bab iii metode penelitian - opac - universitas indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-t...

16
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dengan mengidentifikasi data jumlah penduduk miskin masing-masing provinsi, yang kemudian dilihat persentase penurunannya khusus untuk tahun 2008 hingga 2009. Dari persentase penurunan ini, kemudian diidentifikasi provinsi yang banyak persentase penurunannya dalam kurun waktu 2008 dan 2009 dan povinsi yang rendah presentase penurunannya dalam kurun waktu 2008 dan 2009. Berdasarkan dari tabel 3.1 di bawah ini, maka diketahui bahwa provinsi yang cukup tinggi penurunan jumlah penduduk miskin dalam kurun waktu 2008 dan 2009 adalah Provinsi Kalimantan Barat, sementara itu Provinsi yang rendah penurunannya dengan mempertimbangkan jumlah penduduk miskin yang hampir sama dengan Kalimantan Barat adalah Sulawesi Selatan. Selain itu pertimbangan pemilihan lokasi Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan adalah: 1. Pemilihan Gubernur yang bersamaan pada awal tahun 2008. Waktu pelaksanaan pembangunan di kedua lokasi ini dilaksanakan pada waktu yang sama pula yaitu mulai tahun 2008. Dengan adanya kesamaan ini maka akan memudahkan dalam mengevaluasi perbedaan pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di lokasi tersebut. 2. Dokumen perencanaan yang dimulai dari waktu yang sama yaitu tahun 2008 - 2013, dengan kondisi ini memunculkan adanya pertanyaan mengapa tren penurunan penduduk miskin berbeda, dan dengan waktu yang sama pula akan memudahkan peneliti mencari aspek lain yang membedakannya. Dengan demikian Provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan adalah lokasi yang terpilih untuk dijadikan lokasi penelitian. Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Upload: ngodang

Post on 15-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dengan mengidentifikasi data jumlah penduduk miskin

masing-masing provinsi, yang kemudian dilihat persentase penurunannya khusus untuk

tahun 2008 hingga 2009. Dari persentase penurunan ini, kemudian diidentifikasi provinsi

yang banyak persentase penurunannya dalam kurun waktu 2008 dan 2009 dan povinsi yang

rendah presentase penurunannya dalam kurun waktu 2008 dan 2009.

Berdasarkan dari tabel 3.1 di bawah ini, maka diketahui bahwa provinsi yang cukup

tinggi penurunan jumlah penduduk miskin dalam kurun waktu 2008 dan 2009 adalah

Provinsi Kalimantan Barat, sementara itu Provinsi yang rendah penurunannya dengan

mempertimbangkan jumlah penduduk miskin yang hampir sama dengan Kalimantan Barat

adalah Sulawesi Selatan. Selain itu pertimbangan pemilihan lokasi Kalimantan Barat dan

Sulawesi Selatan adalah:

1. Pemilihan Gubernur yang bersamaan pada awal tahun 2008. Waktu pelaksanaan

pembangunan di kedua lokasi ini dilaksanakan pada waktu yang sama pula yaitu mulai

tahun 2008. Dengan adanya kesamaan ini maka akan memudahkan dalam mengevaluasi

perbedaan pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di lokasi tersebut.

2. Dokumen perencanaan yang dimulai dari waktu yang sama yaitu tahun 2008 - 2013,

dengan kondisi ini memunculkan adanya pertanyaan mengapa tren penurunan penduduk

miskin berbeda, dan dengan waktu yang sama pula akan memudahkan peneliti mencari

aspek lain yang membedakannya.

Dengan demikian Provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan adalah lokasi yang

terpilih untuk dijadikan lokasi penelitian.

