bab iii pembahasan - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti uu no. 17 tahun 1997. perubahan...
TRANSCRIPT
29
BAB III
PEMBAHASAN
1.1 Tinjauan Ditjen Pajak
1.1.1 Sejarah Ditjen Pajak
Sejarah pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada mulanya pajak merupakan
suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma) namun sifatnya merupakan suatu
kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat)
kepada seorang raja atau penguasa. Saat itu, rakyat memberikan upetinya kepada
raja atau penguasa berbentuk natura berupa padi, ternak, atau hasil tanaman lainnya
seperti pisang, kelapa, dan lain-lain. Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu
digunakan untuk keperluan atau kepentingan raja atau penguasa setempat dan tidak
ada imbalan atau prestasi yang dikembalikan kepada rakyat karena memang sifatnya
hanya untuk kepentingan sepihak dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis
karena kedudukan raja yang lebih tinggi status sosialnya dibandingkan rakyat.
Dalam perkembangannya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi
hanya untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan
rakyat itu sendiri. Artinya pemberian kepada rakyat atau penguasa digunakan untuk
kepentingan umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan,
pembangun saluran air, membangun sarana sosial lainnya, serta kepentingan umum
lainnya.
Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti (pemberian) yang
semula dilakukan cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut, yang kemudian dibuat
30
suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada, namun
unsur keadilan lebih diperhatikan. Untuk memenuhi unsur keadilan inilah maka
rakyat diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam pemungutan pajak, yang
nantinya akan dikembalikan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat sendiri.
Di Indonesia, sejak zaman kolonial Belanda ternyata telah diberlakukan
cukup banyak undang-undang yang mengatur mengenai pembayaran pajak, yaitu
sebagai berikut:
1. Ordonansi Pajak Rumah Tangga;
a. Aturan Bea Meterai;
b. Ordonansi Bea Balik Nama;
c. Ordonansi Pajak Kekayaan;
d. Ordonansi Pajak Kendaraan Bermotor;
e. Ordonansi Pajak Upah;
f. Ordonansi Pajak Potong;
g. Ordonansi Pajak Pendapatan;
h. Undang-undang Pajak Radio;
i. Undang-undang Pajak Pembangunan I;
j. Undang-undang Pajak Peredaran.
Kemudian diundangkan lagi beberapa undang-undang, antara lain:
1. UU Pajak Penjualan Tahun 1951 yang diubah dengan UU No. 2 Tahun 1968;
1. UU No. 21 Tahun 1959 tentang Pajak Dividen yang diubah dengan Undang-
undang No. 10 Tahun 1967 tentang Pajak atas Bunga, Dividen, dan Royalti;
2. UU No. 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa;
3. UU No. 74 Tahun 1958 tentang Pajak Bangsa Asing;
31
4. UU No. 8 Tahun 1967 tentang Tata Cara Pemungutan PPd, PKK, dan PPs atau
Tata Cara MPS-MPO.
Terlalu banyaknya undang-undang yang dikeluarkan mengakibatkan
masyrakat mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. Selain itu, beberapa undang-
undang di atas ternyata dalam perkembangannya tidak memenuhi rasa keadilan, dan
masih memuat unsur-unsur kolonial. Maka pada tahun 1983, Pemerintah bersama-
sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sepakat melakukan reformasi undang-
undang perpajakan yang ada dengan mencabut semua undang-undang yang ada dan
mengundangkan 5 (lima) paket undang-undang perpajakan yang sifatnya lebih
mudah dipelajari dan dipraktikkan serta tidak menimbulkan duplikasi dalam hal
pemungutan pajak dan unsur keadilan menjadi lebih diutamakan, bahkan sistem
perpajakan yang semula official assessment diubah menjadi self assessment. Kelima
undang-undang tersebut adalah:
1. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP);
2. UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh);
3. UU No. 8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM;
4. UU No. 12 Tahun1985 tentang PBB (masih menggunakan official
assessment);
5. UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM).
Pada tahun 1994, empat dari kelima undang-undang di atas kemudian
mengalami perubahan dengan mengubah beberapa pasal yang dipandang perlu
dengan undang-undang, yaitu:
1. UU No.6 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994;
32
2. UU No. 7 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 10 Tahun 1994;
3. UU No. 8 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 11 Tahun 1994;
4. UU No. 12 Tahun 1985 diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994;
Kemudian pada tahun 1997 pemerintah membuat beberapa undang-undang
yang berkaitan dengan masalah perpajakan untuk mendukung undang-undang yang
sudah ada, yaitu:
1. UU No. 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian dan Sengketa Pajak;
a. UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
b. UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa;
c. UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
d. UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
Adanya perkembangan ekonomi dan masyarakat yang terus menerus dan untuk
memberikan rasa keadilan dan pelayanan kepada Wajib Pajak, maka pada tahun
2000 pemerintah kembali mengubah undang-undang perpajakan, yaitu:
1. UU No. 16 Tahun 2000 tentang KUP;
2. UU No. 17 Tahun 2000 tentang PPh;
3. UU No. 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM;
4. UU No. 19 Tahun 2000 tentang PPSP;
5. UU No. 21 Tahun 2000 tentang BPHTB;
6. UU No. 34 Tahun 2000 tentang PDRD; serta
7. Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea
Meterai.
Kemudian pada tahun 2002, dengan menimbang bahwa Badan Penyelesaian
33
Sengketa Pajak belum merupakan badan peradilan yang berpuncak di Mahkamah
Agung maka dibentuklah suatu Pengadilan Pajak dengan UU No. 14 Tahun 2002
sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997.
Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun
2007 dan 2008 yang menghasilkan UU KUP No. 28 Tahun 2007 yang berlaku mulai
tahun 2008 dan UU PPh No. 36 Tahun 2008 yang berlaku mulai tahun 2009.
Namun, dilatarbelakangi adanya sunset policy beberapa waktu lalu, maka UU KUP
diperbaharui lagi dengan adanya UU No. 16 Tahun 2009 sebagai penetapan Perpu
No. 5 Tahun 2008 yang hanya mengubah satu bunyi ketentuan Pasal 37A ayat (1)
UU KUP No. 28 Tahun 2007.UU PPN/PPNBM No. 42 tahun 2009 yg berlaku 1
Aprip 2010.
2. Pajak jalan, pajak potong, pajak radio dan pajak pembangunan (dialihkan ke
pemerintahan daerah tingkat II).
Untuk memberi rasa keadilan dan kepastian hukum bagi Wajib Pajak
diperlukan suatu paying hukum perpajakan yang jelas yang dapat digunakan sebagai
pedoman baik bagi Wajib Pajak maupun bagiPetugas Pajak tersebut. Pada tahun
1983 merupakan puncak sejarah pajak di Indonesia atau lebih dikenal era reformasi
pembentukan dan penetapan undang-undang perpajakan di Indonesia yang adil,
transparan dan akuntabel. Undang-undang KUP, Undang-undang Pajak Penghasilan,
Undang-undang PPN dan PPnBM dan UU Pajak Bumi Bangunan (PBB) merupakan
perintis revolusi sejarah pajak di Indonesia karena hampir semua undang-undang
tersebut ditetapkan pada tahun 1983-1984.
Namun seiring perkembangan ekonomi dan persaingan ketat di bidang
teknologi, undang-undang perpajakan tersebut tidak terlepas dari beberapa
34
amandemen untuk menyesuaikan dengan kondisi dan iklim perekonomian di
Indonesia. Sehingga mau tidak mau, seiring berjalannya waktu, undang-undang
perpajakan akan terus mengalami perubahan. Perubahan tersebut dilakukan bukan
hanya mengikuti perkembangan zaman di Indonesia, namun bersaing juga dengan
perekonomian secara global. Seperti undang-undang tax amnesty yang ditetapkan
pada tanggal 1 Juli 2016.
