bab iii metodologi penelitian 3.1 jenis penelitiandigilib.unila.ac.id/14459/18/bab...

27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu peneliti berusaha untuk menerapkan suatu tindakan sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Menurut Dave edbutt dalam Pargito (2010: 18) PTK adalah suatu kajian sistematik terhadap usaha-usaha perbaikan praktek pendidikan oleh para partisipan (guru-murid) melalui langkah-langkah dalam praktek mereka dengan cara merefleksikannya dengan praktek mereka sendiri. PTK merupakan suatu studi sistematik terhadap praktik pembelajaran di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar dengan melakukan tindakan tertentu. Dalam penelitian ini para siswa dikenal tindakan, yaitu berupa pembelajaran dengan menggunakan Model Snowball Throwing. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian ini berlokasi di SD Negeri 1 Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1 SD Negeri 1 Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2014/2015. Sekolah ini berada di lingkungan Kecamatan Gedong Tataan dengan jumlah siswa 197 orang yang terdiri dari 35 siswa kelas I, 35 siswa kelas II, 28

Upload: dangkhanh

Post on 25-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

102

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu

peneliti berusaha untuk menerapkan suatu tindakan sebagai upaya perbaikan

untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Menurut Dave edbutt dalam Pargito

(2010: 18) PTK adalah suatu kajian sistematik terhadap usaha-usaha perbaikan

praktek pendidikan oleh para partisipan (guru-murid) melalui langkah-langkah

dalam praktek mereka dengan cara merefleksikannya dengan praktek mereka

sendiri. PTK merupakan suatu studi sistematik terhadap praktik pembelajaran di

kelas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses dan

hasil belajar dengan melakukan tindakan tertentu. Dalam penelitian ini para siswa

dikenal tindakan, yaitu berupa pembelajaran dengan menggunakan Model

Snowball Throwing.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini berlokasi di SD Negeri 1 Sukabanjar Kecamatan Gedong

Tataan Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1 SD Negeri 1

Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran

2014/2015. Sekolah ini berada di lingkungan Kecamatan Gedong Tataan dengan

jumlah siswa 197 orang yang terdiri dari 35 siswa kelas I, 35 siswa kelas II, 28

103

siswa kelas III, 30 siswa kelas IV, 37 siswa kelas V, 32 siswa kelas VI. Staf

pengajar terdiri dari 7 guru, 1 guru wiyata bhakti, 1 penjaga, 1 kepala sekolah.

Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan: kemampuan membaca

permulaan siswa kelas I SD Negeri 1 Sukabanjar masih rendah, merupakan

tempat peneliti mengajar, belum pernah menjadi tempat penelitian tindakan kelas.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 selama 5

bulan mulai bulan Juli sampai dengan bulan November 2014. Adapun waktu dan

jenis kegiatan penelitian dapat dilihat di bawah ini:

Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian:

Bulan Kegiatan

Juli-Agustus : Penyusunan dan Penyeminaran Proposal

September : Pengurusan Ijin Penelitian

Oktober : Pelaksanaan Tindakan

November : Penyusunan Laporan

3.3 Bentuk dan Strategi Penelitian

3.3.1 Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada

masalah proses, maka jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Dengan menggunakan jenis penelitian ini diharapkan akan mendapat informasi

yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktik pembelajaran di dalam

kelas secara profesional.

104

3.3.2 Strategi Penelitian

Penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas model siklus karena objek

penelitian hanya satu sekolah (SD). Rancangan yang di pakai adalah model dasar

penelitian yang dikembangkan Suhandini (2000: 34) meliputi perencanaan,

pelaksaan tindakan, observasi dan refleksi. Berikut penjabaran masing-masing:

a. Perencanaan

Kegiatan ini meliputi:

1). Membuat perencanaan pengajaran

2). Mempersiapkan alat peraga

3). Membuat lembar observasi

4). Mendesain alat evaluasi

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahapan ini adalah melaksanakan kegiatan

pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.

c. Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan observasi langsung terhadap proses pembelajaran

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi

Pada tahap ini, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan

dianalisis guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan,

dan bagaimana perubahan terjadi.

3.4 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan perangkat

pembelajaran. Lebih jelasnya, sebagai berikut:

105

3.4.1 Siswa

Untuk mendapatkan data tentang sikap sosial dan hasil belajar siswa Kelas III SD

Negeri 1 Sukabanjar dalam pembelajaran IPS dengan mengguanakan model

Snowball Throwing.

3.4.2 Guru

Untuk melihat keberhasilan tingkat implementasi pembelajaran IPS dengan

menggunakan model Snowball Throwing untuk meningkatkan sikap siswa dan

hasil belajar siswa Kelas III SD Negeri 1 Sukabanjar.

3.4.3 Teman Sejawat dan Kolabolator

Teman sejawat dan kolabolator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat

implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.

