bab iii pandangan umum tentang ilmu magik a....

21
36 BAB III PANDANGAN UMUM TENTANG ILMU MAGIK A. Pengertian Magik Magik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu: Magic yang berarti sihir, gaya tarik, gaib atau sulap, sedangkan orangnya disebut dengan Magician yang berarti tukang sihir atau pesulap. 1 Magik merupakan suatu fenomen yang sangat dikenal dan dipahami, namun tampaknya sangat sulit untuk dirumuskan dengan tepat. Magik adalah kepercayaan dan praktek manusia untuk mempengaruhi kekuatan alam dan manusia, entah untuk tujuan baik atau buruk, dengan usaha-usaha dalam memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi. Mengetahui rahasia-rahasia penting, maka dapat menguasai daya- daya tak kelihatan yang memerintah dunia dan mengontrol daya-daya demi kepentingan orang yang menjalankannya. 2 Magik memang sudah menjadi fenomena sejak manusia ada, terutama tumbuh subur pada zaman batu tua (paleolithicum) sampai sekarang. Magik sejak dulu sudah berkembang pesat, terlebih ilmu sihir yang telah tersebar di kalangan masyarakat. Cerita ini dapat ditelusuri dalam rakyat Yunani Kuna, Mesir, India Kuno, Tiongkok Kuno bahkan bangsa-bangsa sebelumya, dimana ilmu sihir telah mempengaruhi kehidupan manusia. Zaman nabi Musa sendiri sudah harus berhadapan dan adu kemahiran dengan ahli- 1 Michael Olson, Linguist, Versi 0.1, PT Atlantis Programma Prima, t.tp., 1997 2 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, Kanisius , Yogyakarta, 1995, hlm. 47

Upload: phungtruc

Post on 05-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

36

BAB III

PANDANGAN UMUM

TENTANG ILMU MAGIK

A. Pengertian Magik

Magik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu: Magic

yang berarti sihir, gaya tarik, gaib atau sulap, sedangkan orangnya disebut

dengan Magician yang berarti tukang sihir atau pesulap.1 Magik merupakan

suatu fenomen yang sangat dikenal dan dipahami, namun tampaknya sangat

sulit untuk dirumuskan dengan tepat. Magik adalah kepercayaan dan praktek

manusia untuk mempengaruhi kekuatan alam dan manusia, entah untuk tujuan

baik atau buruk, dengan usaha-usaha dalam memanipulasi daya-daya yang

lebih tinggi. Mengetahui rahasia-rahasia penting, maka dapat menguasai daya-

daya tak kelihatan yang memerintah dunia dan mengontrol daya-daya demi

kepentingan orang yang menjalankannya.2

Magik memang sudah menjadi fenomena sejak manusia ada,

terutama tumbuh subur pada zaman batu tua (paleolithicum) sampai sekarang.

Magik sejak dulu sudah berkembang pesat, terlebih ilmu sihir yang telah

tersebar di kalangan masyarakat. Cerita ini dapat ditelusuri dalam rakyat

Yunani Kuna, Mesir, India Kuno, Tiongkok Kuno bahkan bangsa-bangsa

sebelumya, dimana ilmu sihir telah mempengaruhi kehidupan manusia. Zaman

nabi Musa sendiri sudah harus berhadapan dan adu kemahiran dengan ahli-

1Michael Olson, Linguist, Versi 0.1, PT Atlantis Programma Prima, t.tp., 1997 2Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, Kanisius , Yogyakarta, 1995, hlm. 47

37

ahli sihir. Pada waktu itu antara mukjizat dengan ilmu sihir diadu dan

dipertontonkan di hadapan masyarakat. Magik di barat maupun timur, mulai

bangsa yang belum maju sampai bangsa yang modern semua percaya akan

adanya ilmu sihir (Magik) dan mengamalkannya.3

Media cetak maupun elektronik telah mengemasnya bagaimana

munculnya kasus-kasus yang berbau magik, mulai dari dukun santet (yang

terjadi di Banyuwangi Jawa Timur), pengobatan supranatural bahkan ada surat

kabar yang mempunyai bandrol Meteor “Harian Kriminal dan Metafisika” dan

sejenisnya, semuanya sudah disajikan dan ditawarkan secara sistemetis dan

terorganisir, sehingga praktek dari magik tidak dapat dihindari. Apalagi ketika

dunia medis sudah tidak mampu lagi menangani dalam pengobatan, maka

kebanyakan dari masyarakat larinya pada magik. Magik sebenarnya sudah

mempunyai tempat dalam hati manusia, sehingga manusia sudah tidak merasa

asing terhadap magik.

