pengganti undang-undang republik indonesia nomor 1 …

24
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2020 TENTANG KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA DAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN UNTUK PENANGANAN PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) DAN/ATAU DALAM RANGKA MENGHADAPI ANCAMAN YANG MEMBAHAYAKAN PEREKONOMIAN NASIONAL DAN/ATAU STABILITAS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia ( World Health Organization ) sebagai pandemi pada sebagian besar negara-negara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu dan telah menimbulkan korban jiwa, dan kerugian material yang semakin besar, s ehingga berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat; b. bahwa implikas i pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah berdampak antara lain terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan penerimaan negara, dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan, s ehingga diperlukan berbagai upaya Pemerintah untuk melakukan penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional, dengan fokus pada belanja untuk kesehatan, jaring pengaman sosial (social safety net), serta pemulihan perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat yang terdampak; c. bahwa implikas i pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah berdampak pula terhadap memburuknya sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan berbagai aktivitas ekonomi domestik s ehingga perlu dimitigasi bersama oleh Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk melakukan tindakan antisipasi (forward looking) dalam rangka menjaga stabilitas sektor keuangan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, Pemerintah dan lembaga terkait perlu segera mengambil kebijakan dan langkah-langkah luar biasa dalam rangka penyelamatan perekonomian nasional dan s tabilitas sistem keuangan melalui berbagai kebijakan relaksasi yang berkaitan dengan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) khus us nya dengan melakukan peningkatan belanja untuk kesehatan, pengeluaran untuk jaring pengaman sosial (social safety net), dan pemulihan perekonomian, serta memperkuat kewenangan berbagai lembaga dalam sektor keuangan; e. bahwa kondisi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, telah memenuhi parameter sebagai kegentingan memaksa yang memberikan kewenangan kepada Presiden untuk menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Upload: others

Post on 12-Apr-2022

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

PERATURANPEMERINTAHPENGGANTIUNDANG-UNDANGREPUBLIKINDONESIANOMOR1TAHUN2020

TENTANG

KEBIJAKANKEUANGANNEGARADANSTABILITASSISTEMKEUANGANUNTUK

PENANGANANPANDEMICORONAVIRUSDISEASE2019(COVID-19)DAN/ATAUDALAMRANGKAMENGHADAPIANCAMANYANGMEMBAHAYAKANPEREKONOMIANNASIONAL

DAN/ATAUSTABILITASSISTEMKEUANGAN

DENGANRAHMATTUHANYANGMAHAESAPRESIDENREPUBLIKINDONESIA,

Menimbang : a. bahwa penyebaranCoronaVirusDisease 2019(COVID-19)yangdinyatakan

oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagaipandemipadasebagianbesarnegara-negaradiseluruhdunia,termasukdiIndonesia, menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu dan telahmenimbulkan korban jiwa, dan kerugian material yang semakin besar,sehingga berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi, dan kesejahteraanmasyarakat;

b. bahwa implikasi pandemi Corona Virus Disease 2019(COVID-19) telahberdampak antara lain terhadap perlambatan pertumbuhan ekonominasional, penurunan penerimaan negara, dan peningkatan belanja negaradan pembiayaan, sehingga diperlukan berbagai upaya Pemerintah untukmelakukan penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional, denganfokuspadabelanjauntukkesehatan, jaringpengamansosial (social safetynet), serta pemulihan perekonomian termasuk untuk dunia usaha danmasyarakatyangterdampak;

c. bahwa implikasi pandemiCorona Virus Disease 2019 (COVID-19) telahberdampakpulaterhadapmemburuknyas istemkeuanganyangditunjukkandengan penurunan berbagai aktivitas ekonomi domestik sehingga perludimitigasibersamaolehPemerintahdanKomiteStabilitasSistemKeuangan(KSSK)untukmelakukantindakanantis ipasi(forward looking)dalamrangkamenjagastabilitassektorkeuangan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,huruf b, dan huruf c, Pemerintah dan lembaga terkait perlu segeramengambil kebijakan dan langkah-langkah luar biasa dalam rangkapenyelamatan perekonomian nasional dan stabilitas s istem keuanganmelalui berbagai kebijakan relaksasi yang berkaitan dengan pelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) khususnya denganmelakukan peningkatan belanja untuk kesehatan, pengeluaran untuk jaringpengaman sosial (social safety net), dan pemulihan perekonomian, sertamemperkuatkewenanganberbagailembagadalamsektorkeuangan;

e. bahwakondis isebagaimanadimaksuddalamhurufa,hurufb,hurufc,danhuruf d, telah memenuhi parameter sebagai kegentingan memaksa yangmemberikan kewenangan kepada Presiden untuk menetapkan PeraturanPemerintahPenggantiUndang-Undang sebagaimanadiaturdalamPasal 22ayat(1)Undang-UndangDasarNegaraRepublikIndonesiaTahun1945;

Page 2: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, serta guna memberikan landasanhukum yang kuat bagi Pemerintah dan lembaga terkait untuk mengambilkebijakan dan langkah-langkah tersebut dalamwaktu yang sangat segera,perlumenetapkanPeraturanPemerintahPenggantiUndang-UndangtentangKebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untukPenanganan PandemiCorona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atauDalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan PerekonomianNasionaldan/atauStabilitasSistemKeuangan;

Mengingat : Pasal22ayat(1)Undang-UndangDasarNegaraRepublikIndonesiaTahun1945; MEMUTUSKAN:Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG TENTANG KEBIJAKAN

KEUANGAN NEGARA DAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN UNTUK PENANGANANPANDEMICORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) DAN/ATAU DALAM RANGKAMENGHADAPI ANCAMAN YANG MEMBAHAYAKAN PEREKONOMIAN NASIONALDAN/ATAUSTABILITASSISTEMKEUANGAN.

BABI

RUANGLINGKUP

Pasal1

(1) Untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara,disusunAnggaranPendapatandanBelanjaNegara(APBN)yangterdiriatasanggaran pendapatan negara, anggaran belanja negara, dan pembiayaananggaran.

(2) Untuk melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah ditetapkan Undang-UndangNomor 20 Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraTahunAnggaran2020.

(3) Untuk melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)sebagaimanadimaksudpadaayat(1)danayat(2)dalamrangka:

a. penangananpandemiCoronaVirusDisease2019(COVID-19)dan/atau b. menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional

dan/ataustabilitass istemkeuangan, perlu menetapkan kebijakan keuangan negara dan kebijakan stabilitas

s istemkeuangan. (4) Kebijakan keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3)meliputi

kebijakan pendapatan negara termasuk kebijakan di bidang perpajakan,kebijakan belanja negara termasuk kebijakan di bidang keuangan daerah,dankebijakanpembiayaan.

(5) Kebijakanstabilitass istemkeuangansebagaimanadimaksudpadaayat(3)meliputi kebijakan untuk penanganan permasalahan lembaga keuanganyang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas s istemkeuangan.

