bab iii metode penelitian a. desain...
TRANSCRIPT
27 Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian Quasi Experimental dengan
bentuk desain Nonequivalent Control Group Design, dimana subyek penelitian
tidak dikelompokkan secara acak. Hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan. Langkah awal dalam
menentukan unit-unit eksperimen dilakukan dengan memilih sekolah, kemudian
memilih dua kelas yang ditinjau dari kemampuan akademiknya, dimana dua kelas
tersebut memiliki kemampuan yang setara. Untuk memperkuat kesetaraan
kemampuan kedua kelas tersebut, dilakukan uji statistik. Kelas pertama akan
mendapatkan (kelas eksperimen) pembelajaran dengan pendekatan metaphorical
thinking, sedangkan kelas kedua (kelas kontrol) mendapatkan pembelajaran
dengan cara konvensional. Desain eksperimen dalam penelitian ini menurut
Ruseffendi (2010: 53) dapat digambarkan sebagai berikut:
Pretes Perlakuan Postes
O X O
O O
dengan,
O = soal pretes, postes pada kelompok eksperimen dan kontrol
X = perlakuan dengan menggunakan pendekatan Metaphorical Thinking.
Pada desain ini setiap kelompok diberikan pretes (O) kemampuan penalaran dan
diakhir penelitian diukur dengan postes (O), dan untuk mengukur disposisi
matematis akan diberikan skala disposisi sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran menggunakan pendekatan
metaphorical thinking terhadap kemampuan penalaran dan disposisi matematis
siswa.
B. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan pada kelas VIII di salah satu SMP di Jakarta
Timur pada tahun 2012/2013. Oleh karena itu, populasi dalam penelitian ini
28
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah siswa kelas VIII sedangkan sampel dalam penelitian ini sesuai dengan
desain yang digunakan adalah dua kelas pada tingkat VIII di salah satu SMP
tersebut. Alasan dipilihnya kelas VIII dalam penelitian ini, pertama dikarenakan
siswa kelas VIII telah diasumsikan memiliki pengetahuan matematika yang cukup
serta siap dalam pemberian soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir secara
deduktif. Kedua, siswa kelas VIII diasumsikan telah cukup dewasa sehingga
memiliki tanggung jawab dalam belajar. Ketiga, siswa kelas VIII lebih
memungkinkan untuk diteliti dikarenakan kegiatan belajar tidak terlalu diganggu
dengan aktivitas-aktivitas pendidikan seperti persiapan serta pelaksanaan ujian
nasional. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2012: 124).
Terdapat enam buah kelas VIII yang akan dipilih dua kelas yang memiliki
kemampuan yang sama. Untuk mengetahui dua kelas yang akan dijadikan sampel
penelitian didasarkan pada nilai UAS semester ganjil, seperti yang terlihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Rata-Rata UAS Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013
Berdasarkan tabel 3.1 terlihat kelas VIII-3 dan VIII-5 memiliki kemampuan yang
hampir sama. Untuk memperkuat kesetaraan tersebut dilakukan uji statistik.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui data kelas VIII-3 dan VIII-5 berdistribusi
secara normal dan memiliki varians yang homogen, maka dilakukan uji t-
independent. Perhitungan selengkapanya dapat dilihat pada Lampiran B.1. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Hasil Uji Mann-Whitney Rata-Rata UAS Kelas VIII-3 dan VIII-5
t df Sig. (2-tailed)
0,600 70 0,550
VIII-1 VIII-2 VIII-3 VIII-4 VIII-5 VIII-6
Rata-rata UAS 72,22 80,29 78,54 79,17 78,19 87,21
29
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan memilih 5%, maka dari tabel 3.2 terlihat bahwa nilai signifikasi > α,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan
yang tidak berbeda. Dengan demikian, penelitian ini berangkat dari kedua
kelompok yang memiliki kemampuan yang sama. Selanjutnya ditentukan kelas
VIII- 3 sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-5 sebagai kelas eksperimen. Selain
berdasarkan kemampuan yang sama, alasan lain memilih kedua kelas tersebut
adalah jam pelajaran matematika pada kedua kelas tersebut pada jam 1-2 dan jam
3-4, sehingga kemampuan siswa menerima pelajaran dalam kondisi yang sama.
