bab iii metodologi penelitian 3.1 metode dan desain...

30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi “Kuasi-Eksperimen”, sehingga subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi keadaan subjek diterima sebagaimana adanya. Pemilihan studi ini didasarkan pertimbangan bahwa, kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya dan tidak mungkin dilakukan pengelompokan siswa secara acak. Pada penelitian ini digunakan dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kepada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Model-Eliciting Activities (MEAs) dan kelas kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Perlakuan yang diberikan berupa penerapan pembelajaran Model-Eliciting Activities (MEAs) untuk dilihat pengaruhnya terhadap aspek yang diukur yaitu kemampuan representasi matematis dan self- efficacy siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran Model- Eliciting Activities (MEAs), variabel terikatnya adalah kemampuan representasi matematis dan self-efficacy siswa dan variabel kontrolnya adalah kemampuan awal siswa (siswa kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah). Desain pada penelitian ini berbentuk: Kelompok eksperimen O X O Kelompok kontrol O O Keterangan : X : Pembelajaran Model-Eliciting Activities (MEAs)

Upload: nguyentuyen

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi “Kuasi-Eksperimen”, sehingga subjek tidak

dikelompokkan secara acak, tetapi keadaan subjek diterima sebagaimana adanya.

Pemilihan studi ini didasarkan pertimbangan bahwa, kelas yang ada telah

terbentuk sebelumnya dan tidak mungkin dilakukan pengelompokan siswa secara

acak.

Pada penelitian ini digunakan dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Kepada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran Model-Eliciting Activities (MEAs) dan kelas kontrol memperoleh

pembelajaran konvensional. Perlakuan yang diberikan berupa penerapan

pembelajaran Model-Eliciting Activities (MEAs) untuk dilihat pengaruhnya

terhadap aspek yang diukur yaitu kemampuan representasi matematis dan self-

efficacy siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran Model-

Eliciting Activities (MEAs), variabel terikatnya adalah kemampuan representasi

matematis dan self-efficacy siswa dan variabel kontrolnya adalah kemampuan

awal siswa (siswa kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah).

Desain pada penelitian ini berbentuk:

Kelompok eksperimen O X O

Kelompok kontrol O O

Keterangan :

X : Pembelajaran Model-Eliciting Activities (MEAs)

57

O : Tes yang diberikan untuk mengetahui kemampuan representasi matematis

siswa (pretes = postes)

3.2 Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 25 Bandarlampung pada semester II

(genap) tahun pembelajaran 2009/2010. Alasan pemilihan subjek penelitian pada

SMP Negeri 25 Bandarlampung, yaitu karena kemampuan representasi matematis

siswa SMP Negeri 25 Bandarlampung selama ini belum pernah mendapatkan

perhatian khusus. Sekolah ini juga memungkinkan untuk dilakukan pengujian

pembelajaran yang baru dan berada pada wilayah di sekitar tempat tinggal peneliti

sehingga memungkinkan peneliti untuk dapat berkomunikasi lebih baik dengan

subjek penelitian.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 25 Bandarlampung

tahun pelajaran 2009/2010. Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelompok

siswa kelas VIII yang berasal dari dua kelas yang dipilih secara purposive.

Pengambilan sampel secara purposive bertujuan untuk mendapatkan kelas yang

memiliki kemampuan awal representasi matematis yang tidak berbeda secara

signifikan. Alasan penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VIII adalah:

a. Pada umumnya, siswa SMP kelas VIII masih berada pada masa remaja.

Pada masa ini terjadi proses pencarian jati diri dan pertumbuhan self-

efficacy.

b. Terdapat sejumlah materi yang diperkirakan cocok untuk penerapan

pembelajaran MEAs untuk melihat kemampuan representasi matematis dan

self-efficacy siswa.

58

3.3 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal-hal yang ingin dikaji

dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini berupa:

3.3.1 Lembar Tes Tertulis

Lembar tes tertulis yang digunakan berupa tes kemampuan representasi

matematis. Agar kemampuan representasi matematis siswa dapat terlihat dengan

jelas maka tes dibuat dalam bentuk uraian. Tes tertulis ini terdiri dari pretes dan

postes. Tes diberikan pada siswa setiap kelompok. Pretes diberikan untuk

mengetahui kemampauan awal siswa setiap kelompok dan digunakan sebagai

tolak ukur peningkatan prestasi belajar sebelum mendapatkan pembelajaran yang

akan diterapkan, sedangkan postes diberikan untuk mengetahui perolehan hasil

belajar dan ada tidaknya perubahan yang signifikan setelah mendapatkan

pembelajaran yang diterapkan.

Bahan tes diambil dari materi pelajaran matematika SMP kelas VIII

semester genap dengan mengacu pada Kurikulum 2006, pokok bahasan yang

diambil dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi datar. Tes yang digunakan

untuk mengukur kemampuan representasi matematis siswa terdiri dari 7 butir soal.