Frazer mengatakan bahwa, magik sama sekali tidak berkaitan

dengan agama yang didefinisikan sebagai suatu orientasi ke arah roh atau

dewa-dewa yang melampaui susunan alam atau kosmos fisik. Ahli magik

tidak memohon pada kuasa yang lebih tinggi, tidak menuntut untuk

kepentingan makhluk yang tidak tetap dan suka melawan, juga tidak

merendahkan diri di hadapan dewata yang hebat. Betapun besar kekuatan

magik, sebagaimana yang dipercayai tidak semena-mena sifatnya atau tidak

terbatas. magik hanya menguasai daya sesuai dengan hukum-hukum alam.

3Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh, Bina Ilmu, Surabaya, 1985, hlm. 137-138

38

Sehingga ahli magik mempunyai kaitan lebih erat dengan ilmuan dari pada

agamawan.4

Magik dianggap sebagai sesuatu rangkain kejadian yang pasti dan

mengikuti aturan dengan sempurna, terbatasi oleh hukum-hukum yang tidak

berubah, yang operasinya dapat diramalkan dan diperhitungkan dengan tepat,

unsur-unsur spontanitas kebetulan dan musibah dikecualikan dari jalan alam.

Magik juga dikaitkan dengan cara upacara khusus, daya yang menampakkan

diri dalam fenomena alam dan kehidupan manusia. Artinya ahli magik

menghubungkan dirinya dengan kekuatan supranatural yang melampaui alam

manusia.5

Pendapat Frazer dipertegas oleh Malinowski bahwa magik biasanya

digunakan untuk memenuhi maksud-maksud pribadi seseorang seperti;

kematian seorang musuh, realisasi cinta dari laki-laki atau wanita yang

diinginkan, penyembuhan penyakit, tercapainya kemakmuran atau

kemenangan dalam perang. Magik bertujuan mencapai hubungan dengan

daya-daya alam yang pada hakekatnya bersifat manipulatif, yaitu dengan

mengontrol daya-daya alam untuk kepentingan pribadi. Disinilah yang

membedakan magik dengan agama, karena berusaha menjalin suatu hubungan

komunal dengan makhluk-makhluk rohani (dewa-dewa) yang lebih dari

sekedar daya-daya impersonal.6

4Ibid., hlm. 137-142

5Mariasusai Dhavamony, op.cit., hlm. 49

6Ibid., hlm. 51

39

B. Ragam Istilah Magik

Magik mempunyai persamaan kata, di antara istilah yang sama dengan

praktek magik adalah sebagai berikut:

a. Sihir

Sihir pada mulanya diajarkan oleh dua malaikat, yaitu Harut dan Marut

sebagai ujian kepadanya dan kepada manusia yang diajari. Setan juga ikut

menimba ilmu itu. Masa Nabi Sulaiman praktek sihir dilarang berkembang.

Semua buku-buku sihir pada masanya ditanam di bawah singgasananya.

Ketika nabi Sulaiman wafat, setan yang telah lepas kendali menemukan dan

mengajarkan kembali sihir-sihir tersebut. Sebagian orang Yahudi mengikuti

setan-setan, dan percaya apa yang dibisikkan setan, bahwa sebenarnya

kekuasaan nabi Sulaiman bersumber dari sihir dan kehebatan yang terlihat

adalah karena sihir. Allah membantah kebohongan itu, dan menyatakan bahwa

nabi Sulaiman tidak kafir, yakni tidak mengajarkan dan tidak pula

menggunakan sihir. Tetapi setanlah yang kafir yang mengajar dan

menggunakannya.7 Orang-orang Yahudi-lah yang meninggalkan tuntunan

kitab suci mereka dan mengikuti tuntunan setan itu hingga kini masih ada.

Sihir yang diajarkan setan dapat menciptakan hubungan disharmonis antar

manusia termasuk memisahkan hubungan suami istri.8

Sihir sebagaimana fungsinya sangat kental dengan penyakit, yang

kadang bersifat kodrati dan kadang berasal dari kehendak jahat, supernatural

dari para penyihir. Dukun mempunyai pengetahuan dalam tindakan

7Q.S: al-Baqarah: 102 8Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, Lentera Hati, Jakarta, 2000, hlm. 161-163

40

pertolongan pertama dan perawatan dengan tanaman untuk penyakit-penyakit

ini. Para penyihir mewakili konspirasi sangat besar dengan makhluk-makhluk

yang tidak jelas, tetapi sungguh-sungguh jahat yang berusaha merusak

peradaban manusia dengan menyerang kesehatan anggota-anggotanya.

Penyihir mempunyai berbagai bentuk; sebagai manusia, binatang, burung

(khususnya burung hantu) atau bola api. Manusia dapat menjadi penyihir

kalau dilahirkan dengan dua hati, artinya yang satu baik dan yang lain jahat.