Selanjutnya, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dikelompokkan
berdasarkan pada hasil KAM dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Pengelompokan tersebut akan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kemampuan
siswa tinggi, sedang, dan rendah, berdasarkan pada nilai rata-rata ulangan harian
siswa ( ) dan deviasi standar (Arikunto, 2012: 299). Pengelompokan ini
dilakukan agar semua jenjang kemampuan siswa terwakili. Kriteria
pengelompokkan adalah sebagai berikut:
Kelompok KAM tinggi
Kelompok KAM sedang
Kelompok KAM rendah
Keterangan: : nilai rata-rata ulangan harian
: rata-rata dari nilai rata-rata ulangan harian kedua kelas
: simpangan baku nilai rata-rata ulangan harian kedua kelas
: konstanta
Berdasarkan kriteria tersebut dipilih nilai konstanta sebesar 0,25, hal ini dilakukan
agar sebaran kemampuan awal matematika tersebar secara seimbang. Hasil
pengelompokan dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3
Pengelompokan Berdasarkan KAM
Kelas Kontrol
VIII-3
Kelas Eksperimen
VIII-5
KAM Tinggi 11 11
KAM Sedang 10 11
30
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KAM Rendah 15 14
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis, yaitu variabel bebas,
variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pendekatan metaphorical thinking, variabel terikatnya adalah kemampuan
penalaran dan disposisi matematis siswa, dan variabel kontrolnya adalah kategori
kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, dan rendah).
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan dua macam
instrumen, yaitu instrumen tes maupun instrumen non tes. Instrumen dalam
bentuk tes terdiri dari tes soal kemampuan penalaran matematis siswa, sedangkan
instrumen non tes adalah instrumen skala disposisi matematis siswa dan catatan
lapangan.
1. Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Tes kemampuan penalaran matematis yang diberikan berbentuk uraian,
dan diberikan sebanyak dua kali, yaitu pada saat pretes dan postes. Pretes
dilakukan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis awal kedua kelas,
yaitu kelas eksperimen dan kontrol yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan.
Setelah dilakukan perlakuan, diberikan postes kepada kedua kelas tersebut. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan penalaran
yang terjadi. Soal yang diberikan pada saat pretes sama dengan soal yang
diberikan pada saat postes, hanya saja urutan soal pada kedua tes tersebut berbeda.
Bahan tes diambil dari materi pelajaran matematika SMP kelas VIII semester
genap dengan mengacu pada Kurikulum 2006 pada materi Bangun Ruang Sisi
Datar (Kubus dan Balok). Untuk mengevaluasi kemampuan penalaran matematis
siswa, dilakukan penskoran terhadap jawaban siswa untuk setiap butir soal.
Kriteria penskoran berpedoman pada acuan yang diadaptasi dari penskoran yang
dikemukakan oleh Marzano (dalam McREL, 2000: 1) pada tabel 3.4. Selain
berpedoman terhadap rubrik penskoran, pengevaluasian kemampuan penalaran
31
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
juga menyertakan bobot dari setiap soal. Bobot tersebut disesuaikan dengan
tingkat kesukaran seperti yang terlihat pada tabel 3.5. Pemberian bobot ini
dimaksudkan agar skor yang diberikan dapat menghargai hasil kerja siswa.
Selanjutnya, bobot-bobot tersebut akan dikalikan dengan hasil skor rubrik
penalaran matematis yang diperoleh siswa, dan selanjutnya dijumlahkan sehingga
diperoleh skor mentah kemampuan penalaran.
Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Penalaran Matematis
Komponen Penalaran Skor Kriteria Penskoran
Analogi
0 Tidak menjawab.
1 Jawaban salah; siswa tidak dapat membangun analogi; siswa menganalogikan sesuatu tetapi sama sekali tidak berdasarkan keserupaan data atau proses.
2 Jawaban salah; siswa membangun sebuah analogi dan dapat mengidentifikasi keserupaan data atau proses tetapi tidak mendukung penganalogian secara sepenuhnya.
3 Jawaban hampir benar; siswa dapat membangun analogi tetapi tidak mendukung analogi sepenuhnya; jawaban benar tetapi tidak memberikan alasan
4 Jawaban benar; siswa dapat membangun analogi yang tepat tetapi tidak secara jelas mengemukakan alasan logis yang mendasari penganalogian tersebut.
5
Jawaban benar; siswa dapat membangun analogi yang tepat dan secara jelas mengemukakan alasan logis yang mendasari penganalogian tersebut yang didasarkan keserupaan data atau proses.
Generalisasi
0 Tidak menjawab.
1 Jawaban salah; siswa tidak dapat membangun generalisasi; siswa menggeneralisasikan sesuatu tetapi sama sekali tidak berdasarkan data yang teramati.
2
Jawaban salah; siswa membangun sebuah generalisasi dan dapat mengidentifikasi berdasarkan sejumlah data yang teramati tetapi tidak mendukung penggeneralisasian secara sepenuhnya.
3
Jawaban hampir benar; siswa tidak dapat membangun generalisasi tetapi tidak mendukung penggeneralisasian secara sepenuhnya; jawaban benar tetapi tidak memberikan alasan.
