bab iii pelaksanaan penelitian - · pdf filesebagian besar penduduk kampung naga berprofesi...

35
24 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana penelitian ini dilakukan hingga didapatkan karakteristik sistem kepemilikan lahan yang berlaku dalam hukum pertanahan adat di wilayah Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga. 3.1 Lokasi Penelitian Kasepuhan Ciptagelar Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan GPS handheld didapatkan koordinat lintang dan bujur lokasi Kasepuhan Ciptagelar yaitu (06 o 45’47.9” S; 106 o 29’16.9”E). Secara administratif Kasepuhan Ciptagelar terletak di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Jarak Kampung Ciptagelar dari pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi 103 km dan 203 km arah barat Bandung. Pusat pemerintahan Kasepuhan Ciptagelar berada di ketinggian 1,200 meter diatas permukaan laut. Gambar 3.1 Lokasi Kasepuhan Ciptagelar (Google Earth, 2008)

Upload: buiminh

Post on 06-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

24  

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana penelitian ini dilakukan hingga

didapatkan karakteristik sistem kepemilikan lahan yang berlaku dalam hukum

pertanahan adat di wilayah Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga.

3.1 Lokasi Penelitian

Kasepuhan Ciptagelar

Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan GPS handheld

didapatkan koordinat lintang dan bujur lokasi Kasepuhan Ciptagelar yaitu

(06o45’47.9” S; 106o29’16.9”E). Secara administratif Kasepuhan Ciptagelar terletak

di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat.

Jarak Kampung Ciptagelar dari pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi 103 km dan

203 km arah barat Bandung. Pusat pemerintahan Kasepuhan Ciptagelar berada di

ketinggian 1,200 meter diatas permukaan laut.

 

Gambar 3.1 Lokasi Kasepuhan Ciptagelar (Google Earth, 2008)

Page 2: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

25  

Wilayah Kasepuhan Ciptagelar merupakan daerah cekungan yang dikelilingi

oleh Gunung Surandil, Gunung Karancang, dan Gunung Kendeng. Menurut

keterangan dari masyarakat adat total luas wilayah Kasepuhan Ciptagelar adalah

sekitar 70.000 Ha (Sucipta, pres. com. 20071). Sebagian besar wilayah Kasepuhan

Ciptagelar berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun–Salak.

Di kawasan pegunungan Halimun-Salak terdapat sejumlah perkampungan

diantaranya adalah Cicarucub, Cisungsang, Cicemet, Sirnagalih, Cikadu, Citorek,

Pulanggaran dan Cipalanggaran, yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lebak,

Banten, serta Kampung Ciptagelar, Cipulus, dan Kampung Ciptarasa, yang berada

dalam wilayah Kabupaten Sukabumi. Kasepuhan Ciptagelar merupakan pusat

orientasi budaya, adat istiadat, ekonomi maupun politis bagi perkampungan lain yang

berada di sekitarnya yang disebut dengan Kasepuhan Banten Kidul.

Gambar 3. 2 Peta wilayah Ciptagelar dan TNGHS (Wisudawanto, 2008)

                                                            1 Wawancara dengan Encup Sucipta, Ketua adat Kasepuhan Ciptagelar, pada tanggal 7 April 2007.

Page 3: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

26  

Kampung Naga

Berdasarkan hasil pengamatan GPS handheld didapatkan koordinat UTM

lokasi Kampung Naga yaitu (X,Y) = (830398.597;9185298.859). Secara administratif

Kampung Naga termasuk ke dalam Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten

Tasikmalaya, Jawa Barat. Desa Neglasari memiliki luas sekitar 305 Ha, wilayahnya

terbagi atas delapan dusun atau setingkat dengan rukun warga (RW). Wilayah

Kampung Naga sendiri berada pada ketinggian 500 m diatas permukaan laut,

dibagian utara Kampung Naga berbatasan dengan Kampung Nangtang kecamatan

Cigalontang, bagian timur dibatasi oleh sungai Ciwulan, bagian selatan berbatasan

dengan bukit dan jalan raya yang menghubungkan Garut dengan Tasikmalaya.

Sedangkan dibagian barat dibatasi oleh Bukit Naga yang sekaligus juga menjadi batas

pemisah Kampung Naga dengan Kampung Babakan.

 

Gambar 3.3 Lokasi Kampung Naga (Suparwati, et al, 2008)

Topografi wilayah Kampung Naga merupakan perpaduan bukit dengan kaki

bukit. Permukaan tanah di bagian Barat lebih tinggi dibanding permukaan tanah di

sebelah timur. Dalam masayarakat Sunda, kondisi permukaan tanah seperti itu

Lokasi Kampung Naga

Page 4: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

27  

dinamakan “taneuh bahe ngetan” yang artinya letak permukaan tanahnya agak miring

kearah Timur. Berdasarkan teori dan kepercayaan masyarakat adat sebuah daerah

yang memiliki kemiringan tanah seperti itu merupakan tempat ideal, baik pemukiman

maupun pertanian. Kepercayaan seperti itu secara rasional bisa dipahami karena

derah yang memiliki kemiringan tanah ke arah timur akan memperoleh sinar matahari

pagi yang lebih banyak. Keadaan tersebut akan memungkinkan penghuni daerah

tersebut akan lebih sehat dan tanaman pertanian pun dapat tumbuh lebih subur.

Wilayah Kampung Naga yang memiliki luas 1,5 Ha merupakan wilayah yang

tetap. Wilayah tersebut tidak dapat diperluas lagi karena aturan adat tidak

membolehkan perluasan wilayah Kampung Naga. Ketika jumlah penduduk Kampung

Naga terus bertambah dan wilayah Kampung Naga sudah tidak dapat lagi

menampung penduduknya, maka masyarakat Kampung Naga dapat tinggal di luar

wilayah Kampung Naga dengan tetap mengikuti aturan adat Kampung Naga. Dari

kondisi ini muncul dua istilah kelompok masyarakat Kampung Naga berdasarkan

tempat tinggalnya, yaitu Masyarakat Naga yang merupakan masyarakat yang tinggal

di dalam wilayah Kampung Naga, dan masyarakat Sanaga yaitu masyarakat adat

Kampung Naga yang tinggal di luar wilayah Kampung Naga.

Sebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, baik

pemilik lahan maupun petani penggarap. Sistem pertanian yang digunakan di

Kampung Naga masih bersifat tradisional. Masyarakat lebih banyak menanam padi

dibandingkan tanaman pertanian lainnya. Padi, dalam pandangan masyarakat

pertanian tradisional di Kampung Naga memiliki nilai magis yang terkait dengan

kemakmuran hidup pemiliknya. Tanaman padi dianggap sebagai titisan Dewi Sri

Pohaci yang merupakan lambang kesuburan. Karena itu, semakin luas sawah atau

ladang seseorang, maka semakin makmur pula pemilik lahan tersebut dari sudut

pandang masyarakat Kampung Naga.

Page 5: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

28  

3.2. Pengumpulan Data

3.2.1 Masyarakat Adat

Kasepuhan Ciptagelar

Kasepuhan Ciptagelar merupakan komunitas masyarakat adat yang masih

memegang teguh hukum adat dalam kehidupan sehari-harinya, termasuk pengaturan

dalam bidang pertanahan. Selain itu masyarakat Kasepuhan Ciptagelar memiliki pola

hidup semi-nomaden yang telah lama ditinggalkan oleh sebagian besar komunitas

masyarakat adat di Indonesia terutama di Pulau Jawa.

Kasepuhan Ciptagelar dihuni oleh 60 kepala keluarga. Profesi utama sebagian

besar Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar adalah petani. Masyarakat Kasepuhan

Ciptagelar percaya bahwa padi hasil pertanian mereka merupakan sumber

kesejahteraan bagi masyarakatnya sehingga mereka sama sekali tidak menjual padi

tersebut kepada orang di luar dari wilayah kasepuhan. Ciri masyarakat ini termasuk

ke dalam jenis masyarakat subsisten, yaitu masyarakat yang dapat memenuhi

kebutuhan dirinya sendiri (Hernandi, 2005). Terdapat upacara-upacara spiritual yang

dilakukan oleh masyarakat adat yang berkaitan dengan kegiatan pertanian mereka,

yaitu upacara spiritual pada saat bercocok tanam padi dan panen yang diberi nama

mitembeyan yang merupakan upacara spiritual khas masyarakat adat sunda yang

berisi rasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui simbolisasi Dewi Sri

Pohaci yang diperlambangkan oleh seikat padi yang diberi baju kebaya kemudian

disimpan di lumbung padi atau disebut dengan leuit. Selain mitembeyan, perayaan

pesta adat yang paling besar adalah acara seren taun. Acara ini dilakukan setelah

panen raya padi untuk memberikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

dilakukan beserta seluruh masyarakat kasepuhan sehingga acara ini dapat juga

dijadikan acara hiburan dan ajang sosialisasi bagi lingkungan masyarakat kasepuhan.