Page 3: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

BABIIKEBIJAKANKEUANGANNEGARA

BagianKesatu

PenganggarandanPembiayaan

Pasal2 (1) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan keuangan negara sebagaimana

dimaksuddalamPasal1ayat(4),Pemerintahberwenanguntuk: a. menetapkanbatasandefis itanggaran,denganketentuansebagaiberikut: 1. melampaui3%(tigapersen)dariProdukDomestikBruto (PDB)selama

masa penangananCorona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atauuntuk menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomiannasional dan/atau stabilitas s istem keuangan paling lama sampaidenganberakhirnyaTahunAnggaran2022;

2. sejak Tahun Anggaran 2023 besaran defisit akan kembali menjadipaling tinggi sebesar 3% (tiga persen) dari Produk Domestik Bruto(PDB);dan

3. penyesuaian besaran defisit sebagaimana dimaksud pada angka 1menjadi sebagaimana dimaksud pada angka 2 dilakukan secarabertahap.

b. melakukan penyesuaian besaran belanja wajib (mandatory spending)sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undanganterkait;

c. melakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarfungsi,dan/atauantarprogram;

d. melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban AnggaranPendapatandanBelanjaNegara(APBN),yanganggaranuntukmembiayaipengeluaran tersebut belum tersedia atau tidak cukup tersedia, sertamenentukanprosesdanmetodepengadaanbarang/jasa;

e. menggunakananggaranyangbersumberdari: 1. SisaAnggaranLebih(SAL); 2. danaabadidanakumulasidanaabadipendidikan; 3. danayangdikuasainegaradengankriteriatertentu; 4. danayangdikelolaolehBadanLayananUmum;dan/atau 5. dana yang berasal dari pengurangan Penyertaan Modal Negara pada

BadanUsahaMilikNegara(BUMN); f. menerbitkan Surat Utang Negara dan/atau Surat Berharga Syariah

NegaradengantujuantertentukhususnyadalamrangkapandemiCoronaVirus Disease 2019 (COVID-19) untuk dapat dibeli oleh Bank Indonesia,BadanUsahaMilikNegara (BUMN), investor korporasi, dan/atau investorritel;

g. menetapkan sumber-sumber pembiayaan Anggaran yang berasal daridalamdan/atauluarnegeri;

h. memberikanpinjamankepadaLembagaPenjaminSimpanan;

i. melakukan pengutamaan penggunaan alokasi anggaran untuk kegiatantertentu (refocusing), penyesuaian alokasi, dan/ataupemotongan/penundaan penyaluran anggaran Transfer ke Daerah danDanaDesa,dengankriteriatertentu;

j. memberikanhibahkepadaPemerintahDaerah;dan/atau

Page 4: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

k. melakukan penyederhanaan mekanisme dan s implifikasi dokumen dibidangkeuangannegara.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan keuangan negara sebagaimanadimaksudpadaayat(1),diaturdenganPeraturanMenteriKeuangan.

BagianKedua

KebijakandiBidangKeuanganDaerah

Pasal3 (1) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan di bidang keuangan daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (4), Pemerintah Daerahdiberikan kewenangan untukmelakukan pengutamaan penggunaan alokasianggaran untuk kegiatan tertentu (refocusing), perubahan alokasi, danpenggunaanAnggaranPendapatandanBelanjaDaerah.

(2) Ketentuan mengenai pengutamaan penggunaan alokasi anggaran untukkegiatan tertentu (refocusing), perubahan alokasi, dan penggunaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud padaayat(1),diaturdenganPeraturanMenteriDalamNegeri.

BagianKetiga

KebijakandiBidangPerpajakan

Pasal4 (1) KebijakandibidangperpajakansebagaimanadimaksuddalamPasal1ayat

(4)meliputi: a. penyesuaian tarifPajakPenghasilanWajibPajakbadandalamnegeridan

bentukusahatetap; b. perlakuan perpajakan dalam kegiatan Perdagangan Melalui Sistem

Elektronik(PMSE); c. perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban

perpajakan;dan d. pemberian kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk memberikan

fasilitas kepabeanan berupa pembebasan atau keringanan bea masukdalam rangka penanganan kondis i darurat serta pemulihan danpenguatanekonominasional.

(2) PerdaganganMelaluiSistemElektronik(PMSE)sebagaimanadimaksudpadaayat (1) huruf b merupakan perdagangan yang transaksinya dilakukanmelaluiserangkaianperangkatdanprosedurelektronik.

Pasal5 (1) Penyesuaian tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri dan

bentukusaha tetapsebagaimanadimaksuddalamPasal4ayat (1)hurufaberupapenurunantarifPasal17ayat(1)hurufbUndang-UndangmengenaiPajakPenghasilanmenjadi:

a. sebesar 22% (dua puluh dua persen) yang berlaku pada Tahun Pajak2020danTahunPajak2021;dan

b. sebesar 20% (dua puluh persen) yang mulai berlaku pada Tahun Pajak2022.

(2) WajibPajakdalamnegeri: a. berbentukPerseroanTerbuka;

Page 5: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

b. dengan jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan padabursaefekdiIndonesiapalingsedikit40%(empatpuluhpersen);dan

c. memenuhipersyaratantertentu dapat memperoleh tarif sebesar 3% (tiga persen) lebih rendah dari tarif

sebagaimanadimaksudpadaayat(1)hurufadanhurufb. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tertentu sebagaimana

dimaksudpadaayat (2)huruf cdiaturdenganatauberdasarkanPeraturanPemerintah.

Pasal6 (1) Perlakuan perpajakan dalam kegiatan Perdagangan Melalui Sistem

Elektronik (PMSE) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf bberupa:

a. pengenaanPajakPertambahanNilaiataspemanfaatanBarangKenaPajakTidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean melalui Perdagangan Melalui Sistem Elektronik(PMSE);dan

b. pengenaan Pajak Penghasilan atau pajak transaksi elektronik ataskegiatan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) yang dilakukanoleh subjek pajak luar negeri yang memenuhi ketentuan kehadiranekonomis ignifikan.

(2) Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena PajakTidakBerwujuddan/atauJasaKenaPajakdari luarDaerahPabeandidalamDaerah Pabean melalui Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE)sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengikuti ketentuansebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai PajakPertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas BarangMewah.

(3) Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan atas pemanfaatan Barang KenaPajakTidakBerwujuddan/atau JasaKenaPajakdari luarDaerahPabeandidalam Daerah Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipungut,disetorkan, dan dilaporkan oleh pedagang luar negeri, penyedia jasa luarnegeri, PenyelenggaraPerdaganganMelalui SistemElektronik (PPMSE) luarnegeri, dan/atau Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik(PPMSE)dalamnegeri,yangditunjukolehMenteriKeuangan.

(4) Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE)sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan pelaku usaha penyediasaranakomunikasielektronikyangdigunakanuntuktransaksiperdagangan.

(5) Pedagang luar negeri atau penyedia jasa luar negeri sebagaimanadimaksud pada ayat (3) merupakan orang pribadi atau badan yangbertempat tinggal atau bertempat kedudukan di luar Daerah Pabean yangmelakukan transaksi dengan pembeli barang atau penerima jasa di dalamDaerahPabeanmelaluis istemelektronik.

(6) Pedagang luar negeri, penyedia jasa luar negeri, dan/atau PenyelenggaraPerdaganganMelaluiSistemElektronik(PPMSE) luarnegeriyangmemenuhiketentuankehadiranekonomi s ignifikandapatdiperlakukan sebagai bentukusahatetapdandikenakanPajakPenghasilan.

(7) Ketentuan kehadiran ekonomi s ignifikan sebagaimana dimaksud pada ayat(6)berupa:

a. peredaranbrutokonsolidasigrupusahasampaidenganjumlahtertentu; b. penjualandiIndonesiasampaidenganjumlahtertentu;dan/atau

Page 6: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

c. penggunaaktifmediadigitaldiIndonesiasampaidenganjumlahtertentu. (8) Dalam hal penetapan sebagai bentuk usaha tetap sebagaimana dimaksud

pada ayat (6) tidak dapat dilakukan karena penerapan perjanjian denganpemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajak berganda danpencegahan pengelakan pajak, pedagang luar negeri, penyedia jasa luarnegeri, dan/atau Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik(PPMSE) luar negeri yang memenuhi ketentuan kehadiran ekonomisignifikan,dikenakanpajaktransaksielektronik.