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

Tabel 3.1

Tren Penurunan Penduduk Miskin Berdasarkan Provinsi Tahun 2006-2009

No Provinsi 2006 2007 persentase Penurunan 2006-2007

2008 persentase Penurunan 2007-2008

2009 persentase Penurunan 2008-2009

1 Kep. Riau 12.2 10.3 -15.3 9.2 -10.87 9.5 3.5 2 Papua 41.5 40.8 -1.8 37.1 -9.07 37.5 1.1 3 Gorontalo 29.1 27.4 -6.1 24.9 -9.03 25.0 0.5 4 Irian Jaya Barat 41.3 39.3 -4.9 35.1 -10.66 34.7 -1.2 5 Sulawesi Utara 11.5 11.4 -1.0 10.1 -11.56 9.8 -3.0 6 Sulawesi Tenggara 23.4 21.3 -8.7 19.5 -8.44 18.9 -3.2 7 Lampung 22.8 22.2 -2.5 21.0 -5.45 20.2 -3.7 8 NTB 27.2 25.0 -8.0 23.8 -4.72 22.8 -4.2 9 Maluku 33.0 31.1 -5.7 29.7 -4.75 28.2 -4.9

10 Jambi 11.4 10.3 -9.7 9.3 -9.25 8.8 -5.6 11 DI. Yogyakarta 19.2 19.0 -0.8 18.3 -3.53 17.2 -6.1 12 Banten 9.8 9.1 -7.4 8.2 -10.14 7.6 -6.7 13 Aceh 28.3 26.7 -5.8 23.5 -11.71 21.8 -7.4 14 Jawa Barat 14.5 13.6 -6.5 13.0 -3.99 12 -7.8 15 Sulawesi Selatan 14.6 14.1 -3.2 13.3 -5.46 12.3 -7.8 16 Maluku Utara 12.7 12.0 -6.0 11.3 -5.76 10.4 -7.8 17 Jawa Tengah 22.2 20.4 -7.9 19.2 -5.87 17.7 -8.0 18 Sumatera Selatan 21.0 19.2 -8.8 17.7 -7.42 16.3 -8.1 19 Sumatera Utara 15.0 13.9 -7.4 12.6 -9.71 11.5 -8.4 20 Sulawesi Tengah 23.6 22.4 -5.1 20.8 -7.45 19.0 -8.4 21 Sulawesi Barat 20.7 19.0 -8.2 16.7 -12.09 15.3 -8.5 22 NTT 29.3 27.5 -6.2 25.7 -6.76 23.3 -9.2 23 Jawa Timur 21.1 20.0 -5.3 18.5 -7.36 16.7 -9.8 24 Bengkulu 23.0 22.1 -3.8 20.6 -6.73 18.6 -9.9 25 Riau 11.9 11.2 -5.5 10.6 -5.09 9.5 -10.6 26 Sumatera Barat 12.5 11.9 -4.9 10.7 -10.34 9.5 -11.0 27 Bangka Belitung 10.9 6.5 -40.1 8.6 31.19 7.5 -12.6 28 Kalimantan Barat 15.2 12.9 -15.3 11.1 -14.25 9.3 -16.0 29 DKI. Jakarta 4.6 4.6 0.9 4.3 -6.94 3.6 -16.1 30 Bali 7.1 6.6 -6.1 6.2 -6.94 5.1 -17.3 31 Kalimantan Timur 11.4 11.0 -3.2 9.5 -13.86 7.7 -19.0 32 Kalimantan Tengah 11.0 9.4 -14.7 8.7 -7.14 7.0 -19.6 33 Kalimantan Selatan 8.3 7.0 -15.7 6.5 -7.56 5.1 -21.3

Sumber: Diolah dari Data BPS 2010

3.2 Jenis Penelitian

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

Jika dilihat dari jenis penelitian evaluasi yang diungkapkan Hikmat (2002), “Studi

evaluasi kebijakan penanggulangan kemiskinan termasuk jenis evaluasi sumatif yaitu

evaluasi dilakukan setelah akhir pelaksanaan RKP 2009”.

Sedangkan berdasarkan dimensi waktunya, penelitian ini termasuk penelitian yang

cross sectional, karena hanya dilakukan pada kurun waktu tertentu yaitu pada tanggal 25

Maret – 15 Mei 2009 (25 Maret – 20 April 2009 di Sulawesi Selatan, 25 April– 15 Mei

2009 di Kalimantan Barat).

3.3 Metode Penelitian

Evaluasi pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan ini dilakukan dengan

metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data kuantitatif dan

kualitatif serta mendeskripsikan dan menganalisis data kuantitatif ataupun data kualitatif

melalui pemaknaan (understanding of understanding), dengan cara ini akan diperoleh hasil

evaluasi yang lebih mendalam.