3.4.4 Perangkat Pembelajaran

Data/alat/media sebagai perencanaan untuk mengimplementasikan pembelajaran

yang akan digunakan.

3.5 Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah guru dan siswa Kelas III SD Negeri 1

Sukabanjar, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Tahun Pelajaran

2014/2015, yang berjumlah 31 orang di Semester Ganjil tahun 2014.

106

3.6 Definisi Konseptual dan Operasional Variable

3.6.1 Sikap Sosial

a. Definsi Konseptual

Sikap sosial adalah kesadaran dari dalam diri individu yang timbul lewat

pengalaman berpengaruh pada perilaku individu, berperilaku pada dirinya dan

lingkungan sosial.

b. Definisi Operasional

Sikap sosial dalam penelitian ini diukur berdasarkan skor total sikap sosial yang

diperoleh dengan indikator: sikap spiritual, kejujuran, kedisiplinan, partisipasi

dalam kelompok, tanggung jawab dalam tugas dan toleransi dalam kelompok.

Masing-masing indikator sikap sosial diukur dengan observasi pada setiap item

pemberian skor dinilai dengan lima pilihan jawaban, yaitu Amat Baik (diberi skor

lima), Baik (diberi skor empat), Cukup (diberi skor tiga), Kurang (diberi skor dua)

dan Sangat Kurang (diberi skor satu).

3.6.2 Hasil belajar

a. Definisi Konseptual

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk

dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan berupa

perolehan nilai yang dinyatakan dalam bentuk skor.

b. Definisi Operasional

Hasil belajar dalam penelitian ini diukur berdasarkan skor nilai pilihan ganda

yang terdiri dari dua puluh soal, masing-masing soal jika benar mendapat nilai

lima.

107

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Arikunto mengemukakan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat

dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah

pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan (2009: 99-100). Untuk

memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode sebagai

berikut:

3.7.1 Observasi/Pengamatan

Observasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data (informasi)

melalui panca indera yang dilakukan secara sistematis (Adlan, 2003: 31).

Sementara Arikunto (2009: 234) mengemukakan bahwa dalam menggunakan

metode observasi, cara yang paling efektif adalah melengkapi dengan format atau

blanko pengamatan sebagai instrumen. Penelitian ini menggunakan pengamatan

langsung pada proses pembelajaran IPS dan mengisi format observasi yang

disediakan.

Teknik penilaian observasi dapat digunakan untuk menilai ketercapaian sikap

spiritual dan sikap sosial. Pengembangan teknik penilaian observasi untuk menilai

sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan pada kompetensi inti kedua ranah ini.

Sikap spiritual ditunjukkan dengan perilaku beriman, bertaqwa dan bersyukur.

Sedangkan sikap sosial sesuai kompetensi inti tingkat SD/MI mengembangkan

sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun

dan percaya diri dalam berinterkasi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Sikap spiritual dan sikap

sosial dalam kompetensi ini dijabarkan secara spesifik dalam kompetensi dasar.

108

Oleh karena itu, sikap yang diobservasi juga memperhatikan sikap yang

dikembangkan dalam kompetensi dasar.

Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman observasi

yang berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.

Daftar cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap atau perilaku.

Sedangkan skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku siswa dalam

suatu rentangan sikap.

Pedoman observasi secara umum memuat pertanyaan sikap atau perilaku yang

diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan. Pernyataan

memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai indikator penjabaran

sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rentangan skala hasil

pengamatan antara lain, sebagai berikut:

a) Selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah

b) Baik sekali, baik, cukup baik, kurang baik

Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk pensekoran.

Rubrik memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala atau daftar cek. Sedangkan

petunjuk penskoran memuat cara memberikan skor dan mengolah skor menjadi

nilai akhir. Agar observasi lebih efektif dan terarah hendaknya:

a) Dilakukan dengan tujuan jelas dan direncanakan sebelumnya, perencanaan

mencakup indikator atau aspek apa yang akan diamati dari suatu proses.

b) Menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek atau skala, model

lainnya.

c) Pencatatan dilakukan selekas mungkin tanpa diketahui oleh peserta didik.

109

d) Kesimpulan dibuat setelah program observasi selesai dilakukan.

Format observasi/pengamatan sikap sosial siswa adalah sebagai berikut:

Format 3.1 Lembar Observasi Sikap Sosial Siswa

NO NAMA SISWA HASIL OBSERVASI

SKOR A B C D E F

1.

2.

3.

.

.

