bab iii pembahasan - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti uu no. 17 tahun 1997. perubahan...

23
29 BAB III PEMBAHASAN 1.1 Tinjauan Ditjen Pajak 1.1.1 Sejarah Ditjen Pajak Sejarah pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma) namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa. Saat itu, rakyat memberikan upetinya kepada raja atau penguasa berbentuk natura berupa padi, ternak, atau hasil tanaman lainnya seperti pisang, kelapa, dan lain-lain. Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk keperluan atau kepentingan raja atau penguasa setempat dan tidak ada imbalan atau prestasi yang dikembalikan kepada rakyat karena memang sifatnya hanya untuk kepentingan sepihak dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang lebih tinggi status sosialnya dibandingkan rakyat. Dalam perkembangannya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi hanya untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat itu sendiri. Artinya pemberian kepada rakyat atau penguasa digunakan untuk kepentingan umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan, pembangun saluran air, membangun sarana sosial lainnya, serta kepentingan umum lainnya. Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti (pemberian) yang semula dilakukan cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut, yang kemudian dibuat

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

29

BAB III

PEMBAHASAN

1.1 Tinjauan Ditjen Pajak

1.1.1 Sejarah Ditjen Pajak

Sejarah pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamirkan

kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada mulanya pajak merupakan

suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma) namun sifatnya merupakan suatu

kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat)

kepada seorang raja atau penguasa. Saat itu, rakyat memberikan upetinya kepada

raja atau penguasa berbentuk natura berupa padi, ternak, atau hasil tanaman lainnya

seperti pisang, kelapa, dan lain-lain. Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu

digunakan untuk keperluan atau kepentingan raja atau penguasa setempat dan tidak

ada imbalan atau prestasi yang dikembalikan kepada rakyat karena memang sifatnya

hanya untuk kepentingan sepihak dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis

karena kedudukan raja yang lebih tinggi status sosialnya dibandingkan rakyat.

Dalam perkembangannya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi

hanya untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan

rakyat itu sendiri. Artinya pemberian kepada rakyat atau penguasa digunakan untuk

kepentingan umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan,

pembangun saluran air, membangun sarana sosial lainnya, serta kepentingan umum

lainnya.

Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti (pemberian) yang

semula dilakukan cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut, yang kemudian dibuat

Page 2: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

30

suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada, namun

unsur keadilan lebih diperhatikan. Untuk memenuhi unsur keadilan inilah maka

rakyat diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam pemungutan pajak, yang

nantinya akan dikembalikan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat sendiri.

Di Indonesia, sejak zaman kolonial Belanda ternyata telah diberlakukan

cukup banyak undang-undang yang mengatur mengenai pembayaran pajak, yaitu

sebagai berikut:

1. Ordonansi Pajak Rumah Tangga;

a. Aturan Bea Meterai;

b. Ordonansi Bea Balik Nama;

c. Ordonansi Pajak Kekayaan;

d. Ordonansi Pajak Kendaraan Bermotor;

e. Ordonansi Pajak Upah;

f. Ordonansi Pajak Potong;

g. Ordonansi Pajak Pendapatan;

h. Undang-undang Pajak Radio;

i. Undang-undang Pajak Pembangunan I;

j. Undang-undang Pajak Peredaran.

Kemudian diundangkan lagi beberapa undang-undang, antara lain:

1. UU Pajak Penjualan Tahun 1951 yang diubah dengan UU No. 2 Tahun 1968;

1. UU No. 21 Tahun 1959 tentang Pajak Dividen yang diubah dengan Undang-

undang No. 10 Tahun 1967 tentang Pajak atas Bunga, Dividen, dan Royalti;

2. UU No. 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa;

3. UU No. 74 Tahun 1958 tentang Pajak Bangsa Asing;

Page 3: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

31

4. UU No. 8 Tahun 1967 tentang Tata Cara Pemungutan PPd, PKK, dan PPs atau

Tata Cara MPS-MPO.

