bab iii metode penelitian - opac - universitas indonesia ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/133516-t...
TRANSCRIPT
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dengan mengidentifikasi data jumlah penduduk miskin
masing-masing provinsi, yang kemudian dilihat persentase penurunannya khusus untuk
tahun 2008 hingga 2009. Dari persentase penurunan ini, kemudian diidentifikasi provinsi
yang banyak persentase penurunannya dalam kurun waktu 2008 dan 2009 dan povinsi yang
rendah presentase penurunannya dalam kurun waktu 2008 dan 2009.
Berdasarkan dari tabel 3.1 di bawah ini, maka diketahui bahwa provinsi yang cukup
tinggi penurunan jumlah penduduk miskin dalam kurun waktu 2008 dan 2009 adalah
Provinsi Kalimantan Barat, sementara itu Provinsi yang rendah penurunannya dengan
mempertimbangkan jumlah penduduk miskin yang hampir sama dengan Kalimantan Barat
adalah Sulawesi Selatan. Selain itu pertimbangan pemilihan lokasi Kalimantan Barat dan
Sulawesi Selatan adalah:
1. Pemilihan Gubernur yang bersamaan pada awal tahun 2008. Waktu pelaksanaan
pembangunan di kedua lokasi ini dilaksanakan pada waktu yang sama pula yaitu mulai
tahun 2008. Dengan adanya kesamaan ini maka akan memudahkan dalam mengevaluasi
perbedaan pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di lokasi tersebut.
2. Dokumen perencanaan yang dimulai dari waktu yang sama yaitu tahun 2008 - 2013,
dengan kondisi ini memunculkan adanya pertanyaan mengapa tren penurunan penduduk
miskin berbeda, dan dengan waktu yang sama pula akan memudahkan peneliti mencari
aspek lain yang membedakannya.
Dengan demikian Provinsi Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan adalah lokasi yang
terpilih untuk dijadikan lokasi penelitian.
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
Tabel 3.1
Tren Penurunan Penduduk Miskin Berdasarkan Provinsi Tahun 2006-2009
No Provinsi 2006 2007 persentase Penurunan 2006-2007
2008 persentase Penurunan 2007-2008
2009 persentase Penurunan 2008-2009
1 Kep. Riau 12.2 10.3 -15.3 9.2 -10.87 9.5 3.5 2 Papua 41.5 40.8 -1.8 37.1 -9.07 37.5 1.1 3 Gorontalo 29.1 27.4 -6.1 24.9 -9.03 25.0 0.5 4 Irian Jaya Barat 41.3 39.3 -4.9 35.1 -10.66 34.7 -1.2 5 Sulawesi Utara 11.5 11.4 -1.0 10.1 -11.56 9.8 -3.0 6 Sulawesi Tenggara 23.4 21.3 -8.7 19.5 -8.44 18.9 -3.2 7 Lampung 22.8 22.2 -2.5 21.0 -5.45 20.2 -3.7 8 NTB 27.2 25.0 -8.0 23.8 -4.72 22.8 -4.2 9 Maluku 33.0 31.1 -5.7 29.7 -4.75 28.2 -4.9