(9) Pajak transaksi elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dikenakanatas transaksi penjualan barang dan/atau jasa dari luar IndonesiamelaluiPerdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) kepada pembeli ataupengguna di Indonesia yang dilakukan oleh subjek pajak luar negeri, baiksecara langsung maupun melalui Penyelenggara Perdagangan MelaluiSistemElektronik(PPMSE)luarnegeri.

(10)Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) atau pajaktransaksi elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dibayar dandilaporkan oleh pedagang luar negeri, penyedia jasa luar negeri, dan/atauPenyelenggaraPerdaganganMelaluiSistemElektronik(PPMSE)luarnegeri.

(11)Pedagang luar negeri, penyedia jasa luar negeri, dan/atau PenyelenggaraPerdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) luar negeri sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dan ayat (10), dapat menunjuk perwakilan yangberkedudukandiIndonesiauntukmemungut,menyetorkan,danmelaporkanPajak Pertambahan Nilai yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat(3) dan/atau untuk memenuhi kewajiban Pajak Penghasilan sebagaimanadimaksud pada ayat (6) atau pajak transaksi elektronik sebagaimanadimaksudpadaayat(8).

(12)Besarnya tarif, dasar pengenaan, dan tata cara penghitungan PajakPenghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan pajak transaksielektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (8) diatur dengan atauberdasarkanPeraturanPemerintah.

(13)Ketentuanlebihlanjutmengenai: a. tata cara penunjukan, pemungutan, dan penyetoran, serta pelaporan

PajakPertambahanNilaisebagaimanadimaksudpadaayat(3); b. kehadiranekonomi s ignifikan sebagaimanadimaksudpadaayat (7), tata

cara pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan atau pajak transaksielektroniksebagaimanadimaksudpadaayat(10);dan

c. tatacarapenunjukanperwakilansebagaimanadimaksudpadaayat(11), diaturdenganPeraturanMenteriKeuangan. Pasal7 (1) Pedagang luar negeri, penyedia jasa luar negeri, Penyelenggara

Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) luar negeri, dan/atauPenyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) dalamnegeriyangtidakmemenuhiketentuansebagaimanadimaksuddalamPasal6 ayat (3) dan pedagang luar negeri, penyedia jasa luar negeri, dan/atauPenyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) luar negeriyangtidakmemenuhiketentuansebagaimanadimaksuddalamPasal6ayat(10), dikenai sanksi administratif sesuai dengan Undang-Undang Nomor6Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakansebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undangNomor16Tahun2009.

Page 7: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

(2) Ketentuan mengenai penetapan, penagihan, dan upaya hukum ataspengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena PajakTidakBerwujuddan/atauJasaKenaPajakdari luarDaerahPabeandidalamDaerahPabeanmelaluiPerdaganganMelaluiSistemElektronik(PMSE)sertapengenaan Pajak Penghasilan atau pajak transaksi elektronik atas subjekpajak luar negeri yang memenuhi ketentuan kehadiran ekonomi s ignifikansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dilaksanakan sesuai denganUndang-Undang Nomor6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan TataCara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganUndang-UndangNomor16Tahun2009.

(3) Terhadap pelaku kegiatan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE)sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selain dikenai sanksi administratifjugadikenaisanksiberupapemutusanaksessetelahdiberiteguran.

(4) Pemutusan akses sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dalamhal ketentuan sebagaimanadimaksuddalamPasal 6 ayat (3) atauPasal 6ayat(10)tidakdipenuhisampaidenganbataswaktuyangditentukandalamteguransebagaimanadimaksudpadaayat(3).

(5) Menteriyangmenyelenggarakanurusanpemerintahandibidangkomunikasidan informatika berwenang untuk melakukan pemutusan aksesberdasarkanpermintaanMenteriKeuangan.

(6) Ketentuan mengenai tata cara pemutusan akses sebagaimana dimaksudpadaayat (5)dilaksanakansesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangandibidanginformasidantransaksielektronik.

(7) Ketentuanlebihlanjutmengenaitatacara: a. pemberianteguransebagaimanadimaksudpadaayat(3);dan b. permintaanpemutusanaksessebagaimanadimaksudpadaayat(5), diaturdenganPeraturanMenteriKeuangan. Pasal8 Untuk memberikan kemudahan dalam pelaksanaan hak dan/atau pemenuhan

kewajiban perpajakan akibat adanya pandemiCorona Virus Disease 2019(COVID-19), diberikan perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhankewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf cdenganketentuansebagaiberikut:

a. atas pengajuan keberatan Wajib Pajak yang jatuh tempo pengajuankeberatansebagaimanadimaksuddalamPasal25ayat (3)Undang-UndangNomor6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakansebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor16 Tahun 2009 berakhir dalam periode keadaan kahar akibatpandemiCorona Virus Disease 2019 (COVID-19), jatuh tempo pengajuankeberatantersebutdiperpanjangpalinglama6(enam)bulan;

b. atas pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor16 Tahun 2009 yangjatuh tempo pengembalian berakhir dalam periode keadaan kahar akibatpandemiCoronaVirusDisease2019(COVID-19), jatuhtempopengembaliantersebutdiperpanjangpalinglama1(satu)bulan;

c. ataspelaksanaanhakWajibPajak,yangmeliputi:

Page 8: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

1. permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimanadimaksuddalamPasal17Bayat(1)Undang-UndangNomor6Tahun1983tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor16 Tahun2009;

2. pengajuan surat keberatan sebagaimanadimaksuddalamPasal 26 ayat(1) Undang-Undang Nomor6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdenganUndang-UndangNomor16Tahun2009;

3. permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administras i,pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar,pembatalan hasil pemeriksaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36ayat (1) Undang-Undang Nomor6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhirdenganUndang-UndangNomor16Tahun2009,

yangjatuhtempopenerbitansuratketetapanatausuratkeputusanberakhirdalam periode keadaan kahar akibat pandemiCorona Virus Disease 2019(COVID-19), jatuh tempo penerbitan surat ketetapan atau surat keputusantersebutdiperpanjangpalinglama6(enam)bulan.

d. penetapan periode waktu keadaan kahar akibat pandemiCorona VirusDisease 2019 (COVID- 19) sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b,danhuruf cmengacu kepadapenetapan Pemerintahmelalui KepalaBadanNasionalPenanggulanganBencana.

Pasal9 MenteriKeuanganmemilikikewenanganuntukmemberikanfas ilitaskepabeanan

berupapembebasanataukeringananbeamasukdalamrangka: a. penangananpandemiCoronaVirusDisease2019(COVID-19);dan/atau b. menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional

dan/ataustabilitass istemkeuangan. Pasal10 (1) Perubahan atas barang impor yang diberikan pembebasan bea masuk

berdasarkan tujuanpemakaiannya sebagaimanadimaksuddalamPasal 25ayat (1) Undang-Undang Nomor10 Tahun 1995 tentang Kepabeanansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor17 Tahun 2006tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor10 Tahun 1995 , diaturdenganPeraturanMenteriKeuangan.

(2) Perubahan atas barang impor yang dapat diberikan pembebasan ataukeringanan bea masuk berdasarkan tujuan pemakaiannya sebagaimanadimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor10 Tahun 1995tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor10Tahun1995,diaturdenganPeraturanMenteriKeuangan.

BagianKeempat

PelaksanaanProgramPemulihanEkonomiNasional

Pasal11

Page 9: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

(1) Dalam rangka mendukung kebijakan keuangan negara sebagaimanadimaksud dalam Pasal 1 ayat (4) dan guna melakukan penyelamatanekonomi nasional, Pemerintah menjalankan program pemulihan ekonominasional.

