bab iii pemrograman arsitektur - repository.unika.ac.idrepository.unika.ac.id/20097/4/15.a1.0163...
TRANSCRIPT
28
BAB III
PEMROGRAMAN ARSITEKTUR
3.1 Esensi Fungsi Bangunan
Gedung penelitian dan pengembangan kerajinan kulit merupakan
bangunan yang menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan
penelitian serta mengembangkan kerajinan kulit dengan mengakomodasi
aspek wisata. Gedung penelitian dan pengembangan ini memiliki kapasitas
650 orang yang terdiri dari pengunjung, pengrajin kulit, dan pengelola.
Kegiatan utama dalam gedung penelitian antara lain meneliti serta menguji
kualitas kerajinan kulit, mempelajari tentang kerajinan kullit, melihat produk
kerajinan kulit, dan melihat pameran kerajinan kulit. Fasilitas utama yang
tersedia antara lain laboratorium penelitian, laboratorium perakitan, dan
ruang kelas.
3.2 Analisis Kebutuhan dan Persyaratan Ruang
3.2.1 Studi Aktivitas, Sifat, dan Kebutuhan Ruang
A. Studi Aktivitas
Studi aktivitas pada gedung pengembangan kerajinan kulit ini
dikelompokkan menjadi 3 kelompok pelaku, antara lain pengunjung,
pengrajin kulit, dan pengelola. Studi aktivitas, sifat, dan kebutuhan ruang
dalam gedung pengembangan kerajinan kulit adalah sebagai berikut.
Keterangan:
P = Publik S = Servis
SP = Semi Publik I = Indoor
PR = Privat O = Outdoor
29
SPR = Semi Privat SO = Semi Outdoor
Tabel 3. 1 Studi Aktivitas, Sifat dan Kebutuhan Ruang Sumber: Analisa Pribadi, 2019
PENGUNJUNG
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang Sifat
Ruang Jenis Ruang
Pengunjung
Membayar retribusi masuk
Loket Masuk P O
Parkir Area Parkir Pengunjung
P O
Bertanya ke resepsionis
Resepsionis SP I
Menitipkan barang Loker Pengunjung SP I
Melakukan administrasi untuk penelitian
Ruang Administrasi
SP I
Melihat kerajinan kulit
Ruang Pamer SP I
Melihat pameran kerajinan kulit
Ruang Serbaguna SP I
Melihat proses pembuatan kerajinan kulit
Lab Penelitian SP I
Mengeksplorasi bentuk kerajinan kulit
Lab Penelitian SP I
Melakukan penelitian
Lab Penelitian SP I
Belajar mengenai kerajinan kulit
Ruang Kelas SP I
Berinteraksi Taman aktif P O
Menunggu Lobby P I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Kafetaria P SO / I
PENGELOLA
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang Sifat
Ruang Jenis Ruang
Manager Utama
Parkir Parkir Pengelola SPR O
Mendapat laporan pekerjaan
Ruang Manager Utama
PR I
Mengontrol tugas staff yang berkedudukan di bawahnya
Ruang Staff PR I
Menemui tamu Ruang Tamu SPR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum - Kafetaria - Pantry
SP / SPR
SO / I
30
Assistant General Manager
Mendapat dan mengecek data
Ruang Assistant General Manager
PR I
Membantu pekerjaan manager
Ruang Assistant General Manager
PR I
Melaporkan data Ruang Assistant General Manager
PR I
Menemui tamu - Ruang Tamu - Ruang Rapat
PR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum - Kafetaria - Pantry
SP / SPR
SO / I
DIVISI PAMERAN DAN KEMITRAAN
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang Sifat
Ruang Jenis Ruang
Kepala Divisi Pameran
Parkir Parkir Staff SPR O
Menerima laporan Ruang Kepala Divisi
PR I
Mengontrol staff Ruang Staff PR I
Memberikan informasi dan materi promosi
- Ruang Kepala Divisi - Ruang Tamu - Ruang Rapat
PR I
Menentukan kegiatan pameran
Ruang Pameran SP I
Menyimpan berkas Ruang Arsip PR I
Menemui tamu Ruang Tamu SPR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum - Kafetaria - Pantry
SP / SPR
SO / I
Staff Divisi
Parkir Parkir Staff SPR O
Menerima laporan Ruang Staff PR I
Menyimpan dan mencari berkas
Ruang Arsip PR I
Menyusun laporan Ruang Staff PR I
Mengelola dan mengatur kegiatan pameran
Ruang Pameran SP I
Mengelola dan memberikan informasi dan materi promosi
- Ruang Staff - Ruang Tamu - Ruang Rapat
PR I
Menemui tamu Ruang Tamu SPR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum - Kafetaria - Pantry
SP / SPR
SO / I
31
DIVISI PELAYANAN UMUM
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang Sifat
Ruang Jenis Ruang
Kepala dan Staff Edukasi
(Guide)
Parkir Parkir Staff SPR O
Melayani dan melakukan penelitian
Ruang Penelitian SP I
Menaruh barang Ruang Loker Staff PR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum - Kafetaria - Pantry
SP / SPR
SO / I
Kepala dan Staff
Kafetaria
Parkir Parkir Staff SPR O
Menaruh barang Ruang Loker Staff PR I
Memasak Dapur SP I
Mencuci peralatan makan dan masak
Dapur SP I
Melayani pembeli makanan dan minuman
Kafetaria SP I
Menerima dan menyusun laporan penjualan
Ruang Kepala Kafetaria
PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum - Kafetaria - Pantry
SP / SPR
SO / I
DIVISI SERVIS
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang Sifat
Ruang Jenis Ruang
Kepala Divisi Servis
Parkir Parkir Staff SPR O
Mengawasi seluruh kegiatan servis
Ruang Kepala Servis
PR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum - Kafetaria - Pantry
SP / SPR
SO / I
Teknisi Mekanikal
Elektrikal dan Plumbing
Parkir Parkir Staff SPR O
Melakukan pengecekan dan perbaikan
- Ruang Panel - Ruang AHU - Ruang Genset - Ruang Pompa - Shaft MEP
PR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Pantry SPR I
Pulang Way Out P O
Office Boy/Girl
Parkir Parkir Staff SPR O
Menaruh barang Ruang Karyawan PR I
Membuatkan/ menyiapkan konsumsi
Pantry SPR I
32
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Pantry SPR I
Staff Kebersihan
Parkir Parkir Staff SPR O
Menaruh barang Loker Staff PR I
Menyimpan peralatan
Janitor PR I
Membuang sampah TPS SPR O
Membersihkan ruangan
Area Penelitian dan Pengembangan
SP I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Pantry SPR I
Staff Keamanan
Parkir Parkir Staff SPR O
Memantau CCTV Ruang Keamanan PR I
Menaruh barang Loker Staff PR I
Melakukan pengecekan (berkeliling)
Area Penelitian dan Pengembangan
SP I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Pantry SPR I