Terlalu banyaknya undang-undang yang dikeluarkan mengakibatkan

masyrakat mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. Selain itu, beberapa undang-

undang di atas ternyata dalam perkembangannya tidak memenuhi rasa keadilan, dan

masih memuat unsur-unsur kolonial. Maka pada tahun 1983, Pemerintah bersama-

sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sepakat melakukan reformasi undang-

undang perpajakan yang ada dengan mencabut semua undang-undang yang ada dan

mengundangkan 5 (lima) paket undang-undang perpajakan yang sifatnya lebih

mudah dipelajari dan dipraktikkan serta tidak menimbulkan duplikasi dalam hal

pemungutan pajak dan unsur keadilan menjadi lebih diutamakan, bahkan sistem

perpajakan yang semula official assessment diubah menjadi self assessment. Kelima

undang-undang tersebut adalah:

1. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

(KUP);

2. UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh);

3. UU No. 8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM;

4. UU No. 12 Tahun1985 tentang PBB (masih menggunakan official

assessment);

5. UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM).

Pada tahun 1994, empat dari kelima undang-undang di atas kemudian

mengalami perubahan dengan mengubah beberapa pasal yang dipandang perlu

dengan undang-undang, yaitu:

1. UU No.6 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994;

Page 4: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

32

2. UU No. 7 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 10 Tahun 1994;

3. UU No. 8 Tahun 1983 diubah dengan UU No. 11 Tahun 1994;

4. UU No. 12 Tahun 1985 diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994;

Kemudian pada tahun 1997 pemerintah membuat beberapa undang-undang

yang berkaitan dengan masalah perpajakan untuk mendukung undang-undang yang

sudah ada, yaitu:

1. UU No. 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian dan Sengketa Pajak;

a. UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

b. UU No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa;

c. UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;

d. UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan.

Adanya perkembangan ekonomi dan masyarakat yang terus menerus dan untuk

memberikan rasa keadilan dan pelayanan kepada Wajib Pajak, maka pada tahun

2000 pemerintah kembali mengubah undang-undang perpajakan, yaitu:

1. UU No. 16 Tahun 2000 tentang KUP;

2. UU No. 17 Tahun 2000 tentang PPh;

3. UU No. 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM;

4. UU No. 19 Tahun 2000 tentang PPSP;

5. UU No. 21 Tahun 2000 tentang BPHTB;

6. UU No. 34 Tahun 2000 tentang PDRD; serta

7. Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea

Meterai.

Kemudian pada tahun 2002, dengan menimbang bahwa Badan Penyelesaian

Page 5: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

33

Sengketa Pajak belum merupakan badan peradilan yang berpuncak di Mahkamah

Agung maka dibentuklah suatu Pengadilan Pajak dengan UU No. 14 Tahun 2002

sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997.

Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun

2007 dan 2008 yang menghasilkan UU KUP No. 28 Tahun 2007 yang berlaku mulai

tahun 2008 dan UU PPh No. 36 Tahun 2008 yang berlaku mulai tahun 2009.

Namun, dilatarbelakangi adanya sunset policy beberapa waktu lalu, maka UU KUP

diperbaharui lagi dengan adanya UU No. 16 Tahun 2009 sebagai penetapan Perpu

No. 5 Tahun 2008 yang hanya mengubah satu bunyi ketentuan Pasal 37A ayat (1)

UU KUP No. 28 Tahun 2007.UU PPN/PPNBM No. 42 tahun 2009 yg berlaku 1

Aprip 2010.

2. Pajak jalan, pajak potong, pajak radio dan pajak pembangunan (dialihkan ke

pemerintahan daerah tingkat II).

Untuk memberi rasa keadilan dan kepastian hukum bagi Wajib Pajak

diperlukan suatu paying hukum perpajakan yang jelas yang dapat digunakan sebagai

pedoman baik bagi Wajib Pajak maupun bagiPetugas Pajak tersebut. Pada tahun

1983 merupakan puncak sejarah pajak di Indonesia atau lebih dikenal era reformasi

pembentukan dan penetapan undang-undang perpajakan di Indonesia yang adil,

transparan dan akuntabel. Undang-undang KUP, Undang-undang Pajak Penghasilan,

Undang-undang PPN dan PPnBM dan UU Pajak Bumi Bangunan (PBB) merupakan

perintis revolusi sejarah pajak di Indonesia karena hampir semua undang-undang

tersebut ditetapkan pada tahun 1983-1984.