(2) Programsebagaimanadimaksudpadaayat(1)bertujuanuntukmelindungi,mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelakuusahadarisektorriildansektorkeuangandalammenjalankanusahanya.

(3) Programpemulihanekonominasionalsebagaimanadimaksudpadaayat(1)dan ayat (2) dapat dilaksanakan melalui Penyertaan Modal Negara,penempatan dana dan/atau investasi Pemerintah, dan/atau kegiatanpenjaminandenganskemayangditetapkanolehPemerintah.

(4) Penyertaan Modal Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukanmelaluiBadanUsahaMilikNegara(BUMN)yangditunjuk.

(5) Penempatan dana dan/atau investasi Pemerintah sebagaimana dimaksudpada ayat (3) dapat dilakukan langsung oleh Pemerintah dan/atau melaluilembagakeuangan,manajerinvestasi,dan/ataulembagalainyangditunjuk.

(6) Skema penjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dijalankanolehlangsungolehPemerintahdan/ataumelaluisatuataubeberapabadanusahapenjaminanyangditunjuk.

(7) Pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional diatur lebih lanjutdenganPeraturanPemerintah.

BagianKelima

PelaksanaanKebijakanKeuanganNegara

Pasal12

(1) Pelaksanaankebijakankeuangannegaradanlangkah-langkahsebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 11 dilakukan dengan tetapmemperhatikantatakelolayangbaik.

(2) Perubahan postur dan/atau rincian Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (APBN) dalam rangka pelaksanaan kebijakan keuangan negara danlangkah-langkah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sampai denganPasal11diaturdenganatauberdasarkanPeraturanPresiden.

BagianKeenam

Pelaporan

Pasal13 Penggunaan anggaran dalam rangka pelaksanaan kebijakan keuangan negara

dan langkah-langkah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sampai denganPasal12dilaporkanPemerintahdalamLaporanKeuanganPemerintahPusat.

BABIII

KEBIJAKANSTABILITASSISTEMKEUANGAN

BagianKesatuKebijakanStabilitasSistemKeuangan

Pasal14

Page 10: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

Dalam rangka menjaga stabilitas s istem keuangan di tengah-tengah kondis iterjadinya pandemiCorona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau untukmenghadapi ancaman kris is ekonomi dan/atau stabilitas s istem keuangan,perlumenetapkankebijakanstabilitass istemkeuangansebagaimanadimaksuddalamPasal1ayat(5).

Pasal15 (1) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan stabilitas s istem keuangan

sebagaimanadimaksuddalamPasal14,KomiteStabilitasSistemKeuanganyangselanjutnyadisebutKSSK,diberikankewenanganuntuk:

a. menyelenggarakan rapat melalui tatap muka atau melalui pemanfaatanteknologi informasi gunamerumuskan danmenetapkan langkah-langkahpenangananpermasalahanstabilitass istemkeuangan;dan

b. menetapkan skema pemberian dukungan oleh Pemerintah untukpenangananpermasalahanlembagajasakeuangandanstabilitass istemkeuanganyangmembahayakanperekonomiannasional.

(2) Apabiladalamrapatsebagaimanadimaksudpadaayat(1)hurufadilakukanmelalui pemanfaatan teknologi informasi, pendapat setiap anggota KSSK,pengambilan keputusan, dan keputusan KSSK disampaikan dalam rapatsecara lisan dan direkam, serta keputusan rapat diparaf dan/atauditandatanganikemudianolehanggotaKSSKdanmengikatseluruhanggotaKSSK.

(3) Ketentuan lebih lanjutmengenai skemapemberiandukungansebagaimanadimaksudpadaayat(1)hurufbdiaturdenganPeraturanPemerintah.

BagianKedua

KewenangandanPelaksanaanKebijakanolehBankIndonesia

Pasal16 (1) Untuk mendukung pelaksanaan kewenangan KSSK dalam rangka

penanganan permasalahan stabilitas s istem keuangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), Bank Indonesia diberikan kewenanganuntuk:

a. memberikanpinjamanlikuiditasjangkapendekataupembiayaanlikuiditasjangka pendek berdasarkan prins ip syariah kepada Bank Sistemik ataubankselainBankSistemik;

b. memberikan Pinjaman Likuiditas Khusus kepada Bank Sistemik yangmengalami kesulitan likuiditas dan tidak memenuhi persyaratanpemberian pinjaman likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditasjangkapendekberdasarkanprins ipsyariahyangdijaminolehPemerintahdandiberikanberdasarkanKeputusanKSSK;

c. membeli Surat Utang Negara dan/atau Surat Berharga Syariah Negaraberjangka panjang di pasar perdana untuk penanganan permasalahansistemkeuanganyangmembahayakanperekonomiannasional,termasukSurat Utang Negara dan/atau Surat Berharga Syariah Negara yangditerbitkan dengan tujuan tertentu khususnya dalam rangka pandemiCoronaVirusDisease2019(COVID-19);

d. membeli/repo surat berharga negara yang dimiliki Lembaga PenjaminSimpanan untuk biaya penanganan permasalahan solvabilitas BankSistemikdanbankselainBankSistemik;

Page 11: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

e. mengatur kewajiban penerimaan dan penggunaan devisa bagi penduduktermasuk ketentuan mengenai penyerahan, repatrias i, dan konvers idevisa dalam rangka menjaga kestabilan makroekonomi dan s istemkeuangan;dan

f. memberikan akses pendanaan kepada korporasi/swasta dengan cararepo Surat Utang Negara atau Surat Berharga Syariah Negara yangdimilikikorporasi/swastamelaluiperbankan.

(2) Ketentuan mengenai kewajiban penerimaan dan penggunaan devisasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, diatur dengan PeraturanBankIndonesia.

(3) Sejak berlakunya Peraturan Bank Indonesia sebagaimana diatur pada ayat(2), segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertentangandengan Peraturan Bank Indonesia tersebut dinyatakan tidak berlakuberdasarkanPeraturanPemerintahPenggantiUndang-Undangini.

Pasal17 (1) Dalam pemberian pinjaman likuiditas jangka pendek atau pembiayaan

likuiditas jangka pendek berdasarkan prins ip syariah oleh Bank IndonesiasebagaimanadimaksuddalamPasal16ayat(1)hurufa:

a. Otoritas Jasa Keuangan melakukan penilaian mengenai pemenuhanpersyaratan/kecukupan solvabilitas dan tingkat kesehatan Bank SistemikataubankselainBankSistemik;dan

b. Bank Indonesia bersama Otoritas Jasa Keuangan melakukan penilaianmengenai pemenuhan kecukupan agunan dan perkiraan kemampuanBank Sistemik atau bank selain Bank Sistemik untuk mengembalikanpinjaman likuiditas jangka pendek atau pembiayaan likuiditas jangkapendekberdasarkanprins ipsyariah.

(2) Berdasarkan hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BankIndonesia memutuskan pemberian pinjaman likuiditas jangka pendek ataupembiayaanlikuiditasjangkapendekberdasarkanprins ipsyariah.

Pasal18 (1) DalamhalBankSistemikyangtelahmendapatkanpinjamanlikuiditasjangka

pendek sebagaimanadimaksuddalamPasal 17 ayat (1)masihmengalamikesulitanlikuiditas,BankSistemikdapatmengajukanpermohonanPinjamanLikuiditasKhusus(PLK)kepadaBankIndonesia.

(2) Terhadap permohonan Bank Sistemik sebagaimana dimaksud pada ayat(1),Bank IndonesiaberkoordinasidenganOtoritas JasaKeuanganmemintapenyelenggaraanrapatKSSK.