Masyarakat adat di Kasepuhan Ciptagelar meyakini bahwa mereka adalah

keturunan dari kerajaan Pajajaran walaupun sampai saat ini belum ditemukan bukti

tertulis yang membenarkan pernyataan tersebut. Namun jika dilihat dari sisi ekologis

maupun kultural, komunitas adat di Kasepuhan Ciptagelar memiliki kemiripan

dengan daerah lain di Jawa Barat yang dianggap bekas wilayah Kerajaan Pajajaran,

Page 6: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

29  

salah satu contoh kemiripan tersebut terletak pada sistem mata pencaharian utama

komunitas masyarakat Kasepuhan Ciptagelar dengan sistem mata pencaharian pada

masa kerajaan Pajajaran atau Sunda yaitu sebagai petani ladang.

Masyarakat adat Ciptagelar sangat menjaga adat istiadat dan tradisi mereka,

hal ini dapat dilihat dari kepatuhan mereka terhadap ajaran dan perintah dari para

leluhurnya. Salah satu bentuk kepatuhan ini diwujudkan dalam menjalankan perintah

untuk hidup secara nomaden yaitu hidup secara berpindah-pindah dalam kurun waktu

tertentu, perintah untuk berpindah ini dikeluarkan oleh ketua adat setelah

mendapatkan wangsit, yaitu merupakan perintah leluhur yang didapat melalui mimpi.

Secara harfiah, wangsit berarti bisikan atau imbauan yang bersifat gaib. Menurut

kepercayaan penduduk setempat, wangsit berasal dari leluhur atau nenek moyang.

(Wisudawanto, 2008). Sejak tahun 1387 tercatat bahwa Kasepuhan Ciptagelar yang

merupakan pusat pemerintahan dari Kasepuhan Banten Kidul telah berpindah tempat

sebanyak 11 kali. Secara berurutan lokasi perpindahan pusat Kasepuhan Ciptagelar

adalah sebagai berikut:

1. Lebak Parang 2. Lebak Pinoh 3. Tegal Lumbuh 4. Pasir Talaga 5. Desa Bojong Cisono 6. Cicemet 7. Desa Cicadas 8. Desa Ciganas 9. Desa Linggarjati 10. Ciptarasa 11. Ciptagelar

Menurut masyarakat adat alasan kepindahan pusat Kasepuhan adalah semata-

mata karena wangsit dari leluhur mereka yang disampaikan melalui ketua adat dan

tidak ada kaitannya dengan tingkat kesuburan lahan di daerah yang akan ditempati.

Hal ini dapat di benarkan karena selama ini daerah yang akan mereka tempati adalah

bekas tanah garapan warga yang tingkat kesuburannya sebenarnya telah menurun.

Page 7: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

30  

Ketika masyarakat adat pindah ke lokasi perkampungan yang baru, maka

perkampungan yang lama tidak harus di bongkar

Kasepuhan Banten Kidul terdiri dari sejumlah perkampungan yang tersebar di

sekitar kawasan pegunungan Halimun, ada sekitar 560 perkampung yang termasuk ke

dalam Kasepuhan Banten Kidul (Karma, pres. com. 20072). Keseluruhan

perkampungan tersebut berafiliasi kepada pusat pemerintahan yaitu Kasepuhan

Ciptagelar dalam hal adat istiadat dan tradisi, jika ada acara adat yang

diselenggarakan di Kaspuhan Ciptagelar maka setiap perkampungan yang termasuk

ke dalam Kasepuhan Banten Kidul mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti

upacara adat tersebut.

Kampung Naga

Masyarakat Kampung Naga masih memegang teguh hukum adatnya

walaupun secara geografis wilayah Kampung Naga sangat mudah dijangkau sehingga

pengaruh kebudayaan, pola hidup, dan teknologi dari luar sebenarnya dapat dengan

mudah diterima oleh masyarakat Kampung Naga namun sampai saat ini mereka tetap

setia menjalani dan mematuhi adat istiadat yang diajarkan oleh para leluhur mereka.

Selain itu masyarakat adat di Kampung Naga juga memiliki berbagai sistem

pengetahuan lokal yang masih tetap dipertahankan antara lain yaitu berkaitan dengan

penyelarasan hubungan manusia dengan alam dan lingkungan. Dalam hubungan itu

masyarakat adat di Kampung Naga demi kelangsungan hidupnya mencoba

melindungi tempat tinggalnya melalui usaha menjaga kelestarian wilayahnya dengan

adanya leuweung larangan dan leuweung titipan yang merupakan dua wilayah hutan

di Kampung Naga yang sangat dijaga kelestariannya oleh masyarakat Kampung

Naga. (Suganda, 2006).

Masyarakat di Kampung Naga meyakini bahwa leluhur mereka bernama Singaparna

yang merupakan seorang abdi dari Sunan Gunung Jati. Singaparna ditugasi untuk

menyebarkan agama Islam kebagian barat Jawa Barat. Kemudian ia sampai ke daerah

                                                            2 Wawancara dengan Karma, salah satu Baris Kolot Kasepuhan Ciptagelar, pada tanggal 24 Desember 2007.

Page 8: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

31  

yang sekarang bernama Desa Neglasari. Di desa tersebut, Singaparna oleh

masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparna. Suatu hari

Singaparna bersemedi, dalam persemediannya Singaparna mendapat petunjuk untuk

mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga. Sembah Dalem

Singaparna atau yang disebut juga dengan Eyang Galunggung dimakamkan di bagian

barat Kampung Naga. Sampai saat ini tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya

Sembah Dalem Singaparna meninggal dunia. Menurut keyakinan masyarakat

Kampung Naga, Sembah Dalem Singaparna tidak meninggal dunia namun

menghilang di lokasi makam Singaparna.

Sebetulnya masyarakat Kampung Naga memiliki catatan mengenai sejarah

dan asal-usul leluhurnya. Bahkan, mereka menjaga benda-benda pusaka yang

diharapkan mampu menyingkap sejarah berdirinya Kampung Naga. Namun pada

tahun 1956 Kampung Naga dan beberapa wilayah lain di Priangan Timur

dibumihanguskan oleh Pasukan DI/TII Kartosuwiryo sehingga benda-benda pusaka

dan catatan sejarah tersebut ikut hangus terbakar. Akibat peristiwa tersebut sampai

saat ini sejarah mengenai berdirinya Kampung Naga dan asal-usul leluhurnya lebih

banyak disampaikan secara lisan.

3.2.2 Sistem Kepemimpinan Adat

Kasepuhan Ciptagelar

Dalam sistem kepemerintahan adatnya, Kasepuhan Ciptagelar dipimpin oleh

seorang ketua adat atau disebut dengan Kolot Girang. Saat ini jabatan kolot girang

dipegang oleh Ugi Sugriana Rakasiwi yang lebih dikenal dengan nama Abah Ugi.

Abah Ugi mulai memimpin Kasepuhan Ciptagelar setelah ayahnya, Encup Sucipta,

yang juga merupakan pemimpin adat Kasepuhan Ciptagelar sebelumnya, meninggal

dunia pada tanggal 6 November 2007. Kepemimpinan Kasepuhan Ciptagelar

diturunkan dari Encup Sucipta kepada anaknya Abah Ugi berdasarkan wangsit.

Dalam menjalankan tugasnya, kolot girang dibantu oleh baris kolot yang

terdiri dari beberapa orang yang dianggap sebagai sesepuh masyarakat Ciptagelar.

Page 9: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

32  

Baris kolot bertugas sebagai penasehat kolot girang dalam menentukan kebijakan dan

membuat keputusan.

