bab iii observasi polusi cahaya dan...

34
58 BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILAL Metode observasi merupakan sistem proses perekaman pola alamiah dari manusia, objek dan kejadian-kejadian sebagaimana mereka teramati. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa yang berkaitan dengan pengetahuan yang relevan maupun pengetahuan yang diperoleh dari data. Kegiatan observasi ini meliputi kegiatan melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang berkaitan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Sarwono, 2006: 224). Dalam mendukung observasi diperlukan instrument pendukung yaitu lokasi pengamatan, waktu pelaksanaan, objek pengamatan, tehnik pengambilan data, pengolahan data dan reduksi data. Instrumen lainnya berupa peralatan yang dipergunakan untuk pengumpulan data citra dan teknis di lapangan berupa catatan lapangan, dokumentasi pengamatan serta komunikasi interaktif juga diperlukan guna mendukung dan memudahkan pelaksanaan penelitian. Fokus pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan terhadap pola perubahan polusi cahaya, pengamatan rukyatulhilal dan nilai korelasi antara polusi cahaya dan rukyatulhilal awal bulan dengan pengamatan secara langsung di lokasi yang telah dipilih. Adapun penggunaan data-data pendukung merupakan citra hasil pengamatan, pengambilan data tentang keadaan cuaca dan udara dari BMKG Klimatologi Semarang serta penggunaan citra satelit dari BMKG untuk menggambarkan secara koheren terhadap fokus pengamatan.

Upload: dinhphuc

Post on 04-Jul-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

58

BAB III

OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILAL

Metode observasi merupakan sistem proses perekaman pola alamiah

dari manusia, objek dan kejadian-kejadian sebagaimana mereka teramati.

Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa yang berkaitan dengan

pengetahuan yang relevan maupun pengetahuan yang diperoleh dari data.

Kegiatan observasi ini meliputi kegiatan melakukan pencatatan secara

sistematik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal

lain yang berkaitan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan

(Sarwono, 2006: 224).

Dalam mendukung observasi diperlukan instrument pendukung yaitu

lokasi pengamatan, waktu pelaksanaan, objek pengamatan, tehnik pengambilan

data, pengolahan data dan reduksi data. Instrumen lainnya berupa peralatan

yang dipergunakan untuk pengumpulan data citra dan teknis di lapangan

berupa catatan lapangan, dokumentasi pengamatan serta komunikasi interaktif

juga diperlukan guna mendukung dan memudahkan pelaksanaan penelitian.

Fokus pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan terhadap pola

perubahan polusi cahaya, pengamatan rukyatulhilal dan nilai korelasi antara

polusi cahaya dan rukyatulhilal awal bulan dengan pengamatan secara

langsung di lokasi yang telah dipilih. Adapun penggunaan data-data pendukung

merupakan citra hasil pengamatan, pengambilan data tentang keadaan cuaca

dan udara dari BMKG Klimatologi Semarang serta penggunaan citra satelit

dari BMKG untuk menggambarkan secara koheren terhadap fokus

pengamatan.

Page 2: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

59

1. Lokasi Pengamatan

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang mengambil dua lokasi

yang representatif dengan fokus pengamatan. Adapun lokasi pengamatan

yang dipilih, yaitu:

a. Club Astronomi Santri Assalam (CASA) Surakarta

Berlokasi di Observatorium PPMI Assalam, Jl. Garuda Mas Pabelan-

Sukoharjo- Surakarta- Jawa Tengah. CASA didirikan pada tanggal 16

April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust. Budi Prasetyo (alm).

Berlokasi pada letak geografis 7°33’12,08” LS; 110°46’16,19” BT,

dengan ketinggian 24 m dari lantai dasar ke puncak anjungan.

Gambar. 3.1. Lokasi CASA Assalam melalui citra Google Earth

diakses tanggal 01 Desember 2014

Page 3: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

60

Berjarak ± 80 km dari pantai Selatan, terletak di lokasi yang

berpenduduk padat di wilayah ujung Utara Sukoharjo. Adapun di sebelah

Timur adalah kota Surakarta, Sragen dan Karanganyar. Sebelah Selatan

adalah kabupaten Sukoharjo, Wonogiri dan Gunung Kidul, Sebelah Utara

adalah Sragen dan Boyolali. Sedangkan pada arah pandang horizon Barat

yaitu Kota Boyolali disebelah Barat Daya dan arah Klaten dan Kota

Yogyakarta di arah Barat Laut. Pada arah pandang ke horizon Barat

terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi yang ditaksir memiliki

ketinggian 4-8 derajat pada arah azimut 290⁰ ke Utara.

b. Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah

Berlokasi di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah Indonesia yang

beralamat di Jl. Gajah Raya No. 128, Sambirejo, Gayamsari, Semarang

Jawa Tengah. Lokasi ini berada pada lintang 6⁰59’04,16” LS dan

110⁰26’47,85” BT dengan ketinggian 99 meter di lokasi menara

pandang, 103 m pada puncak menara.

Gambar. 3.2. Lokasi Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah

melalui Google Earth diakses tanggal 01 Desember 2014

Page 4: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

61

Lokasi Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah berada di

sebelah tepi timur kota Semarang. Di sebelah Timur adalah Kabupaten

Demak, sebelah Utara adalah Laut Jawa, di sebelah Selatan adalah

Ungaran (Kab. Semarang) dan sebelah Barat adalah kota Semarang,

Kaliwungu dan kabupaten Kendal. Lokasi ini berada di wilayah

pemukiman padat perkotaan kota Semarang pada letak astronomis 6⁰50’

- 7⁰10’ LS dan 109⁰35’ - 110⁰50’ BT. Wilayah kota Semarang berada

pada ketinggian antara 0 sampai dengan 348 mdpl.

Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan

perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah

dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90,56 - 348

mdpl yang diwakili oleh tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel,

Semarang Selatan, Mijen dan Gunung Pati. Di daerah pantai mempunyai

ketinggian 0,75 mdpl sedangkan daerah rendah yang meliputi Pusat Kota

dan Simpang Lima berada pada ketinggian 2,45 – 3,49 mdpl

(www.semarangkota.go.id).