1.1.2 Logo dan Makna Perusahaan
Gambar III.I
Logo Direktorat Jenderal Pajak
Direktorat Jenderal Pajak memiliki Lambang atau logo yang dipergunakan
sebagai simbol internal dengan tulisan “CAKTI BUDDHI BHAKTI”. Kata ini
diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti: Dengan segala kekuatan, tenaga, dan
fikiran dan dengan budi yang luhur, kami berbakti kepada Negara.
Sedangkan arti secara keseluruhan: Direktorat Jenderal Pajak sebagai
35
aparatur Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila mempunyai tugas
dalam bidang Perpajakan dan dalam melaksanakan fungsinya memungut dan
memasukkan pajak ke dalam Kas Negara berusaha dengan segala daya upaya agar
fungsi pajak baik budgeter maupun mengatur dapat terlaksana sebaik-baiknya
berdasarkan Tridharma Pemajakan dengan memperhatikan tingkat conyunctuur guna
mencapai masyarakat adil dan maknur, materiil dan spirituil, sesuai dengan tujuan
Undang-Undang Dasar 1945.
1. Perisai berbentuk segi lima: melukiskan dasar Negara yaitu pancasila.
2. Sayap berkembang yang berbulu lima menunjukkan kemegahan Negara,
sebagai pendorong para pegawai Direktorat Jenderal Pajak menjalankan
tugasnya dengan bertujuan memelihara tetap berkembangnya sayap Negara.
3. Bejana emas melambangkan tempat pengumpulan uang negara (fiscus).
4. Libra melukiskan keadilan.
5. Padi tujuh belas butir dan delapan kelompok bunga kapas melukiskan cita-cita
kemakmuran Negara.
6. Tiga gelombang melukiskan bahwa Direktorat Jenderal Pajak dalam
melaksanakan tugasnya berdasarkan Tridharma Pemajakan yaitu:
a. meliputi seluruh subjek pajak.
b. objek pajak yang semestinya.
c. tepat pada waktunya.
Gelombang diartikan bahwa fiskus mengatur dan memperlunak conyunctuur.
Direktorat Jenderal Pajak merupakan salah satu Direktorat Jenderal di bawah
Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan.
36
1.1.3 Visi dan Misi
Visi
1. Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara yang Terbaik
demi
2. Menjamin Kedaulatan dan Kemandirian Negara.
Misi
Menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri dengan:
1. mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang
tinggi dan penegakan hukum yang adil;
2. pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan
kewajiban perpajakan;
3. aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan profesional; dan
4. kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen
37
1.1.4 Struktur Organisasi
Sumber : www.pajak.go.id
Gambar III.2
Struktur Organisasi Humas Direktorat Jenderal Pajak bidang Penyuluhan
Pelayanan Hubungan Masyarakat
38
3.1.5 Tugas Pokok dan Fungsi Humas Direktorat Jenderal Pajak
Hubungan Masyarakat (Humas) atas kebijakan Kementerian Keuangan tahun
2010 pasal 550 mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
Tugas : Melaksanakan penyiapan penelaahan, dan penyusunan kebijakan, serta
pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kebijaksanaan teknis hubungan
masyarakat.
Fungsi :
a. penyiapan penelaahan dan penyusunan kebijakan teknis operasional
hubungan masyarakat
b. pemantauan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan teknis
operasional hubungan masyarakat
c. penyiapan penelaahan dan penyusunan program dan pelaksanaan
kehumasan baik internal maupun eksternal, serta pemantauan dan
pengelolaan berita, dan
d. Pengelolaan situs.
3.1.6 Kegiatan Humas Direktorat Jenderal Pajak
Untuk lebih memaksimalkan fungsi-fungsi kehumasan di Direktorat Jenderal
Pajak dan untuk lebih seragamnya langkah dan gerak terkait tentang publikasi
tentang perpajakan kepada masyarakat, dengan ini disampaikan deskripsi dan bentuk
kegiatan kehumasan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak sebagai berikut :
39
Deskripsi :
1. Komunikasi internsl DJP adalah segala bentuk komunikasi antara DJP dengan
seluruh pegawai dalam rangka meningkatkan semangat pegawai DJP untuk
mengimplementasikan nilai-nilai (values) Kementerian Keuangan.
