bab iii metode penelitian a. lokasi dan waktu...
TRANSCRIPT
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigugur yang luasnya 3.536,56
Ha terdiri dari 5 Desa dan 5 Kelurahan yaitu Desa Gunung Keling, Desa
Cisantana, Desa Cileuleuy, Desa Babakanmulya, Desa Puncak, Kelurahan
Cigadung, Kelurahan Cigugur, Kelurahan Cipari, Kelurahan Sukamulya, dan
Kelurahan Winduherang. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa
Kecamatan Cigugur merupakan daerah yang difokuskan dalam usaha
peternakan di Kabupaten Kuningan. Berikut adalah Luas Desa dan Kelurahan
yang ada di Kecamatan Cigugur.
Tabel 3.1 Luas Desa dan Kelurahan di Kecamatan Cigugur
No Desa/Kelurahan Luas Daerah 1 Cileuleuy 2,67 km
2
2 Babakanmulya 2,64 km2
3 Cigadung 2,26 km2
4 Gunungkeling 2,1 km2
5 Puncak 3,51 km2
6 Cigugur 4,73 km2
7 Cipari 0,9 km2
8 Cisantana 7,54 km2
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2012
Secara administratif batas-batas Kecamatan Cigugur adalah sebagai
berikut:
1. Sebelah utara : Kecamatan Kramatmulya
2. Sebelah selatan : Kecamatan Darma
3. Sebelah timur : Kecamatan Kuningan
4. Sebelah barat : Kecamatan Kadugede
20
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kecamatan Cigugur memiliki luas wilayah 27,77 km2 dengan 1293,8
ha lahan sawah dan 1149,52 ha lahan kering Sehingga mayoritas penduduk
Kecamatan Cigugur bermatapencaharian sebagai petani dan peternak.
21
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Metode Penelitian
Metode adalah cara yang digunakan untuk memperoleh,
mengumpulkan dan menganalisis data penelitian. Dalam penelitian ini
metode yang digunakan adalah metode deskriptif-kuantitatif. Metode ini
digunakan untuk memaparkan kondisi dari lingkungan dan hubungannya
dengan tingkat kesehatan masyarakat di sekitar usaha peternakan. Penelitian
ini dilakukan untuk memperoleh, menggali informasi dan menghitung data
mengenai keadaan tingkat kesehatan masyarakat di sekitar usaha peternakan.
Pelaksanaan metode ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan
penyusunan data saja, akan tetapi meliputi analisis dan interpretasi data. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Koentjaraningrat (1991:120) sebagai berikut:
“Metode deskriptif adalah metode penilaian bersifat deskriptif yang bertujuan
untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau
kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu
suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.”
Dalam penelitian ini peneliti menggunkan metode deskriptif untuk
dapat mengungkapkan pengaruh kualitas lingkungan di sekitar usaha
peternakan terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kecamatan Cigugur.
Metode deskriptif kualitatif dianggap cocok untuk memaparkan kualitas
lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat di Kecamatan Cigugur.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sumaatmadja (1988:112) menyatakan populasi adalah
keseluruhan gejala, individu, kasus dan masalah yang akan kita teliti, yang ada
di daerah penelitian menjadi objek penelitian geografi. Dalam penelitian ini
peneliti mengambil populasi yaitu :
23
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Populasi wilayah meliputi seluruh lahan pemukiman di Kecamatan
Cigugur yang terdiri dari Desa dan Kelurahan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kepadatan ternak di Desa/Kelurahan yang memiliki ternak
sapi
No Desa/Kelurahan Luas Daerah Jumlah
Ternak Sapi
Kepadatan
ternak/km2
1 Cileuleuy 2,67 km2
58 22
2 Babakanmulya 2,64 km2 75 28
3 Cigadung 2,26 km2 6 3
4 Gunungkeling 2,1 km2 279 133
5 Puncak 3,51 km2 253 73
6 Cigugur 4,73 km2 1307 276
7 Cipari 0,9 km2 1229 1366
8 Cisantana 7,54 km2 1627 216
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2013
2. Populasi penduduk adalah seluruh masyarakat yang tinggal di
Kecamatan Cigugur terdiri dari 13,054 kk terdiri dari 44,227 jiwa.