Selain Kasepuhan Ciptagelar, terdapat 560 dusun lain yang berafiliasi secara

adat pada Kasepuhan Ciptagelar. Setiap dusun memiliki perwakilan adat yang disebut

dengan kolot lembur. Selain kolot lembur tiap dusun memiliki pejabat-pejabat dusun

yang memiliki tugas tertentu, diantaranya mabeurang (dukun bayi), bengkong (dukun

sunat), paninggaran (memagari lahan pertanian secara gaib dari serangan hama), juru

doa, juru pantun, dukun jiwa, dukun tani dan juru sawer untuk menjalankan fungsi

keamanan.

Kampung Naga

Ada dua sistem kepemimpinan yang mengatur kehidupan masyarakat

Kampung Naga, baik itu warga yang tinggal di dalam wilayah Kampung Naga

maupun warga yang tinggal di luar Kampung Naga tetapi masih terikat kepada adat

istiadat kampung Naga. Dua sistem kepemimpinan tersebut yaitu Kepemimpinan

Administratif dan Kepemimpinan Adat.

Kepemimpinan administratif pemerintahan desa terdiri dari Rukun Kampung

(RK) dan Rukun Tetangga (RT). Ketua RK yang dijabat oleh seorang warga

Kampung Naga membawahi dua RT di wilayah Kampung Naga dan beberapa RT

lagi di luar wilayah Kampung Naga. Ketua RK dan RT dipilih oleh masyarakat

Kampung Naga.

Kepemimpinan adat di Kampung Naga dipegang oleh satu orang kepala adat

yang disebut dengan kuncen. Seorang kuncen dipilih dan ditetapkan dengan

memenuhi syarat tertentu sehingga tidak mungkin diikuti oleh sembarang orang.

Syarat pertama calon kuncen adalah pria dewasa yang memperoleh wangsit dari

leluhurnya. Syarat berikutnya adalah pemenuhan tiga kriteria, yaitu turunan,

katurunan, dan taat ngalaksanakeun katurunan (Suganda,2006). Turunan merupakan

pembuktian bahwa calon kuncen tersebut merupakan keturunan Sembah Dalem

Eyang Singaparna. Katurunan adalah orang yang secara langsung memperoleh

pengetahuan tentang adat-istiadat, tata cara, dan tradisi masyarakat Kampung Naga

Page 10: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

33  

yang biasanya diajarkan secara lisan dan turun temurun. Sedangkan “taat

ngalaksanakeun katurunan” mengandung makna bahwa seorang calon kuncen yang

telah memiliki pengetahuan mengenai adat-istiadat dan tradisi Kampung Naga harus

merupakan orang yang dituakan di dalam masyarakat, karena seorang kuncen

nantinya akan memegang tanggung jawab dalam mempertahankan nilai-nilai

kehidupan dan tradisi masyarakat yang dipimpinnya. Pemilihan kuncen dilakukan

secara musyawarah oleh para sesepuh Kampung Naga.

Selain kuncen, terdapat pula jabatan-jabatan lain yang memiliki tugas tertentu

dalam sistem pemerintahan adat Kampung Naga. Jabatan tersebut adalah Punduh dan

Lebe. Seorang punduh, atau disebut pula Kepala Kampung bertugas untuk

mengkoordinasikan segala sesuatu pada saat pelaksanaan upacara adat serta

memanggil masyarakat Kampung Naga yang berada di luar wilayah Kampung Naga

untuk menghadiri acara adat. Lebe adalah orang yang bertugas memimpin doa pada

saat upacara atau perayaan adat, seperti pada saat hajat bulanan, khitanan dan

pernikahan. Seorang lebe juga bertugas untuk mengurus jenazah jika ada warga

Kampung Naga yang meninggal dunia.

3.2.3 Hukum Adat

Kasepuhan Ciptagelar

Hukum adat yang berlaku di Kasepuhan Ciptagelar bersifat tidak tertulis.

Hukum adat tersebut telah diterapkan oleh leluhur masyarakat Kasepuhan Ciptagelar

yang kemudian diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan. Masyarakat adat di

Kasepuhan Ciptagelar sangat mematuhi hukum dan aturan adat yang berlaku. Mereka

percaya bahwa hukum dan aturan adat yang ada bertujuan untuk menciptakan

kesejahteraan dan memfasilitasi keberlangsungan hidup masyarakat Kasepuhan

Ciptagelar sendiri. Sikap kepatuhan dan kesetiaan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar

terhadap hukum dan aturan adat muncul dari keyakinan mereka terhadap adanya

pamali, yaitu merupakan istilah adat untuk bentuk hukuman atau ganjaran yang

merupakan sanksi yang akan didapat oleh anggota masyarakat adat jika melanggar

hukum dan peraturan adat, sanksi tersebut dapat berupa sanksi sosial maupun sanksi

Page 11: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

34  

fisik yang diberikan oleh pemimpin adat atau masyarakat adat. Dalam menjalankan

aturan-aturan adat Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar tidak mendapatkan paksaan

atau desakan dari Ketua Adatnya. Jika mereka melanggar aturan-aturan tersebut,

mereka tidak akan mendapatkan teguran ataupun hukuman melainkan akan

mendapatkan walatan atau kualat yaitu suatu hukuman yang tidak bisa dilihat secara

fisik, namun dapat dirasakan langsung oleh si pelanggar hukum tersebut, bisa berupa

sakit atau bahkan kematian (Irwansyah, 2008). Dengan adanya kepercayaan

masyarakat adat terhadap pamali dan kualat maka dengan sendirinya masyarakat adat

terus menjaga dan melestarikan hukum adat yang telah diberlakukan sejak dahulu

kala.

Hukum adat yang berlaku di Kasepuhan Ciptagelar memiliki nilai kearifan

yang tinggi terutama yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan. Bagi masyarakat

adat Kasepuhan Ciptagelar alam merupakan warisan dari leluhur dan harus terus

dijaga untuk kehidupan masyarakat. Nilai kearifan lingkungan dalam hukum adat di

Ciptagelar terwujud dalam peraturan-peraturan adat mengenai pengelolaan dan

penggunaan lahan di wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar. Masyarakat Kasepuhan

Ciptagelar sangat menjaga hutan dan lingkungan tempat mereka tinggal mereka

meyakini bahwa jika hutan, sumber mata air, dan lahan pertanian yang ada di

lingkungan mereka dijaga maka keberlangsungan dan kesejahteraan hidup mereka

juga akan terjaga pula.

Ada berbagai usaha yang dilakukan oleh masyarakat adat Kasepuhan

Ciptagelar dalam rangka menjaga kelestarian hutan. Beberapa diantaranya yaitu

membentuk Pamswakarsa yang bertugas melakukan patroli hutan dan menjaga hutan

dari kegiatan penebangan liar, Pamswakarsa beranggotakan masyarakat adat dari

Kasepuhan Ciptagelar yang bekerja secara sukarela (Karma, pres. com. 20073). Selain

membentuk Pamswakarsa ketua adat Kasepuhan Ciptagelar secara rutin menanam

pohon di hutan yang telah gundul dan pada tanah kosong dalam wilayah Kasepuhan.

Abah Anom yang merupakan ketua adat sebelum kepemimpinan Abah Ugi telah

                                                            3 Wawancara dengan Karma, salah satu Baris Kolot Kasepuhan Ciptagelar, pada tanggal 24 Desember 2007. 

Page 12: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

35  

menanam tidak kurang dari 10 ribu pohon damar untuk menghijaukan kembali

wilayah hutan yang telah gundul.

Kampung Naga

Bagi masyarakat adat di Kampung Naga, alam khususnya hutan memiliki

nilai yang sangat penting. Kekayaan hasil dan fungsi hutan tak ternilai harganya

dalam menjaga keberlangsungan hidup mereka. Secara rohaniah, hutan juga telah

membentuk sistem nilai, budaya dan tradisi dalam peradaban warga Kampung Naga

(Suganda,2006). Keterkaitan rohaniah warga Kampung Naga dengan alam terutama

hutan juga memberikan pengaruh terhadap hukum dan peraturan adat di Kampung

Naga. Hukum dan peraturan adat di Kampung Naga banyak yang secara tidak

langsung merupakan bentuk dari kepedulian masyarakat adat untuk menjaga

kelestarian alam dan memelihara keseimbangan hubungan manusia dengan alam.