Metode ini juga digunakan untuk mengetahui persepsi informan terhadap input,

proses, output dan outcome1. Dengan pendekatan input, proses, output dan outcome

tersebut, maka identifikasi data akan dilakukan dengan cara mengetahui persepsi informan

tentang:

• Relevansi dokumen perencanaan pusat dan daerah

• Pelaksanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan.

• Keluaran pelaksanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan

• Hasil pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dan

• Efektifitas biaya penanggulangan kemiskinan

Kelima pendekatan ini saling melengkapi satu sama lain sehingga dapat diukur

mengapa Kalimantan Barat berbeda dalam penanggulangan kemiskinan dibandingkan

dengan Sulawesi Selatan.

3.4 Teknik Pemilihan Informan

1 Impact tidak dimasukkan sebagai pendekatan dalam evaluasi kinerja karena dinilai bahwa akhir pelaksanaan RKP 2009 baru selesai sekitar 4 bulan yang lalu, diperlukan waktu yang cukup panjang antara berakhirnya pelaksanaan kebijakan tersebut dengan munculnya dampak yang diharapkan.

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

Penelitian ini akan mengkaji pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di 2 provinsi,

maka pemilihan informan pada 2 Provinsi tersebut harus memiliki karakteristik yang sama

dan semua informan adalah mewakili lembaga, sehingga informasi yang diperoleh lebih

akurat, untuk itu pemilihan informan adalah:

1. Informan untuk menanyakan persepsi tentang RKP 2009

Informan untuk bagian ini dipilih secara purposive samping, adalah:

• 1 orang Pegawai Bappeda Provinsi yang ikut pada kegiatan Musrenbangnas 2008

(forum penyelarasan kegiatan pusat dan daerah)

• 1 orang Akademisi di Provinsi yang bersangkutan, yang pernah memfasilitasi

Pemda dalam penyusunan RPJMD maupun RKP atau pernah menjadi mitra

Bappenas dalam melakukan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah.

• 1 orang LSM yang berkecimpung dalam pelaksanaan program-program pemerintah

di Provinsi.

2. Informan untuk menanyakan program lokal yang terkait penanggulangan kemiskinan

Informan untuk informasi ini adalah Kepala/Staf Bappeda yang menyusun RKPD

2009 dan ikut serta dalam pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan di

daerah.

Perlu penulis tegaskan bahwa penentuan sumber data di atas, dilakukan untuk

mengecek kebenaran data dari sumber terhadap sumber yang lain. Dengan demikian,

data atau informasi tentang sesuatu yang sama dapat dibanding-bandingkan. Melalui

cara tersebut diharapkan data yang terhimpun dapat lebih dipercaya kebenarannya.

3.5 Teknik Pengumpulan data

3.5.1 Pengumpulan data sekunder.

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

• Data jumlah penduduk miskin tahun 2009 Provinsi Kalimantan Barat dan

Sulawesi Selatan.

• Dokumen RPJMN 2004-2009

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

• Dokumen RKP 2009

• Dokumen RPJMD 2008-2013 Provinsi Kalimantan Barat

• Dokumen RKPD 2009 Provinsi Kalimantan Barat

• Dokumen RPJMD 2008-2013 Provinsi Sulawesi Selatan

• Dokumen RKPD 2009 Provinsi Sulawesi Selatan

• Data alokasi anggaran (alokasi anggaran untuk kegiatan dalam RKP yaitu PNPM

Mandiri dengan alokasi dana perkabupaten/kota).

3.5.2 Identifikasi fokus/kegiatan penanggulangan kemiskinan dalam RKP 2009

Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu melakukan identifikasi basis

evaluasi, sebab hampir semua dokumen kebijakan perencanaan pembangunan di

dalamnya mencakup program penanggulangan kemiskinan. Identifikasi program dan

kegiatan dilakukan melalui dua tahap yaitu identifikasi dokumen perencanaan yaitu

RPJP 2005-2025, RPJMN 2004-2009 atau RKP 2009, setelah basis dokumen

perencanaan teridentifikasi maka akan dipilih fokus/progam dan kegiatan yang terkait

langsung dengan orang miskin. Pemilihan fokus/program dan kegiatan yang terkait

langsung dengan orang miskin adalah untuk membatasi lingkup penelitian, karena

keterbatasan biaya dan waktu penelitian.

