pemerintah kabupaten kutai barat -...

24
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 39 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, maka penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat dilakukan dengan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab; b. bahwa Retribusi Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Dalam Wilayah Kabupaten Kutai Barat. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan berwibawa Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 4. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962); 5. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Upload: vukiet

Post on 07-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARATNOMOR 39 TAHUN 2005

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUTAI BARAT,

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, maka penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat dilakukan dengan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab;

b. bahwa Retribusi Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Dalam Wilayah Kabupaten Kutai Barat.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan berwibawa Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

4. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962);

5. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi dan Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4262);

13. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2001 tentang Kewenangan Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 03);

14. Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2001 tentang Pembentukan organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 10 Seri D Nomor 09);

15. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2002 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) dan Rencana Strategis (RENSTRA) Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 – 2005 (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2002 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 48).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT

dan

BUPATI KUTAI BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Barat;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

3. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kutai Barat;

4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat;

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat;

6. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

7. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah suatu sarana yang melaksanakan pelayanan kesehatan secara paripurna dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu di Kabupaten Kutai Barat;

8. Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu yang selanjutnya disebut Puskesmas Pembantu adalah sarana melaksanakan upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mencakup bagian

2

wilayah kerja Puskesmas disesuaikan dengan keadaan setempat dan merupakan bagian integral dari Puskesmas dalam daerah Kabupaten Kutai Barat;

9. Puskesmas Keliling adalah kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung Puskesmas tetapi dalam wilayah kerja Puskesmas;

10. Pondok Bersalin Desa yang selanjutnya disebut dengan Polindes adalah Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat yang dilayani oleh Bidan;

11. Pondok Kesehatan Masyarakat Kampung yang selanjutnya disebut PKMK adalah Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat yang dilayani oleh Perawat;

12. Upaya Pelayanan Kesehatan adalah setiap kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan keadaan sehat yang dilaksanakan oleh perorangan, berkelompok maupun badan usaha;

13. Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan kepada orang baik sebagian maupun secara keseluruhan;

14. Pelayanan Kesehatan Dasar adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Polindes dan PKMK;

15. Pelayanan rujukan spesialistik adalah pelayanan kesehatan yang dilayani oleh tenaga-tenaga kesehatan/kedokteran spesialis atau yang ahli di bidangnya masing-masing;

16. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang memperoleh pendidikan dan/atau latihan di bidang kesehatan dalam rangka penyelenggaraan upaya kesehatan sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

17. Tarif pelayanan kesehatan adalah sebagian atau keseluruhan biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan medis dan non-medis yang dibebankan kepada penerima pelayanan sebagai imbalan atas jasa pelayanan dan barang yang diterimanya;

18. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan adalah pelayanan kesehatan terhadap orang tanpa tinggal di ruang rawat inap;

19. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan terhadap orang dengan tinggal di ruang rawat inap;

20. Penunjang Diagnostik adalah pelayanan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis;

21. Tindakan medik adalah setiap upaya untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit, untuk menyembuhkan penyakit, untuk memulihkan kesehatan, untuk memperbaiki fungsi sistem dalam tubuh, untuk mencegah atau mengurangi akibat lanjutan dari suatu penyakit atau gangguan kesehatan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang diberi wewenang untuk itu;

22. Perbekalan Farmasi adalah bahan, instrumen, aparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, bahan obat dan obat, reagensia/produk diagnostik invitro atau barang lain yang sejenis atau terkait, termasuk komponen, bagian dan perlengkapannya yang :

a. disebut dalam Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia dan Formularium Nasional atau suplemennya dan/atau;

b. digunakan untuk diagnosis penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan, meringankan atau mencegah penyakit pada manusia dan/atau;

c. dimaksudkan untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh manusia.

23. Peserta tertanggung PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia adalah Pegawai Negeri Sipil, Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, ABRI, dan Purnawirawan ABRI yang mempunyai tanda pengenal PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia beserta keluarganya yang tercantum dalam Tanda Pengenal yang sah;

24. Peserta tertanggung PT. (Persero) Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) Indonesia adalah karyawan perusahaan swasta dan/atau buruh kontraktor yang menjadi peserta tertanggung sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja;

25. Orang miskin adalah orang yang tidak mampu secara ekonomis yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Miskin atau Surat Keterangan Tidak Mampu dari pihak yang berwenang, dalam hal ini oleh Kepala Kampung (Petinggi) yang dikukuhkan oleh Camat, dan mereka yang dipelihara oleh Panti Sosial/Rumah Yatim Piatu/Rumah Jompo Pemerintah atau Badan Swasta yang sudah disahkan sebagai Badan Hukum;

26. Penderita Tahanan adalah penderita yang sedang dalam tahanan yang berwajib dan sedang dalam masa hukuman berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah tetap;

3

27. Veteran Republik Indonesia adalah mereka yang mempunyai tanda anggota Veteran Republik Indonesia beserta anggota keluarganya yang tercantum dalam kartu Tanda Pengenal yang sah;

28. Perintis Kemerdekaan adalah orang sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1960 beserta anggota keluarganya yang tercantum dalam kartu Tanda Pengenal yang sah;

29. Hygiene dan Sanitasi adalah semua kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan terhadap Badan Usaha, perorangan dan masyarakat, serta kelengkapan-kelengkapan persyaratan kesehatan untuk mencegah atau menanggulangi pencemaran terhadap makanan, minuman dan lingkungan;

30. Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Kabupaten Kutai Barat adalah upaya pelayanan kesehatan baik secara menyeluruh atau sebagian pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan Hukum atau Perusahaan Perorangan dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