Masyarakat Kampung Naga beranggapan bahwa Kampung Naga merupakan

tanah warisan leluhur mereka untuk anak cucunya, sehingga mereka berkewajiban

untuk menjaganya. Dalam kehidupan sehari-harinya, kewajiban itu diterapkan pada

tradisi yang mengandung nilai-nilai kearifan, selain itu dalam hal-hal tertentu juga

berlaku istilah tabu. Misalnya ketika mengangkat barang ke dalam wilayah Kampung

Naga, seberat apapun barang tersebut, mereka tidak boleh menggunakan kendaraan

atau alat angkut apapun. Ketika membawa barang masyarakat Kampung Naga harus

membawa barang tersebut dengan cara dipikul atau dipanggul di atas bahu.

Pantangan lain bagi masyarakat Kampung Naga adalah tidak menggunakan hewan

penarik beban seperti kuda atau sapi. Karena itu, kedua hewan tersebut termasuk tabu

untuk dipelihara di Kampung Naga. Di Kampung Naga juga tidak diperbolehkan

untuk menggunakan energi listrik. Penduduk Kampung Naga khawatir akan terjadi

kebakaran karena rumah mereka yang terbuat dari kayu dan beratap ijuk sangat

mudah terbakar. Selain itu juga mereka mengkhawatirkan akan terjadi kesenjangan

sosial jika energi listrik masuk ke Kampung Naga.

Jika dikaji lebih mendalam, semua peraturan dan tabu yang berlaku pada

masyarakat adat Kampung Naga bermuara pada tujuan untuk menjaga kebersihan dan

Page 13: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

36  

kelestarian Kampung Naga, tanah warisan leluhur mereka. Jika berada di luar wilayah

adat, masyarakat Kampung Naga tidak diwajibkan untuk melaksanakan peraturan

adat tersebut. Masyarakat Kampung Naga masih dapat menggunakan kendaraan atau

alat angkut apapun untuk bepergian atau mengangkut barang selama berada di luar

wilayah Kampung Naga.

3.2.4 Hukum Pertanahan Adat

Kasepuhan Ciptagelar

Salah satu hal yang diatur oleh hukum adat masyarakat Kasepuhan Ciptagelar

adalah bidang pertanahan. Hukum pertanahan di Ciptagelar mengatur mengenai batas

wilayah adat, aturan pembagian lahan, aturan mengenai penataan ruang wilayah adat,

dan aturan-aturan lain yang menyangkut bidang pertanahan. Sama halnya dengan

hukum dan peraturan adat dalam bidang kehidupan lain hukum adat dalam bidang

pertanahan di wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar, walaupun bersifat tidak tertulis,

namun sangat dipatuhi oleh masyarakat adat.

Dalam hukum adat terdapat hubungan yang sangat erat antara manusia dengan

tanah. Bagi masyarakat Kasepuhan Ciptagelar tanah memiliki nilai yang sangat

penting, arti bernilai disini bukan hanya berarti bernilai secara ekonomi melainkan

tanah juga dianggap sakral dan suci, menurut masyarakat adat tanah merupakan

warisan dari leluhur mereka yang harus terus dijaga karena tanah merupakan tempat

bagi manusia untuk menjalani dan melanjutkan kehidupannya.

Pemanfaatan lahan oleh masyarakat Kasepuhan Ciptagelar sangat berorientasi

pada pelestarian lingkungan yang berlandaskan kepada kepatuhan terhadap aturan

yang dibuat oleh leluhur mereka. Bentuk usaha pelestarian lingkungan salah satunya

dapat dilihat dari teknologi pertanian yang digunakan. Sebagai komunitas masyarakat

yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani sawah dan ladang

masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar tetap menjaga tingkat kesuburan tanah dan

menghindari pengrusakan lingkungan sekitar akibat aktivitas pertanian mereka

caranya yaitu dengan menerapkan teknologi pertanian tradisional.

Page 14: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

37  

Kampung Naga

Bidang pertanahan juga diatur dalam Hukum dan peraturan adat yang berlaku

di Kampung Naga. Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya masyarakat Kampung

Naga merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga tanah tempat mereka tinggal

sebagai warisan dari para leluhur. Tanah memiliki nilai yang sangat penting dan

sakral bagi masyarakat Kampung Naga. Hukum pertanahan adat di Kampung Naga

mengatur mengenai pemilikan, penggunaan tanah, jenis hak yang dimilliki

masyarakat adat atas tanah milik adat dan juga aturan tata ruang wilayah adat.

3.2.5 Pemanfaatan Lahan dan Tata Ruang Wilayah Adat

Kasepuhan Ciptagelar

Lahan bukaan yang dikuasai oleh Komunitas Adat Banten Kidul memiliki luas

sekitar 70.000 Ha (Sucipta, pres. com. 20074). Wilayah seluas 70.000 Ha tersebut

terdiri dari 6 Ha wilayah pemukiman Kasepuhan Ciptagelar dan ratusan hektar

diantaranya merupakan lahan bukaan yang dikuasai oleh masyarakat adat.

Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar menerapkan sistem tata ruang wilayah adatnya

dengan mengacu kepada pelestarian lingkungan dan ajaran para leluhurnya.

 

Gambar 3.4 Denah Pusat Kasepuhan Ciptagelar (Rudie RA. 2005)                                                             4 Wawancara dengan Encup Sucipta, Ketua adat Kasepuhan Ciptagelar, pada tanggal 7 April 2007. 

Page 15: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

38  

Pembagian wilayah di Kasepuhan Banten Kidul dapat dibagi menjadi dua

bagian utama yaitu wilayah olahan (cultivation area) dan wilayah non-olahan (non-

cultivation area) (Abdulharis, et al, 2007). Wilayah olahan terbagi menjadi dua jenis

yaitu wilayah milik adat yang merupakan daerah Kasepuhan Banten Kidul dan

wilayah yang sudah bukan milik adat. Wilayah milik adat dibagi lagi menjadi tiga

bagian yaitu:

- Wilayah yang digunakan untuk keperluan adat, salah satunya adalah

pusat Kasepuhan Ciptagelar.

- Wilayah adat yang dimanfaatkan oleh masyarakat adat namun hasilnya

digunakan untuk keperluan adat, misalnya sawah dan ladang milik

adat.

- Wilayah adat yang dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat adat,

contohnya adalah pemukiman dan lahan pertanian.

Wilayah non-olahan merupakan daerah hutan diluar wilayah 70.000 Ha yang

telah disebutkan sebelumnya. Di wilayah non-olahan ini masyarakat adat tidak dapat

secara bebas memanfaatkan lahan.Wilayah non-olahan di Kasepuhan Banten Kidul

dibagi menjadi tiga bagian yaitu leuweung tutupan, leuweung titipan, dan leuweung

garapan. Leuweung tutupan merupakan bagian hutan yang sama sekali tidak boleh

dimasuki oleh siapapun tanpa seizin dari sesepuh adat selain itu masyarakat juga

dilarang untuk mengambil kayu dan hasil hutan lain dari wilayah hutan ini. Leuweung

tutupan sebenarnya merupakan wilayah hutan dimana terdapat sumber mata air,

masyarakat Kasepuhan Ciptagelar percaya bahwa jika sumber mata air terus dijaga

maka keberlangsungan hidup dan kelestarian alam akan tetap terpelihara, oleh karena

itu mereka terus menjaganya secara turun-temurun dengan dilandasi oleh

kepercayaan akan pamali dan kepatuhan terhadap ajaran serta perintah leluhur

mereka.

Sama seperti leuweung tutupan, di dalam wilayah leuweung titipan

masyarakat adat juga tidak diperbolehkan untuk memasuki dan mengambil hasil

hutan maupun memanfaatkan lahannya, tetapi ada pengecualian jika hasil hutan

tersebut dipergunakan untuk keperluan adat. Leuweung titipan merupakan wilayah

Page 16: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

39  

hutan dari Kasepuhan Ciptagelar yang di siapkan untuk memperluas pemanfaatan

lahan di masa yang akan datang baik itu untuk pemukiman maupun untuk pertanian.

Leuweung garapan merupakan wilayah yang digunakan untuk pemanfaatan

lahan oleh masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, baik itu untuk keperluan tempat

tinggal, lahan pertanian, maupun untuk tempat mendirikan bangunan milik adat. Di

wilayah leuweung garapan masyarakat dapat mengambil hasil hutan dan

memanfaatkan lahan untuk apapun, tetapi tetap harus berlandaskan pelestarian

lingkungan.