4 Jawaban benar; siswa dapat membangun generalisasi yang tepat tetapi tidak secara jelas mengemukakan alasan logis yang mendasari penggenarisasian tersebut.
5
Jawaban benar; siswa dapat membangun generalisasi yang tepat dan secara jelas mengemukakan alasan logis yang mendasari penggeneralisasian tersebut yang didasarkan sejumlah data yang teramati.
32
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau
rumus tertentu
0 Tidak menjawab.
1 Jawaban salah; siswa tidak dapat melakukan perhitungan; siswa melakukan perhitungan tetapi sama sekali tidak didukung aturan atau rumus yang berlaku.
2 Jawaban salah; siswa dapat melakukan perhitungan tetapi hanya didukung oleh sebagian aturan atau rumus yang berlaku.
3 Jawaban hampir benar; siswa dapat melakukan perhitungan tetapi didukung oleh sebagian aturan atau rumus yang berlaku; jawaban benar tetapi tidak memberikan alasan
4 Jawaban benar; siswa dapat melakukan perhitungan tetapi tidak secara jelas mengemukakan hubungan antara solusi yang diperoleh dengan aturan atau rumus yang digunakan.
5 Jawaban benar; siswa dapat melakukan perhitungan dan secara jelas mengemukakan hubungan antara solusi yang diperoleh dengan aturan atau rumus yang digunakan.
Tabel 3.5
Pembobotan Soal
Sebelum tes kemampuan penalaran matematis diberikan kepada sampel
penelitian, terlebih dahulu dilakukan validitas logis dan empiris. Untuk validitas
logis, peneliti meminta pertimbangan rekan matematikawan yang dianggap
kompeten di bidangnya dan dosen pembimbing untuk menguji validitas yang
terdiri dari validitas muka dan validitas isi. Kemudian dilanjutkan dengan
validitas empiris untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah memenuhi
persyaratan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Soal tes
kemampuan matematis ini diujicobakan pada siswa kelas IX yang terdiri dari 35
orang siswa di salah satu SMPN Jakarta. Tahapan yang dilakukan pada uji coba
tes kemampuan penalaran matematis antara lain:
a. Analisis Validitas Tes
Ruseffendi (2010: 148) menyatakan bahwa suatu instrumen disebut valid
bila instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu, mengukur apa yang
semestinya diukur. Sejalan dengan hal tersebut, Suherman dan Kusumah (1990:
Tingkat Kesukaran Bobot
Sukar 6
Sedang 4
Mudah 2
33
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
135), menyatakan suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi
dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu. Secara garis besar terdapat dua macam
validitas, yaitu validasi logis dan validasi empiris (Arikunto, 2009: 65).
1) Validitas logis
Uji validitas yang termasuk dalam validitas logis yang digunakan pada
penelitian ini adalah validitas isi (content validity) , validitas muka (face validity),
dan validitas konstrak (construct validity).
b) Validitas empiris
Uji validitas yang termasuk dalam validitas empiris yang digunakan pada
penelitian ini adalah validitas butir soal dengan menggunakan korelasi item-total
product moment. Rumus yang digunakan adalah korelasi Product Moment
Pearson (Arikunto, 2009: 72), rumusnya dinyatakan sebagai berikut:
∑ (∑ )(∑ )
√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )
dengan,
koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan
jumlah peserta tes
skor butir soal
total skor
Skor hasil uji coba tes kemampuan penalaran yang telah diperoleh,
selanjutnya dihitung nilai korelasinya menggunakan software ANATES ver 4.0.7.
Hasil perhitungan nilai korelasi ( ) yang diperoleh akan dibandingkan dengan
nilai kritis (nilai korelasi pada tabel R, terlampir), dengan tiap item tes
dikatakan valid apabila memenuhi pada dengan n=35.
Hasil validasi uji coba kemampuan penalaran disajikan pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Penalaran Matematis
No. Urut No. Kode Koefisien (rxy) Kriteria
34
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soal
1 1b 0,519 Valid
2 2b 0,589 Valid
3 3b 0,441 Valid
4 4b 0,340 Valid
5 5b 0,693 Valid
6 6b 0,217 Tidak Valid
7 7b 0,632 Valid
8 1k 0,414 Valid
9 2k 0,511 Valid
10 3k 0,043 Tidak Valid
11 4k 0,664 Valid
12 5k 0,163 Tidak Valid
13 6k 0,101 Tidak Valid
14 7k 0,496 Valid
Catatan: rtabel (α = 5%) = 0,334 dengan n = 35
b. Analisis Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau konsisten.
