bab iii metode penelitian a. lokasi dan subjek...
TRANSCRIPT
39
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung
Tahun Ajaran 2012/2013. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena berdasarkan
hasil wawancara dengan Wakasek kesiswaan dan guru Bimbingan dan Konseling
di SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung banyak peserta didik yang berasal dari
keluarga yang tidak utuh. Selain itu SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung
merupakan sekolah yang baru berdiri pada Tahun 2005 sehingga program layanan
Bimbingan dan Konseling belum utuh termasuk layanan bimbingan dan
konseling yang secara khusus difokuskan untuk meningkatkan kemampuan
interaksi sosial peserta didik yang berasal dari keluarga broken home.
Menurut Sugiyono (2010: 117), “populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian menggunakan teknik purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2010:124) purposive sampling adalah “teknik
penentuan sample dengan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan tertentu yang
dimaksud dalam penelitian difokuskan pada kasus peserta didik broken home.
Pemilihan populasi dan sampel terhadap peserta didik kelas X adalah sebagai
berikut.
1. Banyak peserta didik yang berasal dari keluarga tidak utuh pada jenjang kelas
X.
2. Peserta didik memasuki lingkungan sekolah baru dan teman-teman baru,
sehingga kemampuan berinteraksi sosial penting untuk menjaga keharmonisan
pergaulan di sekolah.
Populasi dalam penelitian adalah seluruh peserta didik broken home kelas
X. Sampel dalam penelitian adalah seluruh populasi. Sampel penelitian yang
dimaksud adalah seluruh peserta didik yang berasal dari keluarga broken home
kelas X yang ditandai dengan peserta didik yang salah satu atau kedua
40
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
orangtuanya meninggal, orangtua sudah bercerai atau tinggal dengan wali, yang
berjumlah 53 orang dengan rincian pada tabel 3.1 sebagai berikut.
Tabel 3.1
Peserta Didik Broken Home
Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung
No kelas
Jumlah Peserta Didik
Salah satu/ kedua
orangtua meninggal Orangtua bercerai
Tinggal bersama
wali
1 X TKR I 1 Orang 2 Orang 3 Orang
2 X TKR II - 2 Orang 5 Orang
3 X TKR III 1 Orang 1 Orang 3 Orang
4 X TKR IV 3 Orang 1 Orang 4 Orang
5 X TAV I 1 Orang - 1 Orang
6 X TAV II 3 Orang 3 Orang 6 Orang
7 X TAV III 1 Orang 1 Orang 3 Orang
8 X TAV IV 4 Orang 1 Orang 3 Orang
Jumlah 14 Orang 11 Orang 28 Orang
Jumlah Total 53 Orang
B. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui gambaran
interaksi sosial peserta didik broken home Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah
Kab. Bandung.
Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Metode dipilih
karena bermaksud mendeskripsikan, menganalisis, dan mengambil suatu
generalisasi mengenai interaksi sosial peserta didik broken home.
Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian, maka dibuat desain
penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian sebagaimana digambarkan
pada Bagan 3.1 berikut.
41
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap I : Identifikasi masalah
Bagan 3.1
Alur Penelitian Untuk Mengetahui Profil Interaksi Sosial Peserta didik
Broken Home
Tahap I identifikasi masalah dilakukan dengan melakukan studi
pendahuluan dan wawancara kepada guru BK tentang adanya kasus interaksi
sosial yang terjadi di sekolah. Tahap II kegiatan penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan berbagai literatur tentang konsep interaksi sosial dan keluarga
broken home.
Tahap III menyusun instrumen penelitian dengan mengacu kepada teori,
melakukan penimbangan instrumen kepada tiga pakar, uji validitas kemudian
mengolah data hasil penyebaran instrumen. Tahap IV implikasi BK terhadap
profil interaksi sosial peserta didik broken home.
C. Definisi Operasional Variabel
Terdapat dua variabel penelitian, yaitu interaksi sosial dan peserta didik
broken home. Kedua variabel tersebut dapat didefinisikan secara operasional
sebagai berikut.