Selain tiga wilayah hutan yang telah disebutkan sebelumnya, di wilayah non-

olahan juga terdapat wilayah yang disebut daerah pamali, yaitu merupakan dareah

yang tidak boleh digarap maupun ditempati oleh masyarakat adat yang diantaranya

adalah pematang (gundukan tanah), sirah cai (sumber mata air), lemah gunting

(pertemuan dua sungai kecil), dan tempat-tempat yang menjadi pamali (larangan)

serta angker (Wisudawanto, 2008).

Untuk lebih jelasnya mengenai pengaturan lahan di Kasepuhan Banten Kidul

dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3. 5 Penguasaan tanah adat di Kesepuhan Banten Kidul (Wisudawanto, 2008)

Page 17: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

40  

Kampung Naga

Kawasan pemukiman masyarakat Kampung Naga dikelilingi oleh lahan

pertanian sawah dan hutan. Selain bangunan rumah, di kawasan pemukiman juga

dibangun kolam-kolam sebagai tempat penampungan air dan sekaligus menjadi

tempat memelihara ikan. Secara ekologis, pola perkampungan di Kampung Naga

mencerminkan pola lingkungan masyarakat Sunda yang umumnya terdapat di daerah-

daerah pedesaan (Suganda,2006). Dalam pola tersebut, terdapat tiga elemen penting

yang saling mendukung dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yaitu, rumah

sebagai tempat tinggal, sumber air yang selalu tersedia, dan kebun serta kolam ikan.

Pemisahan antara wilayah pemukiman dan lahan pertanian sangat jelas di

terapkan di Kampung Naga. Wilayah pemukiman memiliki luas 1,5 Ha, dimana

didalamnya terdapat 111 bangunan yang terdiri dari 108 rumah penduduk, sebuah

masjid, sebuah balai pertemuan, dan sebuah bangunan untuk menyimpan benda

pusaka. Selain itu di wilayah pemukiman ini juga terdapat lumbung padi, dan kolam

ikan. Pada wilayah pemukiman sama sekali tidak terdapat lahan pertanian. Wilayah

pemukiman memiliki batas yang jelas berupa pagar bambu yang mengelilinginya, dan

kolam-kolam ikan yang ada di sebelah Utara. Daerah di luar wilayah pemukiman

Kampung Naga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Naga dan Sanaga sebagai lahan

pertanian.

Salah satu kelebihan dalam penataan bangunan di Kampung Naga adalah

kemampuan masyarakatnya dalam melakukan harmonisasi dengan lingkungan

sekitarnya. Dengan kearifan lokal yang dimiliki, mereka berusaha menyesuaikan

kebutuhannya akan lahan pemukiman dengan memperhitungkan topografi

wilayahnya yang berbukit-bukit. Tempat yang menjadi lahan pemukiman mereka

merupakan daerah yang permukaannya tidak rata dengan kemiringan yang berpotensi

menimbulkan bencana longsor. Untuk menghindari terjadinya longsor, masyarakat

membuat sengkedan yang diperkuat dengan susunan batu kali, sehingga bentuknya

menyerupai teras dan terlihat artistik. Karena tidak menggunakan campuran semen

dan pasir sebagai penguat, air yang berasal dari daerah yang lebih tinggi tetap masih

Page 18: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

41  

dapat mengalir ke daerah yang lebih rendah melalui celah-celah susunan batu

tersebut.

Karena pemukiman Kampung Naga memiliki lokasi yang tetap dan luasnya

tidak dapat bertambah maka peruntukan lahan dalam tata ruang wilayah adatnya

berprinsip kepada efisiensi dengan tidak mengabaikan faktor ekologis dalam menjaga

keseimbangan lingkungannya. Pola pemanfaatan lahan di Kampung Naga dapat

dibagi ke dalam tiga kategori kawasan, yaitu kawasan suci, kawasan bersih, dan

kawasan kotor (Suganda, 2006).

a. Kawasan Suci

Kawasan suci merupakan kawasan milik Kampung Naga yang tidak boleh

dimasuki oleh sembarang orang. Kawasan ini selalu dijaga kelestarian dan

kesuciannya dari pengaruh luar dan diawasi secara bersama oleh warga Kampung

Naga. Kawasan suci ini merupakan sebuah bukit kecil yang berada di sebelah barat

pemukiman masyarakat Kampung Naga.

Pada bukit tersebut terdapat hutan kecil yang disebut leuweung larangan yang

artinya adalah hutan yang penuh dengan pantangan dan tidak boleh dimasuki tanpa

izin dari kuncen. Di leuweung larangan ini terdapat tempat yang dipercaya

masyarakat sebagai makam leluhur Kampung Naga. Secara rutin masyarakat

kampung naga bersama-sama melakukan ziarah ke makam leluhur mereka dalam

suatu bentuk upacara adat. Tidak jauh dari leuweung larangan terdapat tempat

pemakaman masyarakat Kampung Naga, yang letaknya lebih tinggi dari lokasi

pemukiman.

Page 19: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

42  

Gambar 3. 6 Wilayah Leuweung Larangan yang berbatasan langsung dengan

pemukiman Kampung Naga

Selain leuweung larangan, di kawasan bukit tersebut juga terdapat wilayah

yang disebut leuweung tutupan yang merupakan daerah hutan yang ditumbuhi

berbagai jenis tanaman keras berumur puluhan dan ratusan tahun. Adanya leuweung

tutupan merupakan suatu bentuk nyata kepedulian dan tanggung jawab masyarakat

untuk menjaga dan melestarikan hutan.

b. Kawasan Bersih

Kawasan bersih merupakan daerah lokasi pemukiman warga Kampung Naga.

Pada daerah seluas 1.5 Ha ini, selain menjadi tempat didirikannya bangunan–

bangunan rumah dengan gaya arsitektur tradisional Sunda, terdapat pula leuit, mesjid,

bumi ageung, dan bale patemon. Leuit adalah lumbung tempat menyimpan padi atau

gabah hasil panen. Sedangkan bale patemon merupakan sebuah tempat pertemuan,

baik pada saat mereka melakukan musyawarah maupun pada saat menerima

kunjungan tamu. Bangunan bale patemon letaknya berdampingan dengan mesjid.

Bumi ageung merupakan sebuah bangunan yang dikelilingi pagar bambu. Bangunan

tanpa jendela tersebut merupakan tempat untuk menyimpan benda-benda pusaka

milik adat. Bumi ageung tidak boleh dimasuki oleh sembarangan orang tanpa seizin

Leuweung Larangan 

Page 20: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

43  

kuncen. Bangunan tersebut sangat dijaga dan dipelihara kesuciannya oleh masyarakat

Kampung Naga.

Gambar 3.7 Pemukiman di Kampung Naga yang merupakan bagian dari

kawasan bersih

c. Kawasan kotor

Kawasan kotor berada pada daerah yang permukaan tanahnya lebih rendah.

Kawasan tersebut letaknya bersebelahan dengan sungai Ciwulan yang sekaligus

menjadi batas Kampung Naga di sebelah timur.

Bangunan yang terdapat pada kawasan kotor umumnya merupakan bangunan

penunjang untuk keperluan kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Naga,

bangunan tersebut diantaranya adalah tempat pancuran yang biasa digunakan untuk

mandi dan cuci serta keperluan sehari-hari lainnya. Selain itu terdapat pula kandang

ternak, kolam, dan saung lisung atau tempat menumbuk padi.

Page 21: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

44  

Gambar 3.8 Kolam ikan di Kampung Naga merupakan bagian dari kawasan

kotor

3.2.6 Hak Penguasaan Atas Tanah Dalam Hukum Pertanahan Nasional

Dalam hukum pertanahan nasional hak penguasaan atas tanah diatur dalam

Undang-Undang Petanahan Nasional (UUPA). Hak-hak penguasaan atas tanah

berisikan serangkaian wewenang, kewajiban, dan larangan bagi pemegang haknya

untuk berbuat sesuatu dengan tanah dimana hak tersebut melekat, hal ini yang

menjadi pembeda antara berbagai hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam

hukum pertanahan nasional (Harsono,1997).