2. Sampel
Menurut Pabundu Tika (2005:35) sampel adalah sebagian dari objek
atau individu-individu yang mewakili suatu populasi. Sedangkan menurut
sumaatmadja (1988:112) adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang
mewakili populasi yang bersangkutan. Dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel yaitu :
Metode pengambilan sampel dilakukan secara simple random
sampling. Metode ini dilakukan karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota populasi dianggap
homogen. Dalam penelitian ini digunakan sampel wilayah dan sampel
manusia.
a) Sampel Wilayah
24
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam penelitian ini daerah yang dijadikan sampel yaitu di dapat dari peta
administratif yang dioverlay dengan Penggunaan lahan yang dapat di lihat
di gambar 1.2 (Peta Penggunaan Lahan). Sampel yang diambil dalam
penelitian ini berdasarkan luas lahan pemukiman di Kecamatan Cigugur
karena penelitian ini membahas tingkat kesehatan masyarakat di sekitar
usaha peternakan. Berdasarkan data luas lahan pemukiman yang terdapat
di Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Luas wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Cigugur
No Desa/Keluraham
Luas
Daerah
(km2)
Luas
Pemukiman
(Ha)
Jumlah
ternak
sapi
Kepadatan
ternak/km2
1 Cileuleuy 2,67
8,6 58 22
2 Babakanmulya 2,64 15,76 75 28
3 Cigadung 2,26 122,5 6 3
4 Gunungkeling 2,1 1,96 279 133
5 Puncak 3,51 12,30 253 73
6 Cigugur 4,73 97,28 1307 276
7 Cipari 0,9 126,9 1229 1366
8 Cisantana 7,54 74,47 1627 216
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2013
Pada tabel 3.3 terlihat kepadatan ternak di setiap desa/kelurahan
bervareasi, daerah yang memiliki kepadatan ternak/km2 tertinggi yaitu
desa cisantana sekitar 1627/km2 dan daerah yang memiliki kepadatan
ternak/km2 yaitu Kelurahan Cigadung sekitar 3/km
2.
Untuk memudahkan pengambilan sampel maka data tersebut
diklasifikasikan berdasarkan luas pemukiman (Ha) hal ini dilakuakan
karena lokasi penempatan kandang berada di dalam area pemukiman,
dengan klasifikasi sempit, sedang dan luas yang dapat dilihat dari tabel 3.2
sebagai berikut:
Tabel 3.4 Klasifikasi Luas wilayah pemukiman di Kecamatan Cigugur
Luas Tanah Pemukiman (Ha) Klasifikasi
1,96 – 43,61 Sempit
25
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
43,62 – 85,27 Sedang
85,28 – 126,93 Luas Sumber: Peneliti
Dapat dilihat dari tebel 3.4 wilayah yang mempunyai luas tanah
pemukiman 1,96 – 43,61 Ha termasuk ke dalam wilayah dengan
klasifikasi sempit. Wilayah yang mempunyai luas tanah pemukiman 43,62
– 85,27 Ha termasuk ke dalam wilayah dengan klasifikasi sedang dan
Wilayah yang mempunyai luas tanah pemukiman 85,28 – 126,93 Ha
termasuk ke dalam wilayah dengan klasifikasi luas. Desa/Kelurahan yang
memiliki klasifikasi sempit, sedang dan luas dapat dilihat pada tabel 3.5
sebagai berikut:
Tabel 3.5 Klasifikasi luas daerah dan kepadatan ternak
No Klasifikasi
Luas Daerah Desa/Kelurahan
Kepadatan
ternak/Ha
1 Sempit Babakanmulya
Cileuleuy
Gunungkeling
Puncak
28
22
133
73
2 Sedang Cisantana 216
3 Luas Cigadung
Cigugur
Cipari
3
276
1366 Sumber : Peneliti
Berdasarkan data luas daerah dan jumlah ternak sapi yang ada di
Kecamatan Cigugur maka dipilih sampel wilayah dengan menggunkan
penarikan sampel acak berstrata (stratified random sampling) maka dipilih
sampel wilayah yang terdapat di cisantana, cipari dan cileuleuy pemilihan
sampel ini disebabkan karena di ke tiga desa/kelurahan tersebut dianggap
mewakili wilayah di Kecamatan Cigugur yang memiliki usaha peternakan
sapi yang berada di wilayah pemukiman.