Akhirnya untuk melawan konspirasi kuasa jahat tersebut, manusia yang

lemah dan kurang pengetahuan akan upacara agama mencari bantuan dari

kelompok dukun, karena kelompok ini mempunyai pengetahuan,

perlengkapan-perlengkapan dan keberanian untuk melawan penyihir. Para

penyihir menyebabkan penyakit dengan dua jalur, yaitu dengan mencuri hati

korban atau menembakkan objek-objek itu dari tubuhnya.9

Orang-orang yang mengamalkan atau memelihara ilmu sihir adalah

orang-orang yang jahat, dan berlaku di dalam dunia kejahatan, dunia dengki

mendengki, balas dendam, dunia perdukunan, para pencuri, adu kekuatan,

kesombongan dan dalam dunia permusuhan. Seorang yang sakit yang tidak

dapat disembuhkan secara medis, dengan dalih bahwa dokter dan alih medis

tidak bisa menyembuhkan penyakit kena sihir, mereka pergi berobat kepada

tukang sihir. Dokter tidak bisa menyembuhkan orang yang kena gangguan

syetan, kesurupan. Apalagi, dokter sudah tidak bisa menyembuhkan orang

yang kena santet, kena tenung atau kena modhong segala jarum, pisau, atau

9Umar Hasyim, op.cit., hlm. 142

41

linggis yang dimasukan kedalam badan manusia dengan cara halus, yaitu

dengan cara ilmu sihir. Dokter tidak dapat mengerti hal ini, apalagi

menyembuhkan. Artinya mencari obat untuk menyembuhkan penyakit-

penyakit ini dengan cara sihir yang meminta bantuan kepada para tukang sihir,

karena orang yang terkena sihir pengobatannya (penolak sihir) juga melalui

sihir..

Pengetahuan masyarakat yang masih rendah akan sihir, bagaimana dan

indikasinya apa saja menjadikan masyarakat gagap dan tidak bisa

membedakan mana yang disebut penyakit fisik (somatik) dan mana yang

disebut dengan penyakit non fisik atau psikosomatik. Akhirnya jika ada orang

yang sakit, semisal berbicara semaunya, suhu badan dengan temperatur yang

sangat tinggi diduga terkena santet, sihir atau tenung. Setelah disarankan

untuk periksa ke dokter, ternyata orang tersebut terkena malaria tropica yang

melewati batas. Kurangnya pengetahuan tentang sihir, menjadikan sihir

sebagai kambing hitamnya atas kejadian yang aneh dan terjadi di

masyarakat.10

b. Tenung

Istilah tenung diidentikkan dengan semua bentuk magik hitam; yang

mempunyai tujuan-tujuan pengrusakan, entah dibenarkan secara sosial atau

tidak. Antroplog menggunakan kata itu dalam arti yang lebih sempit,

menyamakannya hanya dengan magik destruktif yang secara sosial tidak

diterima atau dianggap tidak halal, dengan mengecualikan semua cara magik

10Ibid.., hlm. 179-180

42

destruktif. Artinya tenung merupakan magik destruktif, yaitu praktek dari

orang yang mencoba menyakiti orang lain lewat magik, sehingga tidak seperti

sihir yang mengubah, kemampuan jahat penenung tidak muncul dari suatu

perjanjian yang dibuat dengan setan. Seorang penenung dikenal sebagai guru

mengenai rumus-rumusan dan upacara-upacara yang sudah dipelajarinya dari

penenung lain atau dari buku-buku magik. Penenung sejati adalah orang yang

melakukan secara serius dan sadar suatu tindakan magik melawan manusai

lain. Contoh dari praktek tenung adalah dengan penguburan boneka,

penguburan objek lain semisal foto, potongan kuku, rambut dan sejenisnya)

dengan pengucapan mantra-mantra di atas api yang membara atau lilin hitam

yang terbakar serta pengucapan mantra-mantra di kuburan. Kasus tindakan

yang dipercaya paling efektif mengeluarkan daya kalau dilakukan pada malam

hari. Praktek magik ini dikategorikan sebagai magik hitam atau destruktif.11

Perbedaan dari penyihir dan penenung, yaitu:

1. Penenung menggunakan magik untuk melakukan perbuatan-perbuatan

jahatnya, tetapi penyihir menjadi efektif hanya kalau kepribadiannya

mempunyai tipe tertentu.

2. Penenung sadar akan tindakan-tindakanya dan do’a-do’a permohonan

yang dibuat dengan sengaja, begitu juga sebaliknya penyihir barang kali

tidak sadar akan kehidupan jahat yang mereka jalani, andaikata menyadari

tindakannya, mungkin mereka terdorong oleh kebutuhan mendesak yang

tak terkontrol.