(3) Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), KSSK membahas danmemutuskan pemberian Pinjaman Likuiditas Khusus (PLK) denganmempertimbangkan:

a. PenilaianolehOtoritasJasaKeuanganyangberis ipalingkuranginformasikondis ikeuanganterkiniBankSistemikyangbersangkutan;dan

b. rekomendasiBankIndonesiadenganmemperhatikanhasilpenilaianyangdilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud padahurufa.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai skema dan mekanisme pemberianPinjaman Likuiditas Khusus (PLK) diatur bersama antaraMenteri KeuangandanGubernurBankIndonesia.

Pasal19

Page 12: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

(1) Bank Indonesia dapat membeli Surat Utang Negara dan/atau SuratBerhargaSyariahNegaraberjangkapanjangsebagaimanadimaksuddalamPasal 16 ayat (1) huruf c di pasar perdana yang diperuntukkan sebagaisumberpendanaanbagiPemerintah.

(2) Sumberpendanaanbagi Pemerintah sebagaimanadimaksudpadaayat (1)dipergunakandalamrangkapemulihanekonominasionaltermasukmenjagakesinambungan pengelolaan keuangan negara, memberikan pinjaman danpenambahanmodalkepadaLembagaPenjaminSimpanan,sertapendanaanuntukrestrukturisasiperbankanpadasaatkris is .

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai skema dan mekanisme pembelian SuratUtang Negara dan/atau Surat Berharga Syariah Negara di pasar perdanapadaayat (1)diaturbersamaantaraMenteriKeuangandanGubernurBankIndonesiadenganmempertimbangkan:

a. kondis i pasar Surat Utang Negara dan/atau Surat Berharga SyariahNegara;

b. pengaruhterhadapinflas i;dan c. jenis SuratUtangNegaradan/atauSuratBerhargaSyariahNegara. BagianKetiga

KewenangandanPelaksanaanKebijakanolehLembagaPenjaminSimpanan

Pasal20

(1) Untuk mendukung pelaksanaan kewenangan KSSK dalam rangkapenanganan permasalahan stabilitas s istem keuangan sebagaimanadimaksuddalamPasal15ayat (1), LembagaPenjaminSimpanandiberikankewenanganuntuk:

a. melakukan pers iapan penanganan dan peningkatan intensitas pers iapanbersama dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk penangananpermasalahansolvabilitasbank;

b. melakukantindakan: 1. penjualan/repo Surat Berharga Negara yang dimiliki kepada Bank

Indonesia; 2. penerbitansuratutang; 3. pinjamankepadapihaklain;dan/atau 4. pinjamankepadaPemerintah, dalam hal Lembaga Penjamin Simpanan diperkirakan akan mengalami

kesulitanlikuiditasuntukpenangananbankgagal; c. melakukan pengambilan keputusan untuk melakukan atau tidak

melakukan penyelamatan bank selain Bank Sistemik yang dinyatakansebagai bank gagal dengan mempertimbangkan antara lain kondis iperekonomian, kompleksitas permasalahan bank, kebutuhan waktupenanganan, ketersediaan investor, dan/atau efektivitas penangananpermasalahan bank serta tidak hanya mempertimbangkan perkiraanbiayayangpalingrendah(leastcosttest);dan

d. merumuskan dan melaksanakan kebijakan penjaminan s impanan untukkelompok nasabah dengan mempertimbangkan sumber dana dan/atauperuntukkan s impanan serta besaran nilai yang dijamin bagi kelompoknasabahtersebutyangdiaturdenganPeraturanPemerintah.

Page 13: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kewenangan LembagaPenjamin Simpanan dalam rangka melaksanakan langkah-langkahpenanganan permasalahan stabilitas s istem keuangan sebagaimanadimaksudpadaayat(1)diaturdenganPeraturanPemerintah.

Pasal21 (1) Pers iapan penanganan dan peningkatan intensitas pers iapan bersama

dengan Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20ayat (1) huruf a antara lain pertukaran data dan informasi terkini dariOtoritas Jasa Keuangan kepada Lembaga Penjamin Simpanan dan/ataupemeriksaan bersama Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga PenjaminSimpananterhadapbankdimaksud.

(2) Pers iapan penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanpada saat bank ditetapkan sebagai bank dalam pengawasan intensif danpeningkatan intensitas pers iapan dilakukan pada saat bank ditetapkansebagaibankdalampengawasankhusus.

Pasal22 (1) Untuk mencegah kris is s istem keuangan yang membahayakan

perekonomian nasional, Pemerintah dapat menyelenggarakan programpenjaminan di luar program penjaminan s impanan sebagaimana yangdiaturdalamUndang-Undangmengenailembagapenjamins impanan.

(2) Ketentuan mengenai lembaga penyelenggara program penjaminan,pendanaan,cakupandanbesarannilaipenjaminansebagaimanadimaksudpadaayat(1)ditetapkandenganPeraturanPemerintah.

BagianKeempat

KewenangandanPelaksanaanKebijakanolehOtoritasJasaKeuangan

Pasal23 (1) Untuk mendukung pelaksanaan kewenangan KSSK dalam rangka

penanganan permasalahan stabilitas s istem keuangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan diberikankewenanganuntuk:

a. memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan untukmelakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, integrasidan/ataukonvers i;

b. menetapkan pengecualian bagi pihak tertentu dari kewajiban melakukanprins ip keterbukaan di bidang pasar modal dalam rangka pencegahandanpenanganankris is s istemkeuangan;dan

c. menetapkanketentuanmengenaipemanfaatanteknologiinformasidalampenyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham atau rapat lain yangberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan wajib dilakukanolehpelakuindustrijasakeuangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kewenangan Otoritas JasaKeuangan dalam rangka melaksanakan kebijakan stabilitas s istemkeuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan PeraturanOtoritasJasaKeuangan.

Page 14: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

BagianKelimaKewenangandanPelaksanaanKebijakanolehPemerintah

Pasal24

(1) Untuk mendukung pelaksanaan kewenangan KSSK dalam rangkapenanganan permasalahan stabilitas s istem keuangan sebagaimanadimaksuddalamPasal15ayat(1),PemerintahdiberikankewenanganuntukmemberikanpinjamankepadaLembagaPenjaminSimpanan.

(2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian pinjaman olehPemerintah kepada Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana dimaksudpadaayat(1)diaturdenganPeraturanMenteriKeuangan.

Pasal25 Pemberian pinjaman oleh Pemerintah kepada Lembaga Penjamin Simpanan

sebagaimanadimaksuddalamPasal24dilakukandalamhalLembagaPenjaminSimpanan mengalami kesulitan likuiditas yang membahayakan perekonomiandan s istem keuangan sebagai dampak pandemiCoronaVirusDisease (COVID-19).

BABIV

KETENTUANSANKSI

Pasal26 (1) Setiap orang yang dengan sengaja mengabaikan, tidak memenuhi, tidak

melaksanakan atau menghambat pelaksanaan kewenangan Otoritas JasaKeuangansebagaimanadimaksuddalamPasal23ayat(1)hurufa,dipidanadengan pidana penjara paling s ingkat 4 (empat) tahun dan pidana dendapaling sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) atau pidanapenjara paling lama12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling banyakRp300.000.000.000,00(tigaratusmiliarrupiah).

(2) Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan olehkorporasi, dipidana dengan pidana denda paling sedikitRp1.000.000.000.000,00(satutriliunrupiah).