1. Interaksi Sosial
Menurut Thibaut dan kelley (Ali & Asrori, 2009:87) „interaksi sebagai
peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir
bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu
Tahap II: Studi pustaka
Tahap IV:
Profil dan Implikasi Layanan
Bimbingan dan Konseling terhadap
interaksi sosial peserta didik
broken home kelas X SMK Negeri
7 Baleendah Kab. Bandung Tahun
ajaran 2012/2013
Tahap III:
Menyusun instrumen penelitian,
judgement ke pakar, pengambilan
data, uji validitas, pengolahan data
42
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sama lain‟. Turner (1988: 13) mendefinisikan interaksi sosial sebagai “a situation
where the behaviors of one actor are consciously reorganized by, and influence
the behaviors of, another actor, and vice versa”.
Interaksi sosial pada penelitian didefinisikan sebagai perilaku
interpersonal yang dilakukan oleh peserta didik dalam menjalin hubungan dengan
orang lain di lingkungan sekolah, yang ditandai dengan role (peran), purpose
(tujuan) dan topography (keterlibatan/ partisipasi). Role (peran) tediri dari
initiation (memulai) dan acknowledgement (merespon). Purpose (tujuan)
merupakan tujuan seseorang berinteraksi dengan orang lain yang terdiri dari
social (sosial) dan task related interaction (interaksi yang berhubungan dengan
tugas). Topography (keterlibatan/ partisipasi) merupakan kategori perilaku yang
memperhatikan apakah individu ikut berpartisipasi atau terlibat dalam interaksi
sosial. topography (keterlibatan/ partisipasi) terdiri dari on task (berpartisipasi
dalam kegiatan yang sedang berlangsung), no active task participation (tidak
berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang berlangsung, tetapi juga tidak
memperlihatkan perilaku yang tepat), voluntary isolation (menarik diri dari
lingkungan), aggresive to other (perilaku kasar terhadap orang lain),
inappropriate to self (perilaku menjatuhkan citra diri), mild inappropriate
(perilaku tidak pantas terhadap orang lain).
Indikator dari setiap aspek yaitu sebagai berikut.
a. Indikator perilaku initiation (memulai) ditandai dengan peserta didik
mampu memulai terjadinya interaksi seperti menyapa, bertanya,
bersalaman, tersenyum, dan kontak mata.
b. Indikator perilaku acknowledgements (merespon) ditandai dengan peserta
didik mampu merespon percakapan seperti menjawab sapaan, tersenyum
balik, mau berjabat tangan.
c. Indikator social (sosial) ditunjukkan oleh peserta didik dengan tujuan sosial
yang berkenaan dengan rekreasi atau kesenangan, interaksi sosial yang
dilakukan tidak berkaitan dengan tugas tetapi lebih kepada tujuan sosial
seperti mengobrol, bermain, makan siang bersama, rekreasi.
43
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Indikator task related interaction (interaksi berhubungan dengan tugas)
ditandai oleh peserta didik karena memiliki kebutuhan yang berhubungan
dengan tugas seperti diskusi tentang mata pelajaran, bertanya tentang tugas.
e. Indikator on task (berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang berlangsung)
ditandai peserta didik dengan berpartisipasi secara tepat dalam aktivitas
yang sedang berlangsung, terlepas dari sifat kegiatan.
f. Indikator no active task participation (tidak berpartisipasi dalam kegiatan
yang sedang berlangsung, tetapi juga tidak memperlihatkan perilaku yang
tepat) ditandai peserta didik dengan tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang
sedang berlangsung tetapi juga tidak memperlihatkan perilaku yang tidak
tepat. Misalnya ketika dikelas, temannya membaca, dia tidak membaca,
tidak memperhatikan guru, tidak menulis.
g. Indikator voluntary isolation (mengasingkan diri) ditandai peserta didik
dengan sengaja menghilangkan diri dari kesempatan untuk menerima
sapaan dengan berjalan menjauh dari orang lain, memutar kepalanya,
berbalik badan, mengasingkan diri dari keramaian.
h. Indikator aggression to other (kekerasan terhadap orang lain) ditunjukkan
peserta didik dengan berperilaku yang tidak pantas dan lebih diarahkan
kepada orang lain. perilaku agresif yang ditunjukkan peserta didik seperti
meludah, memukul, menendang, menjerit.