Page 5: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

62

2. Waktu Pengamatan

Pengamatan secara visual atau pengamatan langsung dilaksanakan pada

tanggal 24-25 Oktober 2014/ 29 Zulhijah 1435 H – 01 Muharram 1436 H

untuk lokasi CASA Assalam Surakarta. Sedangkan pengamatan di Menara

al Husna Masjid Agung Jawa Tengah Semarang dilaksanakan pada tanggal

22-24 Nopember 2014/ 29 Muharram 1436 H – 01 Safar 1436 H.

3. Proses Pengamatan Polusi Cahaya dan Rukyatulhilal

Pengamatan secara langsung dilakukan di lokasi CASA Assalam yang

dilaksanakan pada tanggal 24 dan 25 Oktober 2014. Pengamatan

dilaksanakan mulai pada pukul 17:00 s.d 20:00 WIB. Fokus pengamatan

terhadap variabel yang terkait dengan polusi cahaya pada pukul 17.30 –

20.00 WIB dan rukyatulhilal dimulai pada pukul 17:00 – 18:15 WIB.

Durasi waktu ini dipergunakan dalam rangka untuk mengumpulkan data

terkait dengan keadaan lingkungan geografis, horizon pengamat, langit

diatas horizon, perubahan cuaca pada saat pengamatan, penentuan

kedudukan hilal dan keadaan pada saat terbenam Matahari.

a. Pengamatan Polusi Cahaya

Dalam penentuan fokus pengamatan terhadap polusi cahaya, pengamatan

dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan rukyatulhilal. Fokus

pengamatan terhadap perubahan polusi cahaya dilakukan mulai pukul

17:30 s.d. 20:00 WIB. Pengambilan durasi ini dilakukan untuk mengetahui

pola perubahan polusi cahaya yang dihasilkan oleh cahaya lampu kota

pada saat pertama muncul dan perubahannya hingga efek yang

ditimbulkannya terhadap rukyatulhilal.

Page 6: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

63

Untuk keadaan polusi cahaya pada jarak pandang yang jauh,

pengamatan difokuskan kepada polusi cahaya yang dihasilkan oleh lampu

jalan, lampu kota-kota dan pemukiman di arah Barat lokasi pengamatan

dalam radius pandang 30⁰ ke arah Utara dan Selatan dari titik Barat. Data

yang diperoleh dimasukkan dalam catatan lapangan secara deskriptif.

Untuk memudahkan dalam pengolahan data, dalam catatan lapangan

dilakukan pengkodean terhadap setiap fokus pengamatan sebagai berikut:

Tabel. 3.1. Pengkodean dalam catatan lapangan untuk fokus polusi cahaya

No/ Kode Fokus

GT Deskriptif keadaan geografis dan lingkungan lokasi

pengamatan

HP Deskriptif keadaan horizon pada saat pengamatan

PH Deskriptif penghalang horizon yang nampak

LM Deskriptif keadaan langit malam setelah Matahari

terbenam

P Polusi cahaya

P1 Deskriptif pertumbuhan cahaya lampu kota yang

nampak dari lokasi sebelum Matahari terbenam

P2 Deskriptif pertumbuhan polusi cahaya lampu kota

pasca Matahari terbenam

Dalam mendukung data hasil pengamatan dilakukan dokumentasi

terhadap masing-masing fokus pengamatan dengan menggunakan kamera

digital Nikon Coolpix S3500. Pengambilan citra foto disesuaikan dengan

fokus pengamatan dengan melakukan pengaturan kamera terlebih dahulu.

Untuk menahan agar kamera lebih fokus dipergunakan Nikkon mini tripod.

Gambar. 3.3. Camera Nikon Coolpix S3500

(diakses melalui http://www.nikonusa.com/)

Page 7: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

64

Effektive Pixels 20.1 Million, Sensor

Gambar: ½.3-in. Type CCD; total pixel

~ 20.48 million; Lensa menggunakan

NIKKOR lens with 7x optical zoom:

4.7-32.9 mm; Digital zoom

magnification lebih dari 4x (35mm

[135] format equivalent;~ 728mm); VR

berupa lens shift, Image pixel 20M (H);

ISO sensitivy ISO 80-1600, ISO 3200

Sebelum melakukan pemotretan, dilakukan penyetelan kamera agar

dapat lebih efektif dalam menangkap citra polusi cahaya. Penyetelan

dilakukan dengan menyalakan kamera dan diatur ke mode pemotretan.

Kemudian tekan selektor multi untuk memilih scene pemotretan kemudian

memilih scene mode citra yang disesuaikan dengan keadaan keadaan

langit, dalam hal ini dipilih pemandangan malam, kemudian tekan OK.

Mode scene dapat ditampilkan sebagai berikut:

Gambar. 3.4. Proses shooting objek pengamatan

Page 8: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

65

Dengan memilih scene pemandangan malam, citra akan

menyesuaikan dengan warna gelap. Untuk menentukan fokus, tombol rana

ditekan separuh sehingga area fokus atau indikator fokus akan selalu

menyala hijau. Untuk mengurangi efek kabur dan noise dipilih opsi hand

dan tripod saat menggunakan tripod atau cara lainnya untuk menstabilkan

kamera saat pemotretan. Pengurang guncangan dinonaktifkan dengan

mengatur ke mode Nyala.

Perolehan efek warna yang diterapkan pada citra dalam menangkap

spektrum cahaya kuning, putih maupun biru yang dihasilkan cahaya

lampu. Penyetelan yang dilakukan adalah dengan mengatur menu

pemotretan sebagai berikut, mode gambar diatur ke pengaturan default

5152x3864, keseimbangan putih dilakukan penyetelan sebanyak 3 kali

untuk penangkapan efek cahaya lampu pijar, lampu neon, berawan dan

lampu kilat. Pengaturan sensivitas cahaya dengan pengaturan “jangkauan

auto tetap” dan memilih ISO 80-800 untuk radius jauh dan ISO 40-800

untuk radius dekat di area lokasi pengamatan. Pemotretan disesuaikan

dengan keperluan pengamatan, untuk kemudian hasil pemotretan disimpan

dalam memori eksternal dan dilakukan pengolahan data.