Beberapa butir soal diadaptasi dari instrumen representasi matematis yang

dikembangkan oleh Nursyam (2008). Dalam penyusunan soal tes, diawali dengan

penyusunan kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta

alternatif kunci jawaban masing-masing butir soal. Secara lengkap, kisi-kisi dan

instrumen tes representasi matematis dapat dilihat pada Lampiran A.3. Untuk

59

memberikan penilaian yang objektif, kriteria pemberian skor untuk soal tes

kemampuan representasi matematis berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics

yang dinyatakan oleh Cai, Lane, dan Jakabscin (Hutagaol, 2007) pada Tabel 3.1

berikut:

Tabel 3.1 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan representasi

Skor

Mengilustrasikan/

menjelaskan

Menyatakan/

Menggambar

Ekspresi Matematis

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman tentang

konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa

1 Hanya sedikit dari

penjelasan yang benar

Hanya sedikit dari

gambar, diagram,

yang benar

Hanya sedikit dari model

matematika yang benar

2 Penjelasan secara

matematis masuk akal

namun hanya sebagian

lengkap dan benar

Melukiskan, diagram,

gambar, namun

kurang lengkap dan

benar

Menemukan model matematika

dengan benar, namun salah

dalam mendapatkan solusi

3 Penjelasan secara

matematis masuk akal dan

benar, meskipun tidak

tersusun secara logis atau

terdapat sedikit kesalahan

bahasa

Melukiskan, diagram,

gambar, secara

lengkap dan benar

Menemukan model matematika

dengan benar, kemudian

melakukan perhitungan atau

mendapatkan solusi secara benar

dan lengkap

4 Penjelasan secara

matematis masuk akal dan

jelas serta tersusun secara

logis dan sistematis

Melukiskan, diagram,

gambar, secara

lengkap, benar dan

sistematis

Menemukan model matematika

dengan benar, kemudian

melakukan perhitungan atau

mendapatkan solusi secara benar

dan lengkap serta sistematis.

3.3.2 Skala Self-Efficacy

Skala self-efficacy digunakan untuk mengukur keyakinan siswa terhadap

kemampuannya melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk

menyelesaikan soal yang melibatkan kemampuan representasi matematis dengan

berhasil. Skala self-efficacy diberikan kepada masing-masing kelompok siswa

setelah perlakuan pembelajaran selesai diterapkan. Self-efficacy siswa sebelum

kegiatan pembelajaran tidak diukur dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan

60

siswa subjek penelitian berada pada taraf perkembangan mental yang sama dan

belum mendapatkan pembelajaran yang dapat mempengaruhi self-efficacy

sehingga self-efficacy awal siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok

kontrol dapat diasumsikan tidak berbeda. Pengukuran self-efficacy mencakup tiga

dimensi yaitu dimensi Magnitude/level untuk mengukur taraf keyakinan dan

kemampuan dalam menentukan tingkat kesulitan soal representasi matematis yang

dihadapi, dimensi Strength atau kekuatan untuk mengukur taraf keyakinan

terhadap kemampuan dalam mengatasi masalah atau kesulitan yang muncul akibat

soal representasi matematis dan dimensi Generality untuk mengukur taraf

keyakinan dan kemampuan dalam menggeneralisasikan tugas dan pengalaman

sebelumnya. Ketiga dimensi tersebut kemudian diturunkan menjadi indikator-

indikator dan selanjutnya dibuat pernyataan-pernyataan untuk mengukur self-

efficacy siswa. Dimensi dan indikator self-efficacy yang digunakan dalam

penelitian ini diadaptasi dari dimensi dan indikator self-efficacy yang

dikembangkan oleh Sudrajat (2008). Penyusunan pernyataan skala self-efficacy

dilakukan dengan memperhatikan panduan dari Bandura (2006) antara lain:

a. Menurut Bandura (2006), skala self-efficacy adalah unipolar, berkisar dari 0

hingga keyakinan maksimum. Skala bipolar dengan derajat negatif yang

berarti seseorang tidak mampu melakukan aktivitas yang diharapkan

merupakan hal yang tidak masuk akal.

b. Item-item pernyataan dalam skala self-efficacy harus dapat

merepresentasikan konstruk yang ingin diukur.

c. Item skala self-efficacy adalah item-item pernyataan yang dibuat atau

disesuaikan dengan area-area spesifik atau tugas-tugas spesifik dari

responden (Mustaqim, 2009).

61

d. Format respon skala Likert umumnya menggunakan lima pernyataan sikap.

Namun, Bandura (2006) menyatakan bahwa skala self-efficacy lebih baik

menggunakan 11 respon skala dengan interval 0-10 atau 0-100. Hal ini

didukung oleh Panjares, Hartley, & Valiante (Bandura, 2006) yang

menyatakan bahwa format respon 0-100 merupakan prediktor yang lebih

baik daripada skala self-efficacy dengan format respon 1-5.

Pada penelitian ini digunakan format respon skala self-efficacy yang

diadaptasi dari skala respon yang digunakan oleh Compeau & Higgins (1995) dan

merujuk pada skala respon yang dikemukakan oleh Bandura (2006) yaitu 100-

point scale yang peneliti sederhanakan menjadi:

Tidak Begitu

Yakin Yakin

Sangat

Yakin

Ya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak

Pada format skala respon tersebut, pilihan “tidak” memiliki nilai nol. Peneliti

memilih format respon tersebut dikarenakan angka nol hingga sepuluh lebih

dikenal untuk memberikan gambaran nilai dari sesuatu dalam lingkungan siswa

SMP. Sebelum diujicobakan, dibuat kisi-kisi skala self-efficacy terlebih dahulu

kemudian disusun pernyataan skala self-efficacy dengan revisi dan saran

pembimbing serta pakar self-efficacy di UPI.

3.3.3 Jurnal Siswa

Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini berupa karangan singkat yang

dibuat oleh siswa sebelum dan setelah pelaksanaan satu pembelajaran MEA.

Jurnal pada awal pembelajaran MEA diberikan untuk mengetahui gambaran self-

62

efficacy yang dimiliki siswa. Jurnal pada akhir pembelajaran MEA diberikan

untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran MEA yang diberikan.

3.3.4 Format wawancara

Format wawancara merupakan pedoman untuk melakukan wawancara

terkait dengan respon siswa terhadap pembelajaran MEAs dan self-efficacy yang

dimiliki siswa. Wawancara dilakukan untuk memperjelas data self-efficacy siswa

yang telah diperoleh melalui skala self-efficacy.

