bab iii metode penelitian a. metode dan desain...
TRANSCRIPT
14
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen,
karena penelitian ini akan melihat hasil penerapan model pembelajaran
pencapaian kemampuan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika
terhadap suatu kelompok dalam kondisi kontrol. Akan tetapi karena pengambilan
sampel tidak dilakukan secara acak siswa maka penelitian yang dilakukan dapat
dikatakan sebagai penelitian kuasi eksperimen (Ruseffendi, 2005: 35).
Desain dalam penelitian ini berbentuk “Pretest-Posttest Control Group
Design” atau desain kelompok kontrol pretest-posttest yang melibatkan dua
kelompok atau dua kelas. Kelas pertama adalah kelompok eksperimen dan kelas
kedua adalah kelompok kontrol. Pemilihan kelas dilakukan secara acak kelas
terhadap kelas-kelas yang sudah ada. Hal tersebut dilakukan karena peneliti tidak
mungkin memilih siswa untuk membentuk kelas baru. Kelompok eksperimen
diberikan perlakuan dengan model kooperatif tipe co-op co-op, sedangkan
kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan model konvensional.
Desain pada penelitian ini disusun dengan memperlihatkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Digunakan dua kelompok siswa yang berbeda yaitu kelompok pertama
(eksperimen) dan kelompok kedua (kontrol).
2. Kedua kelompok diberikan tes awal (pretest)dan tes akhir (postest).
Dengan memperlihatkan hal-hal tersebut di atas, maka desain dari
penelitian ini menggunakan desain dari Ruseffendi (2005: 50), yaitu:
A O X O
A O O
15
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keterangan:
A = Menunjukkan pengelompokan subjek penelitian secara acak kelas
X = Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Co-op Co-op
O = Tes awal (Pretest) dan tes akhir (Posttest)
B. Populasi dan Sampel
Menurut (Arikunto, 2006: 130) “Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian”. Berdasarkan pernyataan tersebut yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang
yang memiliki NPSN 20206097 dan beralamatkan di jalan raya lembang no 29.
Menurut (Arikunto, 2006: 131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti”. Dengan kata lain sampel merupakan bagian dari populasi yang akan
diteliti dan dianggap menggambarkan populasinya. Dari keseluruhan kelas VIII
dipilih dua kelas untuk menjadi sampel. Pemilihan sampel ini menggunakan cara
acak kelas, yaitu dengan mengambil dua kelas secara acak dari keseluruhan kelas
VIII yang ada pada SMP tersebut. Satu kelas dijadikan kelompok eksperimen dan
satu kelas lagi sebagai kelompok kontrol.
Pada kelompok eksperimen akan diadakan pembelajaran dengan model
kooperatif tipe co-op co-op. Sedangkan, pada kelompok kontrol menggunakan
pembelajaran konvensional. Kelompok eksperimen dan kontrol akan diberikan tes
awal berupa pretest dan tes akhir berupa postest untuk mengetahui kemampuan
pemahaman konsep siswa.
C. Bahan Ajar
Menurut Winkel (Khairunnisa, 2010: 21) “Bahan ajar adalah materi
pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional pembelajaran.
Bahan ajar dapat berupa naskah, persoalan, gambar, isi audiocassette, isi
videocassette, dan sebagainya”.
Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan
Siswa (LKS), alat peraga, dan buku paket matematika. LKS dikembangkan
berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang hendak
dicapai pada kurikulum KTSP. LKS diberikan pada kelompok eksperimen dan
16
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kelompok kontrol, sehingga disesuaikan dengan model pembelajarannya dalam
tiap-tiap kelompok, dalam hal ini kelompok eksperimen menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op dan kelompok kontrol menggunakan
model pembelajaran konvensional, dalam hal ini pengerjaan LKS pada kelompok
kontrol dengan berdiskusi antara teman sebangku.