31

Keterangan:

A. Sikap Spiritual

B. Kejujuran

C. Kedisiplinan

D. Partisipasi dalam kegiatan kelompok

E. Tanggung jawab dalam tugas kelompok

F. Toleransi terhadap kelompok

Sumber: Syamsudin dan Mar‟at

Variabel sikap dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala Likert dengan

lima pilihan, yaitu selalu (SL), sering (S), kadang-kadang (K), jarang (J) dan tidak

pernah (T). Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti tertera

pada tabel berikut:

110

Tabel 3.2 Daftar Pembobotan Penilaian Sikap

No Pilihan Jawaban Bobot Nilai

1 Selalu (SL) 5

2 Sering (S) 4

3 Kadang-kadang (K) 3

4 Jarang (J) 2

5 Tidak Pernah (T) 1

Sumber: Sugiyono (2009:135)

3.7.2 Tes

Hasil belajar merupakan titik sentral dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Dari

melihat hasil, siswa dapat mengetahui seberapa jauh mereka bisa menguasai atau

memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Dalam hal ini, sebaiknya guru

memberikan umpan balik (feedback) dalam upaya perbaikan strategi pembelajaran

selanjutnya.

Pada akhir penelitian ini, peneliti memberikan tes untuk melengkapi kewajiban

guru dalam memberikan penilaian kepada siswa serta melihat sejauh mana

penggunaan model snowball throwing dapat meningkatkan sikap sosial dan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPS yang tercermin dalam penguasaan siswa

atas materi yang telah disampaikan.

3.7.3 Foto dan Dokumentasi

Foto dan dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai alat untuk

mengumpulkan data penelitian. Alat ini digunakan peneliti adalah untuk

menyakinkan bahwa data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih jelas dan data

yang diperoleh benar adanya. Data yang akan diperoleh berupa data hasil

wawancara dan observasi dari hasil pengamatan siswa dalam pembelajaran. Data

kuantitatif berupa hasil tes kompetensi.

111

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data bersifat deskriptif analitik, yaitu suatu penelitian yang

bertujuan memberikan gambaran realitas pada objek yang diteliti secara obyektif.

Penelitian ini menekankan pada variable sikap sosial dan hasil belajar IPS. Sikap

sosial siswa dalam penelitian ini meliputi sikap spiritual, kejujuran, kedisiplinan,

partisipasi dalam kelompok, tanggung jawab dalam tugas dan toleransi dalam

kelompok.

Penelitian diskriptif analitik adalah data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar,

prilaku, tidak dapat dituangkan dalam dalam bentuk bilangan atau angka statistik,

melainkan dari atau tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya

dari sekedar angka atau frekuensi. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan

berdasarkan pada kenyataan lapangan dengan kondisi realita dilapangan atas apa

yang dialami. Dirasakan, digambarkan responden yang akhirnya dicari rujukan

teorinya (Sudjarwo, 2010: 81).

Peneliti melakukan analisis data dengan memberikan pemaparan, gambaran

mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk naratif. Hakikat pemaparan adalah

seperti orang merajut, setiap orang merajut, setiap bagian ditelaah satu demi satu,

dengan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena itu

terjadi. Obyektivitas pemaparan harus dijaga sedemikian rupa agar subyektifitas

peneliti dalam membuat interpretasi dapat dihindari (Margono, 2000: 39). Fungsi

penelitian deskriptif analitik yakni memberikan penjelasan tentang data yang telah

diperoleh.

112

Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik analisa data agar data

yang diperoleh valid dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai berikut:

1. Pengklasifikasian data, yaitu menggolongkan angka ragam jawaban

kedalam kategori yang jumlahnya lebih terbatas.

2. Koding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban responden dengan jalan

menandai masing-masing kode tertentu.

3. Tabulasi, yaitu usaha penyajian data, terutama pengolahan data yang akan

menjurus ke analisis kualitatif, biasanya menggunakan tabel, baik tabel

distribusi frekuensi maupun tabel silang (Margono, 2000: 191).

Pada penelitian ini data yang diperoleh diklasifikasikan dengan memberikan tanda

check list dan skor, kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang

berkaitan dengan sikap sosial siswa dan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran. Setelah itu diberikan interpretasi berdasarkan data yang diperoleh

secara naratif. Pembelajaran akan berlangsung baik apabila terdapat interaksi

edukatif antara guru dan siswa. Guru sebagai unsur utama dalam proses

pembelajaran berusaha menciptakan kondisi siswa yang kondusif. Dalam

pembelajaran guru harus memiliki metode pembelajaran yang tepat dan sesuai

dengan materi yang diajarkan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara

optimal. Keberhasilan pembelajaran dapat diketahui dari tujuan yang akan dicapai

dan hasil belajar siswa

Untuk menganalisa data hasil kegiatan guru dan sikap sosial siswa, peneliti

mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

113

1. Menganalisa dokumen pembelajaran (RPP) dengan menggunakan rubrik

IPKG. 1

Tabel. 3.3 Instrumen Penilaian Kemampuan Guru Perencanaan

Pembelajaran (IPKG. 1)

Petunjuk!