Namun seiring perkembangan ekonomi dan persaingan ketat di bidang

teknologi, undang-undang perpajakan tersebut tidak terlepas dari beberapa

Page 6: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

34

amandemen untuk menyesuaikan dengan kondisi dan iklim perekonomian di

Indonesia. Sehingga mau tidak mau, seiring berjalannya waktu, undang-undang

perpajakan akan terus mengalami perubahan. Perubahan tersebut dilakukan bukan

hanya mengikuti perkembangan zaman di Indonesia, namun bersaing juga dengan

perekonomian secara global. Seperti undang-undang tax amnesty yang ditetapkan

pada tanggal 1 Juli 2016.

1.1.2 Logo dan Makna Perusahaan

Gambar III.I

Logo Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Jenderal Pajak memiliki Lambang atau logo yang dipergunakan

sebagai simbol internal dengan tulisan “CAKTI BUDDHI BHAKTI”. Kata ini

diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti: Dengan segala kekuatan, tenaga, dan

fikiran dan dengan budi yang luhur, kami berbakti kepada Negara.

Sedangkan arti secara keseluruhan: Direktorat Jenderal Pajak sebagai

Page 7: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

35

aparatur Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila mempunyai tugas

dalam bidang Perpajakan dan dalam melaksanakan fungsinya memungut dan

memasukkan pajak ke dalam Kas Negara berusaha dengan segala daya upaya agar

fungsi pajak baik budgeter maupun mengatur dapat terlaksana sebaik-baiknya

berdasarkan Tridharma Pemajakan dengan memperhatikan tingkat conyunctuur guna

mencapai masyarakat adil dan maknur, materiil dan spirituil, sesuai dengan tujuan

Undang-Undang Dasar 1945.

1. Perisai berbentuk segi lima: melukiskan dasar Negara yaitu pancasila.

2. Sayap berkembang yang berbulu lima menunjukkan kemegahan Negara,

sebagai pendorong para pegawai Direktorat Jenderal Pajak menjalankan

tugasnya dengan bertujuan memelihara tetap berkembangnya sayap Negara.

3. Bejana emas melambangkan tempat pengumpulan uang negara (fiscus).

4. Libra melukiskan keadilan.

5. Padi tujuh belas butir dan delapan kelompok bunga kapas melukiskan cita-cita

kemakmuran Negara.

6. Tiga gelombang melukiskan bahwa Direktorat Jenderal Pajak dalam

melaksanakan tugasnya berdasarkan Tridharma Pemajakan yaitu:

a. meliputi seluruh subjek pajak.

b. objek pajak yang semestinya.

c. tepat pada waktunya.

Gelombang diartikan bahwa fiskus mengatur dan memperlunak conyunctuur.

Direktorat Jenderal Pajak merupakan salah satu Direktorat Jenderal di bawah

Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta

melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan.

Page 8: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

36

1.1.3 Visi dan Misi

Visi

1. Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara yang Terbaik

demi

2. Menjamin Kedaulatan dan Kemandirian Negara.

Misi

Menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri dengan:

1. mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang

tinggi dan penegakan hukum yang adil;

2. pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan

kewajiban perpajakan;

3. aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan profesional; dan

4. kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen

Page 9: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

37

1.1.4 Struktur Organisasi

Sumber : www.pajak.go.id

Gambar III.2

Struktur Organisasi Humas Direktorat Jenderal Pajak bidang Penyuluhan

Pelayanan Hubungan Masyarakat

Page 10: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

38

3.1.5 Tugas Pokok dan Fungsi Humas Direktorat Jenderal Pajak

Hubungan Masyarakat (Humas) atas kebijakan Kementerian Keuangan tahun

2010 pasal 550 mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :

Tugas : Melaksanakan penyiapan penelaahan, dan penyusunan kebijakan, serta

pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kebijaksanaan teknis hubungan

masyarakat.

Fungsi :

a. penyiapan penelaahan dan penyusunan kebijakan teknis operasional

hubungan masyarakat

b. pemantauan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan teknis

operasional hubungan masyarakat

c. penyiapan penelaahan dan penyusunan program dan pelaksanaan

kehumasan baik internal maupun eksternal, serta pemantauan dan

pengelolaan berita, dan

d. Pengelolaan situs.