Untuk mencari reliabilitas butir soal tes berbentuk uraian menggunakan rumus
yang dikenal dengan rumus Alpha (Suherman, 2003: 154), yaitu:
(
) (
∑
)
dengan,
= koefisien reliabilitas
= banyak butir soal (item)
∑ = jumlah varians skor setiap item
= varians skor total
Hasil perhitungan nilai koefisien korelasi ( ) yang diperoleh akan
dibandingkan dengan nilai kritis (nilai korelasi pada tabel R), dengan tes
dikatakan reliabel apabila memenuhi . Dengan menggunakan
software ANATES ver 4.0.7, maka diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,72 dengan
nilai sebesar 0,334 pada dengan n = 35.
35
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa tes
kemampuan penalaran yang akan digunakan reliabel, sehingga tes tersebut
memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan.
c. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah seberapa jauh kemampuan butir soal
tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawaban benar dengan
yang tidak dapat menjawab soal tersebut (Suherman dan Kusumah, 1990: 199).
Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik bila memang siswa
yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, sedangkan siswa kelompok rendah
tidak dapat menyelesaikan soal tersebut dengan baik. Untuk menentukan daya
pembeda digunakan rumus (Suherman, 2003: 160), yaitu:
A
BA
JS
JBJBDP
dengan,
DP = daya pembeda
JBA = jumlah benar untuk kelompok atas
JBB = jumlah benar untuk kelompok bawah
JSA = jumlah siswa kelompok atas
Selanjutnya Suherman, (2003: 161) mengemukakan hasil perhitungan daya
pembeda yang kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Besarnya DP Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Karena data dalam uji tes kemampuan penalaran sebanyak 35 siswa maka
pengambilan sampel untuk analisis daya pembeda sebesar 27% siswa untuk
kelompok atas dan 27% siswa untuk kelompok bawah. Perhitungan daya pembeda
36
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan software ANATES ver 4.0.7, dan diperoleh hasil pada tabel 3.8
berikut:
Tabel 3.8
Hasil Uji Daya Pembeda Soal Kemampuan Penalaran Matematis
No. Urut No. Kode
Soal
DP Interpretasi
1 1b 0,33 Cukup
2 2b 0,44 Baik
3 3b 0,22 Cukup
4 4b 0,15 Jelek
5 5b 0,64 Baik
6 6b 0,22 Cukup
7 7b 0,55 Baik
8 1k 0,24 Cukup
9 2k 0,20 Jelek
10 3k 0,08 Jelek
11 4k 0,77 Sangat Baik
12 5k 0,08 Jelek
13 6k 0,66 Baik
14 7k 0,40 Cukup
d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Menurut Suherman (2003: 170), tingkat pada masing-masing butir soal
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
dengan,
IK = indeks kesukaran
JBA = jumlah benar untuk kelompok atas
JBB = jumlah benar untuk kelompok bawah
JSA = jumlah siswa kelompok atas
JSB = jumlah siswa kelompok bawah
Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan
menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal (Suherman, 2003: 170) pada
tabel 3.9.
Tabel 3.9
Kriteria Indeks Kesukaran
37
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indeks Kesukaran Interpretasi
IK = 0,00 Terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah
Selanjutnya hasil tingkat kesukaran tes kemampuan penalaran diperoleh
menggunakan software ANATES ver 4.0.7 seperti yang terlihat pada tabel 3.10
berikut:
Tabel 3.10
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran Matematis No. Urut No. Kode
Soal IK Interpretasi
1 1b 0,52 Sedang 2 2b 0,26 Sukar 3 3b 0,60 Sedang 4 4b 0,14 Sangat Sukar 5 5b 0,65 Sedang 6 6b 0,53 Sedang 7 7b 0,61 Sedang 8 1k 0,74 Mudah 9 2k 0,67 Sedang 10 3k 0,44 Sedang 11 4k 0,56 Sedang 12 5k 0,57 Sedang 13 6k 0,25 Sukar 14 7k 0,40 Sedang
e. Pemilihan Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Berdasarkan hasil analisis-analisis sebelumnya, maka butir-butir soal yang
akan dijadikan instrumen tes kemampuan penalaran yang akan diberikan ketika
penelitian disajikan pada tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11
Pemilihan Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis
No
Kode
Soal
Validitas Reliabilitas Daya Pembeda
(DP)
Indeks
Kesukaran
(IK) Ket
Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket
1b 0,52 Valid