b) Sampel Manusia
Dalam penelitian ini ditentukan sampel manusia yang nantinya
menjadi responden, karena yang terkena dampak langsung terhadap
26
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kesehatan dari adanya usaha peternakan sapi adalah masyarakat tersebut
makan penelitian ini mengambil sampel manusia yang ditemtukan
berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh (Dixon dan B Leach dalam
Moh. Pabundu Tika, 2005:35) yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan persentase Karakteristik (P)
b. Menentukan Variabilitas (V)
√
Keterangan:
P = Persentase karakteristik sampel yang dianggap benar
C = Confident limit/batas kepercayaan (%)
√
√
√
c. Menentukan Jumlah Sampel (n)
[
]
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
Z = Confidence level, nilai confidence level 95% adalah 1,96%
V = Variabel yang dapat diperoleh
27
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C = Confident limit/batas kepercayaan (%) dalam penelitian
diambil 10%
[
]
[
]
[ ]
,03
d. Menentukan Jumlah Sampel yang dikoreksi dengan rumus:
Keterangan:
n1 = Jumlah sampel yang telah dikoreksi (dibetulkan)
n = Jumlah sampel yang dihitung berdasarkan rumus (I)
N = Jumlah populasi (kepala keluarga)
Karena populasinya merupakan jumlah penduduk sehingga untuk
memudahkan menentukan sampelnya maka angka tersebut dibulatkan
menjadi 80 sampel (responden). Untuk lebih jelasnya dapat dihitung dalam
perhitungan berikut:
1. Desa/Kelurahan Cisantana jumlah 1892 KK, sehingga
persentasenya sebagai berikut:
28
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jadi sampel penduduknya adalah 36
2. Desa/Kelurahan Cipari jumlah 1144 KK, sehingga persentasenya
sebagai berikut:
Jadi sampel penduduknya adalah 22
3. Desa/Kelurahan Cileuleuy jumlah 1162 KK, sehingga
persentasenya sebagai berikut:
Jadi sampel penduduknya adalah 22, Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.6 Jumlah sampel Penelitian
No Nama Desa/Kelurahan Jumlah KK Jumlah Sampel
1 Cisantana 1892 36
2 Cileuleuy 1162 22
3 Cipari 1144 22
4198 80 Sumber: Peneliti
D. Variabel Penelitian
Menurut Kidder (dalam Sugiono 2012:3) Variabel adalah suatu kualitas
(qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
Biasanya dalam penelitian terdapat dua macam variabel yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas (Independent variabel) adalah variabel
yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent. Variabel
antara (Intervening variabel) adalah variabel yang menjadi penghubung
29
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
antara variabel bebas dan terikat. Variabel terikat (Dependent variabel)
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya
variabel bebas. Berikut adalah Variabel Penelitian yang diuraikan oleh
peneliti.
Tabel 3.7 Variabel Penelitian Kualitas Lingkungan sekitar usaha
peternakan di Kecamatan Cigugur
Variabel Bebas Variabel Antara Variabel Terikat
Usaha Peternakan Kualitas Lingkungan Tingkat kesehatan
masyarakat
E. Alat dan Bahan
1. Alat :
1. Alat Tulis untuk mencatat hasil dari penelitian.
2. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan berbagai objek di
lokasi penelitian.
