bab iii. metode penelitian a. waktu dan tempat penelitian · variabel yang mempengaruhi atau yang...
TRANSCRIPT
27
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian di lapangan dilaksanakan pada musim hujan selama 2 bulan yaitu Mei 2015
sampai dengan Juni 2015. Penelitian dilakukan di Desa Mangunan yang memiliki hutan
rakyat diatas lahan kritis, dengan tingkat kekritisan berdasarkan pada data statistik
kabupaten Bantul 2009 (tabel 3). Secara administrasi Desa Mangunan masuk dalam
kecamatan yaitu Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Secara
geogmorfologi berada dalam satu perbukitan gunungsewu. Kawasan penelitian
merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan kritis terluas di Kabupaten Bantul.
Secara geografis terletak antara 7°44’04”-8˚00’12” Lintang Selatan (LS) dan
110°12’34”-110°31’08” Bujur Timur (BT).
Tabel 5. Kriteria Lahan Kritis Berdasarkan Kemiringan, Ketebalan Solum dan Penutupan Lahan.
No. Kriteria Kekritisan Sangat Kritis Kritis Potensial Kritis
1. Kemiringan lahan >45% 25-35% <25%
2. Ketebalan solum tanah <10 cm 10-20 cm >25 cm
3. Penutupan lahan <10% 10-30% >30%
Sumber: Dephut. Dirjen. Rehabilitas Lahan dan Kehutanan Sosial, 2004;Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, 2009.
Berdasarkan jenis tanah lokasi kajian terdiri dari 2 macam tipe karst, sedangkan
berdasarkan pemanfaatannya dapat dikelompokkan sebagai berikut (Tabel 5 dan 6).
Tabel 6. Lokasi Penelitian Berdasarkan Ketinggian, Jenis Tanah, Letak Geografis, dan Luas Lahan
No. Nama Dusun Ketinggian (mdpl) Jenis Tanah Geografis Luas/ha
1 Mangunan >350 Latosol, Karst 07º56’ 18”LS
110º25’ 40”BT
1.118,28
2 Lemahbang 200-300 Latosol, Karst
3 Cempluk <200 Latosol, Karst
Sumber: BPS Bantul, 2009; data lapangan, 2010.
28
Tabel 7. Deskripsi Lokasi Penelitian di Lahan Kritis Desa Mangunan Pada 3 Daerah Kajian Kawasan Karst/Kritis
No Nama Dusun
Kemiringan Kegunaan lahan
Vegetasi dominan
Kondisi sosekbud
1 Mangunan 25-30% 1. Hutan lindung
2. Hutan rakyat
1. Pinus dan akasia
2. Mahoni, jati, karet
Ternak, kerajinan keris, industry ulat sutera
2 Lemahbang Mangunan
>35% Hutan rakyat dan agrowisata kebun buah
Sonokeling,mahoni, dan heterogen
Kebun buah Mangunan
3 CemplukMangunan
>35% Sawah dan hutan rakyat bersama GGM(gama giri mandiri)
Pinus, kayu putih, hutan hetrogen
Berbatasan langsung dengan Kali Oyo, jembatan Wunut utara dan selatan
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, 2009; Data lapangan, 2010
B. Tatalaksana Penelitian
1. Jenis dan Perancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif yakni
penelitian yang bermaksud mendeskripsikan keadaan ekosistem pada hutan rakyat,
dan untuk mendeskripsikan dampak yang terjadi selama ini di masyarakat kaitannya
dengan peningkatan lahan kritis.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dan
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks alamiah dengan
memanfaatkan metode alamiah. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
bertujuan menjelaskan, meramalkan dan mengontrol fenomena melalui
pengumpulan data terfokus dari data numerik (Moleong, 2010).
2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian dengan judul “ Optimalisasi Potensi Lahan di Lingkungan Hutan
Rakyat Desa Mnagunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Yogyakarta”, terdiri
dari variabel :
a. Variabel dependen/terikat adalah pengembangan lingkungan hutan rakyat.