10 Jambi 11.4 10.3 -9.7 9.3 -9.25 8.8 -5.6 11 DI. Yogyakarta 19.2 19.0 -0.8 18.3 -3.53 17.2 -6.1 12 Banten 9.8 9.1 -7.4 8.2 -10.14 7.6 -6.7 13 Aceh 28.3 26.7 -5.8 23.5 -11.71 21.8 -7.4 14 Jawa Barat 14.5 13.6 -6.5 13.0 -3.99 12 -7.8 15 Sulawesi Selatan 14.6 14.1 -3.2 13.3 -5.46 12.3 -7.8 16 Maluku Utara 12.7 12.0 -6.0 11.3 -5.76 10.4 -7.8 17 Jawa Tengah 22.2 20.4 -7.9 19.2 -5.87 17.7 -8.0 18 Sumatera Selatan 21.0 19.2 -8.8 17.7 -7.42 16.3 -8.1 19 Sumatera Utara 15.0 13.9 -7.4 12.6 -9.71 11.5 -8.4 20 Sulawesi Tengah 23.6 22.4 -5.1 20.8 -7.45 19.0 -8.4 21 Sulawesi Barat 20.7 19.0 -8.2 16.7 -12.09 15.3 -8.5 22 NTT 29.3 27.5 -6.2 25.7 -6.76 23.3 -9.2 23 Jawa Timur 21.1 20.0 -5.3 18.5 -7.36 16.7 -9.8 24 Bengkulu 23.0 22.1 -3.8 20.6 -6.73 18.6 -9.9 25 Riau 11.9 11.2 -5.5 10.6 -5.09 9.5 -10.6 26 Sumatera Barat 12.5 11.9 -4.9 10.7 -10.34 9.5 -11.0 27 Bangka Belitung 10.9 6.5 -40.1 8.6 31.19 7.5 -12.6 28 Kalimantan Barat 15.2 12.9 -15.3 11.1 -14.25 9.3 -16.0 29 DKI. Jakarta 4.6 4.6 0.9 4.3 -6.94 3.6 -16.1 30 Bali 7.1 6.6 -6.1 6.2 -6.94 5.1 -17.3 31 Kalimantan Timur 11.4 11.0 -3.2 9.5 -13.86 7.7 -19.0 32 Kalimantan Tengah 11.0 9.4 -14.7 8.7 -7.14 7.0 -19.6 33 Kalimantan Selatan 8.3 7.0 -15.7 6.5 -7.56 5.1 -21.3
Sumber: Diolah dari Data BPS 2010
3.2 Jenis Penelitian
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
Jika dilihat dari jenis penelitian evaluasi yang diungkapkan Hikmat (2002), “Studi
evaluasi kebijakan penanggulangan kemiskinan termasuk jenis evaluasi sumatif yaitu
evaluasi dilakukan setelah akhir pelaksanaan RKP 2009”.
Sedangkan berdasarkan dimensi waktunya, penelitian ini termasuk penelitian yang
cross sectional, karena hanya dilakukan pada kurun waktu tertentu yaitu pada tanggal 25
Maret – 15 Mei 2009 (25 Maret – 20 April 2009 di Sulawesi Selatan, 25 April– 15 Mei
2009 di Kalimantan Barat).
3.3 Metode Penelitian
Evaluasi pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan ini dilakukan dengan
metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data kuantitatif dan
kualitatif serta mendeskripsikan dan menganalisis data kuantitatif ataupun data kualitatif
melalui pemaknaan (understanding of understanding), dengan cara ini akan diperoleh hasil
evaluasi yang lebih mendalam.
Metode ini juga digunakan untuk mengetahui persepsi informan terhadap input,
proses, output dan outcome1. Dengan pendekatan input, proses, output dan outcome
tersebut, maka identifikasi data akan dilakukan dengan cara mengetahui persepsi informan
tentang:
• Relevansi dokumen perencanaan pusat dan daerah
• Pelaksanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan.
• Keluaran pelaksanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan
• Hasil pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dan
• Efektifitas biaya penanggulangan kemiskinan
Kelima pendekatan ini saling melengkapi satu sama lain sehingga dapat diukur
mengapa Kalimantan Barat berbeda dalam penanggulangan kemiskinan dibandingkan
dengan Sulawesi Selatan.
3.4 Teknik Pemilihan Informan
1 Impact tidak dimasukkan sebagai pendekatan dalam evaluasi kinerja karena dinilai bahwa akhir pelaksanaan RKP 2009 baru selesai sekitar 4 bulan yang lalu, diperlukan waktu yang cukup panjang antara berakhirnya pelaksanaan kebijakan tersebut dengan munculnya dampak yang diharapkan.