3. Laptop untuk mengolah data, baik itu data fisik maupun data sosial
2. Bahan:
a) Peta Topografi Lembar 1309 – 122 Kuningan, Skala 1 : 25.000
b) Peta Rupa Bumi Lembar 1309 – 122 Kuningan, Skala 1 : 25.000
c) Peta Geologi Lembar Arjawinangun skala 1:100.000
d) Pedoman wawancara untuk mengetahui data fisik dan sosial di
lapangan dan instansi terkait
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data
yaitu data primer dan data sekunder.
30
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Data Primer, merupakan data langsung yang diperoleh dari lapangan
dengan cara :
a) Observasi
Observasi yaitu pengambilan data yang dilakukan melalui
pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.
b) Wawancara
Wawancara berupa kuesioner pada responden dilakukan dengan
menggunkana item-item yang akan ditentukan dalam pedoman
wawancara mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
Mengenai; kesehatan masyarakat, masyarakat tentang lingkungan
dan kebijakan pemerintah terkait penanganan limbah dan bantuan.
2. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi
terkait, melalui :
a) Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan untuk mencari data mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian berupa catatan, transkrip, atau agenda
yang berhubungan dengan daerah penelitian.
b) Studi Literatur
Studi literatur dimaksudkan untuk mendapatkan sejumlah teori dan
konsep-konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi
dengan jalan mempelajari jurnal, makalah, skripsi dan buku-buku
yang relevan.
c) Studi Pustaka
Studi pustaka adalah suatu teknik untuk mendapatkan data teoritis
melalui kepustakaan, bertujuan untuk memperoleh data dari
berbagai buku untuk menunjang masalah penelitian, terutama
menyangkut pengaruh kualitas lingkungan terhadap tingkat
kesehatan masyarakat.
31
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
G. Definisi Oprasional
Judul Penelitian ini adalah “Hubungan Kualitas Lingkungan
dengan Tingkat Kesehatan Masyarakat Sekitar Usaha Peternakan di
Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan”. Agar terjadi keselarasan
dalam penafsiran, berikut akan diuraikan mengenai beberapa istilah yang
terdapat dalam judul.
1. Kualitas Lingkungan
Kualitas Lingkungan menurut Budiyanto diartikan sebagai keadaan
lingkungan yang dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi
kelangsungan hidup manusia di suatu wilayah. Kualitas lingkungan itu
dicirikan antara lain dari suasana yang membuat orang betah/kerasan
tinggal ditempatnya sendiri. Kualitas lingkungan dilihat dari indikator
yaitu kualitas air dan kualitas udara.
2. Tingkat Kesehatan Masyarakat
Dalam teori simpul (Achmadi, 1987; 2005; 2012) diskusi
kesehatan masyarakat yakni penyakit sebagai hasil akhir hubungan
interaksi manusia dengan lingkungannya. Hubungan manusia dengan
genomic statusnya, manakala berinteraksi dengan lingkungan akan
menghasilkan kondisi sehat atau kondisi sakit.
Indikator tingkat kesehatan masyarakat dilihat dari; Intensitas
Sakit, Jenis Penyakit, Waktu terjadinya sakit, Biaya yang dikeluarkan
untuk kesehatan dan Jenis Pelayanan Kesehatan yang dipilih oleh
masyarakat.
H. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data, meliputi tahap-tahap sebagai berikut;
a) Editing data
32
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Editing data adalah penelitian kembali data yang telah dikumpulkan
dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup
baik atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut.
2. Coding dan Frekuensi
Coding adalah usaha untuk pengklasifikasian jawaban dari
responden menurut macamnya.
3. Tabulasi
Tabulasi adalah proses penyususnan dan analisis data dalam bentuk
tabel.
4. Skoring
skoring merupakan langkah dalam proses penentuan skor atas setiap
jawaban dari setiap responden.