3.1.6 Kegiatan Humas Direktorat Jenderal Pajak

Untuk lebih memaksimalkan fungsi-fungsi kehumasan di Direktorat Jenderal

Pajak dan untuk lebih seragamnya langkah dan gerak terkait tentang publikasi

tentang perpajakan kepada masyarakat, dengan ini disampaikan deskripsi dan bentuk

kegiatan kehumasan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak sebagai berikut :

Page 11: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

39

Deskripsi :

1. Komunikasi internsl DJP adalah segala bentuk komunikasi antara DJP dengan

seluruh pegawai dalam rangka meningkatkan semangat pegawai DJP untuk

mengimplementasikan nilai-nilai (values) Kementerian Keuangan.

2. Komunikasi eksternal DJP adalah segala bentuk komunikasi antara DJP dengan

pihak eksternal termasuk media massa yang bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya (awareness) perpajakan,

membangun kepercayaan masyarakat kembali kepada DJP (attitudes and

opinion) dan mendorong Wajib Pajak (WP) untuk memenuhi kewajiban

perpajakannya (behavior).

3. Kegiatan kehumasan adalah seluruh aktivitas atau program kerja yang berkaitan

dengan kegiatan kehumasan yang diselenggarakan dengan melibatkan pihak

eksternal maupun pihak internal.

4. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan

pesan atau informasi.

5. Bentuk dan saluran media meliputi media cetak, media elektronik dan media

online termasuk didalamnya media sosial yang dapat digunakan sebagai sarana

komunikasi kehumasan baim terhadap pihak internal maupun pihak eksternal.

6. Laporan adalah laporan yang disampaikan oelh unit vertical di lingkungan DJP

sehubungan dengan penyelenggara kegiatan kehumasan.

Page 12: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

40

Kegiatan Kehumasan Internal

Untuk pemutakhiran (update) informasi perpajakan terbaru di kalangan

pegawai DJP (internal) dan mencapai tujuan komunikasi internal DJP maka

diperlukan strategi sosialisasi perpajakan internal yang efektif dan efesien sebagai

berikut :

1. Direktorat terkait yang akan memberikan sosialisasi informasi perpajakan di

kalangan internal, baik dengan cara mengumpulkan pegawai (Training of

Trainers Method) atau datang langsung ke kanwil-kanwil wajib menyampaikan

rencana jadwal pelaksanaan ke Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas

2. Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas bersama dengan Direktorat teknis

terkait tersebut membahas dan merumuskan teknik, metode dan jadwal

sosialisasi.

3. Dalam hal tertentu, dapat di bentuk tim sosialisasi yang beranggotakan Direktorat

P2 Humas dan Direktorat terkait dalam memberikan sosialisasi informasi

perpajakan untuk kalangan internal.

3.2 Proses Kerja

3.2.1 Perencanaan

1. Anallisa Situasi

Berdasarkan dari penuturan Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku

Pelaksana Humas Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Hal yang melatar

belakangi Direktorat Jenderal Pajak mengadakan Rapat Pembinaan Pegawai agar

terciptanya komunikasi dan informasi yang baik dan tepat.

Page 13: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

41

a. Strength

Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas yang

menjadi kekuatan dari program ini adalah dengan mengadakan rapat

pembinaan pegawai.

b. Weakness

Kelemahan dari program ini adalah kurangnya komunikasi dan informasi.

c. Oppurtinity

Program ini sangat bermanfaat dan memiliki peluang yang baik dan positif,

yaitu antara atasan dan bawahan tidak ada jarak pemisah serta dapat

meningkatkan komunikasi dan informasi antar pegawai yang baik.

d. Threat

Ancaman dari program ini adalah pegawai yang datang tidak tepat waktu,

masih ada pegawai yang lebih memilih mendapat informasi tentang rapat

dari pegawai lain yang hadir dan saat break rapat tidak kembali ikut rapat.

Page 14: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

42

Tabel III.I

Analisa SWOT Perusahaan

Strengh : Mengadakan rapat yang bertujuan untuk menjalin dan meningkatkan komunikasi antar pegawai dan dalam pelaksanaan program menggunakan media berupa surat edaran yan dibagi ke masing-masing pegawai dan pemberitahuan dengan sitem interkom yang bertujuan sebagai pengingat dan mempersiapkan diri bagi pegawai

Oppurtinity : Melaksanakan program yang

menghasilkan komunikasi yang efektif dalam setiap kegiatan

Weakness : Tidak semua pegawai mengetahui

perkembangan dan informasi DJP.