3.5.3 Pengumpulan data primer

Setelah basis evaluasi terpilih, maka dilakukan penyusunan intrumen

penelitian, penyusunan instrumen penelitian ini dibagi kedalam 2 bagian yaitu

instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner dan instrumen penelitian berupa

panduan pertanyaan kepada informan. Penggunaan kedua instrumen ini dimaksudkan

agar kedua instrumen ini saling melengkapi sehingga hasil evaluasi lebih berkualitas.

Dalam pengumpulan data primer akan digunakan 3 daftar pertanyaan yaitu:

• Panduan wawancana untuk informan kegiatan pemberdayaan berbasis komunitas

setempat.

• Panduan wawancara untuk Kepala/Staf Bappeda Provinsi dan

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

• Kuesioner untuk mengetahui persepsi informan atas penanggulangan kemiskinan,

persepsi informan akan diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan dan skala

penilaian sebagai berikut:

Pendekatan input, proses, output, outcome

Input (Relevansi Perencanaan)

• Skala nilai 1: jika tidak ada keserasian (tidak relevan) kegiatan dengan RKPD

Provinsi

• Skala nilai 5: jika terdapat keserasian fokus tetapi tidak memiliki keserasian

kegiatan dengan RKPD Provinsi

• Skala nilai 10: jika terdapat keserasian fokus dan kegiatan dengan RKPD Provinsi

Input (Efektifitas Biaya)

• Skala nilai 1: jika tidak alokasi biaya untuk penanggulangan kemiskinan

• Skala nilai 5: Jika alokasi biaya lebih kecil dibandingkan dengan jumlah

penduduk miskin

• Skala nilai 10: jika alokasi dana proporsional dibandingkan dengan jumlah

penduduk miskin

Proses (Pelaksanaan Program di Daerah)

• Skala nilai 1: jika rencana penanggulangan kemiskinan dalam RKP tidak

dilaksanakan

• Skala nilai 5: jika kegiatan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan tetapi

pelaksanaannya tidak sesuai dengan rencana.

• Skala nilai 10: jika kegiatan penanggulangan kemiskinan mampu dijabarkan

secara baik dan pelaksanaannya dinilai telah baik dan sesuai kebutuhan daerah.

Output (Keluaran dari Kegiatan di Daerah)

• Skala nilai 1: jika kegiatan tidak dilaksanakan sehingga tidak ada keluaran sama

sekali

• Skala nilai 5: jika kegiatan dilaksanakan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

keluaran yang diharapkan

• Skala nilai 10: jika kegiatan dilaksanakan dan keluarannnya sesuai dengan yang

diharapan

Outcome (Nilai Hasil)

• Skala nilai 1: jika program tidak dilaksanakan sehingga tidak ada hasil sama

sekali

• Skala nilai 5: jika program dilaksanakan tetapi hasilnya tidak sesuai yang

diharapkan

• Skala nilai 10: jika program dilaksanakan dan hasilnya sesuai dengan hasil yang

diharapan

Penilaian antar skala di atas dimungkinkan, jika informan menilai

program/kegiatan penanggulangan kemiskinan dalam kisaran skala yang dimaksud,

misalnya: nilai 2, 3,4,6,7,8,dan 9.

Penilaian dari pemangku kepentingan ini bersifat subjektif, namun karena

melibatkan penilaian pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang (aparat

pemerintah, akademisi dan LSM) diharapkan dapat memberikan hasil yang objektif.

3.5.4 Wawancara

Penulis melakukan wawancara mendalam secara langsung kepada informan.

Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang hanya

memuat garis besar dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Adapun tujuannya

untuk menggali dan mendapatkan informasi tentang semua aspek yang berkaitan

dengan masalah penelitian. Dengan demikian teknik wawancara yang digunakan

adalah teknik wawancara yang tidak terstruktur (mendalam).

• Wawancara dilakukan untuk memperkaya informasi dan melakukan pengecekan

kembali terhadap dokumen yang tersedia.

• Wawancara kepada informan kegiatan lokal masyarakat untuk mengetahui aspek

lain yang mendukung penurunan persentase penduduk miskin selain program

yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

• Wawancara kepada Bappeda Provinsi untuk mengidentifikasi program/kegiatan

penanggulangan kemiskinan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh

pemerintan provinsi.