30
b. Variabel independen/bebas adalah optimalisasi potensi lahan berbasis faktor-
faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis pohon dengan meningkatnya lahan
kritis, yaitu pengetahuan, penguasaan teknologi, dan persepsi masyarakat.
Menurut Sugiyono (2012) variabel bebas/independen adalah merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen. Variabel terikat/tidak bebas/dependen adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian adalah :
a. Optimalisasi potensi lahan adalah upaya strategis dalam pengelolaan lahan kritis
agar dapat menurunkan luas lahan kritis dengan menemukan jenis pohon yang
tepat yang sudah ditanam, berdasarkan kajian sosial ekonomi masyarakat dan
evaluasi seluruh tegakan pohon yang ditanam masyarakat setempat.
b. Hutan rakyat adalah hutan alam yang ditanam pada lahan milik masyarakat
sendiri yang mempunyai teknik atau cara yang kusus dalam pengelolaan hutan
pada dasarnya sangat beragam atau heterogen, karena pengelolaannya sangat
tergantung dari pemiliknya yang mengetahui dan memahami potensi yang khas
serta masalah yang ada disetiap jengkal pada lahannya untuk dikelola dan diolah
sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang arif dan suda membudaya dimasyarakat
petani. Secara fisik hutan rakyat memiliki pola tanam yang bergam. Ada dua
pola hutan rakyat yang sering dikembangkan oleh petani yaitu; Pola hutan rakyat
murni dan Pola hutan rakyat campuran.
3. Sampel Lingkungan Fisik
Penelitian dilaksanakan di Desa Mangunan yang terletak pada kawasan
Kecamatan Dlingo. Luas lokasi penelitian kajian vegetasi dan fisik kimia tanah
adalah 142 ha dan diambil secara representatif setiap tegakan huta rakyat sehingga
diperoleh 10 titik atau 60 plot dengan asumsi penampakan penyusun vegetasi
terlihat sama disetiap tegakan diharapkan bisa mewakili vegetasi tersebut. Setiap
kajian diambil 3 aspek yaitu aspek abiotik (fisik dan kimia tanah), biotik (vegetasi),
dan aspek sosial peran masyarakat.
31
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan di antaranya kompas, GPS Garmin Personal
Navigator untuk mengukur ketinggian dan garis geografi, peta topografi lokasi,
kantong plastik untuk sampel tanah, soil tester untuk mengukur pH dan
kelembaban tanah, thermometer (Hg) untuk mengukur temperatur tanah dan
udara, kamera untuk mengambil gambar vegetasi dilokasi kajian. Bahan yang
digunakan adalah tanah dan vegetasi dari masing-masing plot di setiap lokasi
penelitian.
4. Sampel Sosial Ekonomi
Menurut Moleong (2004), wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan. Menurut Koentjaraningrat (1991), individu sasaran wawancara
untuk mendapatkan data dari individu-individu tertentu untuk keperluan informasi
disebut informan dan individu sasaran wawancara untuk mendapatkan keterangan
tentang diri pribadi, pendirian atau pandangan individu yang diwawancarai disebut
responden.
Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan pedoman
wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.
Pengumpul data dalam wawancara terstruktur menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah
disiapkan atau biasa disebut kuisioner. Setiap responden diberikan pertanyaan yang
sama dan tidak boleh menyimpang (Widoyoko, 2012).
Wawancara terstruktur dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
pengetahuan, persepsi, dan pendidikan terhadap keberadaan hutan rakyat dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan lahan kritis dalam
rangka mencari setrategi pengelolaan hutan rakyat di Desa Mangunan Kecamatan
Dlingo Kabupaten Bantul.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah hutan rakyat dan kelompok tani
hutan (KTH) di Desa Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul. Sampel
adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian.