31. Penyalur Alat Kesehatan adalah Badan Hukum Perseroan Terbatas, Koperasi atau perusahaan perorangan yang memiliki ijin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki ijin yang sah;

32. Pedagang Besar Farmasi adalah Badan Hukum Perseroan Terbatas atau Koperasi yang memiliki ijin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki ijin yang sah;

33. Rumah Sakit adalah Badan Hukum yang memiliki ijin untuk melaksanakan pelayanan kesehatan umum (Rumah Sakit Umum) dan/atau pelayanan kesehatan khusus (Rumah Sakit Khusus) sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki ijin yang sah;

34. Klinik atau Balai Pengobatan Umum adalah sarana pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar umum sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki ijin yang sah;

35. Balai Kesehatan Ibu dan Anak yang selanjutnya disebut BKIA adalah sarana pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan kebidanan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki ijin yang sah;

36. Laboratorium Kesehatan adalah sarana penunjang pelayanan kesehatan yang melakukan pemeriksaan, pengujian, penilaian kesehatan secara laboratorik dengan menggunakan perbekalan kesehatan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki ijin yang sah;

37. Klinik Fisioterapi adalah sarana pelayanan kesehatan yang memiliki ijin untuk melakukan kegiatan pelayanan Fisioterapi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki ijin yang sah;

38. Apotik adalah suatu sarana kesehatan tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat, yang memiliki ijin yang sah;

39. Toko Obat adalah sarana penunjang pelayanan kesehatan yang melakukan penyaluran Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki ijin yang sah;

40. Pelayanan Ambulans dan Mobil Jenazah adalah sarana penunjang pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan angkutan dengan kendaraan ambulans dan/atau kendaraan angkutan jenazah yang memiliki ijin yang sah;

41. Toko Optik adalah sarana penunjang pelayanan kesehatan yang melakukan usaha penyediaan, penyimpanan dan penyaluran alat optik sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki ijin yang sah;

42. Praktek Dokter adalah upaya pelayanan kesehatan melalui praktek swasta baik perorangan maupun berkelompok, baik dokter umum, dokter gigi maupun dokter spesialis, yang memiliki ijin praktek yang sah;

43. Praktek Bidan adalah upaya pelayanan kebidanan melalui praktek swasta baik perorangan maupun berkelompok, yang memiliki ijin praktek yang sah;

44. Praktek Perawat adalah upaya pelayanan keperawatan melalui praktek swasta baik perorangan maupun berkelompok, yang memiliki ijin praktek yang sah;

45. Pengobatan Tradisional atau Pengobatan Alternatif adalah upaya pelayanan pengobatan secara tradisional sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

4

46. Tukang Gigi adalah perorangan yang memiliki ijin untuk melakukan pelayanan gigi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

47. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker;

48. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker;

49. Surat Ijin Kerja Apoteker adalah surat ijin yang diberikan kepada Apoteker untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian setelah memenuhi persyaratan;

50. Cacat mental dan jiwa adalah orang yang terganggu kesehatan mental dan jiwanya (orang gila);51. Jasa Boga golongan A adalah usaha yang bergerak di bidang makanan dan minuman yang

melayani masyarakat umum;52. Jasa Boga golongan B adalah usaha yang bergerak di bidang makanan dan minuman yang

melayani kebutuhan khusus asrama haji, asrama transito, pengeboran lepas pantai, perusahaan umum dalam negeri;

53. Jasa Boga golongan C adalah usaha yang bergerak di bidang makanan dan minuman yang melayani kebutuhan untuk sarana angkutan umum internasional dan pesawat udara;

54. Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

55. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan kekayaan daerah;

56. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang;

57. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat dengan SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan;

58. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat dengan SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan pengembalian pembayaran atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan;

59. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda;

60. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan yang dikeluarkan oleh Bupati atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau dokumen lain yang dipersamakan yang diajukan oleh Wajib Retribusi.

BAB II

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut retribusi atas pelayanan kesehatan oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Kesehatan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat.

Pasal 3

(1) Objek retribusi pelayanan kesehatan terdiri atas Jasa pelayanan kesehatan yang disediakan dan diberikan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Polindes dan PKMK, yang diterima atau dinikmati oleh orang pribadi atau badan hukum;

(2) Subjek retribusi Untuk jasa pelayanan kesehatan yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Barat adalah orang pribadi atau badan hukum yang menerima jasa pelayanan kesehatan tersebut.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 4

5

Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

BAB IV

KEBIJAKSANAAN TARIF

Pasal 5

(1) Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dan masyarakat Kabupaten Kutai Barat bertanggung jawab dalam pemeliharaan kesehatan dan upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;

(2) Biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Unit-unit Pelaksana Teknis Pelayanan Kesehatan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat diperoleh dari Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dan masyarakat dengan memperhatikan kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dan keadaan sosial ekonomi masyarakat;

(3) Tarif jasa pelayanan kesehatan pada Unit-unit Pelaksana Teknis Pelayanan Kesehatan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat ditetapkan dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa pelayanan kesehatan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

BAB V

BESARNYA RETRIBUSI DAN TARIF PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 6

Retribusi Pelayanan Kesehatan dikenakan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Polindes, PKMK dan Rumah Sakit Umum Daerah.

Pasal 7

(1) Besarnya retribusi pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polinkam, dan PKMK untuk setiap kunjungan adalah sebagai berikut:

a. Rumah Sakit, Puskesmas/ Puskesmas Keliling …………………………………………… : Rp. 1.000b. Puskesmas Pembantu/Polinkam/PKMK ……………………………………………………… : Rp. 500

(2) Pasien rujukan dari institusi Pemerintah Kabupaten Kutai Barat tidak dikenakan retribusi.