Adapun proses pelaksanaan wawancara sebagai berikut, wawancara pertama

dilakukan di Sulawesi Selatan dengan mengunjungi Kantor Bappeda Provinsi

Sulawesi Selatan untuk menemui Kepala Bidang Perencanaan Makro yang bertugas

dalam menyusun RKPD, kunjungan ke Bappeda untuk melakukan wawancara

mendalam tentang program-program penanggulangan kemiskinan yang bersifat lokal.

Kegiatan kedua menemui salah seorang akademisi di Universitas Hasanuddin yang

teridentifikasi pernah menjadi narasumber perencanaan di Bappeda Provinsi Sulawesi

Selatan dan pernah menjadi tim evaluasi kinerja pembangunan daerah bekerjasama

dengan BAPPENAS. Kunjungan ke akademisi dimaksudkan untuk membagikan

kuesioner sekaligus wawancara mendalam tentang pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan nasional dan daerah. Kegiatan ketiga adalah kunjungan

ke LSM yang teridentifikasi cukup memahami terhadap perencanaan nasional dan

daerah, salah seorang perwakilan dari LSM dibagikan kuesioner sekaligus dilakukan

wawancara mendalam.

Setelah melakukan penelitian kurang lebih selama satu bulan di Sulawesi

Selatan kemudian peneliti kembali ke Jakarta untuk kemudian ke Kalimantan Barat.

Proses penelitian selama kurang lebih satu bulan di Kalimantan Barat prosesnya

hampir sama di Sulawesi Selatan. Informan penelitian di Kalimantan Barat adalah

Kepala dan Staf Bappeda Provinsi Kalimantan Barat, akademisi dari Universitas

Tanjung Pura, LSM Lokal dan salah satu lembaga keuangan yang dinilai cukup

berhasil di Kalimantan Barat berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bappeda

Provinsi Kalimantan Barat.

Seluruh rencana proses wawancara dapat dilaksanakan, namun karena adanya

informasi dari Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Barat bahwa “yang cukup

memiliki andil dalam penurunan persentase penduduk miskin di Kalimantan Barat

adalah adalah Credit Union yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat tanpa campur

tangan pemerintah”. Berdasarkan informasi inilah peneliti melakukan penambahan

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

lingkup penelitian dengan mengunjungi CU Pancur Kasih untuk melakukan

wawancara mendalam kepada pengurus dan anggota CU tersebut.

3.5.5 Pengamatan langsung (fact findings) terhadap hasil dan pelaksanaan pembangunan

dalam bidang penanggulangan kemiskinan.

Dalam proses pengumpulan data primer kepada para informan, peneliti

menyempatkan diri untuk melakukan pengamatan langsung kondisi kemiskinan di

Kota Makassar dan Kota Pontianak, sambil menanyakan tentang berbagai program

penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kepada

penduduk setempat.

3.5.6 Penilaian (assessment) terhadap input, proses, output, outcome sehingga dapat

diketahui pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di Provinsi

Kalimantan Barat dan Provinsi Sulawesi Selatan.

Penilaian dilakukan dengan mengkombinasikan antara data kuantitatif yang

diperoleh melalui pengisian kuesioner dan data sekunder serta data kualitatif yang

diperoleh melalui wawancara mendalam dari informan.

3.6 Proses Penelitian dan Etika Penelitian

Selama kurang lebih dua bulan (satu bulan di Kalimantan Timur dan 1 bulan di

Sulawesi Selatan), penulis melakukan penelitian. Sebelum penelitian dilakukan terlebih

dahulu melakukan identifikasi basis evaluasi, sebab hampir semua dokumen kebijakan

perencanaan pembangunan didalamnya mencakup program penanggulangan kemiskinan.

Identifikasi program dan kegiatan dilakukan melalui dua tahap yaitu identifikasi dokumen

perencanaan yaitu RPJP 2005-2025, RPJMN 2004-2009 atau RKP 2009, setelah basis

dokumen perencanaan teridentifikasi maka akan dipilih fokus dan kegiatan yang terkait

langsung dengan orang miskin. Pemilihan fokus dan kegiatan yang terkait langsung dengan

orang miskin adalah untuk membatasi lingkup penelitian, karena keterbatasan waktu

penelitian.