Sampel yang baik adalah yang mewakili populasi atau yang representatif artinya
32
yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara
maksimal.
Wawancara dilakukan hanya pada orang-orang tertentu dan disesuaikan
dengan data yang akan dicapai atau diperoleh. Sampel yang dimaksud memiliki
kriteria diantaranya sesepuh desa, tingkat pendidikan, dan tingkat perekonomian.
Menurut Stewart dan Hamdani (1990) dalam Moelong (2010) sampel penelitian
harus 10% dari populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah total kelompok tani hutan di
Desa Mangunan sebanyak 206 petani hutan (Tabel 8). Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling atau
disebut judgement sampling. Menurut Silalahi (2012), purposive sampling
merupakan pemilihan subyek (orang-orang terpilih) yang ada dalam posisi terbaik
untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Sugiyono (2013) menyatakan bahwa
purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Tabel 8. Daftar Kelompok Tani Hutan (KTH) Desa Mangunan
No Nama Dusun Nama Desa Jumlah Anggota Nama Ketua
1 Mangunan
Mangunan
62 Subarno
2 Lemahbang 81 Sugimin
3 Cempluk 63 Suyanto
Sumber: BKP3; Data lapangan, 2013
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Faktor Abiotik
1) Iklim (Curah Hujan)
Untuk mengkaji iklim khususnya curah hujan yaitu dengan data
curah hujan bulanan daerah penelitian (Kecamatan Dlingo) yang didapatkan
dari Dinas Sumberdaya Air dan Kabupaten Bantul dalam angka dengan
periode 2005-2014.
2) pH dan Kelembaban Tanah
Pengukuran pH dan kelembaban tanah dilakukan pada setiap plot dan
dirata-rata, dengan cara soil tester dibersihkan terlebih dahulu dengan kain,
kemudian ujungnya ditancapkan pada tanah sampai 25% bagiannya masuk
33
kedalam tanah. Ditunggu sekitar 10 menit, kemudian dibaca dan dicatat
angka yang ditunjukan oleh jarum pada soil tester tersebut.
3) Suhu Tanah
Pengukuran suhu tanah dilakukan di tempat pada setiap plot dan
diratarata, dengan cara thermometer tanah dibersihkan dahulu dengan kain,
kemudian ujungnya ditancapkan pada tanah dengan posisi miring 45 (%).
Ditunggu sekitar 10 menit kemudian dibaca dan dicatat angka yang
ditunjukan oleh air raksa yang terdapat pada thermometer tanah tersebut.
4) Pengukuran Intensitas Cahaya
Pengukuran intensitas cahaya dilakukan di tempat pada setiap plot
dan dirata-rata, dengan cara luxmeter dipersiapkan dan dibuka penutup
luxmeter. Ditunggu sampai angka dalam luxmeter konstan kemudian angka
dicatat.
5) Pengambilan Tanah
Sampel tanah diambil pada setiap plot. Pengambilan sampel tanah
dilakukan pada area dengan jarak ± 0,5–1 m dari batang pohon dan tidak
terkena sinar matahari langsung. Sampel tanah diambil pada kedalaman 15–
25 cm dari permukaan tanah. Kemudian, tanah dimasukkan ke dalam
kantong plastik dan diberi label plot dan diuji pada laboratorium
terakreditasi.
b. Faktor Biotik
Data yang ambil adalah semua jenis vegetasi di lingkungan hutan rakyat
mangunan. Sampel vegetasi diambil dari 10 lokasi kajian pada 3 Dusun yang
telah ditentukan dengan jumlah sampel setiap lokasi bervariasi tergantung
kondisi yang ada.