2. Komunikasi eksternal DJP adalah segala bentuk komunikasi antara DJP dengan
pihak eksternal termasuk media massa yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya (awareness) perpajakan,
membangun kepercayaan masyarakat kembali kepada DJP (attitudes and
opinion) dan mendorong Wajib Pajak (WP) untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya (behavior).
3. Kegiatan kehumasan adalah seluruh aktivitas atau program kerja yang berkaitan
dengan kegiatan kehumasan yang diselenggarakan dengan melibatkan pihak
eksternal maupun pihak internal.
4. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi.
5. Bentuk dan saluran media meliputi media cetak, media elektronik dan media
online termasuk didalamnya media sosial yang dapat digunakan sebagai sarana
komunikasi kehumasan baim terhadap pihak internal maupun pihak eksternal.
6. Laporan adalah laporan yang disampaikan oelh unit vertical di lingkungan DJP
sehubungan dengan penyelenggara kegiatan kehumasan.
40
Kegiatan Kehumasan Internal
Untuk pemutakhiran (update) informasi perpajakan terbaru di kalangan
pegawai DJP (internal) dan mencapai tujuan komunikasi internal DJP maka
diperlukan strategi sosialisasi perpajakan internal yang efektif dan efesien sebagai
berikut :
1. Direktorat terkait yang akan memberikan sosialisasi informasi perpajakan di
kalangan internal, baik dengan cara mengumpulkan pegawai (Training of
Trainers Method) atau datang langsung ke kanwil-kanwil wajib menyampaikan
rencana jadwal pelaksanaan ke Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas
2. Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas bersama dengan Direktorat teknis
terkait tersebut membahas dan merumuskan teknik, metode dan jadwal
sosialisasi.
3. Dalam hal tertentu, dapat di bentuk tim sosialisasi yang beranggotakan Direktorat
P2 Humas dan Direktorat terkait dalam memberikan sosialisasi informasi
perpajakan untuk kalangan internal.
3.2 Proses Kerja
3.2.1 Perencanaan
1. Anallisa Situasi
Berdasarkan dari penuturan Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku
Pelaksana Humas Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Hal yang melatar
belakangi Direktorat Jenderal Pajak mengadakan Rapat Pembinaan Pegawai agar
terciptanya komunikasi dan informasi yang baik dan tepat.
41
a. Strength
Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas yang
menjadi kekuatan dari program ini adalah dengan mengadakan rapat
pembinaan pegawai.
b. Weakness
Kelemahan dari program ini adalah kurangnya komunikasi dan informasi.
c. Oppurtinity
Program ini sangat bermanfaat dan memiliki peluang yang baik dan positif,
yaitu antara atasan dan bawahan tidak ada jarak pemisah serta dapat
meningkatkan komunikasi dan informasi antar pegawai yang baik.
d. Threat
Ancaman dari program ini adalah pegawai yang datang tidak tepat waktu,
masih ada pegawai yang lebih memilih mendapat informasi tentang rapat
dari pegawai lain yang hadir dan saat break rapat tidak kembali ikut rapat.
42
Tabel III.I
Analisa SWOT Perusahaan
Strengh : Mengadakan rapat yang bertujuan untuk menjalin dan meningkatkan komunikasi antar pegawai dan dalam pelaksanaan program menggunakan media berupa surat edaran yan dibagi ke masing-masing pegawai dan pemberitahuan dengan sitem interkom yang bertujuan sebagai pengingat dan mempersiapkan diri bagi pegawai
Oppurtinity : Melaksanakan program yang
menghasilkan komunikasi yang efektif dalam setiap kegiatan
Weakness : Tidak semua pegawai mengetahui
perkembangan dan informasi DJP.
Threat : Masih ada pegawai datang tidak tepat waktu, tidak
mengikuti rapat dikarenakan menunggu informasi dari pegawai yang lain yang hadir rapat dan keluar saat jam break rapat dan tidak datang lagi ke rapat tersebut.