5. Interpretasi data
Interpretasi data dilakukan dalam rangka mendeskripsikan data yang
telah diperoleh yang telah melalui beberapa tahap seperti tahap
editing, coding, scoring utuk akhirnya di tabulasikan dan di analisis
terhadap data dan informasi yang terdapat pada responden yang
dijadikan sampel.
I. Analisis Data
Menurut Sumaatmadja (1988) dalam Al-Gifari (2011:38) analisis
data merupakan pengolahan dan interpretasi data untuk menguji kebenaran
hipotesis dan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian.
Teknik analisis data yaitu suatu teknik yang digunakan untuk
menganalisis data yang telah terhimpun sehingga menghasilkan sebuah
kesimpulan. Tahap ini diawali dengan menginventarisasikan data yang
telah terkumpul, kemudian data tersebut diidentifi, klasifikasi dan analisa,
lalu akan memperoleh sebuah kesimpulan.
33
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam penelitian kualitas lingkungan sekitar usaha peternakan di
Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, yang difokuskan dalam
penelitian kualitas lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat, berikut
analisis yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan rumusan maslah di bab
sebelumnya:
1. Analisis Kualitas Lingkungan
a) Analisis Kualitas Air Bersih
Untuk analisis kualitas air bersih peneliti menggunakan analisis
laboratorium sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/Menkes/Per/
IX/90 dan analisis dari hasil wawancara dengan penduduk sekitar
usaha peternakan untuk kualitas udara dilingkungan pemukiman
b) Analisis Kualitas Udara
Peneliti tidak mendapatkan data sekunder mengenai kualitas udara
terutama kualitas udara di sekitar usaha peternakan, untuk itu
peneliti mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Dr. Ir.
Muladro MSA (dalam Jurnal dampak sub sektor peternakan sapi
terhadap lingkungan) Berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi
oleh setiap ekor sapi, jumlah manure yang dihasilkan berkisar antara
10-30 kg untuk sapi potong dan berkisar antara 40-60 kg untuk sapi
perah. Di bawah ini disajikan kuantitas yang dihasilkan pada
pemeliharaan sapi potong dan sapi perah secara intensif.
Tabel 3.8 Kuantitas beberapa komponen yang dibutuhkan oleh dan
dihasilkan dari sapi yang dipelihara secara intensif.
Komponen Jenis Ternak
Sapi Potong Sapi Perah
Kisaran berat badan sapi 250 – 500 kg/ekor 500 – 650 kg/ekor
Lama Pemeliharaan 100-180 hari Tergantung masa laktasi
Pakan yang diberikan 8 – 16 kg/ekor/hari 15 – 25 kg/ekor/hari
Air yang diperlukan 40 – 120 liter/ekor/hari 60 – 320 liter/ekor/hari
34
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Manure ang dihasilkan 10 – 30 kg/ekor/hari 40 – 60 kg/ekor/hari
Gas Methane 0,25 m3/ekor/hari 0,25 m
3/ekor/hari
Sumber: Dampak pembangunan sub sektor peternakan sapi terhadap Lingkungan 2010
Dari angka-angka yang tampak pada Tabel 3.8 tersebut, kita dapat
menghitung secara gampang kuantitas manure yang dihasilkan per hari,
apabila jumlah ternak yang dipelihara sangat besar, maka masalah
lingkungan yang ditimbulkan oleh kotoran ternak yang dihasilkan juga
sangat besar, selain mengetahui jumlah methane dalam kotoran sapi
berikut dapat diketahui pula kandunga organik dan anorganik yang
terdapat dalam kandungan feses sapi terutama saat dalam keadaan basah.