0,72
R
e
l
0,33 Cukup 0,52 Sedang Buang
2b 0,59 Valid 0,44 Baik 0,26 Sukar Pakai
3b 0,44 Valid 0,22 Cukup 0,60 Sedang Revisi
4b 0,34 Valid 0,15 Jelek 0,14 Sangat Buang
38
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
a
b
e
l
Sukar
5b 0,69 Valid 0,64 Baik 0,65 Sedang Pakai
6b 0,22 Tidak
Valid 0,22 Cukup 0,53 Sedang Buang
7b 0,63 Valid 0,55 Baik 0,61 Sedang Buang
1k 0,41 Valid 0,24 Cukup 0,74 Mudah Buang
2k 0,51 Valid 0,20 Jelek 0,67 Sedang Pakai
3k 0,04 Tidak
Valid 0,08 Jelek 0,44 Sedang Buang
4k 0,66 Valid 0,77 Sangat
Baik 0,56 Sedang Pakai
5k 0,16 Tidak
Valid 0,08 Jelek 0,57 Sedang Buang
6k 0,10 Tidak
Valid 0,66 Baik 0,25 Sukar Buang
7k 0,49 Valid 0,40 Cukup 0,40 Sedang Pakai
Pertimbangan dalam memilih soal dilihat dari hasil validitas, korelasi, indikator,
dan juga tingkat kesukaran. Agar aspek kemampuan penalaran sesuai dengan
indikator pada definisi operasional yang diberikan seimbang, untuk masing-
masing indikator dipilih dua soal yang terdiri dari satu soal mengenai kubus dan
satu soal mengenai balok. Untuk soal 3b dilakukan revisi terlebih dahulu, hal ini
dikarenakan soal tersebut tidak terlalu signifikan dibanding soal-soal yang
lainnnya. Data pengolahan butir soal tes kemampuan penalaran dapat dilihat pada
Lampiran B.3.
2. Skala Disposisi Matematis Siswa
Instrumen untuk mengukur disposisi matematis siswa dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan skala disposisi matematis siswa. Siswa diminta
untuk memberikan jawaban dengan memberi tanda “√” pada hanya satu pilihan
jawaban yang telah tersedia. Terdapat empat opsi pilihan yang berpedoman pada
skala Likert yang telah dimodifikasi, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Empat pilihan ini dipilih untuk
39
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menghindari pilihan ragu-ragu siswa terhadap pernyataan yang diberikan.
Pernyataan-pernyataan yang diberikan bersifat tertutup, mengenai pendapat siswa
yang terdiri dari pernyataan-pernyataan positif dan negatif.
Setelah instrumen untuk mengukur skala disposisi matematis siswa
disusun, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas agar layak untuk dijadikan
instrumen penelitian, dimana uji validitas baik validitas muka dan validitas isi
dilakukan oleh dosen pembimbing dan rekan pendidikan yang dianggap kompeten
dibidangnya. Kemudian dilakukan uji coba validitas item, dan reliabilitas terhadap
31 siswa di salah satu SMP Negeri di Jakarta.
Pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan skala disposisi matematis
ditentukan dengan metode summated ratings dengan cara deviasi normal, yaitu
berdasarkan distribusi jawaban responden atau dengan kata lain menentukan nilai
skala dengan deviasi normal (Azwar , 2010: 142). Jika cara ini digunakan maka
skor SS, S, TS, dan STS dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda, tergatung
pada sebaran respon siswa. Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan
bantuan MS Excel for Windows 2007. Hasil perhitungan pemberian skor setiap
kategori SS, S, TS, dan STS dapat dilihat pada Lampiran B.4.
Selanjutnya, pengolahan uji validitas dan reliabilitas skala disposisi
matematis dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17 pada .
Adapun hasil uji coba skala disposisi matematis ditunjukkan dalam tabel 3.12 dan
3.13 berikut:
Tabel 3.12
Nilai Reliabilitas Skala Disposisi Matematis
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items
N of Items Keterangan
0,699 0,692 33 Reliabel
Banyaknya item yang diujicobakan adalah 34 item, tetapi terdapat satu
pernyataan, yakni nomor item 28 yang memiliki varians sebesar nol, sehingga
tidak termasuk dalam pengolahan. Pada tabel 3.12 terlihat nilai reliabilitas skala
40
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disposisi matematis sebesar 0,699 dengan banyaknya item 33 pernyataan.
Selanjutnya, berdasarkan tabel 3.11 terlihat sebanyak 6 penyataan yang tidak
valid, hal ini dikarenakan nilai koefisien korelasi < , sedangkan
pernyatan yang koefisiennya negatif termasuk valid hanya saja korelasinya
terbalik.
Tabel 3.13
Hasil Validasi Skala Disposisi Matematis No.