11Mariasusai Dhavamony, op.cit., hlm. 62-63

43

3. Penenung mungkin terdesak oleh amarah, iri hati atau kejahatan yang

sesaat lewat sedangkan penyihir ketagihan oleh tindakan-tindakan

antisosialnya yang berakar pada keturunan atau keterbiasaan awal.

Tindakan penenung dengan menggunakan substansi material dan

magik verbal yang khas tidaklah mengejutkan bagi orang biasa, sebagaimana

mekanisasi supernatural dari para penyihir.12

c. Santet

Di Jawa, tidak terlepas dari perilaku magik dan di antara praktek

magik ini adalah: “Santet” adalah praktek merusak secara halus (ilmu gaib)

dari hal-hal yang baik agar menjadi rusak.

Santet terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:

- Dematrealisasi, yaitu santet mengirim benda dengan merubah materi

mejadi molekul, digerakan menuju sasaran yang dikehendaki dan setelah

sampai molekul tersebut dirubah menjadi materi kembali.

- Santet Kontak, yaitu santet yang manggunakan bagian dari anggota tubuh

seseorang yang dikehendaki. Misal: menyantet dengan menggunakan

rambut, ujung potongan kuku, pakaian yang masih berkeringat dan

sebagainya.

- Santet Kekuatan Roh, yaitu santet dengan memanfaatkan kekautan di

luar tubuhnya, caranya dengan mengambil power dari suatu tempat

keramat (kuburan, tempat pertapaan), sehingga santet tipe ini mutlak

memanfaatkan makhluk halus, jin, syetan maupun danyang.

12ibid., hlm. 64

44

- Santet Kekautan Batin Aku Batin (telepsikokinesis), yaitu santet dengan

memanfaatkan kekuatan konsentrasi, kehendak batin tersebut

memvisualisasikan suatu kehendak apabila dilepas menuju sasaran tertentu

bisa menibulkan efek negatif pada seseorang.

- Santet Ngelmu, yaitu santet dengan memanfaatkan kekuatan ilmu atau

ngelmu, yang terbagi menjadi dua yaitu ilmu putih dan ilmu hitam.

Bagi orang Jawa santet memiliki arti negatif, tetapi tidak semua santet

bersumber dari ilmu hitam (atas bantuan syetan), akan tetapi ada juga “santet”

yang bersumber dari ilmu putih dan ditujukan untuk memberantas orang yang

dholim.13

Berkembangnya ilmu batin secara tidak langsung menambah jumlah

orang pintar. Dari sekian yang berperilaku positif ada juga yang berperilaku

negatif. Artinya ada paranormal yang lebih mempelajari ilmu untuk menolong

orang yang terkena santet, tetapi banyak juga yang mengembangkan ilmu

santet untuk tujuan nafsu pribadinya. Orang menganggap pengertian santet

adalah upaya menyakiti atau membunuh pihak lain, caranya dengan mengirim

paku, jarum, silet, botol dan sebagainya pada orang yang dikehendaki.14

d. Lemu

Di Indonesia terutama di Dayak Kalimantan magik dikenal dengan

istilah ilmu atau lemu. Lemu sendiri merupakan bagian dari hidup orang

13Tavirudi & Ahmad Duri, Menguak Rahasia Supranatural, Aneka, Solo, 1999, hlm. 32-33 14Ibid

45

dayak. Hubungan antar masyarakat Dayak mengindikasikan penggunaan lemu

sebagai spirit dalam segi kehidupan. Lemu terbagi dalam dua kategori, yaitu:

1. Cold magik

Cold magik dipahami sebagai segala bentuk kondisi yang dapat

membuat hidup sehat, stamina pisik prima, hubungan sosial yang

harmonis dan penuh kedamaian. Cold magik dapat digunakan untuk

pemeliharaan, pertahanan diri serta kesinambungan suatu

persahabatan, cinta dan nafsu seksual.

Fungsi pertahanan dapat dilakukan dengan beberapa prinsip, yaitu:

dengan mencegah benda-benda yang akan masuk ke dalam tubuh atau

menjadikan tempat tidak kelihatan sehingga akan terlindung dari

kejahatan bahkan dapat mengembalikan atau balas dendam terhadap

pengirim kejahatan atau penyakit.15

2. Hot magik

Hot magik adalah suatu praktek magik yang daapt menyebabkan sakit,

marah, perselisihan yang dapat mengakibatkan tindakan destruktif. Hot

magik mempunyai fungsi ancaman atau permintaan tindak kekerasan,

mempertahankan diri dari luka serangan pihak luar serta balas

dendam.16

15Michael Hopes, Ilmu Magic and Divination Amoungst The Benuag and Tunjung Dayak, Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara (IKAPI), Jakrata, 1997. hlm. 78-79

16Ibid.