Threat : Masih ada pegawai datang tidak tepat waktu, tidak

mengikuti rapat dikarenakan menunggu informasi dari pegawai yang lain yang hadir rapat dan keluar saat jam break rapat dan tidak datang lagi ke rapat tersebut.

2. Tujuan Program

Menurut Key Informant Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas, tujuan

dari program ini adalah

a. Tujuan dari program pembinaan pegawai ini adalah untuk menjalin komunikasi

dan informasi yang tepat, baik dan harmonis antar pegawai.

b. Memberi informasi tentang kegiatan-kegiatan internal yang akan berlangsung

sehingga pegawai tidak ketinggalan informasi apa yang akan dilaksanakan oleh

Ditjen Pajak.

3. Target Audience atau khalayak

Menurut Key Informant Bapak Ridi Mulyadi, sasaran khalayaknya adalah :

a. Target Primer

Seluruh pegawai Ditjen ajak

Page 15: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

43

b. Target Sekunder

Para tamu yang sedang melakukan kunujungan ke Kantor Pusat. Direktorat

Jenderal Pajak, baik itu dari perusahaan maupun mahasiswa dan pelajar yang

akan melakukan magang.

c. Geografis

Direktorat Jenderal Pajak memiliki 33 Kantor Wilayah yang tersebar di

seluruh wilayah yang tersebar diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Selain memiliki 33 kantor wilayah, DJP juga memiliki 307 KPP

Pratama, 30 KPP WP Besar atau Madya, 196 KP2KP, 2 kantor Pengolahan

Data dan Dokumen Perpajakan, 1 kantor Pengolahan Data Eksternal dan 1

kantor Layanan Informasi dan Pengaduan Direktorat Jenderal Pajak yang

berada di kantor pusat di jalan Gatot Subroto No. Kav 40-42, RT.7/RW.1,

Senayan, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, Daeerah Khusus Ibukota

Jakarta.

d. Demografis

Penghasilan Pegawai dari lulusan D1, D3, S1 baik golongan 2a, 2c dan 3a1,

yaitu :

1) Golongan 2a Rp. 7.000.000

2) Golongan 2c Rp. 10.000.000

3) Golongan 3a Rp. 24.000.000

e. Psikologis

Kinerja pegawai yang baik, profesional, bertanggunga jawab, jujur dan adil

akan mempengaruhi bagi keberhasilan organisasi. Untuk dapat meningkatkan

kinerja pegawai ada yang harus diperhatikan, yaitu :

Page 16: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

44

1. Kepribadian

Kepribadian pegawai mengarah pada pikiran, kelakuan, tindakan yang

menjadi ciri dari pribadi pegawai di tempat kerja. Yang merupakan

tingkah laku dari seorang pegawai.

2. Pelatihan

Pelatihan membawa dampak bagi yang positif terhadap kinerja pegawai.

Karena pekerjaan itu bisa menimbulkan kejenuhan. Dengan adanya

pelatihan bagi pegawai membawa manfaat jangka panjang bagi pegawai

itu sendiri.

3. Motivasi

Motivasi merupakan alasan yang mendorong pegawai untuk bekerja di

organisasi. Sehingga dorongan itulah yang memberikan suatu semangat

bagi pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

4. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja adalah sikap dan perasaan pegawai yang menyenangkan

dalam pekerjaan yang dijalankannya. Hubungan yang baik dan harmonis

antara pimpinan dengan pegawai dan pegawai dengan sesama pegawai

juga merupakan hasil dari yang memberi kepuasan dalam bekerja.

2. Pesan

Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas, pesan

yang yang disampaikan dalam program ini pastinya pesan yang bisa tepat dan akurat

yang dapat tersampaikan oleh pegawai, agar dimana setiap ada kegiatan-kegiatan

terbaru internal karyawan DJP pusat menjadi tahu serta berperan aktif untuk

mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.