i. Indikator inappropriate to self (perilaku menjatuhkan citra diri) ditunjukkan
oleh peserta didik dengan merusak diri atau menjatuhkan reputasi dirinya
seperti bertingkahlaku bodoh, bersikap aneh.
j. Indikator mild inappropriate (perilaku tidak pantas terhadap orang lain)
ditunjukkan peserta didik dengan tidak pantas tetapi intensitasnya lebih
rendah dibanding perilaku agresif. Perilaku mild inappropriate ditandai
dengan berteriak, menghina, membuat lelucon untuk oranglain, mengambil
barang yang bukan miliknya, menggoda orang lain.
44
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Peserta Didik Broken Home
Definisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009:199) adalah:
Tidak adanya ayah atau ibu atau keduanya tidak ada, maka struktur
keluarga sudah tidak utuh lagi. Juga apabila ayah atau ibunya jarang pulang
ke rumah atau berbulan-bulan meninggalkan rumah karena tugas-tugas atau
hal-hal lain, dan hal ini terjadi secara berulang maka struktur keluarga
itupun sebenarnya tidak utuh lagi (broken).
Menurut Soelaeman (1994:12) Ketidakutuhan keluarga ialah:
Keluarga yang karena bercerai atau meninggal salah satu pihak tidak ada,
ayah atau ibu, karena kesatuannya atau unitnya pecah. Sekiranya jumlah
anggota keluarga itu lengkap, akan tetapi ayah atau ibu tidak atau kurang
dihayati kehadiran dan integrasinya dalam keluarga, maka keluarga tersebut
dikatakan keluarga semu atau quasi broken home.
Peserta didik broken home dalam penelitian adalah peserta didik yang
tinggal bersama wali, orangtua bercerai, atau salah satu atau kedua orangtua sudah
meninggal.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpulan data penelitian, menggunakan data
berupa angket atau kuesioner tentang interaksi sosial serta buku catatan pribadi
peserta didik untuk mengetahui ketidakutuhan keluarga. Kisi-kisi instrumen untuk
mengungkap tingkat interaksi sosial peserta didik broken home peserta didik
dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Item-item pernyataan
instrumen pengungkap interaksi sosial peserta didik broken home dikembangkan
dari komponen atau variabel interaksi sosial peserta didik broken home yang telah
ada, lalu dijabarkan melalui sub komponen yang akhirnya berbentuk indikator-
indikator.
1. Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup
(angket berstruktur) tentang interaksi sosial, yang merupakan alat pengumpul data
sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Responden hanya perlu
45
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah
disediakan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penyebaran
angket kepada seluruh peserta didik Broken Home Kelas X SMK Negeri 7
Baleendah Kab. Bandung yang menjadi sampel dalam penelitian. Angket yang
digunakan menggunakan format rating scale (skala bertingkat) model Likert
dengan lima alternatif jawaban Sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai
(KS), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan skor berkisar
antara 1 sampai dengan 5.
2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Angket atau kuesioner dalam penelitian dipergunakan untuk memperoleh
gambaran tentang interaksi sosial peserta didik broken home. Kisi-kisi instrumen
ini dikembangkan menjadi tiga aspek interaksi sosial. Ketiga aspek tersebut
dijabarkan menjadi sepuluh sub aspek dan masing-masing aspek terdiri dari satu
indikator.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik
(Sebelum Judgement)
Aspek /
Dimensi Sub aspek Indikator
Pernyataan
(+) (-)
Role (peran) Initiation
(memulai)
Peserta didik mampu
memulai interaksi
1,2 3,4
Acknowledgem
ent (merespon)
Peserta didik mampu
merespon percakapan
5,6,7 8,9,10
Purpose
(tujuan)
Social (sosial) Peserta didik melakukan
interaksi dengan tujuan
sosial yang berkenaan
dengan rekreasi atau
kesenangan
11,12,13
14,15,16
Task related
interaction
Peserta didik melakukan
interaksi yang
berhubungan dengan
pemenuhan tugas sekolah
17,18,19
.