46

C. Macam-Macam Ilmu Magik

Berdasarkan sejarah magik yang berkembang dalam masyarakat,

magik primitif terbagi dalam dua jenis, yaitu:

1. Magik Tiruan

Magik ini didasarkan pada prinsip kesamaan dalam bentuk atau dalam

proses, misalnya kesurupan menghasilkan kesurupan, kalau seseorang

menusukkan jarum pada suatu boneka, orang yang dia serupakan dengan

boneka itu akan terkena pengaruhnya. Ahli magik membuat hujan turun

dengan menirukan bunyi guntur. Sehingga dalam kebudayaan batu tua

(paleolithicum) seni dalam gua memperlihatkan binatang-binatang yang

tertembus oleh anak panah agar kejadian yang sama dalam perburuan di

kemudian hari, atau mewarnai badan dengan zat merah dengan maksud

untuk menghidupkannya kembali karena merah merupakan simbol dari

darah bahan dasar kehidupan.

2. Magik Sentuhan

Magik ini didasarkan pada hukum sentuhan fisik atau penularan dan

pengaruh magik mempunyai dasarnya pada kontak fisik. Ahli magik dapat

mencelakakan orang lain, kalau dapat memperoleh sehelai rambut,

sepotong kuku, secarik kain atau benda lainnya yang pernah bersentuhan

dengan orang tersebut.17

Membedakan antara magik tiruan dengan magik sentuhan dapat

dijelaskan, apabila sesuatu yang mirip dengan lainya dianggap dalam arti

17James George Frazer, The Golden Bough Study in Magic and Religion, Abridged Edition, The Macmillan Press LTD, 1980, hlm.11-dst

47

tertentu menjadi hal lain disebut magik tiruan, sedangkan satu bagian

mewakili keseluruhan dari pribadi dan apa yang dilakukan terhadap bagian itu

berpengaruh pada keseluruhan disebut dengan magik sentuhan.18

D. Magik Menurut Tradisi Jawa

Secara lesan, magik dapat dibedakan menurut tujuan masing-masing,

yaitu:

1. Magik Putih

Jika praktek magik tersebut bertujuan untuk menolong, disebut dengan

magik putih. Magik putih sering disamakan dengan kebatinan murni yang

menganut paham ini telah mencapai kontak murni dengan Tuhan dengan

beberapa tindak laku, di antaranya adalah serah diri atau sepi ing pamrih,

melatih rasa, menolak kekuatan-kekuatan jahat, hawa nafsu dan egoisme

agar dapat maju pada jalan menuju Tuhan, sehingga harus berhati-hati

supaya tidak tersesat di alam gaib, yang dimasukinya lewat kebatinan.

Kebatinan dalam arti magik putih menolak setiap pikiran untuk mengejar

tujuan dunia yang dilandasi oleh nafsu dan keserakahan pada

kesejahteraan materiil, karena keinginan untuk menguasai orang lain.

Kekuatan magik putih berlandaskan pada penyerahan diri secara totalitas

kepada Tuhan, karena pada hakekatnya dirinya sendiri tidak berdaya dan

hanya sebutir pasir bila dibandingkan dengan Yang Maha Kuasa.19

18Ibid., hlm. 48 19Neals Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta, 1986, hlm. 16

48

2. Magik Hitam

Pada umumnya magik hitam dianggap tidak etis dalam hal sikap maupun

campurtangan dalam hubungan antar pribadi, karena lebih diorientasikan

pada hal-hal yang bersifat mencederai orang, sehingga orang-orang

primitif melihat penggunaan magik hitam sebagai suatu kejahatan yang

sungguh-sungguh melawan masyarakat, orang jahat dalam arti sepenuhnya

adalah orang yang mengarahkan pengetahuan dan bakatnya dengan magik

hitam untuk melawan anggota-anggota dari kelompoknya sendiri.20

Magik hitam biasanya diperoleh dari hasil perilaku orang-orang yang

menyelami ilmu batin dengan membersihkan nafsu-nafsu dan egoisme

agar tidak membawa kuman-kuman sadar diri dan keinginan lahiriyah ke

dalam alam gaib akan tetapi tanpa disadari mereka membawa keinginan

serupa itu ke dalam alam gaib sehingga tanpa disadari tersesat, karena

dipengaruhi oleh salah satu roh halus yang bermukim di alam gaib.