Selain LKS, tentunya dalam persiapan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
terdapat perangkat pembelajaran berupa RPP (Rencana Pelaksaan Pembelajaran).
Dalam penelitian ini RPP yang disusun mengenai pokok bahasan bangun ruang
sisi datar, dengan sub pokok bahasan Prisma. Dari sub pokok bahasan Prisma
tersebut, dibuat empat buah RPP untuk kelompok eksperimen dan empat buah
RPP untuk kelompok kontrol. Sehingga, pada penelitian ini terdapat delapan buah
RPP.
Bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada
penelitian, sebelumnya telah dikonsultasikan terlebih dahulu pada dosen
pembimbing serta guru kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang yang
dijadikan tempat penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini berasal dari instrumen tes
dan instrumen non-tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan pemahaman konsep,
sedangkan instrumen non-tes berupa angket, lembar observasi, dan jurnal harian.
1. Instrumen Tes
Indrakusumah (Suherman, 2003: 65) menyatakan bahwa “Tes adalah suatu
alat atau prosedur yang sistematik dan obyektif untuk memperoleh data atau
keterangan tentang seseorang dengan cara yang cepat dan tepat”. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk mengumpulkan data mengenai
kemampuan pemahaman konsep siswa, khususnya pada konsep bangun ruang
prisma. Dalam instrumen tes ini, soal yang akan digunakan merupakan soal
bentuk essay. Karena menurut (Suherman, 2003: 77) “Dalam menjawab soal
essay, siswa dituntut untuk menjawabnya secara rinci, maka proses berpikir,
ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi”. Terjadinya bias hasil
17
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
evaluasi dapat dihindari karena tidak adanya sistem tebakan atau untung-
untungan. Hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa
sebenarnya.
Mengacu pada desain penelitian, tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu
pretest dan postest. Pretest diberikan untuk mengukur kemampuan awal
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sedangkan postest diberikan untuk
mengukur peningkatan kemampuan pemahaman konsep pada kedua kelompok
tersebut.
Namun sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu instrumen
diujicobakan kepada siswa di luar sampel yang telah memperoleh materi yang
akan digunakan dalam penelitian. Pada kesempatan ini, instrumen diujicobakan
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung. Hal ini dilakukan agar dapat
terukur ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas) dari instrumen tersebut.
Sebelumnya, instrumen yang akan diuji dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
dosen pembimbing. Data hasil uji coba kemudian dianalisis, untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas instrumen. Selain itu juga untuk mengetahui indeks
kesukaran dan daya pembeda setiap butir soal. Untuk menganalisis instrumen
tersebut, dalam perhitungannya digunakan bantuan software AnatesV4.
Adapun kriteria penilaian atau penskoran kemampuan pemahaman konsep
yang akan digunakan menurut Abrahaman (Zubaedah, 2008: 38)
mengelompokkan kemampuan pemahaman konsep siswa dalam kategori Tidak
Paham (TP), Miskonsepsi (M), Miskonsepsi Sebagian (MS), Paham Sebagian
(PS), Paham Seluruhnya (P), sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1
Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep
Tingkat
Pemahaman Kriteria Skor
Tidak
paham
1. Jawaban kosong
2. Mengulang pertanyaan
3. Jawaban tidak relevan atau tidak jelas
4. Tidak memberikan penjelasan untuk jawaban
yang dipilih
0
18
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Tingkat
Pemahaman Kriteria Skor
Miskonsepsi Jawaban mengandung kesalahan konsep yang
mendasar tentang konsep yang dipelajari. 1
Miskonsepsi
Sebagian
Jawaban memberikan sebagian informasi yang
benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan
konsep dalam menjelaskan.
2
Paham
Sebagian
Jawaban sebagian besar benar dan mengandung
paling sedikit satu konsep secara ilmiah tetapi
tidak seluruh konsep dan tidak mengandung
kesalahan konsep.