20,21,22,2
3
Topography On task Peserta didik ikut
berpartisipasi dalam
kegiatan
24,25 26,27
46
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No active task
participation
Peserta didik tidak
berpartisipasi dalam
kegiatan yang sedang
berlangsung tetapi juga
tidak memperlihatkan
perilaku yang tepat
28,29,30 31,32,33
Voluntary
isolation
Peserta didik menarik
diri dari interaksi di
sekolah
34,35,36 37,38,39
Aggression to
other
Bertindak kasar terhadap
orang lain
40,41,42 43,44,45,4
6,47
Inappropriate
to self
Melakukan kegiatan
yang merusak citra diri
48,49 50,51
Mild
inappropriate
Berperilaku tidak pantas
terhadap orang lain
52,53,54 55,56,57,5
8,59
3. Uji Keterbacaan
Sebelum instrumen interaksi sosial diujikan kepada sampel penelitian,
langkah selanjutnya dilakukan uji keterbacaan kepada peserta didik setara yaitu
kepada lima orang peserta didik kelas X SMK. Setelah uji keterbacaan,
pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami di revisi sesuai dengan kebutuhan
sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah
Kab. Bandung. Hasilnya, seluruh item pernyataan dapat diberikan kepada peserta
didik.
4. Pedoman Penyekoran (Scoring)
Instrumen interaksi sosial menggunakan skala Likert sebagaimana tertera
dalam tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Model Summated Ratings (Likert)
Pernyataan Skor Alternatif Respon
SS S KS TS STS
Positif (+) 5 4 3 2 1
Negatif (-) 1 2 3 4 5
47
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada instrumen atau alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 5
dengan bobot tertentu, sebagai berikut.
a) Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan
positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.
b) Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif
atau skor 2 pada pernyataan negatif.
c) Untuk pilihan jawaban kurang sesuai (KS) memiliki skor 3 pada
pernyataan positif atau 3 pada pernyataan negatif.
d) Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan
positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.
e) Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada
pernyataan positif dan skor 5 pada pernyataan negatif.
5. Uji Coba Alat Pengumpul Data
a. Uji Kelayakan Instrumen
Instrumen interaksi sosial peserta didik yang telah disusun terlebih
dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen (judgement). Penimbangan dilakukan
oleh dosen ahli yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen
dari segi bahasa, konstruk, dan isi, yakni kesesuaian item pernyataan yang telah
disusun dengan landasan teoretis dan ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat
dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.
Instrumen ditimbang oleh tiga orang dosen jurusan PPB FIP UPI, yaitu
oleh Dr. Mubyar Agustin, M.Pd, Nandang Budiman, S.Pd, M.Psi dan Drs.
Sudaryat Nurdin Akhmad. Penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan
memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan
Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut
bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan
yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut.
Hasil penimbangan dari ketiga dosen ahli dapat disimpulkan dalam tabel
3.4 sebagai berikut.
48
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4
Hasil Penimbangan Instrumen Interaksi Sosial
Hasil Penimbangan
Pakar Nomor Item Jumlah
Dipakai
2, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 13, 19, 21, 24, 25,
28, 30, 35, 36, 38, 42, 43, 46, 49, 51,
52, 53, 56, 58
26 item
Direvisi 1, 3, 8, 14, 15, 17, 20, 26, 27, 31, 32,
37, 40, 48 14 item
Dibuang 10, 12, 16, 18, 22, 23, 29, 33, 34, 39,
41, 44, 45, 47, 50, 54, 55, 57, 59 19 item
Hasil penimbangan menunjukkan terdapat 26 item yang dapat digunakan,
14 item yang perlu direvisi dan 19 item yang harus dibuang.