Tabel 3.9Komposisi fases yang dihasilkan (dalam keadan basah) pada
ternak sapi
Komponen Jenis Ternak
Sapi Potong Sapi Perah
Bahan Kering 9,9 8,1
Bahan Organik 7,6 5,9
Total Carbon 4,8 2,8
Total Nitrogen 0,62 0,35
N-NH4 0,34 0,18
P2O5 0,39 0,17
K2O 0,65 0,51
CaO 0,29 0,21
MgO 0,13 0,07
Na2O 0,07 0,07
Rasio C:N 7,7 8
PH 7,7 7,6 Sumber: Dampak pembangunan sub sektor peternakan sapi terhadap Lingkungan 2010
2. Analisis tingkat kesehatan masyarakat
a) Intensitas Sakit
Untuk analisis tingkat kesehatan masyarakat dilakukan dengan
menganalisis intensitas sakit untuk mengetahui tingkat kesehatan
masyarakat di lingkungan tersebut, dimana semakin sering masyarakat
sakit setiap satu tahun terakhir, maka nilai/bobot yang diberikan besar
35
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
begitupun sebaliknya masyarakat yang mengalami sakit jarang atau
bahkan tidak sakit selama satu tahun terakhir maka akan diberikan
nilai/bobot kecil. Berikut adalah analisis penilaian/pembobotan mengenai
tingkat kesehatan masyarakat:
Tabel 3. 10 Nilai intensitas sakit di Cisantana, Cipari dan Cileuleuy
No Intensitas Sakit Nilai/Bobot
1 1 kali/tahun 1
2 2 kali/tahun 2
3 3 kali/tahun 3
4 4 kali/tahun 4 Sumber:Peneliti
Dari Tabel 3.10 mengenai intensitas sakit diberi nilai dari 1 – 4,
Sehingga semakin besar nilai dari intensitas sakit, maka semakin buruk
tingkat kesehatan masyarakat di Desa/Kelurahan tersebut begitu pula
semakin kecil nilai yang dihaslkan maka semakin baik tingkat kesehatan
masyarakat di lokasi penelitian, sesuai dengan jumlah sampel yang telah
dihitung menggunakan rumus Dixon dan B Leach (dalam Moh. Pabundu
Tika, 2005:35), Desa Cisantana memiliki sampel 36 respondeng lebih
banyak dibandingkan dengan Desa Cileuleuy dan Kelurahan Cipari, untuk
itu kategori yang diberikan pun berbeda sesuai dari hasil hitung jumlah
responden, berikut adalah kategori tingkat kesehatan masyarakat di Desa
Cisantana
Tabel 3.11 Nilai dan Kategori Intensitas Sakit di Cisantana
Nilai Intensitas Sakit Kategori
36 – 63 Baik
64 – 91 Sedang
92 – 119 Parah
> 120 Sangat Parah Sumber: Peneliti
36
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dari tabel 3.11 mengenai nilai dan kategori intensitas sakit di
cisantana yaitu hasil dari penjumlahan responden yang mengalami sakit
selama 1 tahun terakhir dikategorikan seperti tabel 3. sehingga dapat
diketahui masuk kedalam kategrori mana desa cisantana dalam intensitas
sakit. Sesuai Dixon dan B Leach (dalam Moh. Pabundu Tika, 2005:35)
Kelurahan cipari dan desa cileuleuy memiliki sampel 22 responden,
berikut adalah kategori tingkat kesehatan masyarakat di tersebut:
Tabel 3.12 Nilai dan Kategori intensitas sakit di Cipari dan Cileuleuy
Nilai Intensitas Sakit Kategori
22 – 38 Baik
39 – 55 Sedang
56 – 72 Parah
> 73 Sangat Parah Sumber: Peneliti
Dari tabel 3.12 mengenai nilai dan kategori intensitas sakit di cipari
dan cileuleut yaitu hasil dari penjumlahan responden yang mengalami sakit
dalam satu tahun terakhir dikategorikan seperti tabel 3.12 sehingga dapat
diketahui masuk kedalam kategrori mana kelurahan cipari dan desa
cileuleuy dalam intensitas sakit yang dapat menunjukan tingkat kesehatan
masyarakat tersebut.