Setelah basis evaluasi terpilih, maka dilakukan penyusunan intrumen penelitian,

penyusunan instrumen penelitian ini dibagi kedalam 2 bagian yaitu instrumen penelitian

dalam bentuk kuesioner dan instrumen penelitian berupa panduan pertanyaan kepada

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

informan. Penggunaan kedua instrumen ini dimaksudkan agar kedua instrumen ini saling

melengkapi sehingga hasil evaluasi lebih berkualitas.

Dari instrumen tersebut, akan ditanyakan di dua lokasi penelitian yaitu di Sulawesi

Selatan dan Kalimantan Barat. Karena waktu penelitian ini hanya berdurasi dua bulan, maka

bulan pertama ke Sulawesi Selatan yaitu tanggal 25 Maret s.d 20 April 2010 dan bulan

kedua ke Kalimantan Barat yaitu tanggal 25 April s.d 15 Mei 2010.

Kegiatan awal penelitian yang dilakukan di Sulawesi Selatan adalah berkunjung ke

kantor Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan untuk menemui Kepala Bidang Perencanaan

Makro yang bertugas dalam menyusun RKPD, data sekunder yang berhasil dikumpulkan

dari Bappeda adalah dokumen RKPD 2009, RPJMD 2008-2013, Sulawesi Selatan Dalam

Angka dan berbagai dokumen penanggulangan kemiskinan lainnya. Selain mengumpulkan

data sekunder juga langsung melakukan pembagian kuesioner kepada salah seorang staf

Bappeda sekaligus melakukan wawancara mendalam tentang program-program

penanggulangan kemiskinan yang bersifat lokal.

Kegiatan selanjutnya adalah menemui salah seorang akademisi di Universitas

Hasanuddin yang teridentifikasi pernah menjadi narasumber perencanaan di Bappeda

Provinsi Sulawesi Selatan dan pernah menjadi tim evaluasi kinerja pembangunan daerah

bekerjasama dengan BAPPENAS. Kunjungan ke akademisi dimaksudkan untuk

membagikan kuesioner sekaligus wawancara mendalam tentang pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan nasional dan daerah, hasil pertemuan dengan salah seorang

akademisi dapat memenuhi harapan peneliti, dimana semua daftar pertanyaan dapat dijawab

dan peneliti dapat melakukan wawancara mendalam seputar pelaksanaan kebijakan

penanggulangan kemiskinan di Sulawesi Selatan.

Setelah itu peneliti melakukan kunjungan ke salah seorang anggota LSM Cabe Rawit

yang teridentifikasi cukup memahami perencanaan nasional dan daerah tentang

penanggulangan kemiskinan, saat tiba di kantornya peneliti dipersilahkan masuk,

kedatangan peneliti ke kantor ini sebenarnya sudah diketahui oleh informan, sehingga

proses pengisian kuesioner dan wawancara mendalam berjalan cukup lancar, kegiatan ke

Bappeda, ke Akademisi dan LSM ini dilakukan beberapa kali oleh peneliti, untuk

memastikan semua data yang dibutuhkan sudah diperoleh. Proses kunjungan ini pula

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

dimanfaatkan untuk melakukan survey secara langsung tentang kondisi kehidupan

masyarakat miskin di Sulawesi Selatan.

Setelah melakukan penelitian kurang lebih selama satu bulan di Sulawesi Selatan,

selanjutnya peneliti kembali ke Jakarta untuk ke Kalimantan Barat. Proses penelitian selama

kurang lebih satu bulan di Kalimantan Barat (tanggal 20 April s.d 15 Mei 2010), prosesnya

hampir sama di Sulawesi Selatan. Informan penelitian di Kalimantan Barat adalah Kepala

Bappeda dan Staf Bappeda Provinsi Kalimantan Barat, Akademisi dari Universitas Tanjung

Pura, LSM Lokal dan salah satu lembaga keuangan yang dinilai cukup berhasil di

Kalimantan Barat berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bappeda Provinsi

Kalimantan Barat.