Bahkan ahli magik diperalat kekuatan halus untuk berbuat jahat, terkadang

juga sadar dan sengaja memperalat kekuatan-kekuatan halus yang masuk

kuasanya. Ilmu gaib lebih dikenal dengan praktek klenik, sihir yang

membahayakan masyarakat, subversif dan jahat.21

3. Magik Kuning

Magik ini juga dikenal dengan love magic atau desire magic. Magik ini

mempuntai fungi mempererat tali persahabatan dalam sebuah komunitas

yang meliputi banyak teman, supaya dapat bertahan dalam komunitas

20Marisusai Dhavamony, loc.cit., hlm. 48

21Neals Mulder, loc.cit., hlm. 16

49

tersebut, seseorang harus melakukan usaha untuk mempengaruhi anggota

komunitas. Magik ini juga mempunyai fungsi supaya rumah tangga

menjadi tenteram dan kebersamaan dalam keluarga.22

4. Magik Merah

Magik merah mempunyai fungsi kesaktian untuk mencegah dan

melindungi dari kekuatan jahat. Magik ini dapat dilihat dalam wulu kuku,

jika dipegang oleh seseorang, maka orang itu tidak mempan untuk dilukai

dengan senjata tajam, termasuk bulu (rambut), kuku dan kulitnya. Ada

juga anggota badan yang diterjang peluru kecil tidak terdapat bekas

benturan.23

Magik dikatakan sebagai suatu budaya yang dimiliki oleh

masyarakat yang percaya bahwa, magik datang ke dunia bersama dengan

manusia dan tidak diperoleh lewat penemuan, sehingga menolak keras

gagasan bahwa magik merupakan kekautan impersonal yang universal dan

bukan pemberian roh orang-orang yang sudah mati. Sedangkan mantra, yang

berupa suatu formula kaku yang tak tergantikan dan selalu dipertahankan dari

generasi ke generasi dalam masyarkat Trobriand. Unsur material dalam magik

yang merupakan ilmu gaib dan hanya dikenal oleh orang yang

mempraktekkan adalah komponen hakiki dalam morfologi untuk magik

Zande.24

22Michael Hopes¸ op.cit., hlm. 80

23Masruri, Azimat dan Benda Magis, Aneka, Solo, 1999, hlm. 34-35 24Marisusai Dhavamony, op.cit., hlm. 52

50

Praktek magik tidak lepas dari mantra25 atau upacara khusus,

sehingga dikatakan bahwa magik adalah upacara yang rumusan verbalnya

memproyeksikan hasrat manusia ke dunia luar atas dasar teori pengontrolan

manusia untuk sesuatu tujuan. magik diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk,

yaitu:

1. Magik Produktif

Magik yang dipergunakan untuk kepentingan sendiri ataupun untuk orang

lain dalam komunitas secara keseluruhan. Secara sosial ahli magik telah

sepakat menyetujui karena merupakan rangsangan untuk berusaha

memenuhi kebutuhan organisasi dalam kegiatan ekonomis.

Magik produktif dapat berfungsi sebagai berikut: untuk berburu,

menyuburkan tanah, menanam dan menuai panen, pembuatan hujan,

penangkapan ikan, pelayaran, perdagangan dan percintaan.

2. Magik Protektif

Magik ini diprioritaskan pada usaha dan daya untuk kontrol sosial, di

mana baik secara personal maupun komunal menyetujui akan praktek

magik protektif. Kegunaan magik protektif adalah untuk menjaga milik,

membantu mengumpulkan hutang, menanggulangi kemalangan,

pemeliharaan orang sakit, keselamatan perjalanan dijadikan lawan bagi

magik destruktif..

3. Magik Destruktif

25Sujamto, Sabda Pandita Ratu, Effhar & Dahara Prize, Semarang, 2000, hlm. 88-89.

51

Magik ini berbentuk guna-guna yang kadang-kadang dicoba, sering

meragukan bila sungguh-sungguh dijalankan, kadang-kadang merupakan

kejadian imajinatif, termasuk dalam moral buruk yang melengkapi teori

pribumi tentang kegagalan, nasib malang dan kematian. Contoh dari

penggunaan magik destruktif adalah untuk mendatangkan badai, merusak

milik, mendatangkan penyakit dan mendatangkan kematian.26

Analisis mengenai tindakan magik ternyata memperlihatkan ciri

khusus, yaitu: 1. tujuan praktis yang pasti, 2. untuk diperoleh, dan 3. ada

pelaku manusia dari magik. Orang yang melakukan magik harus dalam

kondisi yang tepat (terpantang dari hubungan seks, makan-makan tertentu dan

sejenisnya). Praktek magik terdapat tiga unsur, yaitu:

a. Benda yang digunakan

Unsur pertama yang harus ada dalam praktek magik adalah benda yang

berupa alat atau obat-obatan. Kebanyakan Orang di kawasan Oceania

menyatakan bahwa daya dipercaya berada pada mantra-mantra, sedangkan

teori penduduk Afrika menyatakan bahwa daya magik dipercaya tinggal

dalam substansi material yang sering diterjemahkan sebagai obat-obatan..