3.4 Tahap Penelitian

Penelitian dalam penerapan pembelajaran Model-Eliciting Activities

(MEAs) dilaksanakan dengan beberapa tahapan, yaitu:

3.4.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini diadakan persiapan-persiapan yang dipandang perlu antara

lain: melakukan studi kepustakaan tentang kemampuan representasi matematis,

self-efficacy, serta pembelajaran Model-Eliciting Activities dan merancang

perangkat pembelajaran serta instrumen pengumpulan data. Kemudian memohon

izin melakukan penelitian kepada Rektor UPI dan Kepala SMP Negeri 25

Bandarlampung, melakukan uji coba instrumen penelitian dan menganalisis hasil

uji coba tersebut, mengobservasi pembelajaran di sekolah dan berkonsultasi

dengan guru matematika untuk menentukan waktu dan teknis pelaksanaan

penelitian, serta meminjam nilai hasil ulangan siswa untuk membuat

pengelompokan di kelas eksperimen. Lalu memilih sampel secara purposif dan

memberikan pretes kepada siswa sampel penelitian.

63

3.4.2 Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan penerapan pembelajaran Model-Eliciting

Activities (MEAs) pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional

pada kelompok kontrol. Penerapan pembelajaran dilakukan oleh peneliti,

dengan pertimbangan untuk lebih terjaminnya pelaksanaan pembelajaran MEAs.

Sebelum dilaksanakan pembelajaran MEAs di kelas eksperimen diadakan

sosialisasi dengan memberikan penjelasan mengenai aturan-aturan yang

ditetapkan dalam pembelajaran MEAs.

Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mendapat perlakuan yang

sama dalam hal jumlah jam pelajaran, penyampaian materi, serta sumber

pembelajaran dari buku LKS. Kelas eksperimen mendapatkan lembar

permasalahan MEAs, sedangkan kelas kontrol mendapatkan soal-soal latihan dari

buku LKS dan buku paket yang dimiliki guru. Jumlah pertemuan pada kelas

eksperimen dan kontrol masing-masing 13 kali pertemuan.

Secara garis besar langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran

MEAs pada penelititan ini adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan

a. Guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan dilakukan yaitu

pembelajaran Model-Eliciting Activities serta tujuan pembelajaran yang

harus dicapai oleh siswa dan materi apa yang akan dipelajari.

b. Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan kepada

siswa untuk menggali kemampuan awal yang berkaitan dengan konsep

yang akan dipelajari.

64

c. Guru memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang pentingnya

mempelajari materi ini dan agar siswa belajar bersama dalam

kelompok.

2. Kegiatan Pembelajaran Model-Eliciting Activities

a. Siswa diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru mengenai

konsep yang akan dipelajari. Kemudian antara Siswa dan guru

mendiskusikan materi tersebut.

b. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok yang heterogen.

c. Guru membagikan bahan ajar berupa lembar permasalahan MEA

kepada setiap kelompok. Siswa membaca permasalahan yang diberikan

dan siap-siaga menghadapi pertanyaan berdasarkan lembar

permasalahan.

d. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa terkait dengan

permasalahan MEA dan memastikan setiap kelompok mengerti apa

yang ditanyakan. Bagian ini merupakan bagian pertanyaan siap-siaga.

Pada bagian ini guru membantu siswa mengawasi cara berpikirnya.

e. Siswa mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyelesaikan

permasalahan MEA. Guru memberikan petunjuk kepada siswa jika

diperlukan. Kegiatan ini merupakan tahap pengumpulan data oleh

siswa.

f. Guru memerintahkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang

diberikan. Kemudian guru berkeliling kelas dan memberikan feedback

untuk menuntun siswa agar dapat lebih memusatkan perhatian mereka

65

pada kesalahan yang dibuat dan guru dapat langsung memberikan

arahan agar siswa dapat langsung mengoreksi sendiri kesalahan yang

dibuatnya. Kegiatan ini merupakan tahap tugas pemecahan masalah.

g. Kelompok siswa terpilih mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan

kelas. Guru dan siswa lainnya mengajukan pertanyaan kepada

kelompok penyaji. Kegiatan ini merupakan tahap kegiatan presentasi.

Pada tahap ini, hasil pekerjaan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai,

dan didiskusikan dalam diskusi kelas.

3. Akhir kegiatan pembelajaran

a. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil diskusi.

b. Guru memberikan evaluasi menyeluruh terhadap hasil kegiatan siswa.

c. Guru memberikan ulasan dan penekanan pada konsep utama serta

membimbing siswa membuat kesimpulan.

Sedangkan langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pembelajaran

konvensional adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi yang akan dipelajari

b. Guru memberikan apersepsi dengan cara tanya jawab serta mengingatkan

kembali pelajaran yang telah lalu yang berhubungan dengan materi yang

akan dipelajari.

2. Kegiatan inti

a. Guru menjelaskan kepada siswa tentang materi pelajaran

b. Guru memberi contoh-contoh soal dan menyelesaikannya di papan tulis.

66

c. Guru bertanya kepada siswa apakah siswa sudah mengerti atau belum, jika

belum, guru akan kembali menjelaskan pada bagian yang siswa belum

begitu memahaminya.

d. Guru memberikan latihan-latihan soal, siswa diminta mengerjakannya

secara individu.

e. Guru meminta beberapa orang siswa untuk mengerjakan soal yang telah

diberikan guru.

3. Penutup

a. Guru menyimpulkan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan

b. Guru memberikan pekerjaan rumah.

Setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai, sebelum dilakukan postes

pada kelompok eksperiman dan kelompok kontrol, kedua kelompok siswa

diberikan skala self-efficacy. Kemudian kedua kelompok ini diberikan soal postes

yang sama dengan soal pretes, hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya

peningkatan kemampuan representasi matematis siswa. Pelaksanaan tes

representasi matematis selama 80 menit baik pada kelompok eksperimen maupun

pada kelompok kontrol. Selain postes, pada kelompok eksperimen dilakukan

wawancara terhadap beberapa siswa yang dipilih secara acak mewakili tingkat

kemampuan siswa.

3.4.3 Tahap Analisis

Setelah implementasi pembelajaran selesai, data yang telah terkumpul

dianalisis dan diolah secara statistik untuk data kuantitatif dan secara deskriptif

untuk data kualitatif.

67

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan

penelitian. Selanjutnya prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk diagram

berikut:

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

3.6 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010.

Jadwal rencana kegiatan penelitian dapat dilihat dalam Tabel 3.2 berikut:

Pemberian Pretes

a. Perlakuan pada kelas kontrol

(pembelajaran konvensional) b. Skala self-efficacy

c. Pemberian postes

Kesimpulan

Pengidentifikasian

masalah & tujuan

penelitian

Penyusunan instrumen

dan bahan ajar

Penguji coba

instrumen

Analisis hasil uji coba

Perbaikan instrumen

Analisis Data

a. Perlakuan pada kelas eksperimen

(pembelajaran MEAs)

b. Jurnal Siswa

c. Skala self-efficacy

d. Pemberian Postes

e. Wawancara

68

Tabel 3.2 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan

Okt-Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1. Pembuatan Proposal

2. Seminar Proposal

3. Menyusun Instrumen

Penelitian dan bahan ajar

4. Pelaksanaan KBM di

kelas Eksperimen

5. Pengumpulan Data

6. Pengolahan Data

7. Penyelesaian Tesis

3.7 Teknik Analisis Instrumen

3.7.1 Instrumen Kemampuan Representasi Matematis

Alat pengumpul data yang baik dan dapat dipercaya adalah alat pengumpul

data yang valid dan reliabel. Oleh karena itu, sebelum instrumen tes digunakan

terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen pada siswa yang telah mendapatkan

materi yang akan disampaikan. Sebelum dilakukan ujicoba, dilakukan uji

keterbacaan kepada beberapa orang siswa yang sudah pernah memperoleh materi

ini dan diukur kecukupan waktu siswa dalam menjawab soal tes. Hasilnya adalah

beberapa soal yang ada perlu diperbaiki dan dibuang karena tidak mudah

dipahami dan terlalu banyak menghabiskan waktu. Setelah uji coba, dilakukan

analisis untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan

daya pembeda instrumen tersebut.

1. Analisis validitas tes

Validitas merupakan salah satu syarat penting yang harus dipenuhi oleh

instrumen penelitian. Suherman dan Sukjaya (1990) menyatakan bahwa suatu

istrumen dinyatakan valid (absah dan sahih) bila instrumen itu mampu

mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Validitas suatu instrumen

69

hendaknya dilihat dari berbagai aspek. Dalam penelitian ini, analisis validitas

yang dilakukan meliputi validitas isi, validitas muka, dan validitas butir soal.

Validitas isi berkenaan dengan ketepatan materi yang dievaluasikan.

Dengan kata lain, materi yang dipakai sebagai alat evaluasi merupakan sampel

representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai siswa (Suherman dan Sukjaya,

1990). Validitas muka atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat

atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan

tafsiran lain (Suherman.dkk, 2003), termasuk juga kejelasan gambar dalam soal.�

Penilain validitas isi dan validitas muka dilakukan oleh rekan mahasiswa

Pendidikan Matematika Pascasarjana UPI dan guru�matematika SMP Negeri 25

Bandarlampung� yang hasilnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

Validitas isi dan validitas muka yang dinilai adalah kesesuaian antara butir tes

dengan kisi-kisi soal, penggunaan bahasa atau gambar dalam soal, dan kebenaran

materi atau konsep.

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal

terhadap skor total. Hasil perhitungan validitas ini dapat digunakan untuk

menyelidiki lebih lanjut butir-butir soal yang mendukung dan yang tidak

mendukung. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi. Karena

tes yang digunakan berupa uraian, maka untuk mendapatkan validitas butir soal

digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson. Hasil perhitungan koefisien

korelasi diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien validitas

yang dinyatakan oleh Suherman dan Sukjaya (1990).

70

Berdasarkan hasil uji coba pada siswa kelas IX SMP Negeri 25

Bandarlampung, dilakukan perhitungan validitas butir soal yaitu dengan

menghitung korelasi antara butir-butir soal dengan skor total soal secara

keseluruhan. Hasil perhitungan korelasi validitas antar butir tes kemampuan

representasi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3 Validitas Instrumen Kemampuan Representasi Matematis

Nomor Soal Besarnya ��� Interpretasi

1 0,66 Validitas tinggi

2a 0,70 Validitas tinggi

2b 0,77 Validitas tinggi

3 0,82 Validitas sangat tinggi

4a 0,91 Validitas sangat tinggi

4b 0,70 Validitas tinggi

5a 0,72 Validitas tinggi

5b 0,84 Validitas sangat tinggi

6a 0,65 Validitas tinggi

6b 0,78 Validitas tinggi

7a 0,68 Validitas tinggi

7b 0,68 Validitas tinggi

Berdasarkan Tabel 3.3 diketahui bahwa nilai koefisien korelasi butir-butir

soal dengan skor total soal secara keseluruhan berada pada rentang nilai 0,66

hingga 0,91. Dari 12 butir soal yang digunakan untuk menguji kemampuan

representasi matematis, berdasarkan interpretasi validitas tes diperoleh sembilan

soal mempunyai validitas tinggi dan tiga soal memiliki validitas sangat baik.