BABV

KETENTUANPENUTUP

Pasal27 (1) Biaya yang telah dikeluarkan Pemerintah dan/atau lembaga anggota KSSK

dalam rangka pelaksanaan kebijakan pendapatan negara termasukkebijakan di bidang perpajakan, kebijakan belanja negara termasukkebijakan di bidang keuangan daerah, kebijakan pembiayaan, kebijakanstabilitas s istem keuangan, dan program pemulihan ekonomi nasional,merupakan bagian dari biaya ekonomi untuk penyelamatan perekonomiandarikris is danbukanmerupakankerugiannegara.

(2) Anggota KSSK, Sekretaris KSSK, anggota sekretariat KSSK, dan pejabatatau pegawai Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas JasaKeuangan, serta Lembaga Penjamin Simpanan, dan pejabat lainnya, yangberkaitan dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini, tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana jikadalammelaksanakantugasdidasarkanpadaiktikadbaikdansesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangan.

Page 15: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

(3) Segala tindakan termasuk keputusan yang diambil berdasarkan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang ini bukanmerupakan objek gugatanyangdapatdiajukankepadaperadilantatausahanegara.

Pasal28 PadasaatPeraturanPemerintahPenggantiUndang-Undanginimulaiberlaku: 1. ketentuanjangkawaktuyangdiaturdalamPasal11ayat(2),Pasal17Bayat

(1), Pasal 25 ayat (3), Pasal 26 ayat (1), dan Pasal 36 ayat (1c) Undang-Undang Nomor6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32621sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor16Tahun2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah PenggantiUndang-Undang Nomor5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atasUndang-Undang Nomor6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan TataCara Perpajakan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesiaNomor4999);

2. Pasal 55 ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang BankIndonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843),sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah PenggantiUndang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atasUndang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadiUndang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor7,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor4962);

3. Pasal 12 ayat (3) beserta penjelasannya, Pasal 15 ayat (5), Pasal 22 ayat(3), Pasal 23 ayat (1), Pasal 27 ayat (3), dan Pasal 28 ayat (3) dalamUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor4286);

4. Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaanNegara (LembaranNegaraRepublik IndonesiaTahun2004Nomor5,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor4355);

5. Pasal 22 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004tentangLembagaPenjaminSimpanan(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun 2004 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4420) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan MenjadiUndang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor8,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor4963);

6. Pasal27ayat(1)besertapenjelasannya,Pasal36,Pasal83,danPasal107ayat (2) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan LembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor4438);

7. Pasal 171 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor5063);

Page 16: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

8. Pasal 72 ayat (2) beserta penjelasannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor7,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor5495);

9. Pasal 316 dan Pasal 317 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor9Tahun2015tentangPerubahanKeduaatasUndang-UndangNomor23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesiaNomor5679);

10. Pasal 177 huruf c angka 2, Pasal 180 ayat (6), dan Pasal 182 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,DewanPerwakilanRakyat,DewanPerwakilanDaerah,danDewanPerwakilanRakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568)sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 13 Tahun 2019 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-UndangNomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, DewanPerwakilanRakyat,DewanPerwakilanDaerah,danDewanPerwakilanRakyatDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 181,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor6396);

11. Pasal20ayat(2)danayat(3)Undang-UndangNomor9Tahun2016tentangPencegahan dan Penanganan Kris is Sistem Keuangan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2016 Nomor 70, Tambahan Lembaran NegaraRepublikIndonesiaNomor5872);dan

12. Pasal11ayat(22),Pasal40,Pasal42,danPasal46Undang-UndangNomor20 Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TahunAnggaran 2020 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor198,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor6410),

dinyatakan tidak berlaku sepanjang berkaitan dengan kebijakan keuangannegara untuk penanganan penyebaranCorona Virus Disease 2019 (COVID-19)dan/atau dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakanperekonomian nasional dan/atau stabilitas s istem keuangan berdasarkanPeraturanPemerintahPenggantiUndang-Undangini.

Pasal29 PeraturanPemerintahPenggantiUndang-Undang inimulaiberlakupadatanggal

diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini dengan penempatannya dalamLembaranNegaraRepublikIndonesia.

Page 17: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

DitetapkandiJakartapadatanggal31Maret2020PRESIDENREPUBLIKINDONESIA,ttd.JOKOWIDODODiundangkandiJakartapadatanggal31Maret2020MENTERIHUKUMDANHAKASASIMANUSIAREPUBLIKINDONESIA,ttd.YASONNAH.LAOLYLEMBARANNEGARAREPUBLIKINDONESIATAHUN2020NOMOR87

PENJELASANATAS

PERATURANPEMERINTAHPENGGANTIUNDANG-UNDANGREPUBLIKINDONESIA

NOMOR1TAHUN2020

TENTANG

KEBIJAKANKEUANGANNEGARADANSTABILITASSISTEMKEUANGANUNTUKPENANGANANPANDEMICORONAVIRUSDISEASE2019(COVID-19)DAN/ATAUDALAMRANGKAMENGHADAPIANCAMANYANGMEMBAHAYAKANPEREKONOMIANNASIONAL

DAN/ATAUSTABILITASSISTEMKEUANGAN I. UMUM Padatahun2020ini,duniamengalamibencanapandemiCoronaVirusDisease2019 (COVID-

19). PenyebaranCorona Virus Disease 2019 (COVID-19) membawa ris iko bagi kesehatanmasyarakat dan bahkan telah merenggut korban jiwa bagi yang terinfeksi di berbagaibelahanpenjurudunia,termasukIndonesia.PandemiCorona Virus Disease 2019 (COVID-19) juga secara nyata telah menggangguaktivitasekonomidanmembawaimplikasibesarbagiperekonomiansebagianbesarnegara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakanakan menurun dari 3% (tiga persen) menjadi hanya 1,5% (satu koma lima persen) ataubahkanlebihrendahdariitu.PerkembanganpandemiCoronaVirusDisease2019(COVID-19)jugaberpotensimenggangguaktivitas perekonomian di Indonesia. Salah satu implikasinya berupa penurunanpertumbuhanekonomiIndonesiayangdiperkirakandapatmencapai4%(empatpersen)ataulebih rendah, tergantung kepada seberapa lama dan seberapa parah penyebaran pandemiCoronaVirusDisease 2019 (COVID- 19) memengaruhi atau bahkanmelumpuhkan kegiatanmasyarakatdanaktivitasekonomi.Terganggunya aktivitas ekonomi akan berimplikasi kepada perubahan dalam posturAnggaranPendapatandanBelanjaNegara(APBN)TahunAnggaran2020baiks is iPendapatanNegara, s is i Belanja Negara, maupun s is i Pembiayaan. Potensi perubahan APBN TahunAnggaran2020berasaldariterganggunyaaktivitasekonomiataupunsebaliknya.GangguanaktivitasekonomiakanbanyakberpotensimenggangguAPBNTahunAnggaran2020daris is iPendapatanNegara.