2. Tujuan Program
Menurut Key Informant Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas, tujuan
dari program ini adalah
a. Tujuan dari program pembinaan pegawai ini adalah untuk menjalin komunikasi
dan informasi yang tepat, baik dan harmonis antar pegawai.
b. Memberi informasi tentang kegiatan-kegiatan internal yang akan berlangsung
sehingga pegawai tidak ketinggalan informasi apa yang akan dilaksanakan oleh
Ditjen Pajak.
3. Target Audience atau khalayak
Menurut Key Informant Bapak Ridi Mulyadi, sasaran khalayaknya adalah :
a. Target Primer
Seluruh pegawai Ditjen ajak
43
b. Target Sekunder
Para tamu yang sedang melakukan kunujungan ke Kantor Pusat. Direktorat
Jenderal Pajak, baik itu dari perusahaan maupun mahasiswa dan pelajar yang
akan melakukan magang.
c. Geografis
Direktorat Jenderal Pajak memiliki 33 Kantor Wilayah yang tersebar di
seluruh wilayah yang tersebar diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Selain memiliki 33 kantor wilayah, DJP juga memiliki 307 KPP
Pratama, 30 KPP WP Besar atau Madya, 196 KP2KP, 2 kantor Pengolahan
Data dan Dokumen Perpajakan, 1 kantor Pengolahan Data Eksternal dan 1
kantor Layanan Informasi dan Pengaduan Direktorat Jenderal Pajak yang
berada di kantor pusat di jalan Gatot Subroto No. Kav 40-42, RT.7/RW.1,
Senayan, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, Daeerah Khusus Ibukota
Jakarta.
d. Demografis
Penghasilan Pegawai dari lulusan D1, D3, S1 baik golongan 2a, 2c dan 3a1,
yaitu :
1) Golongan 2a Rp. 7.000.000
2) Golongan 2c Rp. 10.000.000
3) Golongan 3a Rp. 24.000.000
e. Psikologis
Kinerja pegawai yang baik, profesional, bertanggunga jawab, jujur dan adil
akan mempengaruhi bagi keberhasilan organisasi. Untuk dapat meningkatkan
kinerja pegawai ada yang harus diperhatikan, yaitu :
44
1. Kepribadian
Kepribadian pegawai mengarah pada pikiran, kelakuan, tindakan yang
menjadi ciri dari pribadi pegawai di tempat kerja. Yang merupakan
tingkah laku dari seorang pegawai.
2. Pelatihan
Pelatihan membawa dampak bagi yang positif terhadap kinerja pegawai.
Karena pekerjaan itu bisa menimbulkan kejenuhan. Dengan adanya
pelatihan bagi pegawai membawa manfaat jangka panjang bagi pegawai
itu sendiri.
3. Motivasi
Motivasi merupakan alasan yang mendorong pegawai untuk bekerja di
organisasi. Sehingga dorongan itulah yang memberikan suatu semangat
bagi pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
4. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah sikap dan perasaan pegawai yang menyenangkan
dalam pekerjaan yang dijalankannya. Hubungan yang baik dan harmonis
antara pimpinan dengan pegawai dan pegawai dengan sesama pegawai
juga merupakan hasil dari yang memberi kepuasan dalam bekerja.
2. Pesan
Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas, pesan
yang yang disampaikan dalam program ini pastinya pesan yang bisa tepat dan akurat
yang dapat tersampaikan oleh pegawai, agar dimana setiap ada kegiatan-kegiatan
terbaru internal karyawan DJP pusat menjadi tahu serta berperan aktif untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.