Setiap tingkat pertumbuhan vegetasi dikelompokan menjadi tingkat
pohon, sapihan dan tumbuhan bawah. Vegetasi tingkat pohon dengan kriteria
mempunyai diameter batang lebih dari 20 cm, tingkat sapihan adalah semua
pohon muda mulai dari perkecambahan sampai diameter 19 cm, sedangkan
tumbuhan bawah terdiri dari semak, herba, dan rumput. Plot pengamatan
digunakan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi. Pengumpulan
data sampling struktur dan komposisi vegetasi hutan rakyat :
34
1) Survei area penelitian dilakukan pertama kali untuk mengetahui wilayah-
wilayah yang akan dijadikan lokasi penelitian.
2) Penentuan lokasi penelitian berdasarkan perbedaan ketinggian dan tegakan
di Hutan Rakyat, untuk kemudian ditentukan lokasi peletakan plot.
3) Dengan keterbatasan alat, tenaga dan penampakan vegetasi penuyusun hutan
rakyat relatif sama, Maka pengambilan sampling berdasarkan cuplikan
stasiun di setiap tegakan yang diteliti.
4) Penentuan peletakan plot menggunakan bantuan garis transek, bagian atas,
tengah dan bawah. Peletakan plot dalam garis transek tersebut secara
sistematis dengan cara:
a) Desa Mangunan diambil 60 plot berbentuk segi empat yang diletakkan
secara sistematis dan berurutan sebagai sampel.
b) penelitian, dengan ukuran plot yang digunakan adalah:
(1) 10 plot berukuran 10 m x 10 m untuk analisis pohon dan anak pohon
(2) 10 plot berukuran 5 m x 5 m untuk analisis semak dan herba
(3) 10 plot berukuran 1m x 1m untuk analisis rumput.
Jumlah total plot adalah 60 buah, terdiri dari 5 tegakan pohon, yaitu
sonokeling, mahoni, karet, jati, dan campuran (heterogen), maka pertegakan
diambil 6-8 plot.
Semua jenis vegetasi yang berada daerah kajian diidentifikasi nama
ilmiahnya berdasarkan Buku Flora Of Java karangan Backer. Van Den Brink
(1965),. Flora Untuk Sekolah di Indonesia karangan Van Steenis (1997).
Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta (2007), Taksonomi Tumbuhan
Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, pteridophyta (2005) karangan
Tjitrosoepomo dan Plant Resources of South Asia No. 4 Forages (1992)
kemudian dihitung jumlah dan penutupanya
35
c. Pengukuran Sosial Masyarakat
1) Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data yang diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur
yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian. Unsur-unsur yang
nampak merupakan data atau informasi yang harus diamati atau dicatat
secara benar dan lengkap (Widoyoko, 2012). Observasi atau pengamatan
secara langsung ke lahan tadah hujan petani pada penelitian ini dilaksanakan
untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku petani dalan berusahatani
dan pola adaptasi yang petani terhadap perubahan iklim dalam memenuhi
kebutuhan air irigasinya.
2) Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2012). Instrumen
penelitian yang digunakan adalah :
a) Instrumen penelitian untuk wawancara adalah instrumen non tes yaitu
panduan wawancara (structured interview) berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disiapkan atau biasa disebut
kuisioner. Kuesioner tersebut diisi oleh pewawancara (interviewer).
Kuesioner yang disusun menggunakan skala Guttman dengan model
pilihan berganda. Skala pengukuran Likert memberikan jawaban yang
ditentukan atau dipilih oleh responden sendiri untuk tingkat persetujuan
mereka terhadap suatu peryataan dengan memilih salah satu dari pilihan
yang tersedia, misal : Tahu, tidak tahu, dan kurang tahu /tidak
berpendapat
b) Instrumen penelitian untuk observasi adalah panduan observasi yang
berupa daftar pengamatan ( checklist ).
3) Validitas dan Realibilitas Instrumen
a) Validitas Instrumen
Widoyoko (2013) menyatakan bahwa instrumen dikatakan valid
apabila instrumen tersebut dengan tepat mengukur apa yang hendak
diukur, dengan instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid
juga.