Artinya, semua soal mempunyai validitas yang baik.

2. Analisis Reliabilitas

Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap

jika digunakan untuk subjek yang sama pada waktu yang berbeda (Suherman dan

Sukjaya, 1990). Instrumen dengan reliabilitas yang baik memberikan hasil yang

71

konsisten walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), kapanpun

dan di manapun berada. Untuk tes berbentuk uraian perhitungan reliabilitas tes

dapat digunakan rumus Cronbach’s Alpha. Hasil derajat reliabilitas soal kemudian

diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi derajat reliabilitas yang

dikemukakan oleh Suherman dan Sukjaya (1990).�

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas butir soal secara keseluruhan

diperoleh nilai r11 = 0,922. Instrumen peneitian dengan koefisien reliabilitas 0,922

diinterpretasikan memiliki reliabilitas yang sangat tinggi, sehingga instrumen

kemampuan representasi matematis tersebut reliabel untuk digunakan sebagai alat

ukur.

3. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda (discriminatory power) suatu butir soal menyatakan

seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa

yang dapat menjawab soal dan siswa yang tidak dapat menjawab soal (Suherman

dan Sukjaya, 1990). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut

indeks diskriminasi (DP) yang berkisar antara 0,00 – 1,00. Daya pembeda

dihitung dengan membagi siswa kedalam dua kelompok, yaitu: kelompok atas

(the higher group) – kelompok siswa yang tergolong pandai dan kelompok bawah

(the lower group) – kelompok siswa yang tergolong rendah. Hasil perhitungan

daya pembeda diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria penafsiran menurut

Suherman dan Sukjaya (1990).

Berdasarkan hasil uji coba, dilakukan perhitungan daya pembeda setiap

butir soal yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.2. Hasil perhitungan

daya pembeda tes kemampuan representasi matematis disajikan dalam Tabel 3.4

berikut.

72

Tabel 3.4 Daya Pembeda Tes Representasi Matematis

Nomor Soal Besarnya DP Interpretasi

1 0,56 Baik

2a 0,50 Baik

2b 0,42 Baik

3 0,69 Baik

4a 0,47 Baik

4b 0,56 Baik

5a 0,44 Baik

5b 0,58 Baik

6a 0,42 Baik

6b 0,69 Baik

7a 0,28 Cukup

7b 0,33 Cukup

Berdasarkan Tabel 3.4 diketahui bahwa indeks daya pembeda butir-butir

soal secara keseluruhan berada pada rentang nilai 0,28 hingga 0,69. Indeks daya

pembeda sebesar 0,28 menandakan bahwa butir soal memiliki daya pembeda

dengan interpretasi cukup. Sedangkan indeks daya pembeda sebesar 0,69

menandakan bahwa butir soal memiliki daya pembeda dengan interpretasi baik.

Dari 12 butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan representasi

matematis terdapat dua butir yang mempunyai daya pembeda yang cukup, dan

sisanya mempunyai daya pembeda yang baik. Oleh karena itu, instrumen tersebut

dapat digunakan untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang

kurang pandai.

4. Analisis Indeks Kesukaran

Arikunto (2005) menyatakan bahwa “soal yang baik adalah soal yang tidak

terlalu mudah atau tidak terlalu sukar”. Soal yang terlalu mudah tidak dapat

merangsang siswa berusaha memecahkannya, dan soal yang terlalu sukar dapat

menyebabkan siswa putus asa dan tidak bersemangat untuk mencoba lagi.

73

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks

kesukaran (Arikunto, 2005). Analisis indeks kesukaran setiap butir soal dihitung

berdasarkan jawaban seluruh siswa yang mengikuti tes. Pada penelitian ini

digunakan rumus untuk menghitung indeks kesukaran menurut Hutabarat (2009).

Hasil perhitungan indeks kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan

kriteria penafsiran menurut Suherman dan Sukjaya (1990).

Dari hasil perhitungan, diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal tes

kemampuan representasi matematis yang terangkum dalam Tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5 Indeks Kesukaran Tes Representasi Matematis

Nomor Soal Besarnya IK Interpretasi

1 0,61 Sedang

2a 0,31 Sedang

2b 0,32 Sedang

3 0,54 Sedang

4a 0,57 Sedang

4b 0,44 Sedang

5a 0,50 Sedang

5b 0,35 Sedang

6a 0,46 Sedang

6b 0,46 Sedang

7a 0,28 Sukar

7b 0,25 Sukar

Dari Tabel 3.5 diketahui bahwa indeks kesukaran butir-butir soal tes

kemampuan representasi matematis secara keseluruhan berada pada rentang nilai

0,25 hingga 0,61. Indeks kesukaran sebesar 0,25 menandakan bahwa butir soal

memiliki tingkat kesukaran dengan interpretasi sukar. Sedangkan indeks

kesukaran sebesar 0,61 menandakan bahwa butir soal memiliki tingkat kesukaran

dengan interpretasi sedang. Dari 12 butir soal yang digunakan untuk mengukur

kemampuan representasi matematis terdapat dua butir yang mempunyai indeks

kesukaran yang sulit, dan sisanya mempunyai indeks kesukaran yang sedang.