Pasal 8

(1) Besarnya tarif pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polinkam, dan PKMK adalah sebagai berikut:

A. PENGOBATAN UMUM

NO. JENIS PELAYANAN OBAT/BHP

JASAPELAYANAN

(Rp)1. Rawat Jalan Puskesmas/Puskesmas Keliling

Puskesmas Pembantu/Polinkam/ PKMKRFS 1.000

2. Rawat Inap Puskesmas per hari RFS 8.000

B. TINDAKAN MEDIS UMUM

NO JENIS PELAYANAN OBAT/BHP

JASAPELAYANAN

(Rp)1. Pengangkatan Tumor Jinak

a. Kesulitan Tinggi RFS 15.000b. Kesulitan Sedang RFS 10.000c. Kesulitan Rendah RFS 7.500

2. Jahit Luka Jaringan Kulit dan Otota. Sampai dengan 5 jahitan RFS 5.000b. Setiap penambahan satu jahitan berikutnya ditambah biaya RFS 1.000

3. Buka Jahitan

6

a. Jahitan Jelujur s/d 5 Jahitan RFS 2.000b. Jahitan Biasa s/d 5 jahitan RFS 2.000c. Setiap satu jahitan berikutnya ditambah biaya RFS 1.000

4. Debridemen Lukaa. Tunggal RFS 3.000b. Multiple (pengertian akan dibuatkan ayat lain) RFS 10.000

5. Immobilisasia. Telapak kiri/kanan RFS 3.000b. Lengan RFS 5.000c. Tungkai RFS 7.500

6. Sunat (Sircumsisi) RFS 50.000

7. a. Insisi/Eksisib. Ekstirpasi

RFSRFS

10.00015.000

8. Luka Bakara. Sampai dengan 10% RFS 8.000b. Sampai dengan 20% RFS 10.000c. Sampai dengan 30% RFS 15.000

9. Pengambilan Benda Asing RFS 10.000

10. Spoling Serumen (Telinga) RFS 5.000

11. Tindik Telinga RFS 5.000

C. TINDAKAN KEBIDANAN

NO JENIS PELAYANAN OBAT/BHP

JASAPELAYANAN

(Rp)1. Persalinan oleh Bidan secara Normal RFS 100.000

2. Persalinan oleh Doktera. Normal RFS 150.000b. Dengan Penyakit RFS 200.000c. Manual Retentio Plasenta RFS 75.000d. Curretage RFS 150.000

3. Keluarga Berencana (KB)a. Pemasangan IUD RFS 30.000b. Pelepasan IUD RFS 25.000c. Pemasangan Implant RFS 25.000d. Pelepasan Implant RFS 30.000

D. TINDAKAN MEDIS GIGI

NO JENIS PELAYANANOBAT/BHP

JASAPELAYANAN

(Rp)1. Pencabutan Gigi Sulung

a. Untuk pencabutan 1 gigi sulung RFS 2.500b. Selanjutnya untuk setiap 1 gigi sulung berikutnya ditambah

biayaRFS 1.000

2. Pencabutan Gigi Tetapa. Untuk pencabutan 1 gigi tetap 1) Tanpa komplikasi RFS 4.000 2) Dengan komplikasi RFS 6.000b. Selanjutnya untuk setiap pencabutan 1 gigi tetap

berikutnya ditambah biayaRFS 2.000

3. Pencabutan Gigi Tertanam/Impaksi RFS 10.000

7

4. Insisi Abses Gigi RFS 2.000

5. Tumpatan Sementara RFS 3.000

6. Tumpatan Tetapa. Tumpatan Tetap Amalgam - Besar RFS 7.000 - Kecil RFS 5.000b. Tumpatan Tetap Silikat - Besar RFS 7.000 - Kecil RFS 5.000

7. Scalling (per-regio) RFS 5.000

8. Perawatan Saluran Akar (per kunjungan)a. Pertama RFS 3.000b. Berobat RFS -

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

NO JENIS PELAYANANOBAT/BHP

JASAPELAYANAN

(Rp)1. Pemeriksaan Darah

a. Hitung jenis darah RFS 2.000b. Hitung hemoglobin RFS 1.000c. Laju endap darah RFS 2.000d. Golongan darah RFS 3.000e. Malaria RFS 2.000f. Filaria RFS 2.000g. STS/VDLR RFS 3.000h. Hitung trombosit RFS 3.000i. Erytrosit RFS 2.000j. Leukosit RFS 2.000k. Trombosit RFS 2.000

2. Pemeriksaan Urinea. Bilirubin/Urobilin/Urobilinogen RFS 1.000b. Fisik urine RFS 1.000c. Glukosa RFS 1.000d. Pemeriksaan protein RFS 1.000e. Sendimen urine RFS 1.000f. Tes kehamilan RFS 2.000

3. Pemeriksaan Tinjaa. Fisik faeces RFS 1.000b. Parasit faeces RFS 1.000c. Darah faeces RFS 1.000

4. Pemeriksaan cairan dalam jaringan tubuh (BTA) - -

F. PELAYANAN LAIN-LAIN

NO JENIS PELAYANAN OBAT/BHP

JASA PEL(Rp)

1. Pemeriksaan untuk pemberian Surat Keterangan Kesehatana. Untuk kepentingan pekerjaan - 2.000b. Untuk kepentingan pendidikan - 1.000c. Surat Keterangan Sakit - -

2. Pemakaian mobil ambulance/ mobil jenazaha. sampai dengan 5 KM pertama RFS 5.000b. Selanjutnya setiap 1 KM berikutnya ditambah sebesar RFS 1.000