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
Penelitian ini akan mengkaji pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di 2 provinsi,
maka pemilihan informan pada 2 Provinsi tersebut harus memiliki karakteristik yang sama
dan semua informan adalah mewakili lembaga, sehingga informasi yang diperoleh lebih
akurat, untuk itu pemilihan informan adalah:
1. Informan untuk menanyakan persepsi tentang RKP 2009
Informan untuk bagian ini dipilih secara purposive samping, adalah:
• 1 orang Pegawai Bappeda Provinsi yang ikut pada kegiatan Musrenbangnas 2008
(forum penyelarasan kegiatan pusat dan daerah)
• 1 orang Akademisi di Provinsi yang bersangkutan, yang pernah memfasilitasi
Pemda dalam penyusunan RPJMD maupun RKP atau pernah menjadi mitra
Bappenas dalam melakukan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah.
• 1 orang LSM yang berkecimpung dalam pelaksanaan program-program pemerintah
di Provinsi.
2. Informan untuk menanyakan program lokal yang terkait penanggulangan kemiskinan
Informan untuk informasi ini adalah Kepala/Staf Bappeda yang menyusun RKPD
2009 dan ikut serta dalam pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan di
daerah.
Perlu penulis tegaskan bahwa penentuan sumber data di atas, dilakukan untuk
mengecek kebenaran data dari sumber terhadap sumber yang lain. Dengan demikian,
data atau informasi tentang sesuatu yang sama dapat dibanding-bandingkan. Melalui
cara tersebut diharapkan data yang terhimpun dapat lebih dipercaya kebenarannya.
3.5 Teknik Pengumpulan data
3.5.1 Pengumpulan data sekunder.
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
• Data jumlah penduduk miskin tahun 2009 Provinsi Kalimantan Barat dan
Sulawesi Selatan.
• Dokumen RPJMN 2004-2009
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
• Dokumen RKP 2009
• Dokumen RPJMD 2008-2013 Provinsi Kalimantan Barat
• Dokumen RKPD 2009 Provinsi Kalimantan Barat
• Dokumen RPJMD 2008-2013 Provinsi Sulawesi Selatan
• Dokumen RKPD 2009 Provinsi Sulawesi Selatan
• Data alokasi anggaran (alokasi anggaran untuk kegiatan dalam RKP yaitu PNPM
Mandiri dengan alokasi dana perkabupaten/kota).
3.5.2 Identifikasi fokus/kegiatan penanggulangan kemiskinan dalam RKP 2009
Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu melakukan identifikasi basis
evaluasi, sebab hampir semua dokumen kebijakan perencanaan pembangunan di
dalamnya mencakup program penanggulangan kemiskinan. Identifikasi program dan
kegiatan dilakukan melalui dua tahap yaitu identifikasi dokumen perencanaan yaitu
RPJP 2005-2025, RPJMN 2004-2009 atau RKP 2009, setelah basis dokumen
perencanaan teridentifikasi maka akan dipilih fokus/progam dan kegiatan yang terkait
langsung dengan orang miskin. Pemilihan fokus/program dan kegiatan yang terkait
langsung dengan orang miskin adalah untuk membatasi lingkup penelitian, karena
keterbatasan biaya dan waktu penelitian.
3.5.3 Pengumpulan data primer
Setelah basis evaluasi terpilih, maka dilakukan penyusunan intrumen
penelitian, penyusunan instrumen penelitian ini dibagi kedalam 2 bagian yaitu
instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner dan instrumen penelitian berupa
panduan pertanyaan kepada informan. Penggunaan kedua instrumen ini dimaksudkan
agar kedua instrumen ini saling melengkapi sehingga hasil evaluasi lebih berkualitas.
Dalam pengumpulan data primer akan digunakan 3 daftar pertanyaan yaitu:
• Panduan wawancana untuk informan kegiatan pemberdayaan berbasis komunitas
setempat.