b. Benda yang digarap

Maksud dari benda yang digarap adalah upacara yang mempunyai

keragaman hampir tidak terbatas, tetapi pada hakekatnya berfungsi untuk

mengarahkan magik pada objeknya. Upacara kadang-kadang bersatu

dengan proses teknisnya, seperti ketika nelayan Tikopia sambil

26Marisusai Dhavamony, op.cit., hm. 58

52

menurunkan jalanya seraya merapalkan mantra yang ditujukan kepada

ikan.

c. Sesuatu yang diucapkan

Unsur yang ketiga adalah mantra, di mana unsur ini sangat dominan dan

sangat penting, sebagai pembentuk utama dan sumber yang dipercayai dari

daya magik. Beberapa komunitas bentuk dari kata-kata yang dibuat tetap

dan tak berubah, sehingga sesuatu kesalahan dalam membawakan formula

dapat menodai akibat dari magik. Di Afrika khususnya kata-kata berubah

karena merupakan suatu sapaan bersahut-sahutan yang ditujukan kepada

obat-obatan agar segera bekerja, sementara ahli magik menyesuaikan kata-

kata dengan maksud tertentu.27

Magik memegang peranan penting dalam segala hal, baik dalam

tujuan jahat atau baik, yang kadang membutuhkan korban. Telah disebutkan

dalam Rigveda, bahwa korban merupakan sarana untuk menghormati pada

dewa serta sarana untuk memperoleh apa yang diinginkan, tetapi dalam

kumpulan tulisan Brahmana korban merupakan tujuan tersendiri, karena

manusia mempersembahkan korbannya bukan lagi makhluk yang dengan

rendah hati berusaha agar para dewa berkenan padanya, melainkan pemilik

serta pemakai daya yang lebih kuasa dari apapun di dunia ini, termasuk pada

dewa yang tergantung pada daya yang sama memerlukannya seperti manusia.

Korban tidak lagi melambangkan sikap manusia yang tunduk dan tergantung

pada para dewa, tidak lagi termasuk lingkungan moral, melainkan fisik,

27Marisusai Dhavamony, op.cit., hlm. 59

53

sumber suatu daya magik, tabungan daya kehidupan baik para dewa maupun

bagi manusia.28

Ilmu magik dilihat dari metafisika jawa dapat ditemukan dalam

uraian Pangeran Mangkunagara VII (dalam uraian mistik wayang kulit) yang

membedakan tiga tujuan mengapa dalam wayang seseorang menarik diri ke

hutan untuk berlaku tapa dan bersemadi. Tujuan pertama adalah kerinduan

untuk mencapai pengertian tentang asal usulnya sendiri, untuk menjadi sadar

akan sangkan paran. Motivasi kedua adalah dalam keinginan untuk mencapai

kekuasaan yang tak terkalahkan, supaya dapat dipergunakan untuk menghapus

penderitaan ketidakadilan besar. Jadi di sini orang bersemadi untuk

memperoleh kekuatan-kekautan gaib demi tujuan-tujuan yang baik yang juga

disebut ilmu putih. Ilmu hitam dapat diperoleh manusia dengan memusatkan

usahanya pada batinnya sendiri supaya dapat terisi oleh kekuatan-kekuatan

kosmos.29

Tapa dan semadi adalah cara untuk memperoleh kesaktian magik,

untuk menerima kekuatan-kekuatan gaib dan kekuatan-kekautan itu dapat

dipergunakan untuk tujuan baik maupun untuk tujuan jahat. Tujuan jahat

inilah yang mendasari berkembangnya prakek klenik, karena klenik

dipahami sebagaimana Sostosudigdo yang dikutip oleh Franz Magnis Suseno

mendefinisikan bahwa klenik adalah praktek-praktek jahat yang didorong oleh

nafsu-nafsu rendah demi benda-benda dunia dan kekautan iblis. Klenik

28Zoetmulder, Manunggaling Kawula Gusti (Pantheisme dan Monisme dalam Sastra Suluk Jawa, cet. ke-3., Gramedia, Jakarta, 1990, hlm. 56

29Frans Magnis Suseno, Etika Jawa, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. 181