36
Validitas yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah
validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk (construct
validity) termasuk dalam validitas internal (internal validity). Validitas
internal (ada yang menyebut dengan validitas logis) untuk sebuah
instrumen menunjuk pada kondisi sebuah instrumen yang memenuhi
syarat valid berdasarkan hasil penalaran atau rasional.
Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen
mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi dasar penyusunan
instrumen. Definisi atau konsep yang diukur berasal dari teori yang
digunakan. Oleh karena itu harus ada pembahasan mengenai teori
tentang variabel yang akan diukur yang menjadi dasar penentuan
konstruk suatu instrumen. Berdasarkan teori tentang variabel tersebut
kemudian dirumuskan definisi konseptual dan definisi operasional dan
selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator
tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-butir instrumen, baik dalam
bentuk pertanyaan maupun pernyataan.
Untuk menguji validitas konstruk, digunakan pendapat para ahli
(expert judgement). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen
yang telah disusun. Para ahli akan memberikan keputusan apakah
instrumen tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan
mungkin dirombak total. Menurut Sugiono (2007), jumlah tenaga ahli
yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah
bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang akan diteliti. Penelitian
dalam rangka tugas akhir perkuliahan baik skripsi, tesis maupun desertasi
tenaga ahlinya adalah pembimbing.
Setelah pengujian konstruk dari ahli dilanjutkan dengan uji coba
lapangan. Hal ini untuk mengetahui validitas faktor maupun validitas
butir instrumen. Sampel uji coba minimal 30 orang. Suatu butir
instrumen dikatakan valid apabila memiliki sumbangan yang besar
terhadap skor total. Untuk mengetahui validitas butir dapat digunakan
rumus korelasi product moment, yang terdiri dari rumus korelasi
37
menggunakan deviasi atau simpangan dan rumus menggunakan angka
dasar.
(1) Rumus korelasi product moment dengan deviasi atau simpangan
= ƩƩ Ʃ
Dimana :
x = Skor butir
y = Skor total
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, dua variabel yang dikorelasikan
Ʃxy = Jumlah perkalian x dan y
x2 = Kuadrat dari x
y2 = Kuadrat dari y
(2) Rumus korelasi product moment dengan angka kasar
Ʃ (Ʃ )(Ʃ )Ʃ (Ʃ ) Ʃ (Ʃ )
Dimana :
X = Skor butir
Y = Skor total
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
6. Analisa Data
a. Abiotik
1) Iklim (Curah Hujan)
Data iklim curah hujan periode 2005-2014, kemudian dianlisis
menurut Smchmidt dan Ferguson untuk mengetahui klasifikasi tipe iklim
daerah penelitian.
2) Fisik Tanah
Data fisik tanah intensitas cahaya, pH, kelembaban, dan suhu tanah
yang diperoleh di analisis untuk mengetahui trendgraphic yang sama dengan
nilai indeks keanekaragaman vegetasi tingkat pohon, anak pohon, semak
herba dan rumput.
38
3) Kimia Tanah
Tanah yang diperoleh dari setiap plot pada setiap lokasi kajian
kemudian dihomogenisasi dengan cara diaduk rata, selanjutnya dimasukkan
ke dalam plastik yang telah diberi label berisi tanggal dan lokasi kajian,
kemudian dianalisis di Laboratorium BBTKLPP Yogyakarta yang meliputi ;
kandungan unsur-unsur kimia seperti NPK dan C-organik.