Page 18: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

Responkebijakankeuangannegaradanfiskaldibutuhkanuntukmenghadapi ris ikopandemiCorona Virus Disease 2019(COVID-19), antara lain berupa peningkatan belanja untukmitigasi ris iko kesehatan, melindungi masyarakat dan menjaga aktivitas usaha. Tekananpada sektor keuangan akan memengaruhi APBN Tahun Anggaran 2020 terutama s is iPembiayaan.Implikasi pandemiCorona Virus Disease 2019(COVID-19) telah berdampak pula terhadapancaman semakin memburuknya s istem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunanberbagai aktivitas ekonomi domestik karena langkah-langkah penanganan pandemiCoronaVirusDisease2019(COVID-19)yangberis ikopadaketidakstabilanmakroekonomidans istemkeuangan yang perlu dimitigasi bersama oleh Pemerintah maupun koordinasi kebijakandalam KSSK, sehingga diperlukan berbagai upaya Pemerintah dan lembaga terkait untukmelakukantindakanantis ipasi(forwardlooking)untukmenjagastabilitassektorkeuangan.PenyebaranpandemiCoronaVirusDisease2019 (COVID-19)yangmemberikandampakdanmengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia antara lain karena menurunnya penerimaannegarasertaketidakpastianekonomiglobal,memerlukankebijakandanlangkah-langkahluarbiasa (extraordinary) di bidang keuangan negara termasuk di bidang perpajakan dankeuangan daerah, dan sektor keuangan, yang harus segera diambil Pemerintah danlembaga-lembaga terkait guna mengatasi kondis i mendesak tersebut dalam rangkapenyelamatan kesehatan, perekonomian nasional, dengan fokus pada belanja kesehatan,jaring pengaman sosial (social safety net), serta pemulihan dunia usaha yang terdampak.Oleh karena itu, diperlukan perangkat hukum yang memadai untuk memberikan landasanyang kuat bagi Pemerintah dan lembaga-lembaga terkait untuk pengambilan kebijakan danlangkah-langkahdimaksud.SesuaiPutusanMahkamahKonstitus iNomor138/PUU-VII/2009,kondis itersebutdiatastelahmemenuhi parameter sebagai kegentingan yang memaksa dalam rangka penetapanPeraturanPemerintahPenggantiUndang-Undangantaralain:

a. karena adanya kebutuhanmendesak untukmenyelesaikanmasalah hukum secara cepatberdasarkanUndang-Undang;

b. Undang-UndangyangdibutuhkanbelumadasehinggaterjadikekosonganhukumatautidakmemadainyaUndang-Undangyangsaatiniada;dan

c. kondis ikekosonganhukumyangtidakdapatdiatasidengancaramembuatUndang-Undangsecara prosedur biasa yang memerlukan waktu yang cukup lama sedangkan keadaanyangmendesaktersebutperlukepastianuntukdiselesaikan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dalam kegentingan yang memaksa, sesuai dengan

ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,PresidenberwenangmenetapkanPeraturanPemerintahPenggantiUndang-Undang.

II. PASALDEMIPASAL Pasal1

Cukupjelas.Pasal2

Ayat(1)Hurufa

DalamrangkapenangananpandemiCoronaVirusDisease2019 (COVID-19)yangantaralainberdampakterhadap:a. perlambatanpertumbuhanekonominasional,penurunanpenerimaannegara,dan

peningkatanbelanjanegaradanpembiayaan;dan

Page 19: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

b. memburuknya sistem keuangan, yang ditunjukkan dengan penurunan berbagaiaktivitasekonomidomestik,

Pemerintahperlusegeramengambilkebijakandanlangkah-langkahluarbiasa (extraordinary) di bidang keuangan negara dalam rangkapenyelamatan kesehatan, dan perekonomian nasional, dengan fokuspada belanja untuk kesehatan, jaring pengaman sosial (socialsafetynet), danpemulihanperekonomian termasukuntukduniausahadan masyarakat yang terdampak, serta menjaga stabilitas sektorkeuangan.

Untuk itu, perlu dilakukan penyesuaian besaran defisit anggaran yangmelampaui3%(tigapersen)dariProdukDomestikBruto(PDB).

SetelahmasapenangananpandemiCoronaVirusDisease2019 (COVID-19)dan/ataudalamrangkamenghadapiancamanyangmembahayakanperekonomian nasional, besaran defisit secara bertahap kembalimenjadi paling tinggi sebesar 3% (tiga persen) dari Produk DomestikBruto(PDB)padaTahunAnggaran2023.

Jumlah pinjaman yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan pelebarandefisit tersebut dibatasi maksimal 60% (enam puluh persen) dariProdukDomestikBruto(PDB).

HurufbDenganberlakunyaPeraturanPemerintahPenggantiUndang-Undangini,besaran belanja wajib (mandatory spending) yang terdapat dalamberbagai undang-undang dapat disesuaikan oleh Pemerintah, antaralain:a. Anggaran kesehatan sebesar 5% (lima persen) dari anggaran pendapatan dan

belanja negara di luar gaji, yang diatur dalamUndang-UndangNomor 36 Tahun2009tentangKesehatan;

b. Anggaran untuk desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegarasebesar10%(sepuluhpersen)daridandiluardanaTransferDaerah,yangdiaturdalamUndang-UndangNomor6Tahun2014tentangDesa;dan

c. Besaran Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Dalam Negeri Bersihsebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbanganKeuanganantaraPemerintahdanPemerintahanDaerah.

Penyesuaianbesaranbelanjawajib(mandatoryspending) sebagaimanadimaksud dalam pasal ini tidak dilakukan terhadap pengalokasiananggaran pendidikan sebesar 20% (dua puluh persen) dalam tahunberjalan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang DasarNegaraRepublikIndonesiaTahun1945.

Terhadap daerah yang dilanda maupun yang belum dilanda pandemiCorona Virus Disease 2019 (COVID-19) dapat menggunakan sebagianatauseluruhbelanjainfrastruktursebesar25%(duapuluhlimapersen)dari Dana Transfer Umum (DTU) untuk penanganan pandemi Corona

Page 20: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

Virus Disease 2019 (COVID-19), baik untuk sektor kesehatan maupununtuk jaring pengaman sosial (social safety net) dalam bentukpenyediaan logistik beserta pendistribusiannya dan/atau belanja lainyangbers ifatmendesakyangditetapkanPemerintah.

HurufcCukupjelas.

HurufdPemerintah memberikan kewenangan kepada pejabat perbendaharaandanpejabatpengadaanbarangdanjasauntukmelakukantindakanatasbeban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yanganggaranuntukmembiayaipengeluaranyangbelumtersediaatautidakcukup tersedia tersebut, dalam hal pengadaan barang dan jasa yangterkaitdenganupayapenangananpandemiCoronaVirusDisease2019(COVID-19).

HurufeAngka1

Cukupjelas.Angka2

Yang dimaksud dengan "akumulasi dana abadi pendidikan"adalah akumulasi dana abadi dari tahun-tahun sebelumnya dantidak termasuk pors i dana abadi pendidikan yang dialokasikandalamAnggaranPendapatandanBelanjaNegaratahunberjalan.

Angka3Cukupjelas.

Angka4Cukupjelas.

Angka5Yang dimaksud dengan "Penyertaan Modal Negara" adalahpenyertaan modal negara yang bers ifatfresh money (danasegar).

HuruffCukupjelas.

HurufgCukupjelas.

HurufhCukupjelas.

HurufiYang dimaksud dengan "penyesuaian alokasi Transfer ke Daerah danDanaDesa"antaralainberupa:1. penyesuaian alokasi Dana Bagi Hasil dilakukan berdasarkan perkembangan

perekonomiandan/ataupenerimaannegara;2. penyesuaianalokasiDanaAlokasiUmumperdaerahberdasarkankriteriatertentu

yangditetapkanMenteriKeuangan;3. penambahan/penguranganalokasiDanaTransferKhusus,pengalihanalokasiantar

bidang DAK Fisik atau penyesuaian penggunaan Dana Transfer Khusus karenakondisitertentuyangmembutuhkananggaranmendesak;dan/atau

4. penyesuaianpaguanggaranDanaDesa.

Yangdimaksuddengan "pengutamaanpenggunaanDanaDesa"adalahdapat digunakan antara lain untuk bantuan langsung tunai kepadapenduduk miskin di desa dan kegiatan penanganan pandemiCoronaVirusDisease2019(COVID-19).