DIVISI SDM
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang Sifat
Ruang Jenis Ruang
Supervisor SDM
Menemui tamu - Ruang Tamu - Ruang Rapat
PR I
Mengurus bagian SDM
Ruang Staff PR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Pantry SPR SO / I
HRD
Perekrutan karyawan
Ruang HRD PR I
Mengurus administrasi karyawan
Ruang Staff PR I
Memantau kerja karyawan dan staff
Ruang Staff PR I
Menemui tamu - Ruang Tamu - Ruang Rapat
PR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Pantry SPR SO / I
DIVISI PENGADAAN BAHAN BAKU
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang Sifat
Ruang Jenis Ruang
Supervisor Pengadaan Bahan Baku
Memantau masuk dan keluarnya barang
Ruang Staff PR I
Mengatur administrasi keluar masuk barang
Ruang Staff PR I
33
Mencatat ketersediaan barang
Ruang Staff PR I
Menemui tamu - Ruang Tamu - Ruang Rapat
PR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Pantry SPR SO / I
Karyawan Gudang
Mempersiapkan keperluan gudang
- Gudang - Ruang Karyawan
PR I
Bertanggungjawab mengenai barang di gudang
- Gudang - Ruang Karyawan
PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Pantry SPR I
Kepala Administrasi
Melaporkan keuangan
Ruang Akuntan PR I
Mengecek pembukuan
Ruang Akuntan PR I
Mengelola keuangan
Ruang Akuntan PR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Pantry SPR SO / I
Staff Administrasi
Menerima laporan keuangan
Ruang Staff PR I
Mencatat pemasukan dan pengeluaran
Ruang Staff PR I
Membuat laporan keuangan
Ruang Staff PR I
Rapat Ruang Rapat PR I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Pantry SPR SO / I
PENGRAJIN KULIT
Pelaku Aktivitas Kebutuhan
Ruang Sifat
Ruang Jenis Ruang
Pengrajin Kulit
Membayar retribusi masuk
Loket Masuk P O
Parkir Area Parkir Pengrajin Kulit
P O
Memotong Kerajinan Kulit
Lab Persiapan SP I
Merakit dan menjahit kerajinan kulit
Lab Perakitan SP I
Menguji kualitas kerajinan kulit
Lab Finsihing SP I
Membuat pola kerajinan kulit
Ruang Studio SP I
Mengecek produk kerajinan kulit
Ruang Penyimpanan
SPR O
34
Mengambil bahan baku kerajinan kulit
Loading dock S I
Belajar mengenai kerajinan kulit
Ruang Kelas SP I
BAB/BAK Toilet S I
Makan dan minum Kafetaria P SO / I
B. Pola Aktivitas Pelaku
Pola kegiatan pada gedung pengembangan kerajinan kulit dibagi
berdasarkan pelaku yang ada di dalamnya yaitu pengunjung, pengelola,
pengrajin kulit, dan pelaku servis. Ketiga pelaku ini memiliki tiga jenis
kegiatan yaitu kegiatan utama, kegiatan penunjang dan kegiatan servis.
Pola kegiatan pelaku adalah sebagai berikut :
1. Pengunjung
Pengunjung memasuki area lobby untuk menunggu atau bersantai lalu
pengunjung dapat langsung memasuki showroom dan ruang display.
Selain adanya ruang display, tersedia juga fasilitas workshop untuk
melihat proses pembuatan kerajinan kulit. Pengunjung dapat
menitipkan barang sebelum memasuki workshop kerajinan kulit.
Terdapat fasilitas ruang penelitian untuk mengadakan studi banding
dan belajar mengenai kerajinan kulit. Fasilitas penunjang lainnya
adalah toilet serta taman yang digunakan untuk bersantai. Kegiatan
lain untuk pengunjung yang memiliki kepentingan di dalam bangunan
35
ini seperti membeli kerajinan kulit dan mengikuti event tertentu. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Bagan 3.1.
Bagan 3. 1 Pola Aktivitas Pengunjung Sumber: Analisis Pribadi, 2019
2. Pengelola
Pengelola memasuki ruang pengelola untuk absen serta melakukan
berbagai kegiatan di dalam bangunan seperti rapat, mengawasi kinerja
pengrajin kulit, serta pengelolaan terhadap bangunan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Bagan 3.2.
36
Bagan 3. 2 Pola Aktivitas Pengelola Sumber: Analisis Pribadi, 2019
3. Pengrajin Kulit
Pengrajin kulit memasuki ruang workshop untuk absen serta
melakukan berbagai kegiatan di dalam workshop seperti memotong
kerajinan kulit, menjahit, membuat pola, serta menguji kualitas
kerajinan kulit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bagan 3.3.
37
Bagan 3. 3 Pola Aktivitas Pengrajin Kulit Sumber: Analisis Pribadi, 2019
4. Kegiatan Servis
Kegiatan servis yang berlangsung seperti bongkar muat kerajinan kulit
dan pengelolaan terhadap sistem mekanikal, elektrikal, dan plumbing.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bagan 3.4.
Bagan 3. 4 Pola Aktivitas Servis Sumber: Analisis Pribadi, 2019
C. Jam Operasional
Jam Operasional pada gedung pengembangan kerajinan kulit ini terbagi
menjadi tiga antara lain fasilitas utama, fasilitas penunjang, dan pengelola
yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
38
Tabel 3. 2 Jam Operasional Gedung Pengembangan Kerajinan Kulit Sumber: Analisis Pribadi
NO Fasilitas Kegiatan Waktu
Fasilitas Utama
1. Laboratorium
Penelitian Melakukan penelitian
Senin – Jumat
( 09.00 – 16.00 )
2. Laboratorium
Perakitan
Kerajinan Kulit
Meneliti dan membuat kerajinan
kullit
Senin – Jumat
( 09.00 – 16.00 )
3. Ruang Kelas Belajar mengenai kerajinan kulit Senin – Jumat
( 09.00 – 16.00 )
4. Ruang Pamer Memamerkan kerajinan kullit Senin – Minggu
( 09.00 – 17.00 )
Fasilitas Penunjang
5. Hall Serbaguna Event pameran kerajinan kulit Senin – Minggu
( 09.00 – 17.00 )
6. Kafetaria Makan dan minum Senin – Minggu
( 09.00 – 16.00 )
Pengelola
7. Resepsionis Memberi informasi Senin – Minggu
( 09.00 – 17.00 )
8. Tempat penitipan
barang Menitipkan barang
Senin – Minggu
( 09.00 – 16.00 )
9. Office
( Manager dan karyawan divisi )
Jam kerja
Senin – Jumat
( 08.00 – 17.00 )
Sabtu
( 08.00 – 15.00 )
10. Divisi Pelayanan Umum
Jam kerja Senin – Minggu
( 09.00 – 17.00 )
11. Divisi Keamanan Jam kerja
Shift 1
( 06.00 – 14.00 ) Shift 2
( 14.00 – 22.00 ) Shift 3
( 22.00 – 06.00 )
39
3.2.2 Pendekatan Jumlah Pelaku
A. Pengunjung
Jumlah pengunjung yang diasumsikan berasal dari jumlah pengunjung
dalam obyek wisata sejenis di Yogyakarta.