b. Kisi- kisi setelah judgment
Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu setelah melalui tahap
judgement dari ketiga pakar ahli. Adapun kisi-kisi instrumen interaksi sosial
setelah judgement tersedia dalam tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik
(Setelah Judgement)
Aspek /
Dimensi Sub aspek Indikator
Pernyataan
(+) (-)
Role (peran) Initiation
(memulai)
Peserta didik mampu
memulai interaksi
1,2 3,4
Acknowledgem
ent (merespon)
Peserta didik mampu
merespon percakapan
5,6 7,8
Purpose
(tujuan)
Social (sosial) Peserta didik melakukan
interaksi dengan tujuan
sosial yang berkenaan
dengan rekreasi atau
kesenangan
9,10
11,12
Task related
interaction
Peserta didik melakukan
interaksi yang
berhubungan dengan
pemenuhan tugas sekolah
13,14 15,16
49
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Topography On task Peserta didik ikut
berpartisipasi dalam
kegiatan
17,18 19,20
No active task
participation
Peserta didik tidak
berpartisipasi dalam
kegiatan yang sedang
berlangsung tetapi juga
tidak memperlihatkan
perilaku yang tepat
21,22 23,24
Voluntary
isolation
Peserta didik menarik
diri dari interaksi di
sekolah
25,26 27,28
Aggression to
other
Bertindak kasar terhadap
orang lain
29,30 31,32
Inappropriate
to self
Melakukan kegiatan
yang merusak citra diri
33,34 35,36
Mild
inappropriate
Berperilaku tidak pantas
terhadap orang lain
37,38 39,40
Jumlah 20 20
6. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Pengujian validitas alat pengumpul data yang dilakukan dalam penelitian
adalah seluruh item yang terdapat dalam instrumen yang mengungkap interaksi
sosial peserta didik. Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item,
merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran
instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in).
Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan
program SPSS for Windows Versi 16..0. Validitas item dilakukan dengan
menganalisis daya pembeda menggunakan prosedur pengujian Spearman’s rho.
Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 40 butir
item pernyataan dalam angket interaksi sosial peserta didik, hanya terdapat 39
item pernyataan valid.
Item yang dinyatakan valid memiliki daya pembeda yang signifikan pada
p > 0.01 dan p < 0.05. ini artinya terdapat 39 butir item pernyataan yang dapat
digunakan dalam penelitian di lapangan. (Hasil perhitungan validitas terlampir).
Berikut disajikan item-item pernyataan setelah validasi.
50
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.6
Hasil Validitas Item Interaksi Sosial
Signifikansi No.Item Jumlah
Valid
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
35, 36, 37,38, 39, 40
39 item
Tidak Valid 11 1 item
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen penelitian menunjukkan instrumen penelitian
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut dikatakan
sebagai instrumen yang baik. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat
dengan ajeg memberikan data sesuai dengan kenyataan. Suatu instrumen
penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang
dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.
Sebagai tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas
(Sugiono, 2010: 257) sebagai berikut:
0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah
0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah
0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup
0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi
0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi
Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach dengan memanfaatkan program SPSS for windows versi 16.0.
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan terhadap item terpakai sebanyak 39
butir item yang valid pada angket interaksi sosial. Hasil pengujian menggunakan
SPSS for Windows Versi 16.0 adalah sebagai berikut.
51
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7
Tingkat reliabilitas instrumen
Interaksi sosial
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.838 39
c. Kisi-Kisi Instrumen Setelah Uji Coba
Kisi-kisi instrumen interaksi sosial setelah dilakukan uji coba kepada
seluruh peserta didik broken home kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab.
Bandung tersedia dalam tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
Kisi-Kisi Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home
(Setelah Uji Coba)
Aspek /
Dimensi Sub aspek Indikator
Pernyataan
(+) (-)
Role (peran) Initiation
(memulai)
Peserta didik mampu
memulai interaksi
1,2 3,4
Acknowledgem
ent (merespon)
Peserta didik mampu
merespon percakapan
5,6 7,8
Purpose
(tujuan)
Social (sosial) Peserta didik melakukan
interaksi dengan tujuan
sosial yang berkenaan
dengan rekreasi atau
kesenangan
9,10
12
Task related
interaction
Peserta didik melakukan
interaksi yang
berhubungan dengan
pemenuhan tugas sekolah
13,14 15,16
Topography On task Peserta didik ikut
berpartisipasi dalam
kegiatan
17,18 19,20
52
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No active task
participation
Peserta didik tidak
berpartisipasi dalam
kegiatan yang sedang
berlangsung tetapi juga
tidak memperlihatkan
perilaku yang tepat
21,22 23,24
Voluntary
isolation
Peserta didik menarik
diri dari interaksi di
sekolah
25,26 27,28
Aggression to
other
Bertindak kasar terhadap
orang lain
29,30 31,32
Inappropriate
to self
Melakukan kegiatan
yang merusak citra diri
33,34 35,36
Mild
inappropriate
Berperilaku tidak pantas
terhadap orang lain
37,38 39,40
Jumlah 20 19
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian yaitu data ketidakutuhan keluarga
peserta didik (yang diperoleh melalui buku pribadi peserta didik) dan data
mengenai interaksi sosial peserta didik Kelas X SMK Negeri 7 Baleendah Kab.