b. Biotik Vegetasi
Parameter vegetasi yang dikaji sebagai berikut :
1) Kerapatan = Jumlah Individu Area Cuplikan
2) Kerapatan Relatif = Kerapatan suatu jenis x 100% Kerapatan seluruh jenis
3) Frekuensi = Jumlah plot yang ditemukan suatu spesies Jumlah total plot yang disampel
4) Frekuensi Relatif = Frekuensi suatu jenis x 100% Frekuensi seluruh jenis
5) Dominasi = Total penutupan tajuk dari jumlah suatu jenis Total luas sampling
6) Dominasi Relatif = Dominansi suatu jenis x 100% Dominansi seluruh jenis
7) Indeks Nilai Penting
INP = Frekuensi Relatif + Kerapatan Relatif + Dominansi Relatif
8) Indeks Diversitas
Keanekaragaman jenis dan kemantapan komunitas setiap areal
dapat digambarkan dengan indeks Shannon (Ludwig & Reynold, 1988
dalam Irwanto 2007)
H' = - ∑ (pi) Ln (pi) Keterangan :
H' = Indeks Keranekaragaman Jenis
Pi = Nilai penting tiap species dibagi dengan nilai penting seluruh
species
pi = ni/N
39
ni = Nilai penting tiap species
N = Jumlah Nilai Penting Seluruh species
Makin besar H' suatu komunitas maka semakin mantap pula
komunitas tersebut. Nilai H' = 0 dapat terjadi bila hanya satu spesies
dalam satu contoh (sampel) dan H' maksimal bila semua jenis
mempunyai jumlah individu yang sama dan ini menunjukkan kelimpahan
terdistribusi secara sempurna (Irwanto, 2007).
c. Sosial Ekonomi
1) Hubungan Faktor-Faktor Sosial dengan pengelolaan hutan rakyat
(Peningkatan Lahan Kritis)
Faktor-faktor sosial yang diduga mempengaruhi Peningkatan Lahan
Kritis adalah faktor internal dan faktor pendukung eksternalnya. Faktor
internal petani antara lain mencakup pendidikan, penyuluhan, umur,
pendapatan, luas lahan, jumlah keluarga, dan kepemilikan ternak.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi peningkatan lahan kritis di
analisis menggunakan regresi ganda (multiple regression) dan dianalisis
kembali dengan metode backwark elimination (eliminasi tahap mundur).
Regresi ganda (multiple regression) adalah satu teknik statistik yang dapat
digunakan untuk menganalisa hubungan antara satu variabel dependen
(criterion) tunggal dan beberapa variabel-variabel independen (prediction).
Persamaan regresi ganda yang digunakan adalah:
s= + + + … . . + +Dimana :
y = jumlah pohon perhektar (pengelolaan)
x1,-x7 xk = Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan hutan
b0, b1, ....bk = Intersept/koefisien
e = Variabel error
40
2) Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan Rakyat
Analisis data dilakukan setelah dilakukan pengolahan data hasil
wawancara terhadap responden. Ada beberapa langkah yang berkaitan
dengan pengolahan data dan analisis data. Langkah-langkah pengolahan data
yaitu: memeriksa (editing) pengisian setiap instrument pengumpulan data,
merekap data, pemberian kode atau skor pada setiap data yang terkumpul di
setiap instrumen, setelah itu semua data dipindahkan ke dalam lembar matrik
data. Langkah selanjutnya adalah tabulasi data dengan menentukan skornya
dan terakhir data disajikan dalam table distribusi frekuensi.
Setelah proses pengolahan data selesai, kemudian dilakukan analisis
data. Teknis analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
perhitungan statistik dengan analisis univariat distribusi frekuensi dan
distribusi persentase. Persentase diperoleh dengan menggunakan rumus :
= %
Dimana :
fi = Frekuensi jawaban
n = Jumlah total responden dari kasus
Data aspek sosial masyarakat dikumpulkan untuk mendapatkan
mengetahui tingkat peran masyarakat, wawancara semi terstruktur untuk
mengumpulkan data tentang kesadaran masyarakat melakukan konservasi,
sikap masyarakat mengenai konservasi, dan pola penggunaan sumberdaya.
Selain itu data diperoleh menggunakan kuisioner terstruktur yang telah
dirancang sebelumnya mengikuti kaidah Chi square. Responden diberi
serangkaian pertanyaan yang telah dibuat dengan kategori responden yang
telah disusun.
