukan operasi dengan sasaran kapal destroyer dan fregat Belanda.
Pada H - 30 Angkatan Laut Mandala (ALLA) dengan unsur satuan MTB
mengadakan operasi terhadap sasaran laut, selanjutnya H - 6 Angkatan Laut
56 Lampiran “W” Case Study mengenai Kegiatan-kegiatan KomandoMandala. Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI.
156
Mandala (ALLA) dengan unsur satuan Kopaska akan mengadakan persiapan
pendaratan di Kaimana dan pada H - 3 Angkatan Laut Mandala (ALLA) dengan
unsur satuan Kopaska mengadakan serangan singkat di Noem For untuk
menghancurkan stasiun radar Belanda. Menjelang H – 2 Angkatan Udara Mandala
(AULA) dengan unsur Skuadron I/Pembom melakukan pemboman terhadap
semua lapangan terbang dan sasaran laut Belanda, hari H Angkatan Udara
Mandala (AULA) melakukan drooping pasukan penerjun payung dengan daerah
sasaran Biak. H + 1 Angkatan Laut Mandala (ALLA) dengan unsur satuan
Kopaska mengadakan serangan singkat di Pulau Auki untuk menghancurkan
senjata-senjata dan meriam pantai Belanda.
2) Operasi Amfibi
Penetapan adanya 3 Pangkalan Awal (PA) guna pengangkutan pasukan
dengan melalui laut dan udara. 3 Pangkalan Awal tersebut antara lain PA-I
terletak di Surabaya, PA-II terletak di Jakarta dan PA-III terletak di Amahai.
Gerakan dari pangkalan awal ke daerah sasaran ditetapkan sebagai berikut:
Pangkalan Awal I, II, II menuju Daerah Kumpul I (DK-I) untuk refuel dan
eloating supply train. Selama di DK-I melakukan rehearsal di Daerah Latihan
(DL), kemudian berkumpul di Daerah Temu (DT) untuk kemudian menuju
Daerah Sasaran. Pendaratan Angkatan Laut Mandala (ALLA) dilakukan di Pantai
Merah dan Pantai Biru pada H+2 setelah daerah pantai musuh dilakukan
pemboman oleh Skuadron I Angkatan Udara Mandala (AULA) dan penghancuran
senjata strategis musuh oleh unsur Angkatan Laut Mandala (ALLA) yaitu
157
Kopaska. Selesai pendaratan, ATA-17 kembali ke daerah belakang kecuali satuan
satuan yang diperlukan dalam tugas bantuan tembakan guna operasi didarat.
3) Konsep Bantuan Perlindungan Angkatan Udara Mandala Terhadap
Angkatan Laut Mandala
Bantuan perlindungan udara oleh Angkatan Udara Mandala (AULA)
dalam Operasi Amfibi Jayawijaya akan diatur dengan pembagian Air Patrol
(patroli udara) dilakukan oleh Skuadron Gannet yang diperbantukan dari
Angkatan Laut Mandala (ALLA) kepada Angkatan Udara Mandala (AULA),
berpangkalan di Morotai dengan jarak radius 200 mil. Skuadron Gannet
merupakan pesawat anti kapal sebagai pengimbang keberadaan pesawat Neptune
Belanda dan unsur kapal selam Belanda. Selain itu, Air Recover (perlindungan
udara) dilakukan oleh MiG-17/19 dan IL-28 yang berpangkalan di Morotai.
Kemampuan sergap dan pertempuran udara membuat pesawat MiG-17/19
menjadi unsur perlindungan udara dalam menghadapi kekuatan udara Belanda,
Air Recover (perlindungan udara) juga dilakukan oleh TU-16/16 KS yang
berpangkal di Morotai dan di Lanud Iswayudi, Madiun. Pesawat pembom jarak
jauh ini mempunyai tugas khusus menghancurkan sasaran seperti kapal destroyer
dan kapal fregat, termasuk kapal induk Belanda Karel Doorman. Pada hari H,
dilakukan pemboman pada sasaran musuh di Pantai Merah dan Pantai Biru oleh
TU-16.57
57 Direktif AL Mandala No. 4, No. Arsip 5/R, Perihal Operasi Jayawijaya.Tanggal 24 Juni 1962. Koleksi Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI.
158
b. Gambaran Umum Strategi Komando Madala dalam Operasi
Gabungan Jayawijaya.
Gambar. 21Peta Garis Operasi Jayawijaya.