3. Visum Et Revertuma. Visum Kecelakaan - -b. Visum Mayat - -

8

(2) Besarnya tarif pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Insan Sendawar adalah sebagai berikut :

TARIF BIAYA PELAYANAN :

I. POLIKLINIK RAWAT JALAN

II. UGD

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin Umum Perusahaan

1 Pemeriksaan Dokter RFS 7,500 10,000 20,000 2 Konsultasi Dokter Gigi RFS 3,000 6,000 10,000 3 Konsultasi Dokter

SpesialisRFS 15,000 5,000 70,000

III. RUANG OBSERVASI

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin Umum Perusahaan

1 Penggunaan Ruang Ob-

servasi (kurang dari 6 jam)

RFS 70,000 80,000 100,000

2 Lebih dari 6 jam, penam-bahan/jam

RFS 10,000 15,000 20,000

IV. RUANG KHUSUS

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin

1 Penggunaan Ruang

ICU/NICU/PICURFS 350,000

2 Penggunaan Ruang Intermediari/ HCU

RFS 150,000

Keterangan : Tarif Penggunaan Kamar ICU/NICU/PICU/HCU dihitung per hari, sudah termasuk didalamnya :

a. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter termasuk visite dokter atau tim dokter yang merawat dan atau Konsultasi dengan Dokter Spesialis;

b. Perawatan dan akomodasi di ruang ICU/NICU/PICU/HCU;c. Pemeriksaan Laboratorium Paket II A untuk kelas III;d. Obat Standart dan BHP/ALKES selama perawatan;e. Pemakaian Peralatan yang tersedia di Ruang ICU/NICU/PICU/HCU (Oksigen, Alat monitoring

jantung dan Paru.

No. Jenis Pelayanan BHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin Umum Perusahaan

1 Pemeriksaan Dokter RFS 5,000 7,500 15,000 2 Pemeriksaan Dokter

SpesialisRFS 10,000 25,000 50,000

3 Pemeriksaan Kebidanan/KB/KIA

RFS 2,000 3,000 7,500

4 Konsultasi Antar Poly Klinik RFS 2,500 5,000 7,000 5 Konsultasi Poly Spesialis RFS 5,000 17,500 35,000 6 Surat Keterangan Sehat RFS 1,000 2,000 5,000 7 Fisycal Exam MCU RFS 20,000 50,000

No. Jenis Pelayanan BHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin Umum Perusahaan

1 Pemeriksaan Dokter RFS 5,000 7,500 15,000 2 Pemeriksaan Dokter

SpesialisRFS 10,000 25,000 50,000

3 Pemeriksaan Kebidanan/KB/KIA

RFS 2,000 3,000 7,500

4 Konsultasi Antar Poly Klinik RFS 2,500 5,000 7,000 5 Konsultasi Poly Spesialis RFS 5,000 17,500 35,000 6 Surat Keterangan Sehat RFS 1,000 2,000 5,000 7 Fisycal Exam MCU RFS 20,000 50,000

No. Jenis Pelayanan BHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin Umum Perusahaan

1 Pemeriksaan Dokter RFS 5,000 7,500 15,000 2 Pemeriksaan Dokter

SpesialisRFS 10,000 25,000 50,000

3 Pemeriksaan Kebidanan/KB/KIA

RFS 2,000 3,000 7,500

4 Konsultasi Antar Poly Klinik RFS 2,500 5,000 7,000 5 Konsultasi Poly Spesialis RFS 5,000 17,500 35,000 6 Surat Keterangan Sehat RFS 1,000 2,000 5,000 7 Fisycal Exam MCU RFS 20,000 50,000

No.Jenis Pelayanan BHP/ Tarif ( Rp.)

ALKES Gakin Umum Perusahaan

Pemeriksaan Dokter RFS 5,000 7,500 15,000 Pemeriksaan Dokter Spesialis

RFS 10,000 25,000 50,000

Pemeriksaan Kebidanan/KB/KIA

RFS 2,000 3,000 7,500

Konsultasi Antar Poly Klinik RFS 2,500 5,000 7,000 Konsultasi Poly Spesialis RFS 5,000 17,500 35,000 Surat Keterangan Sehat RFS 1,000 2,000 5,000 Fisycal Exam MCU RFS 20,000 50,000

9

V. RAWAT INAP

A. Paket

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin

1 Pelayanan Rawat Inap

oleh DokterRFS 65,000

2 Pelayanan Rawat Inap oleh Dokter Spesialis

RFS 75,000

Keterangan : Tarif Rawat Inap per hari, sudah termasuk didalamnya :1. Visite dokter/dokter Spesialis;2. Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan;3. Paket pemeriksaan laboratorium (Paket II A untuk kelas III);4. Obat standart dan bahan habis pakai selama perawatan (IV Cateter, Infus Set, Larutan Satndart

Infus 2 botol/ hari).

B. Non Paket

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Kelas III Kelas II Kelas I

1 Akomodasi RFS 35,000 65,000 100,000 2 Visite Dokter Umum RFS 5,000 10,000 15,000 3 Visite Dokter Spesialis FRS 15,000 40,000 50,000

VI. PERSALINAN

A. Paket Gakin

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin

A. Persalinan Normal 1 Oleh Bidan RFS 150,000 2 Oleh Dokter RFS 200,000 3 Oleh Spesialis RFS 300,000

B. Persalinan Dengan Penyulit

1 Per Vaginam RFS 500,000 2 Per Abdominam RFS 1,500,000

Keterangan : Tarif Persalinan, sudah termasuk di dalamnya :1. Pelayanan Persalinan.2. Perawatan Bayi.