Gambar. 3.5. Alur penyimpanan hasil citra pemotretan

Pemotretan

Dokumentasi hasil pengamatan diinventarisir untuk dilakukan

reduksi data dengan memilah citra foto dan disesuaikan dengan hasil

Page 9: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

66

pengamatan catatan pengamatan. Untuk citra foto radius dekat di sekitar

lokasi pengamatan, dilakukan dengan memilah kesesuaian hasil citraan

terhadap warna lampu neon dan lampu pijar. Sedangkan untuk radius jauh

dengan memilah hasil citraan berdasarkan komposisi mode lampu pijar

dan lampu neon. Reduksi terhadap kedua jenis mode balance ini adalah

untuk melihat daya tangkap citra terhadap warna tampak polusi cahaya

lampu, yaitu pada warna tampak kuning, biru maupun putih. Untuk

selanjutnya, citra foto hasil reduksi data dimasukkan ke catatan lapangan

untuk dianalisa.

Data pendukung yang dipergunakan untuk pengamatan polusi

cahaya di CASA Assalam dan Menara al Husna Masjid Agung Jawa

Tengah diperoleh dari dari citra foto satelit dari Blue Marble Navigator

yang dikelola oleh NASA’s National Geophysical Data Center (NOAA-

NGDC) yang diakses melalui http://blue-marble.de. Data satelit yang

dipergunakan adalah data citra tahun 2014 yang telah diolah terakhir pada

bulan Oktober 2014. Data ini berupa citra foto malam hari yang

dipergunakan untuk mengetahui pertumbuhan polusi cahaya dengan acuan

titik CASA Assalam Surakarta dan Menara al Husna Masjid Agung Jawa

Tengah.

Citra foto satelit ini dipergunakan untuk mendukung data hasil

pengamatan sehingga dapat dikorelasikan antara hasil pengamatan dengan

hasil citra satelit. Hasil citra satelit memberikan informasi tentang

sejauhmana tingginya polusi cahaya di CASA Assalam. Selain itu, citra

satelit tersebut sekaligus dipergunakan sebagai data pendukung untuk

Page 10: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

67

mengetahui tingkat pertumbuhan polusi cahaya di kota Semarang pada

tahun 2014.

Data terkait kualitas udara yang diperoleh dari BMKG merupakan

data Suspendid Particulated Matter (SPM) yaitu data untuk menunjukkan

tingkat kualitas udara di suatu daerah. Semakin tinggi nilai SPM, maka

semakin buruk tingkat kualitas udaranya yang sekaligus mengindikasikan

tingginya tingkat polusi udara. Polusi cahaya berkorelasi dengan tingginya

tingkat kualitas udara di suatu daerah. Data SPM yang diperoleh dari

BMKG merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran sampel

suatu kota, terutama kota-kota besar karena masih minimnya peralatan

yang dimiliki.

Dalam pengamatan ini, data SPM yang diperoleh hanya untuk

wilayah kota Semarang dan sekitarnya dan tidak berlaku untuk daerah lain

sebagaimana informasi yang diperoleh dari BMKG Jawa Tengah. Adapun

data SPM bulan Nopember 2014 untuk kota Semarang dan sekitarnya

adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.2. Data Suspendid Particulated Matter (SPM) bulan Nopember

2014 untuk kota Semarang dan sekitarnya

Kab/ Kota Bulan Nopember Suspendid Particulated

Matter (SPM) (µg/m3)

Semarang

05 Nopember 2014 313, 35

11 Nopember 2014 233, 55

17 Nopember 2014 225, 65

23 Nopember 2014 236, 95

29 Nopember 2014 365, 85

Page 11: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

68

Pemantauan SPM dilakukan dengan menggunakan metode

sampling berupa High Volume Sampler (HVS) dan untuk analisis

laboratorium menggunakan Neraca Analitik (Analitical Balace). Dari hasil

pemantauan tersebut, kualitas udara berkualitas baik ketika berada pada

nilai < 230 ug/m3. Sedangkan jika nilai SPM melebihi nilai baku mutu >

230 ug/m3, maka hal ini menunjukkan kualitas udara berada diatas batas

ambang ekstrim atau kualitas udara buruk.

Berdasarkan data SPM bulan Nopember 2014 untuk kota Semarang

dan sekitarnya menunjukkan bahwa kualitas udara yang berada diatas

ambang ekstrim adalah untuk data tanggal 5 Nopember 2014 (minggu 1),

23 Nopember 2014 (minggu 4) dan 29 Nopember 2014 (minggu 5). Nilai

yang diperoeh berturut-turut Minggu 1 = 313, 35 ug/m3, Minggu 4 = 236,

95 ug/m3 dan Minggu 5 = 365, 85 ug/m3. Hal ini sebagaimana ditunjukkan

dalam bagan berikut, yaitu bagian chart yang menunjukkan warna merah

merupakan wilayah yang memiliki kualitas udara buruk dan berada diatas

ambang batas ekstrim.

Gambar. 3.6. Bagan Database Kualitas Udara untuk Pemantauan SPM

bulan Nopember 2014 (sumber:http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/

Kualitas_Udara/Informasi_SPM.bmkg)

Page 12: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

69

Gambar 3.7. Hasil pengambilan citra satelit untuk polusi cahaya dengan

acuan lokasi CASA Assalam Surakarta yang diunduh dari

http://www.blue-marble.de tahun 2014

Gambar 3.8. Hasil pengambilan citra satelit untuk polusi cahaya dengan

acuan lokasi kota Semarang yang diunduh dari http://www.blue-marble.de

tahun 2014

b. Pengamatan rukyatul hilal

Pelaksanaan pengamatan hilal atau rukyatulhilal dilaksanakan pada sore

hari menjelang Matahari terbenam. Untuk pengamatan hilal di CASA

Assalam dilaksanakan pada tanggal 24 dan 25 Oktober 2014/ 29

Dzulhijjah 1435 H dan 1 Muharram 1436 H mulai pukul 17.00-18.00

WIB. Sedangkan pengamatan di Menara al Husna Masjid Agung Jawa

Page 13: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

70

Tengah dilaksanakan pada tanggal 22 dan 23 Nopember 2014/ 29

Muharam 1436 H dan 30 Muharam 1436 H mulai pukul 17.00 – 18.15

WIB. Pengamatan pada waktu ini untuk mengidentifikasi warna cahaya

tampak dari polusi cahaya, cahaya senja dan hilal dan keterkaitan antara

ketiga vaiabel tersebut. Akan tetapi hilal tidak terlihat karena langit

berawan tebal. Pengamatan dilakukan secara visual dengan mata bugil dan

menggunakan binocular untuk membantu mendekatkan objek yang jauh.