• Panduan wawancara untuk Kepala/Staf Bappeda Provinsi dan
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
• Kuesioner untuk mengetahui persepsi informan atas penanggulangan kemiskinan,
persepsi informan akan diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan dan skala
penilaian sebagai berikut:
Pendekatan input, proses, output, outcome
Input (Relevansi Perencanaan)
• Skala nilai 1: jika tidak ada keserasian (tidak relevan) kegiatan dengan RKPD
Provinsi
• Skala nilai 5: jika terdapat keserasian fokus tetapi tidak memiliki keserasian
kegiatan dengan RKPD Provinsi
• Skala nilai 10: jika terdapat keserasian fokus dan kegiatan dengan RKPD Provinsi
Input (Efektifitas Biaya)
• Skala nilai 1: jika tidak alokasi biaya untuk penanggulangan kemiskinan
• Skala nilai 5: Jika alokasi biaya lebih kecil dibandingkan dengan jumlah
penduduk miskin
• Skala nilai 10: jika alokasi dana proporsional dibandingkan dengan jumlah
penduduk miskin
Proses (Pelaksanaan Program di Daerah)
• Skala nilai 1: jika rencana penanggulangan kemiskinan dalam RKP tidak
dilaksanakan
• Skala nilai 5: jika kegiatan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan tetapi
pelaksanaannya tidak sesuai dengan rencana.
• Skala nilai 10: jika kegiatan penanggulangan kemiskinan mampu dijabarkan
secara baik dan pelaksanaannya dinilai telah baik dan sesuai kebutuhan daerah.
Output (Keluaran dari Kegiatan di Daerah)
• Skala nilai 1: jika kegiatan tidak dilaksanakan sehingga tidak ada keluaran sama
sekali
• Skala nilai 5: jika kegiatan dilaksanakan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
keluaran yang diharapkan
• Skala nilai 10: jika kegiatan dilaksanakan dan keluarannnya sesuai dengan yang
diharapan
Outcome (Nilai Hasil)
• Skala nilai 1: jika program tidak dilaksanakan sehingga tidak ada hasil sama
sekali
• Skala nilai 5: jika program dilaksanakan tetapi hasilnya tidak sesuai yang
diharapkan
• Skala nilai 10: jika program dilaksanakan dan hasilnya sesuai dengan hasil yang
diharapan
Penilaian antar skala di atas dimungkinkan, jika informan menilai
program/kegiatan penanggulangan kemiskinan dalam kisaran skala yang dimaksud,
misalnya: nilai 2, 3,4,6,7,8,dan 9.
Penilaian dari pemangku kepentingan ini bersifat subjektif, namun karena
melibatkan penilaian pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang (aparat
pemerintah, akademisi dan LSM) diharapkan dapat memberikan hasil yang objektif.
3.5.4 Wawancara
Penulis melakukan wawancara mendalam secara langsung kepada informan.
Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang hanya
memuat garis besar dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Adapun tujuannya
untuk menggali dan mendapatkan informasi tentang semua aspek yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Dengan demikian teknik wawancara yang digunakan
adalah teknik wawancara yang tidak terstruktur (mendalam).
• Wawancara dilakukan untuk memperkaya informasi dan melakukan pengecekan
kembali terhadap dokumen yang tersedia.
• Wawancara kepada informan kegiatan lokal masyarakat untuk mengetahui aspek
lain yang mendukung penurunan persentase penduduk miskin selain program
yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
• Wawancara kepada Bappeda Provinsi untuk mengidentifikasi program/kegiatan
penanggulangan kemiskinan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh
pemerintan provinsi.
Adapun proses pelaksanaan wawancara sebagai berikut, wawancara pertama
dilakukan di Sulawesi Selatan dengan mengunjungi Kantor Bappeda Provinsi
Sulawesi Selatan untuk menemui Kepala Bidang Perencanaan Makro yang bertugas
dalam menyusun RKPD, kunjungan ke Bappeda untuk melakukan wawancara
mendalam tentang program-program penanggulangan kemiskinan yang bersifat lokal.