Item Koefisien Korelasi
Keterangan No. Item
Koefisien Korelasi
Keterangan
1 0,172 Valid 18 0,346 Valid 2 0,389 Valid 19 0,396 Valid 3 0,111 Valid 20 0,035 Tidak Valid 4 0,437 Valid 21 0,360 Valid 5 0,106 Valid 22 0,494 Valid 6 0,229 Valid 23 0,009 Tidak Valid 7 0,207 Valid 24 -0,043 Tidak Valid 8 0,331 Valid 25 0,123 Valid 9 0,308 Valid 26 0,465 Valid 10 0,306 Valid 27 0,201 Valid 11 0,412 Valid 29 0,470 Valid 12 0,026 Tidak Valid 30 0,264 Valid 13 0,021 Tidak Valid 31 -0,043 Tidak Valid 14 -0,232 Valid 32 0,153 Valid 15 0,424 Valid 33 -0,126 Valid 16 0,528 Valid 34 -0,135 Valid 17 0,322 Valid
Selanjutnya pernyataan-pernyataan tersebut diolah kembali, tetapi tidak
mengikutsertakan ketujuh pernyataan, di mana terdapat enam pernyataan yang
tidak valid. Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.14 dan 3.15
berikut:
Tabel 3.14
Nilai Reliabilitas Skala Disposisi Matematis Perhitungan Ulang
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items
N of Items Keterangan
0.736 0.744 27 Reliabel
41
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan tabel 3.14 terlihat bahwa nilai reliabilitas skala disposisi
matematis meningkat sebanyak 0,037, sehingga nilai reliabilitasnya menjadi
0,736. Selanjutnya, berdasarkan tabel 3.15 terlihat seluruh item valid dengan
banyaknya item yang digunakan 27 item, sehingga skala disposisi matematis
memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan. Pengolahan skala
disposisi matematis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.4.
Tabel 3.15
Hasil Validasi Skala Disposisi Matematis Perhitungan Ulang
No.
Item
Koefisien
Korelasi
Keterangan No.
Item
Koefisien
Korelasi
Keterangan
1 0,233 Valid 17 0,334 Valid
2 0,347 Valid 18 0,405 Valid
3 0,112 Valid 19 0,425 Valid
4 0,477 Valid 21 0,396 Valid
5 0,100 Valid 22 0,483 Valid
6 0,236 Valid 25 0,116 Valid
7 0,197 Valid 26 0,494 Valid
8 0,348 Valid 27 0,225 Valid
9 0,326 Valid 29 0,427 Valid
10 0,321 Valid 30 0,298 Valid
11 0,317 Valid 32 0,190 Valid
14 -0,183 Valid 33 -0,114 Valid
15 0,407 Valid 34 -,0,137 Valid
16 0,494 Valid
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan diberikan kepada pengamat, dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran suasana secara umum atas aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung, serta aktivitas guru selama pembelajaran dengan
pendekatan metaphorical thinking. Lembar observasi aktivitas siswa disusun
berdasarkan karaketristik aktivitas yang seharusnya terjadi selama pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan metaphorical thinking.
Catatan lapangan juga merupakan data yang dikumpulkan untuk
mengetahui proses belajar mengajar yang terjadi, sehingga dapat diketahui bila
42
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terdapat aspek-aspek yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dan juga hal-hal
apa saja yang harus diperbaiki atau ditingkatkan. Selain instrumen tes dan non tes
juga terdapat penunjang penelitian, antara lain:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
b. bahan ajar.
RPP bertujuan untuk membantu peneliti dan guru agar proses belajar
mengajar tetap terlaksana dengan baik, sedangkan bahan ajar merupakan salah
satu bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Bahan ajar
disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku di lapangan, yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Isi bahan ajar memuat materi-materi matematika
untuk kelas VIII semester 2, dengan materi Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan
Balok). Pokok bahasan dipilih berdasarkan alokasi waktu yang telah disusun oleh
peneliti. Bahan ajar yang diberikan sedapat mungkin meningkatkan aktivitas-
aktivitas matematika yang berpusat kepada siswa, sehingga bahan ajar yang
disusun harus menantang siswa untuk berpikir dan bermatematika. Setiap
pertemuan memuat satu pokok bahasan yang dilengkapi dengan lembar aktivitas
siswa (LKS). Penyusunan LKS memenuhi aturan BSNP dalam stuktur yang
terkandung di LKS yang terdiri dari: judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa),
kompetensi yang dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah
kerja, serta penilaian. Adapun petunjuk belajar tidak diberikan secara tertulis di
LKS, melainkan secara lisan ketika pembelajaran berlangsung. Setelah LKS
disusun, LKS tersebut didiskusikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing
untuk diperiksa secara penulisan dan isi, sehingga sesuai dengan pendekatan
metaphorical thinking.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes kemampuan penalaran
matematis, skala disposisi matematis siswa, serta lembar observasi aktivitas guru
dan siswa. Data kemampuan penalaran matematis siswa dikumpulkan melalui
43
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pretes dan postes, data disposisi matematika siswa dikumpulkan melalui
penyebaran skala disposisi matematis sebelum dan setelah perlakuan, serta data
mengenai aktivitas guru dan siswa dikumpulkan melalui lembar observasi pada
setiap pertemuan.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh melalui lembar observasi pada setiap pertemuan.