Sumber: Dinas Dokumentasi Pusat Sejarah TNI.
1) Hari H-26 Operasi Jayawijaya.
Gugus gerak pertama harus berangkat dari Pangkalan Awal-1 pada hari H-
26. Tujuan gugus ini adalah Kepulauan Banggai di Teluk Peleng, Sulawesi
Selatan sebagai Daerah Kumpul-1 (DK-1).
2) Hari H-10 Operasi Jayawijaya.
Seluruh kekuatan ATA-17 sudah harus berkumpul di DK-1 untuk mengisi
bahan bakar dan mengulang kembali latihan tempur (rehearsal). Teluk Peleng
yang menjadi pusat konsentrasi kapal perang Indonesia perlu pengamanan udara,
159
maka pesawat-pesawat MiG-17 dari Morotai dan Amahai harus melakukan patroli
udara setiap hari di atas wilayah Teluk Peleng.
3) Hari H-6 Operasi Jayawijaya.
ATA-17 harus sudah berangkat dari DK-1 di Kepulauan Banggai menuju
DK-II yang terletak 600 Lintang Utara Pulau Morotai.
4) Hari H-4 Operasi Jayawijaya.
ATA-17 melanjutkan pergerakan ke daerah sasaran. Konvoi kapal perang
dalam jumlah besar yang sudah memasuki wilayah jangkauan pesawat tempur
Neptune dan Hawker Hunter Belanda memerlukan perlindungan udara dari
Angkatan Udara Mandala (AULA). ATA-17 hanya akan mendapat perlindungan
udara dari Angkatan Udara Mandala (AULA) yaitu MiG-17 dan pesawat anti
kapal selam Gannet milik Angkatan Laut.
5) Hari H-2 Operasi Jayawijaya.
Angkatan Udara Mandala (AULA) sudah harus melancarkan pemboman
dengan sasaran terpilih disusul pendaratan pasukan komando dari kesatuan kapal
selam. Sasaran spesifik pemboman antara lain pangkalan udara, pangkalan laut,
instalasi radar dan kapal perang Belanda dengan tujuan pengalihan perhatian
musuh untuk pendaratan pasukan komando dan pergerakan kapal-kapal perang
ATA-17.
6) Hari H Operasi Jayawijaya.
Tugas tempur dipercayakan kepada Pasukan Parakomando baik dari
ADLA atau AULA. Sebanyak 1 Brigade Pasukan Parakomando yang tergabung
dalam Satuan Tugas Seno dipimpin Kolonel Infanteri Mung Parhadimulya akan
160
diterjunkan ke Biak yang sebelumnya di bomberdemen melalui udara. Tugas
Pasukan Para adalah merebut pangkalan terbang dan menguasai satu-satunya
sumber mata air di Biak. Pasukan yang diturunkan selain Kolonel Infanteri Mung
Parhadimulya yaitu 1 Batalyon PGT (Pasukan Gerak Tjepat) Angkatan Udara
yang dipimpin Mayor Udara Rachman.
7) Hari H + 2 Operasi Jayawijaya.
Pendaratan pasukan amfibi besar-besaran oleh Pasukan Pendarat-45
(Pasrat-45) ATA-17 yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Wibisono.
Sesuai dengan Direktif ALLA yang membagi fase pada sasaran Biak dengan
operasi amfibi. Selain itu juga dikerahkan pasukan pendarat berkekuatan 8.100
orang dipimpin Kolonel Suwadji yang kemudian disusul pendaratan oleh 1
Brigade Angkatan Darat Mandala (ADLA) dengan kekuatan 8.000 orang
dipimpin oleh Letkol Infanteri Tjiptono. Pasukan ini akan bergerak ke Biak dan
melakukan link-up dengan pasukan para dari Satgas Seno. Selama pendaratan
pasukan akan ada perlindungan udara oleh pesawat-pesawat Mustang, B-25/B-26
dan IL-28.58
58 Mabes ABRI., Tri Komando Rakyat Pembebasan Irian Barat(TRIKORA)., op.cit., hlm. 264-269.
161
Gambar. 22Skema Operasi Amfibi Pendaratan ke Pantai Musuh.