Kegiatan kedua menemui salah seorang akademisi di Universitas Hasanuddin yang
teridentifikasi pernah menjadi narasumber perencanaan di Bappeda Provinsi Sulawesi
Selatan dan pernah menjadi tim evaluasi kinerja pembangunan daerah bekerjasama
dengan BAPPENAS. Kunjungan ke akademisi dimaksudkan untuk membagikan
kuesioner sekaligus wawancara mendalam tentang pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan nasional dan daerah. Kegiatan ketiga adalah kunjungan
ke LSM yang teridentifikasi cukup memahami terhadap perencanaan nasional dan
daerah, salah seorang perwakilan dari LSM dibagikan kuesioner sekaligus dilakukan
wawancara mendalam.
Setelah melakukan penelitian kurang lebih selama satu bulan di Sulawesi
Selatan kemudian peneliti kembali ke Jakarta untuk kemudian ke Kalimantan Barat.
Proses penelitian selama kurang lebih satu bulan di Kalimantan Barat prosesnya
hampir sama di Sulawesi Selatan. Informan penelitian di Kalimantan Barat adalah
Kepala dan Staf Bappeda Provinsi Kalimantan Barat, akademisi dari Universitas
Tanjung Pura, LSM Lokal dan salah satu lembaga keuangan yang dinilai cukup
berhasil di Kalimantan Barat berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bappeda
Provinsi Kalimantan Barat.
Seluruh rencana proses wawancara dapat dilaksanakan, namun karena adanya
informasi dari Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Barat bahwa “yang cukup
memiliki andil dalam penurunan persentase penduduk miskin di Kalimantan Barat
adalah adalah Credit Union yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat tanpa campur
tangan pemerintah”. Berdasarkan informasi inilah peneliti melakukan penambahan
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
lingkup penelitian dengan mengunjungi CU Pancur Kasih untuk melakukan
wawancara mendalam kepada pengurus dan anggota CU tersebut.
3.5.5 Pengamatan langsung (fact findings) terhadap hasil dan pelaksanaan pembangunan
dalam bidang penanggulangan kemiskinan.
Dalam proses pengumpulan data primer kepada para informan, peneliti
menyempatkan diri untuk melakukan pengamatan langsung kondisi kemiskinan di
Kota Makassar dan Kota Pontianak, sambil menanyakan tentang berbagai program
penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kepada
penduduk setempat.
3.5.6 Penilaian (assessment) terhadap input, proses, output, outcome sehingga dapat
diketahui pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di Provinsi
Kalimantan Barat dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Penilaian dilakukan dengan mengkombinasikan antara data kuantitatif yang
diperoleh melalui pengisian kuesioner dan data sekunder serta data kualitatif yang
diperoleh melalui wawancara mendalam dari informan.
3.6 Proses Penelitian dan Etika Penelitian
Selama kurang lebih dua bulan (satu bulan di Kalimantan Timur dan 1 bulan di
Sulawesi Selatan), penulis melakukan penelitian. Sebelum penelitian dilakukan terlebih
dahulu melakukan identifikasi basis evaluasi, sebab hampir semua dokumen kebijakan
perencanaan pembangunan didalamnya mencakup program penanggulangan kemiskinan.
Identifikasi program dan kegiatan dilakukan melalui dua tahap yaitu identifikasi dokumen
perencanaan yaitu RPJP 2005-2025, RPJMN 2004-2009 atau RKP 2009, setelah basis
dokumen perencanaan teridentifikasi maka akan dipilih fokus dan kegiatan yang terkait
langsung dengan orang miskin. Pemilihan fokus dan kegiatan yang terkait langsung dengan
orang miskin adalah untuk membatasi lingkup penelitian, karena keterbatasan waktu
penelitian.
Setelah basis evaluasi terpilih, maka dilakukan penyusunan intrumen penelitian,
penyusunan instrumen penelitian ini dibagi kedalam 2 bagian yaitu instrumen penelitian
dalam bentuk kuesioner dan instrumen penelitian berupa panduan pertanyaan kepada
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
informan. Penggunaan kedua instrumen ini dimaksudkan agar kedua instrumen ini saling
melengkapi sehingga hasil evaluasi lebih berkualitas.