Untuk membantu dalam penentuan arah digunakan Kompas Silva

atau Kompas Orientasi, karena kemudahan penggunaan kompas ini untuk

orientasi medan. Kompas ini memiliki tanda penunjuk penyesuai arah

yang terdapat di dasar piringan kompas dan dilengkapi pula dengan

cermin. Selain itu, disekitar piringan kompas terdapat konektor dan

penggaris sehingga memudahkan dalam meluruskan arah pandang dan

memfokuskan objek pengamatan.

Fokus pengamatan hilal meliputi, kenampakan horizon pandang

pada rentang 30⁰ ke Utara dan ke Selatan, keadaan langit diatas horizon

sebelum dan sesudah Matahari terbenam, objek penghalang dari pengamat

ke horizon pandang, penganggu pandangan dalam radius pandang

pengamat ke horizon dan terlihat atau tidaknya hilal. Data hasil

pengamatan dimasukkan dalam catatan lapangan, untuk lebih

memudahkan dalam memberikan gambaran objektif sesuai hasil

pengamatan. Pengkodean terhadap fokus kajian dilakukan untuk

memudahkan reduksi data.

Page 14: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

71

Tabel. 3.3. Daftar pengkodean dalam catatan lapangan untuk rukyatulhilal

No/ Kode Fokus

LR

Deskriptif keadaan lokasi rukyat yang meliputi letak

geografis, elevasi, letak demografi, keadaan di sekitar

lokasi

UMP Deskriptif keadaan ufuk mar’i pengamat dengan acuan

kriteria Kemenag RI

AH Deskriptif radius pandang arah mata pengamat ke ufuk

mar’i

LH Deskriptif keadaan langit diatas ufuk mar’i menjelang

Matahari terbenam

CH Deskriptif keadaan cuaca pada waktu pengamatan

PU Deskriptif penghalang ufuk yang diperoleh dalam

pengamatan

HNT Hilal nampak atau terhalang

Dokumentasi pengamatan dilakukan dengan menggunakan kamera

digital Nikkon Coolpix S3500. Untuk memperoleh citra, pengaturan

disesuaikan dengan waktu terbenam Matahari kamera dengan cara

penyetelan ke mode scene senja dengan masuk ke mode kamera kemudian

dipilih mode pemotretan dan memilih scene senja atau sunset dan tekan

OK. Penyetalan ini dilakukan mengingat pengamatan hilal dilakukan pada

waktu senja. Efek ini akan memberikan kesan hasil pemotretan yang

sesuai dengan keadaan sebenarnya, khususnya kesesuaian dengan tingkat

keredupan cahaya pada waktu sore hari.

Gambar. 3.9. Proses shooting pengamatan hilal

Page 15: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

72

Pemilihan fokus dilakukan dengan menekan pelepas rana separuh

hingga tanda fokus pada layar kamera menunjukkan warna hijau. Kombinasi

ukuran gambar dan kualitas gambar dipilih ukuran 5152x3864. Pengaturan

pencahayaan untuk keseimbangan warna menggunakan opsi menu

pemotretan untuk keseimbangan putih yang distel pada Berawan, Lampu

kilat dan Siang hari. ISO untuk radius jarak pandang pengamatan

dipergunakan sensitivitas dengan pilihan jangkauan tetap auto dan ISO 80-

800 yang dipilih. Untuk mendeteksi cahaya lampu, hilal dan Matahari

pemilihan opsi warna dipilih kebiruan. Mode arrea yang dipilih adalah

otomatis, manual dan pelacakan subjek untuk fokus hilal. Mode lampu kilat

digunakan ketika cahaya sudah sangay redup karena terbenamnya Matahari.

Gambar. 3.10. Alur penyimpanan hasil citra rukyatulhilal

OK Pemotretan

Pengamatan dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan

data-data utama dalam proyeksi rukyat, khususnya mengenai kedudukan

bulan. Dalam hal ini perhitungan awal bulan menggunakan sistem

Ephemeris yang dipergunakan oleh Kemenag RI. Adapun hasil

Page 16: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

73

perhitungan untuk markaz CASA Assalam pada tanggal 29 Zulhijjah 1435

H dan 1 Muharram 1436 H/ 24 dan 25 Oktober 2014 (untuk hilal tanggal 1

dan 2 Muharam 1436 H). Sedangkan untuk markaz Menara al Husna

Masjid Agung Jawa Tengah pada tanggal 29 Muharam 1436 H dan 30

Muharam/ 1 Safar 1436 H/ 22 dan 23 Nopember 2014 (untuk hilal tanggal

1 dan 2 Safar 1436 H). Hasil perhitungannya sebagai berikut:

Tabel. 3.4. Hasil perhitungan untuk kedudukan hilal tanggal 1 dan 2

Muharam 1436 H/ 24 – 25 Oktober 2014 dengan markaz CASA Assalam

Surakarta

No Terminologi Hisab

Rukyat Tgl

29 -12-1435 H

24 Oktober 2014

Rukyat Tgl

01-01-1436 H

25 Oktober 2014

1 Markaz (Lokasi Rukyat) : CASA Assalam Surakarta

a. Lintang Tempat : -07⁰33’12,03”

b. Bujur Tempat : 110⁰46’16,19”

c. Tinggi Tempat : 24 m

2 Waktu Ijtima’ (Konjungsi) bulan : Muharam 1436 H

a. Jam : 04 : 57 : 23.23 WIB

b. Hari : Jum’at Legi

c. Tanggal : 24 Oktober 2014

3 Tinggi Matahari saat Ghurub (h⁰) : -0⁰59’11.80” -0⁰59’12,34”

4 Deklinasi Matahari (δ) : -11⁰48’16” -12⁰09’00,00”

5 d. Sudut Waktu Matahari (t) : 92⁰36’19,42” 92⁰39’17,22”

6 e. Saat Matahari Terbenam (Ghurub) : 17: 31: 23 WIB 17: 31: 35,08 WIB

7 f. Asensiorekta Matahari (ARm) : 208⁰48’23,12” 209⁰45’43,80”

8 g. Asensiorekta Bulan (ARb) : 215⁰17’29,6” 228⁰20’59,30”