B. Non Paket

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Kelas III Kelas II Kelas I

A. Persalinan Normal 1 Oleh Bidan RFS 175,000 250,000 350,0002 Oleh Dokter RFS 225,000 300,000 400,0003 Oleh Spesialis RFS 375,000 550,000 850,000

B. Persalinan Dengan Penyulit

10

Per Vaginam

1. Oleh Dokter RFS 300,000 400,000 500,0002. Oleh Spesialis RFS 500,000 700,000 1,000,000

VII. TARIF ADMINISTRASI PELAYANAN KESEHATAN RAWAT INAP Rp. 25.000,-

VIII.TINDAKAN MEDIK KECIL DAN PEMAKAIAN ALAT SEDERHANA

No Jenis Pelayanan BHP/ALKES GAKIN UMUM PERUSAHAAN1 Kategori I RFS 1,500 3,000 5,0002 Kategori II RFS 2,500 5,000 7,5003 Kategori III RFS 5,000 7,500 10,0004 Kategori IV RFS 7,500 10,000 15,0005 Kategori V RFS 10,000 15,000 20,0006 Kategori VI RFS 20,000 25,000 40,0007 Kategori VII RFS 30,000 40,000 50,0008 Kategori lain-lain RFS 80,000 100,000 150,000

IX. JENIS JAHITAN LUKA DENGAN MENGGUNAKAN BENANG CAT GUT / BENANG SIDE

No T I N D A K A N BHP GAKIN UMUM PERUSAHAAN1 (1-3) Jahitan,Panjang

benang (30cm)RFS 7,000 12,000 20,000

2 (4-6) Jahitan,Panjang benang (45cm)

RFS 10,000 17,000 27,000

3 (7-9) Jahitan,Panjang benang (75cm)

RFS 15,000 20,000 35,000

4 (10-12)Jahitan,Panjang benang (90cm) RFS

18,000 25,000 50,000

5 (13-15)Jahitan,Panjang benang (120cm) RFS

22,000 30,000 60,000

6 (16-18) Jahitan,Panjang benang (135cm) RFS

25,000 35,000 70,000

7 (19-21) Jahitan,Panjang benang (150cm)

RFS 30,000 40,000 80,000

X. TINDAKAN PADA LUKA BAKAR/COBOSTIO

NO T I N D A K A N BHP GAKIN UMUM PERUSAHAAN1 1-10 % RFS 7,000 10,000 15,0002 11-20 % RFS 10,000 15,000 20,0003 21-30 % RFS 20,000 25,000 30,0004 31-40 % RFS 30,000 40,000 50,0005 41-50 % RFS 40,000 50,000 75,000

XI. PENUNJANG DIAGNOSTIK

A. Laboratorium Paket II A

11

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin

1 Darah Lengkap (Manual) 22,0002 Urine lengkap 22,0003 Feses Lengkap 22,000

Pemeriksaan Laboratorium paket II ARumah Sakit Type C( SK Menkes No. 56/Menkes/SK/I/2005)

B. Rontgent Paket II B

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Kelas III Kelas II Kelas I

1 Foto Rontgent Paket II B Rumah Sakit Type C

36000 45,000 50,000 55,000

2 Pembacaan Hasil Ro' oleh Spesialis Radiologi

10000 15000 20000 25000

( SK Menkes No. 56/Menkes/SK/I/2005)

C. Pemeriksaan Canggih

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Kelas III Kelas II Kelas I

1 Pengambilan Gambar oleh Operator

15000 20000 25000 30000

2 Pemeriksaan dan pembacaan Hasil Oleh Dokter Spesialis Radiologi

30000 40000 50000 60000

Keterangan : Tarif pemeriksaan Canggih sama dengan Tarif Pemeriksaan Sederhana dikalikan jumlah Film yang dipakai.

D. Pelayanan Paket II C

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin Umum Perusahaan

1 Penggunaan peralatan dan pemeriksaan Paket II C Rumah Sakit Type C

30,000 40,000 60,000

( SK Menkes No. 56/Menkes/SK/I/2005)

XII. TARIF PENUNJANG DIAGNOSTIK DI LUAR PAKET

I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DI LUAR PAKET

1. Pemeriksaan Sederhana

12

NO KELAS BHP TARIF1 RJL / Kelas III RFS 2,000

2 RJL / Kelas II RFS 3,500

3 Kelas I RFS 6,000

2. Pemeriksaan Sedang

NO KELAS BHP TARIF1 RJL / Kelas III RFS 4,000

2 RJL / Kelas II RFS 6,000

3 Kelas I RFS 8,000

3. Pemeriksaan Canggih

NO KELAS BHP TARIF1 RJL / Kelas III RFS 7,000

2 RJL / Kelas II RFS 12,500

3 Kelas I RFS 16,500

4. Pemeriksaan Sysmex KX-21

NO KELAS BHP TARIF1 RJL / Kelas III RFS 6,000

2 RJL / Kelas II RFS 12,500

3 Kelas I RFS 15,000

XIII. PEMERIKSAAN ELEKTROMEDIK DI LUAR PAKET

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin Umum Perusahaan

1 Amnioscopy 25,000 30,000 40,0002 Basal metabolik rate /

oxygen comsumption13,000 17,000 30,000

3 Bera (Evoked Potensial) 65,000 75,000 100,0004 Bronchial Provocation Test 140,000 155,000 175,0005 Bronchoscopy 100,000 125,000 150,0006 Bronchospirometri 225,000 240,000 275,0007 Carotid Arotid Doppler 140,000 150,000 175,0008 Colonoskopi 100,000 120,000 150,0009 Doppler Aorta Thoracalis