45
3. Strategi dan Taktik
Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas, strategi
dan taktik dalam dalam upaya meningkatkan komunikasi dan informasi antar
pegawai DJP yaitu :
a. Strategi
Mengadakan rapat pembinaan pegawai.
b. Taktik
1. Mengadakan rapat pembinaan yang diikuti oleh pegawai kantor pusat DJP
agar mendapat, mengetahu informasi apa dari kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan. Program ini diadakan setiap dua Minggu sekali pada hari Rabu
jam 10.00 bertempat di Kantor Pajak, Gedung Marie Muhamad lantai 2, aula
Cakti Buddhi Bhakti, pada tanggal Rabu, 23 Mei 2018.
2. Membuat surat edaran ke seluruh pegawai yang dimana surat edaran itu
dibuat dan disetujui oleh bidang Kepegawaian bidang bagian SIKKA (Sistem
Informasi Keuangan, Kepegawaian dan Aktiva) dan apakah SIKKA itu,
sistem informasi yang dijalankan oleh sebuah aplikasi online bisa juga
intranet, offline. Pengumuman menggunakan sistem alamat publik atau
sistem intercom.
3. Pengumuman menggunakan sistem alamat publik atau sistem interkom yang
memiliki mikrofon di banyak ruangan agar memungkinkan pegawai untuk
menanggapi pengumuan tentunya bertujuan untuk mengingatkan bahwa
pembinaan pegawai yang diadakan tiap dua minggu sekali pada hari Rabu, di
harapkan kehadiran pegawai pada program tersebut.
46
4. Dalam rapat lebih bersifat terbuka dan kekeluargaan sehingga jarak antara
pimpinan rapat dengan peserta rapat tidak terlalu jauh. Tim humas sebagai
pelaksana program mampu berkomunikasi dengan baik dan tidak terlihat
tidak begitu menekan pegawai serta menggunakan pilihan-pilihan kata yang
mudah.
5. Adanya pendekatan antara pemimpin dan pegawai dan memberikan
informasi, instruksi, dan motivasi kepada pegawai agar tujuan perusahaan
dapat tercapai dan terjalinnya komunikasi yang baik antara pimpinan dengan
pegawai dalam hubungan pekerjaan. Pimpinan selalu melibatkan pegawai
dengan mendorong dan mengingatkan pegawai untuk tetap bersemangat
dalam melayani masyarakat dan memiliki hubungan yang baik kepada
sesama pegawai.
6. Pegawai juga selalu diberi kesempatan untuk bertanya dan mengeluarkan
pendapat ketika ada hal yang janggal atau tidak dimengerti oleh pegawai dan
pimpinan biasanya akan menanggapi hal tersebut dengan baik.
7. Dalam rapat internal pimpinan memberikan informasi, instruksi dan
penjelasan yang berhubungan dengan tugas-tugas atau pekerjaan kepada
pegawai.
8. Pegawai memberikan laporan, pertanyaan ataupun pengaduan kepada
pimpinan. Pimpinan perlu mengetahui laporan tentang pelayanan, tanggapan,
saran ataupun pertanyaan dari pegawai. Pimpinan juga akan memberikan
solusi terhadap masalah-masalah yang ditemui oleh pegawai. Dan akan
memberikan jawaban pada setiap pertanyaan yang diajukan oleh pegawai.
4. Anggaran
47
Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi, anggaran yang digunakan untuk
program rapat pembinaan pegawai sebesar Rp. 10.000.000,-
Tabel III.2
Kriteria Evaluasi
Tujuan Program Indikator
Program rapat pembinaan pegawai Humas DJP dalam upaya meningkatkan komunikasi antar pegawai
Program rapat pembinaan pegawai Humas DJP menyelenggarkan rapat untuk meningkatkan komunikasi antar pegawai
Program ini 70% membuktikan keberhasilan ya memuaskan dan dikatakan berhasil karena komunikasi yang efektif dan rapat yang berjalan secara terbuka, kekeluargaan, bersahabat. Pemimpin memberikan motivasi demi terciptanya semangat dalam bekerja bagi para pegawai.