Sumber: Angkasa Edisi Koleksi No. XXVIII. Operasi Amfibi
Komando Mandala dalam strateginya sebelum pendaratan Pasrat-45
(Pasukan Pendarat-45) ke pesisir pantai musuh terlebih dahulu akan diturunkan
Pasukan Kopaska yang akan menyusup untuk melakukan pembersihan pantai dari
rintangan alam, jebakan ranjau dan pos-pos meriam pantai musuh. Dalam
pembersihan ranjau musuh dilakukan oleh Kesatuan Kapal Penyapu Ranjau di
bawah pimpinan Mayor (P) Adang Safaat, kesatuan ini selain sebagai penyapu
ranjau laut juga sebagai tanda batas daerah pendaratan. Setelah mendarat pasukan
pendarat KKO dari Satuan Tugas (Satgas) Wibisono akan mendirikan pancangan
kaki (basis pertahanan) di pantai pendaratan.
Pasukan-pasukan penyusul yang mendarat dalam Operasi Jayawijaya
berintikan naval campaign dan total war, pasukan tersebut antara lain Yon-1
KKO di bawah Komando Letkol KKO M Junus dan Yon-2 di bawah pimpinan
162
Letkol Boy Abidin. Sementara Pasukan dari Yon-3 KKO di bawah pimpinan
Mayor KKO Anwar bertugas merebut Pulau Owe yang berada di depan Biak,
setelah terlebih dahulu didaratkan 1 Kompi Intai Amfibi KKO (Kipam) dalam
upaya melumpuhkan pertahanan pasukan Belanda di Pulau Owe. Setelah Pulau
Owe berhasil diduduki, Yon-3 KKO bertugas memberikan bantuan tembakan
kepada pasukan yang sedang melakukan pendaratan. Yon-1 KKO selama sedang
melakukan pendaratan, pasukan pendarat dari Yon-509 di bawah pimpinan Mayor
Nurtjahyo tetap berada diatas kapal untuk menunggu perintah pendaratan. Setelah
itu disusul pendaratan oleh Brigade-1 Angkatan Darat Mandala (ADLA) yang
dipimpin oleh Letkol Infanteri Tjiptono. Pasukan-pasukan pendarat tersebut
langsung menuju ke Biak untuk mengadakan link up dengan Satuan Tugas
(Satgas) Seno.
Komando Mandala dalam usahanya mem-back up Operasi Jayawijaya
yang mempunyai resiko tinggi, maka disiapkan pasukan cadangan sebanyak 2
Brigade Pasukan Parakomando untuk memperkuat pasukan yang bertugas
menduduki Jayapura dan Sorong. Perebutan dan pendudukan Jayapura akan
dilaksanakan oleh Satuan Tugas (Satgas) Gatotkaca yang dipimpin Letkol
Infanteri Widjoyo Sujono sedang perebutan dan pendudukan Sorong akan
dilakukan 2 Pasukan Brigade yang dipimpin oleh Letkol Infanteri Soemeru. Salah
satu brigade tersebut terdapat 1 batalyon Pasukan PGT (Pasukan Gerak Tjepat)
yang bertugas merebut lapangan udara Jeffman-Sorong, Kota Sorong dan Pulau
Salawati.
163
8) Hari H + 3 Operasi Jayawijaya.
Divisi II (Komando Lesmono) dengan unsur Bantuan Tempur (Banpur)
dan Bantuan administrasi (Banmin) mendarat dan mengambil alih komando
terhadap semua satgas di darat. Hal itu sesuai dengan rencana operasi bahwa pada
hari H + 7 sasaran sudah harus dapat direbut dan diduduki.59 Pada tanggal 5
Agustus 1962 Panglima Mandala Mayjen Suharto tiba di basis kumpul seluruh
kekuatan ATA-17 yaitu di Daerah Kumpul 1 (DK-1) di Peleng, Banggai,
Sulawesi Tenggara. Kehadiran Panglima Mandala menyampaikan keputusan
bahwa hari H Operasi Jayawijaya diundur menjadi H + 14, keputusan tersebut
memunculkan masalah baru bagi ATA-17 terutama mengenai persediaan logitik
pasukan. Selama menunggu digelarnya Operasi Jayawijaya pada tanggal 14 dan
15 Agusuts, induk pasukan ATA-17 menggunakannya dengan latihan pendaratan
terakhir yang berlokasi di Tanjunk Biak, Selatan Peleng sekitar 35 mil dari DK-1.
Pelatihan tersebut difokuskan pada gerakan tabir dan konvoi. Operasi Jayawijaya
yang akan digelar akhirnya batal, karena pada tanggal 20 Agustus 1962 telah
dicapai kesepakatan penyelesaian damai dan gencatan senjata antara Belanda
dengan Indonesia.
59 Ibid., hlm. 54-55.