Hurufj

Page 21: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

Hibah kepada pemerintah daerah diberikan dalam rangka penangananbencana alam, bencana non alam, bencana kemanusiaan dan/ataukebijakan stimulus fiskal dalam rangka mengurangi dampak ekonomiatasbencanatersebut.

HurufkCukupjelas.

Ayat(2)Cukupjelas.

Pasal3Ayat(1)

Yang dimaksud dengan "pengutamaan penggunaan alokasi anggaran untukkegiatan tertentu (refocusing)" termasuk kewenangan Pemerintah Daerahuntukmelakukanperubahanalokasiantarprogram.

Ayat(2)Cukupjelas.

Pasal4Cukupjelas.

Pasal5Ayat(1)

HurufaContoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak badandalamnegeridanbentukusahatetap:PenghasilanKenaPajakPTApadaTahunPajak2020sebesarRp1.000.000.000,00.PajakPenghasilanyangterutanguntukTahunPajak2020:22%xRp1.000.000.000,00=Rp220.000.000,00.

HurufbContoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak badandalamnegeridanbentukusahatetap:PenghasilanKenaPajakPTApadaTahunPajak2022sebesarRp1.500.000.000,00.PajakPenghasilanyangterutanguntukTahunPajak2022:20%xRp1.500.000.000,00=Rp300.000.000,00.

Ayat(2)Cukupjelas.

Ayat(3)Cukupjelas.

Pasal6Ayat(1)

Cukupjelas.Ayat(2)

Cukupjelas.Ayat(3)

Pedagang luar negeri atau penyedia jasa luar negeri dapat melakukantransaksi penjualan menggunakan sarana Perdagangan Melalui SistemElektronik(PMSE)miliksendiri,misalnyapedagangeceransecaradaring(retailonline).Selain itu,pedagang luarnegeriataupenyedia jasa luarnegeridapatmelakukan transaksi penjualan menggunakan sarana PenyelenggaraPerdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) dalam negeri atauPenyelenggaraPerdaganganMelaluiSistemElektronik(PPMSE)luarnegeri.

Model bisnis Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE)antara lainmarketplace atau penyediaplatform/pelantar sebagai wadahtempatpedagangluarnegeriataupenyediajasaluarnegeridapatmemasangpenawaranbarangdan/ataujasa.

Ayat(4)

Page 22: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

Cukupjelas.Ayat(5)

Cukupjelas.Ayat(6)

Cukupjelas.Ayat(7)

Cukupjelas.Ayat(8)

Cukupjelas.Ayat(9)

Cukupjelas.Ayat(10)

Cukupjelas.Ayat(11)

Yangdimaksuddengan"perwakilan"adalahpihakyangditunjukolehpedagangluar negeri, penyedia jasa luar negeri, dan/atau Penyelenggara PerdaganganMelalui Sistem Elektronik (PPMSE) luar negeri, yang antara lain dapat berupabadandiIndonesia.

Ayat(12)Cukupjelas.

Ayat(13)Cukupjelas.

Pasal7Cukupjelas.

Pasal8Cukupjelas.

Pasal9Cukupjelas.

Pasal10Cukupjelas.

Pasal11Cukupjelas.

Pasal12Ayat(1)

Cukupjelas.Ayat(2)

DalamPeraturanPresidendimaksudantaralainmemuat:a. Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yangmemuat rinc ian besaran

PendapatanNegara,BelanjaNegara,surplus/defisitanggaran,danPembiayaanAnggaran;dan

b. Pokok-pokok rinc ian Anggaran Pendapatan Negara, Belanja Negara, dan PembiayaanAnggaran.

Pasal13

Cukupjelas.Pasal14

Cukupjelas.Pasal15

Ayat(1)Yang dimaksud dengan "Komite Stabilitas Sistem Keuangan" adalah komiteyangmenyelenggarakanpencegahandanpenanganankris is s istemkeuanganuntuk melaksanakan kepentingan dan ketahanan negara di bidangperekonomian sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenaipencegahandanpenanganankris is s istemkeuangan.

Page 23: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

Koordinasi diselenggarakan berdasarkan permintaan salah satu atau lebihanggotadandikoordinasikanolehSekretariatKSSK.Hurufa

Kewenangan KSSK untuk menyelenggarakan rapat koordinasi tidakterbatas pada adanya indikasi permasalahan dari protokolmanajemenkris is masing-masinganggotaKSSKyangdapatmemengaruhistabilitass istem keuangan. Langkah-langkah penanganan permasalahanstabilitas s istem keuangan yang ditetapkan dalam rapat koordinasidimaksud termasuk dalam hal menetapkan batas waktu mulai danberakhirnya kondis i ancaman terhadap perekonomian dan/ataustabilitass istemkeuangan.

HurufbSkema pemberian dukungan Pemerintah yang ditetapkan oleh KSSKmerupakan bentuk peran serta dan kehadiran negara dalam rangkamengatasi permasalahan s istem keuangan yang membahayakanperekonomian nasional dengan mengalokasikan anggaran padaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk mendukungupayamewujudkanstabilitass istemkeuangan.

Ayat(2)Transkrip rapat dicetak oleh Sekretaris KSSK dan dokumen hasil cetakantersebut disampaikan kepada Anggota KSSK untuk dilakukan pemarafandan/atau penandatanganan kemudian yang mempunyai kekuatan hukummengikatsejakpengambilankeputusandalamrapatKSSKtersebut.

Ayat(3)Cukupjelas.

Pasal16Ayat(1)

HurufaYangdimaksuddengan"BankSistemik"adalahBankSistemikmenurutUndang-Undang mengenai pencegahan dan penanganan kris is s istemkeuangan.

HurufbCukupjelas.

HurufcCukupjelas.

HurufdCukupjelas.

HurufeCukupjelas.

HuruffCukupjelas.

Ayat(2)Cukupjelas.

Ayat(3)Cukupjelas.

Pasal17Cukupjelas.

Pasal18Cukupjelas.

Pasal19Cukupjelas.

Pasal20Ayat(1)

Hurufa

Page 24: PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 …

Cukupjelas.Hurufb

KetentuaniniberlakupulauntukbankselainBankSistemik.Hurufc

Cukupjelas.Hurufd

Kelompok nasabah penyimpan berdasarkan kepemilikannya antara lainnasabah individu, Pemerintah Pusat/Daerah, dan Badan/lembaga yangdibentuk oleh Undang-Undang untuk melakukan pengelolaan danamasyarakat.

Ayat(2)Cukupjelas.

Pasal21Cukupjelas

Pasal22Cukupjelas

Pasal23Ayat(1)

HurufaPerintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan berlaku baik untuklembaga jasa keuangan yang melakukan penggabungan, peleburan,pengambilalihan, integrasi dan/atau konvers i maupun lembaga jasakeuangan yangmenerima penggabungan, peleburan, pengambilalihan,integrasidan/ataukonvers i.

HurufbYangdimaksuddengan"pihaktertentu"adalahemitenatauperusahaanpublik yang pernyataan pendaftaran telah menjadi efektif menurutUndang-Undangmengenaipasarmodal.

HurufcKetentuan yang dapat diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan antara lainmengenai bentuk dan cara interaksi serta partis ipasi antar pesertasertabentukrisalahrapat.

Ayat(2)Cukupjelas.

Pasal24Cukupjelas.

Pasal25Cukupjelas.

Pasal26Cukupjelas

Pasal27Cukupjelas.

Pasal28Cukupjelas

Pasal29Cukupjelas.

TAMBAHANLEMBARANNEGARAREPUBLIKINDONESIANOMOR6485