Tabel 3. 3 Jumlah Pengunjung Obyek Sejenis di Kota Yogyakarta Sumber: Statistik Kepariwisataan Kota Yogyakarta, 2017
Berdasarkan data jumlah pengunjung pada obyek sejenis di kota
Yogyakarta, dilakukan analisis pertambahan pengunjung antar tahunnya
dalam persentase sejak tahun 2013 hingga 2017 dengan rumus berikut:
Pertambahan Pengunjung = (%)
TB - TA x 100% TA
Keterangan: TA = Jumlah pengunjung tahun pertama TB = Jumlah pengunjung tahun kedua
Tahun 2013-2014
=
= 0,385%
Tahun Total
2013 157.770
2014 218.512
2015 255.932
2016 548.470
2017 206.934
218.512 - 157.770 X100%
157.770
40
Tahun 2014 – 2015
=
= 0,171 %
Tahun 2015 – 2016
=
= 1,143 %
Tahun 2016 – 2017
=
= -0,622 %
Jumlah kenaikan rata-rata pengunjung dari tahun 2013 – 2017 (5 tahun):
Bagan 3. 5 Presentase Kenaikan Kunjungan Sumber: Analisis Pribadi, 2019
255.932 - 218.512 X100%
218.512
548.470 - 255.932 X100%
255.932
206.934 - 548.470 X100%
548.470
=
0,385 + 0,171 + 1,143 + (-0,622) x 100%
5
= 0,215 %
0,385%0,171%
1,143%
-0,622%
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7
PERSENTASE KENAIKAN KUNJUNGAN WISATA
Persentase Pengunjung
41
Setelah mendapatkan presentasi rata-rata peningkatan jumlah
pengunjung dari tahun 2013 - 2017, maka perhitungan jumlah pengunjung
yang akan diproyeksikan selama 10 tahun yang akan datang ke Kota
Yogyakarta dapat dijabarkan. Rumus yang digunakan untuk menghitung
perkembangan jumlah wisatawan adalah sebagai berikut:
Tp = To + ( p-1 ) b
Keterangan :
Tp = Jumlah pengunjung pada tahun prediksi (2027)
To = Jumlah pengunjung tahun dasar (2017)
p = Jumlah prediksi tahun
b = Angka peningkatan jumlah pengunjung tiap tahun
Tp = To + (p - 1) b
= 206.934 + {(10 - 1) (0,215% x 206.934) }
= 206.934 + (9 x 445)
= 206.934 + 4005
= 210.939
Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah pengunjung pada
gedung penelitian dan pengembangan kerajinan kulit 10 tahun yang akan
datang, yaitu tahun 2027 mencapai:
210.939 pengunjung per tahun
17.758 pengunjung per bulan
577 pengunjung per hari
42
Jumlah pengunjung yang diasumsikan berdasarkan perhitungan
jumlah total kunjungan tersebut memiliki kapasitas 500 pengunjung.
B. Pengelola
Dalam perencanaan gedung pengembangan kerajinan kulit ini memiliki
pengelola untuk operasional dan kelancaran berlangsungnya aktivitas di
dalamnya. Berikut ini adalah jumlah kapasitas pengelola:
Tabel 3. 4 Perhitungan Jumlah Pengelola Sumber: Analisis Pribadi, 2019
No. Pelaku Jumlah
1 Owner 1
2 Manager Utama 1
3 Asisten Manager Utama 1
4 Kepala Divisi Pameran 1
5 Staff Pameran 4
6 Kepala dan Staff Edukasi 5
7 Kepala dan Staff Kafetaria 3
8 Kepala Divisi Servis 3
9 Kepala dan Staff Administrasi 5
10 Teknisi Mekanikal Elektrikal dan Plumbing 2
11 Supervisor SDM 5
12 Staff SDM 2
13 Supervisor Pengadaan Barang 2
14 Karyawan Gudang 2
15 Office Boy 3
16 Staff Kebersihan 8
17 Staff Keamanan 6
Total 55
43
C. Pengrajin Kulit
Tabel 3. 5 Data Jumlah UMKM Kerajinan Kulit Yogyakarta Sumber: http://umkm.jogjakota.go.id
Kecamatan Jumlah UMKM Kerajinan Kulit
Kotagede 1
Mantrijeron 1
Mergangsan 8
Tegalrejo 4
Umbulharjo 5
Wirobrajan 31
Jumlah Total 50
Berdasarkan data UMKM Kerajinan Kulit Yogyakarta, jumlah pengrajin kulit
yang diasumsikan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan kerajinan
kulit adalah 100 orang yang terbagi dalam beberapa laboratorium yang
berbeda.
3.2.3 Persyaratan Ruang
Persyaratan ruang pada gedung pengembangan kerajinan kulit ini
dipengaruhi oleh 5 aspek yaitu Akustik, Pencahayaan, Penghawaan,
Keamanan dan Kesehatan serta dipengaruhi letak lokasinya. Persyaratan
ruang dalam gedung pengembangan kerajinan kulit antara lain:
A. Lobby
Memiliki luas ruang yang cukup luas sebagai ruang transisi. Titik lokasi
setelah entrance yang berada di dalam gedung. Dalam aspek akustiknya,
ruang membutuhkan ketenangan yang cukup. Pencahayaan serta
penghawaan pada ruang ini alami dan buatan. Keamanan di dalam ruang
membutuhkan sekuritas dan pencegahan kebakaran. Dalam aspek
kesehatan ada pengaruh kelembaban karena pengguna akan merasa tidak
nyaman jika dalam keadaan lembab.