Hasil observasi diolah secara deskriptif, yang kemudian dianalisis melalui laporan
penulisan essay yang menyimpulkan kriteria, karakteristik, serta proses yang
terjadi dalam setiap pertemuan.
2. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data berupa hasil tes kemampuan penalaran serta disposisi
matematis siswa dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik.
Analisis data hasil tes dimaksudkan untuk mengetahui besarnya peningkatan
kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa. Skor yang diperoleh dari
hasil tes siswa sebelum dan setelah perlakuan pendekatan metaphorical thinking,
dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional dianalisis dengan cara
membandingkan skor pretes dan postes untuk kemampuan penalaran, serta angket
sebelum dan setelah perlakuan untuk disposisi matematis siswa. Selanjutnya, data
yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan software MS
Excel 2007 dan SPSS 17 melalui tahapan sebagai berikut:
a. Memberikan skor mentah jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban,
pedoman penskoran, serta bobot yang digunakan untuk tes kemampuan
penalaran matematis. Sedangkan pemberian skor untuk skala disposisi
matematis ditentukan dengan metode summated ratings dengan cara deviasi
normal dan diolah dengan tahap-tahap berikut:
1) Hasil jawaban untuk setiap pernyataan dihitung frekuensi setiap pilihan
jawaban.
44
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
proporsi.
3) Mentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai
proporsi secara berurutan perkolom skor.
4) Mentukan nilai proporsi kumulatif tengah dengan menjumlahkan proporsi
titik tengah kumulatif dengan proporsi kumulatif secara berurutan
perkolom skor.
5) Mengitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif tengah yang diperoleh.
6) Mentukan nilai Z* dengan menjumlahkan nilai Z masing-masing pilihan
jawaban dengan nilai Z terkecil.
7) Mentukan nilai skala skor dengan membulatkan nilai Z*.
b. Membuat tabel skor mentah pretes dan postes untuk tes kemampuan
penalaran matematis, sedangkan untuk disposisi matematis dibuat tabel
sebelum dan sesudah perlakuan.
c. Menentukan skor peningkatan kemampuan penalaran dan disposisi matematis
dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yang
dikembangkan Hake (1999: 1) sebagai berikut:
( )
( )
Dengan kriteria indeks gain (Hake, 1999: 1) seperti tabel berikut:
Tabel 3.16
Kriteria Skor Gain Ternormalisasi
Skor Gain Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤0.3 Rendah
d. Melakukan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data gain ternormalisasi ditinjau dari kategori KAM berdistribusi
secara normal.
45
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hipotesis yang diuji adalah:
Ho : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov Z, dengan dasar pengambilan keputusan
Jika Sig < α maka H0 ditolak, α = 0,05
Jika Sig ≥ α maka H0 diterima, α = 0,05
e. Melakuan uji homogenitas varians. Uji homogenitas variansi gain
ternormalisasi ditinjau dari kategori KAM antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakan variansi
kedua kelompok sama atau berbeda. Hipotesis yang akan diuji dinyatakan
sebagai berikut:
Kemampuan penalaran matematis
H0 :
Varians N-Gain kemampuan penalaran matematis kedua kelas homogen
H0 :
Varians N-Gain kemampuan penalaran matematis kedua kelas tidak
homogen
Disposisi matematis
H0 :
Varians N-Gain disposisi matematis kedua kelas homogen
H0 :
Varians N-Gain disposisis matematis kedua kelas tidak homogen
dengan,
variansi skor N-Gain masing-masing kelompok
variansi skor N-Gain masing-masing kelompok
Perhitungan uji homogenitas dilakukan menggunakan uji statistik Levene test,
dengan dasar pengambilan keputusan
Jika Sig < α maka H0 ditolak, α = 0,05
46
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika Sig ≥ α maka H0 diterima, α = 0,05
f. Selanjutnya, dilakukan uji ANOVA dua jalur. Adapun hipotesisnya adalah:
1) Kemampuan penalaran matematis ditinjau dari:
Kemampuan Awal Matematik
Hipotesis yang diuji adalah:
H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa antara yang memiliki kemampuan awal tinggi,
sedang, dan rendah.
H1: Minimal terdapat dua peningkatan kemampuan penalaran matematis
yang berbeda.