Pada hari pertama penelitian, peneliti menyempatkan diri untuk mengelilingi Kota

Pontianak yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, seharian menelusuri

kondisi kota sambil melakukan survey pola hidup masyarakat miskin disekitar bantaran

sungai, keesokan harinya peneliti berkunjung ke kantor Bappeda, pada kesempatan pertama

peneliti menemui Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Barat, pada pertemuan ini peneliti

menerima banyak informasi terkait pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan

RKP 2009 di Kalimantan Barat, selain itu Kepala Bappeda banyak bercerita tentang

keberhasilan usaha perekonomian yang dirintis oleh masyarakat yaitu Credit Union.

Kegiatan selanjutnya menemui salah seorang staf Bappeda yang ditunjuk oleh Kepala

Bappeda untuk mengisi kuesioner dan melakukan wawancara mendalam, staf Bappeda yang

mengisi kuesioner berkedudukan sebagai staf di Bagian Pengendalian dan Monitoring

Pembangunan, setelah mengisi kuesioner, peneliti melakukan wawancara berkali-kali

kepada staf Bappeda untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan. Pada

kesempatan itu pula peneliti mengumpulkan semua data sekunder yang dibutuhkan, data-

data yang diperoleh dari Bappeda Kalimantan Barat adalah Kalimantan Barat dalam Angka

2009, RPJMD 2008-2013 Kalimantan Barat, RKPD 2009 Kalimantan Barat dan dokumen-

dokumen hasil evaluasi perencanaan pembangunan daerah yang pernah dilaksanakan di

Kalimantan Barat.

Selanjutnya peneliti ke Universita Tanjungpura untuk menemui salah seorang Guru

Besar Fakultas Ekonomi Untan untuk menyampaikan kuesioner dan melakukan wawancara

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

mendalam. Sebelum kunjungan ke Untan peneliti terlebih dahulu menelepon informan,

sesampainya di Untan peneliti langsung bertemu dengan informan, awal dari pertemuan

hanya melakukan pembicaraan biasa seputar kegiatan informan di Untan, keesokan harinya

dan di hari-hari selanjutnya peneliti menyerahkan kuesioner untuk diisi, saat penyerahan

kuesioner, informan tidak langsung memberikan jawaban tetapi minta waktu 2-3 hari

kepada peneliti untuk pengisian kuesioner tersebut. Sambil menunggu pengisian kuesioner

selesai, peneliti terus melakukan survey lapangan, dihari yang dijanjikan peneliti kembali

menemui informan dan informan menyerahkan hasil pengisian kuesioner yang dilengkapi

dengan berbagai uraian tentang pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di

Kalimantan Barat.

Setelah peneliti menerima kuesioner yang telah diisi, barulah kemudian peneliti

melakukan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dengan menanyakan tentang apa

yang diketahui oleh informan tentang pelakanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan

RKP 2009, pada proses ini informan banyak sekali memberikan komentar tentang

keberhasilan maupun hal-hal yang menjadi masalah dalam penanggulangan kemiskinan di

Kalimantan Barat.

Setelah semua data dan informasi diperoleh, peneliti mengunjungi salah satu LSM

lokal yang banyak menangani penanggulangan kemiskinan di Kalimantan Barat. Pengisian

kuesioner dan wawancara mendalam dapat dilakukan sesuai dengan rencana, bahkan saat

peneliti berkunjung ke LSM ini, peneliti berdiskusi banyak dengan aktivis di LSM ini

seputar pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan.

Satu hal yang diluar rencana adalah berkunjung ke Credit Union (CU) Pancur Kasih,

berdasarkan informasi dari Kepala Bappeda bahwa CU memiliki kontribusi yang banyak

terhadap penurunan persentase penduduk miskin di Kalimantan Barat. Kunjungan

dilakukan saat jam kantor, memang betul terlihat bahwa kegiatan CU Pancur Kasih banyak

mendapat dukungan dari masyarakat, pada kesempatan ini peneliti mewawancarai beberapa

nasabah sekaligus sebagai investor dan mewawancarai pengurus CU tersebut.

3.7 Teknik Analisa Data

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui studi dokumentasi, wawancara,

observasi maupun survey persepsi, diolah dan dianalisis secara kualitatif. Khusus untuk

hasil survey persepsi akan diolah secara kuantitatif dengan menggunakan rumus skor rerata:

Rata-rata skor = (Skor Penilaian LSM+PT+Bappeda)/3

Setiap data yang diperoleh dianalisis secara terus menerus sejak awal dan selama

proses penelitian berlangsung, ditafsirkan untuk dapat diketahui maknanya dan dihubungkan

dengan masalah penelitian.