Bacalah dengan cermat RPP yang akan digunakan oleh guru ketika mengajar

kemudian nilailah semua aspek yang terdapat dalam RPP tersebut dengan

menggunakan butir dibawah ini.

No. Aspek yang Di Nilai Skor

1 2 3 4

1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran

(tidak menimbulkan penafsiran ganda dan

mengandung prilaku hasil belajar)

2. Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan

dan karakteristik peserta didik)

3. Pengorganisasian materi ajar (keruntutan,

sistematika materi dan kesesuaian dengan

alokasi waktu)

4. Pemilihan sumber/media pembelajaran

(sesuai dengan tujuan, materi dan

karakteristik peserta didik)

5. Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-

langkah kegiatan pembelajaran: awal, inti dan

penutup)

6. Kerincian skenario pembelajaran (setiap

langkah tercermin startegi atau metode dan

alokasi waktu pada setiap tahap)

7. Kesesuaian teknik dengan tujuan

pembelajaran

8. Kelengkapan instrumen evaluasi (soal, kunci,

pedoman penskoran)

SKOR TOTAL

2. Menganalisa dokumen penilaian pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan rubrik IPKG. 2

114

Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Mengunakan Model Snowball Throwing

(IPKG. 2)

ASPEK PENGAMATAN

SKOR

KELAS III

1 2 3 A. Pendahuluan

1. Menkondisikan Siswa

2. Menyampaikan SK, KD dan Tujuan Pembelajaran

3. Menggali Pengetahuan Awal Siswa

4. Memotivasi Siswa

Jumlah A

Rerata

B. Mengorientasi Siswa Pada Masalah

5. Mengajukan Masalah yang Aktual

6. Membimbing Siswa Untuk Mengemukakan Teori

dan Ide Mereka Sendiri

7. Memotivasi Siswa Pada Permasalahan

Jumlah B

Rerata

C. Mengorganisir Siswa-Siswa Untuk Belajar

8. Membentuk Kelompok Belajar Siswa

9. Meminta Siswa Untuk Menuliskan Pertanyaan yang

Menyangkut materi di satu lembar kertas

10. Meminta Siswa Untuk Membuat Kertas yang Berisi

Pertanyaan Itu Menjadi Bola

Jumlah C

Rerata

D. Tahap 3: Membimbing Penyelidikan Individual dan

Kelompok

11. Meminta Siswa untuk Melemparkan Kertas Tersebut

Kepada Teman yang Lain

12. Memberikan Waktu Kepada Siswa Untuk Menjawab

Pertanyaan yang Tertulis Dalam Kertas Berbentuk

Bola Secara Bergantian

Jumlah D

Rerata

E. Tahap 4: Mengembangkan dan Menyajikan Pemecahan

Masalah

13. Membantu siswa dalam pemecahan masalah

14. Memberikan kesimpulan materi pembelajaran dengan

menggunakan model snowball throwing

Jumlah E

Rerata

3. Menentukan tingkat kemampuan guru dalam memimpin diskusi

4. Menentukan bagian mana komponen sikap siswa yang perlu diperbaiki

115

5. Mengadakan evaluasi untuk menentukan apakah perubahan tindakan yang

dilakukan berpengaruh terhadap hasil belajar

Tabel 3.5 Ratio Tingkat Kemampuan Guru dalam Perencanaan dan

Pelaksanaan Pembelajaran

No. Jumlah Skor Tingkat Kemampuan Guru

1. 86-100 Amat Baik

2. 71-85 Baik

3. 56-70 Cukup

4. 40-55 Kurang

5. < 40 Sangat Kurang

Menurut Hopkins (2011:232) teknik pengolahan data dan analisis meliputi empat

tahapan, sebagai berikut:

Tabel 3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Analisis

Sumber Informasi

Survei Kuesioner Observasi Wawancara Dokumen

1. Pengumpulan data dan

penciptaan kategori-

kategori atau hipotesis-

hipotesis

2. Validasi kategori-kategori

atau hipotesis-hipotesis

3. Interpretasi dengan

merujuk pada teori,

kriteria, praktik, dan

pertimbangan guru

4. Merencanakan tindakan

untuk pengembangan

3.8.1 Teknik Pengumpulan Data

Hopkins (2011: 181) mengemukakan bahwa ada beberapa metode/teknik

pengumpulan data yaitu: membuat catatan lapangan (field notes), rekaman

audiotape, diary siswa, wawancara, videotape recorder dan kamera digital,

116

kuesioner, sosiometri, bukti dokumenter, studi kasus dan gambar siswa. Setelah

mengumpulkan data, ada satu tahap yang secara langsung berkaitan dengan

pengumpulan data yaitu membuat hipotesis-hipotesis. Pada tahap ini, lebih

banyak gagasan akan lebih baik. Menurut Hopkins (2011: 227), menyatakan

bahwa “semakin kaya dan semakin kreatif gagasan kita, semakin besar

kemungkinan penelitian kita akan menghasilkan interpertasi yang koheren dan

utuh atas suatu masalah”. Kemudian pada tahap berikutnya adalah mengevaluasi

(atau menvalidasi) hipotesis-hipotesis, oleh karena itu mengapa pada tahap awal

kita perlu berusaha sekreatif dan sesugestif mungkin untuk menggegas hipotesis-

hipotesis.