Dalam UUPA diatur dan sekaligus ditetapkan tata jenjang atau hiererkhi hak-

hak penguasaan atas tanah dalam hukum tanah nasional (Harsono,1997), yaitu:

1. Hak Bangsa Indonesia yang disebut dalam pasal 1, sebagai hak penguasaan

atas tanah yang tertinggi.

2. Hak Menguasai dari Negara yang disebut dalam pasal 2.

3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat yang disebut dalam pasal 3.

4. Hak-hak perorangan atau individual, terdiri atas:

a. Hak-hak atas Tanah sebagai hak-hak individual yang semuanya secara

langsung ataupun tidak langsung bersumber pada Hak Bangsa, yang

disebutkan dalam pasal 16 dan pasal 53.

Page 22: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

45  

b. Wakaf, yaitu Hak Milik yang sudah diwakafkan, tercantum dalam

pasal 49.

c. Hak Jamin atas Tanah yang disebut “Hak Tanggungan” dalam pasal

25, 33, 39, dan 51.

3.3 Pengolahan Data

3.3.1 Identifikasi Sistem Kepemilikan Lahan Dalam Hukum Pertanahan Adat

Sistem kepemilikan lahan dapat diidentifikasi berdasarkan empat aspek yaitu:

Aspek jenis hak penguasaan atas tanah (right), batasan kepemilikan hak (restriction),

dan bentuk tanggung jawab atas kepemilikan tanah (responsibility), dan Aspek

sistem pendaftaran tanah

3.3.1.1 Jenis Hak Penguasaan Atas Lahan

Hak-hak penguasaan atas tanah berisikan serangkaian wewenang, kewajiban

dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu dengan tanah yang di

hakinya. Sesuatu yang boleh, wajib dan/atau dilarang untuk diperbuat itulah yang

merupakan pembeda antara berbagai hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam

suatu hukum tanah (Harsono,1997). Isi dari tiap-tiap hak penguasaan ialah

(Peranginangin, 1979):

- Kewajiban-kewajiban tertentu

- Wewenang-wewenang tertentu

- Larangan-larangan tertentu

Kasepuhan Ciptagelar

Masyarakat adat di Kasepuhan Ciptagelar dapat memiliki lahan yang

digunakan sebagai tempat tinggal atau lahan pertanian, kepemilikan lahan ini

diberikan oleh pemimpin adat kepada masyarakat asli Kasepuhan Ciptagelar maupun

masyarakat luar yang ingin tinggal di dalam wilayah Kasepuhan Ciptagelar. Jenis hak

atas tanah yang ada di Kasepuhan Ciptagelar dapat dibagi menjadi tiga jenis hak

Page 23: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

46  

yaitu: Hak Persekutuan, Hak Pemanfaatan Lahan Pemukiman, dan Hak

Pengelolaan Lahan Pertanian.

Kampung Naga

Jenis hak atas tanah yang ada dalam hukum pertanahan Kampung Naga dapat

dibagi menjadi tiga jenis hak, yaitu: Hak Persekutuan, Hak Pemanfaatan Lahan

Pemukiman, dan Hak Pengelolaan Lahan Pertanian. Dalam mengelola lahan baik

itu untuk pemukiman maupun untuk pertanian masyarakat adat harus mengikuti

aturan yang diberikan oleh sesepuh adat. Masyarakat adat hanya dapat mendirikan

bangunan untuk tempat tinggal di wilayah yang telah ditentukan dengan ukuran,

bentuk, dan arah hadap rumah yang ditentukan oleh sesepuh adat

3.3.1.2 Batasan Kepemilikan Hak

Dalam hukum pertanahan nasional kata “tanah” dipakai dalam arti yuridis,

sebagai pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA. Berdasarkan pasal 4

UUPA dapat disimpulkan bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan

bumi (Pasal 4 ayat 1 UUPA). Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian

tertentu permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan

lebar (Harsono,1997).

Dalam pasal 2 UUPA dinyatakan bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya

memberikan wewenang untuk mempergunakan sebagian tertentu permukaan bumi

yang bersangkutan, yang disebut “tanah”, tetapi juga tubuh bumi yang ada di

bawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya. Dengan demikian maka yang

dipunyai dengan hak atas tanah itu adalah tanahnya, dalam arti sebagian tertentu dari

permukaan bumi. Tetapi wewenang menggunakan yang bersumber pada hak tersebut

diperluas hingga meliputi juga penggunann sebagian tubuh bumi yang ada di bawah

tanah dan air serta ruang yang ada di atasnya (Harsono,1997). Hal tersebut

mengakibatkan terjadinya pemisahan vertikal terhadap arti tanah dalam hukum

pertanahan nasional, yaitu dipisahkannya objek yang ada diatas maupun dibawah

permukaan bumi dari arti tanah sebagai bagian permukaan bumi yang memiliki batas.

Page 24: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

47  

Batas teridentifikasi dalam dua bentuk, yaitu fixed boundary dan general

boundary (Dale dan McLaughlin, 1999). Dilihat dari segi bahasa, fix berarti tetap,

jelas atau kuat, sedangkan general merupakan kebalikan dari fix yang berarti umum,

tidak tetap, dan tidak spesifik. Fix boundary hanya dapat terjadi apabila garis batas

presisi sudah dapat ditentukan. Sedangkan pemanfaatan prinsip general boundary

dapat terjadi apabila batas dari suatu wilayah tidak dapat ditentukan secara presisi

(Irwansyah,2008).

Kasepuhan Ciptagelar

Bentuk batas untuk pemanfaatan lahan yang ada di Kasepuhan Ciptagelar

dikategorikan sebagai general boundary. Hal tersebut dapat dilihat dari sudut

pandang adat mengenai batas wilayahnya, bahwa Kasepuhan Ciptagelar memiliki

batas wilayah yang sebagian besar tidak pasti. Berdasarkan wawancara dengan Abah

Anom, batas wilayah Ciptagelar tidak dapat didefinisikan seluruhnya. Beberapa

wilayah tidak dapat diketahui secara pasti batasnya karena sudah berbaur dengan

wilayah non adat, contohnya adalah Desa Sirnarasa dan Kasepuhan Sirnaresmi.

Sedangkan wilayah lainnya memiliki batas yang cukup jelas, diantaranya adalah

wilayah yang berbatasan langsung dengan hutan titipan dan hutan tutupan

(Wisudawanto, 2008).

Objek batas yang biasanya mewakili titik batas wilayah Kasepuhan Ciptagelar

adalah pohon tertentu, arca, batu dan situs. Batas antara hutan dengan wilayah bukaan

masyarakat biasanya ditandai dengan adanya jalan setapak atau langsung berbatasan

antara tepi hutan dengan tepi wilayah garapan dan pemukiman. Sedangkan batas

antara wilayah garapan warga dengan hutan ditandai dengan adanya pamatang atau

timbunan tanah di sisi terluar lahan garapan. Objek batas berupa pohon yang biasa

dipakai oleh penduduk Ciptagelar adalah pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon

Botol (Mascarena lagenicaulis). Pada dasarnya pohon hanjuang dan pohon botol

dipergunakan oleh penduduk adat untuk menolak bala. Pohon tersebut ditanam di

sekeliling rumah warga, walaupun tidak semua warga menanamnya. Secara tidak

langsung, pohon tersebut membatasi wilayah garapannya (Wisudawanto,2008).

Page 25: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

48  

Gambar 3.9 Pohon Hanjuang sebagai batas pemukiman

Gambar 3.10 Batas antara hutan titipan dan pemukiman

Kampung Naga

Bentuk batas untuk pemanfaatan lahan yang ada di Kampung Naga

dikategorikan sebagai fix boundary. Hal ini disimpulkan berdasarkan adanya batas

yang pasti dan tetap di wilayah Kampung Naga. Batas tersebut berupa pagar bambu

Page 26: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

49  

untuk wilayah pemukiman, dan batu kali untuk persil tanah tempat didirikannya

bangunan tempat tinggal.

Gambar 3.11 Pagar bambu sebagai batas wilayah pemukiman

 

  

Gambar 3.12 Batu kali sebagai batas bangunan rumah

Pagar bambu sebagai batas 

Batu kali sebagai batas 

Page 27: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

50  

Di wilayah Kampung Naga yang seluas 1,5 Ha tidak terdapat lahan pertanian,

lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat terletak diluar wilayah pemukiman dan

sudah merupakan lahan pribadi milik masyarakat yang telah disertifikatkan. Beberapa

lahan pertanian yang dikelola oleh masyarakat adat hasilnya dimanfaatkan untuk

keperluan adat (Risman, pres. com. 20085).