Bandung. Data mengenai interaksi sosial peserta didik diperoleh dari penyebaran
angket, angket yang digunakan adalah angket terstruktur dengan bentuk jawaban
tertutup. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih
alternatif respon yang telah disediakan dengan alternatif jawaban sangat sesuai,
sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.
Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut.
a. Mempersiapkan kelengkapan instrumen
b. Mengecek kesiapan peserta didik
c. Membacakan petunjuk pengerjaan
d. Mengecek kelengkapan identitas peserta didik
e. Mempersilahkan peserta didik mengisi angket
f. Mengumpulkan kembali angket yang telah diisi
F. Analisis Data
53
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Verifikasi Data
Verifikasi data memiliki tujuan untuk menyeleksi data yang dianggap
layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan sebagai berikut.
a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.
b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta
didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran
yang telah ditetapkan.
c. Melakukan perhitungan statistik.
2. Pengelompokan dan Penafsiran Data Interaksi Sosial
Kategorisasi jenjang pada instrumen interaksi sosial peserta didik akan
mengelompokkan sampel penelitian ke dalam lima tingkatan, yaitu: sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah dan rendah sekali. Perhitungan kategorisasi jenjang
dilakukan sebagai barikut.
a. Menghitung skor maksimal ideal = skor maksimal x jumlah item valid
= 5 x 39
= 195
b. menghitung skor minimal = skor minimal x jumlah item valid
= 1 x 39
= 39
c. Menghitung rata-rata ideal = ½ x skor maksimal ideal + skor
minimal
= ½ x 195 + 39
= 117
d. Menghitung simpangan baku = 1/3 x rata-rata ideal
= 1/3 x 117
= 39
e. Menghitung batas atas = rata-rata ideal +(1,5 x ∑ item valid)
= 117 + (1,5 x 39)
= 117 + 58,5
= 175,5 dibulatkan menjadi 176
54
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. Menghitung batas bawah = rata-rata ideal –(1,5 x ∑ item valid)
= 117 – (1,5 x 39)
= 117 – 58,5
= 58, 5 dibulatkan menjadi 59
g. Menghitung batas tengah atas = rata-rata ideal +(0,5 x ∑ item valid)
= 117 + (0,5 x 39)
= 117 + 19,5
= 136,5 dibulatkan menjadi 137
h. Menghitung batas tengah bawah = rata-rata ideal -(0,5 x ∑ item valid)
= 117 - (0,5 x 39)
= 111 – 19,5
= 97,5 dibulatkan menjadi 98
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilakukan penentuan kategorisasi
sebagai berikut.
Tabel 3.9
Kategorisasi Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Kelas X SMK
Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung
No Interval Kategori
1. 176 Sangat tinggi
2. 138 - 175 Tinggi
3. 99 – 137 Sedang
4. 60 – 98 Rendah
5. 59 Rendah sekali
Hasil perhitungan di atas menunjukkan kategorisasi untuk profil interaksi
sosial peserta didik broken home. Adapun kategorisasi untuk profil interaksi sosial
secara khusus seperti berdasarkan aspek dan sub aspek dari interaksi sosial,
dihitung seperti rumus di atas.
Hasil pengolahan data profil interaksi sosial peserta didik broken home
yang dijadikan landasan dalam pembuatan layanan responsif, terlebih dahulu
dilakukan pengelompokan data menjadi lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah dan rendah sekali. Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori
dan interpretasinya dapat dilihat pada tabel 3.10 sebagai berikut.