9 h. Sudut Waktu Bulan (t`) : 86⁰07’12,94” 74⁰04’1,73”

10 i. Deklinasi Bulan (δ`) : -12⁰21’02.28” -15⁰08’44,25”

11 j. Tinggi Bulan Hakiki (h`) : 05⁰22’22,8” 17⁰16’43,42”

12 k. Tinggi Bulan Mar’i (h’) : 04⁰59’24,26” 16⁰47’11,88”

13 l. Lama Hilal diatas Ufuk : 00: 19: 57.62 01: 07: 08,79

14 m. Saat Terbenam Hilal (Moonset) : 17: 51: 28.83 18: 38:43,87 WIB

15 n. Azimut Matahari (Azm) : 257⁰57’18,66” 257⁰36’22,3”

16 o. Azimut Bulan (Azb) : 258⁰12’52,51” 256⁰25’18,9”

17 p. Jarak Matahari-Hilal : 00⁰15’33,85” -01⁰11’3,45”

18 q. Posisi Hilal diatas Ufuk : Diatas Ufuk Diatas Ufuk

19 r. Posisi Hilal dari Matahari : Utara Matahari Selatan Matahari

20 s. Keadaan Hilal : Miring ke Utara Miring ke Selatan

21 t. Lebar Nurul Hilal (Illumination) : 0,27% 2,54%

Page 17: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

74

Tabel. 3.5. Hasil perhitungan untuk kedudukan hilal tanggal 1 dan 2 Safar

1436 H/ 22 – 23 Nopember 2014 dengan markaz Menara al Husna Masjid

Agung Jawa Tengah Semarang

No Terminologi Hisab

Rukyat Tgl

29 -01-1436 H

22 Nopem 2014

Rukyat Tgl

01-02-1436 H

23 Nopem 2014

1 Markaz (Lokasi Rukyat) : Menara al Husna MAJT Semarang

a. Lintang Tempat : - 06⁰59’04,16”

b. Bujur Tempat : 110⁰26’47,85”

c. Tinggi Tempat : 99 m

2 Ijtima’ (Konjungsi) bulan : Safar 1436 H

a. Jam : 19: 33: 06,65 WIB

b. Hari : Sabtu Kliwon

c. Tanggal : 22 Nopember 2014

3 Tinggi Matahari saat Ghurub (h⁰) : -01⁰08’12,25” -01⁰08’12,18”

4 Deklinasi Matahari (δ) : -20⁰09’31,00” -20⁰22’09,00”

5 u. Sudut Waktu Matahari (t) : 93⁰47’58,24” 93⁰49’49,90”

6 v. Saat Matahari Terbenam (Ghurub) : 17: 39: 29 WIB 17: 39: 54 WIB

7 w. Asensiorekta Matahari (ARm) : 237⁰51’48,34” 238⁰55’03,08”

8 x. Asensiorekta Bulan (ARb) : 237⁰35’34,74” 251⁰47’36,81”

9 y. Sudut Waktu Bulan (t`) : 94⁰04’11,85” 80⁰57’16,17”

10 z. Deklinasi Bulan (δ`) : -16⁰40’43,50” -18⁰10’32,72”

11 aa. Tinggi Bulan Hakiki (h`) : -01⁰52’02,01” 10⁰43’51.36”

12 bb. Tinggi Bulan Mar’i (h’) : -01⁰41’56,67” 10⁰24’05,79”

13 cc. Lama Hilal diatas Ufuk : -00: 06: 47,78 00: 41: 36,39

14 dd. Saat Terbenam Hilal (Moonset) : 17: 32: 41 WIB 18: 21: 30 WIB

15 ee. Azimut Matahari (Azm) : 249⁰31’52,62” 249⁰19’07,27”

16 ff. Azimut Bulan (Azb) : 252⁰56’40,04” 252⁰44’38,35”

17 gg. Jarak Matahari-Hilal : 03⁰24’47,43” 03⁰25’31,09”

18 hh. Posisi Hilal diatas Ufuk : Di bawah Ufuk Sudah diatas Ufuk

19 ii. Posisi Hilal dari Matahari : Utara Matahari Utara Matahari

20 jj. Keadaan Hilal : Miring ke Utara Meiring ke Utara

21 kk. Lebar Nurul Hilal (Illumination) : 0,09% 0,45%

Berdasarkan acuan data kedudukan hilal dan Matahari, pengamatan

dapat dilakukan dengan memproyeksikan kedudukan hilal dan Matahari

dari lokasi rukyat dengan alat yang sudah dipersiapkan. Pencatatan

terhadap perubahan fenomena menjelang terbenam Matahari dilakukan

secara deskriptif sesuai dengan pengkodean yang dipersiapkan. Citra foto

hasil pengamatan dikorelasikan dengan catatan lapangan untuk

diidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan rukyat.

Page 18: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

75

Reduksi data dilakukan dengan memilah citra hasil pengamatan

berdasarkan kualitas keseimbangan pencahayaan dan kuat cahaya yang

tertangkap kamera digital.

Untuk pengamatan di lokasi CASA Assalam Surakarta pada

tanggal 24 Oktober 2014, pada posisi tinggi 04⁰59’24,26” hilal tidak

terlihat karena pengaruh ketebalan awan. Awan tebal menyebar merata

menutupi ufuk mar’i pada saat Matahari terbenam hingga Bulan terbenam.

Karena tinggi bulan sudah mencapai batas imkanurrukyat, maka tanggal

25 Oktober 2014 adalah tanggal 1 Muharam 1436 H. Rukyat tanggal 24

Oktober 2014 adalah untuk hilal tanggal 1 Muharam 1436 H. Sedangkan

untuk hilal tanggal 2 Muharam 1436 H, tinggi bulan 16⁰47’11,88” saat

Matahari terbenam. Hilal dapat teramati karena posisi bulan tinggi dan

jauh dari pengaruh cahaya senja dan polusi cahaya. Hasil citra untuk

mengidentifikasi perbedaan karakteristik warna cahaya tampak dari

masing-masing objek.

Pengamatan di lokasi Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah

pada tanggal 22 Nopember 2014, pada posisi tinggi bulan -01⁰41’56,67”

sehingga hilal mustahil untuk diamati. Karena posisi hilal masih di bawah

ufuk, maka tanggal 23 Nopember 2014 adalah tanggal 30 Muharam 1436

H. Sedangkan untuk hilal 1 Safar 1436 H/ 23 Nopember 2014, posisi

tinggi hilal 10⁰24’05,79” saat matahari terbenam, akan tetapi hilal tidak

dapat teramati karena faktor cuaca mendung sepanjang hari.