Dari instrumen tersebut, akan ditanyakan di dua lokasi penelitian yaitu di Sulawesi
Selatan dan Kalimantan Barat. Karena waktu penelitian ini hanya berdurasi dua bulan, maka
bulan pertama ke Sulawesi Selatan yaitu tanggal 25 Maret s.d 20 April 2010 dan bulan
kedua ke Kalimantan Barat yaitu tanggal 25 April s.d 15 Mei 2010.
Kegiatan awal penelitian yang dilakukan di Sulawesi Selatan adalah berkunjung ke
kantor Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan untuk menemui Kepala Bidang Perencanaan
Makro yang bertugas dalam menyusun RKPD, data sekunder yang berhasil dikumpulkan
dari Bappeda adalah dokumen RKPD 2009, RPJMD 2008-2013, Sulawesi Selatan Dalam
Angka dan berbagai dokumen penanggulangan kemiskinan lainnya. Selain mengumpulkan
data sekunder juga langsung melakukan pembagian kuesioner kepada salah seorang staf
Bappeda sekaligus melakukan wawancara mendalam tentang program-program
penanggulangan kemiskinan yang bersifat lokal.
Kegiatan selanjutnya adalah menemui salah seorang akademisi di Universitas
Hasanuddin yang teridentifikasi pernah menjadi narasumber perencanaan di Bappeda
Provinsi Sulawesi Selatan dan pernah menjadi tim evaluasi kinerja pembangunan daerah
bekerjasama dengan BAPPENAS. Kunjungan ke akademisi dimaksudkan untuk
membagikan kuesioner sekaligus wawancara mendalam tentang pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan nasional dan daerah, hasil pertemuan dengan salah seorang
akademisi dapat memenuhi harapan peneliti, dimana semua daftar pertanyaan dapat dijawab
dan peneliti dapat melakukan wawancara mendalam seputar pelaksanaan kebijakan
penanggulangan kemiskinan di Sulawesi Selatan.
Setelah itu peneliti melakukan kunjungan ke salah seorang anggota LSM Cabe Rawit
yang teridentifikasi cukup memahami perencanaan nasional dan daerah tentang
penanggulangan kemiskinan, saat tiba di kantornya peneliti dipersilahkan masuk,
kedatangan peneliti ke kantor ini sebenarnya sudah diketahui oleh informan, sehingga
proses pengisian kuesioner dan wawancara mendalam berjalan cukup lancar, kegiatan ke
Bappeda, ke Akademisi dan LSM ini dilakukan beberapa kali oleh peneliti, untuk
memastikan semua data yang dibutuhkan sudah diperoleh. Proses kunjungan ini pula
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
dimanfaatkan untuk melakukan survey secara langsung tentang kondisi kehidupan
masyarakat miskin di Sulawesi Selatan.
Setelah melakukan penelitian kurang lebih selama satu bulan di Sulawesi Selatan,
selanjutnya peneliti kembali ke Jakarta untuk ke Kalimantan Barat. Proses penelitian selama
kurang lebih satu bulan di Kalimantan Barat (tanggal 20 April s.d 15 Mei 2010), prosesnya
hampir sama di Sulawesi Selatan. Informan penelitian di Kalimantan Barat adalah Kepala
Bappeda dan Staf Bappeda Provinsi Kalimantan Barat, Akademisi dari Universitas Tanjung
Pura, LSM Lokal dan salah satu lembaga keuangan yang dinilai cukup berhasil di
Kalimantan Barat berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bappeda Provinsi
Kalimantan Barat.
Pada hari pertama penelitian, peneliti menyempatkan diri untuk mengelilingi Kota
Pontianak yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, seharian menelusuri
kondisi kota sambil melakukan survey pola hidup masyarakat miskin disekitar bantaran
sungai, keesokan harinya peneliti berkunjung ke kantor Bappeda, pada kesempatan pertama
peneliti menemui Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Barat, pada pertemuan ini peneliti
menerima banyak informasi terkait pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan
RKP 2009 di Kalimantan Barat, selain itu Kepala Bappeda banyak bercerita tentang
keberhasilan usaha perekonomian yang dirintis oleh masyarakat yaitu Credit Union.