3.3.1.3 Bentuk Tanggung Jawab Atas Kepemilikan Lahan

Kekuatan Hak Ulayat Berlaku Kedalam

Kewajiban utama penguasa adat yang bersumber pada hak ulayat ialah

memelihara kesejahteraan dan kepentingan anggota masyarakat hukumnya, menjaga

jangan sampai timbul perselisihan mengenai penguasaan dan pemakaian tanah.

Berdasarkan tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan masyarakat adat pemimpin

adat tidak diperbolehkan mengasingkan seluruh atau sebagian tanah wilayahnya

kepada siapapun. Penguasa adat berwenang untuk menunjuk hutan-hutan tertentu

sebagai hutan cadangan, yang tidak boleh dibuka oleh sembarang orang. Penguasa

adat jugaberwenang untuk menunjuk tanah-tanah tertentu untuk dipakai guna

keperluan bersama atau keperluan adat, misalnya untuk pemakaman, lahan pertanian,

masjid, dan lain-lain (Harsono,1997).

Dalam mendayagunakan lahan masyarakat di Kasepuhan Ciptagelar dan

Kampung Naga sangat berorientai kepada pelestarian lingkungan. Peraturan dalam

bidang pertanahan di Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga bertujuan untuk

menjaga kelestarian lingkungan.

Kekuatan Hak Ulayat Berlaku Keluar

Hak ulayat dipertahankan dan dilaksanakan oleh pemimpin dan masyarakat

hukum adat yang bersangkutan. Orang-orang yang bukan masyarakat hukum adat

yang bermaksud mengambil hasil hutan, berburu, atau membuka tanah, dilarang

untuk masuk lingkungan tanah wilayah suatu masyarakat hukum adat, tanpa izin

                                                            5  Wawancara dengan Risman, Ketua Rukun Tetangga (RT), Kampung Naga, Desa Neglasarai, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, pada tanggal 31 Januari 2008. 

Page 28: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

51  

penguasa adatnya. Orang-orang yang bukan masyarakat hukum adat yang membuka

tanah atau mengambil hasil hutan tanpa izin berarti telah melakukan suatu tindak

pidana menurut hukum adat.

3.3.1.4 Sistem Pendaftaran Tanah

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan,

pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam

bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah, termasuk pemberian surat

tanda bukti hak bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya (Harsono,1997).

Ada tiga tipe pendaftaran tanah (Dale and Mclaughlin, 1999) yaitu: registration of

titles (pendaftaran hak), registration of deeds (pendaftaran akta), dan private

conveyancing. Dalam tipe registration of titles terdapat buku tanah sebagai dokumen

yang memuat data yuridis dan data fisik serta diterbitkannya sertifikat sebagai surat

tanda bukti hak yang didaftarkan. Pembukuan dalam buku tanah dan penerbitan

sertifikat merupakan bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang haknya

dan bidang tanahnya telah didaftarkan (Harsono,1997). Dalam tipe registration of

deeds pendaftaran hanya untuk dokumen kepemilikan atas tanahnya saja, dalam tipe

pendaftaran ini tidak didaftarkan hak atas tanahnya. Dalam tipe pendaftaran tanah

private conveyancing pengalihan kepemilikan hak atas tanah dilakukan berdasarkan

kesepakatan pribadi antara pemilik hak atas tanah yang lama kepada pemilik hak atas

tanah yang baru, tanpa ada pengawasan, pencatatan, dan perekaman data perpindahan

hak secara langsung (Dale and Mclaughlin, 1999).

Kasepuhan Ciptagelar

Sistem pendaftaran tanah di Kasepuhan Ciptagelar merupakan sistem

pendaftaran private conveyancing. Hal tersebut dapat dilihat dari proses untuk

memperoleh hak pengelolaan lahan dan tanda bukti yang diberikan oleh adat kepada

pemilik hak pengelolaan lahan. Proses untuk mendapatkan hak pengelolaan lahan

adat di Kasepuhan Ciptagelar dilakukan dengan cara meminta izin secara langsung

Page 29: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

52  

kepada sesepuh dan pemimpin adat, Proses atau tahapan seorang warga yang ingin

memiliki garapan pada sebidang tanah pada daerah bukaan yaitu sebagai berikut

(Irwansyah, 2008):

1. Ketua adat menetukan wilayah bukaan di tanah ulayat Kasepuhan Ciptagelar

yang boleh digarap oleh warga

2. Warga memilih lokasi sebidang tanah untuk digarap

3. Meminta nasihat

Maksud dari meminta nasihat yaitu warga meminta nasihat kepada Ketua

Adat mengenai sebidang tanah yang akan digarap oleh seorang warga.

Adapun biasanya informasinya yang ditanyakan oleh warga yaitu :

Lokasinya, maksudnya yaitu apakah lokasinya sudah mengikuti aturan

adat atau belum

Posisi rumah, maksudnya yaitu bagaimana posisi rumah yang baik

menurut aturan adat

Apakah konstruksi rumah yang akan dibuat sudah mengikti aturan

adat atau belum

4. Warga mulai menggarap sebidang tanah, baik untuk membuat rumah maupun

membuat sawah atau ladang

5. Garapan tersebut sudah bisa dimiliki oleh warga

Dalam sistem pertanahan di Kasepuhan Ciptagelar tidak ada tanda bukti

kepemilikan hak yang diberikan kepada pemilik hak pengelolaan lahan, kekuatan

status kepemilikan hak hanya berdasarkan pengakuan pemimpin dan masyarakat adat.

Kampung Naga

Sistem pendaftaran tanah di Kampung Naga merupakan sistem pendaftaran

tanah private conveyancing. Masyarakat Kampung Naga dapat mendirikan tempat

tinggal di wilayah adat dengan cara meminta izin dari kuncen Kampung. Tidak ada

bukti tertulis atas kepemilikan hak yang diberikan kepada masyarakat yang tinggal

dan mendirikan rumah di wilayah Kampung Naga, kekuatan status kepemilikan hak

hanya berdasarkan pengakuan pemimpin dan masyarakat adat.

Page 30: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

53  

Lahan pemukiman dan lahan pertanian di Kampung Naga dipisahkan dengan

jelas, sehingga masyarakat adat hanya dapat mendirikan bangunan tempat tinggal di

tempat yang telah ditentukan. Pemisahan lahan pemukiman di Kampung Naga telah

ada sejak Kampung Naga berdiri dan sampai saat ini luas wilayah pemukiman

Kampung Naga tidak bertambah. Lahan pertanian di Kampung Naga berada diluar

wilayah lahan pemukiman. Lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat adat

bukan merupakan lahan milik adat, telah ada proses pembuatan sertifikat atas lahan

pertanian yang dimiliki oleh masyarakat adat.

3.3.2 Identifikasi Hak Penguasaan Atas Tanah Dalam Hukum Pertanahan Adat

Kasepuhan Ciptagelar

Dalam hukum pertanahan adat Kasepuhan Ciptagelar, prinsip kepemilikan

atas tanah mengacu kepada kepentingan adat dengan tujuan menjaga keharmonisan

masyarakat adat dengan alam sehingga kelestarian alam tetap terjaga. Berdasarkan

hukum adat keseluruhan lahan di wilayah Kasepuhan Ciptagelar merupakan lahan

milik adat. Siapapun dapat tinggal dan mendirikan rumah di dalam wilayah

Kasepuhan Ciptagelar asalkan mampu mengikuti aturan serta tradisi adat di

Kasepuhan Ciptagelar. Masyarakat adat juga dapat memanfaatkan tanah untuk lahan

pertanian setelah diberikan izin oleh pemimpin adat dan mengikuti aturan adat dalam

melakukan kegiatan pertanian, seperti ketentuan masa panen, teknologi pertanian

yang digunakan, dan larangan menjual hasil panen berupa padi.