3
Paham
Seluruhnya
Jawaban benar dan lengkap mengandung seluruh
bagian konsep yang diterima secara ilmiah. 4
a. Uji Validitas Butir Soal
Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut
mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003: 102).
Cara menentukan tingkat (indeks) validitas adalah dengan menghitung koefisien
korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur
lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi
sehingga hasil evaluasi yang digunakan sebagai kriteria itu telah mencerminkan
kemampuan siswa sebenarnya. Makin tinggi koefisien korelasinya makin tinggi
pula validitas alat ukur tadi.
Untuk mencari koefisien validitas tes uraian bisa menggunakan rumus
korelasi produk moment memakai angka kasar (raw score) (Suherman, 2003:
120) yaitu:
Keterangan: xyr Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = Banyak subjek
X = Nilai rata-rata harian tes matematika
Y = Nilai hasil tes yang akan dicari koefisien validitasnya
Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien validitas
menurut Suherman (2003: 113) adalah sebagai berikut:
19
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
2
11 11
t
i
s
s
n
nr
Tabel 3.2
Klasifikasi Validitas Instrumen
Nilai xyr Interpretasi
0,90 ≤ xyr < 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,70 ≤ xyr < 0,90 Validitas tinggi (baik)
0,40 ≤ xyr < 0,70 Validitas sedang (cukup)
0,20 ≤ xyr < 0,40 Validitas rendah (kurang)
0,00 ≤ xyr < 0,20 Validitas sangat rendah
xyr < 0,00 Tidak valid
Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Analisis Validitas Tiap Butir Soal Nomor Soal Koefisien Korelasi ( ) Interpretasi
1 0,199 Validitas sangat rendah
2 0,546 Validitas sedang
3 0,780 Validitas tinggi
4 0,028 Validitas sangat rendah
5 0,829 Validitas tinggi
6 0,354 Validitas rendah
7 0,670 Validitas sedang
8 0,784 Validitas tinggi
Hasil analisis perhitungan validitas setiap butir soal instrumen tes
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 142.
b. Reliabilitas Butir Soal
“Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi
dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu”
(Ruseffendi, 2005: 158). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien
reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha seperti di bawah ini:
Keterangan : n = banyak butir soal
2
is = jumlah varians skor setiap item
2
ts = varians skor total
20
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
SMI
XXDP BA
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi
dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford (Suherman, 2003:
139).
Tabel 3.4
Klasifikasi Interpretasi Derajat Reliabilitas
Nilai 11r Interpretasi
11r ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 ≤ 11r < 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,40 ≤ 11r < 0,70 Derajat reliabilitas sedang
0,70 ≤ 11r < 0,90 Derajat reliabilitas tinggi
0,90 ≤ 11r ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas, diperoleh nilai koefisien
reliabilitas sebesar 0,64 dengan interpretasi derajat reliabilitas sedang. Adapun
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 143.
c. Daya Pembeda Butir Soal
Daya Pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui
jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut
(Suherman, 2003: 159). Dengan kata lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah
kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus sebagai
berikut (Suherman, 2003: 146):
Keterangan : DP = Daya pembeda
= Rata-rata siswa pada kelompok atas
= Rata-rata siswa pada kelompok bawah
SMI = Skor Maksimum Ideal tiap butir soal
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan
(Suherman, 2003: 161) adalah sebagai berikut:
21
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
SMI
XIK i
Tabel 3.5
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Nilai DP Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas,
diperoleh hasil berikut:
Tabel 3.6
Daya Pembeda Tiap Butir Soal
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,09 Jelek
2 0,45 Baik
3 0,41 Baik
4 0,04 Jelek
5 0,27 Cukup
6 0,13 Jelek
7 0,54 Baik
8 0,72 Sangat baik
Hasil perhitungan daya pembeda setiap butir soal instrumen tes,
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4 halaman 144.