3.8.2 Validitas

Tahap kedua dalam proses penelitian kelas berhubungan dengan validitas

hipotesis-hipotesis. Jejak audit (audit trail) merupakan teknik yang digunakan

untuk meningkatkan validitas data. Schwandt dan Halpern dalam Hopkins (2011:

233) mendeskripsikan kegunaan audit trail, atau tentang bagaimana membangun

mata rantai petunjuk (chain of evidence), sebagai berikut:

Mempersiapkan audit trail sangat penting karena dua alasan. Pertama, ia

mendokumentasikan penyelidikan dalam bentuk yang mempermudah

penyelidikan pihak-ketiga. Audit trail berisi informasi tentang metode-metode

yang digunakan untuk mengawasi kesalahan dan mencapai kesimpulan-

kesimpulan yang dapat dijustifikasi. Kedua, audit trail membantu (para

peneliti kelas) mengatur proses pencatatan/perekaman data. Mereka

menemukan jalan terorganisir yang sangat penting ini ketika mereka harus

memperoleh informasinya kembali dan mempersiapkan laporan akhirnya,

(audit trail juga membantu mereka) menjadi lebih cermat, kritis, dan reflektif.

117

Strategi lain yang sering digunakan untuk memastikan validitas adalah dengan

meminta responden-responden kunci untuk mereview draf-draf laporan penelitian

yang telah dibuat oleh guru-peneliti. Strategi ini juga melibatkan pihak-pihak

tertentu yang memang turut serta dalam penelitian (kolega-kolega atau para

siswa), atau orang-orang yang berpengalaman dengan situasi yang tengah diamati.

Jika orang-orang yang terlibat dalam penelitian ini tidak mengenali deskripsi dan

analisis dalam laporan akhir, maka validitasnya perlu dicurigai. Melibatkan orang

lain dalam penelitian juga merupakan aktivitas yang bermanfaat bagi mereka

sendiri.

Menurut Hopkins (2011: 234), bahwa dengan menerapkan teknik-teknik analisis

seperti triangulasi dan metode-metode lain yang dideskripsikan sebelumnya, para

guru-peneliti dapat menghasilkan hipotesis-hipotesis dan konsep-konsep yang

sehat secara metodologis dan dapat digeneralisasi. Dengan terlibat dalam proses

pengembangan hipotesis, guru-peneliti berarti tengah melaksanakan apa yang oleh

Glaser dan Strauss disebut sebagai Grounded Theory, karena teori ini didasarkan

pada data yang dikumpulkan dari dan aplikatif pada situasi sosial tertentu. Dengan

menggunakan metodologi ini, kita dapat melangkah menuju tindakan-tindakan

selanjutnya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Dunn dan Swierczek dalam

Hopkins (2011: 234)

Penerapan grounded theory dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan sejauh penemuan-penemuan yang dihasilkan dapat:

1. merefleksikan kondisi-kondisi aktual masa kini dalam usaha-usaha

perubahan tertentu (validitas internal);

2. melambangkan kondisi-kondisi aktual masa kini dalam usaha-usaha

perubahan yang lain (validitas eksternal);

118

3. berkontribusi pada usaha penciptaan konsep-konsep baru dengan terus-

menerus membandingkan informasi yang diperoleh dengan metode-

metode yang berbeda (refleksivitas); dan

4. mendorong pemahaman antar kelompok dengan memperbandingkan

kerangka-kerangka rujukan yang ada.

Penelitian ini agar data diperoleh valid dan dapat dipertanggungjawabkan,

dilakukan analisa data yang diperlukan dengan melakukan member check

berdasarkan data yang terkumpul dalam penelitian ini telah diperiksa kembali

keakuratannya dan dikonsultasikan kepada teman sejawat untuk dimintai bantuan

dalam memperbaiki hasil penelitian ini. Sehingga data yang diperoleh dalam

penelitian ini dapat digunakan dan dapat dijadikan pertimbangan oleh peneliti

selajutnya yang relevan dengan penelitian ini.