Page 17: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

45

3. Strategi dan Taktik

Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas, strategi

dan taktik dalam dalam upaya meningkatkan komunikasi dan informasi antar

pegawai DJP yaitu :

a. Strategi

Mengadakan rapat pembinaan pegawai.

b. Taktik

1. Mengadakan rapat pembinaan yang diikuti oleh pegawai kantor pusat DJP

agar mendapat, mengetahu informasi apa dari kegiatan-kegiatan yang akan

dilaksanakan. Program ini diadakan setiap dua Minggu sekali pada hari Rabu

jam 10.00 bertempat di Kantor Pajak, Gedung Marie Muhamad lantai 2, aula

Cakti Buddhi Bhakti, pada tanggal Rabu, 23 Mei 2018.

2. Membuat surat edaran ke seluruh pegawai yang dimana surat edaran itu

dibuat dan disetujui oleh bidang Kepegawaian bidang bagian SIKKA (Sistem

Informasi Keuangan, Kepegawaian dan Aktiva) dan apakah SIKKA itu,

sistem informasi yang dijalankan oleh sebuah aplikasi online bisa juga

intranet, offline. Pengumuman menggunakan sistem alamat publik atau

sistem intercom.

3. Pengumuman menggunakan sistem alamat publik atau sistem interkom yang

memiliki mikrofon di banyak ruangan agar memungkinkan pegawai untuk

menanggapi pengumuan tentunya bertujuan untuk mengingatkan bahwa

pembinaan pegawai yang diadakan tiap dua minggu sekali pada hari Rabu, di

harapkan kehadiran pegawai pada program tersebut.

Page 18: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

46

4. Dalam rapat lebih bersifat terbuka dan kekeluargaan sehingga jarak antara

pimpinan rapat dengan peserta rapat tidak terlalu jauh. Tim humas sebagai

pelaksana program mampu berkomunikasi dengan baik dan tidak terlihat

tidak begitu menekan pegawai serta menggunakan pilihan-pilihan kata yang

mudah.

5. Adanya pendekatan antara pemimpin dan pegawai dan memberikan

informasi, instruksi, dan motivasi kepada pegawai agar tujuan perusahaan

dapat tercapai dan terjalinnya komunikasi yang baik antara pimpinan dengan

pegawai dalam hubungan pekerjaan. Pimpinan selalu melibatkan pegawai

dengan mendorong dan mengingatkan pegawai untuk tetap bersemangat

dalam melayani masyarakat dan memiliki hubungan yang baik kepada

sesama pegawai.

6. Pegawai juga selalu diberi kesempatan untuk bertanya dan mengeluarkan

pendapat ketika ada hal yang janggal atau tidak dimengerti oleh pegawai dan

pimpinan biasanya akan menanggapi hal tersebut dengan baik.

7. Dalam rapat internal pimpinan memberikan informasi, instruksi dan

penjelasan yang berhubungan dengan tugas-tugas atau pekerjaan kepada

pegawai.

8. Pegawai memberikan laporan, pertanyaan ataupun pengaduan kepada

pimpinan. Pimpinan perlu mengetahui laporan tentang pelayanan, tanggapan,

saran ataupun pertanyaan dari pegawai. Pimpinan juga akan memberikan

solusi terhadap masalah-masalah yang ditemui oleh pegawai. Dan akan

memberikan jawaban pada setiap pertanyaan yang diajukan oleh pegawai.

4. Anggaran

Page 19: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

47

Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi, anggaran yang digunakan untuk

program rapat pembinaan pegawai sebesar Rp. 10.000.000,-

Tabel III.2

Kriteria Evaluasi

Tujuan Program Indikator

Program rapat pembinaan pegawai Humas DJP dalam upaya meningkatkan komunikasi antar pegawai

Program rapat pembinaan pegawai Humas DJP menyelenggarkan rapat untuk meningkatkan komunikasi antar pegawai

Program ini 70% membuktikan keberhasilan ya memuaskan dan dikatakan berhasil karena komunikasi yang efektif dan rapat yang berjalan secara terbuka, kekeluargaan, bersahabat. Pemimpin memberikan motivasi demi terciptanya semangat dalam bekerja bagi para pegawai.