3.2.2 Pelaksanaan
Program ini dilakukan dengan mengadakan rapat pembinaan pegawai yang
diadakan setiap dua Minggu sekali pada hari Rabu jam 10.00 bertempat di Kantor
Pajak, Gedung Marie Muhamad lantai 2 aula Cakti Buddhi Bhakti, pada tanggal
Rabu, 23 Mei 2018. Di pimpin langsung oleh Bapak Ridi selaku Pelaksana Humas
dimana isi pembahasan rapat tersebut mengenai upaya meningkatkan komunikasi
antar pegawai. Karena masih ada kurang informasi yantar pegawai tentang kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada rapat itu dilihat apa yang menjadi masalah
dari kurangnya informasi dan bagaimana pemecahan dari masalah tersebut, sehingga
masalah ini tidak mengakar dan tidak ditemukan jalan keluar.
Dalam rapat tersebut telah didapatkan apa yang menjadi kendala dari
kurangnya pegawai mengetahui tentang kegiatan, yaitu karena masih ada pegawai
48
yang hadir tidak tepat waktu, masih ada pegawai yang tida datang pada saat rapat
dikarenakan ingin mendapat informasi dari pegawai lain yang hadir pada saat rapt
dan masih ada pegawai yang di saat jam break rapat tidak datang, solusi yang
didapat dari hasil rapat tersebut yaitu pegawai yang datang tidak tepat waktu untuk
rapat selanjutnya akan menjadi MC, bagi pegawai yang menunggu informasi dari
pegawai yang lain yang hadir saat rapat untuk rapat selanjutnya akan membahas
tentang rapat sebelumnya dan bagi pegawai yang tidak datang lagi setelah jam break
akan menjadi seksi konsumsi.
Program ini juga menggunakan surat edaran yang akan diberikan kepada
masing-masing pegawai yang ada di kantor pusat sehingga diharapkan dengan
adanya surat edaran ini pegawai tidak mempunyai alasan untuk tidak mengikuti
rapat tersebut.
Dan program ini juga pemberitahuan dengan menggunakan sistem interkom
yang bertujuan untuk mengingatkan kepada pegawai bahwa rapat pembinaan
pegawai yang akan berlangsung sehingga pegawai bisa mempersiapkan diri.
3.2.3 Evaluasi
Program ini dilaksanakan tiap dua minggu sekali pada hari Rabu jam 10.00
bertempat di Kantor Pajak, Gedung Marie Muhamad lantai 2 aula Cakti Buddhi
Bhakti, pada tanggal Rabu, 23 Mei 2018 di pimpin langsung oleh Bapak Ridi
Mulyadi selaku Pelaksana Humas, dimana pegawai yang hadir bergantian dan
berjumalah 150 orang dari 27 bidang yang berbeda yang ada di kantor pusat DJP.
Program ini merupakan interaksi komunikasi dalam pertemuan rapat dimana dalam
rapat bertukar pesan yang berisi tentang tugas-tugas seperti koordinasi, pemecahan
49
masalah, penyelesain konflik dan saling memberikan informasi. Dan tujuan program
ini adalah untuk meningkatkan dan juga menjalin komunikasi antar pegawai, karena
sasaran khalayak dari program ini adalah seluruh pegawai yang ada di kantor pusat.
Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas,
Strategi dalam program ini adalah mengadakan rapat dan menggunakan rapat
sebagai taktik yang diharapkan bisa efektif, adapun taktik-taktik yang digunakan
dilihat dari keadaan, seperti masalah apa yang terjadi, yaitu menggunakan surat
edaran yang diberikan ke masing-masing pegawai sehingga pegawai tidak ada alasan
untuk tidak hadir dan surat edaran ini dibuat dan di setujui oleh bidang SIKKA
(Sistem Informasi Keuangan Kepegwaian Aktiva) sebuah aplikasi online bisa juga
intranet dan offline yang hanya bisa digunakan oleh pegawai DJP.
Pemberitahuan dengan menggunakan sistem interkom yang bisa didengar
ditiap ruangan sehingga sebagai pengingat dan mempersiapkan diri para pegawai,
dan dalam rapat juga lebih bersifat terbuka dan kekeluargaan sehingga tidak ada
jarak antara pemimpin dan bawahan juga antara pegawai dengan pegawai lainnya.