d. Indeks kesukaran
Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang
disebut Indeks Kesukaran. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal
(Suherman, 2003: 170) adalah:
Keterangan:
IK : Indeks kesukaran
iX : Rata-rata skor jawaban soal ke-i
SMI : Skor maksimal ideal soal ke-i
Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan (Suherman,
2003: 170) adalah:
22
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.7
Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran
Nilai IK Interpretasi
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < IK < 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.8
Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,47 Soal sedang
2 0,68 Soal sedang
3 0,66 Soal sedang
4 0,72 Soal mudah
5 0,59 Soal sedang
6 0,29 Soal sukar
7 0,68 Soal sedang
8 0,47 Soal sedang
Adapun penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 145.
2. Instrumen Non-Tes
a. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan lembar pengamatan siswa, guru dan proses
pembelajaran berlangsung. Manfaat dari lembar observasi adalah mengetahui hal-
hal yang tidak dapat diamati oleh peneliti dalam pelaksanaan evaluasi. Lembar
observasi diisi oleh observer ketika pembelajaran berlangsung.
b. Jurnal harian
Jurnal adalah karangan yang dibuat siswa sesudah selesai pembelajaran,
isinya berkenaan dengan pembelajaran yang berupa kesan, pesan atau inspirasinya
(Suherman, 2003: 7).
23
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh
siswa untuk mengetahui sikap dan respons siswa terhadap pembelajaran yang
diterapkan.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap sebagai
berikut.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu:
a. Melakukan observasi ke sekolah,
b. Menyusun proposal penelitian,
c. Seminar proposal,
d. Melakukan perizinan penelitian,
e. Menyusun rencana pembelajaran dan instrumen penelitian,
f. Mengonsultasikan rencana pembelajaran dan instrumen penelitian kepada
dosen pembimbing,
g. Judgement rencana pembelajaran dan instrumen penelitian dengan dosen
pembimbing,
h. Melakukan uji coba intrumen tes,
i. Menganalisis dan merevisi hasil uji coba instrumen tes.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah melakukan persiapan maka dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan,
yaitu:
a. Pada tahap pelaksanaan langkah pertama adalah memberikan pretest kepada
siswa pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol,
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kedua kelompok,
c. Meminta observer melakukan observasi ketika proses pembelajaran
berlangsung di kelompok eksperimen,
d. Memberikan jurnal harian setelah selesai pembelajaran di kelompok
eksperimen,
24
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
e. Memberikan postest kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
f. Memberikan angket kepada siswa di kelompok eksperimen.
3. Tahap Akhir
Tahap akhir yang dilakukan, yaitu:
a. Melakukan pengolahan dan analisis data kuantitatif terhadap hasil tes
kemampuan pemahaman konsep siswa,
b. Melakukan pengolahan dan analisis data kualitatif terhadap lembar observasi,
jurnal harian, dan angket,
c. Mengambil kesimpulan terhadap hasil analisis data yang telah dilakukan,
d. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data di lapangan diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan seleksi data untuk kemudian diolah dan dianalisis. Data yang diperoleh
dari lapangan, peneliti kategorikan ke dalam dua kategori, yaitu data yang bersifat
kuantitatif dan data yang bersifat kualitatif. Data kuantitatif berupa data hasil tes
kemampuan pemahaman konsep siswa pada dua kelompok sampel, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengolahan data kuantitatif
menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0 for Windows dan Microsoft office
excel 2007. Sementara itu, data kualitatif berupa data yang diperoleh dari
pengisian format lembar observasi, jurnal harian, dan angket.
1. Data Kuantitatif
a. Analisis Data Skor Pretest
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel yang
dihasilkan berdistribusi normal atau tidak. Dalam mencari normalitas dari
distribusi masing-masing kelompok, maka pengujian dilakukan dengan
menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov Z atau Shapiro Wilk.
2) Uji Homogenitas
Jika sampel berdistribusi normal, maka analisis data dilanjutkan dengan uji
homogenitas varians. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
25
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang dihasilkan memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini
dengan menggunakan Lavene’s Test.