Dalam mendukung pelaksanaan rukyatulhilal disertakan data

keadaan cuaca yang diambil dari BMKG Jawa tengah terkait keadaan

Page 19: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

76

cuaca yang meliputi kelembaban udara dalam (%), suhu rata-rata (ºC) dan

potensi curah hujan dalam (mm). Untuk pengamatan di CASA Assalam

Surakarta dan menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah diperoleh data

sebagai berikut:

Tabel 3.6. Data kelembaban udara, suhu rata-rata dan curah hujan tanggal

24, 25 dan 26 Oktober 2014 untuk kota Surakarta (sumber: BMKG Jawa

Tengah)

Kabupaten/ Kota Unsur 24 25 26

Surakarta

Kelembaban (%) 58 65 64

Curah Hujan (mm) - - -

Suhu rata-rata (ºC) 29,3 22,2 28,2

Tabel 3.7. Data kelembaban udara, suhu rata-rata dan curah hujan tanggal

21,22 dan 23 Nopember 2014 untuk kota Semarang (sumber: BMKG Jawa

Tengah)

Kabupaten/ Kota Unsur 21 22 23

Semarang

Kelembaban (%) 75 72 70

Curah Hujan (mm) 23 1 -

Suhu rata-rata (ºC) 29,4 30 29,7

Adapun data mengenai keadaan cuaca, juga dipergunakan citra satelit

tentang keadaan perawanan serta potensi terjadinya hujan pada saat

pengamatan. Citra satelit yang diperoleh merupakan hasil citra untuk

mengidentifikasi per-awanan pada jam 10 dan 11 UTC atau jam 17.00 dan

18.00 WIB. Gambar citra satelit berdasarkan Gambar MTSAT untuk

mengetahui potensi terjadinya hujan di lokasi pengamatan.

Data yang diperoleh diolah berdasarkan perubahan warna yang

teramati dengan menggunakan legend sebagai panduan. Perbedaan warna

tersebut menunjukkan jenis-jenis awan yang dominan berada di lokasi

Page 20: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

77

pengamatan berdasarkan ketinggian dan suhu yang terkandung di

dalamnya sehingga dapat diketahui potensi curah hujan yang ditimbulkan.

Berikut data citra satelit yang menggambarkan keadaan cuaca pada saat

pengamatan:

Gambar.3.11. Citra satelit keadaan cuaca berdasarkan komposisi awan

tanggal 24 dan 25 Oktober 2014 untuk kota Surakarta jam 17.00 dan 18.00

WIB (sumber BMKG Semarang)

24 Oktober 2014 Jam 17.00 WIB 24 Oktober 2014 Jam 18.00 WIB

25 Oktober 2014 Jam 17.00 WIB 25 Oktober 2014 Jam 18.00 WIB

Page 21: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

78

Berdasarkan citra satelit MTSAT untuk pengamatan tanggal 24 Oktober

2014 tentang keadaan cuaca di wilayah Surakarta dan sekitarnya diperoleh

informasi bahwa pada jam 17.00 – 18.00 WIB daerah Surakarta berwarna

biru yang menunjukkan bahwa pada waktu tersebut terdapat awan dan

mendung akan tetapi tidak berpotensi hujan. Penerjemahan komposisi

warna citra satelit ini berdasarkan nilai tinggi rendahnya suhu dasar awan,

yaitu warna biru menunjukkan suhu awan tergolong masih tinggi sehingga

peristiwa kondensasi memungkinkan tidak terjadi pada jam tersebut.

Pada gambar citra jenis awan tanggal 24 Oktober 2014 jam 17.00 –

18.00 WIB diperoleh informasi bahwa hasil citra menunjukkan warna

hijau, hitam dan biru untuk wilayah Surakarta dan sekitarnya. Hal ini

menunjukkan pada jam tersebut wilayah Surakarta dan sekitarnya tidak

berpotensi hujan dengan banyaknya jenis awan stratus yang ditunjukkan

warna hijau, warna hitam menunjukkan tidak adanya awan dan warna biru

yang menunjukkan awan tinggi.

Untuk pengamatan tanggal 25 Oktober 2014, citra berdasarkan

gambar MTSAT untuk daerah Surakarta ditunjukkan dengan dominan

warna hitam dan biru disekitarnya pada pukul 17.00 yang menunjukkan

langit cerah dan tidak berpotensi hujan. Pada pukul 18.00 citra satelit

Page 22: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

79

menunjukkan warna biru yang berarti bahwa terjadi pembentukan awan,

akan tetapi tidak berpotensi hujan untuk wilayah Surakarta dan

sebagainya. Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa

pembentukan awan untuk daerah Surakarta kecil dan terdapat perawanan

yang tipis. Sedangkan untuk arah horizon (pada arah kota Boyolali dan

Klaten) menunjukkan terbentuknya awan tebal. Keberadaan awan mulai

berkurang pada rentang waktu pukul 17.00 – 18.00 dan lebih

terkonsentrasi pada daerah diatas horizon pengamat.

Berdasarkan citra jenis awan pada tanggal 25 Oktober 2014 untuk

wilayah Surakarta dan sekitarnya pada pukul 17.00 ditunjukkan warna

hitam yang menunjukkan kecerahan langit, warna abu-abu, hijau dan

cokelat yang menunjukkan terbentuknya awan tinggi sehingga tidak

berpotensi hujan. Sedangkan pada pukul 18.00 ditunjukkan warna hitam

yang menunjukkan kecerahan langit, warna hijau dan kuning yang

menunjukkan terdapatnya awan stratocumulus yang tersebar merata di

sekitar wilayaah Surakarta.