44
B. Ruang Informasi
Ruang ini memiliki luasan mencakup 3 orang. Ruangan ini terletak di dalam
lobby dan berdekatan dengan ruang penitipan barang. Dalam aspek
akustiknya, ruang membutuhkan ketenangan yang cukup. Pencahayaan
serta penghawaan pada ruang ini alami dan buatan. Keamanan ruang
membutuhkan sekuritas dan dalam aspek kesehatan ada pengaruh radiasi.
C. Showroom Kerajinan Kulit
Ruang ini terletak dekat dengan lobby. Memiliki luasan yang besar karena
produk kerajinan kulit yang ditampilkan bermacam-macm. Dalam aspek
akustiknya, ruang ini membutuhkan kestabilan. Ruang ini menggunakan
pencahayaan dan penghawaan buatan untuk menjaga kualitas produk
kerajinan kulit agar warna kerajinan kulit tidak luntur dan berjamur. Dalam
aspek keamanan, ruang ini membutuhkan sekuritas dan pencegahan
kebakaran. Dalam aspek kesehatan, radiasi matahari secara langsung dan
kelembaban dalam ruang harus dijaga dengan baik.
Berdasarkan Data Arsitek Jilid 1, sudut maksimal kemampuan mata
yang digunakan dalam membedakan warna sebagai patokannya untuk
kenyamanan melihat dan mengamati objek, yaitu:
- Penglihatan Horizontal : dengan sudut 30 derajat ke kanan dan kiri.
- Penglihatan Vertikal : dengan sudut 40 derajat ke bawah dari garis
lurus mata dan sudut 30 derajat ke atas dari garis lurus mata.
45
Gambar 3. 1 Studi Ruang Pamer Sumber: Analisis Pribadi, 2019
Gambar 3. 2 Layout Showroom Kerajinan Kulit Sumber: Analisis Pribadi, 2019
46
D. Laboratorium Persiapan
Laboratorium persiapan merupakan ruang yang menampung pengrajin
kulit dalam penelitian mengenai tahap awal pembuatan kerajinan kulit.
Laboratorium persiapan ini harus memiliki luasan yang cukup untuk
menampung beberapa perabot serta mesin-mesin dalam penelitian
kerajinan kullit. Laboratorium persiapan membutuhkan kestabilan dalam
akustik ruang karena mesin serta alat pemotong menghasilkan bunyi yang
cukup keras. Ruang ini menggunakan pencahayaan buatan karena
membutuhkan ketelitian dalam memotong kerajinan kulit. Penghawaan
dalam ruang ini alami. Dalam aspek keamanan ruang membutuhkan
sekuritas dan pencegahan kebakaran. Radiasi dan kelembaban dalam
ruang ini harus stabil untuk menjaga kualitas kerajinan kulit.
Gambar 3. 3 Layout Laboratorium Persiapan
Sumber: Analisis Pribadi, 2019
E. Laboratorium Perakitan
Laboratorium perakitan merupakan ruang yang letaknya berdekatan
dengan laboratorium persiapan. Laboratorium perakitan merupakan
ruangan untuk penelitian pada tahap kedua dalam pembuatan kerajinan
kulit yaitu merakit pola kerajinan kulit menjadi sebuah produk kerajinan.
47
Laboratorium perakitan membutuhkan kestabilan dalam akustik ruang
karena mesin serta alat jahit menghasilkan bunyi yang cukup keras.
Laboratorium ini menggunakan pencahayaan buatan karena
membutuhkan ketelitian dalam menjahit kerajinan kulit. Penghawaan
dalam ruang ini alami. Dalam aspek keamanan ruang membutuhkan
sekuritas dan pencegahan kebakaran. Radiasi dan kelembaban dalam
ruang ini harus stabil untuk menjaga kualitas kerajinan kulit.
Gambar 3. 4 Layout Laboratorium Perakitan Sumber: Analisis Pribadi, 2019
F. Laboratorium Finishing
Laboratorium finishing merupakan ruang yang letaknya berdekatan dengan
laboratorium perakitan. Laboratorium finishing merupakan ruangan pada
tahap akhir pembuatan kerajinan kulit untuk menguji kualitas produk yang
siap untuk dijual. Laboratorium finishing membutuhkan kestabilan dalam
akustik ruang untuk menguji kualitas produk kerajinan. Ruang ini
menggunakan pencahayaan buatan karena produk kerajinan yang sudah
siap dijual tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung agar warna
dari produk tidak menurun. Ruang ini menggunakan penghawaan alami
agar kualitas udara serta kelembaban dalam ruang ini dapat terjaga
48
dengan baik agar produk kerajinan tidak berjamur. Dalam aspek keamanan
ruang membutuhkan sekuritas dan pencegahan kebakaran karena
terdapat beberapa produk dengan harga yang relatif mahal. Radiasi dan
kelembaban dalam ruang ini harus stabil untuk menjaga kualitas kerajinan
kulit.
Gambar 3. 5 Layout Laboratorium Finishing Sumber: Analisis Pribadi, 2019
G. Laboratorium Penelitian
Laboratorium penelitian difungsikan untuk melakukan penelitian dan
mengeksplorasi bentuk kerajinan kulit. Laboratorium ini digunakan untuk
memberi edukasi kepada wisatawan tentang kerajinan kulit. Laboratorium
ini terletak di dekat showroom yang dapat menampung beberapa pengrajin
kulit maupun wisatawan yang melakukan study tour. Laboratorium
penelitian membutuhkan sirkulasi yang cukup luas untuk melakukan
penelitian. Dalam aspek akustiknya, ruang ini membutuhkan ketenangan
yang cukup untuk menjaga kenyamanan pelaku dalam melakukan
penelitian. Laboratorium ini membutuhkan pencahayaan buatan dengan
lampu LED yang intensitasnya cukup tinggi untuk melakukan penelitian dan
studi tentang kerajinan kulit. Selain itu, penghawaan buatan digunakan
untuk menjaga kualitas kerajinan kulit. Laboratorium penelitian juga
membutuhkan wastafel yang digunakan untuk membersihkan tangan
49
setelah melakukan penelitian. Dalam aspek keamanan, ruang ini
membutuhkan sekuritas dan pencegahan kebakaran. Laboratorium
penelitian membutuhkan gudang bahan baku yang digunakan untuk
menyimpan bahan baku dasar dalam pembuatan kerajinan kulit. Selain itu,
gudang alat juga dibutuhkan untuk menyimpan beberapa peralatan dalam
pembuatan kerajinan kulit. Dalam aspek kesehatan, radiasi matahari
secara langsung dan kelembaban dalam ruang harus dijaga dengan baik.