55
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.10
Interpretasi Skor Kategori Profil Interaksi Sosial
Peserta Didik Broken Home
Kategori Profil interaksi sosial Interpretasi
Profil interaksi sosial sangat tinggi Pada kategori sangat tinggi berarti
peserta didik menampilkan interaksi
sosial pada setiap aspeknya, yang
ditampilkan oleh perilaku peserta didik
di sekolah yang meliputi kemampuan
dalam memulai interaksi, mampu
merespon percakapan, mampu
berinteraksi dengan tujuan rekreasi atau
kesenangan dan berinteraksi dengan
tujuan pemenuhan kebutuhan tugas
sekolah, serta ikut terlibat dalam
kegiatan positif yang sedang
berlangsung di lingkungan sekolah.
Profil interaksi sosial tinggi Pada kategori tinggi berarti peserta
didik memiliki interaksi sosial pada
hampir setiap aspeknya, yang
ditampilkan oleh perilaku peserta didik
di sekolah yang meliputi kemampuan
dalam memulai interaksi hampir dalam
setiap keadaan, mampu merespon
percakapan hampir dalam setiap
pertemuan, mampu berinteraksi dengan
tujuan rekreasi atau kesenangan dan
berinteraksi dengan tujuan pemenuhan
kebutuhan tugas sekolah hampir dalam
setiap keadaan, serta ikut terlibat dalam
kegiatan positif yang sedang
berlangsung di lingkungan sekolah
hampir dalam setiap keadaan.
Profil interaksi sosial sedang Pada kategori sedang berarti peserta
didik memiliki interaksi sosial yang
sedang, yang artinya peserta didik
menampilkan kemampuan interaksi
sosial di sekolah yang meliputi
kemampuan memulai interaksi dan
merespon percakapan dengan pada
56
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
beberapa keadaan, melakukan interaksi
sosial dengan tujuan kesenangan atau
rekreasi dan pemenuhan tugas sekolah
pada beberapa keadaan dan ikut terlibat
dalam kegiatan positif yang
berlangsung di sekolah pada beberapa
keadaan.
Profil interaksi sosial rendah Pada kategori rendah berarti peserta
didik kurang memiliki interaksi sosial
pada setiap aspeknya, yang ditampilkan
oleh perilaku peserta didik di sekolah
yang meliputi kurang mampu memulai
interaksi dan merespon percakapan,
kurang mampu berinteraksi dengan
tujuan kesenangan atau rekreasi dan
pemenuhan tugas sekolah serta kurang
mampu terlibat dalam kegiatan positif
yang berlangsung di sekolah.
Profil interaksi sosial rendah sekali Pada kategori sangat rendah berarti
peserta didik memiliki interaksi sosial
yang sangat rendah pada setiap
aspeknya, yang ditampilkan oleh
perilaku peserta didik di sekolah yang
meliputi kurangnya kemampuan dalam
memulai interaksi dan merespon
percakapan, tidak mampu berinteraksi
dengan tujuan kesenangan atau rekreasi
dan pemenuhan tugas sekolah serta
tidak ikut terlibat dalam kegiatan positif
yang berlangsung di sekolah .
G. Prosedur dan Tahap Penelitian
Beberapa tahapan dalam pelaksanaan penelitian dirinci sebagai berikut.
1. Penyusunan proposal penelitian.
2. Pengajuan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi.
3. Permohonan perizinan penelitian dari jurusan PPB yang merekomendasikan
ke tingkat fakultas dan BAAK dan diserahkan kepada kepala sekolah yang
dijadikan tempat penelitian yaitu SMK Negeri 7 Baleendah Kab. Bandung.
4. Menyusun alat pengumpul data yang terdiri dari instrumen interaksi sosial
diperoleh melalui penyebaran angket kepada seluruh peserta didik kelas X
57
Wulan Saripah, 2013 Profil Interaksi Sosial Peserta Didik Broken Home Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan data ketidakutuhan keluarga yang diperoleh melalui data pribadi yang
sudah tersedia di sekolah.
5. Melakukan uji validitas dan reliabilitas.
6. Pengolahan data.
7. Analisis profil interaksi peserta didik yang berasal dari keluarga yang tidak
utuh.
8. Menyusun implikasi layanan BK berdasarkan profil interaksi sosial peserta
didik broken home di SMK, kesimpulan dan membuat rekomendasi.