= ( − )Keterangan :
X² = Nilai chi square
Di = Frekuensi observasi
Ei = Frekuensi espektasi ( tidak diharapkan)
41
d. Analisa SWOT
Data kualitatif yang diperoleh di analisis, sebagai data dasar untuk studi
evaluasi dampak yakni menggunakan Analisis SWOT sehingga diperoleh
strategi pengelolaan hutan rakyat agar fungsi ekosistem tetap stabil. SWOT
adalah singkatan lingkungan internal yaitu Strength (kekuatan) dan Weakness
(kelemahan) serta lingkungan eksternal yaitu Opportunities (peluang) dan
Threats (ancaman). Secara rinci analisis ini membandingkan antara faktor
eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) (Sianipal, 2001 dalam Sawitri 2012). Analisis ini bertujuan untuk
menentukan faktor-faktor strategis baik internal maupun eksternal yang akan
menetukan masa depan meliputi faktor internal dan eksternal.
Tabel 9. Matrik Analisa SWOTInternal Kekuatan
(Strength)Kelemahan (Weakness)Eksternal
Peluang(Opportunity)
SO strategies WO strategies
Ancaman(Threat)
ST strategies WT strategies
Menganalisis permasalahan-permasalahan dan merumuskan strategi
pengembangan dalam pengelolaan hutan rakyat dilakukan dengan menggunakan
analisis SWOT. Analisis SWOT berfungsi untuk mengidentifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu kegiatan. Sebagai
dasar analisis ini adalah dengan melihat kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Faktor-faktor tersebut
diperoleh dari berbagai informasi, literatur, wawancara dan temuan langsung di
lapangan sehingga didapatkan sejumlah faktor yang kembali disodorkan sebagai
bahan pertanyaan dalam kuisioner yang harus dijawab oleh responden dan
informan kunci sehingga didapatkan peubah-peubah yang menjadi faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi optimalisasi potensi pengelolaan
lahan hutan rakyat. Analisis dilakukan dalam tiga (3) tahapan pokok, yaitu
tahapan identifikasi dan pengumpulan data, tahapan analisis dan tahapan
perumusan strategi.
42
1) Tahapan identifikasi dan pengumpulan data
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi terhadap peubah-peubah internal
dan mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan. Demikian halnya
dengan peubah-peubah eksternal, diklasifikasikan menjadi peluang dan
ancaman. Selanjutnya masing-masing peubah (kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman) dicari rating, bobot dan skornya. Pemberian rating mulai dari nilai
1 - 4 untuk masing-masing peubah dengan pengaruh kecil, sedang, besar dan
sangat besar. Pemberian rating ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh yang diberikan terhadap optimalisasi potensi pengelolaan lahan
hutan rakyat. Untuk bobot, masing-masing peubah internal maupun eksternal
dilakukan dengan memberikan nilai 1,2,3,...n (sebanyak jumlah peubah internal
maupun eksternal) berdasarkan tingkat kepentingannya dibanding peubah lain.
Sementara untuk skor diperoleh dengan mengalikan antara nilai rating dan
bobot.
2) Tahapan Analisis
Pada tahapan ini dilakukan pemaduan antara faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang
mempengaruhi optimalisasi potensi pengelolaan lahan hutan rakyat. Alat
analisis yang digunakan adalah diagram SWOT atau diagram internal-
eksternal. Dalam diagram SWOT diperoleh titik yang merupakan perpaduan
antara peubah internal dan eksternal. Nilai pada sumbu X, merupakan nilai
selisih antara skor kekuatan dan kelemahan, sedang pada sumbu Y
merupakan nilai selisih antara skor peluang dan ancaman.
3) Tahapan perumusan strategi pengembangan pengelolaan hutan kemenyan
Tahapan perumusan strategi optimalisasi potensi pengelolaan lahan
hutan rakyat digunakan untuk menetapkan strategi berdasarkan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman seperti disajikan pada matriks SWOT.