Tahap selanjutnya dilakukan triangulasi untuk memeriksa kebenaran hipotesis,

kontruk atau analisis dari peneliti dengan membandingkan hasil dari teman

sejawat peneliti. Pada penelitian ini triangulasi digunakan peneliti yaitu dengan

memadukan informasi dari peneliti, guru teman sejawat dan siswa tentang

keberlangsungan proses pembelajaran disetiap siklusnya. Dari data yang diperoleh

melalui wawancara dengan guru teman sejawat dan siswa, proses pembelajaran

pada siklus pertama dirasa masih kurang baik, karena proses pembelajaran belum

maksimal, siswa belum aktif dalam kegiatan pembelajaran, demikian juga

kemampuan guru dalam mengelola kelas, hal itu juga diakui oleh peneliti, guru

teman sejawat dan siswa sendiri. Dari hasil penelitian siklus pertama maka

dilakukan perbaikan pada siklus kedua dalam proses pembelajaran selajutnya.

Pada siklus kedua, proses pembelajaran yang dilakukan sudah ada peningkatan

proses pembelajaran dilihat dari peningkatan kemampuan guru mengelola kelas

119

dan sikap sosial siswa. Hal ini juga dikemukakan oleh guru teman sejawat, siswa

dan peneliti sendiri, namun belum dapat memenuhi indikator keberhasilan yang

diinginkan. Oleh karena itu, dilakukan perbaikan lagi pada siklus ketiga.

Pada siklus ketiga kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan sikap

sosial siswa telah memenuhi indikator yang ditentukan. Hal ini juga diakui oleh

guru teman sejawat, siswa dan peneliti. Pembelajaran menumbuhkan sikap sosial

siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa melakukan semua

indikator-indikator sikap sosial telah memenuhi tingkat persentase 75 %.

Audit Trail dilakukan oleh teman sejawat yang dirasakan memiliki kemampuan

lebih tentang penelitian yang dilakukan untuk memeriksa penelitian tindakan

kelas yang dilakukan oleh peneliti kemudian diberikan saran dan perbaikan

apabila diperlukan. Pemeriksaan kesalahan-kesalahan prosedur dan metode

penelitian dilakukan bersama teman sejawat yang mengamati jalannya penelitian

untuk dilakukan perbaikan selanjutnya.

Tahap berikutnya dilakukan expert opinion, peneliti minta kepada pembimbing

penulisan laporan. Peneliti melakukan konsultasi kepada pembimbing II Bapak

Dr. H. Darsono, M.Pd dan pembimbing I Bapak Dr. H. Pargito, M.Pd untuk

mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama penelitian. Perbaikan

kesalahan-kesalahan baik proses, prosedur dan metode penelitian

3.8.3 Interpretasi

Tahap ketiga dalam proses penelitian adalah interpretasi. Hal ini berarti

menggunakan hipotesis-hipotesis yang valid dan menyesuaikannya dengan

120

kerangka-kerangka rujukan yang mendasarinya. Menurut Hopkins (2011: 234)

menyatakan bahwa interpretasi berarti guru-peneliti menggunakan sebuah

hipotesis dan menghubungkannya dengan teori, norma-norma praktik, atau intuisi

guru tentang pengajaran yang baik. Hal ini melibatkan mereka untuk memaknai

observasi tertentu atau serangkaian observasi yang dapat menuntun pada tindakan.

Dengan interpretasi, guru berarti tengah memaknai observasi-observasi dan

konstruk-konstruknya.

3.8.4 Tindakan

Langkah terakhir dalam proses penelitian adalah tindakan. Setelah memaknai data

penelitian, kini saatnya guru-peneliti membuat perencanaan untuk tindakan

selanjutnya. Hopkins (2011: 335) mengemukakan bahwa tahap interpretasi

memberikannya informasi tentang bagaimana ia mengubah teknik questioning-

nya, dan setelah beberapa kali perencanaan, dia pun berusaha memonitor dan

megevaluasi kembali praktik questioning-nya.

3.8.4.1 Proses Analisis Data yang Berkelanjutan

Analisis data merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam penelitian

kelas. Pada tahap ini, guru-peneliti harus memastikan bahwa hasil-hasil yang

diperoleh sudah valid. Ketika mereka gagal menganalisis datanya secara tepat

mereka akan kesulitan dalam menyusun rencana untuk tindakan (action)

selanjutnya. Empat tahap penelitian kelas diringkas dalam kotak 3.7

121

Kotak 3.7 Empat tahap penelitian kelas

1. Pengumpulan data dan penciptaan kategori-kategori dan hipotesis-hipotesis.

2. Validasi kategori-kategori dan hipotesis-hipotesis dengan menggunakan teknik-

teknik yang handal, seperti triangulasi.

3. Interpretasi dengan merujuk pada teori, kriketria, praktik, atau pertimbangan guru.

4. Tindakan untuk pengembangan yang juga dimonitor oleh teknik-teknik penelitian

kelas.