Gambar.3.12. Citra satelit keadaan cuaca berdasarkan komposisi awan

tanggal 22 dan 23 Nopember 2014 untuk kota Semarang jam 17.00 dan

18.00 WIB (sumber BMKG Semarang)

22 Nopember 2014 Jam 17.00 WIB 22 Nopember 2014 Jam 18.00 WIB

Page 23: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

80

23 Nopember 2014 Jam 17.00 WIB 23 Nopember 2014 Jam 18.00 WIB

Pada lokasi pengamatan di wilayah Semarang diperoleh hasil citra

satelit tanggal 22 Nopember 2014 jam 17.00 dari satelit MTSAT

menunjukkan warna hitam dan biru yang menunjukkan tidak berpotensi

hujan. Akan tetapi pada jam 18.00 perawanan muncul dengan warna biru

dan abu-abu di wilayah Semarang, sedangkan pada arah horizon barat,

citra menunjukkan perubahan warna hijau kekuning-kuningan yang

menunjukkan menurunan suhu pada arah tersebut. Ini menunjukkan pada

Page 24: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

81

arah Barat kota Semarang terdapat mendung yang berpotensi hujan ringan

- lebat.

Dari citra jenis MTSAT tentang keadaan suhu awan untuk wilayah

barat kota Semarang pada tanggal 22 Nopember 2014 juga menunjukkan

bahwa pada pukul 17.00 terdapat penurunan suhu dasar awan yang

ditunjukkan dengan warna hijau orange kecokelatan. Ini menunjukkan

pada waktu tersebut wilayah barat kota Semarang berpotensi hujan.

Sedangkan pada pukul 18.00 citra menunjukkan pergerakan warna hijau

kecokelatan untuk wilayah Semarang. Perubahan warna ini menunjukkan

pada jam tersebut, wilayah kota Semarang berpotensi turun hujan ringan-

lebat yang tidak merata.

Berdasarkan pengamatan langsung, hasil citra satelit sesuai dengan

keadaan perawanan yang terjadi di lokassi pengamatan yang cenderung

berawan tipis pada pukul 17.00. pada arah horizon barat terlihat

pembentukan perawanan cumulonimbus yang berpotensi turun hujan.

Pembentukan perawanan pada jam 18.00 di lokasi pengamatan

menunjukkan enurunan suhu dan awan mendung terlihat menyebar merata

dari lokasi pengamatan. Akan tetapi pada jam tersebut, hujan belum terjadi

karena pergerakan awan masih terlihat.

Untuk pengamatan tanggal 23 Nopember 2014, gambar citra satelit

MTSAT pada jam 17.00 menunjukkan dominansi warna hijau orange yang

menunjukkan adanya potensi hujan ringan hingga lebat untuk wilayah

Semarang dan sekitarnya. Pada jam 18.00 menunjukkan warna orange

hijau yang berarti terjadinya penurunan suhu pada jam tersebut. Ini

Page 25: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

82

menunjukkan bahwa potensi hujan semakin tinggi untuk wilayah

Semarang dan sekitarnya.

Berdasarkan citra jenis awan tanggal 23 Nopember 2014 pukul

17.00 menunjukkan warna abu-abu dan merah pada arah Barat kota

Semarang. Ini menunjukkan bahwa terbentuk jenis awan cumulonimbus

yang berpotensi hujan ringan hingga lebat. Sedangkan pada pukul 18.00

warna abu-abu s.d merah tersebar merata yang menunjukkan penyebaran

jenis awan cumulonimbus yang berpotensi hujan ringan hingga lebat.

Dalam pengidentifikasian jenis awan yang berpotensi hujan, dilihat

berdasarkan tinggi dasar awan. Untuk jenis awan rendah tinggi dasar awan

berkisar < 2500 m yang didominasi awan cumulonimbus yang berpotensi

hujan lebat dan ditunjukkan dengan warna merah dan jenis awan cumulus

yang berpotensi hujan ringan dan ditunjukkan dengan warna abu-abu.

Sedangkan suhu awan diidentifikasi berdasarkan penurunan suhu yang

ditunjukkan warna hijau s.d orange kecokelatan. Semakin mendekati arah

cokelat s.d putih menunjukkan semakin dinginnya suhu awan.

Dari hasil pengamatan langsung yang dilakukan pada tanggal 22

Nopember 2014 terdapat awan cumulonimbus pada arah barat lokasi dan

bergerak merata sehingga ufuk barat tidak Nampak. Sedangkan pada

pengamatan tanggal 23 Nopember 2014 diperoleh tingkat perawanan

cumulonimbus yang tinggi dan tersebar merata, namun tidak terjadi hujan

karena kelembaban awan berkisar 70% dengan suhu rata-rata 29,7oC.

Adapun hasil dokumentasi citra yang diperoleh untuk rukyatul hilal,

disesuaikan dengan fokus pengamatan

Page 26: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

83

Tabel. 3.8. Hasil citra foto rukyatulhilal markaz Menara al Husna Masjid

Agung Jawa Tengah Semarang

No/

Kode Fokus

LR

UMP

AH

LH

Page 27: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

84

CH

PU

HNT

Tabel. 3.9. Hasil citra foto rukyatulhilal dengan markaz CASA Assalam

Surakarta

No/

Kode Fokus

LR

Page 28: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

85

UMP

AH

LH

CH

PU

Page 29: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

86

HNT

d. Pengolahan Data Pendukung Citra Satelit

Dalam pengolahan citra satelit yang dipergunakan dalam mendukung

pengamatan polusi cahaya. Skala pada citra yang diperoleh diubah menjadi

satuan kilometer dengan bantuan fitur yang disediakan google maps.

Pengaturan skala dengan memilih dua lokasi dari lokasi utama untuk

diketahui jaraknya. Untuk acuan CASA Assalam, kota yang dipilih adalah

Surakarta, Kartasura, Klaten, Sragen, Boyolali dan Yogyakarta karena

masih terpengaruh kelengkungan bumi (Horizon Distance) relatif tidak

berpengaruh terhadap penentuan jaraknya. Langkah ini dilakukan dengan

menggunakan aplikasi Google Earth.

Untuk kota Semarang, khususnya wilayah sebelah Barat lokasi

adalah kota Kendal, Kaliwungu, Ungaran Barat dan Demak. Pendekatan

Horizon Distance (HD) merupakan modifikasi dari formula yang sudah

ada. Langkah ini dilakukan agar wilayah Kota di sebalah Barat dapat

teridentifikasi secara optimal berdasarkan ketinggian pengamat. Untuk

titik acuannya menggunakan titik lokasi pengamat di CASA Assalam dan

Menara al Husna MAJT. Dengan menggunakan referensi tersebut, HD

digunakan sebagai jari-jari lingkaran untuk menentukan luas area yang

terkena polusi cahaya.