Abdominalis140,000 150,000 175,000

10 Echo kardiografi 185,000 200,000 250,00011 Electro Convulsive Theraphy

(ECT)100,000 120,000 150,000

12 Endoscopy & Sclerosing 190,000 210,000 250,00013 Endoscopy dengan Biopsi 140,000 160,000 200,00014 Endoscopy tanpa Biopsi 90,000 120,000 160,00015 ERCP 225,000 240,000 275,00016 Esophagusgrafi +Biopsi 100,000 125,000 160,00017 Evoked Potensial :

BEAP,VEP70,000 85,000 120,000

18 Evoked Potensial : SSEP 140,000 160,000 190,00019 Gastroscopy + Biopsi

/Gastroscopy + Scleroterapi100,000 125,000 170,000

20 Holter Monitoring 135,000 150,000 175,00021 Kolposcopy 45,000 60,000 90,00022 Laparascopy/Peritoneoscopy 100,000 125,000 160,000

13

23 Laryngoscopy 95,000 125,000 160,00024 Rectosigmoidoscopy 55,000 65,000 85,00025 Sinuscopy 55,000 65,000 85,00026 Stress Echo 215,000 240,000 275,00027 TEE (Traso Eshopageal

Echo)315,000 340,000 375,000

28 Thoracoscopy 95,000 110,000 140,00029 transbronchial Lung Biopsi 225,000 240,000 275,00030 Treadmil test 100,000 125,000 150,00031 Tuntunan USG

(Biopsi,Aspirasi,Punksi Pleura)

65,000 75,000 90,000

32 Urethroscopy/ Cystoscopy 70,000 80,000 95,00033 USG Abdomen ( Hepar,Lien,

Pancreas, Ginjal)60,000 70,000 85,000

34 USG Bahu 60,000 70,000 85,00035 USG Kandungan /Kebidanan 60,000 70,000 85,00036 USG Kepala Bayi 60,000 70,000 85,00037 USG Mamae ,Thyroid,Testis 60,000 70,000 85,00038 USG Mata 60,000 70,000 85,00039 Vaskular Doppler 140,000 150,000 175,00040 Vaskular Doppler Terbatas 70,000 80,000 100,00041 Vektor Cardiographi 100,000 125,000 150,00042 VO2 Max 70,000 80,000 100,000

XIV. TARIF TINDAKAN MEDIS

A. Paket III A

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin Umum Perusahaan

1 Tindakan Medis Paket III A Rumah Sakit Type C

27,500 40,000 60,000

( SK Menkes No. 56/Menkes/SK/I/2005)

B. Paket III B

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin Umum Perusahaan

1 Tindakan Medis Paket III B Rumah Sakit Type C

65,000 80,000 100,000

( SK Menkes No. 56/Menkes/SK/I/2005)

C. Paket III C

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin Umum Perusahaan

1 Tindakan Medis Paket III C Rumah Sakit Type C

250,000 300,000 400,000

( SK Menkes No. 56/Menkes/SK/I/2005)

XV. TINDAKAN OPERASI

PAKET OPERASI

1. Operasi Kelompok I

14

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin

1 Tindakan Operasi Kelompok I Rumah Sakit Type C

1,100,000

( SK Menkes No. 56/Menkes/SK/I/2005)

2. Operasi Kelompok II

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin

1 Tindakan Operasi Kelompok II Rumah Sakit Type C

1,500,000

( SK Menkes No. 56/Menkes/SK/I/2005)

3. Operasi Kelompok III

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin

1 Tindakan Operasi Kelompok III Rumah Sakit Type C

2,200,000

( SK Menkes No. 56/Menkes/SK/I/2005)

4. Operasi Khusus

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin

1 Tindakan Operasi Khusus Anak

RFS 4,000,000

2 Tindakan Operasi Khusus Digestif

RFS 4,000,000

RFS 5,000,0003 Tindakan Operasi Khusus

KebidananRFS 4,000,000

RFS 5,000,000 RFS 6,000,0004 Tindakan Operasi

OrtopediRFS 3,000,000

RFS 4,000,000 Jenis-jenis Tindakan

mengacu pada Tindakan Operasi Rumah Sakit Type C

( SK Menkes No. 56/Menkes/SK/I/2005)

XVI. OPERASI NON PAKET

A. Tarif Sewa Kamar Operasi

No. Jenis PelayananTarif ( Rp.)

Kelas III Kelas II Kelas I1 Operasi Kecil 25,000 50,000 75,0002 Operasi Sedang 50,000 100,000 200,0003 Operasi Besar 100,000 150,000 350,000

15

4 Operasi Khusus 125,000 250,000 400,000

B. Jenis Operasi

1. Operasi Kecil

No. Jenis Pelayanan BHPTarif ( Rp.)

Normal Patologis Komplikasi1 RJL / Kelas III RFS 150,000 200,000 250,0002 RJL / Kelas II RFS 240,000 300,000 350,0003 Kelas I RFS 280,000 350,000 425,000

2. Operasi Sedang

No. Jenis Pelayanan BHPTarif ( Rp.)

Normal Patologis Komplikasi1 RJL / Kelas III RFS 400,000 500,000 600,0002 RJL / Kelas II RFS 600,000 750,000 900,0003 Kelas I RFS 700,000 825,000 1,000,000

3. Operasi Besar

No. Jenis Pelayanan BHPTarif ( Rp.)

Normal Patologis Komplikasi1 RJL / Kelas III RFS 750,000 950,000 1,125,0002 RJL / Kelas II RFS 900,000 1,125,000 1,350,0003 Kelas I RFS 1,100,000 1,375,000 1,650,000

4. Operasi Khusus

No. Jenis Pelayanan BHPTarif ( Rp.)