Gambar 3. 6 Layout Laboratorium Penelitian Sumber: Analisis Pribadi, 2019
H. Ruang Kelas
Ruang kelas difungsikan untuk memberi materi serta pembelajaran tentang
kerajinan kulit. Dalam aspek akustiknya, ruang ini membutuhkan
ketenangan yang cukup untuk menjaga kenyamanan pelaku dalam
melakukan pembelajaran. Ruang ini membutuhkan pencahayaan buatan
dengan lampu LED yang intensitasnya cukup tinggi untuk melakukan
pembelajaran tentang kerajinan kulit. Dalam aspek keamanan, ruang ini
membutuhkan sekuritas dan pencegahan kebakaran. Dalam aspek
kesehatan, radiasi matahari secara langsung dan kelembaban dalam ruang
harus dijaga dengan baik. Ruang kelas membutuhkan sirkulasi yang baik
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
50
Gambar 3. 7 Layout Ruang Kelas Sumber: Analisis Pribadi, 2019
I. Ruang Serbaguna
Ruang ini difungsikan untuk mengadakan kegiatan pameran kerajinan kulit
dari berbagai mitra kerajinan kulit Yogyakarta. Ruang ini terletak dekat
dengan lobby. Memiliki luasan yang besar karena menampung beberapa
mitra kerajinan dengan produk kerajinan kulit yang bermacam-macam.
Ruang ini dalam aspek akustiknya membutuhkan kestabilan. Ruang ini
menggunakan pencahayaan dan penghawaan buatan untuk menjaga
kualitas produk kerajinan kulit agar warna kerajinan kulit tidak luntur dan
berjamur. Dalam aspek keamanan, ruang ini membutuhkan sekuritas dan
pencegahan kebakaran. Dalam aspek kesehatan, radiasi matahari secara
langsung dan kelembaban dalam ruang harus dijaga dengan baik.
J. Storage
Ruang ini letaknya dibelakang gedung karena ruang ini bersifat privat.
Ruang ini memiliki pintu 2 lapis (rolling door dan pintu biasa). Ruang
storage ini dibedakan berdasarkan jenis produk kerajinan kulit. Pada tiap
storage terdapat pengukur suhu ruang untuk menjaga suhu dalam ruang
tetap stabil. Ruang ini menggunakan pencahayaan dan penghawaan
51
buatan untuk menjaga kualitas produk kerajinan kulit agar warna kerajinan
kulit tidak luntur dan berjamur. Dalam aspek keamanan, ruang ini
membutuhkan sekuritas dan pencegahan kebakaran. Dalam aspek
kesehatan, radiasi matahari secara langsung dan kelembaban dalam ruang
harus dijaga dengan baik.
K. Loading Dock
Loading dock terletak dekat dengan parkir pengelola. Pintu loading dock
memiliki lebar 2 meter untuk memasukkan produk kerajinan kulit. Ruang ini
menggunakan pencahayaan dan penghawaan buatan untuk menjaga
kualitas produk kerajinan kulit agar warna kerajinan kulit tidak luntur dan
berjamur. Dalam aspek keamanan, ruang ini membutuhkan sekuritas dan
pencegahan kebakaran. Dalam aspek kesehatan, radiasi matahari secara
langsung dan kelembaban dalam ruang harus dijaga dengan baik.
3.2.4 Analisis Besaran Ruang
Untuk menentukan kapasitas ruang perlu adanya analisa besaran
ruang yang dapat dilihat melalui jumlah pengguna ruang dan acuan dari
buku Time Saver Standart for Building Type 2nd Edition, untuk perhitungan
sirkulasi. Berikut standard sirkulasinya:
- 5% - 10 % : Sirkulasi minimum
- 20% : Kebutuhan akan keleluasaan sirkulasi
- 30% : Tuntutan kenyamanan fisik
- 40% : Tuntutan kenyamanan psikologis
- 50% : Tuntutan sesuai dengan spesifik kegiatan
- 70% - 100% : Sirkulasi dengan banyak kegiatan
52
Tabel 3. 6 Besaran Ruang Gedung Pengembangan Kerajinan Kulit Sumber: Analisis Pribadi
No.
Nama Ruang Kapa-sitas
Jumlah Ruang
Perhitungan Luas Ruang
(m)
Luas Ruang
(m2)
Fasilitas Utama
1 Lobby 50 orang 1 15 x 25 375
2 Resepsionis 2 orang 1 2 x 4 8
3 Tempat Penitipan Barang
3 orang 1 3 x 3 9
4 R. Showroom 50 orang 2 15 x 17 510
5 Hall Serbaguna 500 orang 1 30 x 25 750
6 Lab Persiapan 50 orang 1 13 x 20 260
7 Lab Perakitan 60 orang 1 15 x 20 300
8 Lab Finishing 50 orang 1 10 x 20 200
9 Lab Penelitian 30 orang 2 10 x 20 400
10 Ruang Kelas 30 orang 2 12 x 10 240
10 Toilet 12 orang 4 8 x 6 96
11 Mushola 10 orang 1 8 x 6 48
Total Luas Ruang 2856
Sirkulasi Antar Ruang (+20%) 3427.2
Dibulatkan 3427
Fasilitas Penunjang
12 Kafetaria 30 orang 1 15 x 10 150
13 Coffee Shop 30 orang 1 15 x 10 150
14 Lounge 30 orang 1 15 x 10 150
Total Luas Ruang 450
Sirkulasi Antar Ruang (+20%) 540
Area Pengelola
16 R. Manager Utama
5 orang 1 5 x 4 20
17 R. Asisten Manager
3 orang 1 3.5 x 4 14
18 R. Kepala Produksi
3 orang 1 3.5 x 4 14
19 R. Kepala Divisi 5 orang 1 4 x 5 20
20 R. Staff Divisi 20 orang 1 7,5 x 9 67,5
21 R. Administrasi 3 orang 1 4 x 4 16
22 R. Arsip 3 orang 1 4 x 4 16
53
No.