Pada gambar 3.7. matriks mengilustrasikan berbagai sumber data yang tersedia

dalam setiap tahap analisis. Empat tahap penelitian kelas, meskipun didasarkan

pada metode-metode penelitian sosiologis, pada hakikatnya hanyalah common-

sense yang terorganisir. Tahap-tahap ini juga jauh lebih interaktif daripada

deskripsi linear. Sebenarnya, keseluruhan proses tersebut dalam kenyataannya

merupakan proses yang sangat dinamis. Ada dua aspek dari “dinamisme” yang

akan dijelaskan.

Pada tahap awal, guru-peneliti menganalisis kuesioner atau jadwal wawancara,

kemudian menggunakan data yang telah dianalisis dari sejumlah sumber berbeda

untuk membuat kategori-kategori atau hipotesis-hipotesis. Setelah itu, guru-

peneliti dapat menvalidasikannya pada tahap kedua, lalu kembali pada tahap

pertama untuk mengumpulkan lebih banyak data. Miles dan Huberman dalam

Hopkins (2011: 237) mendeskripsikan model interaktif analisis data sebagai

berikut:

Reduksi data: Reduksi data merujuk pada proses menyeleksi, memfokuskan,

mensimplifikasi, mengabstraksikan, dan menstransformasikan data „mentah‟

yang muncul dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Ketika dilaksanakan

pengumpulan data, ada episode-episode lanjutan untuk mereduksi data

(meringkas, mencoding, menelusuri tema, membuat kluster, membuat partisi,

menulis memo). Dan proses reduksi/ transformasi data ini terus berlangsung

hingga laporan akhir selesai ditulis.

122

Tampilan Data: Tahap kedua dari aktifitas analisis adalah tampilan data.

Kami mendefinisikan „tampilan‟ sebagai penghimpunan informasi secara

terorganisir yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan dan

melaksanakan tindakan. Melihat tampilan-tampilan data menganalisis atau

tindakan lebih jauh yang didasarkan pada pemahaman tersebut.

Penarikan Kesimpulan/Verifikasi: Tahap ketiga dalam analisis data adalah

menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari tahap awal pengumpulan data, (guru-

peneliti) mulai menelusuri makna-makna dari data yang diperoleh, mencatat

rutinitas-rutinitas, pola-pola, penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi,

aliran-aliran kausatif, dan proposi-proposi. Peneliti yang kompeten akan terus

menjaga kesimpulan-kesimpulan itu tetap terbuka, menjaga keterbukaan dan

skeptisisme, tetapi kesimpulan-kesimpulan tersebut masih di sana, yang

masih baru dan tidak jelas pada awalnya, kemudian semakin eksplisit dan

terorganisir.

Dalam hal ini, analisis data kualitatif merupakan usaha yang berkelanjutan seperti

yang terlihat dalam Gambar 3.1. tentang reduksi tampilan data.

Reduksi data

Atisipatori Selama Sesudah

Tampilan data

ANALISIS

Selama Sesudah

Menarik kesimpulan/verifikasi

Selama Sesudah

Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif Miles dan

Huberman dalam Hopkins (2011: 238)

123

3.8.4.2 Meningkatkan Validitas

Konsep validitas merupakan konsep yang sangat penting bagi para peneliti

kuantitatif dan kualitatif. Validitas dipandang sebagai derajat pengukuran sesuatu,

sejauh mana peneliti mengukur apa yang memang ingin mereka ukur. Ada banyak

definisi dan juga makna validitas, salah satu definisi yang paling penting dan

sering dikutip adalah definisi Hammaersley. Hammaersley dalam Hopkins (2011:

239) menyatakan bahwa ada inkonsistensi dalam penggunaan istilah validitas.

Menurut Hammaersley “sebuah pertimbangan/perhitungan/pendapat dapat

dikatakan valid atau benar jika ia merepresentasikan secara akurat fitur-fitur

fenomena yang hendak dideskripsikan, dijelaskan atau diteoretisasi”.

McCormick dan James dalam Hopkins (2011: 239) mengidentifikasi berbagai

jenis validitas, sebagai berikut:

1. Validitas Tampilan: mengharuskan bahwa suatu ukuran harus tampak

seolah-olah ia memang mengukur apa yang ingin diukur.

2. Validitas Konten: mengharuskan bahwa data yang dihasilkan dapat

mengcover seluruh materi pelajaran yang relevan.

3. Validitas Kriteria: merujuk pada keseimbangan antara, misalnya, skor-skor

ujian siswa dan kriteria-kriteria lain, seperti perkiraan guru terhadap

kemampuan siswa.

4. Validitas Konstruk: ukuran harus merefleksikan konstruk yang menarik

bagi peneliti.

5. Validitas Internal: penjelasan yang baik, apa pun yang diinterpretasi

sebagai penyebab yang melahirkan pengaruh/efek.

6. Validitas Eksternal: generalisabilitas hasil-hasil penelitian pada

keseluruhan populasi.