Tim humas juga berperan aktif dan mampunberkomunikasi dengan baik sehingga
tidak terlihat menekan pegawai dan menggunakan kata-kata yang mudah karena tim
humas adalah penyelenggara dari program ini, didalam rapat ini juga pemimpin
memberikan informasi, instruksi dan motivasi kepada pegawai agar tujuan dari visi
dan misi perusahaan dapat tercapai dan terjalinnya komunikasi yang baik antara
pimpinan dengan pegawai maupun pegawai dengan pegawai lainnya.
Pegawai juga selalu diberikan kesempatan untuk bertanya dan mengeluarkan
pendapat ketika ada hal yang janggal atau tidak di mengerti tentang pembahasan dan
pimpinan menanggapi dengan baik. Pegawai juga memberikan laporan, pertanyaan
50
ataupun pengaduan. Pimpinan perlu mengetahui laporan tentang pelayanan,
tanggapan, saran ataupun pertanyaan dari pegawai.
Menurut Informan Bapak Mahfud pegawai di bidang Kepegawaian, dengan
adanya program ini pegawai jadi tahu kegiatan yang akan dilaksanakan dan bahkan
memahami pentingnya komunikasi dan informasi serta ikut serta dalam kegiatan.
Dan cara pelaksanaan yang digunakan juga terbilang efektif karena menggunakan
rapat, surat edaran dan pemberitahuan sistem interkom. Meskipun dilihat dari sikap
pegawai berbeda-beda karena ada yang datang tidak tepat waktu pada rapat tersebut
tapi tetap memiliki nilai positif dan harapan kedepannya dengan adanya masalah dan
pemecahan diharapkan program ini tetap berjalan dengan baik, lancer dan berhasil.
Evaluasi dari program ini membuahkan hasil dan memiliki dampak positif
bukan hanya bagi kinerja pelayanan terhadap masyarakat saja tetapi juga terhadap
hubungan sesama pegawai. Karena dengan adanya kegiatan ini pegawai bisa
menjadi tahu segala informasi dan tahu kegiatan-kegiaatan yang akan dilaksanakan
atau yang yang akan dilakukan oleh DJP.
Tetapi tentu saja ini bukanlah hal yang mudah di karenakan sikap dari
pegawai tentang program ini kegiatan internal berbeda-beda, harapan kami sebagai
humas penyampaian pesan yang kami berikan dapat sampai kepada pegawai dengan
baik. Karena program ini akan terus berlangsung dengan suatu harapan terwujudnya
peningkatan komunikasi dan informasi antar pegawai.
3.3 Kendala dan Pemecahan
3.3.1 Kendala
Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas
51
Direktorat Jenderal Pajak, kendala yang dihadapi adalah dalam menjalankan
program ini adalah :
1. Jam rapat pembinaan yang sama dengan jam kerja.
2. Masih ada pegawai datang tidak tepat waktu.
3. Masih ada pegawai yang tidak hadir karena mereka memilih untuk
4. mendapatkan informasi dari pegawai yang lain yang datang tentang rapat
5. tersebut.
6. Masih ada pegawai yang keluar disaat rapat break untuk makan siang dan
7. pegawai lebih memilih makan diluar dan tidak ikut rapat lagi.
3.3.2 Pemecahan
Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi, pemecahan dari kendala yang
dihadapi dalam menjalankan program ini adalah :
1. Untuk hari dan jam rapat akan diusakan untuk diubah sehingga tidak ada
alasan untuk pegawai tidak hadir.
2. Bagi pegawai yang datang tidak tepat waktu dan untuk rapat selanjutnya
akan menjadi MC.
3. Bagi pegawai tidak hadir karena memilih mendapat informasi dari pegawai
yang lain yang hadir dan untuk rapat selanjutnya akan mendeskripsikan hasil
rapat dua minggu yang lalu.
Bagi pegawai yang tidak tidak datang lagi pada saat break rapat dan untuk
rapat selanjutnya akan menjadi seksi konsumsi.