Secara operasional hipotesis di atas dirumuskan
H0:
H1: Minimal ada , dengan 1, 2,
dan dasar pengambilan keputusan
Jika Sig < α maka H0 ditolak, α = 0,05
Jika Sig ≥ α maka H0 diterima, α = 0,05
Pendekatan Pembelajaran
Hipotesis yang diuji adalah:
H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan metaphorical thinking dan konvensional.
H1: Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis
siswa antara yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
metaphorical thinking dan konvensional.
Secara operasional hipotesis di atas dirumuskan
H0:
H1: Minimal ada , dengan 1, 2
dan dasar pengambilan keputusan
47
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika Sig < α maka H0 ditolak, α = 0,05
Jika Sig ≥ α maka H0 diterima, α = 0,05
Pengaruh interaksi antara penerapan pendekatan pembelajaran dengan
KAM
Hipotesis yang diuji adalah:
H0: Tidak terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran
dengan KAM terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis.
H1: Terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan
KAM terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis.
Secara operasional hipotesis di atas dirumuskan:
H0:
H1: Minimal ada dengan 1, 2, 3 1, 2
dan dasar pengambilan keputusan
Jika Sig < α maka H0 ditolak, α = 0,05
Jika Sig ≥ α maka H0 diterima, α = 0,05
2) Disposisi matematis ditinjau dari:
Kemampuan Awal Matematik
Hipotesis yang diuji adalah:
H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis siswa
antara yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah.
H1: Minimal terdapat dua peningkatan disposisi matematis yang berbeda.
Secara operasional hipotesis di atas dirumuskan
H0:
H1: Minimal ada , dengan
dan dasar pengambilan keputusan
Jika Sig < α maka H0 ditolak, α = 0,05
Jika Sig ≥ α maka H0 diterima, α = 0,05
Pendekatan Pembelajaran
48
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hipotesis yang diuji adalah:
H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis siswa
antara yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
metaphorical thinking dan konvensional.
H1: Terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis siswa antara
yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical
thinking dan konvensional..
Secara operasional hipotesis di atas dirumuskan
H0:
H1: Minimal ada , dengan
dan dasar pengambilan keputusan
Jika Sig < α maka H0 ditolak, α = 0,05
Jika Sig ≥ α maka H0 diterima, α = 0,05
Pengaruh interaksi antara penerapan pendekatan pembelajaran dengan
KAM
Hipotesis yang diuji adalah:
H0: Tidak terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran
dengan KAM terhadap peningkatan disposisi matematis.
H1: Terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan
KAM terhadap peningkatan disposisi matematis
Secara operasional hipotesis di atas dirumuskan:
H0:
H1: Minimal ada dengan
dan dasar pengambilan keputusan
Jika Sig < α maka H0 ditolak, α = 0,05
Jika Sig ≥ α maka H0 diterima, α = 0,05
Jika data tidak menyebar secara normal maka akan digunakan beberapa uji
statistik lainnya, tetapi untuk pengaruh interaksi dilihat secara deskriptif.
49
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini melalui 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Tahap ini dimulai dari pengajuan proposal yang kemudian diterima setelah
seminar untuk selanjutnya melaksanakan penelitan.
b. Menyusun rencana pembelajaran, kisi-kisi soal dan instrumen penelitian.
c. Memilih sekolah dan kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen
dan kelas kontrol
d. Mengujicobakan instrumen di luar sampel penelitian, dianalisis dan direvisi
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretes instrumen penalaran matematis dan menyebarkan skala
disposisi matematis siswa.
b. Melaksanakan proses pembelajaran sekaligus observasi.
c. Mengisi lembar observasi kegiatan siswa dari awal hingga akhir
pembelajaran.
d. Memberikan postes instrumen penalaran matematis dan menyebarkan skala
disposisi matematis siswa.
3. Tahap Analisis Data
Data pretes, postes, dan skala disposisi matematis siswa yang telah diperoleh,
diolah dan dianalisis.
H. Jadwal Kegiatan Penelitian
Berikut merupakan jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian yang akan
dilakukan.
Tabel 3.17
Rancangan Pelaksanaan Penelitian
No. Waktu
Kegiatan 2012 2013
9 10 11 12 1 2 3 4 5 1 Pengajuan judul penelitian
2 Penyusunan proposal penelitian
50
Nurbaiti Widyasari, 2013 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Metaphorical Thinking Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3 Seminar Proposal
3 Penyusunan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
4 Uji coba perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
5 Pelaksanaan penelitian 6 Pengolahan dan analisis data
serta penyusunan laporan hasil penelitian
7 Penyerahan dan revisi laporan hasil penelitian