Normal Patologis Komplikasi1 RJL / Kelas III RFS 1,400,000 1,750,000 2,100,0002 RJL / Kelas II RFS 1,700,000 2,125,000 2,550,0003 Kelas I RFS 2,000,000 2,500,000 3,000,000

XVI. TARIF TEAM OPERASI

No. Jenis Pelayanan Kelas III Kelas II Kelas I1 Asisten Tindakan (Team Operasi) a. Operasi Khusus (1 team) 125,000 175,000 225,000 b. Operasi Besar (1 team) 100,000 160,000 200,000 c. Operasi Sedang (1 team) 60,000 100,000 150,000 d. Operasi Kecil (1 team) 40,000 60,000 75,0002 Team Anestesi a. Operasi dengan dokter Spesialis

Anestesi Team 50% Jasa Operator

b. Operasi tanpa dokter Spesialis Anestesi Team 25% Jasa Operator

XVIII. TARIF RECOVERY ROOM

No. Jenis Pelayanan BHP Normal Patologis Komplikasi1 Pemakaian Ruang + Bed

Side MonitorRFS 100,000 125,000 150,000

2 Pemakaian Ruang + Bed Side Monitor + Syring Pump

RFS 150,000 175,000 200,000

3 Pemakaian Ruang + Bed Side Monitor + Syring Pump + Ventilator

RFS 250,000 275,000 300,000

16

Keterangan : Biaya RFS / obat / Alkes dihitung tersendiri sesuai pemakaian.

XIX. PELAYANAN DARAH

No. Jenis PelayananBHP/ Tarif ( Rp.)ALKES Gakin Umum Perusahaan

1 Pemeriksaan Darah untuk Tranfusi

RFS 100,000 130,000 150,000

Keterangan : BHP/ALKES adalah harga kantong darah yang digunakan.

XX. Tarif Pelayanan Obat

1. Tarif Pelayanan Obat - Obatan bagi Pasien Gakin dan Askes mengacu pada Plafon Harga Obat DPHO.

2. Tarif Pelayanan Obat-Obatan Pasien Umum Kelas III menggunakan obat Generik.3. Apabila memang membutuhkan Obat Paten, maka menggunakan Obat Paten yang

sudah dipilih dalam Formularium yang ditetapkan oleh Komite Farmasi Team RSUD HIS.

XXI Tarif Pelayanan Ambulans/Mobil Jenasah

Tarif Mobil Ambulan/Mobil Jenasah :1. Gakin 2. Umum

No. TUJUAN TARIF

1 RSUD - Kec. Barong Tongkok 25,0002 RSUD - Kec. Melak 50,0003 RSUD - Kec. Linggang Bigung 75,0004 RSUD - Kec. Tering 100,0005 RSUD - Tutung 200,0005 RSUD – Kec. Damai 200,0006 RSUD – Kec. Muara Lawa 200,0007 RSUD – Dempar 150,0008 RSUD – Blusuh 250,0009 RSUD – Kec. Tanjung Isuy 350,00010 RSUD – Tenggarong 600,00011 RSUD – Samarinda 750,000

XXII. TARIF KESEHATAN GIGI DAN MULUT

A. Perawatan Gigi dan Bedah Mulut

No. TINDAKAN TARIF

1 Pencabutan Gigi tetap 20,000 2 Penvabutan 1 Gigi + Hecting 25,000 3 Pencabutan dengan komplikasi 60,000 4 Odentectomy dgn perawatan pasca bedah 250,000 5 Overculectomy 250,000 5 Alveolectomy 250,000

17

6 Pencabutan Gigi susu dgn CE 5,000 7 Pencabutan Gigi susu dgn Suntikan 10,000 8 Insisi abses intra oral (Kecil) 5,000 9 Insisi abses intra oral (Luas + Tampon) 65,000 10 Insisi abses extra oral + Tampon 65,000 11 Epulis 65,000 12 Trepanasi 15,000 13 Perawatan perdarahan 17,500 14 Curetage / Dry socet 20,000

B. Perawatan Konservasi

No. TINDAKAN TARIF

1 Tumpatan sementara 10,000 2 Tumpatan Amalgam (sulung + permanen) 27,500 3 Tumpatan Glass Ionomer (GI) 30,000 4 Tumpatan sinar (Laser) 80,000

C. Perawatan Saluran Akar/PSA

No. TINDAKAN TARIF

1 Devitalisasi pulpa (Aplikasi Arsen) 10,000 2 Open pulp chamber 15,000 3 Sterilisasi pulp chamber 10,000 4 Aplikasi Mumi + Filling 40,000 5 Explorasi Root canal 30,000 6 Pengisian saluran akar 25,000

D. Scalling RA/RB

No. TINDAKAN TARIF

1 SCALING (manual) / Rahang 30,000 2 SCALING ELEKTRIK /Rahang 50,000 3 SCALING + stain 80,000

E. Up Hecting/Angkat Jahitan

No. TINDAKAN TARIF

1 UP HECTING 5,000

XXIII. Tarif Rehabilitasi Medik

No K E L A S BHP JS RS JS PEL TARIF1 RJL / Kelas III RFS 5,000 10,000 15,0002 RJL / Kelas II RFS 10,000 15,000 25,0003 Kelas I RFS 15,000 20,000 35,000

XXIV. STERILISASI

18

No K E L A S BHP JS RS JS PEL TARIF1 Sterilisasi Alat Medis/Pack RFS 2,000 1,000 3,0002 Sterilisasi Linen/KG RFS 2,000 1,000 3,000

XXV. PERAWATAN JENAZAH

No K E L A S BHP JS RS JS PEL TARIF1 Perawatan Jenazah RFS 10,000 10,000 20,0002 Pengawetan Jenazah

(Formalin)RFS 10,000 50,000 60,000

XXVI. TARIF-TARIF YANG BELUM DITETAPKAN AKAN DITETAPKAN KEMUDIAN.

XXVII. PETUNJUK PELAKSANAAN TEKNIK OPERASIONAL PENETAPAN POLA TARIF AKAN DITETAPKAN DENGAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR.