Menurut Yin (Hopkins 2011: 244) mendeskirpsikan berbagai teknik analisis dan

menghubungkannya dengan tes-tes validitas dan reliabilitas pada tabel 3.8,

sebagai berikut:

124

Meningkatkan validitas dalam penelitian kualitatif

Tes Teknik Analitis

Validitas konstruk (yakni, penelitian harus

fokus pada isi-isu operasional yang ingin

direfleksikan

Menggunakan berbagai sumber bukti

Meyebut sesuatu dengan istilah yang tepat

Membangun mata rantai bukti

Memahami apa yang anda cari

Memiliki informan-informan kunci yang

mereview draf-draf

Menggunakan taktik-taktik dalam

memverifikasi kesimpulan

Validitas internal (yakni, integrasi evaluasi,

yang diinterpretasikan sebagai penyebab yang

melahirkan akibat/efek)

Mengumpulkan data diwaktu yang bebeda

(desain rangkaian waktu

Mencari penjelasan alternatif atau

penjelasan rival

Jelas dan rigorus di semua tahap analisis

Triangulasi

Menggunakan taktik-taktik dalam

memaknai peristiwa

Validitas eksternal (yakni, generalisabilitas

penemuan dari satu kasus ke kasus yang lain) Mencoba dan mengumpulkan data dari

satu sumber yang lebih dari satu

Mereplikasi fokus evaluasi selama periode

evaluasi

Reliabilitas (yaitu, meminimalisir kesalahan-

kesalahan dan bias-bias dalam penelitian

sehingga peneliti lain dapat melaksanakan

penelitian evaluasi yang sama dan sampai pada

kesimpulan yang sama pula)

Protokol

Mengkonstruksi audit trail

Model interaktif analisis datanya

Huberman dan Miles (1994)

Sumber: Hopkins (2011: 244)

3.9 Indikator Keberhasilan

Adapun indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:

a. Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran

IPS yang ditandai dengan aktivitas siswa minimal baik dengan nilai 75

dalam lembar observasi.

b. Siswa yang tuntas belajar > 66 sebanyak 85% tuntas klasikal dalam

pembelajaran IPS.

3.10 Prosedur Penelitian

Alur penelitian dalam setiap siklusnya, terdapat empat tahapan, antara lain: (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

125

Tahapan pada Siklus I adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan Tindakan (planning)

Pada tahap ini guru:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS

dengan KD: Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan

sekolah. Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah.

b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.

Siklus I Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi Siklus II

Siklus III Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

Perencanaan

Gambar 3.2. Spiral penelitian tindakan kelas Arikunto (2008: 16)

Perencanaan

dst

126

c. Membuat lembar observasi.

d. Menyiapkan soal tes dan lembar penilaian.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini guru:

a. Guru menerapkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan

model pembelajaran Snowball throwing di kelas III SD.

b. Siswa secara kelompok membuat suatu pertanyaan dengan tema yang telah di

jelaskan Guru kepada ketua kelompok.

3. Tahap Observasi (Observing)

Pada tahap ini guru:

a. Memonitor kegiatan siswa secara individu maupun kelompok.

b. Membantu siswa jika menemui kesulitan.

c. Memberikan penilaian proses terhadap kegiatan siswa.

4. Tahap Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini guru: Reflect Plan Act Observe

a. Membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran dari kegiatan 1,2,3.

b. Sebagai dasar perlu atau tidak melaksanakan siklus kedua.

Jika pada siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca

pada siswa kelas I maka perlu dilanjutkan dengan siklus II.

Adapun tahapan pada Siklus II adalah sebagai berikut:

127

1. Tahap Perencanaan Tindakan (planning)

Pada tahap ini guru:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS

dengan KD: Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah

dan sekolah. Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah.

b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.

c. Membuat lembar observasi.

d. Menyiapkan soal tes dan lembar penilaian.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini guru:

a. Guru menerapkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan

menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing.

b. Siswa secara kelompok/perindividu membuat pertanyaan dan di berikan

kepada kelompok lain dan berusaha menjawab pertanyaan yang di berikan

kelompok lain.

3. Tahap Observasi (Observing)

Pada tahap ini guru:

a. Memonitor dan membantu siswa secara kelompok maupun individu.

b. Membantu siswa jika menemui kesulitan.

c. Memberikan penilaian proses terhadap kegiatan siswa.

4. Tahap Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini guru:

a. Membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran dari kegiatan 1,2,3.

b. Membuat kesimpulan perlu atau tidak melaksanakan siklus ketiga.

128

Jika pada siklus II belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan sikap

sosial pada siswa kelas III maka perlu dilanjutkan dengan siklus III. Setiap siklus

pada penelitian ini terdiri dari 3 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk

pembelajaran dan 1 pertemuan untuk evaluasi.