Kegiatan selanjutnya menemui salah seorang staf Bappeda yang ditunjuk oleh Kepala
Bappeda untuk mengisi kuesioner dan melakukan wawancara mendalam, staf Bappeda yang
mengisi kuesioner berkedudukan sebagai staf di Bagian Pengendalian dan Monitoring
Pembangunan, setelah mengisi kuesioner, peneliti melakukan wawancara berkali-kali
kepada staf Bappeda untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan. Pada
kesempatan itu pula peneliti mengumpulkan semua data sekunder yang dibutuhkan, data-
data yang diperoleh dari Bappeda Kalimantan Barat adalah Kalimantan Barat dalam Angka
2009, RPJMD 2008-2013 Kalimantan Barat, RKPD 2009 Kalimantan Barat dan dokumen-
dokumen hasil evaluasi perencanaan pembangunan daerah yang pernah dilaksanakan di
Kalimantan Barat.
Selanjutnya peneliti ke Universita Tanjungpura untuk menemui salah seorang Guru
Besar Fakultas Ekonomi Untan untuk menyampaikan kuesioner dan melakukan wawancara
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
mendalam. Sebelum kunjungan ke Untan peneliti terlebih dahulu menelepon informan,
sesampainya di Untan peneliti langsung bertemu dengan informan, awal dari pertemuan
hanya melakukan pembicaraan biasa seputar kegiatan informan di Untan, keesokan harinya
dan di hari-hari selanjutnya peneliti menyerahkan kuesioner untuk diisi, saat penyerahan
kuesioner, informan tidak langsung memberikan jawaban tetapi minta waktu 2-3 hari
kepada peneliti untuk pengisian kuesioner tersebut. Sambil menunggu pengisian kuesioner
selesai, peneliti terus melakukan survey lapangan, dihari yang dijanjikan peneliti kembali
menemui informan dan informan menyerahkan hasil pengisian kuesioner yang dilengkapi
dengan berbagai uraian tentang pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di
Kalimantan Barat.
Setelah peneliti menerima kuesioner yang telah diisi, barulah kemudian peneliti
melakukan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dengan menanyakan tentang apa
yang diketahui oleh informan tentang pelakanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan
RKP 2009, pada proses ini informan banyak sekali memberikan komentar tentang
keberhasilan maupun hal-hal yang menjadi masalah dalam penanggulangan kemiskinan di
Kalimantan Barat.
Setelah semua data dan informasi diperoleh, peneliti mengunjungi salah satu LSM
lokal yang banyak menangani penanggulangan kemiskinan di Kalimantan Barat. Pengisian
kuesioner dan wawancara mendalam dapat dilakukan sesuai dengan rencana, bahkan saat
peneliti berkunjung ke LSM ini, peneliti berdiskusi banyak dengan aktivis di LSM ini
seputar pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan.
Satu hal yang diluar rencana adalah berkunjung ke Credit Union (CU) Pancur Kasih,
berdasarkan informasi dari Kepala Bappeda bahwa CU memiliki kontribusi yang banyak
terhadap penurunan persentase penduduk miskin di Kalimantan Barat. Kunjungan
dilakukan saat jam kantor, memang betul terlihat bahwa kegiatan CU Pancur Kasih banyak
mendapat dukungan dari masyarakat, pada kesempatan ini peneliti mewawancarai beberapa
nasabah sekaligus sebagai investor dan mewawancarai pengurus CU tersebut.
3.7 Teknik Analisa Data
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui studi dokumentasi, wawancara,
observasi maupun survey persepsi, diolah dan dianalisis secara kualitatif. Khusus untuk
hasil survey persepsi akan diolah secara kuantitatif dengan menggunakan rumus skor rerata:
Rata-rata skor = (Skor Penilaian LSM+PT+Bappeda)/3
Setiap data yang diperoleh dianalisis secara terus menerus sejak awal dan selama
proses penelitian berlangsung, ditafsirkan untuk dapat diketahui maknanya dan dihubungkan
dengan masalah penelitian.