Data yang terkumpul selain disajikan dalam bentuk narasi, juga disajikan dalam

bentuk kutipan-kutipan langsung dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan. Data

kuantitatif yang disajikan dalam tabulasi hanya sebagai pendukung data kualitatif.

Secara garis besar, analisis data dilakukan menurut tahapan sebagai berikut:

3.7.1 Reduksi data, dengan kondisi data yang diperoleh dari lapangan yang jumlahnya tidak

terbatas maka peneliti harus melakukan reduksi, yaitu hanya memilih hal-hal pokok

dan tema-tema yang relevan dengan fokus penelitian ini. Data yang direduksi itu akan

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian dan dapat membantu

dalam memberikan kode-kode tertentu pada aspek tertentu. 

3.7.2 Display data, display data adalah menyajikan data dalam bentuk matriks, network

atau grafik dan sebagainya yang memungkinan penguasaan data dan penelitian tidak

terbenam dengan setumpuk data yang belum diolah.

3.7.3 Pengambilan keputusan dan verifikasi, yaitu upaya untuk mencari pola, model, tema,

hubungan dan persamaan serta hal-hal yang sering muncul, sehingga didapat satu

kesimpulan, yang lama kelamaan kesimpulan itu semakin jelas seiring dengan

semakin banyak dan mendukungnya data yang diperoleh.

3.8 Kerangka Evaluasi

Evaluasi pada pada dasarnya merupakan alat untuk mengumpulkan dan mengelola

informasi mengenai program atau pelayanan yang diterapkan. Evaluasi menyediakan data

dan informasi yang bisa digunakan untuk menganalisis kebijakan dan menunjukkan

rekomendasi bagi perbaikan yang diperlukan agar implementasi berjalan efektif sesuai

dengan kriteria yang ditetapkan. Pendekatan evaluasi biasanya mencakup:

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

• Input, bahan-bahan dan sumber-sumber yang digunakan untuk mengimplementasikan

kebijakan.

• Proses, cara-cara dengan mana bahan-bahan dan sumberdaya diolah atau

ditransformasikan menjadi penyediaan pelayanan

• Output, barang-barang atau pelayanan-pelayanan yang diproduksi oleh suatu program.

• Outcome, hasil atau akibat yang ditimbulkan oleh suatu program.

Berikut adalah kerangka kajian evaluasi kinerja penanggulangan kemiskinan di Provinsi

Sulawesi Selatan dan Provinsi Kalimantan Barat.

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

Gambar 3.1

Kerangka Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

Perbedaan Kinerja Penanggulangan Kemiskinan

Antar Provinsi

Input

Evaluasi Proses

Output Analisis

Hasil Evaluasi

Perumusan Perencanaan dan Penganggaran

Pro-poor

Rekomendasi Kebijakan Perencanaan dan

Penganggaran Penanggulangan

Kemiskinan

Identifikasi Basis Evaluasi

RKP 2009 (Penanggulangan

Kemiskinan)

Pendekatan Evaluasi

Outcome

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN - OPAC - Universitas Indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-T 27898-Kebijakan... · Provinsi Kalimantan Barat, ... 33 Kalimantan Selatan 8.3

3.9 Operasionalisasi Konsep

Definisi operasional dimaksudkan untuk membuat batasan sosiologis terhadap konsep

yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian, yaitu:

1. Evaluasi Kebijakan

Upaya penilaian terhadap rencana dan pelaksanaan rencana pembangunan yang dimulai

dari input, proses, output dan outcome.

2. Perencanaan Pembangunan

Dokumen kebijakan rencana pembangunan tahunan berupa rencana kerja pemerintah

(RKP) tahun 2009 yang didalamnya memuat kebijakan, program dan kegiatan

penanggulangan kemiskinan.

3. Penganggaran Pembangunan

Dokumen yang menunjukkan adanya sejumlah anggaran pembangunan tahun 2009

untuk program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan baik ditingkat nasional

maupun di daerah.

4. Kemiskinan

Suatu kondisi yang menggambarkan ketidakberdayaan sejumlah orang untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga diperlukan adanya program atau kegiatan

pemerintah untuk memberdayakan sejumlah orang tersebut.

Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.