Nama Ruang Kapa-sitas
Jumlah Ruang
Perhitungan Luas Ruang
(m)
Luas Ruang
(m2)
23 R. Rapat 15 orang 1 6 x 6 36
24 R. Tamu 5 orang 1 4 x 3 12
25 R. Karyawan Servis
5 orang 1 4 x 4 16
26 Kantin 10 orang 1 5 x 5 25
27 Toilet 1 orang 4 2 x 2 16
Total Luas Ruang 272.5
Sirkulasi Antar Ruang (+20%) 328
Area Servis
26 Gudang Bengkel 2 orang 1 4 x 4 16
27
Gudang Penyimpanan Bahan Baku
2 orang
2
3 x 4
24
28
Gudang Penyimpanan Limbah
2 orang
1
3 x 3
9
29 Loading Dock 5 orang 1 4 x 8 32
30 Pantry 5 orang 1 4 x 4 16
31 Shaft ME 2 orang 2 2 x 1.2 4.8
32 Shaft Plumbing 2 orang 2 0.6 x 0.8 0.96
33 R. Panel 2 orang 3 2 x 2 12
34 R. Genset 2 orang 1 2.5 x 4 10
35 R. Pompa 2 orang 1 2.5 x 2 5
36 R. AHU 2 orang 3 2 x 2 12
37 R. Chiller 1 orang 1 3.5 x 3 10.5
37 R. CCTV 2 orang 1 3 x 3 9
38 Pos Keamanan 2 orang 2 4 x 4 32
Total Luas Ruang 337.26
Sirkulasi Antar Ruang (+20%) 404.7
Dibulatkan 405
54
Tabel 3. 7 Rekapitulasi Besaran Ruang Sumber: Analisis Pribadi, 2019
Luas (m2)
Besaran Ruang Fasilitas Utama 3427
Besaran Ruang Fasilitas Penunjang 540
Besaran Ruang Area Pengelola 328
Besaran Ruang Area Servis 405
Total Luas Bangunan 4700
Sirkulasi Antar Ruang (+20%) 5640
55
3.2.5 Pola Hubungan Ruang
A. Pola Hubungan Ruang Makro
Bagan 3
. 6 P
ola
Hubungan R
uang M
akro
S
um
ber:
Analisis
Pribadi, 2
019
56
B. Pola Hubungan Ruang Mikro
Bagan 3
. 7 P
ola
Hubungan R
uang M
ikro
S
um
ber:
Analisis
Pribadi, 2
019
57
3.3 Analisis Tapak
3.3.1 Jenis Ruang Luar
Jenis ruang luar di dalam tapak antara lain area parkir, taman aktif,
dan ruang terbuka hijau. Jenis ruang luar ini terbagi menjadi beberapa
zonasi yaitu area parkir dengan sifat servis, ruang terbuka hijau dengan
sifat publik, dan taman aktif dengan sifat semi publik. Sifat dari taman aktif
ini semi publik karena terletak di sisi sentral dari bangunan untuk
menghubungkan bangunan dengan fungsi kegiatan yang berbeda. Dimensi
ruang luar di dalam tapak antara lain:
A. Kebutuhan Luas Parkir
1. Pengunjung
Kelompok pengunjung yang berjumlah 500 orang, menggunakan
kendaraan yang terdiri dari mobil, sepeda motor dan bus sewa dengan
asumsi sebagai berikut:
50 % menggunakan mobil (berisi 4 orang )
30 % menggunakan motor
20 % menggunakan bus (berisi 40 orang)
Tabel 3. 8 Perhitungan Kebutuhan Luas Parkir Pengunjung Sumber: Analisis Pribadi, 2019
Kendaraan % Pengunjung
Per Kendaraan
Perhitungan Lot Parkir
Ruang Pakir (m2)
Luas Parkir (m2)
Mobil 50 4 = (50% x 500) : 4 = 62,5
12,5 781,25
Mobil disabilitas
1 lot per 50 lot parkir
= 100 : 50 = 2
18 36
Motor 30 2 = (30% x 500) : 2 = 75
1,4 105
Bus 20 40 = (20% x 500) : 40 = 2,5
47,6 119
Luas 1041.25
(+ Sirkulasi 100%) = TOTAL 2082.5
58
2. Pengelola
Kelompok pengelola yang berjumlah 50 orang, menggunakan
kendaraan yang terdiri dari mobil dan sepeda motor dengan asumsi
sebagai berikut:
10 % menggunakan mobil
90 % menggunakan motor
Tabel 3. 9 Perhitungan Kebutuhan Luas Parkir Pengelola Sumber: Analisis Pribadi, 2019
Kendaraan % Per
Kendaraan Perhitungan
Lot Parkir
Ruang Pakir (m2)
Luas Parkir (m2)
Mobil 10 1 = (10% x 57) : 1 = 5,7
12,5 71,25
Motor 90 1 = (90% x 57) : 1 = 51,3
1,5 76,95
Luas 148,2
(+ Sirkulasi 100%) = TOTAL 296
3. Pengrajin Kulit
Kelompok pengrajin kullit yang berjumlah 100 orang, menggunakan
sepeda motor dengan asumsi sebagai berikut:
Tabel 3. 10 Perhitungan Kebutuhan Luas Parkir Pengrajin Kulit Sumber: Analisis Pribadi, 2019
Tabel 3. 11 Rekapitulasi Kebutuhan Ruang Parkir Projek
Sumber: Analisis Pribadi, 2019
Pelaku Luas Lahan Parkir (m2)
Pengunjung 2082.5
Pengelola 296
Pengrajin Kulit 300
Total Kebutuhan Lahan Parkir 2678.5
Kendaraan % Per
Kendaraan Lot Parkir
Ruang Pakir (m2)
Luas Parkir (m2)
Motor 100 1 = (100% x 100) : 1 = 100
1,5 150
Luas 150
(+ Sirkulasi 100%) = TOTAL 300
59
B. Luas Ruang Terbuka Hijau
= 30% x luas lahan
= 30% x 10.390 m2
= 3117 m2
C. Luas Taman Aktif
= 10 m x 15 m
= 150 m2
3.3.2 Luas Ruang Efektif
KDB = 60%
KLB = 1,50
KB = 5 lantai
KDH = 30%
GSB = 15 meter
Berdasarkan data di atas, diperoleh hasil perhitungan luasan sebagai
berikut.