3.2.2 Pelaksanaan

Program ini dilakukan dengan mengadakan rapat pembinaan pegawai yang

diadakan setiap dua Minggu sekali pada hari Rabu jam 10.00 bertempat di Kantor

Pajak, Gedung Marie Muhamad lantai 2 aula Cakti Buddhi Bhakti, pada tanggal

Rabu, 23 Mei 2018. Di pimpin langsung oleh Bapak Ridi selaku Pelaksana Humas

dimana isi pembahasan rapat tersebut mengenai upaya meningkatkan komunikasi

antar pegawai. Karena masih ada kurang informasi yantar pegawai tentang kegiatan-

kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada rapat itu dilihat apa yang menjadi masalah

dari kurangnya informasi dan bagaimana pemecahan dari masalah tersebut, sehingga

masalah ini tidak mengakar dan tidak ditemukan jalan keluar.

Dalam rapat tersebut telah didapatkan apa yang menjadi kendala dari

kurangnya pegawai mengetahui tentang kegiatan, yaitu karena masih ada pegawai

Page 20: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

48

yang hadir tidak tepat waktu, masih ada pegawai yang tida datang pada saat rapat

dikarenakan ingin mendapat informasi dari pegawai lain yang hadir pada saat rapt

dan masih ada pegawai yang di saat jam break rapat tidak datang, solusi yang

didapat dari hasil rapat tersebut yaitu pegawai yang datang tidak tepat waktu untuk

rapat selanjutnya akan menjadi MC, bagi pegawai yang menunggu informasi dari

pegawai yang lain yang hadir saat rapat untuk rapat selanjutnya akan membahas

tentang rapat sebelumnya dan bagi pegawai yang tidak datang lagi setelah jam break

akan menjadi seksi konsumsi.

Program ini juga menggunakan surat edaran yang akan diberikan kepada

masing-masing pegawai yang ada di kantor pusat sehingga diharapkan dengan

adanya surat edaran ini pegawai tidak mempunyai alasan untuk tidak mengikuti

rapat tersebut.

Dan program ini juga pemberitahuan dengan menggunakan sistem interkom

yang bertujuan untuk mengingatkan kepada pegawai bahwa rapat pembinaan

pegawai yang akan berlangsung sehingga pegawai bisa mempersiapkan diri.

3.2.3 Evaluasi

Program ini dilaksanakan tiap dua minggu sekali pada hari Rabu jam 10.00

bertempat di Kantor Pajak, Gedung Marie Muhamad lantai 2 aula Cakti Buddhi

Bhakti, pada tanggal Rabu, 23 Mei 2018 di pimpin langsung oleh Bapak Ridi

Mulyadi selaku Pelaksana Humas, dimana pegawai yang hadir bergantian dan

berjumalah 150 orang dari 27 bidang yang berbeda yang ada di kantor pusat DJP.

Program ini merupakan interaksi komunikasi dalam pertemuan rapat dimana dalam

rapat bertukar pesan yang berisi tentang tugas-tugas seperti koordinasi, pemecahan

Page 21: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

49

masalah, penyelesain konflik dan saling memberikan informasi. Dan tujuan program

ini adalah untuk meningkatkan dan juga menjalin komunikasi antar pegawai, karena

sasaran khalayak dari program ini adalah seluruh pegawai yang ada di kantor pusat.

Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas,

Strategi dalam program ini adalah mengadakan rapat dan menggunakan rapat

sebagai taktik yang diharapkan bisa efektif, adapun taktik-taktik yang digunakan

dilihat dari keadaan, seperti masalah apa yang terjadi, yaitu menggunakan surat

edaran yang diberikan ke masing-masing pegawai sehingga pegawai tidak ada alasan

untuk tidak hadir dan surat edaran ini dibuat dan di setujui oleh bidang SIKKA

(Sistem Informasi Keuangan Kepegwaian Aktiva) sebuah aplikasi online bisa juga

intranet dan offline yang hanya bisa digunakan oleh pegawai DJP.

Pemberitahuan dengan menggunakan sistem interkom yang bisa didengar

ditiap ruangan sehingga sebagai pengingat dan mempersiapkan diri para pegawai,

dan dalam rapat juga lebih bersifat terbuka dan kekeluargaan sehingga tidak ada

jarak antara pemimpin dan bawahan juga antara pegawai dengan pegawai lainnya.