3) Uji Perbedaan Rata-rata (Dua Pihak)
Uji perbedaan rata-rata (dua pihak) untuk mengetahui apakah kemampuan
awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama atau tidak. Berikut
diuraikan langkah-langkah uji perbedaan rata-rata:
a) Jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan rata-rata
data tes dengan menggunakan uji t.
b) Jika sampel berdistribusi normal dan tidak homogen, uji perbedaan rata-rata
data tes dengan menggunakan uji t’.
c) Jika sampel tidak berdistribusi normal, maka dilakukan statistik uji non-
parametrik dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
b. Analisis Data Skor Postest
Analisis data skor postest dilakukan untuk menguji hipotesis, jika
kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda
secara signifikan. Dalam menganalisis data skor postest tahapannya hampir sama
dengan menganalisis data skor pretest, hanya saja pada uji kesamaan rata-rata
analisis data skor postest dilakukan dengan uji satu pihak.
1) Uji Normalitas
2) Uji Homogenitas
3) Uji Perbedaan Rata-rata (Satu Pihak)
Uji perbedaan rata-rata (satu pihak) dilakukan untuk melihat apakah rata-
rata kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran
matematika dengan model kooperatif tipe co-op co-op lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional. Jika salah satu atau kedua data
tidak berdistribusi normal, maka dilakukan statistic uji non-parametik dengan
menggunakan uji Mann-Whitney.
c. Analisis Data Skor Gain Ternormalisasi
Analisis data skor gain ternormalisasi dilakukan untuk menguji hipotesis,
jika kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda
secara signifikan.
26
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pretest
pretestposttest
skorSMI
skorskorsindeksgain
Rumus indeks gain menurut Meltzer (Wulandari, 2011: 54) adalah sebagai
berikut:
Kriteria interpretasi indeks gain yang dikemukakan oleh Hake (Wulandari,
2011: 54):
Tabel 3.9
Kriterian Indeks Gain Indeks gain Kriteria
g > 0, 70 Tinggi
0, 30 < g ≤ 0, 70 Sedang
g ≤ 0, 30 Rendah
2. Data Kualitatif
a. Analisis Data Hasil Lembar Observasi
Data hasil observasi diinterpretasikan dalam bentuk kalimat dan
dirangkum untuk membantu menggambarkan suasana pembelajaran yang
dilakukan.
b. Analisis Data Jurnal Siswa
Pengolahan data yang diambil dengan jurnal adalah dengan
mengelompokkan kesan siswa yang memberikan komentar positif, biasa, negatif
dan yang tidak berkomentar.
c. Analisis Data Hasil Angket Siswa
Derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan dalam angket terbagi ke
dalam empat kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk itu selanjutnya, skala kualitatif tersebut
ditransfer ke dalam skala kuantitatif (Suherman, 2001: 191):
1) Untuk pernyataan yang bersifat positif, jawaban SS diberi skor 5, S diberi
skor 4, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1.
2) Untuk pernyataan yang bersifat negatif, jawaban SS diberi skor 1, S diberi
skor 2, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5.
Untuk mengukur data angket digunakan rumus sebagai berikut:
n
fp x 100%
27
Hanni Pratiwi, 2013 Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-Op Dalam Pembelajarann Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keterangan:
p = Persentase jawaban
f = Frekuensi jawaban
n = Banyaknya responden
Setelah dianalisis kemudian dilakukan interpretasi dengan menggunakan
kategori persentase sebagai berikut:
Tabel 3.10
Kriteria Persentase Angket
Persentase Jawaban Interpretasi
p = 0 Tak seorang pun
0 < p < 25 Sebagian kecil
25 p< 50 Hampir setengahnya
p = 50 Setengahnya
50 < p < 75 Sebagian besar
75 p < 100 Hampir seluruhnya
p = 100 Seluruhnya