74

Oleh karena itu, instrumen tersebut dapat digunakan untuk membedakan antara

siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

Rekapitulasi dari semua perhitungan analisis hasil uji coba tes kemampuan

representasi matematis disajikan secara lengkap dalam Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan

Representasi Matematis

Nomor

Soal

Interpretasi

Validitas

Interpretasi

Tingkat

Kesukaran

Interpretasi

Daya

Pembeda

Interpretasi

Reliabilitas

1 Tinggi Sedang Baik

Sangat

Tinggi

2a Tinggi Sedang Baik

2b Tinggi Sedang Baik

3 Sangat Tinggi Sedang Baik

4a Sangat Tinggi Sedang Baik

4b Tinggi Sedang Baik

5a Tinggi Sedang Baik

5b Sangat Tinggi Sedang Baik

6a Tinggi Sedang Baik

6b Tinggi Sedang Baik

7a Tinggi Sukar Cukup

7b Tinggi Sukar Cukup

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap hasil ujicoba tes

kemampuan representasi matematis yang dilaksanakan di SMP N 25

Bandarlampung pada siswa kelas IX, serta dilihat dari hasil analisis validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran, maka dapat disimpulkan bahwa

instrumen kemampuan representasi matematis pada penelitian ini memenuhi

syarat untuk menjadi alat pengumpul data yang baik dan dapat dipercaya. Oleh

karena itu, instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur kemampuan

representasi matematis siswa.

75

3.7.2 Skala Self-Efficacy

Self-efficacy dalam penelitian ini difokuskan pada tiga dimensi pengukuran

self-efficacy yang diungkapkan oleh Bandura yaitu, magnitude/level, strength, dan

generality. Secara teoritis, dimensi magnitude/level berhubungan dengan tingkat

kesulitan masalah atau tugas yang dapat diatasi oleh seseorang sebagai hasil

persepsi tentang kompetensi dirinya (Sudrajat, 2008). Secara operasional, dimensi

magnitude/level merujuk pada taraf keyakinan dan kemampuan siswa dalam

menentukan tingkat kesulitan soal representasi matematis yang dihadapi.

Dimensi strength berhubungan dengan tingkat kekuatan keyakinan tentang

kompetensi yang dipersepsi oleh seseorang dan menunjukkan derajat kemantapan

keyakinannya (Sudrajat, 2008). Dimensi ini biasanya berkenaan langsung dengan

dimensi pertama. Secara operasional, dimensi strength merujuk pada taraf

keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam mengatasi masalah atau

kesulitan yang muncul akibat soal representasi matematis.

Dimensi generality, yaitu dimensi yang berhubungan dengan luas bidang

perilaku atau tingkat pencapaian keberhasilan seseorang dalam mengatasi atau

menyelesaikan tugas-tugas dalam kondisi tertentu (Sudrajat, 2008). Secara

operasional, dimensi ini merujuk pada taraf keyakinan dan kemampuan siswa

dalam mengeneralisasikan tugas dan pengalaman sebelumnya.

Instrumen tentang self-efficacy ini dikonstruksi dan dikembangkan oleh

peneliti dengan mengadaptasi instrumen self-efficacy yang dikembangkan oleh

Sudrajat (2008), berpedoman pada pendapat Bandura (2006), yaitu Guide for

76

Constructing Self-Efficacy Scales serta berdasarkan saran dan pertimbangan dari

pembimbing dan pakar self-efficacy di UPI.

Berpedoman pada validitas isi yang dijelaskan oleh Bandura (2006), butir

pernyataan skala self-efficacy harus akurat dalam merefleksikan konstruksnya.

Self-efficacy berfokus pada kemampuan yang dirasakan. Butir-butir

pernyataannya harus menjadi frase yang mengungkapkan tentang “mampu

mengerjakan” daripada “akan mengerjakan”, karena “mampu” menggambarkan

pertimbangan kemampuan sedangkan “akan” merupakan pernyataan yang

berisikan tentang adanya suatu tujuan (Bandura, 2006).

Untuk menguji validitas skala self-efficacy digunakan uji validitas isi

(content validity). Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan

antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan (Sugiyono,

2006). Instrumen dinyatakan valid apabila isinya sesuai dengan apa yang hendak

diukur. Pada penelitian ini, pengujian validitas skala self-efficacy dilakukan oleh

dosen pembimbing dan pakar self-efficacy di UPI. Berorientasi pada validitas

konstruk dan validitas isi, berupa dimensi dan indikator yang hendak diukur,

redaksi setiap butir pernyataan, keefektifan susunan kalimat dan koreksi terhadap

bentuk format yang digunakan.

Hasil umum yang diperoleh menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

a. Tidak memuat pernyataan-pernyataan negatif, karena keyakinan tidak ada

yang bermakna negatif melainkan taraf atau derajatnya saja yang

membedakannya yang terentang dari keyakinan paling tinggi hingga paling

rendah (Sudrajat, 2008). Sebagai tindak lanjut, butir pernyataan negatif

diubah bentuknya menjadi butir pernyataan positif.

77

b. Pengukuran self-efficacy didasarkan pada tiga dimensi yang dinyatakan oleh

Bandura, yaitu dimensi magnitude/level, dimensi strength, dan dimensi

generality. Sebagai tindak lanjut, dibuat defini operasional untuk masing-

masing dimensi dan skala self-efficacy yang dibuat disesuaikan dengan

dimensi-dimensi tersebut.

c. Merevisi pernyataan-pernyataan tertentu yang dianggap kurang tepat dari

segi kebahasaan sehingga tidak mengandung makna ganda atau multi tafsir

kepada responden dalam memilihnya.

Setelah instrumen self-efficacy dinyatakan valid oleh ahli, dilakukan uji

keterbacaan instrumen terhadap 10 orang siswa. Uji keterbacaan dilakukan

dengan tujuan untuk melihat apakah pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam

angket dapat dimengerti susunan redaksi dan maknanya, telah sesuai dan/atau

menggambarkan tentang apa yang dirasakan, dialami, dan dihadapi siswa. Hasil

menunjukkan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami

pernyataan-pernyataan yang terdapat pada lembar skala self-efficacy.