Page 30: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

87

Dari titik acuan ditandai dan ditarik garis sepanjang niliai HD

dengan terlebih dahulu dirubah skalanya ke satuan km dan merubah

setting Google Earth pada ketinggian yang disamakan yaitu 10 km.

Setelah diperoleh nilai referensi yang diperlukan, settingan dirubah

kembali ke mode malam. Citra yang diperoleh di konversikan ke format

.JPG dan diolah dengan menggunakan Windows Paint. Penggunaan

acuan HD adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh polusi cahaya

pada jarak kelengkungan bumi.

Gambar. 3.13. Pengambilan HD melalui Google Earth untuk pengolahan

citra foto polusi cahaya

Data dari Google Earth dikombinasikan dengan Google Maps

Night untuk diolah dengan Windows Paint. Berdasarkan jarak tersebut,

dibuat area polusi cahaya dengan menggunakan oval shape untuk

Page 31: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

88

mengidentifikasi pengaruh polusi cahaya antara kota yang satu dengan

kota yang lainnya pada citra polusi cahaya satelit yang diperoleh.

Gambar. 3.14. Pengolahan citra untuk mengidentifikasi tingkat polusi

cahaya dengan pendekatan HD

Selanjutnya dengan menggunakan HD, dibuat lingkaran dengan

oval shape sejauh HD tersebut. Area yang sudah dibuat kemudian

dikomparasikan dengan jarak antar kota. Adapun dalam penentuan nilai

HD untuk batas area yang akan diidentifikasi, dengan acuan ketinggian

Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah 99 m dan tinggi daerah

semarang 6 mdpl, maka nilai h = 105 mdpl. Sedangkan untuk CASA

Assalam dengan ketinggian menara 24 m dan tinggi rata-rata wilayah

Surakarta 96 mdpl, nilai h = 130 mdpl.

Akan tetapi untuk menentukan jarak horizon dalam pengamatan

dilakukan pendekatan yang berbeda, yaitu dengan menggunakan

pendekatan jarak horizon terhadap ketinggian pengamat (Kemenag,

2010:222).

d = √2 𝑅ℎ

= √2.7428 𝑥 ℎ/1000

Page 32: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

89

= √14.856 𝑥 ℎ/1000

= 3,85 √ℎ

Jika ketinggian kota Semarang adalah 105 mdpl, maka nilai HD (d)

adalah sebesar = 36,6 km, sedangkan untuk kota Surakarta dengan

ketinggian 24 m, maka nilai HD (d) nya adalah sebesar = 18, 86 km.

Berdasarkan The Institution of Lightening Engineers-ILE, nilai HD dan

ketinggian suatu wilayah dapat dihubungkan dengan trigonometri karena

berkaitan dengan luas area yang dapat diterangi oleh lampu yang memiliki

ketinggian tertentu. Sudut pencahayaan dari lokasi CASA Assalam

Surakarta dapat diperoleh dengan menghubungkan nilai HD dan

ketinggian tempat:

tan 𝜃 = 𝐻𝐷

𝑒 dimana HD = jari-jari dan e = ketinggian (e = 0,024 km),

maka diperoleh:

tan 𝜃 = 𝐻𝐷

𝑒

𝜃 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 (𝐻𝐷

𝑒)

𝜃 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 (18,86

0,024)

= 89⁰55’25”

Dalam melukiskan area lingkaran pada pengolahan citra, nilai

diameter lingkaran disesuaikan dengan dua kali jarak HD sebesar 37,2 km.

Dengan menggunakan citra satelit ini tidak dapat digunakan untuk

mengukur intensitas polusi cahaya disuatu tempat, akan tetapi hanya dapat

dipergunakan untuk mengetahui luasan area yang terkena dampak polusi

Page 33: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

90

cahaya. Oleh karena itu, hasil pengolahan dari citra foto ini akan dianalisis

berdasarkan dampak dari polusi cahaya terhadap luasan area dan

pengaruhnya dalam pengamatan.

Dengan memadukan hasil citra foto satelit dan pemetaan daerah

yang memiliki tingkat polusi cahaya tinggi berdasarkan nilai HD dapat

dikorelasikan dengan pengamatan visual, sehingga akan diperoleh hasil

pengamatan yang terpadu.

Gambar. 3.15. Perbandingan citra polusi cahaya dengan versi black

navigator

Hasil pengukuran area tersebut dikomparasikankan juga dengan

jarak HD dari titik acuan ke daerah-daerah sekitarnya, untuk memperjelas

hasil identifikasi. Jika luasan pada diameter lingkaran daerah yang diteliti

melebihi luas area lingkaran daerah sekitar, maka hal ini mengindikasikan

bahwa pengaruh polusi cahaya di area tersebut berpengaruh terhadap

pengamatan dari titik acuan.

Analisis terhadap efek polusi cahaya terhadap pelaksanaan rukyat

dilakukan dengan mengkorelasikan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan

polusi cahaya dan data-data pendukungnya dengan hasil rukyatulhilal dan

data-data pendukungnya. Efek polusi cahaya terhadap polusi cahaya

dianalisis berdasarkan kesamaan waktu pelaksanaan yang telah dilakukan.

Page 34: BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILALeprints.walisongo.ac.id/7524/4/135212005_bab3.pdf · CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust

91

Waktu pengamatan polusi cahaya dimulai pukul 17.30 – 20.00 WIB dan

rukyatulhilal dimulai pada pukul 17:00 – 18:15 WIB. Oleh karena itu,

untuk analisis efek polusi cahaya terhadap pelaksanaan rukyat dipergunakan

data-data pada rentang pukul 17.30-18.15 WIB.

Pemilihan waktu ini dengan mempertimbangkan waktu

kemunculan cahaya lampu yang diindikasikan mulai muncul dan teramati

pada pengamatan. Durasi yang dipergunakan disesuaikan dengan lamanya

pengamatan terhadap variabel rukyatulhilal, yakni pada rentang pukul 17.30

-18.15 WIB. Adapun data yang dipergunakan merupakan data hasil

pengamatan terhadap keadaan polusi cahaya, faktor lingkungan, ketinggian

pengamat, keadaan cuaca dan hasil dokumentasi yang diperoleh pada saat

pengamatan.