Data yang terkumpul selain disajikan dalam bentuk narasi, juga disajikan dalam
bentuk kutipan-kutipan langsung dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan. Data
kuantitatif yang disajikan dalam tabulasi hanya sebagai pendukung data kualitatif.
Secara garis besar, analisis data dilakukan menurut tahapan sebagai berikut:
3.7.1 Reduksi data, dengan kondisi data yang diperoleh dari lapangan yang jumlahnya tidak
terbatas maka peneliti harus melakukan reduksi, yaitu hanya memilih hal-hal pokok
dan tema-tema yang relevan dengan fokus penelitian ini. Data yang direduksi itu akan
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian dan dapat membantu
dalam memberikan kode-kode tertentu pada aspek tertentu.
3.7.2 Display data, display data adalah menyajikan data dalam bentuk matriks, network
atau grafik dan sebagainya yang memungkinan penguasaan data dan penelitian tidak
terbenam dengan setumpuk data yang belum diolah.
3.7.3 Pengambilan keputusan dan verifikasi, yaitu upaya untuk mencari pola, model, tema,
hubungan dan persamaan serta hal-hal yang sering muncul, sehingga didapat satu
kesimpulan, yang lama kelamaan kesimpulan itu semakin jelas seiring dengan
semakin banyak dan mendukungnya data yang diperoleh.
3.8 Kerangka Evaluasi
Evaluasi pada pada dasarnya merupakan alat untuk mengumpulkan dan mengelola
informasi mengenai program atau pelayanan yang diterapkan. Evaluasi menyediakan data
dan informasi yang bisa digunakan untuk menganalisis kebijakan dan menunjukkan
rekomendasi bagi perbaikan yang diperlukan agar implementasi berjalan efektif sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Pendekatan evaluasi biasanya mencakup:
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
• Input, bahan-bahan dan sumber-sumber yang digunakan untuk mengimplementasikan
kebijakan.
• Proses, cara-cara dengan mana bahan-bahan dan sumberdaya diolah atau
ditransformasikan menjadi penyediaan pelayanan
• Output, barang-barang atau pelayanan-pelayanan yang diproduksi oleh suatu program.
• Outcome, hasil atau akibat yang ditimbulkan oleh suatu program.
Berikut adalah kerangka kajian evaluasi kinerja penanggulangan kemiskinan di Provinsi
Sulawesi Selatan dan Provinsi Kalimantan Barat.
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
Gambar 3.1
Kerangka Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Perbedaan Kinerja Penanggulangan Kemiskinan
Antar Provinsi
Input
Evaluasi Proses
Output Analisis
Hasil Evaluasi
Perumusan Perencanaan dan Penganggaran
Pro-poor
Rekomendasi Kebijakan Perencanaan dan
Penganggaran Penanggulangan
Kemiskinan
Identifikasi Basis Evaluasi
RKP 2009 (Penanggulangan
Kemiskinan)
Pendekatan Evaluasi
Outcome
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.
3.9 Operasionalisasi Konsep
Definisi operasional dimaksudkan untuk membuat batasan sosiologis terhadap konsep
yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian, yaitu:
1. Evaluasi Kebijakan
Upaya penilaian terhadap rencana dan pelaksanaan rencana pembangunan yang dimulai
dari input, proses, output dan outcome.
2. Perencanaan Pembangunan
Dokumen kebijakan rencana pembangunan tahunan berupa rencana kerja pemerintah
(RKP) tahun 2009 yang didalamnya memuat kebijakan, program dan kegiatan
penanggulangan kemiskinan.
3. Penganggaran Pembangunan
Dokumen yang menunjukkan adanya sejumlah anggaran pembangunan tahun 2009
untuk program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan baik ditingkat nasional
maupun di daerah.
4. Kemiskinan
Suatu kondisi yang menggambarkan ketidakberdayaan sejumlah orang untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga diperlukan adanya program atau kegiatan
pemerintah untuk memberdayakan sejumlah orang tersebut.
Kebiajkan penanggulangan..., Andi Erwing, FISIP UI, 2010.