54

merupakan usaha untuk kekuatan batin, tetapI terdorong oleh motif-motif

yang tidak murni, yaitu untuk memajukan kepentingan-kepentingan egoisnya

sendiri atau untuk merugikan orang lain, karena klenik bersifat egois dan

asosial maka harus ditolak. Praktek ilmu magik yang batas antara ilmu putih

dan ilmu hitam tidak selalu dapat ditarik dengan mudah oleh karena apa yang

menguntungkan yang satu dapat merugikan yang satunya dan penggunaan

kekuatan-kekuatan batin demi tujuan-tujuan baikpun tidak tanpa

permasalahan.30

Kedua kemungkinan ini selalu ada dan melekat dalam kesadaran

orang Jawa. Tujuan jahat inilah yang mendasari berkembangnya prakek

klenik, karena klenik dipahami sebagaimana Sosrosudigdo yang dikutip oleh

Franz Magnis Suseno mendefinisikan bahwa klenik adalah praktek-praktek

jahat yang didorong oleh nafsu-nafsu rendah demi benda-benda dunia dan

kekautan iblis. Klenik juga merupakan usaha untuk kekuatan batin, tetapI

terdorong oleh motif-motif yang tidak murni, yaitu untuk memajukan

kepentingan-kepentingan egoisnya sendiri atau untuk merugikan orang lain,

karena klenik bersifat egois dan asosial maka harus ditolak. Batas antara ilmu

putih dan ilmu hitam tidak selalu dapat ditarik dengan mudah karena apa yang

menguntungkan yang satu dapat merugikan yang satunya dan karena

penggunaan kekuatan-kekuatan batin demi tujuan-tujuan baik tanpa

permasalahan.

30Ibid., hlm. 182

55

Ilmu hitam membawa kemungkinan konflik suatu ketegangan ke

dalam pandangan moral Jawa yang seakan-akan mau meledakkan kerangka

acuannya. Karena etika Jawa didasarkan pada kelukuan yang tepat, yaitu

pemenuhan kewajiban-kewajiban yang dituntut di situ (darma) dengan setia.,

sehingga manusia akan dikatakan betul apabila dalam rasa-nya menghayati

tempatnya. Untuk memperoleh rasa yang lebih benar manusia harus menggali

dalam batinnya. Kesadaran numinus (jiwa) yang sebenarnya adalah kesadaran

yang sekaligus menghasilkan suatu pertumbuhan kekuatan kosmos dalam

batin. Siapa yang mencapai keadaan itu, dengan sendirinya akan bertindak

tepat karena berada dalam kesatuan kekuatan-kekuatan gaib.31

Praktek di lapangan terdapat perilaku yang menyimpang dan ada

yang sesuai dengan fungsi dari kekuatan batin tersebut, yaitu mempertinggi

darma, akhirnya praktek ilmu hitam ditolak keras, karena merugikan manusia

yang lain walaupun pada dasarnya, proses perolehan ilmu hitam juga melalui

proses pemusatan pada batin sendiri untuk mencapai kenyataannya sendiri

yang sebenarnya, termasuk pengontrolan nafsu-nafsu dan pelepasn diri dari

kepentingan egoisnya. Proses kedua pemilahan ilmu tersebut (putih dan hitam)

adalah sama, ini mempunyai implikasi serta peluang yang sama akan tujuan-

tujuan tertentu, entah tujuan-tujuan baik ilmu putih, entah demi pamrihnya

atau bahkan langsung demi tujuan-tujuan jahat ilmu hitam.

Meninggalkan masalah baik dan buruk karena telah mantap dalam

kenyataanya yang sebenarnya. Akan tetapi dengan melihat latar belakng ilmu

31Ibid., hlm. 183

56

hitam memang merupakan kenyataan yang harus diperhitungkan, tetapi tidak

dapat disamakan dengan kedalaman mistik, kebatinan yang sebenarnya dan

kekuatan yang sempurna. Ilmu hitam merupakan bentuk kekuatan batin yang

menyeleweng dan justru karena pamrih yang melekat padanya lama-lama akan

meniadakan dirinya sendiri.32

Ilmu magik dalam perspektif metafisika Jawa yang menempatkan

penguasaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib yang diharapkan dapat

menguasai alam ini sebagaimana fungsi manusia diciptakan ke dunia ini

dengan perangkat yang paling lengkap di antara makhluk yang lain, dan ini

semua mempunyai tujuan: mencari keselarasan mikro kosmos (diri sendiri)

dan untuk membangun, melipat gandakan kekuatan, kesehatan badan lahir

maupun batin, yang disebut dengan wibawa. Kawibawan dimulai dari gerak-

gerak yang kasar, lemas, kuat isi, antara kasar dan halus dan sampai pada yang

paling kasar dan lembut. Adanya aji kawibawan adalah sebagai jalan penuntun

ke arah kejayaan dan kewibawaan dalam hidup dan perjalanannya di alam

maryapada.33

32Ibid., hlm. 185

33Wiyoto Krido Sanyoto Suryo Kartika Wibowo, Ilmu Aji Kawibawan, Bahagia, Pekalongan, 1996, hlm. 5