Jenis kepemilikan tanah adat di Kasepuhan Ciptagelar dapat dibagi menjadi

tiga jenis hak atas tanah yang sepadan dengan hak atas tanah dalam hukum

pertanahan nasional. Ketiga jenis hak atas tanah yang ada di hukum adat Kasepuhan

Ciptagelar yaitu: Hak ulayat, Hak perseorangan, dan Hak menggarap tanah.

a. Hak Persekutuan, merupakan hak yang dimiliki oleh adat secara komunal hak

ini meliputi seluruh lahan di wilayah Kasepuhan Ciptagelar. Hak ini merupakan

hak terkuat dan hak paling dasar dari sistem hukum pertanahan adat di

Kasepuhan Ciptagelar.

Page 31: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

54  

b. Hak Perseorangan, merupakan hak yang dimiliki oleh masyarakat adat untuk

mendirikan tempat tinggal di wilayah Kasepuhan Ciptagelar

c. Hak Menggarap Tanah, hak ini diberikan oleh pemimpin adat kepada

masyarakat adat untuk memanfaatkan tanah sebagai lahan pertanian.

Kampung Naga

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masyarakat Kampung Naga jika

dilihat dari sisi tempat dimana mereka tinggal terbagi menjadi dua kelompok, yaitu

masyarakat Naga dan Sanaga. Kedua kelompok masyarakat Kampung Naga tersebut

terikat kepada aturan dan adat istiadat yang sama, oleh karena itu mereka disebut

sebagai persekutuan masyarakat adat. Persekutuan masyarakat Kampung Naga

berhak atas tanah tempat dimana mereka hidup, mempunyai hak-hak tertentu atas

tanah tersebut, dan melaksanakan hak tersebut baik keluar maupun ke dalam

persekutuan masyarakat adat. Dalam aturan pertanahan di Kampung Naga dapat

diidentifikasi tiga jenis hak dalam pemanfaatan lahan, yaitu: hak persekutuan, hak

pengelolaan lahan pertanian dan hak pemanfaatan lahan pemukiman.

a. Hak Persekutuan

Hak persekutuan atas tanah tercermin dalam hukum pertanahan adat yang

berlaku di Kampung Naga, hal tersebut dapat dilihat dari arti tanah bagi masyarakat

Kampung Naga dan juga hubungan antara manusia dengan tanah yang ada di

Kampung Naga. Masyarakat adat di Kampung Naga memiliki hubungan yang sangat

erat dengan tanah tempat mereka tinggal, tanah yang merupakan warisan dari leluhur

mereka dianggap sakral dan suci. Masyarakat Kampung Naga memiliki kewajiban

moral dalam menjaga tanah di wilayah mereka.

b. Hak Menggarap Tanah

Lahan pertanian di Kampung Naga terletak di luar wilayah pemukiman, jenis

hak yang dimiliki oleh masyarakat adat atas lahan pertaniannya merupakan hak milik

yang diberikan oleh pemerintah Indonesia dengan tanda bukti berupa sertifikat

Page 32: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

55  

kepemilikan atas lahan pertanian. Luas total lahan pertanian di Kampung Naga adalah

sekitar 6 Ha, dengan total 120 kepala keluarga, maka rata-rata kepemilikan lahan

pertanian adalah 297 m2 per kepala keluarga. Masyarakat Kampung Naga mengolah

lahan pertaniannya dengan menerapkan aturan-aturan adat dalam bidang pertanian,

misalnya dengan tidak menggunakan traktor untuk membajak sawah, tetapi cukup

dengan menggunakan cangkul. Sedangkan tenaga kerja yang dilibatkan dalam

kegiatan pertanian berasal dari keluarga sendiri atau berdasarkan pada upaya saling

bantu dengan anggota masyarakat lainnya tanpa memperhitungkan upah sebagai

imbalannya.

Masyarakat adat yang memiliki lahan pertanian dapat melakukan jual beli atas

lahan pertanian miliknya. Kegiatan jual beli lahan pertanian tidak diatur secara

khusus dalam hukum pertanahan adat di Kampung Naga, warga yang memiliki lahan

pertanian dapat dengan bebas melakukan proses jual beli dan sewa menyewa lahan

pertanian.

c. Hak Perseorangan

Lahan pemukiman di Kampung Naga yang memiliki luas 1,5 Ha merupakan

lahan milik adat. Dalam hukum pertanahan adat di Kampung Naga, persekutuan

masyarakat adat memiliki hak penuh atas tanah yang menjadi lahan pemukiman

mereka. Dalam perspektif masyarakat adat Kampung Naga, objek kepemilikan hak

atas tempat tinggal dibagi menjadi dua yaitu, objek lahan dimana bangunan tempat

tinggal tersebut berdiri, dan objek bangunan yang merupakan tempat tinggal itu

sendiri. Objek lahan merupakan milik adat dan dikuasai oleh adat, pemberian dan

pengaturan hak atas penggunaan lahan pemukiman kepada masyarakat diatur oleh

adat. Siapapun dapat memiliki hak untuk membangun rumah dan tinggal di dalam

wilayah pemukiman Kampung Naga setelah mendapatkan izin dari kuncen dan

mampu mengikuti aturan serta adat istiadat yang berlaku di Kampung Naga. Pada

awal berdirinya Kampung Naga leluhur mereka telah mengkapling-kapling lahan

yang dipersiapkan untuk pemukiman warganya dengan menggunakan batu kali. Luas

tiap kapling rata-rata adalah 6 x 8 meter . Bentuk, jumlah, dan kapling tanah tersebut

Page 33: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

56  

tidak berubah sampai saat ini. Hal ini merupakan salah satu dari aturan adat dimana

masyarakat tidak boleh memperluas lahan Kampung Naga, dengan mnambah jumlah

atau memperluas kapling untuk membangun rumah. (Risman, pers. com. 20086).

Masyarakat Naga yang tinggal di dalam wilayah pemukiman Kampung Naga

hanya berhak atas bangunan rumah di atas lahan tersebut. Bangunan rumah penduduk

yang ada di wilayah pemukiman Kampung Naga dapat diperjualbelikan secara bebas

baik antar masyarakat Kampung Naga sendiri maupun dengan masayarakat diluar

Kampung Naga, sedangkan lahan dimana tempat bangunan rumah itu berdiri

merupakan milik adat dan tidak dapat diperjualbelikan maupun disewakan.

Bentuk dan arah muka rumah di dalam wilayah pemukiman Kampung naga

harus dibangun dengan mengikuti aturan adat. Letak rumah dibangun membujur dari

Utara ke Selatan, masing-masing rumah tidak boleh saling membelakangi namun

harus saling berhadapan satu sama lainnya dan rumah dibangun dengan bentuk rumah

panggung.

3.3.3 Parameter Identifikasi Karakteristik Hak Penguasaan Atas Tanah Dalam

Hukum Pertanahan Nasional

Dalam pasal 16 ayat 1 UUPA disebutkan terdapat delapan jenis hak atas tanah

sebagai hak individu yang ada di Indonesia yaitu :

a. hak milik

b. hak guna-usaha

c. hak guna-bangunan

d. hak pakai

e. hak sewa

f. tanah hak membuka tanah

g. hak memungut-hasil hutan

                                                            6  Wawancara dengan Risman, Ketua Rukun Tetangga (RT), Kampung Naga, Desa Neglasarai, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, pada tanggal 31 Januari 2008.

Page 34: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

57  

h. hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang

akan ditetapkan dengan Undang-undang serta hak-hak yang sifatnya

sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53.

Untuk mengetahui karakteristik dari tiap hak individu atas tanah yang ada

dalam UUPA dapat diidentifikasi dengan menggunakan sembilan parameter yang

terdapat dalam peraturan pertanahan nasional yaitu:

1. Jangka Waktu pemilikan hak

2. Adanya proses jual beli

3. Adanya proses pewarisan hak

4. Subjek hak atas tanah

5. Adanya proses peralihan hak

6. Haknya dapat dijadikan jaminan

7. Jenis pemanfaatan lahan dimana hak tersebut melekat

8. Proses terjadinya hak atas tanah

9. Penyebab hapusnya hak atas tanah

Kesembilan parameter diatas dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik

dari tiap hak individu atas tanah yang ada dalam suatu hukum pertanahan. Untuk hak

individu yang ada dalam hukum pertanahan nasional karakteristik yang dihasilkan

dengan menggunakan sembilan parameter diatas ditampilkan dalam tabel 3.1

Page 35: BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN - · PDF fileSebagian besar penduduk Kampung Naga berprofesi sebagai petani, ... catatan mengenai sejarah dan asal-usul ... Kampung Naga dan asal-usul

    

58