Tim humas juga berperan aktif dan mampunberkomunikasi dengan baik sehingga

tidak terlihat menekan pegawai dan menggunakan kata-kata yang mudah karena tim

humas adalah penyelenggara dari program ini, didalam rapat ini juga pemimpin

memberikan informasi, instruksi dan motivasi kepada pegawai agar tujuan dari visi

dan misi perusahaan dapat tercapai dan terjalinnya komunikasi yang baik antara

pimpinan dengan pegawai maupun pegawai dengan pegawai lainnya.

Pegawai juga selalu diberikan kesempatan untuk bertanya dan mengeluarkan

pendapat ketika ada hal yang janggal atau tidak di mengerti tentang pembahasan dan

pimpinan menanggapi dengan baik. Pegawai juga memberikan laporan, pertanyaan

Page 22: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

50

ataupun pengaduan. Pimpinan perlu mengetahui laporan tentang pelayanan,

tanggapan, saran ataupun pertanyaan dari pegawai.

Menurut Informan Bapak Mahfud pegawai di bidang Kepegawaian, dengan

adanya program ini pegawai jadi tahu kegiatan yang akan dilaksanakan dan bahkan

memahami pentingnya komunikasi dan informasi serta ikut serta dalam kegiatan.

Dan cara pelaksanaan yang digunakan juga terbilang efektif karena menggunakan

rapat, surat edaran dan pemberitahuan sistem interkom. Meskipun dilihat dari sikap

pegawai berbeda-beda karena ada yang datang tidak tepat waktu pada rapat tersebut

tapi tetap memiliki nilai positif dan harapan kedepannya dengan adanya masalah dan

pemecahan diharapkan program ini tetap berjalan dengan baik, lancer dan berhasil.

Evaluasi dari program ini membuahkan hasil dan memiliki dampak positif

bukan hanya bagi kinerja pelayanan terhadap masyarakat saja tetapi juga terhadap

hubungan sesama pegawai. Karena dengan adanya kegiatan ini pegawai bisa

menjadi tahu segala informasi dan tahu kegiatan-kegiaatan yang akan dilaksanakan

atau yang yang akan dilakukan oleh DJP.

Tetapi tentu saja ini bukanlah hal yang mudah di karenakan sikap dari

pegawai tentang program ini kegiatan internal berbeda-beda, harapan kami sebagai

humas penyampaian pesan yang kami berikan dapat sampai kepada pegawai dengan

baik. Karena program ini akan terus berlangsung dengan suatu harapan terwujudnya

peningkatan komunikasi dan informasi antar pegawai.

3.3 Kendala dan Pemecahan

3.3.1 Kendala

Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi selaku Pelaksana Humas

Page 23: BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · sebagai pengganti UU No. 17 Tahun 1997. Perubahan terakhir undang-undang perpajakan baru-baru ini dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang

51

Direktorat Jenderal Pajak, kendala yang dihadapi adalah dalam menjalankan

program ini adalah :

1. Jam rapat pembinaan yang sama dengan jam kerja.

2. Masih ada pegawai datang tidak tepat waktu.

3. Masih ada pegawai yang tidak hadir karena mereka memilih untuk

4. mendapatkan informasi dari pegawai yang lain yang datang tentang rapat

5. tersebut.

6. Masih ada pegawai yang keluar disaat rapat break untuk makan siang dan

7. pegawai lebih memilih makan diluar dan tidak ikut rapat lagi.

3.3.2 Pemecahan

Menurut Key Informan Bapak Ridi Mulyadi, pemecahan dari kendala yang

dihadapi dalam menjalankan program ini adalah :

1. Untuk hari dan jam rapat akan diusakan untuk diubah sehingga tidak ada

alasan untuk pegawai tidak hadir.

2. Bagi pegawai yang datang tidak tepat waktu dan untuk rapat selanjutnya

akan menjadi MC.

3. Bagi pegawai tidak hadir karena memilih mendapat informasi dari pegawai

yang lain yang hadir dan untuk rapat selanjutnya akan mendeskripsikan hasil

rapat dua minggu yang lalu.

Bagi pegawai yang tidak tidak datang lagi pada saat break rapat dan untuk

rapat selanjutnya akan menjadi seksi konsumsi.