b) Jenis Penyakit
Untuk menganalisis jenis penyakit, dilihat dari data hasil
wawancara dan data laporan bulanan penyakit dari puskesmas sukamulya
yang terdiri dari pilihan penyakit yang bisa diakibatkan oleh faktor
lingkungan yaitu ISPA, Gatal-gatal, Pencernaan dan DBD/Malaria.
c) Waktu terjadinya sakit
Untuk menganalisis waktu terjadinya sakit dilihat dari jenis
penyakit yang ada di lokasi penelitian sesuai dengan laporan bulanan
penyakit dari puskesmas sukamulya, kemudian dilihat penyakit tertinggi
37
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang dialami terdapat pada bulan kering, bulan basah atau bulan lembab
sesuai dengan klasifikasi iklim schmidt-ferguson tahun 2013.
d) Pelayanan Kesehatan yang sering dikunjungi
Untuk menganalisis pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi
baik itu untuk upaya pencegahan maupun pengobatan dilihat dari hasil
wawancara dengan responden. Pelayanan kesehatan tersebut terdiri dari
Puskesmas, Dokter, Bidan/Mantri dan Rumah Sakit.
e) Biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan
Untuk menganalisis biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan baikk
dalam upaya pencegahan maupun pengobatan dilihat dari hasil wawancara
dengan responden. Biaya tersebut memeiliki kategori sebagai berikut:
Tabel 3.13 Kategori biaya untuk kesehatan
No Biaya Kesehatan Kategori
1 < 50 rb Rendah
2 50 – 100 rb Sedang
3 100 – 200 rb Tinggi
4 > 200 rb Sangat tinggi Sumebr : Peneliti
Dari Tabel 3.13 dari hasil wawancara bahwa responden akan di
kategorikan masuk ke dalam kategori rendah, sedang, tinggi atau sangat
tinggi untuk biaya kesehatan selama satu tahun terakhir.
Dalam Peneitian ini metode deskriptif dianggap dapat menganalisis
penelitian mengenai kualitas lingkungan dan tingkat kesehatan
masyarakat, berikut adalah tabel 3.14 mengenai gambaran analisis data
secara umum.
Tabel 3.14 Analisis Data untuk Penelitian
No Tujuan
Penelitian Sumber Data Hal yang diteliti
Metode
Analisis Data
1 Menganalisis
Kualitas
Lingkungan
Observasi Lapangan dan
data sekunder dari dinas
terkait
a. Kualitas Air
b. Kualitas Udara
Uji
Laboratorium
Analisis
38
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sekitar usaha
peternakan di
Kecamatan
Cigugur.
deskriptif
kualitatif
2 Mengidentifik
asi tingkat
kesehatan
masyarakat di
sekitar usaha
peternakan di
Kecamatan
Cigugur
Kabupaten
Kuningan.
Observasi Lapangan dan
data sekunder dari dinas
terkait dan Wawancara
dengan media kuesioner
kepada masyarakat yang
menjadi responden
dalam penelitian.
a. Intensias sakit
b. Jenis Penyakit yang
sering terjadi pada
masyaraka
c. Waktu terjadinya
penyakit pada
masyarakat
d. Pelayanan
Kesehatan yang
sering dikunjungi
e. Biaya yang
dikeluarkan untuk
kesehatan
Analisis
deskriptif
Kualitatif
3 Menganalisis
Hubungan
tingkat
kesehatan
masyarakat
dengan usaha
peternakan
Observasi Lapangan dan
data sekunder dari dinas
terkait dan Wawancara
dengan media kuesioner
kepada masyarakat yang
menjadi responden
dalam penelitian.
a. Kondisi di lokasi
Penelitian dengan
tingkat kesehatan
masyarakat
Analisis
deskriptif
Kualitatif
Sumber : Penulis
39
Risti Gusyah, 2014
Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha
peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kerangka Pemikiran
Usaha Peterakan Dampak
Kualitas Lingkungan
Kesehatan Masyarakat
Air Udara
Positif Negatif