Kemudian dilakukan uji coba instrumen self-efficacy siswa terhadap 75

orang siswa. Hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17

untuk menguji derajat validitas dan reliabilitas instrumen.

1. Validitas Instrumen

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan antara

skor item dalam suatu dimensi dengan skor dimensi dan mengkorelasikan skor

dimensi dengan skor total. Hasil uji validitas skala self-efficacy dengan

menggunakan program SPSS 17 disajikan secara lengkap pada Lampiran B.4.

78

Hasil uji validitas pernyataan self-efficacy dimensi magnitude/level terangkum

dalam Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Validitas Butir Pernyataan Dimensi Magnitude/Level

Nomor

Pernyataan

Koefisien

Korelasi Signifikansi Interpretasi

1 0,602

0,000 Valid

2 0,547

3 0,426

19 0,447

10 0,704

11 0,487

13 0,474

20 0,577

21 0,534

22 0,727

24 0,562

25 0,669

26 0,767

27 0,808

28 0,796

29 0,824

30 0,693

Berdasarkan Tabel 3.7, diketahui bahwa validitas butir-butir pernyataan self-

efficacy dimensi magnitude/level secara keseluruhan berada pada rentang nilai

0,426 hingga 0,824. Koefisien korelasi sebesar 0,426 menandakan bahwa butir

pernyataan memiliki validitas dengan interpretasi sedang. Sedangkan koefisien

korelasi sebesar 0,824 menandakan bahwa butir pernyataan memiliki validitas

dengan interpretasi sangat tinggi. Dari 17 butir pernyataan yang digunakan untuk

mengukur self-efficacy dimensi magnitude/level, delapan pernyataan memiliki

validitas yang sedang, tujuh pernyataan memiliki validitas yang tinggi dan sisanya

memiliki validitas sangat tinggi. Untuk kriteria signifikansi dari korelasi pada

Tabel 3.7 terlihat bahwa seluruh pernyataan memiliki korelasi yang signifikan.

79

Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan tersebut valid digunakan untuk mengukur

self-efficacy dimensi magnitude/level. Hasil uji validitas pernyataan self-efficacy

dimensi strength terangkum dalam Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8 Validitas Butir Pernyataan Dimensi Strength

Nomor

Pernyataan

Koefisien

Korelasi Signifikansi Interpretasi

6 0,749

0,000

Valid

7 0,762

14 0,535

31 0,489

33 0,607

34 0,651

35 0,575

4 0,747

5 0,524

8 0,668

9 0,646

15 0,618

16 0,736

17 0,729

18 0,517

23 0,571

32 0,554

Berdasarkan Tabel 3.8, diketahui bahwa validitas butir-butir pernyataan self-

efficacy dimensi strength secara keseluruhan berada pada rentang nilai 0,489

hingga 0,762. Koefisien korelasi sebesar 0,489 menandakan bahwa butir

pernyataan memiliki validitas dengan interpretasi sedang. Sedangkan koefisien

korelasi sebesar 0,762 menandakan bahwa butir pernyataan memiliki validitas

dengan interpretasi tinggi. Dari 17 butir pernyataan yang digunakan untuk

mengukur self-efficacy dimensi strength, tujuh pernyataan memiliki validitas yang

sedang, dan sisanya memiliki validitas tinggi. Untuk kriteria signifikansi dari

korelasi pada Tabel 3.8 terlihat bahwa seluruh pernyataan memiliki korelasi yang

80

signifikan. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan tersebut valid digunakan untuk

mengukur self-efficacy dimensi strength. Hasil uji validitas pernyataan self-

efficacy dimensi generality terangkum dalam Tabel 3.9 berikut ini.

Tabel 3.9 Validitas Butir Pernyataan Dimensi Generality

Nomor

Pernyataan

Koefisien

Korelasi Signifikansi Interpretasi

36 0,730

0,000 Valid

37 0,777

38 0,765

39 0,802

12 0,736

40 0,771

41 0,723

42 0,679

Dari Tabel 3.9, diketahui bahwa validitas butir-butir pernyataan self-efficacy

dimensi generality secara keseluruhan berada pada rentang nilai 0,679 hingga

0,802. Koefisien korelasi sebesar 0,679 menandakan bahwa butir pernyataan

memiliki validitas dengan interpretasi tinggi. Sedangkan koefisien korelasi

sebesar 0,802 menandakan bahwa butir pernyataan memiliki validitas dengan

interpretasi sangat tinggi. Dari delapan butir pernyataan yang digunakan untuk

mengukur self-efficacy dimensi generality, tujuh pernyataan memiliki validitas

tinggi, dan sisanya memiliki validitas sangat tinggi. Untuk kriteria signifikansi

dari korelasi pada Tabel 3.9 terlihat bahwa seluruh pernyataan memiliki korelasi

yang signifikan. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan tersebut valid digunakan

untuk mengukur self-efficacy dimensi generality. Selanjutnya dilakukan analisis

korelasi skor dimensi dengan skor total yang hasilnya terangkum dalam Tabel

3.10 berikut ini.

81

Tabel 3.10 Validitas Setiap Dimensi Skala Self-Efficacy

Dimensi Koefisien

Korelasi Signifikansi Interpretasi

Magnitude/level 0,911

0,000 Valid Strength 0,924

Generality 0,819

Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, diketahui bahwa koefisien korelasi dimensi-

dimensi self-efficacy berada pada rentang 0,819 hingga 0,924. Seluruh dimensi

magnitude/level, strength, dan generality memiliki kriteria validitas sangat tinggi.