A. Kebutuhan Luas Ruang = 5632 m2
B. Luas Lahan
= Kebutuhan Luas Ruang : KLB
= 5632 m2 : 1,5
= 4693 m2
C. Luas Lantai Dasar
= KDB x Luas Lahan
= 60% x 4693 m2
= 2816 m2
60
D. Luas Ruang Terbuka
= Luas Area Parkir + Luas Ruang Terbuka Hijau
= 2678,5 m2 + (30% x Luas Lahan)
= 2678,5 m2 + (30% x 4693 m2)
= 4086,4 m2
E. Total Luas Kebutuhan Lahan
= Luas Lahan + Luas Ruang Terbuka
= 4693 m2 + 4086,4 m2
= 8779,4 m2
3.4 Analisis Tata Letak Massa
Gedung penelitian dan pengembangan ini akan menghasilkan
beberapa massa bangunan yang memiliki persyaratan ruangnya masing-
masing. Dalam Buku Francis D.K. Ching (2008), kepentingan fungsional
atau peranan simbolisnya di dalam sebuah bangunan akan menentukan
organisasi tatanan yang akan digunakan pada situasi yang spesifik, yaitu
tergantung pada:
1. Tuntutan program bangunan, seperti keberdekatan, kebutuhan
dimensional, klasifikasi ruang-ruang yang hirarkis, serta kebutuhan
akan akses, cahaya dan pemandangan.
2. Kondisi tapak yang mungkin membatasi bentuk atau pertumbuhan
organisasi, atau mendorong suatu organisasi untuk menggunakan
fasilitas tertentu.
Penataan massa dalam mengkaitkan seluruh komposisi saling
berhubungan bertujuan untuk menghasilkan suatu susunan yang harmonis.
Diperlukan adanya penghubung yang menjadi pusat dalam penataan
massa untuk mengatasi perbedaan fungsi kegiatan penelitian yang
61
mengakomodasi aspek wisata. Ruang penghubung difungsikan sebagai
ruang perantara untuk menghubungkan ruang penelitian dengan ruang
penunjang. Kaitan visual dan spasial antara kedua ruang tersebut harus
sesuai dengan karakter ruang ketiga. Orientasi dan bentuk ruang perantara
ini dapat dibuat berbeda dari kedua ruang yang dihubungkan agar dapat
mengekspresikan fungsinya sebagai penghubung.
Kebisingan dapat masuk ke lingkungan sekitar yang dipengaruhi
oleh tingkat kerapatan elemen bangunan secara keseluruhan seperti lantai,
dinding, plafon, atap, serta hirarki ruang. Menurut (David M Egan dalam
jurnal Junavy Greatness 2010) posisi atau perletakan suatu bangunan yang
ideal untuk mengurangi kebisingan (noise) terdapat pada Gambar 3.7.
Gambar 3. 8 Perletakan Posisi Bangunan Untuk Mengurangi Kebisingan Sumber: David M Egan dalam Jurnal Junavy Greatness (2010)
62
3.5 Analisa Lingkungan Buatan
Gambar 3. 9 Kondisi Lingkungan Buatan Tapak Sumber: Googlemaps, 2019
Terdapat beberapa aspek lingkungan buatan di sekitar tapak
seperti Jalan Margo Utomo dengan jalur satu arah yang memiliki alur lalu
lintas yang baik dengan didukung lebar jalan utama 9 meter serta jalur
sepeda motor pada tepi kanan dan kiri jalan dengan lebar 5 meter sehingga
dapat menguraikan kepadatan lalu lintas pada daerah tersebut. Kondisi
jalan Margo Utomo cukup ramai pada jam tertentu karena terdapat
Malioboro dan Tugu Yogyakarta yang berada di sekitar tapak yang menjadi
pusat kegiatan wisata. Malioboro dapat menjadi salah satu potensi wisata
di sekitar tapak. Prasarana pendukung projek pada lokasi tapak berupa
hotel Grand Zuri berbintang 5 dan beberapa fasilitas restoran. Terdapat
permukiman pada sisi Timur tapak. Permukiman yang berada di sekitar
tapak ini sangat berpengaruh terhadap adanya kegiatan produksi kerajinan
kulit yang menimbulkan kebisingan.
Lokasi Tapak
Permukiman Warga
63
3.6 Analisis Lingkungan Alami
Pengukuran klimatologi di dalam tapak dilakukan pada 2 titik yaitu
titik A (dekat dengan Jalan Margo Utomo) dan titik B (dekat dengan
permukiman warga).
Gambar 3. 10 Titik Pengukuran Klimatologi Pada Lokasi Tapak Sumber: Googlemaps, 2019
A. Pengukuran di Titik A
1. Intensitas Cahaya
Pengukuran intensitas cahaya pada pagi hari pukul 09.00 sebesar
5820 lux sedangkan pada siang hari matahari sangat terik
mencapai 6888 lux. Hal ini dapat berubah sewaktu-waktu karena
adanya beberapa vegetasi yang menutupi intensitas cahaya
matahari. Intensitas cahaya pada titik A cukup menyilaukan karena
kurangnya vegetasi pada daerah tersebut, namun masih terdapat
bangunan tinggi seperti hotel yang sewaktu-waktu dapat
menghalangi intensitas cahaya terdapat pada tapak tersebut. Hal
A
B
64
ini sangat berpengaruh terhadap pengawetan produk kerajinan kulit
yang tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
2. Tingkat kebisingan
Kebisingan yang berasal dari jalan Margo Utomo relatif tinggi
karena banyaknya kendaraan yang melintas. Perhitungan tingkat
kebisingan pada pagi hari mencapai 83 dB karena kondisi lalu lintas
yang ramai pada jam berangkat kerja. Sedangkan sore hari
mencapai 81dB pada jam pulang kerja. Data tingkat kebisingan
pada titik A adalah sebagai berikut.
Tabel 3. 12 Pengukuran Tingkat Kebisingan Pada Titik A Sumber: Analisis Pribadi, 2019
3. Pengukuran Suhu
Pengukuran suhu pada pagi hari yaitu 330 disebabkan banyaknya
kendaraan yang melintas menghasilkan asap kendaraan yang
membawa hawa panas. Sedangkan pada siang hari sangat terik
mencapai 340 dan sore hari 300 . Data pengukuran suhu pada titik
A antara lain pagi hari sebesar 330, siang hari sebesar 340, sore hari
sebesar 300, dan malam hari sebesar 250.
4. Tingkat Kelembaban
Pengukuran Tingkat kelembaban disekitar tapak pada pagi hari
adalah 46%. Kelembaban ini diakibatkan adanya asap kendaraan
yang melintas serta hawa panas dari jalan Margo Utomo. Tingkat
kelembaban pada siang hari mencapai 52%, sedangkan sore hari
MINIMAL MAKSIMAL RATA-RATA
PAGI 80 dB 83 dB 81 dB
SIANG 80 dB 84 dB 82 dB
SORE 78 dB 81 dB 81 dB
MALAM 76 dB 80 dB 78 dB
65
mencapai 69% dikarenakan hawa panas dari jalan Margo Utomo
karena jam pulang kerja. Data tingkat kelembaban pada titik A
antara lain pagi hari sebesar 46% , siang hari sebesar 52% , sore
hari sebesar 69% dan malam hari sebesar 57%.