Pasal 9

Tarif pelayanan pemeriksaan kesehatan calon haji dan pengelolaannya akan diatur melalui Peraturan Bupati.

BAB VI

TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENGELOLAAN RETRIBUSI

Pasal 10

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan;

(3) Pemungutan retribusi pelayanan kesehatan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat yang memberikan pelayanan kesehatan;

(4) Pemungutan retribusi ijin upaya pelayanan kesehatan swasta dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat;

(5) Pemungutan retribusi pelayanan kesehatan dan retribusi ijin upaya pelayanan kesehatan swasta menggunakan tanda pemungutan yang sah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Barat;

(6) Penerimaan pungutan retribusi pelayanan kesehatan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polinkam, dan PKMK disetor ke Kas Daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat;

(7) Penerimaan pungutan retribusi ijin upaya pelayanan kesehatan swasta disetor ke Kas Daerah oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat;

(8) Pengaturan pengelolaan pungutan obat dan atau bahan habis pakai, jasa Puskesmas, dan jasa pelayanan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polinkam, dan PKMK akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati atas usul Kepala Dinas Kesehatan;

(9) Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Kesehatan wajib melaporkan pengelolaan penerimaan retribusi pelayanan kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan setiap bulan.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 11

Bupati atas usul Kepala Dinas Kesehatan mengangkat dan menetapkan pejabat yang ditunjuk baik yang berasal dari Dinas Kesehatan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Peraturan Daerah ini baik secara bersama-sama maupun sendiri–sendiri sesuai kewenangan masing-masing.

BAB VIII

TATA CARA PEMBAYARAN

19

Pasal 12

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus;

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati;

BAB IX

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 13

(1) Retribusi terutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Retribusi dapat ditagih melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN);

(2) Penagihan retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang undangan yang berlaku;

(3) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD;

(4) Pengeluaran surat teguran dan/atau peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran;

(5) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah surat teguran dan/atau peringatan/surat lain yang sejenis diterbitkan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang;

(6) Surat teguran sebagaimana dimaksud ayat (4) dikeluarkan oleh Pejabat.

BAB X

KEBERATAN

Pasal 14

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB;

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas;

(3) Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan retribusi tersebut;

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya;

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat [2] dan [3] tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan;

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 15

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan;

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang;

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat [1] telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XI

20

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 16

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati;

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat [1] harus memberikan keputusan;

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat [2] telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan untuk melunasi dahulu retribusi tersebut;

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat [1] langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat [1] dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB;

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 17

(1) Permohonan Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. Nama dan alamat Wajib Pajak;

b. Masa retribusi;

c. Besarnya kelebihan pembayaran;

d. Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat;

(3) Bukti penerimaan atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 18

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi;

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 19

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;

(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat [1] dapat diberikan kepada Wajib Retribusi antara lain: lembaga sosial, kegiatan sosial dan bencana alam;

21

(3) Tata cara pengurangan, keringanan, dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIII

KADALUARSA PENAGIHAN

Pasal 20

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi;

(2) Kedaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat [1] tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Teguran ; atau

b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XIV

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 21

Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Pasal 22

(1) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana dimaksud pada pasal 24 peraturan daerah ini berwenang:

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat;

e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan/atau selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

(2) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara setiap tindakan :

a. Pemeriksaan rumah;

b. Pemasukan rumah;

c. Penyitaan benda;

d. Pemeriksaan surat;

e. Pemeriksaan saksi;

f. Pemeriksaan di tempat kejadian dan mengirimkannya kepada Kejaksaan Negeri melalui Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

22

BAB XV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 23

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 7, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18 dan 20 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah);

(2) Ancaman pidana atau denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

BAB XVI

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 24

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 dan Pasal 8 tidak berlaku bagi :

a. Orang miskin;

b. Mereka yang berada di Panti Asuhan, Rumah Jompo dan Rumah Penderita Cacat dengan menunjukkan surat keterangan tidak mampu dari Pimpinan Panti Asuhan, Rumah Jompo dan Rumah Penderita Cacat;

c. Peserta Asuransi Kesehatan;

d. Anggota Veteran, Wredathama dan keluarga yang tertanggung;

e. Kader kesehatan yang aktif terdaftar dan memiliki Kartu Tanda Pengenal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Puskesmas setempat;

f. Mereka yang terkena musibah bencana alam yang ditetapkan oleh Bupati dalam batas waktu tertentu;

g. Pasien yang mendapat pelayanan pengobatan program;

h. Penderita cacat lumpuh, tunanetra, cacat mental dan jiwa;

(2) Murid TK, SD, SMTP, SMU, SMK dibebaskan dari biaya pengobatan dasar umum dan tindakan medis sesuai Pasal 7 dan Pasal 8, dengan menunjukkan surat keterangan dari Kepala Sekolah/Pimpinan masing-masing;

(3) Untuk Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun, serta Purnawirawan TNI dan POLRI beserta keluarganya diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 25

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat.

Ditetapkan di Sendawar

23

pada tanggal 12 Juli 2005

BUPATI KUTAI BARAT,

ttd

RAMA ALEXANDER ASIA

Diundangkan di Sendawarpada tanggal 12 Juli 2005

Plt. SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN KUTAI BARAT,

ttd

H. ENCIK MUGNIDIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2005 NOMOR 39 SERI B

24