Untuk kriteria signifikansi dari korelasi pada Tabel 3.10 terlihat bahwa seluruh

dimensi memiliki korelasi yang signifikan. Oleh karena itu, seluruh dimensi

magnitude/level, strength, dan generality mendukung untuk digunakan mengukur

self-efficacy siswa.

2. Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan untuk mengetahui

apakah suatu alat ukur akan memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg).

Untuk menghitung koefisien reliabilitas instrumen self-efficacy digunakan

program SPSS 17 yang hasilnya terangkum pada Tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.11 Reliabilitas Skala Self-Efficacy

Cronbach's Alpha N of Items

0,964 42

Berdasarkan Tabel 3.11 di atas, diperoleh nilai ��� � ���. Instrumen

peneitian dengan koefisien reliabilitas 0,964 diinterpretasikan memiliki reliabilitas

yang sangat tinggi, sehingga instrumen self-efficacy tersebut reliabel untuk

digunakan sebagai alat ukur.

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap hasil ujicoba pernyataan

self-efficacy pada Tabel 3.7, Tabel 3.8, Tabel 3.9, Tabel 3.10, dan Tabel 3.11,

82

instrumen self-efficacy memenuhi syarat untuk menjadi alat pengumpul data yang

baik dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur self-efficacy siswa.

3.8 Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

representasi matematis dianalisis secara statistik. Data skala self-efficacy siswa

dianalisis secara deskriptif dan statistik. Sedangkan data hasil wawancara

berkaitan dengan tanggapan siswa terhadap pembelajaran dianalisis secara

deskriptif. Untuk pengolahan data penulis menggunakan bantuan program

software SPSS 17, dan Microsoft Excell 2007.

3.8.1 Data Hasil Tes Representasi Matematis

Dalam penelitian ini ingin dilihat perbedaan rerata kemampuan representasi

matematis siswa yang memperoleh pembelajaran MEAs dan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional serta peningkatan kemampuan

representasi siswa berdasarkan kategori kemampuan siswa (kelompok atas dan

kelompok bawah). Oleh karena itu, uji statistik yang digunakan adalah uji

perbedaan dua rerata.

Data yang diperoleh dari hasil tes diolah melalui tahap-tahap sebagai

berikut:

1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem

penskoran yang digunakan.

2. Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

83

3. Menghitung peningkatan kemampuan yang terjadi pada siswa kelompok atas,

kelompok tengah dan siswa kelomok bawah dengan rumus gain

ternormalisasi, yaitu:

Gain ternormalisasi (g) = � ����������� ���������

� ���������� ��������� (Hake,1999)

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

klasifikasi pada Tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.12 Klasifikasi Gain (g)

Besarnya Gain (g) Interpretasi

g � 0,7 Tinggi

0,3 � g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Perhitungan gain ternormalisasi dilakukan karena penelitian ini tidak hanya

melihat peningkatan siswa tetapi juga melihat kualitas dari peningkatan

tersebut.

4. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes,

postes, dan skor gain kemampuan representasi matematis menggunakan uji

statistik One-Sample Kolmogorov- Smirnov.

5. Menguji homogenitas varians data skor pretes, postes dan gain kemampuan

representasi matematis menggunakan uji Homogeneity of Variances (Levene

Statistic).

6. Jika sebaran data normal dan homogen, dilakukan uji perbedaan dua rerata.

Pengujian ini digunakan untuk menguji perbedaan rerata skor pretes dan

postes menggunakan Compare Mean Independent Samples Test.

7. Menguji perbedaan antara dua rataan data gain kemampuan representasi

matematis dengan menggunakan General Linear Model Univariate Analysis.

84

8. Jika datanya tidak berdistribusi normal, maka uji yang dilakukan adalah uji

statistik non-parametrik seperti Uji Mann-Whitney atau Uji Friedman.

3.8.2 Data Hasil Skala Self-Efficacy

Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang self-

efficacy siswa. Untuk melihat posisi dan gambaran self-efficacy siswa, baik secara

total maupun dimensinya, dilakukan pengelompokan data dengan menggunakan

perhitungan kriteria ideal yang perhitungannya didasarkan atas rerata ideal dan

simpangan baku ideal (Rakhmat dan Solehuddin dalam Sudrajat, 2008) sebagai

berikut.

�������� �!�" #����� Keterangan:

������ = skor maksimal yang mungkin diperoleh oleh siswa

�������� = Rerata ideal = �

$ dari ������

#����� = Simpangan Baku Ideal = �

$ dari ��������

Z = skor baku

Berdasarkan rumus tersebut, kemudian dibuat kategori yang disajikan pada

Tabel 3.13 berikut.

Tabel 3.13 Kategori Self-Efficacy Siswa

No. Skor Kategori

1. %&'������ (�)�*�����+ , ��� Sangat Tinggi (ST)

2. %&'������ ��)�*�����+ , �& - � %&'������ (�)�*�����+ Tinggi (T)

3. %&'������ . ��)�*�����+ , �& - � %&'������ ��)�*�����+ Sedang (S)

4. %&'������ . (�)�*�����+ , �& - � %&'������ . ��)�*�����+ Rendah (R)

5. & , � %&'������ . (�)�*�����+ Sangat Rendah (SR)

Setelah dilakukan pengelompokan, kemudian dihitung frekuensi masing-

masing kategori dan dihitung persentasenya. Untuk melihat perbedaan self-

85

efficacy siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik secara total

maupun masing-masing dimensinya, dilakukan uji statistik non parametrik yaitu

uji Mann-Whitney dengan menggunakan program SPSS 17.