5. Kecepatan Angin
Kecepatan angin yang diukur di titik A pada pagi hari adalah 13km/h
dari arah Timur menuju Barat Daya. Hal ini disebabkan oleh angin
yang terbawa oleh kendaraan yang melintas di jalan Margo Utomo
pada jam kerja. Pengukuran pada siang hari adalah 11km/h, serta
pada sore harinya 9km/h dari arah Tenggara. Data kecepatan angin
pada titik A adalah sebagai berikut.
- Pagi : 13 Km/H (Dari Timur)
- Siang : 11 Km/H (Dari Timur Laut)
- Sore : 9 Km/H (Dari Tenggara)
- Malam : 9 Km/H (Dari Tenggara)
B. Pengukuran di Titik B
1. Intensitas Cahaya
Pengukuran intensitas cahaya pada titik B lebih rendah dari
pengukuran di titik A. Hal ini dapat berubah sewaktu-waktu karena
terdapat beberapa vegetasi yang cukup banyak pada daerah
tersebut. Selain itu, terdapat permukiman pada titik B sehingga
intensitas cahaya pada daerah tersebut lebih rendah karena
terhalang oleh permukiman.
66
2. Tingkat kebisingan
Tingkat kebisingan di titik B cenderung lebih rendah karena letaknya
cukup jauh dari jalan raya. Data pengukuran kebisingan dapat
dilihat pada tabel berikut adalah sebagai berikut.
Tabel 3. 13 Pengukuran Tingkat Kebisingan Pada Titik B Sumber: Analisis Pribadi, 2019
3. Pengukuran Suhu
Suhu pada titik B lebih rendah dari suhu pada titik A karena terdapat
banyak vegetasi serta cukup jauh dari jalan raya. Data pengukuran
suhu pada titik B antara lain pagi hari sebesar 300, siang hari
sebesar 320, sore hari sebesar 290, dan malam hari sebesar 240.
4. Tingkat Kelembaban
Tingkat kelembaban pada titik B cukup rendah karena terdapat
lingkungan permukiman yang letaknya cukup jauh dari jalan raya.
Data pengukuran tingkat kelembaban pada titik B antara lain pagi
hari sebesar 42% , siang hari sebesar 48% , sore hari sebesar 67%
dan malam hari sebesar 53%.
5. Kecepatan Angin
Kecepatan Angin pada titik B tidak terlalu tinggi karena terdapat
banyak gedung tinggi di sekitar lingkungan dan cukup jauh dari jalan
raya. Data pengukuran suhu pada titik B adalah sebagai berikut.
- Pagi : 8 Km/H (Dari Timur)
MINIMAL MAKSIMAL RATA-RATA
PAGI 74 dB 76 dB 75 dB
SIANG 72 dB 78 dB 75 dB
SORE 72 dB 74 dB 73 dB
MALAM 70 dB 72 dB 71 dB
67
- Siang : 6 Km/H (Dari Timur Laut)
- Sore : 4 Km/H (Dari Tenggara)
- Malam : 4 Km/H (Dari Tenggara)
3.7 Studi Potensi dan Kendala Pada Tapak
3.7.1 Potensi
Melihat fenomena yang terjadi, di Kota Yogyakarta masih terdapat
beberapa pengrajin kulit yang belum memiliki inovasi desain mengenai
kerajinan kulit dalam perkembangan masa kini. Selain itu, masih banyak
masyarakat yasang belum mengerti akan adanya kerajinan kulit sebagai
budaya lokal yang dapat dilestarikan untuk pengembangan wisata di
Yogyakarta. Dengan adanya potensi wisata Yogyakarta, kerajinan kulit
dapat dikembangkan dalam sektor wisata yang berkelajutan. Kerajinan kulit
masa kini juga memperlihatkan perkembangan kreatifitas dan inovasi
desain baru dalam produksi berbagai kerajinan kulit yang dapat menjadi
daya tarik wisata. Potensi lingkungan pada tapak untuk gedung
pengembangan kerajinan kulit ini antara lain:
A. Infrastruktur yang memadai
Infrastruktur seperti jalan, tiang listrik, drainase, serta fasilitas penunjang
lainnya tersedia dan berfungsi dengan baik. Aksesibilitas yang mudah
dicapai oleh wisatawan lokal maupun mancanegara karena lokasinya
berada pada pusat kota. Tingkat mobilitas yang cukup tinggi pada waktu
tertentu sesuai dengan aktivitas masyarakat yang melewati jalan Margo
Utomo Yogyakarta.
B. Area pengembangan Pariwisata Buatan dan Pendidikan
68
Area pengembangan pendidikan dan pariwisata buatan di sekitar tapak
merupakan fasilitas penunjang berdirinya pusat pengembangan kerajinan
kulit. Potensi pengembangan pariwisata dan pendidikan dapat dijabarkan
sebagai berikut.
1. Potensi pengembangan pariwisata buatan pada lokasi tapak sangat
berpengaruh sebagai penunjang karena lokasi tapak yang berada di
lingkungan perdagangan dan jasa serta mudah dijangkau. Lokasi
tapak berdekatan dengan Malioboro dan Tugu Pal Putih Yogyakarta
yang merupakan salah satu destinasi utama wisatawan di
Yogyakarta.
2. Potensi pada bidang pendidikan dari lokasi tapak yaitu tersedianya
Universitas, SMA, SMP, dan SD. Potensi ini sangat berkaitan dengan
tujuan utama pengembangan kerajinan kulit yaitu memberikan
wawasan mengenai kerajinan kulit yang menjadi budaya lokal
Yogyakarta.
C. Transportasi Umum
Terdapat beberapa fasilitas transportasi umum pada sekitar tapak seperti
bandara Adisutjipto, halte bus Margo Utomo, dan Stasiun Tugu Yogyakarta.
Dengan adanya transportasi publik ini dapat mempermudah pengunjung
menuju ke lokasi tapak.
3.7.2 Kendala
Kendala yang terdapat pada tapak adalah lokasi tapak dekat
dengan bangunan komersil dan permukiman warga sehingga kebisingan
yang dihasilkan dari kegiatan penelitian dan pembuatan kerajinan kulit di
dalam laboratorium akan berpengaruh pada bangunan di sekitar
bangunan.